Anda di halaman 1dari 14

Peraturan Perundang-Undangan AMDAL

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan Studi Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan (AMDAL) antara lain :
1. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok -pokok Agraria.
2. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistem (Lembaran Negara RI Tahun 1990 No. 49 Tahun 1990 Tambahan
Lembaran Negara No 3419).
3. Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman
4. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
5. Undang-Undang RI No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 No. 115, Tambahan Lembaran Negara No 3501).
6. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations
Conventation On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Mengenai Keanekaragaman Hayati
7. Undang-Undang RI No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Republik Indonesia Tahun 1997 No. 68 Tambahan Lembaran Negara No.
3699).
8. Undang-Undang RI No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
9. Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
10. Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan Air.
11. Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan.
12. Peraturan Pemerintah RI No 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.
13. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang.
14. Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah untuk
Penggantian.
15. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No. 59
Tambahan Lembaran Negara No.3838).
16. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.
17. Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan
Pembangunan
18. Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
19. Keputusan Presiden RI No 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
20. Keputusan Presiden RI No 75 Tahun 1990 Tentang Koordinasi Pengelolaan Tata
Ruang Nasional.
21. Keputusan Presiden RI No. 552 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
22. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
02/MENKLH/1988 tentang Pendoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan
23. Keputusan Menteri PU.No 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada
Sumber-sumber Air.
24. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-30/MENLH /7/1992 tentang
Panduan Pelingkupan untuk Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL.
25. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 056/1994 tentang Pedoman
Mengenai Ukuran Dampak Penting.
26. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 103.K/008/M.PE/1994 tentang
Pengawasan atas Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan dalam Bidang Pertambangan dan Energi.
27. Keputusan Menteri PU. No 58/KPTS/1995 Petunjuk Tata Laksana AMDAL Bidang
Pekerjaan Umum.
28. Keputusan Menteri PU.No. 148/KPTS/1995 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
RKL dan RPL, Proyek Bidang Pekerjaan Umum.
29. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-13/MENLH /3/1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
30. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-43/MENLH/ 10/1996
tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan
Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan.
31. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/ 11/1996
tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
32. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-49/MENLH/ 11/1996
tentang Baku Tingkat Getaran.
33. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH /11/1996
tentang Baku Tingkat Kebauan.
34. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-45/MENLH/10/1997 tentang
Indeks Standar Pencemar Udara.
35. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENLH /1/1998 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri.
36. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
37. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003 tentang Metoda
Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan.
38. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air.
39. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik.
40. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003 tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air
Limbah ke Air atau Sumber Air.
41. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.
KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran
Udara Sumber Tidak Bergerak.
42. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-299/11/1996
tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL.
43. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-105 tahun
1997 tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
44. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.
107/BAPEDAL/2/1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks
Standar Pencemar Udara.
45. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-124/12/1997
tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL.
46. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 08 tahun 2000
tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.
47. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 tahun 2000
tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.

DAFTAR PERATURAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

A. PPLH
1. Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. Perda Prov Jateng No.5 Tahun 2007 Tentang Pengendalian LH di Prov Jateng.

B. AMDAL/IZIN LINGKUNGAN
1. Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 Tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan
2. Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan
3. Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik
4. Keputusan Menteri LH No.45 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan
Pelaksanaan RKL-RPL
5. Peraturan Menteri LH No.08 Tahun 2006 Tentang Penyusunan AMDAL
6. Peraturan Menteri LH No.13 Tahun 2010 Tentang UKL-UPL dan SPPL
7. Peraturan Menteri LH No.5 Tahun 2012 Tentang Jenis Usaha dan atau Kegitan yang
Wajib AMDAL
8. Peraturan Menteri LH No.16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup
9. Peraturan Menteri LH No.17 Tahun 2012 Tentang Pedoman PKeterlibatan
Masyarakat dlm Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan

C. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA


1. KepKa Bapedal No.205 Tahun 1996 Tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak
2. Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara; Lampiran
3. Peraturan MenLH No.12 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran
Udara di Daerah

D. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR


1. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air; Lampiran
2. Permenkes No.416/Men.Kes/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air

E. PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP


1. Peraturan Pemerintah No.150 Tahun 2000 Tentang Pengendalian Kerusakan Lahan
Untuk Produksi Biomassa;
2. Peraturan Pemerintah No.04 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau
Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan dan atau
Lahan
3. Peraturan Daerah Prov Jateng No.3 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Air Tanah

F. LIMBAH B3
1. Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya
dan Beracun
2. Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
3. Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun
4. Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
No.P.95/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018 Tentang Perizinan Pengelolaan Limbah
B3 Terintegrasi Dengan Izin Lingkungan Melalui Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik

G. PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN


1. Peraturan Pemerintah No.54 Tahun 2000 Tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan

H. KEBERSIHAN
1. Undang-Undang No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
2. Peraturan Menteri PU No.3/PRT/M/2013 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
3. Peraturan Daerah Provinsi Jateng No.3 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah di
Jawa Tengah
4. Peraturan Daerah Kota Salatiga No.5 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

I. BAKU MUTU
1. KepMen LH No.48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan
2. KepMen LH No.50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan
3. KepMen LH No.13 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tak Bergerak
4. KepMen LH No.49 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Getaran
5. Peraturan Daerah Prov Jateng No.5 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Prov Jateng No.10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah

J. KEANEKARAGAMAN HAYATI
1. Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2005 Tentang Keanekaragaman Hayati Produk
Rekayasa Genetika
Regulasi Terkait AMDAL
AMDAL atau Analisis Menganai Dampak Lingkungan merupakan salah satu
dokumen lingkungan yang dipersyarakatkan secara terintegrasi sebagai izin berusaha
khususnya pasca terbitnya Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. PP No 22 Tahun 2021 tersebut merupakan
peraturan turunan setelah diberlakukannya Undang-undang No 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja. Sebelum diberlakukannya UU CK 2020, regulasi terkait AMDAL mengacu pada UU
No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup khususnya
secara teknis diturunkan dalam PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

UU No 32 Tahun 2009 dan PP Nomor 27 Tahun 2012 untuk saat ini sudah tidak
diberlakukan kembali mengingat telah disahkannya UU No 11 Tahun 2020 Cipta Kerja yang
di mana memuat klaster lingkungan hidup serta PP NO 22 Tahun 2021 sebagai peraturan
turunan dari UU Ck tersebut. Untuk AMDAL sendiri tercantum pada pasal 1 angka 5 terkait
pengertian AMDAL yaitu kajian dampak lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau
kegiatan. Pada pasal yang sama juga disebutkan prasyarat pengambilan keputusan dan
perizinan penyelenggara usaha.  Pada pasal 1 juga, tercantum pada angka 44  tentang
kewenangan Lembaga Uji Kelayakan Lingkungan Hidup sebagai pengganti Komisi Penilai
AMDAL yang diberlakukan berdasarkan UU No 32 Tahun 2009. Berikutnya mengacu pada
PP No 22 Tahun 2021 Pasal 3 ayat 3 disebutkan bahwa AMDAL dan UKL-UPL merupakan
dasar persetujuan lingkungan. Kemudian pada Pasal 4 menyatakan bahwa persetujuan
lingkungan menjadi prasyarat diterbitkannya perizinan berusaha/Peraturan pemerintah. Serta
pada pasal 5 menyebutkan bahwa berakihrnya persetujuan lingkungan, juga sebagai
berakhirnya perizinan berusaha.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 27 TAHUN 1999
TENTANG
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA,

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :


1. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan;
2. Dampak besar dan penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang
diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan;
3. Kerangka acuan adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup
yang merupakan hasil pelingkupan;
4. Analisis dampak lingkungan hidup (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak besar dan penting usaha dan/atau kegiatan;
5. Rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) adalah upaya penanganan dampak besar
dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha
dan/atau kegiatan;
6. Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) adalah upaya pemantauan komponen
lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat rencana usaha dan/atau
kegiatan;
7. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan;
8. Instansi yang berwenang adalah instansi yang berwenang memberikan keputusan izin
melakukan usaha dan/atau kegiatan;
9. Instansi yang bertanggung jawab adalah instansi yang berwenang memberikan keputusan
kelayakan lingkungan hidup dengan pengertian bahwa kewenangan di tingkat pusat berada
pada Kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dan di tingkat
daerah pada Gubernur;
10. Instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan adalah instansi yang membina secara
teknis usaha dan/atau kegiatan dimaksud;
11. Komisi penilai adalah komisi yang bertugas menilai dokumen analisis mengenai dampak
lingkungan hidup dengan pengertian di tingkat pusat oleh komisi penilai pusat dan di
tingkat daerah oleh komisi penilai daerah;
12. Menteri adalah Menteri yang ditugasi untuk mengelola lingkungan hidup;
13. Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan adalah instansi yang
bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan.
14. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atau Gubernur Kepala Daerah
Istimewa atau Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

Pasal 2

1. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan bagian kegiatan studi kelayakan
rencana usaha dan/atau kegiatan.
2. Hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup digunakan sebagai bahan perencanaan
pembangunan wilayah.
3. Penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup dapat dilakukan melalui
pendekatan studi terhadap usaha dan/atau kegiatan tunggal, terpadu atau kegiatan dalam
kawasan.

Pasal 3
1. Usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup meliputi:
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tidak terbaru;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran, dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam
dalam pemafaatanya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non-hayati;
h. penerapan teknologi yang dipikirkan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan hidup; i. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi, dan/atau
mempengaruhi pertahanan negara.
2. Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang wajib memiliki
analisis mengenai dampak lingkungan hidup ditetapkan oleh Menteri setelah mendengar
dan memperhatikan saran dan pendapat Menteri lain dan/atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non Departemen yang terkait.
3. Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat ditinjau kembali
sekurang-kurangnya dalam waktu 5 (lima) tahun.
4. Bagi rencana usaha dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
pemantauan lingkungan hidup yang pembinaannya berada pada instansi yang membidangi
usaha dan/atau kegiatan.
5. Pejabat dari instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan
wajib mencantumkan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan
lingkungan hidup dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan kewajiban upaya pengelolaan lingkungan
hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup sebagaimana yang membidangi usaha
dan/ataukegiatan setelah mempertimbangkan masukan dari instansi yang
bertanggungjawab.
Pasal 4

1. Usaha dan/atau kegiatan yang akan dibangun di dalam kawasan yang sudah dibuatkan
analisis mengenai dampak lingkungan hidup tidak diwajibkan membuat analisis mengenai
dampak lingkungan hidup lagi.
2. Usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan untuk
melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup dan perlindungan fungsi lingkungan
hidup sesuai dengan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan
lingkungan hidup kawasan.

Pasal 5

1. Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap
kegiatan lingkungan hidup antara lain :
a. jumlah manusia yang akan terkena dampak;
b. luas wilayah persebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak beralangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
e. sifat kumulatif dampak;
f. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.
2. Pedoman mengenai penentuan dampak besar dan penting sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.

Pasal 6

1. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) tidak perlu dibuat bagi rencana usaha dan/atau kegiatan untuk menanggulangi suatu
keadaan darurat.
2. Menteri lain dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang membidangi
usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan menetapkan telah terjaidnya suatu keadaan
darurat.

Pasal 7

1. Analisis mengendai dampak lingkungan hidup merupakan syarat yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh
pejabat yang berwenang.
2. Permohonan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diajukan oleh pemrakarsa kepada pejabat yang berwenang menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan wajib melampirkan keputusan kelayakan
lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 ayat (2) yang diberikan oleh instansi yang bertanggungjawab.
3. Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencantumkan syarat
dan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam rencana pengelolaan lingkungan hidup
dan rencana pemantauan lingkungan hidup sebagai ketentuan dalam izin melakukan
usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkannya.
4. Ketentuan dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemrakarsa, dalam menjalankan
usaha dan/atau kegiatannya.

BAB II
KOMISI PENILAI ANALISIS MENGENAI DAMPAK
LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 8

1. Komisi penilai dibentuk :


a. di tingkat pusat : oleh Menteri;
b. di tingkat daerah : oleh Gubernur,
2. Komisi penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a. di tingkat pusat berkedudukan di instansi yang ditugasi mengendalikan dampak
lingkungan;
b. di tingkat daerah berkedudukan di instansi yang ditugasi mengendalikan dampak
lingkungan Daerah Tingkat I.
3. Komisi penilai menilai kerangka acuan, analisis dampak lingkungan hidup, rencana
pengelolaan lingkungan hidup, dan rencana pemantauan lingkungan hidup.
4. Dalam menjalankan tugasnya, Komisi Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibantu oleh tim teknis yang bertugas memberikan pertimbangan teknis atas kerangka
acuan, nalisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan
rencana pemantauan lingkungan hidup.
5. Dalam menjalankan tugasnya, komisi penilai pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dibantu oleh tim teknis dari masing-masing sektor.
6. Komisi penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyerahkan hasil penilaiannya
kepada instansi yang bertanggungjawab untuk dijadikan dasar keputusan atas kerangka
acuan, analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan
rencana pemantauan lingkungan hidup.
7. Ketentuan mengenai tata kerja komisi penilai dimaksud, baik pusat maupun daerah,
ditetapkan oleh Menteri, setelah mendengar dan memperhatikan saran/pendapat Menteri
Dalam Negeri dan Menteri lain dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang terkait.
8. Ketentuan mengenai tata kerja tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan
lebih lanjut oleh Komisi Penilai Pusat.

Pasal 9

1. Komisi penilai pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a terdiri atas
unsur-unsur instansi yang ditugasi mengelola lingkungan hidup, instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan, Departemen Dalam Negeri, instansi yang ditugasi
bidang kesehatan, instansi yang ditugasi bidang pertahanan keamanan, instansi yang
ditugasi perencanaan pembangunan nasional, instansi yang ditugasi bidang pertanahan,
instansi yang ditugasi bidang ilmu pengetahuan, departemen dan/atau Lembaga
Pemerintah Non Departemen yang membidangi usaha dan/atau Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang terkait, wakil Propinsi Daerah Tingkat I yang bersangkutan, Wakil
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang bersangkutan, ahli di bidang lingkungan
hidup, ahli dibidang yang berkaitan, organisasi lingkungan hidup sesuai dengan bidang
usaha dan/atau kegiatan yang dikaji, wakil masyarakat terkena dampak, serta anggota lain
yang dipandang perlu.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan anggota komisi penilai pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 10

1. Komisi penilai daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b terdiri atas
unsur-unsur : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I, Instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan, instansi yang ditugasi mengendalikan dampak
lingkungan Daerah Tingkat I, instansi yang ditugasi bidang penanaman modal Daerah,
instansi yang ditugasi bidang pertanahan di daerah, instansi yang ditugasi bidang
pertahanan keamanan daerah, instansi yang ditugasi bidang kesehatan Daerah Tingkat I,
wakil instansi pusat dan/atau daerah yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan, wakil instansi terkait di Propinsi Daerah Tingkat I, wakil
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang bersangkutan, pusat studi lingkungan
hidup perguruan tinggi daerah yang bersangkutan, ahli di bidang lingkungan hidup di
daerah, organisasi lingkungan hidup sesuai dengan bidang usaha dan/atau kegiatan yag
dikaji, warga masyarakat yang terkena dampak, serta anggota lain yang dipandang perlu.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan anggota komisi penilai daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur

Anda mungkin juga menyukai