Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


PERORANGAN ADI IJON USIN merupakan perusahaan dalam negeri yang
bergerak pada bidang industri pertambangan Pasir Pasang yang berlokasi di
Kalimantan Tengah. Demi keseriusan untuk melakukan kegiatan
penambangan maka PERORANGAN ADI IJON USIN ikut serta dalam
pelaksanaan pengelolaan sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan
sebelum dilakukan kegiatan penambangan.
Berdasarkan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Pasir Pasang, berdasar
kepada Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Izin Usaha Pertambangan Pasir
Pasang Atas Nama Adi Ijon Usin No. 570/102/DESDM-IUPEKS/XI/DPMPTSP-
2019 Tanggal 07 November 2019 yang dikeluarkan atas nama Gubernur
Provinsi Kalimantan Tengah Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Kalimantan Tengah yang terletak di Desa
Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi
Kalimantan Tengah dengan luas Areal 4,9 Ha.
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi Sumberdaya dan Mineral No.
1827 K/30 MEM Tahun 2018 tentang tentang “Pedoman Pelaksanaan Kaidah
Teknik Pertambangan Yang Baik” bahwa Pemegang IUP Operasi Produksi
wajib menyusun rencana reklamasi dan pascatambang sebelum memulai
kegiatan eksploitasi / operasi produksi”.

1.1.1. Identitas Perusahaan


Nama : PERORANGAN ADI IJON USIN
Alamat Kantor : Desa Tumbang Nusa RT.002 Kecamatan Jabiren Raya,
Kabupaten Pulang Pisau
Lokasi Proyek : Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya,
Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan
Tengah

Rencana Pascatambang I-1


Luas Wilayah : 4 H,9a.
Bidang Usaha : Penambangan Pasir Pasang.

1.1.2. Peraturan Perundang - Undangan


a. Undang-Undang Republik Indonesia
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Dasar-Dasar Pokok Agraria.
2. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja.
5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1994 tentang
Ratifikasi Konservasi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati.
6. Undang-undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan.
7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
8. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air.
9. Undang-Undang No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Menjadi Undang-Undang.
10. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
11. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
12. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
13. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara.
14. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
15. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

b. Peraturan Pemerintah

Rencana Pascatambang I-2


1. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai.
2. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.
3. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
4. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran udara.
5. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah
Berbahaya dan Beracun.
6. Peraturan Pemerintah No. 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1969 Tentang Pelaksanaan
Ketentuan Pokok Pertambangan.
7. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
8. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
9. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Hutan.
10. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif Atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berasal dari Penggunaan
Kawasan Hutan untuk Kepentingan Pembangunan di Luar Kegiatan
Kehutanan yang Berlaku Pada Depertemen Kehutanan.
11. Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2008 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan.
12. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.
13. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sumberdaya Air.
14. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 Tentang Airtanah.
15. Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan.

Rencana Pascatambang I-3


16. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas PP
No. 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan.
17. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Perubahan Peruntukan dan Fungsi kawasan Hutan.
18. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggara
Penataan Ruang.
19. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan.
20. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan
Kawasan Hutan.
21. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010 Tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara.
22. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 Tentang Pelaksana Undang-
Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
23. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2012 tentang Perubahan Atas
peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha pertambangan Mineral dan Batubara.
24. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

c. Instruksi/Keputusan Presiden (INPRES DAN KEPPRES)


1. Keputusan Presiden R.I. No. 1 Tahun 1967 tentang Sikronisasi
Pelaksanaan Tugas Bidang Kehutanan, Pertambangan, Trasmigrasi dan
Pekerjaan Umum.
2. Peraturan Presiden RI No. 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

d. Keputusan/Peraturan/Surat Menteri
Menteri Pertambangan dan Energi:
1. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi R.I. No.
103.K/008/M.PE/1994 tentang Pengawasan Atas Pelaksanaan Rencana

Rencana Pascatambang I-4


Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan dalam
Bidang Pertambangan dan Energi.
2. KepMen ESDM No. 969.K/03/MPE/1998 KepMEN Hut. No. 429/KPTS‐
11/1998 Tentang Pedoman Peraturan Pelaksanaan Kegiatan
Pertambangan dan Energi dalam Kawasan Hutan.
3. KepMen ESDM No. 1453.K/ 29 /MEM /2000 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaran Tugas Pemerintahan Bidang Pertambangan Umum.
4. PerMen ESDM No. 28 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa
Pertambangan Mineral dan Batubara.
5. PerMen ESDM No. 34 Tahun 2009 Tentang Pengutamaan Pemasokan
Kebutuhan Mineral dan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri.
6. KepMen ESDM 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik.
7. PerMen ESDM No. 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan
Batubara.
Menteri Kehutanan:
1. Keputusan Menteri Kehutanan No. 97/Kpts-II/1982 tentang Prosedur
Penanganan Krisis Kebakaran Hutan.
2. Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.292/Menhut-II/2011 tentang
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan
Seluas ± 1.168.656 (Satu Juta Seratus Enam Puluh Delapan Ribu Enam
Ratus Lima Puluh Enam) Hektar, Perubahan Antar Fungsi Kawasan
Hutan Seluas ± 689.666 (Enam Ratus Delapan Puluh Sembilan Ribu
Enam Ratus Enam Puluh Enam) Hektar dan Penunjukan Bukan
Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan Seluas ± 29.672 (Dua Puluh
Sembilan Ribu Enam Ratus Tujuh Puluh Dua) Hektar di Provinsi
Kalimantan Tengah.
3. Peraturan Menteri Kehutanan No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan
Hutan, Pasal 18 s.d. Pasal 31 mengenai Pengendalian Kebakaran Hutan.
4. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 18 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Pengenaan, Pungutan (PSDH) dan (DR).

Rencana Pascatambang I-5


5. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.43/Menhut-II Tahun 2008 tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan.
6. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 53 Tahun 2008 tentang
Optimalisasi Peruntukan areal Hutan Produksi yang dapat Dikonversi.
7. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 56 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penentuan Luas Areal Terganggu dan Areal Reklamasi dan Revegetasi
untuk Perhitungan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Pengguna
Kawasan Hutan.
8. Peraturan Menteri Kehutanan No. 12 Tahun 2009 tentang Pengendalian
Kebakaran Hutan.
9. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 50 Tahun 2009 tentang Penegasan
Status dan Fungsi Kawasan Hutan.
10. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 53 Tahun 2009 tentang
Pemasukan dan Penggunaan Alat untuk Kegiatan Izin Usaha
Pemanfaatan Hutan atau Izin Pemanfaatan Kayu.
11. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 60 Tahun 2009 tentang Penilaian
Keberhasilan Reklamasi Hutan.
12. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 04 Tahun 2010 tentang
Pengurusan Barang Bukti Tindak Pidana Kehutanan.
13. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 10 Tahun 2010 tentang
Mekanisme dan Tata Cara Audit Kawasan Hutan.
14. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 12 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pengenaan, Penagihan, dan Pembayaran Iuran izin Usaha Pemanfaatan
Hutan pada Hutan Produksi.
15. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.26/Menhut-II/ 2010 tentang
Perubahan Terhadap Peraturan Menteri Kehutanan No.P.70/Menhut-
II/2008 tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
16. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 34 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan.
17. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 35 Tahun 2010 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kehutanan No. 32 Tahun 2009 tentang Tata

Rencana Pascatambang I-6


Cara Penyusunan Rencana Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah
Aliran Sungai (RTKHRHL-DAS).
18. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 36 Tahun 2010 tentang tim
terpadu dalam rangka penelitian perubahan peruntukan dan fungsi
kawasan Hutan.
19. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 38 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
20. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 39 Tahun 2010 tentang Pola
umum, Kriteria dan Standar Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan.
21. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 42 tahun 2010 tentang
Perencanaan Kehutanan.
22. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 04 Tahun 2011 tentang Pedoman
Reklamasi Hutan.
23. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P.18/Menhut-
II/2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

Menteri Negara Lingkungan Hidup:


1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. No. KEP-
48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Kebisingan.
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. No. KEP-
45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003
tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan
Contoh Air Permukaan.
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003
tentang Pedoman Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber
Air.
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003
Tentang Baku Mutu Limbah Domestik.
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan
Pertambangan Batubara.

Rencana Pascatambang I-7


7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003
tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup (RPL).
9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2006
Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama.
10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 21 Tahun 2008
Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal.
12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2009
Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe
Baru.
13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009
tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup.
14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 18 Tahun 2009
tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 24 Tahun 2009
Tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2009
tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah.
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 31 Tahun 2009
tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Sistem Manajemen
Lingkungan, Ekolabel, Produksi Bersih, dan Teknologi Berwawasan
Lingkungan Di Daerah.

Rencana Pascatambang I-8


18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 33 Tahun 2009
tentang Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 1 Tahun 2010
Tentang Tatalaksana Pengendalian Pencemaran Air.
20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. No. 05 Tahun 2012
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Lingkungan Hidup.

Menteri Kesehatan:
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 173/MENKES/Per-VIII/1987
tentang Pengendalian Pencemaran Air untuk Berbagai Kegunaan yang
Berhubungan dengan Kesehatan.
2. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 718/MENKES/PER/XI/1987
tentang Pengaruh Kebisingan terhadap Tingkat Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 416/MENKES/PER/IX/1990
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
876/MENKES/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan
Kualitas Air Minum.
Menteri Tenaga Kerja:
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. 05/MEN/1996 tentang
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Menteri Pekerjaan Umum:

Rencana Pascatambang I-9


1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 401/KPTS/1996 tentang Tata
Cara Dan Persyaratan Izin Penggunaan Air dan atau Sumber Air Untuk
Usaha Pertambangan Umum.
Menteri Negara Agraria:
1. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 5 Tahun 1999
tentang Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.

e. Keputusan Direktur/Sekretaris Jenderal


1. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No.
1245.K/26/DDJP/1993 tentang Pelaksanaan Pengawasan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Pertambangan Umum.
2. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No.
336.K/271/DDJP/1996 tentang Jaminan Reklamasi.
3. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No.
693.K/008/DDJP/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Erosi
pada Kegiatan Pertambangan Umum.

f. Keputusan Kepala BAPEDAL/BPN


1. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDAL) No. Kep-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai
Ukuran Dampak Penting.
2. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDAL) No. Kep 01Tahun 1995 tentang Tata cara Penyimpanan,
Pengumpulan, Pengolahan Limbah B3.
3. Keputusan Kepala Bapedal No. 299/11/1996 tentang Pedoman Teknis
Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL.
4. Keputusan Kepala Bapeda No. 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas
Bekas.
5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDAL) No. Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL.

Rencana Pascatambang I-
10
6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDAL) No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.
7. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No. 3 Tahun 2007,
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden RI No. 36 Tahun
2005.

g. Perda/ SK dan Peraturan Gubernur/ SK dan Peraturan Bupati


1. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah No. 5 Tahun 2003
tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
2. Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.
3. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah No. 16 Tahun 2008
tentang Kelembagaan Adat Dayak Kalimantan Tengah.
4. Keputusan Gubernur Kalimantan Tengah No. 8/965/IV/BAPP/1999
tentang Penyempurnaan RTRWP Kalimantan Tengah sesuai dengan
Hasil Pemaduserasian RTRWP dan TGHK.
5. Keputusan Gubernur Kalimantan Tengah No. 814/480/II/BPDL/2000
Tahun 2000 tentang Tata Cara Pemberian Izin Bagi Setiap Instansi
Pemerintah maupun Non Pemerintah yang Melakukan Pendataan/
Penelitian.
6. Keputusan Gubernur Kalimantan Tengah No. 77 Tahun 2005 tentang
Petunjuk Pelaksana Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi
Kalimantan Tengah.
7. Keputusan Gubernur Kalimantan Tengah No. 78 Tahun 2005 tentang
Petunjuk Teknis Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi
Kalimantan Tengah.
8. Surat Gubernur Kalimantan Tengah No. 660/253/BPLHD/2006,
tentang Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Dokumen AMDAL.
9. Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah No. 13 Tahun 2007 tentang
Tata Cara Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam
Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup.

Rencana Pascatambang I-
11
Pascatambang adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki dengan
menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat dihentikannya kegiatan
penambangan atau pengolahan dan pemurnian untuk memenuhi kriteria
sesuai dengan Dokumen Rencana Pascatambang.

1.1.3. Status Perizinan


Adapun legalitas atau status perizinan dan dokumen yang telah dimiliki
oleh PERORANGAN ADI IJON USIN adalah Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi
Izin Usaha Pertambangan Pasir Pasang Atas Nama Adi Ijon Usin No.
570/102/DESDM-IUPEKS/XI/DPMPTSP-2019 Tanggal 07 November 2019
yang dikeluarkan atas nama Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah Kepala
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Kalimantan Tengah yang terletak di Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren
Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas Areal
4,9 Ha.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dari rencana pascatambang adalah :
1. Kegiatan pertambangan berpotensi mengubah bentang alam, sehingga
diperlukan upaya untuk menjamin pemanfaatan lahan di wilayah bekas
kegiatan pertambangan agar berfungsi sesuai peruntukannya.
2. Memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat
kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna
sesuai peruntukannya.
3. Melakukan pengelolaan pada lahan bekas tambang agar menjadi lebih baik
dibanding dengan semula baik dari fungsi dan daya dukung
lingkungannya.
4. Mengetahui aspek yang dominan yang menjadi dasar perencanaan dan
skenario pemanfaatan lahan pasca tambang yang menunjang
pembangunan berkelanjutan.
5. Mengetahui alternatif pengganti sumber daya alam bahan tambang untuk
menjadi motor penggerak pembangunan pada masa pascatambang.

Rencana Pascatambang I-
12
6. Membuat model re-investasi pendapatan dari pertambangan untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan.
7. Mengetahui kombinasi investasi ekonomi terbaik yang selaras dengan
upaya untuk menjamin keberlanjutan sosial dan lingkungan.

1.3. PENDEKATAN DAN RUANG LINGKUP


1.3.1. Pendekatan Kegiatan
Pendekatan yang digunakan dalam menyusun laporan rencana
pascatambang ini adalah salah satu atau gabungan dari beberapa pendekatan,
seperti:
1. Pendekatan Teknologi
Pendekatan teknologi, yaitu cara-cara atau teknologi yang digunakan
dalam melakukan pascatambang yang berhubungan dengan prinsip-prinsip
pascatambang, sehingga didapat kepastian mengenai hal-hal sebagai berikut:
Lahan bekas tambang Sirtu sudah menjadi wilayah yang nyaman.
Lahan bekas tambang stabil dan aman dan erosi, baik disebabkan
oleh air maupun angin.
Kualitas air sungai dan air tanah di lahan bekas tambang dan
sekitarnya dapat dijamin memenuhi baku mutu lingkungan yang
ditetapkan pemerintah.
Penggunaan lahan pascatambang disetujui oleh pemerintah dan
masyarakat setempat.
2. Pendekatan Sosial Ekonomi
Pendekatan sosial ekonomi, yaitu upaya-upaya yang akan dilakukan
perusahaan dalam melakukan pascatambang yang berlandaskan interaksi
sosial, peran pemerintah, dan pemangku kepentingan (stakeholders).
Pendekatan sosial ekonomi meliputi hal-hal sebagai berikut:
Melibatkan masyarakat di sekitar lokasi tambang Sirtu
PERORANGAN ADI IJON USIN untuk berperan serta dalam
memberikan pendapat dan masukan dalam kaitannya dalam
penyusunan dokumen Rencana Pascatambang (RPT).

Rencana Pascatambang I-
13
Peran Pemerintah baik pusat maupun daerah untuk ikut
menangani kegiatan pascatambang yang memerlukan dukungan
dari pihak di luar kewenangan PERORANGAN ADI IJON USIN.
Penanganan tenaga kerja pascatambang yang terencana untuk
mencegah terjadinya pengangguran massal pada masa
pascatambang tersebut.
Memberikan bantuan kepada masyarakat di sekitar sesuai dengan
kemampuan PERORANGAN ADI IJON USINmelalui program
Community Development (CD) atau Corporate Social Responsibility
(CSR).
Interaksi sosial yang baik antara PERORANGAN ADI IJON
USINdengan masyarakat di sekitar, sehingga terhindar dari konflik
kepentingan atau konflik sosial masyarakat.
3. Pendekatan Institusi
Pendekatan institusi, yaitu mekanisme kelembagaan yang akan
dilakukan oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan pascatambang, meliputi
koordinasi dengan instasi terkait dan penyampaian dokumen secara berkala.

1.4. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup pekerjaan adalah penyusunan dokumen Rencana
Pascatambang (RPT) PERORANGAN ADI IJON USINberdasarkan Peraturan
Menteri ESDM No. 1827 K/30 MEM Tahun 2018 tentang Reklamasi dan
Kegiatan Pascatambang, dari peraturan tersebut tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pascatambang. Dalam kajian mengenai isi dokumen
tersebut salah satunya dilakukan melalui konsultasi dengan para Pemangku
Kepentingan (Stakeholder) di Tingkat Kabupaten, Provinsi dan Pemerintah
Pusat. Tujuan konsultasi tersebut adalah untuk memperoleh tanggapan, saran,
masukan, pendapat dan pandangan dari berbagai pihak yang berkepentingan
dengan Rencana Pascatambang PERORANGAN ADI IJON USINtermasuk
rencana alih pengelolaan fasilitas tambang kepada para Pemangku
Kepentingan serta perubahan rencana peruntukan lahan. Pembahasan dalam
Laporan Rencana Pascatambang meliputi bab-bab sebagai berikut:

Rencana Pascatambang I-
14
a. Pendahuluan,
b. Profil wilayah,
c. Diskripsi kegiatan pertambangan,
d. Gambaran rona akhir tambang,
e. Hasil konsultasi dengan pemangku kepentingan (stakeholders),
f. Program kegiatan pascatambang,
g. Pemantauan,
h. Organisasi, dan
i. Rencana biaya kegiatan pascatambang.

Rencana Pascatambang I-
15

Anda mungkin juga menyukai