Anda di halaman 1dari 27

TINJAUAN PROSES BISNIS DAN KINERJA KPPN BOGOR TAHUN 2020

DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI


NASIONAL
Karya Tulis Ilmiah
Dalam rangka On The Job Training (OJT)
Calon Pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Disusun oleh :
Aditya Pratama Sony 4301170272
Christine Desyntha Sinaga 1302170256
Firda Suci Alawiyah 1302170641
Miranda Sinaga 1302170642

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN


KEMENTERIAN KEUANGAN
2021

1
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam KTI ini tidak terdapat KTI
yang diajukan oleh peserta Program On The Job Training (OJT) yang lain, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis
oleh peserta lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari, ternyata saya terbukti
dalam upaya plagiarisme, maka saya bersedia untuk dibatalkan segala hak saya
dalam kegiatan OJT ini.

Bogor, Februari 2021

Aditya Pratama Sony Christine Desyntha Sinaga

Firda Suci Alawiyah Miranda Sinaga

2
TINJAUAN PROSES BISNIS DAN KINERJA KPPN BOGOR TAHUN 2020
DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI
NASIONAL

Disusun oleh :
Aditya Pratama Sony 4301170272
Christine Desyntha Sinaga 1302170256
Firda Suci Alawiyah 1302170641
Miranda Sinaga 1302170642

Disetujui oleh :
Endarto, S.E., M.Si.
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Bogor

Endarto, S.E., M.Si.


NIP. 196507311985031002

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis memiliki kekuatan, kesehatan
dan kemampuan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Tinjauan Proses Bisnis dan Kinerja KPPN Bogor Tahun 2020 dalam Rangka
Mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional”. Karya Tulis Ilmiah ini
penulis susun untuk memenuhi tugas dari rangkaian kegiatan On The Job
Training (OJT) sebagai calon pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Endarto dan Bapak


Anang Setiawan selaku coach pembimbing dan coach penguji yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis. Selain itu, penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak, baik Bapak/Ibu pegawai di KPPN Bogor
maupun teman-teman kelompok OJT yang telah banyak membantu penulis dalam
menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi
setiap pembaca khususnya dalam memahami proses bisnis di KPPN dan adaptasi
yang dilakukan akibat pandemi dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi
nasional. Besar harapan penulis, KTI ini juga dapat memberikan referensi serta
masukan kepada KPPN yang berada dibawah naungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan khususnya KPPN yang secara langsung terlibat mendukung
program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sehingga pelaksanaan PEN
kedepan boleh berjalan lebih baik.

Dalam masa penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka akan kritik
dan saran membangun yang dapat menjadi pembelajaran bagi penulis dan
perbaikan bagi karya tulis ini. Akhir kata, semoga karya tulis ini bermanfaat dan
dapat menginsipirasi

Tim Penyusun

4
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...................................................................................................... 2
TINJAUAN PROSES BISNIS DAN KINERJA KPPN BOGOR TAHUN 2020
DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI
NASIONAL ............................................................................................................. 3
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 4
BAB I ....................................................................................................................... 6
PENDAHULUAN ................................................................................................... 6
A. Latar Belakang .............................................................................................. 6

B. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 7

BAB II ...................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 8
A. Program Pemulihan Ekonomi Nasional ........................................................ 8

B. Tugas dan Fungsi KPPN Bogor .................................................................. 11

C. Proses Bisnis Pencairan Dana Belanja Negara............................................ 12

BAB III .................................................................................................................. 14


PEMBAHASAN .................................................................................................... 14
A. Perubahan Proses Bisnis dan Kinerja KPPN Bogor Tahun 2020 ............... 14

B. Peran Strategis KPPN Bogor Terkait Realisasi Program PEN Melalui


TKDD .......................................................................................................... 19

C. Tantangan dan Hambatan dalam Perubahan Proses Bisnis KPPN Bogor ... 20

BAB IV .................................................................................................................. 22
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 22
A. Simpulan...................................................................................................... 22

B. Saran ............................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia, termasuk Indonesia saat ini masih dalam situasi pandemi Covid-19
yang tak kunjung mereda. Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal dalam
segala aspek kehidupan kita. Bangsa Indonesia dihadapkan pada kondisi yang
menantang akibat pandemi Covid-19 dan dampak yang ditimbulkannya baik dari
sisi kesehatan, sosial, maupun ekonomi.
Dampak dari pandemi Covid-19 secara signifikan dirasakan oleh seluruh
sektor perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya penurunan
aktivitas ekonomi di seluruh lapisan masyarakat yang berdampak langsung pada
angka pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini menuntut Pemerintah untuk
tidak diam saja. Pemerintah Indonesia langsung merespon dampak negatif
tersebut dengan memberikan stimulus kepada masyarakat melalui program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Program PEN dinilai sebagai salah satu cara untuk menjaga pertumbuhan
ekonomi. Program pemulihan ekonomi nasional dapat berjalan sesuai dengan
perencanaan jika pelaksanaan program PEN direalisasikan secara cepat dan tepat.
Realisasi belanja negara terus diupayakan terutama untuk penyerapan anggaran
yang berkaitan dengan program PEN.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan, khususnya Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) sebagai bagian dari Kementerian Keuangan
memiliki peran strategis dalam Pemulihan Ekonomi Nasional. Kinerja KPPN juga
menjadi salah satu indikator bagaimana program PEN ini dapat berjalan. Dalam
situasi pandemi, KPPN sebagai pihak penyalur dihadapkan dengan tantangan
berupa keadaan yang menuntut setiap insan perbendaharaan harus adaptif dan
responsif. Hal ini dilakukan agar penyaluran dana khususnya dana bantuan kepada
masyarakat dapat berjalan dengan baik. Komitmen mewujudkan pemulihan
ekonomi nasional ini dapat terlihat dari beberapa perubahan pada proses bisnis
dan adaptasinya. Melihat tantangan insan perbendaharaan dalam beradaptasi dan
6
mengubah proses bisnis sebagai wujud mendukung PEN, penulis ingin menggali
lebih dalam tentang peran insan perbendaharaan dalam melakukan perubahan
proses bisnis dan beradaptasi sebagai wujud nyata mendukung PEN

B. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Karya Tuls Ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas dari rangkaian kegiatan On The Job
Training (OJT) sebagai calon pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
2. Untuk mengetahui perubahan proses bisnis dan langkah adaptif yang
dilakukan oleh KPPN Bogor dan bagaimana perubahan tersebut
mempengaruhi kinerja KPPN Bogor dalam mendukung program PEN pada
situasi pandemi Covid-19 yang sedang terjadi.
3. Untuk memahami peran KPPN Bogor dalam rangka mendukung program
PEN yang saat ini sedang dijalankan oleh pemerintah.
4. Untuk mengetahui hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh KPPN Bogor
dalam melaksanakan adaptasi dan proses bisnis selama program PEN
berlangsung
7

.BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Program Pemulihan Ekonomi Nasional


Pandemi Covid-19 memberikan efek domino pada aspek sosial, ekonomi dan
keuangan Indonesia. Dampak langsung dari pandemi ini dapat dilihat pada aspek
kesehatan. Penyebaran virus ini juga membawa dampak sosial berupa
diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berarti
berhentinya aktivitas ekonomi yang menyerap tenaga kerja di berbagai sektor
termasuk sektor-sektor informal.
Langkah pembatasan sosial ini juga berdampak pada kinerja ekonomi. PSBB
mengakibatkan konsumsi terganggu, ekspor-impor yang mengalami kontraksi
bahkan investasi terhambat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada awal pandemi yaitu pada kuartal I-2020 sebesar 2,97%.
Pertumbuhan tersebut mengalami kontraksi 2,41% dibanding triwulan IV 2019.
Perlambatan ekonomi yang tajam mengakibatkan terjadinya kenaikan angka
pengangguran yang membawa Indonesia pada kenaikan tingkat kemiskinan.
Bahkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan
akan terjadi kenaikan tingkat kemiskinan menjadi 10,63% (4 juta orang) apabila
pemerintah tidak melakukan intervensi melalui program perlindungan sosial.
Dampak kesejahteraan masyarakat akibat Eskalasi Covid-19 dan perlambatan
ekonomi yang tajam mendorong pemerintah melakukan kebijakan extraordinary
melalui PEN. Dengan berbagai langkah extraordinary ini, pemerintah berupaya
memulihkan kesehatan serta menjaga pertumbuhan dan dampak kesejahteraan
agar tidak semakin memburuk bahkan secara perlahan dapat pulih kembali.
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) adalah rangkaian kegiatan oleh
Pemerintah untuk pemulihan perekonomian nasional yang merupakan bagian dari
kebijakan keuangan negara yang dilaksanakan untuk mempercepat penanganan
pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau menghadapi ancaman
yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan
8

serta penyelamatan ekonomi nasional. Program ini bertujuan untuk melindungi,


mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku usaha
dalam menjalankan usahanya. Dalam melaksanakan program PEN, Pemerintah
dapat melakukan Peyertaan Modal Negara (PMN), Penempatan Dana, Investasi
Pemerintah, dan Penjaminan.
Penanganan pandemi virus yang dinamis mengikuti perkembangan penelitian
membuat pemerintah harus ikut bertindak proaktif dalam membuat kebijakan.
Salah satunya dapat kita lihat dalam perubahan defisit APBN 2020 yang terjadi
sebanyak dua kali untuk menetapkan defisit 5,07 persen pada bulan April
kemudian disusul kembali dengan pelebaran defisit menjadi 6,34 persen terhadap
PDB.
Fokus utama program PEN adalah melakukan intervensi di bidang kesehatan
melalui berbagai kegiatan penanganan Covid-19. Fokus selanjutnya adalah pada
dukungan anggaran dalam pemulihan ekonomi dari seluruh aspek baik dengan
bantuan sosial, insentif, pembiayaan, dll. Berdasarkan pembiayaan program PEN
dalam penanganan Covid-19, program PEN terbagi kedalam enam bidang utama
yaitu untuk kesehatan, perlindungan sosial, insentif usaha, UMKM, pembiayaan
korporasi dan sektoral K/L Pemda.
Program PEN di bidang kesehatan terdiri dari program pemberian insentif
tenaga kesehatan, santunan bagi tenaga kesehatan yang gugur akibat Covid-19,
belanja penanganan Covid-19, bantuan iuran JKN, pembiayaan untuk gugus tugas
penanganan Covid-19 dan insentif perpajakan. Belanja penanganan Covid-19
meliputi penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai seperti ruang isolasi khusus
pasien Covid-19, pembelian alat tes dan obat-obatan, dsb. Bantuan iuran JKN bagi
para pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau peserta mandiri dan Bukan
Pekerja (BP) kelas 3 serta insentif perpajakan kesehatan juga dilakukan untuk
terus mempermudah setiap masyarakat mendapat layanan kesehatan.
Terdapat banyak jenis dan spesialisasi program PEN dalam bidang
perlindungan sosial. Mulai dari Program Keluarga Harapan (PKH) bagi keluarga
9
miskin terutama ibu hamil dan anak, kartu sembako, Bantuan Langsung Tunai
(BLT), Bantuan beras PKH dan tunai sembako non-PKH, bansos sembako
Jabodetabek, BST dan BSU non-Jabodetabek, kartu prakerja hingga diskon listrik
selama 6 bulan bagi masyarakat dengan golongan tarif 450V dan 900V.
Selain itu salah satu modifikasi program dalam bidang perlindungan sosial
adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa. BLT ini adalah bantuan uang
kepada keluarga miskin di desa untuk mengurangi dampak pandemi Covid-19
yang bersumber dari dana desa dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) di dalam struktur APBN.
BLT Dana Desa adalah salah satu komponen penerimaan daerah di dalam APBD
(dianggarkan 35% atau lebih dengan persetujuan Pemkab/Pemkot) yang dikelola
dengan mekanisme APBD daerah masing-masing. Setiap KPM yang bukan
penerima bansos program lain akan menerima 600 ribu perbulan. Penerima
ditentukan oleh kepala desa dengan mempertimbangkan Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Program PEN juga menyentuh bidang Sektoral Kementerian/Lembaga (K/L)


dan Pemda. Bidang Sektoral K/L terdiri dari program padat karya berupa padat
karya pertanian, perhubungan, kelautan dan perikanan serta Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Program Padat Karya bertujuan untuk menciptakan lapangan
kerja, mengurangi kemiskinan dan menjaga daya beli masyarakat di desa sehingga
mampu menggerakkan roda ekonomi daerah. Program dalam bidang sektoral dan
pemda lainnya adalah DID Pemulihan, DAK Fisik, insentif perumahan, stimulus
pariwisata, pinjaman daerah, food estate dan lingkungan bahkan bantuan kepada
pesantren yang kegiatannya harus terhenti akibat pandemi.

Selain fokus pada pemberian bantuan sosial, Pemerintah juga berupaya penuh
memberikan stimulus untuk menggerakkan roda perekonomian. Dalam hal ini
Pemerintah memberikan bantuan berupa insentif usaha (insentif pajak), bantuan
UMKM dan Korporasi. Bantuan kepada UMKM dilakukan dalan penempatan
dana, PPh Final, subsidi bunga, penjaminan kredit, pembiayaan investasi hingga
menerima bantuan presiden selaku pelaku usaha mikro. Bantuan Korporasi
10

dilakukan dengan cara antara lain melakukan penyertaan modal negara dan
pinjaman investasi serta penjaminan kredit korporasi bagi BUMN.
Dalam melaksakan program PEN, KPPN sebagai kuasa BUN harus
melakukan koordinasi antara KPPN dengan satuan kerja K/L. Satker dituntut
sigap untuk melakukan realisasi sedangkan KPPN sebagai Kuasa BUN dituntut
untuk melakukan eksekusi yaitu memastikan penyaluran dana, tagihan, dan
pelaporan berjalan dengan baik serta melakukan edukasi untuk mengurangi risiko
kesalahan. Terkait dengan Dana Desa sebagai sumber BLT, seksi Verifikasi
Anggaran dan Bank di KPPN diposisikan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran
Penyaluran TKDD sedangkan seksi Pencairan Dana tetap berperan sebagai Kuasa
BUN.

B. Tugas dan Fungsi KPPN Bogor


KPPN Bogor merupakan salah satu KPPN Tipe A1 Non Provinsi yang berada
di bawah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi
Jawa Barat. KPPN Bogor berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Kantor Wilayah dan dipimpin oleh seorang Kepal Kantor.
KPPN Bogor sebagai KPPN Tipe A1 mempunyai beberapa tugas dan fungsi.
Tugas KPPN Bogor adalah melaksanakan kewenangan perbendaharaan dan
bendahara umum negara, penyaluran pembiayaan atas beban anggaran, serta
penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Sementara itu, fungsi yang diselenggarakan oleh KPPN Bogor adalah (a)
pengujian terhadap dokumen surat perintah pembayaran berdasarkan peraturan
perundang-undangan; (b) penerbitan surat perintah pencairan dana dari kas negara
atas nama Menteri Keuangan (Bendahara Umum Negara); (c) penyaluran
pembiayaan atas beban APBN; (d) penilaian dan pengesahan terhadap
penggunaan uang yang telah disalurkan; (e) penatausahaan penerimaan dan
pengeluaran negara melalui dan dari kas negara; (f) pengiriman dan penerimaan
kiriman uang; (g) penyusunan laporan pelaksanaan anggaran pendapatan dan
11

belanja negara; (h) penyusunan laporan realisasi pembiayaan yang berasal dari
pinjaman dan hibah luar negeri; (i) penatausahaan PNBP; (j) penyelenggaraan
verifikasi transaksi keuangan dan akuntansi; (k) pembuatan tanggapan dan
penyelesaian temuan hasil pemeriksaan; (l) pelaksanaan kehumasan; (m)
menjamin kelancaran pencairan dana APBN secara tepat sasaran, tepat waktu dan
tepat jumlah; (n) mengelola penerimaan negara secara profesional dan akuntabel;
dan (o) mewujudkan pelaporan pertanggungjawaban APBN yang akurat dan tepat
waktu.

C. Proses Bisnis Pencairan Dana Belanja Negara


a. Prosedur Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana

Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan PA/KPA atau pejabat yang


ditunjuk menyampaikan SPM beserta dokumen pendukung dilengkapi dengan
Arsip Data Komputer (ADK) berupa softcopy (disket) melalui loket Penerimaan
SPM pada KPPN atau melalui Kantor Pos, kecuali bagi satker yang masih
menerbitkan SPM secara manual tidak perlu ADK. SPM Gaji Induk harus sudah
diterima KPPN paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran. Petugas
KPPN pada loket penerimaan SPM memeriksa kelengkapan SPM, mengisi check
list kelengkapan berkas SPM, mencatat dalam Daftar Pengawasan Penyelesaian
SPM, dan meneruskan check list serta kelengkapan SPM ke Seksi Perbendaharaan
untuk diproses lebih lanjut. SPM yang diajukan Satker ke KPPN ini merupakan
dasar penerbitan SP2D.
Pengujian SPM dilaksanakan oleh KPPN mencakup pengujian yang bersifat
substansif dan formal. Pengujian substantif dilakukan untuk menguji kebenaran
perhitungan tagihan, menguji ketersediaan dana pada kegiatan/sub kegiatan/MAK
dalam DIPA, menguji dokumen sebagai dasar penagihan (Ringkasan
Kontrak/SPK, Surat Keputusan, Daftar Nominatif Perjalanan Dinas), menguji
surat pernyataan tanggung jawab (SPTB) dari kepala kantor/satker atau pejabat
lain yang ditunjuk, dan menguji faktur pajak beserta SSP-nya. Pengujian formal
dilakukan untuk mencocokkan tanda tangan pejabat penandatangan SPM dengan
12

spesimen tanda tangan, memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah uang, dan


memeriksa kebenaran dalam penulisan.
Keputusan hasil pengujian ditindaklanjuti dengan penerbitan SP2D apabila
SPM yang diajukan oleh Satker telah memenuhi syarat yang ditentukan atau
pengembaliaan SPM kepada satker penerbit SPM, apabila tidak memenuhi syarat
untuk diterbitkannya SP2D. Penerbitan SP2D oleh KPPN dilakukan dengan cara
SP2D ditandatangani oleh Seksi Perbendaharaan dan Seksi Bank/Giro Pos atau
Seksi Bendum, kemudian SP2D ditebitkan dalam rangkap 3 (tiga) dan dibubuhi
stempel timbul Seksi Bank/Giro Pos atau Seksi Bendum yang disampaikan
kepada Bank Operasional, penerbit SPM dengan dilampiri SPM yang telah
dibubuhi Cap, dan KPPN sebagai pertinggal yang dilengkapi lembar ke-1 SPM
dan dokumen pendukungnya.

b. Koreksi/Ralat, Pembatalan SPP, SPM ,Dan SP2D

Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
mengakibatkan perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D; sisa pagu
anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; perubahan kode Bagian Anggaran,
eselon I, dan Satker. Koreksi/ralat yang dapat dilakukan diantaranya dilakukan
untuk memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan kode;
pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara bayar, tahun
anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber dana, cara penarikan,
nomor register; dan/atau koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama
bank yang tercantum pada SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnya
yang disebabkan terjadinya kegagalan transfer dana.
Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjang SP2D belum
diterbitkan. Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM secara tertulis
sepanjang SP2D belum diterbitkan. Apabila SP2D telah diterbitkan dan belum
mendebet kas negara, pembatalan SPM dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk.
Pembatalan SP2D tidak dapat dilakukan dalam hal SP2D telah mendebet Kas
Negara. Koreksi SP2D atau daftar nominatif untuk penerima lebih dari satu
rekening hanya dapat dilakukan oleh Kepala KPPN berdasarkan permintaan KPA.

13

BAB III
PEMBAHASAN
A. Perubahan Proses Bisnis dan Kinerja KPPN Bogor Tahun 2020
Pandemi COVID-19 sedikit banyak ikut mempengaruhi proses bisnis di
KPPN, khususnya KPPN Bogor. Adanya peraturan mengenai penerapan
pembatasan sosial yang diberlakukan oleh pemerintah mengakibatkan proses
bisnis antara KPPN Bogor dan stakeholder-nya beralih dari yang sebelumnya
dilakukan tatap muka secara langsung menjadi interaksi secara daring.
Selama pandemi, KPPN perlu terus melakukan transformasi bisnis dalam
menjalankan tugas untuk memudahkan proses dan pelaksanaan anggaran sebagai
bukti partisipasi aktif dalam mendukung program PEN. Transformasi tersebut
dilakukan dalam beberapa kegiatan seperti penyampaian berkas SPM ke FO dan
konsultasi dengan CSO KPPN yang saat ini terpaksa dilakukan secara online.
Pada awal pandemi, penyampaian berkas pelaksanaan anggaran dilakukan
dengan mengirim softcopy berkas via e-mail. Dengan diterbitkan SE-31/PB/2020
tentang Mekanisme Pengiriman Dokumen Tagihan Secara Elektronik pada Masa
Keadaan Darurat COVID-19, mulai akhir April 2020 penyampaian dokumen
tagihan ke KPPN dilakukan secara online menggunakan Modul web eSPM.
Modul web eSPM saat ini bisa dikatakan multifungsi dan sangat bermanfaat.
Hampir semua dokumen pelaksanaan anggaran dapat diajukan lewat eSPM mulai
dari berkas GPP untuk rekonsiliasi gaji, berkas SPM, supplier, kontrak, hingga
koreksi SPM kecuali Dokumen SKPP. Pembuatan SKPP masih belum bisa
dilakukan via daring karena standar operasional pembuatan SKPP yang masih
menlampirkan SKPP fisik. Permohonan SKPP ini kemudaian dilakukan via e-
mail dan terkadang via pos oleh beberapa satker.
Proses bisnis di masa pandemi menuntut KPPN Bogor memgoptimalkan
penggunaan media sosial dan teknologi informasi. Bimtek dan sosialisasi
diselenggarakan dengan menggunakan aplikasi Zoom, sementara konsultasi
dilakukan via telepon atau chat online.
14
Dengan berubahnya proses bisnis di KPPN Bogor menjadi daring saat
pandemi pasti mengakibatkan perbedaan realisasi kinerja khususnya kinerja
KPPN Bogor. Oleh karena itu, kami mencoba melihat dan membandingkan
Indeks Kerja Utama (IKU) KPPN Bogor tahun 2019-2020 khususnya pada poin
yang berkaitan secara tidak langsung dengan peran insan perbendaharaan sebagai
penyalur anggaran dalam menyukseskan program PEN.
Tabel 3.1
2019 2020
Indeks Kinerja
Tw. Tw.
Utama
Tw. I II Tw. III Tw. IV I Tw. II Tw. III Tw. IV

Indeks kepuasan
satker terhadap
layanan KPPN  0 4.81  4.81  4.81  0  4.57  4.57  4.57 

Indeks efektivitas
edukasi dan
komunikasi 0  89,39  89,39   88.50 0  88,45  88,45  88,73 
Secara keseluruhan terdapat penurunan angka indeks pada dua poin indeks
pada Tabel 3.1. Indeks kepuasan satker terhadap layanan KPPN tahun 2020
menurun menjadi 4.57 yang sebelumnya telah mencapai 4.81. Angka penurunan
ini cukup besar bila kita membandingkannya dengan tahun 2019, tetapi
sebenarnya angka ini masih melampaui target IKU KPPN Bogor tahun 2020
dalam poin itu yaitu sebesar 4.55.
Menurut kami penurunan ini terjadi akibat adaptasi yang harus dilakukan
akibat pandemi, terutama dengan adanya beberapa kali perubahan tata cara dalam
pelayanan mulai dari tatap muka dengan jarak, pelayanan melalui e-mail, hingga
pelayanan tanpa tatap muka menggunakan e-SPM. Meskipun menurun dari tahun
lalu, indeks kepuasan satker terhadap layanan KPPN yang melampaui target
menyatakan bahwa proses adaptasi terhadap perubahan layanan KPPN Bogor
sudah cukup baik.
Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi juga melampaui target
meskipun juga mengalami penurunan dengan tahun lalu. Hal ini sejalan dengan
kenaikan penolakan formal SPM yang sering terjadi.

15
Pandemi COVID-19 dan penyampaian dokumen tagihan secara online
tentunya ikut mempengaruhi jumlah transaksi penerbitan SP2D yang terlihat pada
Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Jumlah Penerbitan SP2D di KPPN Bogor

Bulan 2019 2020


Januari 1.239 1.483
Februari 3.564 4.165
Maret 4.989 4.787
April 5.779 4.473
Mei 7.386 3.278
Juni 4.063 3.794
Juli 7.303 4.016
Agustus 6.520 4.286
September 6.768 5.106
Oktober 8.191 4.584
November 8.846 6.204
Desember 11.468 7.536
Jumlah 76.116 53.712
Sumber: Modul OMSPAN 2019 dan 2020 KPPN Bogor

Jika dicermati, angka jumlah SP2D yang terbit di KPPN Bogor per bulan pada
tahun 2020 mengalami penurunan SP2D yang terbit sejak bulan Maret. Hal ini
dapat terjadi karena penerapan sejumlah pengetatan pelaksanaan anggaran oleh
pemerintah. Kebijakan pengetatan pelaksanaan anggaran tersebut diantaranya:
a. Pemotongan dan pengalihan anggaran K/L untuk membiayai penanggulangan
Covid-19;
b. Proses revisi DIPA untuk menyediakan anggaran Covid-19 mengharuskan
satker membatasi transaksi realisasi anggaran;
c. Pada tahun 2020, THR dan Gaji ke-13 dibayarkan hanya sebesar gaji dan
dengan beberapa pembatasan tambahan;

16
d. Pembatasan penyampaian SPM, mulai dari pembatasan jenis belanja,
pembatasan pengajuan GU, hingga pembatasan pengajuan SPM harian sampai
dengan pukul 12.00.

Adanya pandemi dan penerapan pembatasan pelaksanaan memang


mengurangi volume pengajuan SPM. Namun, ada data lain yang juga perlu
dicermati, yaitu justru terjadinya lonjakan jumlah kesalahan SPM seperti yang
terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Jumlah Penolakan SPM KPPN Bogor


Periode Penolakan Formal Penolakan Jumlah
Substantif
2019 2.291 60 2.351
2020 2.221 78 2.299
Sumber: Modul OMSPAN 2019 dan 2020 KPPN Bogor

Selama tahun 2019, terdapat penolakan formal SPM sebanyak 2.291 tetapi di
tahun 2020 penolakan formal SPM telah terjadi sebanyak 2.221. Penolakan yang
terjadi pada tahun 2020 tampak seolah lebih sedikit daripada tahun 2019, namun
jika dibandingkan lagi dengan jumlah SP2D yang terbit untuk tiap tahun yang
sama maka akan terlihat bahwa persentase penolakan SPM formal pada tahun
2020 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2019.

Tabel 3.4 Jumlah Penolakan Formal SPM dengan Jumlah SP2D yang Terbit di
KPPN Bogor
Periode 2019 2020
Jumlah SP2D terbit 76.116 53.712
Jumlah penolakan formal 2.291 2.221
SPM
Perbandingan 3,00% 4,13%
Sumber: Modul OMSPAN 2019 dan 2020 KPPN Bogor

Pada tahun 2019, dari jumlah 76.116 SP2D yang terbit di KPPN Bogor terjadi
penolakan formal SPM sebanyak 2.291. Akan tetapi pada tahun 2020, dengan
jumlah SP2D yang terbit sebanyak 53.712, jumlah penolakan formal SPM
mencapai 2.221.

17
Penolakan formal SPM adalah penolakan berkas tagihan oleh sistem SPAN
karena SPAN menemukan kesalahan pada SPM pada saat memproses validasi
berkas ADK tagihan (file PMRT). Proses validasi ini berjalan otomatis by system.
Penolakan dapat diminimalisir dengan cara sebelum validasi ADK tagihan (file
PMRT) dilakukan di SPAN, petugas validasi harus memastikan terlebih dulu
bahwa berkas tagihan tersebut telah lengkap dan benar (data supplier telah update,
data kontrak – jika ada – telah update, dan data PMRT telah update).

Dahulu, saat berkas SPM diajukan secara langsung, petugas FO konversi


biasanya bertanya kepada petugas pengantar SPM satker apakah SPM yang
diajukan ini memerlukan update. Jika ada kesalahan SPM, dapat segera
ditemukan dan diperbaiki. Jika petugas satker menemui masalah, maka dapat
berkonsultasi secara langsung dengan petugas CSO sehingga berkas tagihan yang
akan divalidasi ke SPAN adalah berkas yang telah dipastikan benar.

Kini dengan bantuan modul eSPM, mitra satker memang dapat mengajukan
berkas tagihan lebih mudah dan efsien karena dapat diajukan secara online tetapi
potensi penolakan formal SPM jadi meningkat disebabkan proses verifkasi berkas
secara online tidak seleluasa verifkasi secara offline.

Bila ingin melihat lebih lanjut tentang kinerja KPPN Bogor terhadap realisasi
anggaran yang dilakukan, kita dapat melihat beberapa Indikator Kinerja
Pelaksanaan Anggaran (IKPA) KPPN Bogor tahun 2020 berikut ini.

Tabel 3.5 Sebagian Indeks Kinerja Pelaksanaan Anggaran KPPN Bogor 2020

Sum
ber: MONEVPA KPPN Bogor tahun 2020
18
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam IKPA ini adalah nilai efisiensi
kesalahan SPM yang masih perlu ditingkatkan dan sejalan dengan kenaikan
penolakan SPM. Insan perbendaharaan dan satker memang masih terus
beradaptasi terhadap prosedur baru terkait penyampaian SPM. Disisi lain,
indikator efektivitas penyerapan anggaran, penyelesaian tagihan, konfirmasi akan
capaian output, retur SP2D dan Renkas menunjukkan angka yang sangat baik. Hal
ini membuktikan bahwa kinerja KPPN Bogor yang saat ini mau tidak mau harus
adaptif dan responsif terhadap keadaan pandemi tetap berjalan dengan baik.

B. Peran Strategis KPPN Bogor Terkait Realisasi Program PEN Melalui


TKDD
Dalam rangka mendukung program PEN, KPPN Bogor selaku penyalur
anggaran di daerah Bogor dan sekitarnya memfokuskan penyaluran dana dalam
bidang Bantuan Langsung Tunai-Dana Desa (BLT-Dana Desa), yaitu bantuan
keuangan yang bersumber dari Dana Desa dan ditujukan bagi masyarakat miskin
dan rentan yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
terutama akibat wabah Covid-19.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020, masyarakat miskin dan
rentan yang berhak menerima BLT-Dana Desa adalah masyarakat yang belum
menerima bantuan dari skema jaminan kesejahteraan sosial lain seperti Program
Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) dan Kartu
Prakerja. Adapun nilai BLT-Dana Desa adalah Rp600.000 setiap bulan untuk
setiap keluarga miskin yang memenuhi kriteria dan diberikan selama 3 (tiga)
bulan dan Rp300.000 setiap bulan untuk tiga bulan berikutnya. BLT-Dana Desa
ini bebas pajak.
Sebelum pandemi, BLT penggunaannya difokuskan kepada pembangunan
desa dan pemberdayaan masyarakat namun beralih fokus dalam mendukung
ekonomi masyarakat yang terdampak Covid-19 karena daya beli yang berkurang.
Dengan adanya BLT-Dana Desa diharapkan dapat meningkatkan kembali daya
jual Kelurga Penerima Manfaat (KPM) sekaligus menggerakkan daya beli
masyarakat sehinggat dapat menstabilkan roda ekonomi di tengah pandemi ini.
19

Dalam penyaluran BLT-Dana Desa ini Pemda juga diberikan kemudahan dengan
cukup mencantumkan surat pengantar dan tagging desa bersangkutan.
Selain itu, berdasarkan PMK Nomor 35 Tahun 2020 KPPN Bogor juga
berperan dalam menyalurkan DAK Fisik terkait Covid-19. DAK fisik adalah dana
yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah tertentu untuk membantu
mendanai kegiatan khusus fisik yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Pada tahun 2020 Kota Depok mengajukan pencairan DAK
kepada KPPN Bogor sekitar 460 juta untuk penyediaan ruang isolasi pasien,
penyediaan obat-obatan, dan alat-alat medis lainnya. Namun jumlah dana yang
terealisasikan dari usulan tersebut hanya sekitar 33 juta rupiah. Selisih yang tajam
antara pengusulan dan realisasi dana ini karena tidak semua peralatan kesehatan
yang diusulkan sesuai dengan kriteria WHO serta dianggap tidak efektif dan
efisien dalam mendukung kesehatan masyarakat di tengah pandemi. Selain Kota
Depok, KPPN Bogor juga menyalurkan DAK Fisik ke beberapa rumah sakit di
Bogor seperti Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi, Rumah Sakit Paru Dr. M.
Goenawan Partowidigdo, dan Rumah Sakit Salak.
Tidak hanya di bidang kesehatan, penyaluran DAK fisik juga difokuskan
untuk bidang pendidikan. Namun, bukan berarti penyaluran ini mencakup semua
kebutuhan dalam bidang pendidikan. Terdapat beberapa pembatasan penyaluran
dana di bidang pendidikan yang dianggap belum bisa diprioritaskan seperti
pembangunan Gelanggang Olah Raga (GOR). DAK fisik dalam bidang
pendidikan lebih difokuskan kepada persiapan transisi dari tatap muka menjadi
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Selain itu, DAK Fisik juga difokuskan
penyalurannya di bidang infrastruktur seperti pembangunan jembatan dan sanitasi.

C. Tantangan dan Hambatan dalam Perubahan Proses Bisnis KPPN Bogor


Dari beberapa evaluasi atas implementasi e-SPM, ditemukan beberapa hal
yang perlu menjadi perhatian bila ditinjau dari sisi petugas satuan kerja, regulasi,
maupun pengembangan aplikasi.
Pada sisi petugas satker, masih sering ditemui beberapa kesalahan, yaitu (1)
ADK SPM belum dimasukkan PIN PPSPM atau PIN PPSPM salah; (2) ADK
20

SPM tidak dapat dibuka; (3) ADK GPP tidak ada; (4) Nomor supplier tidak sama
dengan nomor rekening data kontrak; (5) Kesalahan administratif pada SPM,
seperti kesalahan kode jenis pembayaran, akun, juga uraian; (6) Dokumen
pendukung tidak lengkap; (7) Perbedaan supplier,antara nama, NPWP, atau pun
NIP; (8) Nomor SPM sudah pernah digunakan; (9) Data kontrak belum
didaftarkan; (10) Pagu tidak mencukupi karena revisi DIPA yang masih dalam
proses.
Pada sisi regulasi, pengiriman hard copy yang menunggu masa pandemi
menyulitkan petugas KPPN dalam mengecek kebenaran antara ADK SPM dan
hard copy nya. Hal ini membuat petugas KPPN harus mencetak scan PDF SPM
tersebut sehingga proses penyelesaian SPM menjadi terhambat.

Pada sisi pengembangan sistem, beberapa hal yang perlu mendapatkan


perbaikan diantaranya adalah (1) Perubahan status pada e-SPM dibuat otomatis
agar mempersingkat waktu penyelesaian SPM; (2) Penambahan kapasitas akses ke
server SPM, agar tidak terjadi sistem tidak menjadi error saat terjadi lonjakan
jumlah SPM yang masuk; (3) Integrasi data antara aplikasi e-SPM dan aplikasi
konversi sehingga proses penyelesaian SPM lebih cepat; (4) Penambahan menu
monitoring atas SPM yang tertolak secara otomatis atas kuota SPM yang telah
terpenuhi sehingga petugas KPPN dapat memberi prioritas penyelesaian SPM
dimaksud keesokan hari.
21
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai tinjauan terhadap perubahan proses bisnis
dan kinerja KPPN Bogor dalam mendukung progam Pemulihan Ekonomi
Nasional, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terkait dengan Covid-19, KPPN Bogor melakukan adaptasi proses bisnis
dengan melakukan pembatasan sosial antar stakeholder-nya dengan
melakukan modifikasi secara daring. Hal ini bisa dilihat dengan
disampaikannya berkas SPM ke FO dan konsultasi dengan CSO KPPN secara
daring melalui E-SPM dan HAI CSO. Sedangkan untuk kegiatan sosialisasi,
bimtek, atau konsultasi di masa pandemi dilakukan dengan mengoptimalkan
penggunaan media sosial dan teknologi informasi. Meskipun masih terus
berusaha melakukan adaptasi, secara umum realisasi kinerja KPPN Bogor
tahun 2020 berjalan dengan baik.
2. Dalam mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), KPPN
Bogor selaku insan perbendaharaan memiliki peran nyata dalam penyaluran
dana yang sebagian besar difokuskan kepada BLT-Dana Desa untuk
masyarakat desa yang terdampak Covid-19 serta DAK Fisik dalam bidang
kesehatan dan pendidikan.
3. Terdapat beberapa permasalahan dan hambatan yang dihadapi oleh KPPN
Bogor dalam melaksanakan proses bisnisnya di tengah pandemi. Secara
umum, hambatan disebabkan oleh permasalahan pada aplikasi dan web yang
masih terus berkembang, sedangkan masih ada satker yang belum bisa
beradaptasi dengan perubahan proses bisnis tersebut sehingga komunikasi
sedikit terhambat. Selain itu, banyaknya pegawai yang sudah tidak lagi muda
dan harus beradaptasi dengan perubahan inipun bukanlah suatu hal yang
mudah.

22
B. Saran
Dari permasalahan yang dihadapi KPPN Bogor dalam perubahan proses bisnis
dan kinerja dalam mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional ini, pada sisi
pengembangan sistem penulis memiliki saran sebagai berikut:

1. Tetap melanjutkan kegiatan sosialisasi kepada para satker yang sudah berjalan
sebelumnya di KPPN Bogor mengingat bahwa perubahan akan terus terjadi.
2. Melakukan pemetaan terhadap beberapa satker yang sering melakukan
kesalahan lalu memberi perhatian khusus kepada mereka agar kinerja baik dari
sisi satker maupun KPPN dapat lebih optimal.
3. Kantor pusat dapat melakukan evaluasi secara berkala terhadap aplikasi e-
SPM yang digunakan oleh kantor-kantor agar pembaharuan dapat dilakukan
sembari aplikasinya juga tetap digunakan sehingga mendukung kinerja kantor.

23
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2020. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) dan/ atau Dalam
Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional
dan/ atau Stabilitas Sistem Keuangan. Jakarta

Kementerian Keuangan. 2020. Peraturan Menteri Keuangan Nomor


35/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Tahun Anggaran 2020 dalam Rangka Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional. Jakarta

Kementerian Keuangan. 2016. Peraturan Menteri Keuangan Nomor


262/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Jakarta

Kementerian Keuangan. 2012. Peraturan Menteri Keuangan Nomor


190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Jakarta

Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2005. Peraturan Direktur Jenderal


Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai