Anda di halaman 1dari 137

© Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Diterbitkan oleh Unit Penerbitan PKN STAN, Tangerang Selatan 2020

Dilarang memperbanyak isi buku ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin
tertulis dari penerbit (Sesuai Pasal 2 ayat 1 UU No. 19 Tahun 2002)

Sanksi Pelanggaran
Pasal 72 UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan
atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
PENGANTAR AUDIT
KEPABEANAN DAN CUKAI

ARIO SENO NUGROHO


DOSEN PADA PRODI DIPLOMA III KEPABEANAN DAN CUKAI

Politeknik Keuangan Negara STAN


PENGANTAR AUDIT KEPABEANAN DAN CUKAI

Hak Cipta © Penulis

Editor
Indri Riesfandiari

Penulis
Ario Seno Nugroho

Penata Letak
Muhammad Ilham Rahmadhan Putra

Desain Sampul
Irawan

Diterbitkan oleh
Politeknik Keuangan Negara STAN
Jl. Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya
Tangerang Selatan, Banten, Indonesia 15222
Telp. 021 7361654-58 Ext.113 Fax. 021 7361653

Cetakan Perdana: Juli 2020

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)


PENGANTAR AUDIT KEPABEANAN DAN CUKAI
Tangerang Selatan: Politeknik Keuangan Negara STAN, 2020
ISBN: 978-623-93618-7-7

Isi di luar tanggung jawab percetakan

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya untuk Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan
banyak kenikmatan kepada kita sehingga bahan ajar pendidikan dapat
diselesaikan oleh Tim Penyusun di lingkungan Politeknik Keuangan Negara STAN.

Bahan ajar pendidikan ini merupakan salah satu media yang dapat
digunakan oleh mahasiswa dan dosen dalam kegiatan perkuliahan. Selain itu,
bahan ajar ini merupakan hasil kerja keras dari Tim Penyusun yang terdiri atas
dosen, praktisi, dan pegawai PKN STAN yang telah memberikan ilmu dan
waktunya sehingga tersusunlah sumber belajar yang sangat kaya.

Dengan demikian, saya mengimbau kepada seluruh sivitas akademika


Politeknik Keuangan Negara STAN, khususnya mahasiswa, untuk memanfaatkan
bahan ajar pendidikan ini sebaik mungkin. Selain sebagai sumber belajar yang
dapat meningkatkan pengetahuan, inovasi, dan keterampilan yang diperlukan
untuk menyelesaikan studi di PKN STAN, bahan ajar ini juga menjadi bekal untuk
mendukung kinerja pada saat Kalian memasuki lingkungan kerja.

Ucapan terima kasih sekali lagi saya sampaikan kepada seluruh Tim
Penyusun dan semua pihak yang membantu sehingga bahan ajar pendidikan ini
dapat terealisasi penerbitannya. Semoga Allah selalu memberikan nikmat dan
karunia-Nya kepada kita agar kita dapat memberikan hal-hal yang positif dalam
meningkatkan pengetahuan terkait pengelolaan keuangan negara.

Tangerang Selatan, Mei 2020


Direktur,

Rahmadi Murwanto

iii
SEKAPUR SIRIH

Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan
anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan buku
Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai. Tujuan pembuatan buku ini adalah
untuk membantu pembaca memahami pelaksanaan Audit Kepabeanan dan
Audit Cukai oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Buku ajar ini ditulis dari akumulasi pengalaman melaksanakan penugasan


Audit Kepabeanan, Audit Cukai, serta melaksanakan pengajaran Audit
Kepabeanan dan Cukai. Buku ini berisi contoh-contoh pelaksanaan dalam
praktek Audit Kepabeanan dan Audit Cukai, dengan tujuan untuk memberikan
gambaran kondisi nyata kepada pembaca. Hal inilah yang menjadi kekuatan
utama buku ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga penulis atas


dukungannya dalam penulisan buku. Tak lupa penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada rekan-rekan pengajar mata kuliah Pengantar Audit
Kepabeanan dan Cukai, Bapak Nurkhamid, Ibu Indri Riesfandiari, dan Bapak
Sagita Tirta Gunawan

Penulis berharap buku ini memberikan manfaat kepada banyak pihak,


khususnya bagi siswa, mahasiswa, praktisi, dan akademisi. Penulis juga
berharap buku ini akan menambah referensi banyak pihak di bidang Audit
Kepabeanan dan Audit Cukai.

Akhirul kalam, tiada gading yang tak retak, pasti terdapat kekurangan
dalam buku ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk untuk
memperbaiki buku ini di masa mendatang. Semoga Allah SWT meridhoi langkah
kita.

Tangerang Selatan, Mei 2020


Penyusun

Ario Seno Nugroho

iv
DAFTAR ISI

COVER DALAM............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
SEKAPUR SIRIH…………………………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................viii
BAB I KONSEP AUDIT KEPABEANAN DAN CUKAI................................................1
A. Audit Secara Umum........................................................................................1
B. Latar Belakang Audit Kepabeanan dan Cukai.................................................3
C. Dasar Hukum, Jenis dan Tujuan Audit Kepabeanan dan Cukai.....................5
D. Tugas dan Fungsi Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai...........................7
E. Penelitian Ulang, Joint Analysis dan Joint Audit.............................................7
BAB II STANDAR AUDIT KEPABEANAN DAN CUKAI, SERTIFIKAT KEAHLIAN DAN
URAIAN TUGAS AUDITOR KEPABEANAN DAN CUKAI, SERTA KODE ETIK
AUDITOR..................................................................................12
A. Standar Audit Kepabeanan dan Cukai..........................................................12
B. Sertifikasi Keahlian dan Tugas Auditor Kepabeanan dan Cukai....................14
C. Etika dan Perilaku PNS Kementerian Keuangan..........................................19
BAB III RUANG LINGKUP AUDIT KEPABEANAN DAN CUKAI...............................23
A. Ruang Lingkup Audit Kepabeanan...............................................................23
B. Ruang Lingkup Audit Cukai...........................................................................26
BAB IV PROSEDUR PERENCANAAN AUDIT DAN LAPORAN ANALISIS OBJEK
AUDIT (LAOA)..............................................................................................29
A. Manajemen Risiko dalam Penentuan Laporan Analisa Obyek Audit
(LAOA).........................................................................................................30
B. Penyusunan Laporan Analisis Objek Audit (LAOA)......................................34
C. Penerbitan Nomor Penugasan Audit (NPA)..................................................36
BAB V PERSIAPAN AUDIT DAN RENCANA KERJA AUDIT...................................39
A. Penugasan Audit..........................................................................................39
B. Periode Audit Kepabeanan dan Cukai..........................................................40
C. Tim Audit.......................................................................................................40
D. Kewenangan dan Kewajiban Auditor Bea dan Cukai....................................41
E. Hak dan Kewajiban Auditee..........................................................................41
F. Rencana Kerja Audit (RKA)..........................................................................42
G. Pembekalan Auditor dan Auditee..................................................................43
H. Program Audit (PA).......................................................................................44
BAB VI PEKERJAAN LAPANGAN (TAHAP PELAKSANAAN AUDIT)......................49
A. Pertemuan Pendahulan................................................................................49
B. Pakta Integritas.............................................................................................50
C. Inspeksi dan Observasi.................................................................................51
D. Mempelajari dan Menguji Sistem Pengendalian...........................................52
E. Melakukan Pencacahan Sediaan.................................................................53
F. Mengumpulkan Data dan Informasi..............................................................53
BAB VII PEKERJAAN KANTOR (TAHAP PELAKSANAAN AUDIT)..........................58
A. Pengolahan Data dan Informasi...................................................................58

v
B. Menguji dan Menganalisis Data dan Informasi.............................................59
C. Menyusun Kertas Kerja Audit (KKA).............................................................59
D. Daftar Temuan Sementara (DTS).................................................................60
E. Pembahasan Akhir Daftar Temuan Sementara............................................60
F. Berita Acara Hasil Audit (BAHA)...................................................................61
BAB VIII LAPORAN HASIL AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI SERTA TINDAK
LANJUT LAPORAN HASIL AUDIT.................................................64
A. Pelaporan.....................................................................................................64
B. Tindak Lanjut Laporan Hasil Audit................................................................67
BAB IX MONITORING, EVALUASI, DAN PENJAMINAN KUALITAS HASIL AUDIT
KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI.............................................................71
A. Monitoring Tindak Lanjut LHA......................................................................71
B. Evaluasi Hasil Audit......................................................................................72
C. Penjaminan Kualitas Hasil Audit...................................................................73
BAB X KONSEP DAN PROSES AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI
(IMPORTIR UMUM DAN IMPORTIR PRODUSEN; KAWASAN BERIKAT; DAN
PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI (BKC)-HASIL TEMBAKAU......78
A. Program Audit Untuk Objek Audit Pemahaman dan Pengujian Sistem
Pengendalian Internal Auditee......................................................................78
B. Program Audit Untuk Objek Audit Importir Umum / Produsen......................80
C. Program Audit Untuk Objek Audit Kawasan Berikat.....................................82
D. Program Audit Untuk Objek Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau.................85
E. Kertas Kerja Audit.........................................................................................87
BAB XI JOINT ANALISIS DAN JOINT AUDIT.........................................................91
A. Joint Analisis.................................................................................................91
B. Joint Audit.....................................................................................................93
BAB XII PENYUSUNAN KERTAS KERJA AUDIT (KKA) DALAM AUDIT ATAS
IMPORTIR UMUM / IMPORTIR PRODUSEN...............................................96
A. Kertas Kerja Audit Nilai Pabean....................................................................96
B. Kertas Kerja Audit Tarif.................................................................................99
C. Kertas Kerja Audit Jumlah dan Jenis...........................................................100
D. Kertas Kerja Audit Lainnya (Kurs)...............................................................101
BAB XIII PROSEDUR PENELITIAN ULANG............................................................105
A. Penyusunan Risalah Hasil Audit (RHA)......................................................105
B. Pelaksanaan Penelitian Ulang....................................................................107
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................112
BIODATA PENULIS.................................................................................................121

vi
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Syarat Pelatihan (Diklat) untuk Mendapatkan Sertifikat Auditor............. 24


Tabel II.2 Syarat Pengalaman Audit untuk Mendapatkan Sertifikat Keahlian..........24
Tabel II.3 Contoh Uraian Tugas Auditor, Ketua Auditor, PTA dan PMA................ 26
Tabel IV.1 Subyek dan Produk Laporan Analisa Objek Audit................................. 43
Tabel V.1 Format Rencana Kerja Audit....................................................................51
Tabel V.2 Contoh Format Program Audit................................................................. 52
Tabel V.3 Daftar Contoh Program Audit...................................................................53

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar VIII.1 Contoh Laporan Hasil Audit (LHA)................................................. 66


Gambar VIII.2 Contoh Surat Penetapan................................................................. 68
Gambar X.1 Contoh KKA Pemeriksaan Sistem Pengendalian Internal (SPI)........ 88
Gambar X.2 Contoh KKA Pengujian Nilai Transaksi atas Importit Umum/Importir
Produsen................................................................................................................ 88
Gambar X.3 Contoh KKA Pengujian Barang Rusak/Sisa/Potongan pada Kawasan
Berikat .................................................................................................................... 89
Gambar X.4 Contoh KKA Pengujian Hasil Tembakau dalam bentuk Batang – Pabrik
Hasil Tembakau...................................................................................................... 89
Gambar XII.1 Contoh PIB Detail............................................................................. 97
Gambar XII.2 Contoh PIB Doc (Header)................................................................. 97
Gambar XII.3 Contoh Pembukuan Perusahaan atas Nilai Transaksi...................... 98
Gambar XII.4 Contoh Hasil Pengujian Nilai Transaksi............................................ 99
Gambar XII.5 Contoh Pengujian Tarif...................................................................... 99
Gambar XII.6 Contoh Pengujian Tarif...................................................................... 100
Gambar XII.7 Contoh Pembukuan Perusahaan atas Kuantitas Barang.................. 101
Gambar XII.8 Contoh Pengujian Jumlah..................................................................101
Gambar XII.9 Tampilan Situs DJBC Kurs Pajak...................................................... 102
Gambar XII.10 Tampilan Konversi Kurs Pajak di Situs DJBC................................. 102
Gambar XII.11 Pengujian Kurs Pajak yang diberitahukan dalam PIB......................103

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I ................................................................................................. 114

ix
KONSEP AUDIT KEPABENAN DAN CUKAI

Tujuan Pembelajaran:
Pada bab ini mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep Audit Secara Umum
2. Memahami konsep Latar Belakang Audit Kepabeanan dan Cukai
3. Memahami konsep Dasar Hukum, Jenis dan Tujuan Audit
4. Memahami konsep Tugas dan Fungsi Subdit Perencanaan, Subdit
BAB
Pelaksanaan Audit, Subdirektorat Monitoring, Evaluasi dan Penjaminan
Kualitas
5. Memahami konsep Penelitian Ulang Joint Analysis dan Joint Audit

Berdasarkan Pasal 2 dan 2A Undang-Undang nomor 17 tahun 2006


tentang Kepabeanan (UU Kepabeanan), Barang yang masuk ke Indonesia
terutang Bea Masuk dan Barang ekspor dapat dikenakan Bea Keluar. Pasal-pasal
ini memberikan landasan kegiatan pengawasan di bidang kepabeanan yang
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Pengawasan
kepabeanan yang dilakukan oleh DJBC, dilakukan dengan berbagai bentuk. Salah
satu bentuk pengawasan yang digunakan adalah pelaksanaan audit.
Sedangkan landasan pengawasan di bidang cukai, dapat ditemukan pada
Pasal 1 Undang-Undang nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai (UU Cukai), yaitu
terhadap barang-barang yang memiliki sifat dan karakteristik tertentu yang
ditentukan oleh undang-undang, dapat dikenakan pungutan negara berupa cukai.
Ketentuan ini memberikan dasar kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di bidang cukai. Tidak berbeda dengan
pengawasan di bidang kepabeanan, salah satu alat yang dapat digunakan adalah
audit.

A. Audit Secara Umum


Audit secara arti Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
pemeriksaan pembukuan tentang keuangan (perusahaan, bank, dan sebagainya)
secara berkala. Sedangkan Arens (2018, 4) mendefinisikan audit sebagai
akumulasi dan evaluasi bukti informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian antara informasi dan kriteria yang ditentukan yang dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independen.
Dari penjelasan di atas, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Pemeriksaan Pembukuan
2. Akumulasi dan evaluasi bukti informasi

1
3. Keuangan
4. Berkala
5. Menentukan dan melaporkan
6. Tingkat kesesuaian
7. Informasi
8. Kriteria
9. Kompeten
10. Independen

Sedangkan dalam terminologi di UU Kepabeanan, audit kepabeanan


didefinisikan sebagai “kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan
dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan
kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di
bidang kepabeanan, dan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.”
Untuk audit cukai, UU Cukai memberikan pengertian audit cukai sebagai
“serangkaian kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan
dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan
dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronik, serta surat yang berkaitan
dengan kegiatan di bidang cukai dan/atau sediaan barang dalam rangka
pelaksanaan ketentuan perundang-undangan di bidang cukai.”

Dari pengertian audit kepabeanan dan audit cukai di atas, hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam audit kepabeanan dan cukai adalah:
1. Pemeriksaan
2. Laporan keuangan, buku, catatan, dokumen, surat
3. Kegiatan
4. Data elektronik
5. Sediaan barang
6. Kepabeanan
7. Cukai

Paragraf-paragraf di atas menunjukkan bahwa audit kepabeanan dan cukai


memberikan definisi yang mirip dengan definisi untuk audit secara umum.
Beberapa hal yang didefinisikan secara khusus dalam audit kepabeanan dan cukai
adalah:
1. Kriteria yang digunakan di audit kepabeanan dan cukai, yaitu: ketentuan
perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai;
2. Pemeriksaan sediaan barang; serta
3. Data elektronik.

Ketiga hal di atas juga diperiksa dalam audit secara umum, namun definisi
audit kepabeanan dan cukai memberikan perhatian khusus terhadap tiga hal di
atas. Karena audit secara umum hanya memberikan panduan secara garis besar
bagaimana suatu audit dilaksanakan.
Bila diperhatikan lebih lanjut, kriteria orang yang melaksanakan audit
(auditor) dijelaskan secara rinci oleh Arens et.al. (2017), namun tidak di definisikan
secara khusus oleh perundang-undangan kepabeanan dan cukai. Meskipun
demikian, hal ini tidak berarti bahwa kriteria auditor tidak diatur, namun akan diatur

2
lebih mendetail pada peraturan di bawah Undang-undang melalui peraturan
menteri keuangan, peraturan direktur jenderal, serta lainnya.

Jasa audit secara umum dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP).
Secara garis besar, terdapat tiga bentuk audit yang dilaksanakan oleh KAP (Arens
et.al., 2017), yaitu:
1. Audit operasional
2. Audit ketaatan
3. Audit laporan keuangan
Audit operasional adalah audit yang bertujuan untuk mengevaluasi efisiensi
dan efektivitas dari metode dan prosedur operasi bagian organisasi. Output yang
diharapkan dari audit ini adalah rekomendasi perbaikan operasional perusahaan.
Sedangkan audit ketaatan bertujuan untuk menentukan apakah
perusahaan yang diaudit (auditee), mengikuti prosedur tertentu atau peraturan
yang berlaku. Hasil dari audit ini adalah pernyataan apakah suatu perusahaan
telah mengikuti suatu prosedur atau peraturan
Terakhir adalah audit laporan keuangan, audit ini bertujuan untuk
memnetukan apakah laporan keuangan (informasi yang dilakukan verifikasi) telah
dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Sedangkan untuk orang yang melaksanakan audit (auditor), terdapat
beberapa tipe (Arens et.al., 2017), yaitu:
1. Auditor akuntan publik (CPA Indonesia)
Memberikan jasa audit di Kantor Akuntan Publik;
2. Auditor Pemerintah (Badan Pemerika Keuangan/Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan/Inspektorat Jenderal);
Melaksanakan audit terkait pelaksanaan anggaran pemerintah
3. Auditor Pemerintah (Pajak dan Bea Cukai);
Melaksanakan audit terkait kepatuhan wajib pajak terhadap ketentuan
perpajakan, kepabeanan, dan cukai;
4. Auditor Internal
Unit audit yang dibentuk oleh internal perusahaan untuk melaksanakan
audit atas kinerja perusahaan.

B. Latar Belakang Audit Kepabeanan Dan Cukai


Untuk memahami mengapa perlu dilakukan audit kepabeanan dan cukai,
kita perlu melihat visi dan misi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).
Berdasarkan Kep-105/BC/2014, visi DJBC adalah “menjadi institusi kepabeanan
dan cukai terkemuka di dunia”, sedangkan untuk misi dari DJBC, terdapat tiga
buah misi, yaitu:
1. Kami memfasilitasi perdagangan dan industri;
2. Kami melindungi perbatasan dan masyarakat Indonesia dari penyelundupan
dan perdagangan illegal;
3. Kami optimalkan penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa misi utama
DJBC adalah memberikan fasilitas, melindungi masyarakat, dan optimalisasi
penerimaan negara

3
Untuk menerjemahkan misi di atas, dalam melakukan pelayanan dan
pengawasan di kepabeanan dan cukai, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
menyusun fungsi utama DJBC yang terdiri atas:
1. Meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri melalui pemberian fasilitas
di bidang kepabeanan dan cukai yang tepat sasaran;
2. Mewujudkan iklim usaha dan investasi yang kondusif dengan memperlancar
logistik impor dan ekspor melalui penyederhanaan prosedur kepabeanan dan
cukai serta penerapan sistem manajemen risiko yang handal;
3. Melindungi masyarakat, industri dalam negeri, dan kepentingan nasional
melalui pengawasan dan/atau pencegahan masuknya barang impor dan
keluarnya barang ekspor yang berdampak negatif dan berbahaya yang
dilarang dan/atau dibatasi oleh regulasi;
4. Melakukan pengawasan kegiatan impor, ekspor dan kegiatan di bidang
kepabeanan dan cukai lainnya secara efektif dan efisien melalui penerapan
sistem manajemen risiko yang handal, intelijen, dan penyidikan yang kuat,
serta penindakan yang tegas dan audit kepabeanan dan cukai yang tepat;
5. Membatasi, mengawasi, dan/atau mengendalikan produksi, peredaran dan
konsumsi barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik dapat
membahayakan kesehatan, lingkungan, ketertiban, dan keamanan
masyarakat melalui instrumen cukai yang memperhatikan aspek keadilan dan
keseimbangan; dan
6. Mengoptimalkan penerimaan negara dalam bentuk bea masuk, bea keluar,
dan cukai guna menunjang pembangunan nasional.

Bila memperhatikan fungsi utama di atas, terdapat dua hal bertolak


belakang yang harus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai secara
simultan, yaitu fungsi fasilitasi (pelayanan) dengan fungsi perlindungan dan
penerimaan negara (pengawasan). Untuk itu dikembangkanlah suatu konsep
kepabeanan modern yang memberikan keseimbangan pelayanan dan
pengawasan kepabeanan (Sofijan, 2010). Unsur-unsur konsep kepabeanan
modern adalah:
1. Self Assessment
Perhitungan mandiri pengguna layanan kepabeanan dan cukai atas
kewajiban kepabeanan dan cukai yang harus dibayarkannya
2. Risk Management
Pengawasan selektif oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kepada
pengguna jasa. Konsep ini berusaha memilah pengguna jasa kepada kategori
yang perlu diawasi secara ketat, sedang, dan ringan.
3. Post Clearance Audit
Kegiatan ini merupakan implikasi dari dilakukannya dua kegiatan di atas.
Untuk menguji kepatuhan pelaporan dan menjaga agar pengguna jasa yang patuh
tetap memberikan pelaporan secara benar. Pada Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai dilakukan dengan cara audit kepabeanan dan penelitian ulang.

Kegiatan Post Clearance Audit dalam Audit Kepabeanan merupakan wujud


dari kewenangan Direktur Jenderal Bea dan Cukai dalam Pasal 17 ayat 1 UU
Kepabeanan, yaitu Direktur Jenderal dapat menetapkan kembali tarif dan nilai
pabean untuk penghitungan bea masuk dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
terhitung sejak tanggal pemberitahuan pabean.

4
Penelitian ulang adalah proses menguji kebenaran pemberitahuan pabean
impor dan ekspor. Waktu penyelesaian pekerjaan ini adalah 30 hari dan dapat
diperpanjang satu kali selama 30 hari. Pemberitahuan yang dapat dilakukan
Penelitian Ulang adalah:
1. Pemberitahuan Impor, Pemberitahuan Impor Barang (PIB) berumur lebih dari
30 hari
2. Pemberitahuan ekspor, Pemberitahuan Eekspor Barang (PEB) berumur lebih
dari 45 hari untuk PEB atas migas dan BBM dan PEB berumur lebih dari 30
hari untuk PEB non migas dan.
Audit Kepabeanan dan Cukai serta Penelitian Ulang dilaksanakan untuk
menguji tingkat kepatuhan Orang/pengguna layanan terhadap pemenuhan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai.
Tingkat kepatuhan perlu diuji karena orang/pengguna jasa telah diberikan
kemudahan dalam bentuk self-assessment dan percepatan pemeriksaan pada
saat pengerluaran barang/clearance agar orang/pengguna jasa yang baik tetap
baik dan pengguna jasa yang tidak baik menjadi baik.

C. Dasar Hukum, Jenis Dan Tujuan Audit Kepabeanan Dan Cukai

1. Dasar Hukum

Audit Kepabeanan dan Cukai dapat dilaksanakan karena terdapatnya


kewajiban orang/pengguna jasa kepabeanan dan cukai untuk melakukan
pembukuan, yaitu: Pasal 49 UU Kepabeanan dan Pasal 16 UU Cukai. Pembukuan
berdasarkan kedua Undang-undang ini adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi yang meliputi
dan mempengaruhi keadaan harta, utang, modal, pendapatan, dan biaya yang
secara khusus menggambarkan jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa, yang kemudian diikhtisarkan dalam laporan keuangan.

Ketentuan-ketentuan pembukuan berdasarkan Pasal 51 UU Kepabeanan


dan Pasal 16A UU Cukai adalah:

a. Wajib diselenggarakan dengan baik agar menggambarkan keadaan atau


kegiatan usaha yang sebenarnya, dan sekurang- kurangnya terdiri dari
catatan mengenai harta, kewajiban, modal, pendapatan, dan biaya.
b. Wajib diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka
Arab, mata uang rupiah, dan bahasa Indonesia, atau dengan mata uang asing
dan bahasa asing yang diizinkan oleh menteri.
c. Laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar
pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data
elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan/cukai
wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun pada tempat usahanya di
Indonesia.
d. Ketentuan mengenai pedoman penyelenggaraan pembukuan diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri.

5
UU Kepabeanan Pasal 52 ayat (1) dan UU Cukai Pasal 16 ayat (4),
pengguna layanan yang tidak menyelenggarakan pembukuan akan dikenakan
sanksi sebesar Rp50.000.000,00 UU Kepabeanan juga memberikan sanksi
kepada orang yang tidak memenuhi ketentuan pembukuan di atas, akan
dikenakan sanksi sebesar Rp25.000.000,00 sesuai UU Kepabeanan pasal 52 ayat
2.

Untuk menguji apakah pemberitahuan pabean dan cukai (dasar


pembuatannya adalah pembukuan perusahaan) yang telah dilakukan pengguna
layanan telah sesuai ketentuan perundang-undangan kepabeanan dan cukai,
pejabat bea dan cukai memiliki kewenangan untuk mengaudit pengguna layanan
ini.

UU Kepabeanan dan UU Cukai memberikan kewenangan kepada pejabat


bea dan cukai untuk melaksanakan audit berdasarkan pada Pasal 86 UU
Kepabeanan dan Pasal 39 UU Cukai. Tatalaksana audit yang digunakan saat ini
ada PER-35/BC/2017 jo. PER-24/BC 2019.

2. Jenis dan Tujuan Audit Kepabeanan dan Cukai


Jenis Audit Kepabeanan dan Cukai (Audit K/C) dapat dibagi menjadi
beberapa bagian, yaitu
a. Audit Umum
 Audit K/C yang memiliki ruang lingkup pemeriksaan lengkap dan menyeluruh
terhadap pemenuhan kewajiban K/C
 Contoh: audit atas Importir Umum, Pengusaha Kawasan Berikat (KB)
b. Audit Khusus
 Audit K/C yang memiliki ruang lingkup pemeriksaan tertentu terhadap
pemenuhan kewajiban K/C
 Contoh: audit atas keberatan atas penetapan Pejabat BC, audit atas
pemberian fasilitas kepabeanan
c. Audit Investigasi
 Audit K/C dalam rangka membantu proses penyelidikan dalam hal terdapat
dugaan tindak pidana kepabeanan dan cukai
 Penugasan menggunakan Surat Perintah dan pelaksanaannya diprioritaskan

3. Obyek Audit Kepabeanan dan Cukai, Penelitian Ulang, kewajiban dan hak
Obyek Audit Kepabeanan adalah semua orang/pengguna jasa yang
diwajibkan oleh UU Kepabeanan untuk melakukan pembukuan. Pasal 49 UU
Kepabeanan menjelaskan definisi orang/pengguna yang merupakan obyek audit
kepabeanan, yaitu:
 Importir
 Eksportir,
 Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara
 Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat
 Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan
 Pengusaha Pengangkutan

6
Sedangkan untuk obyek Audit Cukai, Pasal 16 UU Cukai menjelaskan
definisi orang/pengguna jasa yang merupakan obyek audit cukai yang terdiri atas:
 Pengusaha Pabrik
 Pengusaha Tempat Penyimpanan
 Importir Barang Kena Cukai
 Penyalur
 Pengusaha Barang Kena Cukai yang mendapatkan fasilitas pembebasan
cukai

D. Tugas Dan Fungsi Direktorat Audit Kepabeanan Dan Cukai


Secara umum, Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai memiliki fungsi
kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, evaluasi, pelaksanaan atas: Audit
Kepabeanan dan Cukai, Penelitian Ulang, dan Jaminan Kualitas Audit. Untuk
melaksanakan fungsi ini, terdapat empat Subdirektorat dalam Direktorat Audit
Kepabeanan dan Cukai. Keempat Subdirektorat adalah: Perencanaan Audit;
Pelaksanaan Audit I; Pelaksanaan Audit II; dan Monitoring, Evaluasi, dan
Penjaminan Kualitas Audit.
Subdirektorat Perencanaan Audit memiliki fungsi untuk penyusunan dan
pengelolaan data, perencanaan audit, dan perencanaan penelitian ulang. Untuk
Subdirektorat Pelaksanaan Audit I dan II, subdirektorat ini berfungsi untuk
melakukan pelaksanaan audit dan penelitian ulang. Sedangkan Subdirektorat
Monitoring, Evaluasi, dan Penjaminan Kualitas, memiliki fungsi untuk valuasi hasil
pelaksanaan audit dan monitoring audit, serta evaluasi hasil pelaksanaan
penjaminan kualitas audit Kepabeanan dan Cukai.

E. Penelitian Ulang, Joint Analysis Dan Joint Audit


1. Penelitian Ulang
Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai juga memiliki kewenangan untuk
melakukan penelitian ulang. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ulang
adalah meneliti kebenaran pemberitahuan pabean melalui pengujian dengan data,
informasi, dokumen lain terkait. Penelitian Ulang untuk Pemberitahuan Impor
Barang (PIB) dilakukan atas pemberitahuan tarif dan/atau nilai pabean, sedangkan
untuk Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dilakukan atas pemberitahuan tarif,
harga, jenis dan atau jumlah barang. Kegiatan Penelitian ulang dapat dilakukan
oleh Kantor Pusat, Kantor Wilayah, atau Kantor Pelayanan Utama (PER-
25/BC/2019; PER-8/BC/2017).
Penelitian ulang merupakan salah satu perwujudan dari kewenangan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai, untuk menetapkan kembali pemberitahuan
pabean yang telah disampaikan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Jangka waktu maksimal untuk melakukan penelitian ulang adalah dua tahun sejak
pendaftaran pemberitahuan pabean.
Kewajiban dan Hak dalam pelaksanaan Audit Kepabeanan dan Cukai serta
Penelitian Ulang
Dalam Pelaksanaan Audit Kepabeanan dan Cukai, Tim audit memiliki
beberapa kewenangan untuk memenuhi tujuan pengujian kepatuhan auditee,
yaitu:
 Meminta Data Audit
 Meminta keterangan lisan/tertulis dari Orang dan pihak lain yang terkait
7
 Memasuki bangunan kegiatan usaha, ruangan tempat menyimpan Data Audit,
ruangan tempat menyimpan sediaan barang, ruangan tempat menyimpan
barang lain yg dapat memberi petunjuk keadaaan kegiatan usaha yg terkait
K/C
 Melakukan Tindakan Pengamanan yang dianggap perlu thd tempat/ruangan
penyimpanan dokumen yg terkait kegiatan K/C. Tindakan pengamanan
adalah tindakan penyegelan yang dilakukan untuk menjamin laporan
keuangan, buku, catatan, dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan,
surat dan dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data
elektronik serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan
dan / atau cukai, dan barang yang penting agar tidak dihilangkan, tidak
berubah atau tidak berpindah tempat atau ruangan samapi pemeriksaan
dapat dilanjutkan dan / atau dilakukan tindakan lain yang dibenarkan oleh
ketentuan dalam perundang-undangan di bidang kepabeanan dan / atau cukai
dengan tetap mempertimbangkan kelangsungan kegiatan usaha.
Agar Audit Kepabeanan dan Cukai dapat berjalan dengan lancar, auditee
memiliki beberapa kewajiban yang harus dilakukan dalam Audit Kepabeanan dan
Cukai, yaitu:
 Menyerahkan data audit
 Menunjukkan sediaan barang utk diperiksa
 Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis
 Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Auditee apabila
penggunaan data elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus
 Menyerahkan contoh barang dari sediaan barang dalam hal diperlukan utk
menunjang pemeriksaan Data Audit
Sebaliknya, auditee juga memiliki hak terkait pelaksanaan Audit
Kepabeanan dan Cukai, yaitu:
 Meminta perpanjangan waktu penyerahan data audit
 Meminta penjelasan atas Daftar Temuan Sementara
 Meminta perpanjangan waktu penyampaian tanggapan atas Daftar Temuan
Sementara
 Meminta perpanjangan waktu pelaksanaan pembahasan akhir
 Menolak hasil Daftar Temuan Sementara
 Menolak hasil pembahasan akhir
 Mengajukan keberatan atas hasil Audit Kepabeanan dan Cukai
 Mengajukan banding atas hasil Audit Kepabeanan dan Cukai
Sedangkan untuk pelaksanaan Penelitian Ulang, Pejabat Bea Cukai
memiliki kewenangan untuk:
 Meminta data / dokumen
 Meminta contoh barang
 Melakukan konsultasi / keterangan lisan/tertulis

8
 Melakukan pengujian contoh barang melalui Balai Laboratorium Bea dan
Cukai (BLBC)/laboratorium lain

2. Joint Analysis dan Joint Audit


Sebagai bentuk pelaksanaan Nilai-Nilai Kementerian Keuangan, terutama
nilai sinergi, terdapat kerjasama antar unit eselon I di Kementerian Keuangan yang
dinamakan Program Sinergi Reformasi (Joint Programme), yang terdiri atas
kerjasama antara Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
serta Direktorat Jenderal Anggaran (PMK-704/PMK.01/2019).Program bersama
ini dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan, pengawasan, penegakan
hukum bersama di bidang perpajakan (pajak, bea masuk), dan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP). Terdapat beberapa alat yang dilaksanakan dalam
program bersama ini, dua diantaranya adalah: joint analysis dan joint audit.
Joint analysis adalah kegiatan analisis yang dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan Direktorat Jenderal
Anggaran secara bersama untuk menelaah tingkat kepatuhan Wajib Pajak (WP)
di bidang perpajakan dan PNBP. Tujuan joint analysis ini adalah meningkatkan
kepatuhan wajib pajak (WP) dan mengoptimalkan penerimaan negara.
Sedangkan Joint Audit adalah kegiatan pemeriksaan pajak dan audit
kepabeanan/cukai yang dilakukan bersama-sama antara Pemeriksa Pajak dan
Auditor BC terhadap WP yang telah ditentukan oleh Komite Joint Audit. Tujuan
pelaksanaan ini adalah mengoptimalkan penerimaan negara dan penegakan
hukum di bidang pajak, kepabeanan dan/atau cukai serta menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan baik untuk tahun berjalan maupun untuk tahun-
tahun sebelumnya.

Tautan Unduhan
UU 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan:
https://drive.google.com/file/d/1_c-Bz-
2rtnHLZtOz19NkeV9g4BDQq41J/view?usp=sharing

UU 39 tahun 2007 tentang Cukai:


https://drive.google.com/file/d/1ep5c8J9wQCC09-
AL6MXOewYtk0BaNpVY/view?usp=sharing

9
PER 35/BC/2017 Tentang Tatalaksana Audit Kepabeanan
dan Audit Cukai:
https://drive.google.com/file/d/1dVmBHT4NuGqd0KBM
9QTOLwoHfpGsg55B/view?usp=sharing

PER 24/BC/2019 Tentang Tatalaksana Audit Kepabeanan


dan Audit Cukai: https://drive.google.com/file/d/1q-
1QttpHCwdgOXDyg3pS3i4ZDNURWIwL/view?usp=sharin
g

RINGKASAN

1) Audit secara umum merupakan pemeriksaan atas pembukuan. Audit


Kepabeanan dan Cukai memiliki tujuan spesifik memeriksa pembukuan
untuk menguji kepatuhan orang/pengguna jasa di bidang kepabeanan dan
cukai terhadap ketentuan perundang-undangan kepabeanan dan cukai.
Audit ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)
sebagai unit yang melaksanakan ketentuan perundang-undangan
kepabeanan dan cukai.
2) Pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai merupakan konsekuensi atas
kemudahan pelayanan yang diberikan oleh DJBC. Untuk menjaga
keseimbangan pengawasan atas proses kepabeanan dan cukai, maka
dilakukan pemeriksaan pasca kegiatan dalam bentuk audit atas
pembukuan orang/pengguna jasa dan penelitian ulang.
3) Dasar hukum pelaksanaan audit terdapat dalam UU Kepabeanan dan UU
Cukai. Kedua Undang-Undang ini mewajibkan kewajiban pembukuan
kepada orang/pengguna jasa kepabeanan dan cukai. UU Kepabeanan dan
Cukai mengamanatkan adanya audit atas pembukuan untuk menguji
kepatuhan orang/pengguna jasa atas ketentuan perundang-undangan
4) Untuk mengatur agar pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai dapat
berjalan dengan baik, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai membentuk
Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai (Dit AKC). Dit AKC untuk
menjalankan tugas pokok fungsinya dalam audit kepabeanan dan cukai,
membuat empat subdirektorat, yaitu: perencanaan audit; pelaksanaan
audit I; pelaksanaan audit II; monitoring, evaluasi, dan penjaminan kualitas
audit. Keempat subdirektorat ini mengelola pelaksanaan audit kepabeanan
dan cukai dan penelitian ulang dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring,
evaluasi, dan penjaminan kualitas
5) Sebagai bentuk perwujudan nilai sinergi kementerian keuangan, beberapa
eselon I di Kementerian Keuangan melakukan kerjasama untuk
meningkatkan pelayanan dan pengawasan di bidang keuangan negara.

10
Salah satu bentuknya adalah kerjasama Direktorat Jenderal Pajak (DJP),
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), dan Direktorat Jenderal
Anggaran (DJA) untuk meningkatkan pelayanan, pengawasan, penegakan
hukum bersama di bidang perpajakan (pajak, Bea Masuk), dan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Beberapa program yang
digunakan adalah Joint Analysis dan Joint Audit.

LATIHAN/PENUGASAN

Latihan

1) Berdasarkan UU Kepabeanan, Audit Kepabeanan akan melakukan


pemeriksaan …, kecuali:
a. laporan keuangan
b. buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan,
c. surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik
d. profil karyawan
2) Dalam lingkup akuntansi, di bawah ini merupakan jenis-jenis auditor yang
ada, kecuali ….
a. Auditor Internal
b. Auditor BPOM
c. Auditor Akuntan Publik
d. Auditor Pemerintah
3) Tiga pilar kepabeanan modern adalah …, kecuali
a. Self-assessment
b. Self-service
c. Risk Management
d. Post Clearance Audit
4) Jangka waktu maksimal penyelesaian Penelitian Ulang adalah:
a. 30 hari
b. 1 tahun
c. 2 tahun
d. 10 tahun
5) Berikut ini yang bukan merupakan bentuk subdirektorat di Direktorat Audit
Kepabeanan dan Cukai adalah:
a. Perencanaan Audit
b. Pelaksanaan Audit I
c. Pelaksanaan Audit dan Penelitian Ulang
d. Monitoring, Evaluasi, dan Penjaminan Kualitas Audit

11
STANDAR AUDIT KEPABEANAN DAN CUKAI,
SERTIFIKASI KEAHLIAN DAN URAIAN TUGAS
AUDITOR KEPABEANAN DAN CUKAI, SERTA
KODE ETIK AUDITOR

Tujuan Pembelajaran:
Pada bab ini mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep Standar Audit
2. Memahami konsep Sertifikasi
3. Memahami konsep Uraian Tugas
4. Memahami konsep Kode Etik Bea dan Cukai, Kode Etik dan Kode
Perilaku PNS di Lingkungan Kemenkeu BAB

Sebelum melaksanakan audit kepabeanan dan cukai, Auditor bea dan


cukai harus memahami standar audit kepabeanan dan cukai (pedoman
pelaksanaan) serta memenuhi kualifikasi dalam melaksanakan audit kepabeanan
dan cukai. Kualifikasi ini dapat dijabarkan dalam dua besaran, yaitu: kompetensi
teknis dan kode etik.
Pada bab ini akan dijelaskan standar audit kepabeanan dan cukai sebagai
pedoman pelaksanaan penugasan audit kepabeanan dan cukai. Selain itu, bab ini
akan membahas sertifikasi keahlian dan uraian tugas Auditor bea dan cukai
sebagai wujud kompetensi teknis yang harus dimiliki. Terakhir, kode etik Auditor
sebagai bentuk pedoman Auditor dalam melaksanakan audit serta berhubungan
dengan pihak luar juga merupakan hal yang harus dimiliki oleh Auditor bea dan
cukai.

A. Standar Audit Kepabeanan Dan Cukai


Pada saat audit kepabeanan dan cukai, Auditor/pemeriksa bea cukai perlu
memiliki pedoman dalam pelaksanaannya. Pedoman ini diwujudkan dalam bentuk
standar audit kepabeanan dan cukai yang terdiri atas: standar umum, standar
pelaksanaan, serta standar pelaporan. Standar-standar ini merupakan ukuran
untuk menjamin mutu pelaksanaan tugas audit kepabeanan dan cukai.
Dasar hukum pelaksanaan standar audit adalah:
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 200/PMK.04/2011 sebagaimana diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.04/2016
tentang Audit Kepabeanan dan Audit Cukai
 Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-31/BC/ 2017 tentang
Standar Audit Kepabeanan dan Audit Cukai.

1. Standar Umum.
PER-31/BC/2017 memberikan pedoman bahwa dalam melaksanakan
tugas audit, seorang Auditor harus memenuhi standar umum yang terdiri:
a. Telah mendapatkan pendidikan dan memenuhi kompetensi teknis serta
memiliki keterampilan, pengetahuan dan keahlian sebagai Auditor.

12
Hal ini menunjukkan bahwa untuk menjadi Auditor bea dan cukai (BC),
seorang pegawai telah memiliki keterampilan audit yang diperlukan, baik dari sisi
kepabeanan dan cukai, akuntansi, dan audit
b. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara.
Standar ini mensyaratkan bahwa Auditor BC mengutamakan kejujuran dan
mengutamakan kepentingan negara dalam melaksanakan audit. Selain itu,
independensi juga menjadikan hal utama dalam pelaksanaan audit kepabeanan
dan cukai. Auditor BC harus menjaga independensi baik in fact (secara fakta),
maupun in appearance (yang terlihat dan dapat dipersepsikan oleh orang lain).
c. Menggunakan ketrampilannya dan kemampuannya secara cermat dan
seksama.
Keterampilan dan keahlian audit kepabeanan dan cukai perlu dibarengi
kecermatan dan keseksamaan dalam melaksanakan audit. Mutu hasil audit akan
tergantung, salah satunya, dari kecermatan dan keseksamaan tim audit. Apabila
dua hal ini tidak dijaga oleh tim audit, dimungkinkan terjadi hasil yang buruk atas
audit kepabeanan dan cukai, yaitu kesalahan hasil audit.

2. Standar Pelaksanaan
a. Dilakukan persiapan pelaksanaan audit sesuai dengan tujuan audit.
Persiapan pelaksanaan adalah hal yang penting dalam audit kepabeanan
dan cukai. Persiapan yang baik dan memadai akan membantu memastikan
kualitas hasil pekerjaan, waktu penyelesaian, dan efektifitas serta efisensi sumber
daya.
b. Audit dilaksanakan berdasarkan metode audit dan teknik audit sesuai dengan
program audit yang telah disusun.
Setiap jenis Auditee memiliki kekhasan dalam pelaksanaan pengujian
kepatuhan. Metode dan teknik audit yang tepat akan memberikan keyakinan bagi
tim audit dan pengguna laporan hasil audit bahwa audit telah dilaksanakan secara
memadai.
c. Temuan hasil audit harus didasarkan pada bukti yang kompeten dan cukup
berdasarkan data yang terukur dan sesuai dengan Undang-Undang
Kepabeanan dan/atau Undang-Undang Cukai.
Terdapat dua bentuk temuan hasil audit, yaitu: 1. memberikan konsekuensi
tambahan pembayaran kepada negara atau hilangnya suatu fasilitas; 2. tidak
memberikan konsekuensi tambahan pembayaran kepada negara atau hilangnya
suatu fasilitas. Terdapatnya konsekuensi pembayaran kepada negara atau
hilangnya fasilitas, membuat hasil audit perlu didukung bukti yang cukup dan
kompeten, karena dapat menjadi obyek sengketa kepabeanan dan cukai
d. Audit dapat dilaksanakan di kantor DJBC, tempat tinggal atau tempat
kedudukan Auditee, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan Auditee, dan atau
tempat lain yang dianggap perlu pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat
dilanjutkan di luar jam kerja.
Ketentuan ini memberikan panduan tempat pelaksanaan audit kepada
Auditor. Contoh tempat lain yang dianggap perlu adalah premis usaha pihak ketiga
dimana Auditee pengusaha KB meminjamkan mesin/peralatan dengan fasilitas
penangguhan BM, yang menjadi objek pengujian eksistensi oleh Auditor, ke pihak
ketiga yaitu TLDDP atau antar KB. Selain itu, standar ini juga diperlukan untuk
menjaga kerahasiaan data dalam pelaksanaan audit

13
e. KKA harus disusun dengan baik, dapat menggambarkan keseluruhan proses
audit, dan digunakan sebagai dasar pelaporan pelaksanaan audit.
Dokumentasi pelaksanaan audit yang baik diperlukan dalam pelaksanaan
audit. Bentuk dokumentasi kegiatan ini adalah Kertas Kerja Audit (KKA). KKA
yang menggambarkan keseluruhan proses audit akan membantu Auditor dalam
pembuatan Daftar Temuan Sementara (DTS), penyusunan Laporan Hasil Audit
(LHA), bukti kinerja tim audit, dan bukti di pengadilan apabila diperlukan.

3. Standar Pelaporan.
a. LHA disusun, ditandatangani oleh Auditor dan diberi nomor dan tanggal
serta disampaikan kepada Auditee dan atau pihak terkait.
LHA merupakan produk hukum dari pelaksanaan audit, untuk itu pihak
yang membuat akan menandatanganinya sebagai bentuk tanggung jawab. Produk
ini juga akan disampaikan kepada pihak terkait (Auditee dan pihak terkait lainnya)
sebagai bentuk komunikasi dan dokumentasi pelaksanaan audit.
b. LHA disusun secara ringkas dan jelas
LHA disusun secara ringkas dan jelas agar memudahkan komunikasi
dengan pihak lain (Auditee dan pihak terkait lainnya) dan tidak menimbulkan
perbedaan penafsiran.
c. Kesimpulan dan rekomendasi harus jelas dan obyektif sehingga mudah
dipahami.
Hasil LHA akan menimbulkan konsekuensi kepada Auditee dan pihak lain,
kesimpulan dan rekomendasi yang jelas dan obyektif akan memudahkan pihak
lain untuk menanggapi hasil pelaksanaan audit.
d. Mengungkapkan prosedur yang tidak atau belum dapat diselesaikan selama
proses audit disertai alasan.
Tidak semua prosedur dalam proses audit dapat dilaksanakan dalam
pelaksanaan audit, karena dalam pelaksanaan audit terdapat kemungkinan
permasalahan, baik berupa penolakan dari Auditee maupun kondisi kahar. Kondisi
tidak dapat dilaksanakan/diselesaikannya suatu prosedur dan alasannya harus
dicantumkan dalam LHA, sehingga ruang lingkup audit menjadi jelas.
e. Memuat pernyataan bahwa audit telah dilakukan sesuai dengan Standar Audit
Sebagai jaminan mutu pelaksanaan audit, Tim Audit wajib menyatakan
bahwa audit telah dilaksanakan sesuai Standar Audit.
f. Apabila hasil Audit menyatakan bahwa Audit tidak dapat dilakukan sesuai
dengan Standar Audit, Tim Audit harus mencantumkan alasannya pada LHA
Penyimpangan atas Standar Audit dalam pelaksanaan audit wajib
dinyatakan agar pihak terkait tidak salah mengambil kesimpulan atas hasil audit.
g. Tanggung jawab Auditor terbatas pada kesimpulan dan/atau rekomendasi,
sedangkan kebenaran data audit merupakan tanggung jawab Auditee dan
pihak terkait.
Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab tim audit dalam pelaksanaan
audit terbatas pada kesimpulan dan rekomendasi, kebenaran data audit sebagai
sumber pengambilan kesimpulan dan rekomendasi adalah tanggung jawab
penyedia data, yaitu Auditee.

B. Sertifikasi Keahlian dan Tugas Auditor Kepabeanan dan Cukai


Sebagai bukti bahwa auditor telah memiliki kualifikasi untuk melaksanakan
audit, terdapat sertifikasi keahlian yang membuktikan bahwa pegawai bea dan

14
cukai atau pegawai lainnya telah memiliki kecakapan yang dipersyaratkan sesuai
jenjang yang ada dalam tim audit. Secara garis besar jenjang sertifikasi dalam
Auditor kepabeanan dan cukai terdiri atas: Auditor, Ketua Auditor, Pengendali
Teknis Audit (PTA), dan Pengawas Mutu Audit (PMA).
Dalam praktik pelaksanaan audit, setiap jenjang di atas memiliki uraian
tugas masing-masing. Uraian tugas dapat dibagi untuk setiap tahapan audit
(perencanaan pelaksanaan audit, pelaksanaan audit, dan pelaporan audit) dan
setiap jenjang keahlian.
Dasar hukum Sertifikasi Keahlian dan tugas Auditor kepabeanan dan cukai
adalah:
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 200/PMK. 04/2011 sebagaimana diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.04/2016
tentang Audit Kepabeanan dan Audit Cukai
 Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-32/BC/2017 tentang
Sertifikasi Keahlian dan Uraian Tugas Auditor, Ketua Auditor, Pengendali
Teknis Audit dan Pengawas Mutu Audit.
1. Sertifikasi Keahlian.
Adalah pemberian pengakuan atas kompetensi dan kemampuan pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam bidang audit kepabeanan dan audit
cukai. Terdapat 4 tingkat Sertifikasi Keahlian, yaitu:
a. Auditor
b. Ketua Auditor
c. Pengendali Teknis Audit (PTA)
d. Pengawas Mutu Audit
Sertifikat ini ditetapkan dengan keputusan Direktur Audit Kepabeanan dan
Cukai (Direktur) atas nama Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Pengusulan sertifikat
Auditor dapat diajukan oleh Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai dan/atau
Kantor Wilayah Bea dan Cukai dan/atau Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai.
Sertifikasi Keahlian ini diberikan secara berjenjang, dimana pegawai harus
memiliki sertifikat Auditor untuk dapat diajukan mendapat sertifikat Ketua Auditor;
seorang pegawai yang diajukan mendapat sertifikat PTA harus sudah memiliki
sertifikat Ketua Auditor, dan seterusnya.
Persyaratan-persyaratan untuk mendapatkan sertifikasi keahlian audit
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Persyaratan Pendidikan
Syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh sertifikat keahlian sebagai
Auditor adalah merupakan lulusan sarjana (seluruh jurusan), program D III
(seluruh jurusan), dan program D I Bea dan Cukai (program pendidikan D I Bea
dan Cukai saat ini hanya diselenggarakan oleh PKN STAN).

b. Persyaratan Pelatihan
Selain pendidikan, dipersyaratkan juga pendidikan dan pelatihan (diklat)
untuk menunjang kompetensi audit kepabeanan dan cukai. Jenis persyaratan
diklat tersebut ditunjukkan dalam Tabel II.1.

15
Tabel II.1. Syarat Pelatihan (Diklat) untuk Mendapatkan Sertifikat
Auditor
Pendidikan Persyaratan Diklat
Sarjana Akuntansi dan D III Diklat Teknis Kepabeanan dan
Akuntansi Cukai
D III Bea dan Cukai Diklat Post Clearance Audit (PCA)
Sarjana dan D III selain jurusan Diklat Teknis Kepabeanan dan
Akuntansi dan Bea dan Cukai Cukai
Diklat Post Clearance Audit (PCA)
D I Bea dan Cukai Diklat Teknis Kepabeanan dan
Cukai
Diklat Post Clearance Audit (PCA)
Sumber: PER-32/BC/2017

c. Persyaratan Pengalaman Audit


Persyaratan ini menunjukkan bahwa keahlian yang dimiliki oleh Auditor
memerlukan praktek lapangan untuk memperolehnya, tidak hanya didapatkan
dengan cara belajar teori mengenai audit. Persyaratan pengalaman ditunjukkan
dari jumlah atau masa penugasan audit, atau minimal pangkat dan masa
penugasan audit / jumlah penugasan audit. Rincian persyaratan pengalaman audit
ditunjukkan dalam Tabel II.2.

Tabel II.2. Syarat Pengalaman Audit untuk Mendapatkan Sertifikat Keahlian


Sertifikat Persyaratan Pengalaman Audit
Keahlian
Auditor Mengikuti Program Pemantapan dan dinyatakan mampu
oleh Direktur Audit
Ketua Auditor - Auditor yang telah menyelesaikan minimal 20 kali
penugasan audit;
- Auditor yang telah mencapai 6 tahun masa
penugasan audit; atau
- Auditor dengan pangkat minimal Penata Muda/III.a
yang telah mencapai 2 tahun masa penugasan audit,
atau telah menyelesaikan minimal 10 kali penugasan
audit
dan dinyatakan mampu oleh Direktur Audit
Pengendali Teknis Audit - Ketua Auditor yang telah menyelesaikan minimal 60
kali penugasan audit;

16
- Ketua Auditor yang telah mencapai 6 tahun masa
penugasan audit sebagai Ketua Auditor; atau
- Ketua Auditor dengan pangkat minimal Penata/III.c
yang telah mencapai 2 tahun masa penugasan audit,
atau telah menyelesaikan minimal 20 kali penugasan
audit
dan dinyatakan mampu oleh Direktur Audit
Pengawas Mutu Audit - PTA yang telah menyelesaikan minimal 150 kali
penugasan audit;
- PTA yang telah mencapai 6 tahun masa penugasan
audit sebagai PTA; atau
- PTA dengan pangkat minimal Pembina/IV.a yang
telah mencapai 2 tahun masa penugasan audit, atau
telah menyelesaikan minimal 20 kali penugasan
audit
- dan dinyatakan mampu oleh Direktur Audit
Sumber: PER-32/BC/2017

Secara umum, syarat pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk


memenuhi kualifikasi keahlian di bidang audit serta keahlian di bidang
kepabeanan dan cukai. Apabila keahlian audit dan akuntansi diperoleh dari unsur
pendidikan, maka dalam unsur pelatihan akan dipersyaratkan kemampuan
kepabeanan dan cukai. Sebaliknya, bila pegawai telah memiliki persyaratan
keahlian kepabeanan dan cukai, maka dalam unsur pendidikan akan diwajibkan
untuk memiliki kemampuan audit dan akuntansi.
Persyaratan pengalaman audit dalam setiap jenjang membuktikan
pengalaman Auditor dalam melaksanakan audit. Untuk setiap jenjang yang lebih
tinggi, persyaratan pengalaman akan semakin banyak. Persyaratan pengalaman
audit dari awal penugasan audit dapat diakumulasi untuk digunakan dalam jenjang
selanjutnya.
Setelah persyaratan dipenuhi maka hal terakhir yang merupakan syarat
pemberian Sertifikat Keahlian adalah dianggap mampu oleh Direktur. Hal ini
merupakan bentuk pengujian akhir atas kompetensi audit dari pegawai yang
diajukan untuk memperoleh Sertifikat Keahlian.
Khusus untuk calon Auditor, maka akan dilakukan penilaian atas hal-hal
berikut sebelum dapat diberikan Sertifikat Keahlian sebagai Auditor, yaitu:
1) Kedisiplinan
2) Kerjasama Tim
3) Tanggung Jawab
4) Penguasaan Materi: Teknis Audit; dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai
5) Ketrampilan Komputer
6) Etika
7) Kemampuan berkomunikasi

Sebagai bentuk akuntabilitas atas keahlian audit kepabeanan dan cukai,


sertifikat keahlian dapat dibekukan dan dicabut apabila melanggar ketentuan.

17
Pembekuan akan dilakukan apabila: 1. Terdapat pelanggaran standar audit, dan
2. Terdapat penjatuhan hukuman disiplin kepegawaian ringan terkait pelaksanaan
audit. Sertifikat Keahlian yang dibekukan, dapat diberlakukan kembali
berdasarkan penilaian dan rekomendasi dari Direktur, Kepala Kanwil atau Kepala
KPU. Keputusan pemberlakuan kembali Sertifikat Keahlian melalui Keputusan
Direktur atas nama Direktur Jenderal.
Sedangkan pencabutan sertifikat dilakukan apabila: 1. Terdapat
pelanggaran kode etik pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan telah
dijatuhi hukuman disiplin kepegawaian sedang sampai dengan berat terkait
pelaksanaan audit atau diterbitkan rekomendasi oleh Direktur Audit Kepabeanan
dan Cukai, Kepala Kantor Wilayah, dan Kepala Kantor Pelayanan Utama.
Pembekuan dan pencabutan sertifikat keahlian diberlakukan untuk seluruh
sertifikat keahlian yang dimiliki oleh pegawai DJBC tersebut. Pembekuan dan
pencabut sertifikat diputuskan melalui sidang sertifikasi.
Untuk kepentingan penugasan Audit, Direktur Audit juga dapat
memberikan sertifikat keahlian sebagai Auditor, Ketua Auditor, PTA dan PMA
kepada pegawai selain Pejabat Bea dan Cukai setelah dinyatakan mampu.

2. Uraian Tugas Auditor Kepabeanan dan Cukai


Tugas Auditor kepabeanan dan cukai dibedakan untuk setiap jenjang
Auditor dan proses pelaksanaan audit. Auditor, Ketua Auditor, Pengendali Teknis
Audit, dan Pengawas Mutu Audit memiliki peran masing-masing dalam
pelaksanaan audit. Selain itu, dalam setiap tahapan pelaksanaan audit, yaitu:
persiapan audit, pelaksanaan audit, serta pelaporan audit, masing jenjang
memiliki tanggung jawab masing-masing
Secara umum, semakin ke bawah penjenjangan Auditor, maka pekerjaan
teknis akan semakin banyak dan koordinasi dan manajerial semakin sedikit.
Sebaliknya, apabila level Auditor semakin tinggi, maka pekerjaan teknis semakin
sedikit namun koordinasi dan manajerial semakin besar. Selain itu, kemampuan
teknis akan semakin tinggi untuk jenjang lebih tinggi, namun hal ini akan
digunakan untuk memberikan petunjuk dalam pelaksanaan audit kepada level
dibawahnya. Ini juga mengindikasikan bahwa semakin tinggi level keahlian
Auditor, maka semakin besar tanggung jawab yang harus diberikan. Uraian tugas
untuk setiap level dan tahapan pelaksanaan audit dicontohkan dalam Tabel II.3
berikut.

Tabel II.3. Contoh Uraian Tugas Auditor, Ketua Auditor, PTA dan PMA
Level Persiapan audit Pelaksanaan audit Pelaporan audit
Auditor Mengikuti Melakukan Membuat usulan
pengarahan wawancara dengan konsep surat
persiapan audit auditee penetapan
Ketua Mengikuti Mengusulkan ruang Menyusun Laporan
Auditor pengarahan lingkup kepada PTA Hasil Audit (LHA)
persiapan audit
Menyusun Rencana
Kerja Audit (RKA)
dan Program Audit
(PA)

18
Pengendali Memeriksa dan Mengisi dan Memeriksa dan
Teknis menandatangani menandatangani menandatangani
Audit (PTA) RKA dan PA Pakta Integritas LHA
Pengawas Menyetujui dan Menetapkan ruang Menyetujuai dan
Mutu Audit menandatangani lingkup audit menandatangani
RKA dan PA LHA
Sumber: PER-32/BC/2017

C. Etika & Perilaku PNS Kementerian Keuangan


Untuk menjaga martabat Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan
Kementerian Keuangan, diperlukan pedoman untuk bertingkah laku sebagai PNS.
Pedoman ini memberikan pedoman tentang apa yang baik-buruk serta hak-
kewajiban, atau biasa disebut dengan etika. Kumpulan etika bagaimana seorang
PNS bertingkah laku dirumuskan menjadi suatu Kode Etik.
Dasar hukum pelaksanaan etika di Kementerian Keuangan adalah:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS
Berisi 17 kewajiban dan 15 larangan
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.01/2018 tentang Kode Etik dan
Kode Perilaku PNS di Lingkungan Kemenkeu
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban &
menghindari larangan yg ditentukan dlm peraturan perundang-undang dan/atau
peraturan kedinasan yg apabila tdk ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin
PMK No. 190/PMK.01/2018 menjelaskan bahwa dalam berperilaku sehari-
hari, Pegawai Kementerian Keuangan wajib menaati nilai dasar Aparatur Sipil
Negara, nilai-nilai Kementerian Keuangan, serta Kode Etik dan Kode Perilaku.
Kode Etik dan Kode Perilaku adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan
pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta pergaulan hidup
sehari-hari yang bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan pegawai,
bangsa, dan negara.
PMK No. 190/PMK.01/2018 berisi:
1. Ketentuan Umum
Berisi definisi atas istilah dalam PMK
2. Landasan Perilaku Pegawai
Berisi landasan perilaku yang terdiri atas nilai-nilai dan kode etik perilaku
3. Kode Etik dan Kode Perilaku
Kementerian keuangan membangun Kode Etik dan Kode Perilaku
berdasarkan nilai-nilai Kementerian Keuangan
4. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya pelanggaran, Unit Eselon I memberdayakan
unit kepatuhan internal dan Inspektorat Jenderal
5. Penegakan
Berisi prosedur penegakan hukum atas pelanggaran
6. Pemantauan dan Evaluasi

19
Berisi monitoring dan evaluasi atas pemrosesan terhadap pelanggaran
7. Kode Etik dan Kode Perilaku bagi Jabatan Fungsional dan Pengaturan Lebih
Lanjut Kode Etik dan Kode Perilaku pada Unit Eselon I
Setiap unit Eselon I dapat menyusun ketentuan lebih lanjut atas kode etik
8. Ketentuan Peralihan
Berisi pedoman penyelesaian masalah kode etik pada saat masa peralihan
9. Ketentuan Penutup
Pernyataan berlakunya peraturan baru dan dicabutnya peraturan lama

Dari keseluruhan isi PMK di atas, beberapa hal yang perlu diingat oleh
Auditor Bea Cukai adalah nilai-nilai dan kode etik pegawai dan perilaku yang
mendasari perilaku sehari-hari pegawai negeri sipil di Kementerian Keuangan.
Nilai utama yang perlu dipegang teguh adalah nilai-nilai dasar aparatur sipil negara
dan nilai-nilai Kementerian Keuangan. Sedangkan kode etik pegawai dan perilaku
merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai kementerian keuangan. Kedua
hal di atas akan dibahas lebih lanjut dalam paragraf selnjutnya
Nilai dasar aparatur sipil negara merupakan komitmen kebangsaan untuk
menjaga eksistensi dan mengabdi kepada negara Republik Indonesia. Sedangkan
nilai-nilai Kementerian Keuangan merupakan nilai-nilai yang wajib dimiliki PNS
Kementerian Keuangan.
Nilai-nilai Kementerian Keuangan meliputi:
1. Integritas, berpikir, berkata, berperilaku, dan bertindak dengan baik dan benar
serta memegang teguh Kode Etik dan prinsip moral;
2. Profesionalisme, bekerja dengan tuntas dan akurat dengan kompetensi
terbaik, penuh tanggung jawab dan komitmen;
3. Sinergi, membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang
produktif dan kemitraan harmonis dengan stakeholder;
4. Pelayanan, diberikan untuk memenuhi kepuasan stakeholder, dilaksanakan
sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman;
5. Kesempurnaan, upaya perbaikan selalu dilakukan untuk menjadi dan
memberikan yang terbaik.

Kode Etik pegawai dan Kode Perilaku merupakan penjabaran lebih detail
atas nilai-nilai Kementerian Keuangan. Terdiri atas lima bagian sesuai dengan
jumlah nilai di Kementerian Keuangan.

Tautan Unduhan

PMK 200/PMK.04/2011 tentang Audit Kepabeanan dan


Audit Cukai:
https://drive.google.com/file/d/1Jt5i3aR0sOt5Bulp1V0S0D5
TTvuxpmgB/view?usp=sharing

20
PMK 258/PMK.04/2016 tentang perubahan PMK
200/PMK.04/2011:
https://drive.google.com/file/d/1VBogCE_JRaaV-
ZgEDIVmoi5Ts9Y10uqi/view?usp=sharing

PER-31/BC/ 2017 tentang Standar Audit Kepabeanan dan


Audit Cukai:
https://drive.google.com/file/d/1N6v_xoU1_PZdoSaIYgn
2u6AfqKp_3R21/view?usp=sharing

PER 32/BC/2019 Tentang Sertifikasi Keahlian dan Uraian


Tugas Auditor, Ketua Auditor, Pengendali Teknis Audit
dan Pengawas Mutu Audit:
https://drive.google.com/file/d/16IjhBiJzq_kdgT2IAjbhG3ay
Q-zRCfrD/view?usp=sharing

Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang


Disiplin PNS: https://drive.google.com/file/d/1eWNW3n-
pVY-ernsQihxv72a3iLgkyggu/view?usp=sharing

PMK 190/PMK.01/2018 tentang Kode Etik dan Kode


Perilaku:
https://drive.google.com/file/d/1V84B5eqZ1QdkjhfZ0gCTF
K1MritzsHIt/view?usp=sharing

RINGKASAN
Untuk melaksanakan audit, diperlukan pedoman pelaksanaan agar audit dapat
berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan. Pedoman itu terdiri atas
Standar Audit, Sertifikasi dan Uraian Tugas, serta Kode Etik dan Kode Perilaku

21
Pegawai. Standar Audit bertujuan agar mutu pelaksanaan audit dapat terjaga,
terdiri atas: standar umum, standar pelaksanaan lapangan, dan standar
pelaporan.
Sertifikasi adalah upaya dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bahwa Auditor
Bea Cukai telah memiliki kompetensi teknis yang dipersyaratkan. Terdapat
empat jenjang, yaitu: Auditor, Ketua Auditor, Pengendali Teknis audit, dan
pengawas mutu audit. Masing-masing tingkat memiliki tugas dan peran dalam
setiap proses pelaksanaan audit, yaitu pada saat: persiapan audit, pelaksanaan
audit, dan pelaporan audit. Selain kompetensi teknis, Auditor perlu Kode Etik
dan Kode Perilaku PNS di Lingkungan Kemenkeu sebagai pedoman perilaku
sehari-hari agar dapat memenuhi harapan Kementerian Keuangan serta
terhindar dari tindakan tercela.

LATIHAN/PENUGASAN

Latihan

1) Standar Audit terdiri atas …, kecuali:


a. Standar Umum
b. Standar Pelaksanaan
c. Standar Pekerjaan Lapangan
d. Standar Pelaporan
2) Seorang Auditor Bea Cukai wajib memiliki keahlian dan ketrampilan di
bidang:
a. Akuntansi, Audit, serta Kepabeanan dan Cukai
b. Akuntansi, IKB, serta Kepabeanan dan Cukai
c. Penegakan Hukum, Audit, serta Kepabeanan dan Cukai
d. Akuntansi dan Audit
3) Berikut ini yang bukan merupakan jenjang sertifikasi Auditor BC adalah:
a. Anggota
b. Ketua Auditor
c. Pengendali Teknis Audit
d. Pengawas Mutu Audit
4) Pencabutan sertifikat Auditor dilakukan apabila:
a. Terjadi pelanggaran standar
b. Terjadi pelanggaran etika
c. Terjadi pelanggaran kode etik dan dijatuhi hukuman disiplin ringan
terkait pelaksanaan audit
d. Terjadi pelanggaran kode etik dan dan telah dijatuhi hukuman disiplin
kepegawaian sedang sampai dengan berat terkait pelaksanaan audit
5) Di bawah ini merupakan nilai-nilai kementerian keuangan, kecuali:
a. Integritas
b. Sinergi
c. Produktifitas
d. Kesempurnaan

22
RUANG LINGKUP AUDIT KEPABEANAN DAN
CUKAI

Tujuan Pembelajaran:
Pada bab ini mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep Ruang Lingkup Audit Kepabeanan
2. Memahami konsep Ruang Lingkup Audit Cukai

Audit Kepabeanan dan Cukai adalah sarana pengawasan kepatuhan


pengguna layanan kepabeanan dan cukai. Area pengawasan kepatuhan ini
disebut ruang lingkup audit kepabeanan dan cukai. Sesuai dengan namanya, Audit
Kepabeanan dan Cukai, maka secara umum dapat dibagi menjadi 2 bagian besar,
yaitu ruang lingkup audit kepabeanan dan ruang lingkup audit cukai.
Dasar hukum dari ruang lingkup audit kepabeanan dan cukai terdiri atas:
 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006;
 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007;

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 200/PMK.04/2011 sebagaimana telah


diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 258/PMK.04/2016,
tentang Audit Kepabeanan dan Audit Cukai.

 Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: PER-35/BC/2017


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Nomor: PER-24/BC/2019 tentang Tata Laksana Audit Kepabeanan dan
Audit Cukai.

Ruang lingkup audit kepabeanan dan cukai merupakan hal penting, karena
memberikan batasan area kewenangan, hak, dan kewajiban dari pelaksanaan
audit kepabeanan dan cukai. Masing-masing ruang lingkup, baik di bidang audit
kepabeanan dan audit cukai, akan dibahas lebih detail pada paragraf di bawah.

A. Ruang Lingkup Audit Kepabeanan


Audit Kepabeanan adalah audit yang digunakan untuk menguji kepatuhan
pengguna layanan kepabeanan terhadap peraturan kepabeanan. Secara umum
ruang lingkup audit kepabeanan dapat dibagi menjadi empat hal, yaitu:
 Nilai Pabean
 Tarif
 Jumlah Jenis

23
 Fasilitas
Bila dibandingkan dengan praktik Post Clearance Audit kepabeanan di
dunia, ruang lingkup audit kepabeanan di Indonesia ditambah dengan ruang
lingkup fasilitas. Setiap ruang lingkup akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.

1. Ruang Lingkup Nilai Pabean.


Dalam ruang lingkup ini, audit kepabeanan akan melakukan pengujian
kepatuhan pengguna layanan terhadap pemberitahuan nilai pabean. Nilai pabean
yang diuji dalam pengawasan audit kepabeanan adalah nilai pabean yang
menggunakan metode satu, yaitu metode nilai transaksi. Audit kepabeanan akan
menguji penggunaan nilai transaksi dalam pemberitahuan nilai pabean dengan
cara:
a. Mengidentifikasi apakah barang impor yang bersangkutan merupakan obyek
suatu transaksi jual-beli.
Pengujian apakah barang impor tersebut merupakan obyek transaksi jual
beli dalam kondisi persaingan bebas di pasar. Bukti Audit antara lain berupa
Purchase Order (PO) atau Sales Contract.
b. Meneliti persyaratan nilai transaksi untuk dapat diterima dan ditetapkan
sebagai nilai pabean.
Kriteria persyaratan pemenuhan nilai transaksi berdasarkan Article 1 WTO
Valuation Agreement dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.04/2010
tentang Nilai Pabean untuk Penghitungan Bea Masuk adalah:
1) tidak terdapat pembatasan-pembatasan atas pemanfaatan atau pemakaian
barang impor selain pembatasan-pembatasan yang:
 diberlakukan atau diharuskan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku di dalam Daerah Pabean
 membatasi wilayah geografis tempat penjualan kembali barang yang
bersangkutan; atau
 tidak mempengaruhi nilai barang secara substansial;
2) tidak terdapat persyaratan atau pertimbangan yang diberlakukan terhadap
transaksi atau nilai barang impor yang mengakibatkan nilai barang impor yang
bersangkutan tidak dapat ditentukan nilai pabeannya;
3) tidak terdapat proceeds yang harus diserahkan oleh pembeli kepada penjual,
kecuali proceeds tersebut dapat ditambahkan pada harga yang sebenarnya
dibayar atau yang seharusnya dibayar;
4) tidak terdapat hubungan antara penjual dan pembeli yang mempengaruhi
harga barang.
c. Menguji harga yang sebenarnya atau seharusnya dibayar
Pengujian harga yang sebenarnya atau seharusnya dibayar dilakukan
dengan cara membandingkan data nilai pabean yang diberitahukan dalam
dokumen pabean (PIB) dengan pembukuan perusahaan (buku hutang, bukti
bayar)
d. Meneliti unsur biaya-biaya dan/atau nilai yang seharusnya ditambahkan
pada nilai transaksi atau tidak ditambahkan
Biaya-biaya dan/atau nilai-nilai yang harus ditambahkan pada harga yang
sebenarnya atau seharusnya dibayar meliputi:
1) biaya yang dibayar oleh pembeli yang belum tercantum dalam harga yang
sebenarnya dibayar atau yang seharusnya;
2) nilai dari barang dan jasa;

24
3) royalti dan biaya lisensi (Contoh bukti audit berupa : Agreement, PPh
Pasal 26, CALK Laporan Keuangan);
4) Proceeds (Contoh bukti audit berupa Agreement);
5) biaya transportasi barang impor (Contoh bukti audit berupa invoice
forwarder);
6) biaya pemuatan, pembongkaran, dan penanganan yang berkaitan dengan
pengangkutan barang impor.

2. Ruang Lingkup Tarif


Ruang lingkup tarif audit kepabeanan, akan melakukan pengujian
kepatuhan pengguna layanan terhadap pemberitahuan tarif. Pengujian tarif oleh
auditor bea dan cukai dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Non Preferential Tariff
Pada pengujian non preferential tariff, auditor menguji apakah klasifikasi
dan pembebanan tarif yang telah dilaporkan importir telah sesuai dengan Buku
Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) dengan cara:
 Melakukan identifikasi barang yang diimpor
 Menentukan klasifikasi dan tarif bea masuk barang, dengan memperhatikan
catatan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI), Explanatory Note dan the
Compendium of Classification Opinions
 Melakukan penelitian apakah komoditas terkena Bea Masuk Tambahan,
antara lain:
- Bea Masuk Anti Dumping (BMAD)
- Bea Masuk Imbalan (BMI)
- Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP)
- Bea Masuk Pembalasan (BMP)

b. Preferential Tariff
Sedangkan dalam melaksanakan pengujian preferential tariff, tim audit
akan menguji apakah importasi yang menggunakan preferential tariff (dibuktikan
dengan adanya Certificate of Origin (c/o) atau Surat Keterangan Asal (SKA))
sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan terkait preferential
tariff dibagi tiga yaitu:
 Direct Consignment: terkait kriteria pengiriman barang apakah langsung
atau transit, jika transit tidak boleh mengalami proses produksi atau SKA
menjadi gugur.
 Origin Criteria: Terkait kriteria asal barang, jika SKA ada keterangan “wholly
obatained (WO)” artinya semua bahan harus berasal dari negara tersebut jika
tidak, maka SKA menjadi gugur.
 Procedural: Terkait pemenuhan prosedural penerbitan SKA, agar SKA tetap
dapat digunakan dan tidak gugur (misalnya: procedural third country invoice
dan issued retroactively)

3. Ruang Lingkup Jumlah Jenis


Jumlah dan jenis merupakan ruang lingkup yang berkaitan dengan
karakter fisik barang dalam pemberitahuan pabean. Kebenaran pemberitahuan ini
merupakan salah satu ruang lingkup dalam audit kepabeanan. Auditor bea cukai
akan menguji kebenaran jumlah dan jenis dengan membandingkan
pemberitahuan pabean dengan data audit kepabeanan

25
Data audit kepabeanan yang digunakan dapat berupa dokumen internal
perusahaan, seperti: laporan penerimaan barang, buku pembelian, dan buku
pembayaran utang. Selain dokumen internal perusahaan, auditor bea cukai juga
akan menguji dengan dokumen dari pihak ketiga yang terkait langsung dengan
transaksi auditee, seperti: invoice, packing list, dan Bill of Lading. Dokumen lain
yang perlu diuji auditor bea cukai dalam kasus komoditas tertentu adalah dokumen
dari pihak ketiga yang menerangkan kondisi barang seperti katalog barang, Mill
Certificate Material Safety Data Sheet (MSDS), Uji Laboratorium, dan Laporan
Surveyor.

4. Ruang Lingkup Fasilitas


Ruang lingkup ini adalah ruang lingkup yang merupakan salah satu
pembeda audit kepabeanan di Indonesia dengan audit kepabeanan di luar negeri
(sesuai WCO). Ruang lingkup audit fasilitas secara umum dapat diartikan audit
untuk menguji kepatuhan pengguna layanan fasilitas kepabeanan.
Fasilitas kepabeanan sendiri, dapat dibedakan menjadi dua besaran yaitu
fasilitas pelayanan dan fasilitas fiskal. Fasilitas pelayanan memberikan perbedaan
layanan kepabeanan kepada pengguna layanan yang memenuhi persyaratan
sehingga akan diberikan kemudahan dan percepatan layanan kepabeanan.
Contoh dari fasilitas ini adalah: Mitra Utama/AEO, Rush Handling, Vooruitslag, dan
fasilitas lainnya. Sedangkan fasilitas fiskal, memberikan perbedaan nilai
pembayaran pungutan negara (Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor)
kepada pengguna fasilitas ini. Contoh dari fasilitas fiskal adalah: Impor sementara,
Tarif Preferensi (preferential tariff), Tidak dipungut, Pengembalian, BMDTP,
Pembebasan Mutlak Pasal 25 UU Kepabeanan, Pembebasan Relatif Pasal 26 UU
Kepabeanan, dan Penangguhan.

B. Ruang Lingkup Audit Cukai


Audit Cukai bertujuan untuk menguji kepatuhan pengguna layanan cukai
terhadap peraturan cukai. Secara garis besar ruang lingkup audit cukai dibagi
menjadi tiga, yaitu:
 Hasil Tembakau;
 Etil Alkohol;
 Minuman Mengandung Etil Alkohol.
Audit cukai merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 39 tahun 2007
tentang Cukai (UU Cukai). Dalam UU Cukai, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
memiliki kewenangan pengawasan terhadap pengguna layanan cukai dalam
bentuk audit. Ruang lingkup pengawasan audit cukai seperti disebutkan di atas
akan dibahas dalam paragraf di bawah ini.
1. Hasil tembakau
Ruang lingkup audit cukai dalam hasil tembakau adalah produksi barang
hasil tembakau, karena sifat dari pengenaan cukai adalah membatasi produksi
yang memiliki karakteristik cukai. Produksi hasil tembakau akan diawasi mulai dari
saat barang mulai dibuat sampai menjadi produk akhir yang dapat dikonsumsi oleh
masyarakat. Audit cukai merupakan sarana dari DJBC untuk memastikan bahwa
produksi barang hasil tembakau telah memenuhi peraturan cukai yang berlaku,
terutama aspek pemenuhan kewajiban fiskal (pembayaran cukai). Contoh barang

26
hasil tembakau adalah: Sigaret, cerutu, rokok daun, TIS, dan hasil pengolahan
tembakau lainnya (HPTL). Dalam definisi barang hasil tembakau, tidak diindahkan
digunakan atau tidaknya bahan pengganti atau bahan pembantu dalam proses
pembuatannya.
2. Etil Alkohol
Ruang lingkup etil alkohol dalam audit cukai adalah mengawasi barang etil
alkohol. Definisi etil alkohol sendiri adalah cairan bening yang mengandung unsur
kimia C2H5OH. Ruang lingkup ini memiliki kesamaan dengan ruang lingkup hasil
tembakau, yaitu aspek produksi dari. Perbedaan ruang lingkup audit etil alkohol
dibanding hasil tembakau adalah turut pula diawasinya aspek pemasaran etil
alkohol. Produksi dan pemasaran etil alkohol akan diawasi mulai dari saat barang
mulai dibuat sampai menjadi produk akhir serta pendistribusiannya ke konsumen
etil alkohol.
Salah satu alat pengawasan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC) untuk memastikan kepatuhan pengusaha etil alkohol adalah dengan
melakukan audit cukai. Audit cukai memiliki kemampuan untuk membandingkan
data produksi dan pemasaran yang diberitahukan dengan data catatan akuntansi
auditee. Pembandingan ini diharapkan dapat menguji kepatuhan pengguna
layanan cukai DJBC dalam barang etil alkohol, terutama aspek pengawasan
produksi, konsumsi, dan fiskal.
3. Minuman Mengandung Etil Alkohol
Dalam ruang lingkup minuman mengandung etil alkohol (MMEA), audit
cukai akan mengawasi barang minuman mengandung etil alkohol. Definisi MMEA
adalah cairan bening yang lazim disebut minuman, yang mengandung etil alkohol
yang dihasilkan dengan cara peragian, penyulingan, atau cara lainnya. Sebagai
tambahan atas definisi MMEA, dalam pembuatannya juga tidak diindahkan bahan
yang digunakan dan proses pembuatannya, termasuk “konsentrat yang
mengandung etil alkohol”. Contoh dari minuman mengandung etil alkhol adalah:
bir, shandy, anggur, gin, whisky, dan yang sejenis.
Secara garis besar ruang lingkup MMEA memiliki kesamaan dengan ruang
lingkup etil alkohol, yaitu aspek produksi dan pemasaran minuman mengandung
etil alkohol. Produksi dan pemasaran MMEA akan diawasi mulai dari saat barang
mulai dibuat sampai menjadi produk akhir serta pendistribusiannya ke konsumen
etil alkohol. Sebagai salah satu unit pengawasan dari Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai (DJBC) audit cukai akan menggunakan kemampuan untuk mentrasir dan
membandingkan dokumen pemberitahuan ke dalam sistem akuntansi auditee.

RINGKASAN
Ruang lingkup audit kepabeanan dan cukai dapat dibedakan menjadi ruang
lingkup audit kepabeanan dan ruang lingkup audit cukai. Kedua ruang lingkup
ini adalah kewenangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sesuai
dengan Undang-Undang Kepabeanan dan Undang-Undang Cukai yang
mendasari tugas pokok dan fungsi DJBC. Ruang lingkup audit kepabeanan
terdiri dari nilai pabean, tarif, jumlah dan jenis, serta fasilitas. Sedangkan ruang
lingkup audit cukai terdiri atas hasil tembakau, etil alkohol, dan minuman
mengandung etil alkohol.

27
LATIHAN/PENUGASAN

Latihan

1) Ruang lingkup audit kepabeanan terdiri atas ….


a. Nilai Transaksi
b. Minuman Mengandung Etil Alkohol
c. Identifikasi Barang
d. Tarif
2) Berikut ini adalah contoh dokumen yang digunakan untuk melakukan
pengujian jumlah dan jenis, kecuali:
a. Laporan Penerimaan Barang
b. Katalog barang
c. Laporan surveyor
d. Bukti Transfer Tunai
3) Contoh fasilitas fiskal dalam ruang lingkup audit kepabeanan adalah:
a. Vooruitslag
b. Mitra Utama
c. Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
d. Rush Handling
4) Di dalam ruang lingkup hasil tembakau, auditor bea cukai akan menguji
pemberitahuan cukai auditee dengan data:
a. Akuntansi auditee
b. CK4C
c. Pengiriman pita cukai dari kantor pusat ke kantor pelayanan
d. Pengembalian pita cukai dari kantor pelayanan ke kantor pusat
5) Definisi minuman mengandung etil alkohol adalah:
a. Cairan bening memabukkan
b. Cairan bening mengandung etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH
c. Cairan bening yang lazim disebut minuman dan mengandung Etil
Alkohol dengan kadar berapapun
d. Cairan bening yang mudah terbakar

28
PROSEDUR PERENCANAAN AUDIT DAN
LAPORAN ANALISIS OBJEK AUDIT (LAOA)

Tujuan Pembelajaran:
Pada bab ini mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep Manajemen Risiko dalam Penentuan Laporan Analisa
Obyek Audit (LAOA)
2. Memahami konsep Penyusunan LAOA
3. Memahami konsep Nomor Penugasan Audit (NPA)
BAB
Penentuan obyek audit adalah salah satu tahap yang penting dalam
keberhasilan unit audit Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Sebagai audit
kepatuhan, audit kepabeanan dan cukai seyogyanya adalah menguji kepatuhan
pengguna layanan terhadap peraturan kepabeanan dan cukai. Namun apabila
hasil dari audit menyatakan auditee adalah patuh dan tidak ada tagihan audit,
maka hal ini dapat mengindikasikan bahwa terdapat penggunaan sumber daya
audit yang kurang tepat sasaran. Adanya tagihan dan bila memungkinkan
deterrence effect kepada pengguna layanan lainnya agar mematuhi ketentuan
kepabeanan dapat mengindikasikan keberhasilan unit audit dalam melakukan
pengawasan. Untuk itu prosedur perencanaan pemilihan obyek audit, atau
prosedur perencanaan audit yang efektif adalah suatu keharusan.
Prosedur perencanaan audit didasarkan atas peraturan: Peraturan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-23/BC/2019 Tentang Tatalaksana
Perencanaan Audit Kepabeanan dan Cukai, Penelitian Ulang dan Analisis Tujuan
Tertentu dan SE-06/BC/2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penentuan Obyek
Audit. Kedua aturan ini digunakan dalam penentuan obyek audit.
Penentuan objek audit, objek penelitian ulang, dan objek analisis tujuan
tertentu dilakukan oleh Direktur Audit melalui Kasubdit Perencanaan Audit, serta
Pejabat Yang Ditunjuk pada Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama Bea
dan Cukai. Data dalam pelaksanaan proses penentuan objek audit, objek
penelitian ulang dan objek analisis tujuan tertentu didapat melalui akses data
kepabeanan dan cukai secara elektronik, dan permintaan data kepada unit kerja
lain baik di lingkungan DJBC maupun di unit/instansi di luar DJBC. Unit kerja di
lingkungan DJBC harus memberikan akses secara elektronik atas permintaan
data tersebut.
Secara umum proses penentuan objek analisis didasarkan atas dua hal,
yaitu:
1. Kepentingan nasional, bagaimana kepentingan nasional pada tahun berjalan
diarahkan kemana, misal: pada saat terjadi perang dagang antara Amerika
dengan Tiongkok, akan dimungkinkan produk dari Tiongkok akan membanjiri
pasar dalam negeri, sehingga akan diberikan perhatian khusus terhadap

29
barang dari Tiongkok yang memiliki kesamaan barang produksi dalam negeri;
dan
2. Tema/isu internal Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC), misal: pada saat
internal DJBC memberikan penekanan pengawasan kepada produsen tekstil
di kawasan berikat, maka unit audit akan memberikan perhatian lebih kepada
auditee dari Kawasan Berikat yang memperoduksi tekstil.
Setelah tema ditentukan, maka bagian perencanaan audit (Sub Direktorat
Perencanaan Audit) akan melakukan analisis data informasi berdasarkan
manajemen risiko. Data dan informasi dapat berupa: data transaksi impor, ekspor,
dan cukai; rekomendasi unit lain: Pejabat Eselon II, Kasubdit atau Tim Audit,
Kabid; dan rekomendasi instansi lain. rekomendasi ini paling sedikit harus
menyertakan informasi mengenai identitas objek, bukti pendukung, alasan, serta
ketentuan yang dilanggar. untuk kepentingan penentuan objek analisis, dapat
dilakukan observasi lapangan ke Kanwil/KPU/KPPBC untuk pengumpulan data
dan informasi tambahan.
Hasil analisis data dapat berupa:
1. Laporan Analisis Objek Audit (LAOA)
Laporan atas hasil analisis yang dilakukan dalam rangka menentukan
objek audit.
2. Risalah Hasil Analisis (RHA)
Risalah yang berisi alasan utama dilakukannya Penelitian Ulang terhadap
dokumen pabean.
3. Laporan Analisis Tujuan Tertentu (LATT)
Laporan atas hasil analisis yang dilakukan secara sewaktu-waktu dengan
ruang lingkup tertentu.

A. Manajemen Risiko Dalam Penentuan Laporan Analisa Obyek Audit


(LAOA)
Dalam pembuatan LAOA, manajemen risiko yang digunakan terdiri atas:

1. Risiko Data Umum, yang dapat dibagi menjadi:


a. Identifikasi Risiko Profil Perusahaan
Identifikasi risiko profil perusahaan menggunakan dua profil entitas, yaitu:
1. berdasar scoring dari Direktorat P2 (low, medium, high risk, very high risk), dan
2. berdasar penjaluran proses pelayanan (Jalur Merah, Jalur Kuning, Jalur Hijau,
MITA, AEO). Setelah proses identifikasi akan dilakukan analisa atas data dan
informasi yang diperoleh.
Contoh hasil analis identifikasi risiko profil perusahaan:
 Profil entitas very high risk jalur merah lebih berisiko daripada AEO terkait
pemberitahuan harga, klasifikasi dan Jumlah jenis karena berupaya
merendahkan pungutan negara berupa BM dan PDRI.

 Risiko terkait alamat kantor: entitas dengan alamat kantor Ruko Mangga Dua
lebih berisiko dibandingkan Kawasan industri MM2100 Cikarang.

b. Identifikasi Risiko Penanggung Jawab Perusahaan

30
Pada tahap ini, akan diidentifikasi dua risiko, yaitu: 1. risiko terkait
penanggung jawab perusahaan yang juga memiliki kedudukan dan/atau jabatan
pada entitas lainnya, dan 2. penanggung jawab perusahaan yang pernah menjabat
pada sebuah perusahaan yang secara riwayat kepabeanan dan cukai perusahaan
dimaksud pernah dilakukan pemblokiran. Data dan informasi ini akan dianalisa
dengan cara menggunakan data pertukaran dari DJP yaitu “Spider web dari DJP”,
yang berisi spiderweb perusahaan yang memiliki Direksi dan komisaris yang
sama. Selain itu, juga digunakan riwayat pemblokiran dari Direktorat P2.
Contoh hasil analis identifikasi risiko profil perusahaan:
Dengan adanya data spiderweb penanggungjawab, maka ketika kita
mengetahui bahwa ada sebuah entitas yang baru 2 tahun berdiri akan tetapi
memiliki penanggungjawab yang sama dengan entitas yang terblokir 2,5 tahun
sebelumnya, maka relatif entitas yang baru tersebut memilik pola pelanggaran
yang sama nantinya.

c. Identifikasi Risiko Pihak-pihak Yang Berhubungan

Transaksi dengan pihak yang berhubungan memiliki risiko terkait


penentuan harga. Ini dapat mempengaruhi pemberitahuan nilai pabean pada
metode nilai transaksi karena terdapatnya indikasi biaya-biaya yang ditambahkan,
misalnya royalty. Cara analisa dengan menggunakan spider web DJP untuk
mencari data pihak-pihak yang berhubungan. Selain itu, analis dapat menganalisa
laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Dokumen tersebut
menampilkan data pemegang saham, perusahaan induk dan perusahaan cabang
entitas, yang dapat dianalisis untuk identifikasi risiko pihak yang berhubungan.
Contoh hasil analis Identifikasi Risiko Pihak-pihak Yang Berhubungan
Anak perusahaan di Indonesia mengimpor barang dari induk perusahaan
di Jepang. Hal ini memungkinan adanya risiko terkait transfer pricing atau adanya
royalty.

d. Identifikasi Risiko Komoditas

Identifikasi pada tahapan ini penting untuk mengetahui komoditas yang


diimpor dan barang hasil produksinya. Hal ini perlu untuk memetakan risiko atas
komoditas tertentu yang sering digeser terkait pemberitahuan HS Code nya.
Analisa dilakukan atas data impor dan ekspor. Selain itu akan dilakukan pencarian
informasi barang dalam berbagai media seperti data dan informasi di internet.
Contoh hasil analis Identifikasi Risiko Komoditas
Importir melakukan importasi Truck memberitahukan ke HS Code Truck
CKD (Completely Knocked Down) / terurai tarif 10%. Akan tetapi analis melakukan
Analisa bahwa secara KLUI bahwa entitas tersebut bukan industri perakitan akan
tetapi entitas pertambangan. Maka komoditas Truck CKD tersebut memiliki risiko
pergeseran HS code seharusnya Truck dalam keadaan CBU tarif 50%. Perlu

31
didalami pada saat audit terkait LHP di KPPBC dalam bentuk apa ketika
melakukan importasi. Tapi dari sisi analis, hal ini sudah merupakan flag yang perlu
didalami.

e. Identifikasi Risiko pelanggaran

Dalam identifikasi ini, terdapat 3 indikator terkait risiko pelanggaran:


 Indikator pelanggaran berulang dari referensi notul PFPD
 Indikator pelanggaran berulang dari referensi SBP (Surat Bukti Penindakan)
P2
 Indikator pelanggaran berulang dari referensi Hasil LHA audit sebelumnya

Cara analisa adalah dengan menggunakan referensi Notul PFPD, SBP dan
LHA audit sebelumnya untuk dilakukan analisa terhadap entitas tersebut.
Contoh hasil analis Identifikasi Risiko pelanggaran
 Pada LHA Audit sebelumnya ditemukan adanya temuan atas royalty, maka
pada Analisa LAOA didalami apakah masih ada pembayaran PPh Pasal 26
didata DJP, jika masih ada maka terindikasi entitas tersebut masih ada biaya-
biaya yang belum ditambahkan terkait royalty tersebut.
 Komoditas yang sering dinotul PFPD artinya entitas tersebut melakukan
pergeseran HS untuk meminimalisir pungutan negara, atensi terkait barang
sejenis diseluruh populasi data.

2. Risiko Data Transaksi


a. Identifikasi Risiko Nilai Pabean
Risiko pada tahapan ini adalah adanya ketidaksesuaian pemberitahuan
nilai pabean. Ketidaksesuaian dapat disebabkan perbedaan nilai pabean yang
diberitahukan dengan yang dibukukan oleh perusahaan, adanya biaya-biaya yang
belum ditambahkan berupa freight, royalty, atau lainnya. Risiko dianalisis dengan
cara mencari tahu kewajaran nilai barang yang diberitahukan dibandingkan
dengan nilai barang identik/sejenis yang pernah diimpor oleh entitas yang
dianalisis (Pastikan uraian barang, merk, tipe, nama pemasok sama). Untuk
masalah royalty, perhatian ditujukan terhadap barang-barang “branded” , Cari
referensi atas HAKI di internet. Misal www.Justia.com, dapatkan data PPH pasal
26, dan analisa apakah entitas melaporkan VD (voluntary declaration) atas
perhitungan perkiraan besarnya royalty yang harus dibayar. Sedangkan terkait
atensi freight dapat difokuskan terkait importasi menggunakan incoterm FOB dan
exwork.
Contoh Identifikasi Risiko Nilai Pabean:
Perusahaan pertambangan menggunakan incoterm Exwork dalam sebuah
importasi, posisi perusahaan ada di Morowali Sulawesi  dengan kondisi ini
artinya Morowali Sulawesi bukan jalur regular sebuah kapal, artinya kapal tersebut
relatif disewa oleh entitas dan invoice freight biasanya terbit sebulan setelah
importasi selesai. Tim analis menganalisa bahwa pemberitahuan freight di PIB
menggunakan norma PMK 160/PMK.04/2010 tentang Nilai Pabean untuk

32
Penghitungan Bea Masuk yaitu ketika diformulakan tepat 10% bukan angka
keriting, maka atensi untuk didalami lebih lanjut oleh analis.
b. Identifikasi Risiko Klasifikasi dan Pembebanan Tarif
Identifikasi pada tahapan ini adalah adalanya risiko pergeseran kode HS
pada klasifikasi tarif. Kode HS seyogyanya adalah sesuai dengan kondisi barang.
Namun karena penentuan kode HS pemberitahuan adalah sesuai persepsi
pengguna layanan, terdapat potensi mereka akan mencari kode HS yang
memberikan tarif lebih rendah. Selain itu terdapat juga risiko belum
ditambahkannya pembayaran Bea Masuk Tambahan (BMAD, BMTP, BMTPS,
BMI).
Prosedur analisa yang digunakan adalah dengan mengetahui potensi
kesalahan pemberitahuan klasifikasi/tariff dengan referensi:
1) Data kesalahan klasifikasi/tarif yang sering terjadi
2) Inkonsistensi klasifikasi/tarif
3) Referensi kesalahan LHA audit sebelumnya
4) Referensi HS code dari Penelitian ulang barang sejenis/perusahaan sejenis
5) Referensi Notul PFPD
Contoh Identifikasi Klasifikasi dan Pembebanan Tarif:
Isu terkini bahwa laptop sekarang berganti era tidak lagi menggunakan
hardisk (tarif 0%) akan tetapi digantikan dengan solid state drive (SSD) dengan
tarif BM 5%. Berdasarkan Penetapan Klasifikasi Sementara Impor (PKSI) PT A
bahwa SSD masuk pos tarif 84717099. Maka analis dapat menarik semua data
importasi SSD nasional yang masih diberitahukan 0%, dan di sort berdasakan
potensi terbesar, dan dipilih 5 importir terbesar untuk dilakukan Analisa LAOA
untuk pendalaman potensi lainnya.
c. Identifikasi Risiko Penggunaan Tarif Preferensi Surat Keterangan Asal (SKA)
Risiko yang terdapat pada bagian ini adalah ketidaksesuaian importasi
yang menggunakan tarif preferensi SKA. Ketidaksesuaian meliputi semua
persyaratan penggunaan SKA dalam importasi. Persyaratan ini merupakan bagian
dari perjanjian terkait tarif preferensi.
Prosedur analisis yang digunakan meliputi:
1) Analisis Origin Criteria
 Cek negara asal dengan anggota perjanjian sesuai kode fasilitas
 Analisis kewajaran ‘kemampuan’ negara asal barang untuk memproduksi
barang
2) Direct Consignment Criteria
 Cek apakah terdapat pelabuhan/negara transit
 Cek apakah negara transit diluar negara anggota perjanjian sesuai kode skep
fasilitas

3) Retroactive Procedural Criteria


 Check: bandingkan tanggal B/L dengan tanggal SKA (khusus AKFTA, AIFTA,
dan AANZFTA menggunakan hitungan “workdays”)
 Third Party/Country Invoicing: Bandingkan nama pemasok/negara
asal/negara pemasok

33
4) Tarif Reprositas: khusus importasi menggunakan skema AKFTA negara asal
Korea dan ACFTA negara asal China atensi pos tariff yang tariff akhirnya tidak
0%
Contoh Identifikasi Risiko Penggunaan Tarif Preferensi SKA:
Entitas importasi kopi dengan SKA ATIGA Asal Singapore dengan
pemberitahuan Wholly Obtained (WO) atau “semua bahan berasal dari negara
tersebut, akan tetapi analis melalui situs resmi BPS bahwa Singapore bukan
produsen kopi, atensi terkait origin criteria.
d. Identifikasi Risiko Jumlah dan Jenis
Risiko pada tahap ini kemungkinan besar terjadi pada saat ekspor maupun
impor barang curah. Sedangkan untuk barang yang menggunakan kemasan,
relatif ketidaksesuaian jumlah dan jenis jarang terjadi. Meskipun begitu, karena
adanya pengguna layanan yang mendapatkan fasilitas kemudahan tidak adanya
pemeriksaan barang, maka untuk pengguna layanan yang mendapatkan fasilitas
akan terdapat risiko adanya kesalahan jumlah dan jenis, meskipun rendah.
Prosedur analisis pada risiko ini adalah memberikan perhatian terhadap
ketidaksesuaian pemberitahuan jumlah dan jenis dengan referensi:
1) Referensi kesalahan LHA audit sebelumnya
2) Referensi Notul PFPD
3) Memahami proses bisnis barang curah.
Contoh Risiko Jumlah dan Jenis:
Pada LHA audit sebelumnya terdapat kesalahan jumlah jenis terkait barang
curah berupa bahan baku pakan ternak. Tim analis meneliti di open source bahwa
perusahaan masih dalam proses bisnis yang sama. Maka atensi kemungkinan
terjadinya kesalahan yang berulang dan sama.
e. Identifikasi Fasilitas
Risiko terkait fasilitas dimungkinkan terjadi karena adanya ketidaksesuaian
importasi menggunakan fasilitas BKPM, Kawasan Berikat, Impor Sementara, KITE
Pembebasan, KITE Pengembalian, dll. Secara umum prosedur analisisnya adalah
membandingkan pemasukan dan pengeluaran barang , jangka waktu fasilitas,
serta impor dan ekspor.
Contoh Risiko Fasilitas:
1) Kawasan berikat:
 Secara logika BC 4.1 tidak boleh lebih besar dari BC 4.0 karena BC 4.1 adalah
pengeluaran ex BC 4.0
 Apabila BC 2.6.2 (ex subkontrak, ex peminjaman, ex reparasi) lebih kecil dari
BC 2.6.1 (subkontrak, peminjaman, reparasi awal) analisis kewajaran jangka
waktu subkontrak. Kalau waktu subkontrak memang belum berakhir, ada
kemungkinan BC 2.6.2 tersebut masih partial dan akan ada BC 2.6.2 lainnya.
 Prosentase pengeluaran BC 2.5 terhadap nilai realisasi tahun sebelumnya
atas pengeluaran hasil produksi untuk ekspor + Antar KB + FTZ + Kawasan
Ekonomi lain yang ditetapkan pemerintah, adalah maksimal 50%. Bandingkan
dari segi nilai dan netto.
2) KITE Pembebasan
Perbandingan antara netto dan devisa PIB KITE Pembebasan dengan
PEB Ekspor dalam satu periode apabila realisasi ekspor diatas 100% maka low
risk (karena logika sederhana barang jadi pasti ada tambahan barang lokal
misalnya sehingga menambah netto dan devisa). Atensi realisasi ekspor di bawah
50% dibandingkan netto PIB KITE pembebasan.

34
B. Penyusunan Laporan Analisis Objek Audit (LAOA)
Prosedur penyusunan LAOA dimulai dengan penentuan tema audit. Ini
dapat dilaksanakan di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta di
Kantor Vertikal (Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan Utama). Produk dari
penentuan tema audit adalah Daftar Nominasi Objek Audit (DNOA). Setelah
terdapat tema atas audit yang akan dilakukan, tahapan selanjutnya adalah
penyediaan data analis. Data yang disediakan adalah data kasar (raw data)
transaksi yang sesuai dengan tema yang telah dipilih.
Proses selanjutnya adalah analisis dari data kasar yang telah disajikan.
Data yang ada akan diolah dengan memperhatikan manajemen risiko seperti yang
telah dibahas pada pembahasan sebelumnya. Analisis ini dilakukan berdasarkan
Program Analisis Perencanaan (PAP). Hasil dari proses ini adalah Laporan
Analisis Objek Audit (LAOA). LAOA ini akan diuji lebih lanjut dengan proses Quality
Assurance untuk memastikan kesesuaian hasil analisis dengan kriteria dan
parameter manajemen risiko dalam penentuan LAOA. Setelah LAOA lolos dari
Quality Assurance, maka akan diajukan untuk dilakukan proses penerbitan Nomor
Penugasan Audit. Diagram proses penyusunan LAOA dapat dilihat pada gambar
di bawah ini
Tabel IV.1
Subyek dan Produk Laporan Analisa Ojek Audit
No Subyek / Penentuan Penyediaan Analisis Quality
Produk Tema Data Analis Assurance
(QA)
1. Subyek Kantor Pusat: Penyaji Data Analis 1: Tim analis
Direktur (PBC Pejabat yang
Audit/Kasubdit Pelaksana/ Fungsional dipimpin
Perencanaan / PBC Pemeriksa PBC Madya
Analis 3- PBC Pelaksana Bea dan
Madya Lanjutan) Cukai (PBC)
Kantor Vertikal: Pertama
KaKanwil/ Analis 2:
KaKPU/ Kabid PBC Muda
Pabean dan Analis 3:
Cukai/ PBC PBC Madya
Madya
2. Produk DNOA Data kasar LAOA Berita Acara
analisis menggunaka QA
n Program (Penentuan
Analisis layak audit
Perencanaa atau tidak)
n (PAP)
Sumber: PER-23/BC/2019

35
Format dari Laporan Analisa Objek Audit (LAOA) adalah:
1. Profil Entitas
a. Data Umum
Berisi data umum terkait nama perusahaan, profil risiko, jenis fasilitas,
legalitas perusahaan, alamat, dan susunan penanggung jawab
b. Data Transaksi
Berisi terkait resume transaksi dokumen kepabeanan selama periode
analisa
c. Data Observasi Lapangan
Observasi lapangan terkait LAOA sifatnya “dapat” dilakukan apabila
diperlukan pendalaman tertentu. Terkait obervasi lapangan biasanya dilakukan ke
Kanwil atau KPPBC bukan di kantor importir.
d. Data Riwayat Audit
Merupakan riwayat Audit yang pernah dilakukan oleh unit Audit
e. Data Pelanggaran
Berisi data pelanggaran (Notul PFPD, Penul (penelitian ulang) dan SBP
(Surat Bukti Penindakan)
2. Profil Komoditas
a. Data Komoditas
Merupakan ringkasan komoditas yang diimpor/diekspor/Barang Kena
Cukai (BKC) terkait perusahaan
b. Data Negara Asal/Supplier Komoditas
Merupakan ringkasan negara asal/supplier barang diimpor/diekspor/BKC
terkait perusahaan
c. Data Klasifikasi dan Pembebaban
Merupakan ringkasan klasifikasi dan pembebanan yang diberitahukan
perusahaan melalui pemberitahuan pabean
3. Analisis
a. Analisis Profil Entitas dan komoditas
Merupakan analisis bagaimana reputasi dari auditee, supplier, dan
komoditas barang. Contoh analisis adalah, apabila supplier dari auditee memiliki
website resmi yang dapat diakses, maka dapat diambil kesimpulan perusahaan
yang diaudit memiliki rekam jejak yang baik. Akan tetapi, apabila tidak ada alamat
website dan alamat supplier merupakan ruko atau rumah, maka kemungkinan
perusahaan yang diaudit memiliki rekam jejak yang kurang baik.

b. Analisis Data Transaksi


 Analisa pemberitahuan nilai pabean, untuk memetakan risiko ketidaksesuaian
nilai pabean. Contoh risiko: Nilai pada incoterm EXW yang ternyata merupakan
biaya yang harus ditambahkan pada nilai pabean
 Analisa klasifikasi dan pembebanan tarif, untuk memetakan risiko
ketidaksesuaian klasifikasi dan pembebanan tarif. Contoh risiko: pergeseran
pembebanan tarif
 Analisa importasi menggunakan tarif preferensi, untuk memetakan risiko
ketidaksesuaian importasi yang menggunakan tarif preferensi. Contoh risiko:
penggunaan kriteria rules of origin yang tidak sesuai.
 Analisa pemberitahuan jumlah jenis, untuk memetakan risiko ketidaksesuaian
pemberitahuan jumlah jenis. Contoh risiko: importasi barang curah

36
4. Simpulan
Merupakan pernyataan kelayakan untuk dilaksanakan audit dan indikasi
kesalahan yang mungkin terjadi.
5. Rekomendasi
Rekomendasi LAOA apabila layak untuk dilaksanakan audit adalah
diterbitkannya Nomor Penugasan Audit (NPA). Akan tetapi, apabila dari hasil
analisa potensi relatif kecil dan hanya terdapat potensi klasifikasi dan tarif maka
rekomendasi dapat berbunyi: “Direkomendasikan untuk dilakukan penelitian ulang
atas potensi klasifikasi dan tarif”

C. Penerbitan Nomor Penugasan Audit (NPA)


Nomor Penugasan Audit (NPA) merupakan nomor yang diterbitkan oleh
Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai dan berfungsi sebagai sarana pengawasan
pelaksanaan audit serta menjadi dasar penerbitan surat tugas atau surat perintah.
Salah satu fungsi NPA adalah mengatur lalu lintas pelaksanaan audit, karena
terdapat kemungkinan satu auditee memiliki wilayah operasi di dua atau lebih
Kantor Wilayah DJBC. Agar tidak terjadi lebih dari satu surat tugas untuk satu
auditee, maka Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai akan memutuskan unit
mana yang akan melaksanakan audit.

Prosedur penerbitan NPA adalah:


1. LAOA yang telah melalui proses Quality Assurance dikirimkan ke Direktur Audit
Kepabeanan dan Cukai.
2. Direktur kemudian menunjuk Kasubdit Perencanaan Audit untuk melakukan
rapat pembahasan penerbitan NPA
3. Rapat pembahasan dihadiri oleh tim analis dan pejabat struktural pada
Subdirektorat Perencanaan Audit
4. Hasil rapat adalah penerbitan atau penolakan penerbitan NPA

Setelah NPA diterbitkan oleh Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai, maka
NPA harus ditindaklanjuti oleh Direktur Audit / Kepala Kanwil / Kepala KPU dengan
menerbitkan surat tugas atau surat perintah dalam jangka waktu 10 hari. Apabila
surat tugas atau surat perintah tidak diterbitkan dalam waktu 10 hari, maka
Kasubdit Pelaksanaan Audit / Kepala Kanwil / Kepala KPU menyampaikan
pemberitahuan kepada Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai, maksimal tanggal
10 pada bulan berikutnya. NPA disampaikan secara elektronik (softcopy) atau
hardcopy sesuai format yang telah ditentukan.

Tautan Unduhan
PER 23/BC/2019 Tentang Tatalaksana Perencanaan
Audit Kepabeanan dan Cukai, Penelitian Ulang dan
Analisis Tujuan Tertentu:
https://drive.google.com/file/d/1Ciqi3pJhtwPeHMyMZ_9YY
Tc5jmreOFnn/view?usp=sharing

37
SE-06/BC/2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penentuan
Obyek Audit:
https://drive.google.com/file/d/1f81YZ04ulNTbXZDlHMVq
EVkYOQVS3bXt/view?usp=sharing

RINGKASAN
Penentuan objek audit adalah salah satu tahapan penting dalam pelaksanaan
audit kepabeanan dan cukai. Objek audit yang tepat dapat memberikan
pengaruh tingkat kepatuhan yang lebih tinggi pengguna layanan kepabeanan
dan cukai (deterrence effect). Selain itu, tingkat efisiensi biaya dan sumber daya
yang lebih baik juga dapat tercapai. Subdirektorat Perencanaan Audit, sebagai
unit yang menentukan objek audit, menggunakan analisa manajemen risiko
dalam pemilihan objek audit. Baik berupa risiko data umum maupun data
transaksi. Hasil analisa manajemen risiko adalah Laporan Analisis Objek Audit
(LAOA). LAOA ini akan menjalani proses quality assurance dan apabila telah
memenuhi persyaratan, akan ditindaklanjuti dengan penerbitan Nomor
Penugasan Audit (NPA). NPA ini adalah dasar pembuatan surat tugas dan surat
perintah audit oleh Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai/Kepala
Kanwil/Kepala KPU.

LATIHAN/PENUGASAN

Latihan

1) Secara umum proses penentuan objek analisis didasarkan atas ….


a. Kepentingan Nasional
b. Permintaan asosiasi importir
c. Analisa pengamat ekonomi
d. Analisa dari World Customs Organization
2) Berikut ini adalah merupakan identifikasi risiko data transaksi, kecuali:
a. Identifikasi Risiko Nilai Pabean
b. Identifikasi Risiko Klasifikasi dan Pembebanan Tarif
c. Identifikasi Risiko Komoditas
d. Identifikasi Risiko Penggunaan Tarif Preferensi SKA
3) Di bawah ini, hubungan tahapan pembuatan LAOA dan produk yang tidak
sesuai adalah:
a. Penentuan Tema  Tema audit
b. Penyediaan Data Analisis Data kasar analisis
c. Analisis  LAOA
d. Quality Assurance  Berita Acara QA
4) Apabila dari hasil analisa potensi relatif kecil dan hanya terdapat potensi
klasifikasi dan tarif maka rekomendasi dapat berbunyi:

38
a. Tetap ditindaklanjuti dengan surat tugas audit
b. Tidak perlu dilakukan tindakan oleh Direktorat Audit
c. Analis agar diberikan pendidikan dan pelatihan
d. dilakukan penelitian ulang atas potensi klasifikasi dan tarif
5) Apabila Kepala Kantor Wilayah tidak dapat menindaklanjuti NPA dalam
waktu 10 hari, maka:
a. Pada hari ke 11 memberitahukan kepada Direktur Audit Kepabeanan
dan Cukai
b. Seminggu setelah berakhirnya batas pembuatan surat tugas wajib
memberitahukan kepada Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai
c. Tidak perlu memberitahukan pemberitahuan secara khusus, hanya
melaporkan pada akhir tahun daftar NPA yang tidak ditindaklanjuti
d. Maksimal pada tanggal 10 bulan berikutnya, memberitahukan kepada
Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai

39
PERSIAPAN AUDIT DAN RENCANA KERJA
AUDIT

Tujuan Pembelajaran:
Pada bab ini mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep Penugasan Audit
2. Memahami konsep Periode dan Waktu Pelaksanaan Audit
3. Memahami konsep Tim Audit
4. Memahami konsep Kewenangan dan Kewajiban Auditor DJBC
5. Memahami konsep Hak dan Kewajiban Auditee
6. Memahami konsep Rencana Kerja Audit (RKA) BAB
7. Memahami konsep Pembekalan Auditor dan Auditee

A. Penugasan Audit
Setelah proses perencanaan, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan
audit. Bentuk penugasan audit kepabeanan dan cukai dibedakan menjadi dua,
yaitu: 1. audit umum, dan 2. audit khusus dan investigasi. Pelaksanaan audit
umum dapat dilakukan secara terencana maupun sewaktu-waktu (SWW).
Sedangkan audit khusus dan investigasi dilaksanakan secara sewaktu-waktu.
Sedangkan tahapan pelaksanaan audit dalam Subdirektorat Pelaksanaan
Audit adalah:
1. Persiapan pelaksanaan audit oleh Subdirektorat Pelaksanaan Audit
2. Pengarahan Auditor dan Auditee
3. Persiapan pelaksanaan oleh tim audit
4. Pelaksanaan oleh tim audit (pekerjaan lapangan dan pekerjaan kantor)
5. Pelaporan oleh tim audit
6. Pembuatan tindak lanjut hasil audit oleh Subdirektorat Pelaksanaan Audit
Jangka waktu pelaksanaan audit adalah tiga bulan dan dapat diperpanjang.
Untuk setiap perpanjangan, waktu tambahan maksimal yang diberikan adalah tiga
bulan. Perpanjangan jangka waktu yang melebihi 12 bulan (akumulasi dari awal)
diajukan ke Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Pekerjaan pada saat pelaksanaan
audit dapat dibedakan menjadi: 1. pekerjaan lapangan, yaitu pekerjaan di tempat
auditee (jangka waktu maksimal 30 hari), dan 2. Pekerjaan kantor, yaitu pekerjaan
audit yang dilaksanakan di kantor Auditoruntuk sisa waktu pelaksanaan audit.
Audit Kepabeanan dan Cukai dapat dibedakan jenisnya menjadi:
1. Audit Umum, mencakup seluruh kegiatan kepabeanan dan/atau Cukai dan
dilaksanakan secara terencana atau sewaktu-waktu

40
2. Audit Khusus, mencakup sebagian dari kegiatan kepabeanan dan/atau cukai,
dan dilakukan secara sewaktu-waktu
3. Audit Investigasi, dilakukan untuk menyelidiki dugaan tindak pidana
kepabeanan dan/atau cukai, dilakukan secara sewaktu-waktu

B. Periode Audit Kepabeanan dan Cukai


1. Periode Audit Umum
Periode audit ditetapkan selama dua tahun sampai akhir bulan sebelum
penerbitan surat tugas. Apabila periode audit kurang dari dua tahun, maka periode
audit dimulai sejak akhir periode audit sebelumnya atau sejak Auditee melakukan
kegiatan kepabeanan dan/atau cukai sampai dengan akhir bulan sebelum
penerbitan surat tugas.
Tim Audit dapat memperpanjang periode audit menjadi maksimal 10 tahun
kecuali tarif dan nilai pabean jika:
 Terdapat indikasi pelanggaran yang berulang-ulang
 Terdapat informasi dari pihak lain tentang adanya indikasi pelanggaran
 Atas perintah atau permintaan Direktur Jenderal, Direktur Audit, Kepala
Kanwil/KPU
 PMA mengajukan perpanjangan periode audit kepada Direktur Audit, Kepala
Kanwil/KPU untuk selanjutnya dapat disetujui atau ditolak.
2. Periode Audit Khusus dan Investigasi
Periode audit disesuaikan kebutuhan berdasar ruang lingkup Nomor
Penugasan Audit dan Laporan Analisis Objek Audit. Pelaksanaan audit terhadap
orang (auditee) pada periode audit berikutnya harus dilakukan oleh Tim Audit yang
berbeda
Sebelum pelaksanaan audit, dapat dilaksanakan pengarahan auditee.
Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai, Kepala Kanwil atau Kepala KPU dapat
memanggil auditee untuk diberikan penjelasan perihal pelaksanaan audit yang
akan dilaksanakan

C. Tim Audit

Audit kepabeanan dan cukai dapat dilaksanakan oleh Direktorat Audit


Kepabeanan dan Cukai, Kantor Wilayah Bea Cukai, dan Kantor Pelayanan Utama
Bea Cukai. Audit ini juga dapat dilaksanakan secara bersama-sama dengan
instansi lain. Pasal 16 PER-35/BC/2017 menjelaskan bahwa susunan anggota tim
audit terdiri atas:
1. Pengawas Mutu Audit (PMA)
2. Pengendali Teknis Audit (PTA)
3. Ketua Auditor
4. Seorang/lebih auditor

41
Dalam hal audit investigasi, susunan keanggotaan tim audit akan ditambah
dengan seorang atau lebih pejabat bea dan cukai dari Direktorat Penindakan dan
Penyidikan atau unit yang melaksanakan tugas dan fungsi Penindakan dan
Penyidikan.
Anggota tim dalam audit umum maupun audit investigasi dapat ditambah:
1. Seorang atau lebih pejabat bea dan cukai selain auditor
2. Seorang atau lebih pejabat instansi lain di luar Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
Untuk kepentingan penugasan audit bersama-sama dengan instansi lain,
pejabat instansi lain di luar Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dapat diberikan
penugasan sebagai PMA, PTA, Ketua, dan Auditor.

D. Kewenangan Dan Kewajiban Auditor Bea Dan Cukai


Kewenangan yang dimiliki tim audit kepabeanan dan cukai sesuai Pasal 24
PER-35/BC/2017 adalah:
1. Meminta data audit
2. Meminta keterangan lisan/tertulis dari auditee/pihak lain yg terkait
3. Memasuki:
 Bangunan kegiatan usaha
 Ruangan menyimpan data audit
 Ruangan tempat sediaan barang
 Ruangan tempat menyimpan barang yg dapat memberi petunjuk keadaan
kegiatan usaha
4. Melakukan tindakan pengamanan
5. Melakukan penindakan berupa penegahan alat angkut dan/atau penyegelan
barang/alat angkut yg diduga terkait tindak pidana – untuk Audit Investigasi
6. Melakukan pemeriksaan fisik sediaan barang
7. Mengambil contoh sediaan barang utk pengujian.

Ketujuh kewenangan di atas dimiliki oleh Tim audit kepabeanan dan cukai
untuk menguji kepatuhan pengguna layanan kepabeanan dan cukai.
Sedangkan kewajiban tim audit adalah: melaksanakan audit kepabeanan
dan cukai sesuai dengan standar audit dan kode etik yang telah ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

E. Hak Dan Kewajiban Auditee

Sesuai dengan ketentuan Pasal 28 PER-35/BC/2017, Auditee


berkewajiban untuk:
1. Menyerahkan data audit dan menunjukkan sediaan barangnya untuk
diperiksa.

42
2. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis dan
3. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Auditee apabila
penggunaan data elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus.
4. Menyediakan contoh dari sediaan barang

Apabila pimpinan tidak berada di tempat, kewajiban penyerahan data


beralih kepada wakil perusahaan (dengan surat kuasa)
Sedangkan hak auditee dalam audit kepabeanan dan cukai adalah:
1. Memeriksa kebenaran, baik penugasan audit maupun identitas tim audit
kepabeanan dan cukai;
2. Meminta perpanjangan jangka waktu penyerahan data audit
3. Meminta penjelasan Daftar Temuan Sementara
4. Meminta perpanjangan jangka waktu penyerahan tanggapan Daftar Temuan
Sementara
5. Menyatakan persetujuan ataupun penolakan atas hasil Daftar Temuan
Sementara
6. Mengikuti pembahasan akhir
7. Menyatakan persetujuan ataupun penolakan atas hasil Pembahasan Akhir
8. Mengajukan keberatan dan banding atas hasil audit kepabeanan dan cukai

F. Rencana Kerja Audit (RKA)


Rencana Kerja Audit (RKA) adalah rencana kegiatan tim audit untuk
menyelesaikan penugasan audit. Berisi rencana atau estimasi waktu untuk
penyelesaian audit dari tahap persiapan sampai pelaporan audit. RKA berisi
rencana pelaksanaan detail pekerjaan setiap anggota tim pada setiap tahapan
audit. RKA disusun oleh ketua auditor, direview oleh PTA, dan disetujui oleh PMA.
Tahapan-tahapan audit yang terdapat dalam RKA adalah:
1. Persiapan, yang berisi prosedur:
 Pengumpulan dan analisa data awal
 Menentukan sasaran audit
 Membuat rencana kerja audit
 Menyusun program audit
 Pembagian tugas
2. Pekerjaan Lapangan, yang berisi prosedur:
 Mendatangi lokasi auditee
a. Perkenalan dengan pihak terkait dari perusahaan
b. Menjelaskan maksud dan tujuan audit
c. Pemahaman SPI
d. Pengujian dan evaluasi atas SPI
 Review Meeting
 Membuat permintaan data
 Pengumpulan data audit
 Revisi rencana kerja audit

43
 Stock opname bila diperlukan
 Pemeriksaan, pengujian, dan pengolahan data
 Penyusunan KKA
 Penyusunan DTS
3. Penyampaian DTS, yang berisi prosedur:
 Penyampaian DTS
 Menerima tanggapan DTS
4. Pembahasan Akhir, yang berisi prosedur:
 Melakukan pembahasan akhir
 Membuat risalah pembahasan akhir
 Membuat hasil pembahasan akhir
 Membuat Berita Acara Pembahasan Akhir (BAHA)
5. Pelaporan, yang berisi prosedur:
 Membuat Laporan Hasil Audit
 Menyampaikan LHA kepada Kasubdit Pelaksanaan Audit/Kasi Pelaksanaan
Audit
 Menyampaikan Usulan konsep Surat Penetapan beserta Surat Tindak Lanjut

Contoh Rencana Kerja Audit telah diatur dalam PER-24/BC/2019 tentang


Perubahan atas PER-35/BC/2017 tentang Tatalaksana Audit Kepabeanan dan
Audit Cukai sebagaimana Tabel V.1 berikut.

Tabel V.1. Format Rencana Kerja Audit

Sumber: PER-24/BC/2019

44
G. Pembekalan Auditor Dan Auditee
Audit kepabeanan dan cukai memliki tujuan untuk menguji kepatuhan
pengguna layanan terhadap ketentuan kepabeanan dan cukai. Agar tujuan ini
dapat tercapai, diperlukan persiapan pelaksanaan audit yang baik dan kerjasama
semua pihak yang terlibat, terutama auditee sebagai objek audit.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh unit audit agar terdapat persiapan
pelaksanaan yang baik adalah dengan memberikan pembekalan kepada auditor.
Pada acara ini, unit perencanaan audit akan menjelaskan dasar-dasar yang
digunakan dalam memilih objek audit. Potensi pelanggaran yang dilakukan oleh
objek audit juga akan dijelaskan oleh oleh unit perencanaan. Untuk unit
pelaksanaan, akan memberikan informasi prosedur dan teknik yang dapat
dilakukan untuk menguji kepatuhan objek audit. Sedangkan unit monitoring,
evaluasi, dan penjaminan kualitas dapat memberikan informasi evaluasi dan
penjaminan kualitas untuk laporan hasil audit untik objek audit sejenis. Diharapkan
dengan pembekalan ini, tim audit dapat bekerja dengan fokus dan efisien.
Sedangkan untuk kerjasama dari auditee, Unit audit dapat memanggil
auditee untuk diberikan penjelasan (pembekalan) pelaksanaan audit kepabeanan
dan cukai. Jenis auditee yang dapat diberikan pemanggilan adalah auditee audit
umum. Dalam acara ini akan diberikan penjelasan proses pelaksanaan audit, hak
dan kewajiban auditee, konsekuensi dari pelaksanaan audit, serta perkenalan
dengan tim audit yang akan memeriksa. Diharapkan dengan adanya pembekalan
ini, pelaksanaan audit dapat berjalan lancar dan minim masalah.

H. Program Audit (PA)


Program audit kepabeanan dan cukai adalah daftar prosedur audit untuk
suatu pelaksanaan audit berdasarkan sasaran dan tujuan audit (Arens et.al., 2017)
serta dilengkapi dengan data bukti relevan. Program ini disusun oleh Ketua
Auditor, direview PTA, dan disetujui oleh PMA. Contoh PA di audit kepabeanan
dan cukai dapat dilihat di bawah ini.
Tabel V.2. Contoh Format Program Audit
Tabel V.2. Contoh Format Program Audit

45
Sumber: PER-24/BC/2019

CONTOH PROGRAM AUDIT


Daftar contoh program audit dapat dilihat pada Lampiran XIX PER-
35/BC/2017 sebagaimana Tabel V.3 berikut, sedangkan detil contoh program audit
pada Lampiran VI PER-24/BC/2019.
Tabel V.3. Daftar Contoh Program Audit
No. Kode Program Objek Audit

1 PA-01 Pemahaman dan Pengujian Sistem Pengendalian Internal


Auditee
2 PA-02 Importir Umum/Produsen

3 PA-03 Eksportir / Bea Keluar

4 PA-04 Pengusaha Penerima Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor


(Pembebasan)
5 PA-05 Pengusaha Penerima Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
(Pengembalian)
6 PA-06 PDKB atau PKB merangkap PDKB

7 PA-07 Pengusaha penerima Fasilitas Impor Sementara

8 PA-08 Pengusaha penerima Fasilitas Kontraktor Kontrak Kerja Sama

9 PA-09 Pengusaha Penerima Fasilitas Keringanan Bea Masuk

46
10 PA-10 PPJK

11 PA-11 Pengusaha Pengangkutan

12 PA-12 Importir BKC

13 PA-13 Pengusaha penerima Fasilitas BKPM A Umum

14 PA-14 Pengusaha penerima Fasilitas BKPM B Khusus Pertambangan


Batubara
15 PA-15 Pengusaha Pabrik Etil Alkohol

16 PA-16 Pengusaha Tempat Penyimpanan EA

17 PA-17 Pengusaha Pengguna Fasilitas Pembebasan Cukai utk Produksi


Bukan BKC
18 PA-18 Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau

19 PA-19 Penyalur MMEA atau EA

20 PA-20 Pengusaha TPS

21 PA-21 Pengusaha pada GB atau PGB merangkat PPGB

22 PA-22 Pengusaha penerima Fasilitas Toko Bebas Bea (Duty Free Shop)

23 PA-23 Pengusaha penerima Fasilitas Penyelenggaraan Pameran


Berikat
24 PA-24 Pengusaha Pabrik MMEA

25 PA-25 Pusat Logistik Berikat

Sumber: PER-35/BC/2017

RINGKASAN
1) Audit kepabeanan dan cukai memiliki berbagai bentuk penugasan. Bentuk-
bentuk itu adalah: audit umum, audit khusus, dan audit investigasi.
Sedangkan untuk perencanaan pelaksanaannya dapat dilakukan secara
terencana dan sewaktu-waktu. Periode transaksi yang diuji dalam audit
kepabeanan dan cukai bervariasi sesuai dengan penugasan. Untuk audit
umum, dilaksanakan untuk periode 2 tahun atau sesuai dengan transaksi
yang ada. Sedangkan investigas dan khusus sesuai dengan penugasan.
Periode transaksi ini dapat diperpanjang, namun harus memenuhi kriteria
yang ditentukan. Waktu pelaksanaan audit secara umum adalah tiga bulan,
namun dapat diperpanjang sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan. Tim
Audit DJBC terdiri atas: PMA, PTA, ketua auditor, dan satu atau lebih

47
anggota. Anggota tim audit dapat ditambah baik dari unit audit maupun unit
lain dalam DJBC sesuai dengan tujuan audit. Pejabat instansi lain juga
dimungkinkan menjadi anggota tim audit kepabeanan dan cukai untuk jenis
audit bersama instansi lain.
2) Tim audit memiliki kewenangan audit dan auditee memiliki kewajiban untuk
memenuhinya. Secara umum kewenangan yang dimiliki oleh tim audit adalah
berkaitan dengan permintaan dan pengamanan data audit. Auditee juga
memiliki hak terkait audit, utamanya adalah hak untuk memberikan jawaban
atas temuan tim audit. Agar audit kepabeanan dan cukai dapat berjalan
sesuai dengan waktu yang diharapkan, tim audit akan membuat dokumen
rencana kerja audit yang berisi perencanaan waktu tahapan-tahapan
pelaksanaan audit. Selain itu, agar tim audit dapat bekerja secara efektif, unit
audit akan memberikan pembekalan kepada tim audit terkait pelaksanaan
audit. Kerjasama dari auditee juga merupakan hal penting dalam pencapaian
tujuan audit kepabeanan dan cukai. Untuk itu, unit audit dapat memanggil
auditee dan memberikan pembekalan terkait proses pelaksanaan audit serta
hak dan kewajiban auditee. Sebagai petunjuk bagi anggota tim audit untuk
melakukan pengujian serta dokumen yang diperlukannya, ketua auditor akan
menyusun program audit. Program ini berisi sasaran audit , tujuan audit ,
prosedur audit, serta dokumen pendukung yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan audit.

LATIHAN/PENUGASAN

Latihan

1) Bentuk penugasan yang bukan merupakan bentuk audit kepabeanan dan


cukai adalah….
a. Audit Umum
b. Audit Khusus
c. Audit Kinerja
d. Audit Investigasi
2) Berikut ini yang bukan merupakan alasan untuk perpanjangan periode audit
adalah…
a. Terdapat indikasi pelanggaran yang berulang-ulang
b. Terdapat informasi dari pihak lain ttg adanya indikasi pelanggaran
c. Atas perintah atau permintaan Direktur Jenderal, Direktur Audit, Kepala
Kanwil/KPU
d. PTA mengajukan perpanjangan periode audit kepada Direktur Audit,
Kepala Kanwil/KPU dapat menyetujui perpanjangan.
3) Di bawah ini bukanlah kewenangan tim audit, yaitu:
a. Meminta data
b. Memasuki bangunan kegiatan usaha
c. Meminta keterangan lisan

48
d. Meminta fasilitas penginapan hotel berbintang lima atas biaya auditee

4) Tahapan audit yang terdapat dalam rencana kerja audit adalah:


a. Persiapan
b. Penegakan hukum
c. Analisa risiko komoditas
d. Pembuatan Surat Penetapan
5) Agar pelaksanaan audit kepabeanan dapat berjalan lancar, maka unit audit

a. dapat mengundang auditee untuk diberikan penjelasan perihal audit
b. wajib mengundang auditee untuk diberikan penjelasan perihal audit
c. dapat mengundang Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai yang
mengawasi untuk diberikan penjelasan perihal audit
d. wajib mengundang Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai
yang mengawasi untuk diberikan penjelasan perihal audit

49
PEKERJAAN LAPANGAN (TAHAP
PELAKSANAAN AUDIT)

Tujuan Pembelajaran:
Pada bab ini mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep Pertemuan Pendahuluan
2. Memahami konsep Pakta Integritas
3. Memahami konsep Inspeksi dan Observasi
4. Memahami konsep Mempelajari dan Menguji Sistem Pengendalian
5. Memahami konsep Melakukan Pencacahan Sediaan
BAB

Setelah tahapan persiapan audit, maka maka tahapan selanjutnya adalah


pelaksanaan audit. Pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai secara garis besar
dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pekerjaan lapangan dan pekerjaan kantor. Pada
bab ini akan dibahas lebih detail pelaksanaan audit dalam bentuk pekerjaan
lapangan.
Pekerjaan lapangan menurut PER-35/BC/2017 dan PER-24/BC/2019
adalah:
“Pekerjaan dalam rangka audit yang dilakukan di tempat auditee yang
dapat meliputi kantor, pabrik, gudang, tempat usaha, atau tempat lain, yang
diketahui ada kaitannya dengan kegiatan usaha auditee”
Pekerjaan lapangan ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Pertemuan pendahuluan
2. Pakta Integritas
3. Inspeksi dan observasi
4. Mempelajari dan menguji sistem pengendalian internal (SPI)
5. Melakukan pencacahan sediaan (bila diperlukan)
6. Mengumpulkan data dan informasi

A. Pertemuan Pendahuluan

Dalam pertemuan pertama, Tim Audit harus memberikan Surat


Tugas/Surat Perintah audit kepada auditee. karena ini merupakan dasar hukum
pelaksanaan perikatan antara Tim Audit dan auditee. Selain itu, Tim Audit akan
memperlihatkan tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa Tim Audit merupakan
pejabat resmi dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang diberikan kewenangan
untuk melaksanakan audit.

50
Tim Audit akan memberikan penjelasan tujuan dan teknis pelaksanaan
audit kepada auditee atau yang mewakili (direksi perusahaan atau wakil yang
dibuktikan dengan surat kuasa). Penjelasan berisi prosedur audit, hak dan
kewajiban Tim Audit dan auditee, waktu pelaksanaan audit, dll. Selanjutnya, Tim
Audit dan auditee akan melanjutkan kegiatan dengan penandatanganan Pakta
IntegritasIntegritas
Sebagai bentuk pelaksanaan pemerintahan yang baik, maka Tim Audit dan
auditee akan melakukan penandatanganan Pakta Integritas. Hal ini untuk
menjamin bahwa pelaksanaan audit telah dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan lain yang dilakukan pada saat
pertemuan pertama adalah penjelasan sistem pengendalian internal (SPI) auditee.
Dalam pertemuan pertama, Tim Audit akan meminta auditee untuk memberikan
penjelasan atas SPI auditee. Penjelasan yang diminta adalah berupa:
1. Bentuk/aktivitas pengendalian secara umum atas proses bisnis auditee
2. Bentuk/aktivitas pengendalian secara khusus atas proses bisnis terkait
kepabeanan dan cukai
Pada saat presentasi SPI oleh auditee, Tim Audit akan memulai menguji
SPI auditee. Pengujian yang dilakukan adalah pengumpulan data SPI dari
presentasi auditee berupa dokumentasi system, flowchart/flow diagram, dan/atau
kombinasi dengan penggunaan kuesioner SPI. Tim Audit akan memperhatikan
kelebihan dan kekurangan SPI auditee. Setiap kelebihan dan kekurangan yang
ada akan dibandingkan dengan kenyataan yang ada di lapangan pada saat plant
tour maupun office tour.
Selain itu, pada pertemuan pertama, selain menyerahkan ST Tim Audit
juga menyerahkan Daftar Kuesioner Audit (DKA) untuk diisi oleh Auditee setelah
pelaksanaan audit selesai. Daftar Kuesioner Audit merupakan evaluasi terhadap
kinerja Tim Audit DJBC serta merupakan input untuk penyempurnaan system
audit. DKA bersifat rahasia, sehingga isian Auditee harus dikirimkan dalam amplop
tertutup kepada Direktur Audit baik melalui Ketua Auditor maupun secara langsung
(pos/langsung). DKA akan digunakan oleh Direktur, Kepala Kanwil atau Kepala
KPU untuk menilai kinerja Tim Audit dan tatalaksana Audit.

B. Pakta Integritas

Pakta Integritas merupakan salah satu kegiatan dalam pekerjaan lapangan


dan dilakukan bersama antara Tim Audit dan auditee. Pakta ini merupakan
pernyataan dari Tim Audit akan menjunjung nilai integritas, etika, profesionalisme,
dan objektivitas. Pada sisi lain, ini merupakan pernyataan dari auditee akan
menjunjung integritas, etika, profesional, dan bertanggungjawab memberikan
data, informasi, dan fasilitas yang dibutuhkan Tim Audit, sepanjang tidak
bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku

51
Isi dari Pakta Integritas dalam Audit Kepabeanan dan Cukai adalah
1. Tim Audit wajib menjaga kerahasiaan data dan informasi serta menggunakan
data dan/atau informasi tersebut secara bertanggung jawab sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Tim Audit tidak akan meminta atau menerima uang, barang, fasilitas yang
tidak ada hubungannya dengan pelaksanaan tugasnya dan/atau janji yang
terkait dengan pelaksanaan tugasnya
3. Auditee tidak akan memberi atau menawarkan uang, barang, fasilitas
dan/atau janji yang terkait dengan pelaksanaan tugas Tim Audit
4. Tim Audit dan auditee akan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku apabila terbukti melakukan
pelanggaran atas ketentuan dalam pakta
Penanda tangan Pakta Integritas dari Tim Audit adalah:
1. Pengawas Mutu Audit
2. Pengendali Teknis Audit
3. Ketua Auditor
4. Auditor
Penanda tangan Pakta Integritas dari pihak auditee adalah Direktur Utama
atau orang dengan jabatan tertinggi di perusahaan.

C. Inspeksi dan Observasi

Pada saat pekerjaan lapangan, Tim Audit akan melakukan inspeksi dan
observasi atas proses bisnis perusahaan. Kedua kegiatan ini dilakukan pada saat
plant dan office tour. Inspeksi dilakukan untuk melihat secara detail proses bisnis,
sedangkan observasi digunakan untuk melihat secara umum proses bisnis
auditee.
Dengan inspeksi, Tim Audit akan melihat secara detail proses bisnis
perusahaan terkait kepatuhan kepabeanan dan cukai. Akan dilihat praktik
pelaksanaan setiap bagian, bila perlu meminta auditee untuk mencontohkan
kembali cara pelaksanaan pekerjaan (reperformance). Tim Audit juga akan
membandingkan paparan manajemen terkait SPI dengan kenyataan di lapangan
Pada saat melakukan observasi, Tim Audit akan melihat secara umum
proses bisnis perusahaan terkait kepatuhan kepabeanan dan cukai. Akan dilihat
secara garis besar proses bisnis perusahaan, hubungan antar bagian, proses
produksi, dan pengendalian internal secara umum. Tim Audit akan memperoleh
pemahaman secara umum bagaimana perusahaan mematuhi ketentuan
kepabeanan dan cukai.

52
Pemahaman proses bisnis auditee secara umum dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu: input, proses, dan output. Pemahaman ini dapat dilihat sebagai
berikut
1. Input:
Bagaimana barang diperoleh? Dokumen perusahaan serta kepabeanan
dan cukai yang digunakan?
Contoh dokumen input:
Dokumen perusahaan: buku besar pembelian, laporan penerimaan
barang,
Dokumen kepabeanan/cukai: PIB, CK-5
2. Proses:
Bagaimana barang diproses? Dokumen perusahaan serta kepabeanan
dan cukai yang digunakan?
contoh dokumen proses:
Dokumen perusahaan: laporan permintaan barang, laporan barang selesai
Dokumen kepabeanan/cukai: CK-4
3. Output:
Bagaimana barang dikeluarkan? Dokumen perusahaan serta kepabeanan
dan cukai yang digunakan?
contoh dokumen output:
Dokumen perusahaan: invoice, packing list
Dokumen kepabeanan/cukai: PEB, CK-5

D. Mempelajari Dan Menguji Sistem Pengendalian


Setelah mendapatkan pemahaman sistem pengendalian internal
perusahaan, baik dari penjelasan auditee maupun inspeksi dan observasi. Tim
Audit akan mempelajari dan dan menguji sistem pengendalian auditee. Hasil dari
proses ini adalah identifikasi titik lemah kepatuhan peraturan kepabeanan dan
cukai. Tindak lanjut dari identifikasi titik lemah ini adalah perbaikan program audit
bila diperlukan. Perbaikan terutama pada kelemahan kepatuhan serta proses
bisnis perusahaan yang belum diperoleh dari informasi awal
Contoh titik lemah kepatuhan peraturan kepabeanan dan cukai:
1. Pada saat input
Tidak terdapat koordinasi bagian akuntansi dengan bagian logistic/exim.
Pengaruh: terdapat kemungkinan biaya yang belum ditambahkan, seperti
royalti
2. Pada saat proses
Permintaan barang menggunakan dokumen yang tidak pranomor
Pengaruh: terdapat perpindahan barang dari gudang bahan baku yang
tidak tercatat
3. Pada saat output
Laporan barang jadi dicatat secara manual dan tidak menggunakan
dokumen pranomor

53
Pengaruh: terdapat kemungkinan barang jadi yang belum dicatat atau
dilaporkan perbaikan program audit.

E. Melakukan Pencacahan Sediaan

Kegiatan pencacahan sediaan juga dilakukan dalam pekerjaan lapangan.


Pencacahan sediaan adalah kegiatan untuk memeriksa jumlah dan jenis sediaan
auditee. Tim Audit dapat melakukan pencacahan fisik sediaan barang sesuai
rencana kerja audit dan program audit. Sebelum pelaksanaan, Tim Audit harus
memberitahukan rencana pelaksanaan ke auditee. Namun pemberitahuan ini tidak
berlaku untuk audit investigasi. Pada saat pencacahan sediaan, auditee wajib
menyediakan peralatan dan tenaga ahli bila diperlukan.
Pelaksana pencacahan fisik adalah tim dari auditee, sedangkan Tim Audit
memastikan pelaksanaan telah sesuai ketentuan. Pencacahan fisik dapat
dilakukan dengan tingkat kurang dari 100% menggunakan teknik sampling.Hasil
pelaksanaan pencacahan fisik sediaan barang dituangkan dalam Berita Acara
Pencacahan Fisik Sediaan Barang (BAP) dan ditandatangani oleh Tim Audit dan
auditee. Hasil pencacahan fisik mengikat Tim Audit dan auditee. Penandatangan
Berita Acara Pemeriksaan dari Tim Audit adalah: ketua tim dan auditor, sedangkan
dari pihak auditee adalah pimpinan dan pendamping Tim Audit auditee.

F. Mengumpulkan Data Dan Informasi

Sesuai dengan pembahasan kewajiban auditee, auditee memiliki


kewajiban menyerahkan data. Ketentuan penyerahan data audit adalah:
1. Penyerahan data audit umum
 Penyerahan data audit untuk audit umum (Pasal 4 ayat (2) PER-35/BC/2017)
dan audit khusus (Pasal 4 ayat (4) huruf b PER-35/BC/2017) harus dilakukan
dalam waktu paling lama 7 hari kerja sejak tanggal diterimanya permintaan
data audit
 Dapat diperpanjang atas permohonan auditee sebelum jangka waktu
penyerahan data audit berakhir untuk jangka waktu paling lama 3 hari kerja
2. Penyerahan data audit khusus
 Penyerahan data untuk audit khusus yang dilakukan dalam rangka keberatan
atas penetapan pejabat bea dan cukai (Pasal 4 ayat (4) huruf a PER-
35/BC/2017) harus dilakukan dalam waktu paling lama 3 hari kerja sejak
tanggal diterimanya permintaan data audit
3. Penyerahan data
 penyerahan data audit untuk audit investigasi (Pasal 4 ayat (1) PER-
35/BC/2017) harus dilakukan pada saat diterimanya permintaan data audit

Penyerahan data audit dan pengembalian data audit dilakukan secara


tertulis. Penyerahan data audit ini dapat diperpanjang. Proses perpanjangan
penyerahan data dimulai dengan diajukannya permohonan oleh auditee secara

54
tertulis kepada pengawas mutu audit sebelum jangka waktu penyerahan data audit
berakhir.

Data audit yang diminta adalah:


1. laporan keuangan

2. buku

3. catatan

4. dokumen dasar pembukuan

5. surat terkait kegiatan usaha

6. surat terkait kegiatan di bidang kepabeanan dan / atau cukai

Termasuk data elektronik, yaitu informasi atau rangkaian informasi disusun


dan / atau dihimpun untuk kegunaan khusus yang diterima, direkam, dikirim,
disimpan, diproses, diambil kembali, diproduksi secara elektronik dengan
menggunakan komputer atau pengolah data elektronik atau optikal atau cara lain
Pada tahapan penyerahan data, auditee wajib membuat surat pernyataan
yang ditandatangani di atas materai bahwa yang diserahkan kepada Tim Audit
adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini sebagai bukti bahwa
kebenaran data adalah tanggung jawab auditee, sedangkan Tim Audit adalah atas
kesimpulan dan rekomendasi audit. Penyerahan data audit dari auditee kepada
Tim Audit, dan pengembalian data audit dari Tim Audit kepada auditee setelah
selesainya pelaksanaan audit didokumentasikan dengan bukti peminjaman dan
pengembalian data audit sebagaimana diatur dalam Lampiran XXIX PER-
35/BC/2017.
Apabila auditee tidak menyerahkan data, maka Tim Audit akan mengambil
tindakan sesuai kondisi yang ada, yaitu:
1. Kondisi: auditee tidak menyerahkan data audit secara lengkap secara batas
waktu
Diberikan Surat Peringatan (SP) I
Apabila auditee tidak bersedia atau tidak menyerahkan data audit secara
lengkap setelah 3 hari kerja sejak SP I diterima, auditee akan diberikan Surat
Peringatan (SP) II. Kedua SP ini ditandatangani oleh PMA. Jika auditee tidak
bersedia atau tidak menyerahkan data audit secara lengkap setelah 3 hari kerja
sejak SP II diterima auditee tidak menyerahkan data maka auditee:
 menyebabkan pejabat bea cukai tidak dapat menjalankan kewenangan
melakukan audit
 auditee dianggap menolak membantu kelancaran audit
 pimpinan auditee atau yang mewakilinya harus menandatangani surat
pernyataan penolakan diaudit

55
 apabila pimpinan auditee atau yang mewakilinya menolak membuat surat
pernyataan penolakan diaudit, Tim Audit harus membuat berita acara
penolakan menandatangani surat pernyataan penolakan diaudit sesuai
contoh Lampiran XXXI PER-35/BC/2017.
Apabila kondisi di atas terjadi pada audit khusus keberatan (Pasal 29 ayat
(2) huruf b PER-35/BC/2017), bila auditee tidak bersedia dan tidak menyerahkan
data audit secara lengkap sesuai batas waktu penyerahan, Tim Audit menyusun
Laporan Hasil Audit (LHA) berdasarkan data yang diperoleh
Sedangkan apabila hal di atas terjadi pada audit investigasi (Pasal 29 ayat
(2) huruf c PER-35/BC/2017), bila auditee tidak bersedia dan tidak menyerahkan
data audit secara lengkap sesuai batas waktu penyerahan, Tim Audit dapat
melakukan tindakan pengamanan dan / penindakan sesuai dengan (Pasal 24 butir
(d) dan € PER-35/BC/2017)
2. Kondisi: Auditee menolak untuk diaudit
Apabila auditee menolak untuk diaudit, maka:
 auditee atau wakilnya harus menandatangani surat pernyataan penolakan
diaudit
 apabila auditee atau wakilnya menolak untuk menandatangani surat
pernyataan penolakan diaudit
 Tim Audit harus membuat berita acara penolakan diaudit sesuai Lampiran
XXXIV PER-35/BC/2017
3. Kondisi: Auditee menolak membantu kelancaran audit
Apabila auditee menolak membantu kelancaran audit, maka:
 auditee atau wakilnya harus menandatangani surat pernyataan menolak
membantu kelancaran audit sesuai format pada Lampiran XXXII PER-
35/BC/2017
 apabila auditee atau wakilnya menolak untuk menandatangani surat
pernyataan penolakan membantu kelancaran audit,
 Tim Audit harus membuat berita acara penolakan membantu kelancaran audit
Salah satu kewenangan yang dimiliki oleh Tim Audit adalah melakukan
tindakan pengamanan. Tindakan pengamanan adalah tindakan penyegelan yang
dilakukan untuk menjamin data audit serta barang yang penting agar tidak
dihilangkan, tidak berubah atau tidak berpindah tempat atau ruangan sampai
pemeriksaan dapat dilanjutkan dan/atau dilakukan tindakan lain yang dibenarkan
oleh ketentuan dalam peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan
dan/atau cukai dengan tetap mempertimbangkan kelangsungan kegiatan usaha.
Prosedur ini ditempuh oleh Tim Audit dalam kondisi auditee atau wakilnya
tidak memberi kesempatan kepada Tim Audit untuk memasuki:
1. bangunan kegiatan usaha
2. ruangan tempat untuk menyimpan data audit termasuk sarana/media
penyimpanan data elektronik
3. pita cukai atau tanda pelunasan cukai lainnya
4. sediaan barang, dan / atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang
keadaan kegiatan usaha dan / atau
5. tempat lain yang dianggap penting

56
Selain itu, tindakan pengamanan juga dapat dilakukan apabila auditee
menolak diaudit atau menolak membantu kelancaran audit dan Tim Audit
memerlukan upaya pengamanan data audit. Dengan dilakukannya tindakan
pengamanan, diharapkan data audit tidak akan berpindah tempat atau berubah
tanpa sepengetahuan Tim Audit dan auditee.
Pada saat auditee tidak menyerahkan data sampai batas waktu SP II,
menolak untuk diaudit, dan menolak membantu kelancaran audit, maka
pelaksanaan audit tidak dapat dilanjutkan. Dirjen, Direktur, Kepala Kanwil, dan
Kepala KPU dapat menghentikan audit kepabeanan dan cukai yang sedang
berlangsung dengan alasan:
1. pekerjaan lapangan tidak dapat dilaksanakan
2. audit tidak dapat dilanjutkan setelah tindakan pengamanan
3. alasan lain
Prosedur penghentian pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai adalah:
1. Dilakukan dengan menggunakan Berita Acara Penghentian Audit (BAPA)
2. BAPA adalah berita acara yang dibuat oleh Tim Audit tentang penghentian
pelaksanaan pekerjaan lapangan audit
3. BAPA digunakan untuk menyusun Laporan Hasil Audit
Tindak lanjut dari penghentian audit kepabeanan dan cukai adalah:
1. Auditee yang bersangkutan dapat direkomendasikan kepada direktorat dan
/ atau bidang terkait untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan
2. Auditee yang bersangkutan dapat dilakukan pemblokiran dan
ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

RINGKASAN
Pekerjaan lapangan dalam tahap pelaksanaan audit terdiri dari beberapa
kegiatan. Secara umum pekerjaan lapangan yang dilakukan oleh Tim Audit
bertujuan untuk memperoleh data dan informasi proses bisnis auditee di
lapangan. Data dan informasi ini akan dijadikan bahan pengolahan dalam
proses selanjutnya. Kegiatan dalam pekerjaan lapangan dituntut untuk
memenuhi kode etik dan menjunjung tinggi profesionalisme, untuk itu,
diperlukan Pakta Integritas untuk mengikat kedua belah pihak dalam masalah
ini. Selain itu, apabila audit tidak dapat dilaksanakan karena terjadi penolakan
ataupun ketidaksediaan auditee untuk membantu kelacaran audit, maka Tim
Audit akan melakukan tindak lanjut sesuai ketentuan yang berlaku.
Pembahasan pekerjaan lapangan Tim Audit kepabeanan dan cukai terdiri atas:
1. pertemuan pendahuluan;
2. Pakta Integritas;
3. inspeksi dan observasi;
4. mempelajari dan menguji sistem pengendalian;
5. melakukan pencacahan sediaan; serta
6. mengumpulkan data dan informasi.

57
LATIHAN/PENUGASAN

Latihan

1) Hal-hal berikut diwajibkan dalam pertemuan pendahuluan, kecuali:


a. Presentasi SPI oleh auditee
b. Presentasi SPI oleh Tim Audit
c. Penandatanganan Pakta Integritas
d. Penyerahan Surat Tugas/Surat Perintah
2) Pakta Integritas ditandatangani oleh:
a. Direktur Audit dan Direktur Utama atau orang dengan jabatan tertinggi
di perusahaan
b. Tim Audit dan Direktur Utama atau orang dengan jabatan tertinggi di
perusahaan
c. Tim Audit dan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
d. Direktur Audit, Tim Audit, dan Direktur Utama atau orang dengan
jabatan tertinggi di perusahaan
3) Berikut ini adalah alasan Tim Audit memperbaiki program audit yang sudah
disusun dalam tahap persiapan, kecuali:
a. Program audit dibuat berdasarkan data awal yang terdapat
kemungkinan perbedaan dengan kenyataan di lapangan
b. Untuk memasukkan pengujian tambahan atas kekurangan Sistem
Pengendalian Internal perusahaan yang diperoleh saat inspeksi dan
observasi
c. Untuk menyesuaikan (mengurangi atau menghilangkan) pengujian
yang direncanakan karena Sistem Pengendalian Internal perusahaan
pada bidang tertentu sudah memadai.
d. Untuk memperpanjang waktu perjalanan dinas pekerjaan lapangan
4) Pelaksana pencacahan sediaan dalam audit kepabeanan dan cukai
adalah:
a. Pegawai auditee
b. Pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai yang
mengawasi
c. Pegawai pencacah sediaan unit audit
d. Tim Audit
5) Apabila auditee menolak untuk diaudit, maka Tim Audit akan:
a. Kembali ke kantor dan membuat laporan penolakan diaudit
b. Meminta auditee untuk menandatangani pernyataan penolakan diaudit
c. Meminta bantuan pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea
dan Cukai yang mengawasi untuk melakukan penutupan perusahaan
d. Meminta bantuan aparat keamanan setempat untuk melakukan
penutupan perusahaan

58
PEKERJAAN KANTOR (TAHAP PELAKSANAAN
AUDIT)

Tujuan Pembelajaran:
Pada bab ini mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep Pengolahan Data dan Informasi
2. Memahami konsep Menguji dan Menganalisis Data dan Informasi
3. Memahami konsep Menyusun Kertas Kerja Audit (KKA)
4. Memahami konsep Daftar Temuan Sementara (DTS)
5. Memahami konsep Pembahasan akhir DTS BAB
6. Memahami konsep Berita Acara Hasil Audit

Setelah pekerjaan lapangan telah selesai dilaksanakan oleh tim audit, fase
selanjutnya adalah pekerjaan kantor. Berdasarkan PER-35/BC/2017 DAN PER-
24/BC/2019, definisi pekerjaan kantor adalah pekerjaan dalam rangka audit
kepabeanan dan/atau audit cukai yang dilakukan di kantor pejabat bea dan cukai.
Pada tahap ini tim audit akan melakukan berbagai kegiatan di kantor tim audit
untuk melanjutkan pekerjaan lapangan.
Pekerjaan kantor ini terdiri atas berbagai kegiatan, yaitu:
1. Pengolahan data dan informasi
2. Menguji dan menganalisis data dan informasi
3. Menyusun Kertas Kerja Audit
4. Menyusun Daftar Temuan Sementara
5. Pembahasan akhir DTS
6. Membuat Berita Acara Hasil Audit

A. Pengolahan Data dan Informasi


Pada tahap ini, tim audit akan melakukan pengolahan data dan informasi
yang diperoleh pada saat pekerjaan lapangan. Pengolahan yang dilakukan adalah
berupa:
1. Merubah data menjadi bentuk digital
Proses ini dilakukan pada kondisi data auditee atau data kepabeanan dan
cukai berbentuk manual. Perubahan data menjadi digital dilakukan untuk
mempercepat pengujian audit kepabeanan dan cukai. Namun data manual tetap
diperlukan untuk pembuktian apabila terjadi sengketa dengan auditee. Dalam
perubahan data dari manual ke digital, perlu diperhatikan human error dalam
prosesnya.
2. Pengklasifikasian data
Data auditee dapat berisi berbagai informasi dengan ukuran besar
sehingga perlu diklasifikasikan sesuai kebutuhan program audit.

59
3. Peringkasan data
Data perlu diringkas untuk memberikan gambaran umum transaksi auditee,
menilai risiko pelaksanaan audit, dan mempermudah pengujian secara umum
4. Pembuatan informasi
Informasi merupakan data yang diolah dan memberikan arti. Pembuatan
informasi dari data ini akan dijadikan dasar strategi pengujian

B. Menguji dan Menganalisis Data dan Informasi


Proses menguji dan menganalisis data dan informasi yang dihasilkan
proses di atas akan dilakukan berdasarkan program audit yang telah disusun tim
audit. Proses ini juga dapat menggunakan teknik audit sampling. Program audit
adalah daftar prosedur audit untuk suatu pelaksanaan audit.
Tim audit kepabeanan dan cukai dalam melaksanakan audit,
menggunakan beberapa program audit. Program audit yang selalu digunakan
adalah pemahaman dan pengujian sistem pengendalian internal auditee. Setelah
program audit ini, tim audit akan memilih program audit lain sesuai proses bisnis
auditee. Terdapat kemungkinan satu perusahaan dapat terdiri atas beberapa
program audit karena perusahaan menggunakan lebih dari satu bentuk layanan
dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Detail program audit kepabeanan dan cukai terdiri atas:
1. Sasaran audit, yaitu bagian proses bisnis yang diperiksa
2. Tujuan, yaitu kepatuhan yang akan diuji
3. Prosedur, yaitu rangkaian cara untuk menguji kepatuhan
4. Data bukti relevan, yaitu bukti yang diperlukan untuk pengujian

C. Menyusun Kertas Kerja Audit (KKA)


Seluruh pekerjaan dari tim audit perlu didokumentasikan. Secara
sederhana dokumentasi pekerjaan tim audit disebut Kertas Kerja Audit (KKA).
Sedangkan definisi KKA sendiri secara PER-35/BC/2017 dan PER-24/BC/2019
adalah catatan yang dibuat oleh tim audit mengenai prosedur yang digunakan,
pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang
didapatkan selama penugasan.
Tanggung jawab tim audit dalam pembuatan KKA adalah:
1. Auditor bertanggung jawab menyusun KKA
2. Ketua auditor bertanggung jawab menyetujui KKA
3. Pengendali Teknis Audit bertanggung jawab mengkaji KKA
Sedangkan unsur Kertas Kerja Audit adalah:
1. Kop kertas kerja audit
2. Identitas auditee
3. Kegiatan pemeriksaan
4. Periode audit
5. Kesimpulan
6. No KKA
7. Tim Audit yang terlibat
8. Sumber data

60
D. Daftar Temuan Sementara (DTS)
Setelah Kertas Kerja Audit disusun oleh tim audit, tim audit akan membuat
Daftar Temuan Sementara (DTS). DTS ini adalah daftar yang memuat temuan dan
kesimpulan sementara atas hasil pelaksanaan audit kepabeanan dan/atau audit
cukai. Sebelum DTS ini dikirimkan kepada auditee, Direktur Audit/Kepala
Kanwil/Kepala KPU dapat meminta Tim Quality Assurance (QA) melakukan
penelaahan atas temuan audit; dan/atau meminta Tim Audit unutk memaparkan
temuan audit secara langsung.
QA adalah kegiatan penelaahan terhadap hasil DTS audit yang
dilaksanakan guna mendapatkan keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan audit
telah dilakukan berdasarkan standar audit. QA ini dilakukan oleh tim Quality
Assurance (QA), yaitu tim yang ditunjuk oleh Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah
atau Kepala Kantor Pelayanan Utama untuk melakukan quality assurance
berdasarkan surat tugas atau surat perintah.
Tim QA akan melakukan penelaahan dan di sisi lain, tim audit akan
memberikan pemaparan atas DTS yang dibuat. Pada saat melakukan penelaahan,
tim QA dapat meminta bantuan kepada unit lain di DJBC maupun instansi lain di
luar DJBC. Setelah Daftar Temuan Sementara (DTS) ini lolos dari proses QA,
DTS ini akan disampaikan kepada auditee, dengan surat pengantar yang
ditandatangani oleh Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai/Kepala Kanwil/Kepala
KPU. DTS yang dikirim ini juga akan disertai lembar persetujuan DTS.
Setelah DTS diterima auditee, tanggapan dari auditee dapat berupa:
1. Tanggapan secara tertulis selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak diterimanya
surat pengantar DTS
2. Meminta penjelasan tertulis atas DTS sebelum memberikan tanggapan
3. Mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian
tanggapan secara tertulis sebelum batas waktu 7 hari kerja terlewati.
Berdasarkan permohonan tersebut, Direktur Audit/Kepala Kanwil/Kepala
KPU dapat memberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan satu
kali untuk jangka waktu paling lama 7 hari kerja sejak berakhirnya jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas
4. Tidak memberikan tanggapan.
Apabila auditee tidak memberikan tanggapan sampai batas waktu
tanggapan terlewati, auditee dianggap menyetujui seluruh DTS dan atas DTS
tersebut akan dijadikan dasar pembuatan Berita Acara Hasil Audit (BAHA)

Isi tanggapan dari auditee dapat berupa:


1. Menerima seluruh temuan dalam DTS, dalam hal ini auditee menandatangani
lembar persetujuan DTS (lembar ini akan dijadikan dasar pembuatan BAHA)
2. Menolak sebagian temuan dalam DTS
3. Menolak seluruh temuan dalam DTS

E. Pembahasan Akhir Daftar Temuan Sementara


Tahapan ini dilakukan apabila auditee memberikan tanggapan untuk
menolak temuan Daftar Temuan Sementara, baik sebagian atau seluruh temuan.

61
Definisi pembahasan akhir sendiri adalah kegiatan pembahasan yang dilakukan
antara tim audit dan auditee atas Daftar Temuan Sementara.
Pembahasan akhir dilaksanakan selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah
tanggal diterimanya tanggapan auditee. Untuk melaksanakan pembahasan akhir,
Direktur Audit u.b. Kepala Subdirektorat dengan tusi pelaksanaan audit dan
penelitian ulang/Kepala Kanwil/Kepala KPU u.b. Pejabat Bea dan Cukai dengan
tusi di bidang kepabeanan dan cukai mengundang auditee untuk melaksanakan
pembahasan akhir. Atas undangan ini auditee dapat mengajukan perubahan
waktu yang dapat diberikan 1 kali untuk jangka waktu waktu 7 hari kerja.
Pembahasan akhir ini dapat dilaksanakan beberapa kali. Hasil dari proses
pembahasan akhir ini akan dituangkan dalam risalah pembahasan akhir dan
dirangkum dalam hasil pembahasan akhir
Isi hasil pembahasan akhir adalah:
1. Temuan audit yang disetujui auditee;
2. Temuan audit yang dibatalkan oleh tim audit; dan/atau
3. Temuan audit yang dipertahankan oleh tim audit

Dalam proses pembahasan akhir ini, auditee dianggap menerima seluruh


temuan audit dalam Daftar Temuan Sementara dan dijadikan dasar pembuatan
BAHA apabila:
1. Auditee tidak menghadiri pembahasan akhir
2. Auditee hadir tetapi tidak melaksanakan pembahasan akhir
3. Auditee melaksanakan pembahasan akhir tetapi tidak menandatangani hasil
pembahasan akhir
Apabila auditee memberikan kuasa kepada pibak lain untuk mewakili
dalam pembahasan akhir, tim audit harus meminta pihak lain untuk menunjukkan
surat kuasa khusus untuk mewakili auditee dalam pembahasan akhir dan
menyusun surat pernyataan yang memuat kewajiban untuk menjaga kerahasiaan
data dan informasi bersama pihak lain tersebut.

F. Berita Acara Hasil Audit (BAHA)


Tahap akhir dari pekerjaan kantor adalah disusunnya Berita Acara Hasil
Audit (BAHA). BAHA adalah berita acara yang dibuat oleh tim audit atas hasil
pembahasan akhir. Bentuk BAHA ada dua macam, yaitu:
1. BAHA tanpa pembahasan akhir, yang disebabkan auditee tidak memberikan
tanggapan DTS/ auditee menerima seluruh isi DTS/ audite tidak menghadiri
pembahasan akhir; dan
2. BAHA dengan pembahasan akhir, yang disebabkan auditee melaksanakan
pembahasan akhir dan menandatangani hasil pembahasan akhir/tidak
menandatangani hasil pembahasan akhir.
Lampiran dokumen BAHA dapat terdiri atas berbagai dokumen tergantung
dengan kondisi pada saat pembuatan BAHA, yaitu:
1. Kondisi auditee tidak memberikan tanggapan atas DTS, lampiran dokumen:
 DTS yang tidak ditanggapi oleh auditee
2. Kondisi auditee menerima seluruh temuan audit dalam DTS, lampiran
dokumen:
 lembar persetujuan DTS yang telah ditandatangani auditee

62
3. Kondisi auditee memberikan tanggapan DTS namun tidak menghadiri
pembahasan akhir, lampiran dokumen:
 DTS yang telah ditanggapi auditee
 undangan pembahasan akhir
4. Kondisi auditee menghadiri pembahasan akhir namun tidak melaksanakan
pembahasan akhir, lampiran dokumen:
 DTS yang telah ditanggapi auditee
 undangan pembahasan akhir
 daftar hadir
5. Kondisi auditee melaksanakan pembahasan akhir namun tidak
menandatangani hasil pembahasan akhir, lampiran dokumen:
 DTS yang telah ditanggapi auditee
 undangan pembahasan akhir
 daftar hadir
 hasil pembahasan akhir yang tidak ditandatangani auditee
6. Kondisi auditee melaksanakan pembahasan akhir dan menandatangani hasil
pembahasan akhir*, lampiran dokumen:
 DTS yang telah ditanggapi auditee
 undangan pembahasan akhir
 hasil pembahasan akhir yang ditandatangani auditee
 risalah pembahasan akhir
 daftar hadir
*Pada kondisi ini, tim audit dan auditee harus menandatangani BAHA
beserta lampirannya

RINGKASAN
1) Pekerjaan kantor merupakan bagian akhir dalam tahap pelaksanaan audit.
Pada bagian ini, tim audit akan mengolah lebih lanjut data dan informasi
yang diperoleh pada saat pekerjaan lapangan. Hasil pengolahan ini akan
diuji dan dianalisis berdasarkan program audit yang telah dibuat. Setelah
selesai proses pengujian dan analisis, wajib dibuat dokumentasi seluruh
proses audit dalam bentuk Kertas Kerja Audit (KKA). KKA yang dibuat tim
audit, akan dijadikan dasar bagi tim audit untuk membuat Daftar Temuan
Sementara, yaitu daftar yang berisi temuan-temuan tim audit atas
ketidaksesuaian pelaksanaan peraturan perundang-undangan.
2) Apabila auditee setuju dengan hasil DTS atau tidak menanggapinya sesuai
batas waktu yang ditentukan, maka tim audit akan langsung membuat
Berita Acara Hasil Audit (BAHA) yang akan dijadikan dasar di tahap
pelaporan. Sebaliknya, apabila auditee menolak hasil DTS, baik sebagian
maupun semua, maka akan dilanjutkan dengan kegiatan pembahasan
akhir DTS. Hasil dari pembahasan akhir ini akan dituangkan dalam BAHA
dengan format terdapat pembahasan akhir.

LATIHAN/PENUGASAN

Latihan
1) Pedoman yang digunakan tim audit untuk menguji dan menganalisis data
dan informasi asudit adalah:
a. Firasat ketua auditor

63
b. Rencana Kerja Audit
c. Program Audit
d. Laporan Analisis Objek Audit
2) Dokumen yang menyertai Daftar Termuan Sementara yang dikirimkan unit
audit kepada auditee adalah:
a. Surat Tugas dan Lembar Persetujuan DTS
b. Surat Perintah dan Lembar Persetujuan DTS
c. Surat Pengantar dan Lembar Persetujuan DTS
d. Nota Dinas dan Lembar Persetujuan DTS
3) Berikut ini adalah isi tanggapan DTS dari auditee, kecuali:
a. Menerima seluruh temuan dalam DTS
b. Menolak sebagian temuan dalam DTS
c. Menolak seluruh temuan dalam DTS
d. Menolah membayar tagihan audit
4) Apabila auditee meminta pihak lain untuk ikut atau mewakili dalam
pembahasan akhir, maka tim audit akan meminta:
a. Surat kuasa khusus dari auditee kepada pihak lain untuk mewakili
b. Surat tugas dari auditee kepada pihak lain untuk mewakili
c. Surat penunjukan dari auditee kepada pihak lain untuk mewakili
d. Kontrak kerja antara auditee dan pihak lain
5) Suatu Berita Acara Hasil Audit dilampiri dengan lembar persetujuan DTS
yang telah ditandatangani auditee, ini menunjukkan kondisi:
a. Auditee tidak menanggapi DTS
b. Auditee menolak sebagian temuan dalam DTS
c. Auditee menerima seluruh temuan dalam DTS
d. Auditee datang dalam pembahasan akhir namun tidak mengikuti
pembahasan akhir.

64
LAPORAN HASIL AUDIT KEPABEANAN DAN
AUDIT CUKAI SERTA TINDAK LANJUT
LAPORAN HASIL AUDIT

Tujuan Pembelajaran:
Pada bab ini mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep Pelaporan
2. Memahami konsep Tindak Lanjut Laporan Hasil Audit (LHA)

Tahap selanjutnya dalam audit kepabeanan dan cukai setelah pelaksanaan


audit adalah pelaporan audit. Dalam tahap ini akan dibuat laporan atas
pelaksanaan audit. Laporan ini dalam istilah audit kepabeanan dan cukai disebut
sebagai Laporan Hasil Audit (LHA). LHA adalah produk terakhir dari tim audit dan
diserahkan kepada pihak yang memberi penugasan serta pihak-pihak lain yang
berhak mendapatkan tembusan dari laporan.
Setiap Laporan Hasil Audit akan ditindaklanjut oleh pimpinan unit audit.
Tindak lanjut ini secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu tindak
lanjut berupa tagihan dan non tagihan kepada auditee. Untuk tindak lanjut tagihan
audit kepabeanan, unit audit dapat mengeluarkan penetapan atas kekurangan
pembayaran pungutan negara secara langsung kepada auditee. Sedangkan untuk
audit cukai, unit audit akan memberikan rekomendasi kepada Kantor Pengawasan
dan Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi untuk memberikan penetapan.
Bentuk dan proses pembuatan Laporan Hasil Audit akan dibahas dalam
bab ini. Prosedur penyerahan, jangka waktu, serta pihak-pihak terkait juga akan
diterangkan. Serta tindak lanjut LHA oleh unit terkait, baik itu berupa tindak lanjut
berupa tagihan atau non tagihan, yang berasal dari audit kepabeanan atau audit
cukai.

A. Pelaporan
Setelah pekerjaan audit telah selesai dilaksanakan, maka tim audit akan
membuat Laporan Hasil Audit (LHA). Laporan ini berisi kesimpulan dan
rekomendasi tim audit atas pelaksanaan audit. Informasi umum terkait auditee
juga diinformasikan dalam laporan ini. LHA merupakan tanda bahwa audit telah
selesai dilaksanakan oleh tim audit.
1. Dasar Laporan Hasil Audit
Dasar dari Laporan Hasil Audit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
 Berita Acara Hasil Audit (BAHA), dalam hal tahap pekerjaan lapangan selesai
dilaksanakan. Terdapat beberapa bentuk BAHA sesuai tanggapan auditee
dalam pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai.

65
 Berita Acara Penghentian Audit (BAPA), dalam hal tahap pekerjaan lapangan
tidak dapat dilaksanakan. Pengaruh dari pekerjaan lapangan tidak dapat
dilaksanakan adalah dihentikannya audit kepabeanan dan cukai.
 Kertas Kerja Audit, dalam hal audit khusus yang dilakukan dalam rangka
keberatan atas penetapan Pejabat Bea dan Cukai atau audit investigasi.
2. Administrasi Penyampaian Laporan Hasil Audit
Laporan Hasil Audit dan Kertas Kerja Audit akan disampaikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu:
 Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai, dalam bentuk hardcopy dan softcopy
untuk audit yang dilaksanakan pada Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai.
 Kepala Kantor Wilayah, dalam bentuk hardcopy dan softcopy untuk audit yang
dilaksanakan pada Kantor Wilayah, dengan tembusan dalam bentuk softcopy
kepada Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai.
 Kepala Kantor Pelayanan Utama, dalam bentuk hardcopy dan softcopy untuk
audit yang dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Utama, dengan tembusan
dalam bentuk softcopy kepada Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai.
 Auditee, dalam bentuk hardcopy untuk audit umum dan audit khusus di luar
keberatan atas penetapan pejabat bea dan cukai. LHA dan KKA yang
disampaikan adalah yang terkait dengan tagihan audit dan kewajiban yang
menjadi dasar pemeriksaan audit selanjutnya.
Untuk audit khusus yang dilakukan dalam rangka keberatan atas
penetapan Pejabat Bea dan Cukai dan/atau audit investigasi, LHA dan KKA tidak
disampaikan kepada auditee
 LHA dan KKA yang disampaikan kepada Direktur Audit Kepabeanan dan
Cukai, harus diterima oleh Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai paling
lambat sepuluh hari kerja sejak tanggal penerbitan LHA.
 Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai, Kantor Wilayah, dan Kantor
Pelayanan Utama harus menatausahakan hasil audit.

3. Isi Laporan Hasil Audit


Isi dari LHA adalah sebagai berikut:
 BAB I Uraian Hasil Audit, yang terdiri atas:
a. Dasar Hukum
b. Tujuan Audit
c. Sifat dan Luas Audit
d. Prosedur Audit
e. Hasil Audit
 BAB II Profil Auditee
 BAB III Kesimpulan dan Rekomendasi
a. Kesimpulan
b. Rekomendasi
 Lampiran
Jika berkaitan dengan audit atas fasilitas kepabeanan dan/atau cukai,
maka lampiran yang harus ada yaitu:
a. Saldo fisik barang fasilitas kepabeanan dan/atau
b. Saldo barang yang harus dipertanggungjawabkan

66
4. Susunan Laporan Hasil Audit
 Sampul depan (cover)
 Daftar Isi
 Daftar Lampiran
 Susunan Tim Audit
 BAB I Uraian Hasil Audit
 BAB II Profil Auditee
 BAB III Kesimpulan dan Rekomendasi
 Lampiran
Gambar VIII.1 Contoh Laporan Hasil Audit (LHA)

Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis

67
B. Tindak Lanjut Laporan Hasil Audit
Laporan Hasil Audit yang dihasilkan oleh tim audit akan ditindaklanjuti
dalam empat bentuk, yaitu:
1. Penetapan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Penetapan ini berupa:
 Surat Penetapan Kembali Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPKTNP), dalam hal
terdapat kekurangan dan/atau kelebihan pembayaran bea masuk, cukai,
pajak dalam rangka impor, dan/atau sanksi administrasi berupa denda yang
diakibatkan karena kesalahan tarif dan/atau nilai pabean
 Surat Penetapan Kembali Perhitungan Bea Keluar (SPKPBK) dalam hal
terdapat kekurangan dan/atau kelebihan pembayaran bea keluar dan/atau
sanksi administrasi berupa denda
 Surat penetapan ini ditandatangani oleh Direktur Audit Kepabeanan dan
Cukai/Kepala Kantor Wilayah/Kepala Kantor Pelayanan Utama atas nama
Direktur Jenderal Bea dan Cukai
2. Penetapan Pejabat Bea dan Cukai
Penetapan ini berupa:
 Surat Penetapan Pabean (SPP), dalam hal terdapat kekurangan pembayaran
bea masuk, cukai, pajak dalam rangka impor, dan/atau sanksi administrasi
berupa denda
 Surat Penetapan Sanksi Administrasi (SPSA), dalam hal terdapat pengenaan
sanksi administrasi berupa denda
 Surat penetapan ini ditandantangani oleh Direktur Audit Kepabeanan dan
Cukai/Kepala Kantor Wilayah/Kepala Kantor Pelayanan Utama
3. Penerbitan Surat Tindak Lanjut
Penerbitan surat tindak lanjut dilakukan karena:
 Tidak terdapat kekurangan pembayaran bea masuk, cukai , pajak dalam
rangka impor, dan/atau sanksi administrasi berupa denda
 Terdapat rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait sesuai ketentuan yang
berlaku. Tindak lanjut atas rekomendasi ini harus disampaikan kepada
Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai, serta bila tidak dapat dilaksanakan,
harus memberikan penjelasan secara tertulis
4. Penerbitan Surat Tindak Lanjut Hasil Audit Cukai
Diterbitkan dalam hal pelaksanaan audit cukai
5. Penerbitan Surat Tindak Lanjut Hasil Audit
Diterbitkan dalam hal dilaksanakan audit khusus keberatan penetapan
pejabat bea dan cukai serta audit investigasi
Seluruh surat penetapan yang memiliki konsekuensi keuangan (SPKTNP,
SPKPBK, SPP, SPSA, surat tindak lanjut hasil audit cukai) diterbitkan terpisah
antara temuan audit yang disetujui dengan temuan audit yang dipertahankan untuk
setiap Kantor Pelayanan Utama dan/atau Kantor Pengawasan dan Pelayanan
yang melakukan kegiatan monitoring pelaksanaan penagihan. Hal ini dilakukan
agar temuan audit yang disetujui dapat diselesaikan pelunasan kewajiban
kepabeanan dan cukainya, dan tidak terhambat dengan kemungkinan
keberatan/banding yang dilakukan auditee atas temuan audit yang dipertahankan.

68
Penetapan-penetapan di atas yang memiliki konsekuensi keuangan, akan
disampaikan kepada:
1. Auditee
2. Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai, dalam hal audit dilaksanakan Kantor
Wilayah / Kantor Pelayanan Utama
3. Kepala Kantor Pelayanan Utama, Kepala Bidang Perbendaharaan dan
Keberatan dan/atau Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan

Kepala Bidang yang menangani penagihan pada Kantor Pelayanan Utama


dan/atau Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan harus melakukan
pemantauan atas pelaksanaan penagihan. Penyampaian surat-surat penetapan di
atas dilengkapi dengan penjelasan terkait dengan temuan hasil audit berupa
Executive Summary untuk masing-masing kantor tujuan. Sedangkan surat tindak
lanjut, akan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Gambar VIII.2 Contoh Surat Penetapan

Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis

69
RINGKASAN
1) Setelah semua tahap pelaksanaan audit dilaksanakan, tim audit akan
melakukan tahap selanjutnya, pelaporan audit. Pada Tahapan ini, tim audit
akan menyusun Laporan Hasil Audit (LHA). Dasar penyusunan LHA secara
umum dibagi menjadi tiga, yaitu Berita Acara Hasil Audit (BAHA), Berita
Acara Penghentian Audit (BAPA), dan Kertas Kerja Audit (KKA). Isi dari LHA
terdiri atas empat hal, yaitu: uraian hasil audit, profil auditee, kesimpulan dan
remomendasi, serta lampiran. Sedangkan susunan LHA terdiri atas:
halaman sampul, daftar, isi, daftar tim audit, BAB I uraian dan hasil, BAB II
profil auditee, BAB III kesimpulan dan rekomendasi, serta lampiran. Unit
Audit harus menatausahakan hasil audit
2) Setelah LHA selesai dibuat oleh tim audit, sebagai tindak lanjut atas
kesimpulan dan rekomendasi LHA, unit audit akan membuat tindak lanjut.
Secara umum tindak lanjut dibagi menjadi dua jenis, yaitu yang memberikan
konsekuensi keuangan dan tidak memberikan konsekuensi keuangan. Untuk
bentuk tindak lanjut sendiri dapat berbentuk:
a. Penetapan Direktur Jenderal Bea dan Cukai;
b. Penetapan Pejabat Bea dan Cukai;
c. Penerbitan Surat Tindak Lanjut;
d. Penerbitan Surat Tindak Lanjut Hasil Audit Cukai;
e. Penerbitan Surat Tindak Lanjut Audit.
3) Unit Audit, Perbendaharaan yang berkaitan, serta Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea Cukai terkait wajib melakukan pemantauan atas
pelaksanaan penagihan. Sedangkan untuk surat tindak lanjut (tidak
memberikan konsekuensi keuangan) kepada unit di luar audit, unit di luar
audit wajib menyampaikan tindak lanjut dan apabila tidak dapat melakukan
maka wajib memberikan tanggapan secara tertulis.

LATIHAN/PENUGASAN

Latihan
1) Di bawah ini adalah dasar-dasar pembuatan LHA, kecuali ….
a. Berita Acara Hasil Audit
b. Berita Acara Penghentian Audit
c. Berita Acara Pelaksanaan Audit
d. Kertas Kerja Audit
2) Laporan Hasil Audit berisi:
a. Uraian Kegiatan
b. Uraian Hasil Audit
c. Uraian Pelaksanaan Audit
d. Uraian Pengujian
3) Laporan Hasil Audit untuk audit umum yang dilakukan oleh unit audit di
Kantor Wilayah akan diserahkan kepada …
a. Softcopy kepada Kepala Kantor Wilayah
b. Softcopy kepada Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai
c. Hardcopy kepada Direktur Audit Kepabenan dan Cukai
d. Hardcopy kepada Kepala Kantor Wilayah

70
4) Tindak lanjut dari audit dapat berbentuk…, kecuali:
a. Penetapan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
b. Penetapan Pejabat Bea Cukai
c. Penetapan Tim Audit
d. Penerbitan Surat Tindak Lanjut Hasil Audit Cukai
5) Surat Penetapan Kembali Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPKTNP)
diterbitkan dalam hal:
a. Terdapat kekurangan pembayaran bea masuk, cukai , pajak dalam
rangka impor, dan/atau sanksi administrasi berupa denda yang
diakibatkan karena kesalahan tarif dan/atau nilai pabean
b. Terdapat kekurangan dan/atau kelebihan pembayaran bea masuk,
cukai , pajak dalam rangka impor, dan/atau sanksi administrasi berupa
denda yang diakibatkan karena kesalahan jumlah dan jenis
c. Terdapat kekurangan dan/atau kelebihan pembayaran bea masuk,
cukai , pajak dalam rangka impor, dan/atau sanksi administrasi berupa
denda yang diakibatkan karena kesalahan tarif dan/atau nilai pabean
d. Terdapat kekurangan dan/atau kelebihan pembayaran bea masuk,
cukai , pajak dalam rangka impor, dan/atau sanksi administrasi berupa

71
MONITORING, EVALUASI, DAN PENJAMINAN
KUALITAS HASIL AUDIT KEPABEANAN DAN
AUDIT CUKAI

Tujuan Pembelajaran:
Pada bab ini mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep Monitoring tindak lanjut LHA
2. Memahami konsep Evaluasi Audit
3. Memahami konsep Penjaminan Kualitas Hasil Audit

Setelah audit direncanakan dan dilaksanakan, tahap selanjutnya dalam


proses bisnis audit kepabeanan dan cukai adalah monitoring, evaluasi, dan
penjaminan kualitas hasil audit. Kegiatan ini diperlukan untuk memastikan bahwa
hasil pelaksanaan audit telah ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait serta
memastikan kualitas audit kepabeanan dan cukai. Tindak lanjut hasil audit perlu
dimonitor pelaksanaannya agar tercapai tujuan audit, terutama tindak lanjut yang
berkaitan dengan hak-hak keuangan negara. Evaluasi audit dilakukan untuk
menilai kesesuaian pelaksanaan audit oleh tim audit dengan ketentuan.
Sedangkan penjaminan kualitas memberikan pengendalian kualitas pada seluruh
proses bisnis audit kepabeanan dan cukai.
Dasar hukum untuk pelaksanaan kegiatan monitoring, evaluasi, dan
penjaminan kualitas hasil audit adalah:
1. PER-26/BC/2019 tentang petunjuk pelaksanaan monitoring tindak lanjut dan
evaluasi hasil audit kc, dan penul
2. PER-27/BC/2019 tentang penjaminan kualitas perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, dan evaluasi hasil audit kepabeanan dan cukai

A. Monitoring Tindak Lanjut LHA.


1. Pengertian Monitoring
Monitoring adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis
dan berkesinambungan untuk mengetahui tingkat penyelesaian Surat Tindak
Lanjut Hasil Audit (STLHA) dan Surat Tindak Lanjut Hasil Penelitian Ulang. Tingkat
penyelesaian yang dimonitor adalah:
 Rekomendasi penagihan pungutan negara yang terutang
 Rekomendasi pengembalian kelebihan pembayaran pungutan negara
 Rekomendasi lain yang harus ditindaklanjuti pihak terkait
2. Pejabat yang melakukan kegiatan monitoring adalah:
 Kantor Pusat  Kepala Subdirektorat Monitoring, Evaluasi, dan Penjaminan
Kualitas

72
 Kantor Wilayah/Kantor Pelayanan Utama  Kepala Bidang dengan Tugas
dan Fungsi Audit
3. Kegiatan-kegiatan monitoring
 Pengumpulan Data, yang dikumpulkan dari
a. Internal Unit Audit (laporan pelaksanaan audit)
b. Aplikasi Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai (CEISA)
c. Pihak Lain (hasil konfirmasi)
d. Pihak Terkait (hasil konfirmasi)
e. Laporan, surat, data, dan informasi lainnya yang dianggap terkait dengan
kegiatan monitoring
 Tabulasi data, yaitu menjumlah dan meringkas data
 Pelaporan, yaitu pelaporan dari Kepala Subdirektorat Monitoring, Evaluasi,
dan Penjaminan Kualitas atau Kepala Kantor kepada Direktur Audit
Kepabeanan dan Cukai yang dilakukan dengan menyampaikan seluruh hasil
pemanfaatan data selama proses kegiatan monitoring dengan penyampaian
laporan STLHA. Pelaporan ini dilakukan secara softcopy, maksimal setiap
tanggal 7 tiap bulan. Pelaporan yang diberikan berupa monitoring atas:
a. Tagihan, yang terdiri dari:
- Jumlah LHA
- Jumlah Surat Penetapan
- Jumlah STLHA/STLHC
- Status (lunas, belum jatuh tempo, penetapan lewat waktu), Jumlah
Penetapan, Jumlah Tagihan
b. Pengembalian
c. Rekomendasi Perbaikan
 Peninjauan lapangan, pelaksanaan monitoring dapat juga dilaksanakan
dengan cara peninjauan lapangan ke Kantor yang secara langsung
mengawasi pelaksanaan penagihan untuk memeriksa langsung kendala
penagihan dan penjelasan temuan audit
4. Sumber Data untuk monitoring adalah
 Laporan pelaksanaan audit
 CEISA
 Laporan, Surat, Data, Informasi Lain
 Konfirmasi pihak terkait
5. Pemanfaatan informasi hasil monitoring adalah:
 Profiling para pihak yang terlibat dalam kegiatan audit
 Eksaminasi
 Rekomendasi kepada unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai dan unit lain di luar Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
 Rekomendasi penyempurnaan peraturan perundang-undangan

B. Evaluasi Hasil Audit:


1. Pengertian evaluasi hasil audit
Evaluasi Hasil Audit adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai
Laporan Hasil Audit (LHA) dan Kertas Kerja Audit (KKA) beserta lampirannya
dengan sasaran penilaian yang meliputi:
 Pemenuhan prosedur pelaksanaan audit
 Pemenuhan standar audit
 Pemenuhan program audit

73
 Penerapan pengujian pemenuhan program audit
 Penerapan ketentuan atas temuan hasil audit, dan
 Temuan hasil audit
2. Tujuan evaluasi hasil audit adalah:
 Profiling para pihak yang terlibat dalam kegiatan audit
 Eksaminasi
 Rekomendasi kepada unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai dan unit lain di luar Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
 Rekomendasi penyempurnaan peraturan perundang-undangan
3. Tata cara evaluasi hasil audit
 Menerima Hasil Audit
 Melakukan evaluasi atas setiap Hasil Audit yang diterimanya
 Melakukan evaluasi terkait kelengkapan dokumen dalam pemenuhan
prosedur pelaksanaan audit dan temuan hasil audit
 Membuat Lembar Evaluasi Hasil Audit I atas hasil evaluasi poin kelengkapan
dokumen dalam pemenuhan prosedur pelaksanaan audit dan temuan hasil
audit. Kelengkapan dokumen mendapat proporsi nilai 70%, dan temuan hasil
audit mendapat proporsi nilai 30%.
 Melakukan evaluasi terkait pemenuhan prosedur pelaksanaan audit,
pemenuhan standar audit, pemenuhan program audit, penerapan pengujian
pemenuhan program audit, dan penerapan ketentuan atas temuan hasil audit
 Membuat Lembar Evaluasi Hasil Audit II atas hasil evaluasi pemenuhan
prosedur pelaksanaan audit, pemenuhan standar audit, pemenuhan program
audit, penerapan pengujian pemenuhan program audit, dan penerapan
ketentuan atas temuan hasil audit
4. Proses dan output evaluasi hasil audit
Proses evaluasi dibedakan antara pelaksanaan di Direktorat Audit
Kepabeanan dan Cukai dan Kantor Wilayah/Kantor Pelayanan Utama.
Proses evaluasi audit yaitu:
 Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai menunjuk Kepala Subdirektorat yang
melaksanakan tugas dan fungsi di bidang evaluasi hasil pelaksanaan audit
 Kepala Kantor menunjuk Pejabat yang melaksanakan tugas dan fungsi Audit
pada Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama
Output dari evaluasi hasil audit adalah Lembar Evaluasi Hasil Audit I dan
II.

C. Penjaminan Kualitas Hasil Audit


Penjaminan kualitas hasil audit adalah rangkaian kegiatan pengendalian
atas kualitas pada seluruh proses bisnis kegiatan audit di bidang kepabeanan
dan audit di bidang cukai untuk memberikan keyakinan terpenuhinya standar
yang telah ditetapkan. Penjaminan Kualitas ini dilakukan pada setiap proses
bisnis audit kepabeanan dan cukai, yaitu: perencanaan audit, Pelaksanaan
Audit, Pelaksanaan Penugasan Audit, Monitoring dan Evaluasi Hasil Audit.

1. Penjaminan Kualitas Perencanaan Audit


 Pelaksana penjaminan adalah Kepala Subdirektorat yang melaksanakan
tugas dan fungsi perencanaan audit atau pejabat bea dan cukai yang ditunjuk
untuk Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai. Sedangkan untuk Kantor

74
Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama adalah pejabat bea dan cukai yang
melaksanakan tugas dan fungsi perencanaan audit
 Kegiatan minimal yang masuk dalam penjaminan kualitas perencanaan audit
adalah:
a. Pengumpulan data
b. Observasi lapangan
c. Analisis penentuan objek audit
d. Penerbitan Nomor Penugasan Audit (NPA)
 Pejabat yang melaksanakan penjaminan wajib melaksanakan Laporan
Penjaminan Kualitas (LPK) kepada Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai,
untuk Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai langsung kepada Direktur
Audit, sedangkan untuk Kantor Wilayah/Kantor Pelayanan Utama melalui
Kepala Kantor. LPK disusun tiap semester dan disampaikan dengan
ketentuan:
a. Untuk semester I disampaikan pada tanggal 10 bulan Juli tahun berjalan
b. Untuk semester II disampaikan pada tanggal 10 bulan Januari tahun
berikutnya
2. Penjaminan Kualitas Pelaksanaan Audit
 Pelaksana penjaminan adalah Kepala Subdirektorat yang melaksanakan
tugas dan fungsi pelaksanaan audit atau pejabat bea dan cukai yang ditunjuk
untuk Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai. Sedangkan untuk Kantor
Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama adalah pejabat bea dan cukai yang
melaksanakan tugas dan fungsi pelaksanaan audit
 Kegiatan minimal yang masuk dalam penjaminan kualitas pelaksanaan audit
adalah:
a. Administrasi penerbitan surat tugas audit
b. Pemeriksaan laporan perkembangan Pelaksanaan Audit (progress report
audit)
c. Pelaksanaan Quality Assurance
d. Administrasi Daftar Temuan Sementara (DTS)
e. Administrasi Laporan Hasil Audit (LHA)
 Pejabat yang melaksanakan penjaminan wajib melaksanakan Laporan
Penjaminan Kualitas (LPK) kepada Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai,
untuk Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai langsung kepada Direktur
Audit, sedangkan untuk Kantor Wilayah/Kantor Pelayanan Utama melalui
Kepala Kantor. LPK disusun tiap semester dan disampaikan dengan
ketentuan:
a. Untuk semester I disampaikan pada tanggal 10 bulan Juli tahun berjalan
b. Untuk semester II disampaikan pada tanggal 10 bulan Januari tahun
berikutnya
3. Penjaminan Kualitas Pelaksanaan Penugasan Audit
 Pelaksana penjaminan adalah Pengawas Mutu Audit yang ditunjuk untuk
Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai. Sedangkan untuk Kantor Wilayah
atau Kantor Pelayanan Utama adalah Pengawas Mutu Audit pada kantor
tersebut
 Kegiatan minimal yang masuk dalam penjaminan kualitas pelaksanaan audit
adalah:
a. Persiapan audit
b. Pemeriksaan sistem pengendalian internal

75
c. Pelaksanaan audit
d. Pelaksanaan Quality Assurance dan tindak lanjut Quality Assurance
e. Pembahasan akhir
f. Pemeriksaan Berita Acara Hasil Audit (BAHA)
g. Pelaporan audit
 Pengawas Mutu Audit yang melaksanakan penjaminan wajib melaksanakan
Laporan Penjaminan Kualitas (LPK) kepada Direktur Audit Kepabeanan dan
Cukai, untuk Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai langsung kepada
Direktur Audit, sedangkan untuk Kantor Wilayah/Kantor Pelayanan Utama
melalui Kepala Kantor. LPK disusun tiap semester dan disampaikan dengan
ketentuan:
a. Untuk semester I disampaikan pada tanggal 10 bulan Juli tahun berjalan
b. Untuk semester II disampaikan pada tanggal 10 bulan Januari tahun
berikutnya
4. Penjaminan Kualitas Monitoring dan Evaluasi Hasil Audit.
 Pelaksana penjaminan adalah Kepala Subdirektorat yang melaksanakan
tugas dan fungsi evaluasi hasil pelaksanaan dan monitoring audit atau pejabat
bea dan cukai lain yang ditunjuk untuk Direktorat Audit Kepabeanan dan
Cukai. Sedangkan untuk Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama
adalah pejabat bea dan cukai yang melaksanakan tugas dan fungsi evaluasi
hasil pelaksanaan dan monitoring audit
 Kegiatan minimal yang masuk dalam penjaminan kualitas pelaksanaan audit
adalah:
a. Monitoring tindak lanjut hasil audit
b. Evaluasi hasil audit
 Pejabat yang melaksanakan penjaminan wajib melaksanakan Laporan
Penjaminan Kualitas (LPK) kepada Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai,
untuk Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai langsung kepada Direktur
Audit, sedangkan untuk Kantor Wilayah/Kantor Pelayanan Utama melalui
Kepala Kantor. LPK disusun tiap semester dan disampaikan dengan
ketentuan:
a. Untuk semester I disampaikan pada tanggal 10 bulan Juli tahun berjalan
b. Untuk semester II disampaikan pada tanggal 10 bulan Januari tahun
berikutnya
5. Evaluasi Pelaksanaan Penjaminan Kualitas
 Pelaksanaan penjaminan kualitas yang dilaksanakan oleh pejabat pelaksana
penjaminan kualitas akan dievaluasi agar memenuhi standar kualitas dari
seluruh tahapan
 Pelaksana evaluasi adalah Kepala Subdirektorat yang melaksanakan tugas
dan fungsi di bidang evaluasi hasil pelaksanaan penjaminan kualitas audit
atau pejabat bea dan cukai yang ditunjuk untuk evaluasi atas pelaksanaan
penjaminan kualitas audit.
 Hasil evaluasi dituangkan dalam Laporan Hasil Evaluasi Penjaminan Kualitas
(LHEPK) dan disampaikan kepada Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai
paling lambat:
a. Akhir bulan Desember untuk seluruh LPK semester I tahun berjalan
b. Akhir bulan Juni untuk seluruh LPK semester II tahun sebelumnya
 Evaluasi penjaminan kualitas meliputi:

76
a. evaluasi pemenuhan prosedur administrasi LPK: ketepatan waktu pelaporan
LPK; kesesuaian pengisian LPK; evaluasi lainnya terkait pemenuhan prosedur
administrasi LPK
b. evaluasi atas kegiatan penjaminan kualitas
c. evaluasi lainnya.
 Hasil kegiatan evaluasi penjaminan kualitas digunakan sebagai saran
perbaikan bagi masing-masing pejabat bea cukai yang melaksanakan tugas
dan fungsi di bidang audit
 Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat pelaksana evaluasi hasil
pelaksanaan penjaminan kualitas audit, dapat meminta data dan konfirmasi
kepada pejabat yang melaksanakan penjaminan kualitas. Pejabat yang
melaksanakan penjaminan kualitas ini harus memberikan data dan konfirmasi.
6. LPK sewaktu-waktu
 Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai dan Kepala Kantor Wilayah/Kantor
Pelayanan Utama dapat meminta LPK sewaktu-waktu, yang disampaikan
kepada pejabat yang meminta dalam bentuk hardcopy dan softcopy, dan
diserahkan dalam jangka waktu maksimal 10 hari setelah permintaan diterima.
 Kepala Subdirektorat yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang evaluasi
hasil pelaksanaan penjaminan kualitas audit atau pejabat bea dan cukai yang
ditunjuk melakukan evaluasi atas LPK sewaktu-waktu
 Hasil pelaksanaan evaluasi LPK dituangkan dalam LHEPK yang disampaikan
kepada Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai paling lambat 20 hari kerja
sejak LPK diterima
7. Eksaminasi
 Kepala Subdirektorat yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang evaluasi
hasil pelaksanaan penjaminan kualitas audit atau pejabat bea dan cukai yang
ditunjuk dapat melakukan Eksaminasi Hasil Audit terhadap hasil penugasan
audit
 Eksaminasi Hasil Audit adalah kegiatan evaluasi pada tahap laporan yang
meliputi pemeriksaan atau pengujian atas hasil penugasan audit kepabenan
dan/atau cukai yang telah diselesaikan oleh tim audit
 Eksaminasi Hasil Audit meliputi:
a. Materi di bidang keberatan
b. Materi di bidang banding
c. Materi yang berkaitan dengan proses kegiatan audit kepabeanan dan audit
cukai yang berasal dari masukan dari unit lain yang telah disetujui oleh
Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai untuk dilakukan peninjauan (review)
d. Perintah Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai
 Hasil Eksaminasi Hasil Audit dapat menjadi bahan untuk penyusunan uraian
atas keberatan atau banding terkait penetapan hasil audit
 Kepala Subdirektorat yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang evaluasi
hasil pelaksanaan penjaminan kualitas audit atau pejabat bea dan cukai yang
melakukan Eksaminasi Hasil Audit menyusun dan menyampaikan
rekomendasi dan Laporan Eksaminasi Hasil Audit kepada Direktur Audit
Kepabeanan dan Cukai

77
Tautan Unduhan

PER-26/BC/2019 tentang petunjuk pelaksanaan


monitoring tindak lanjut dan evaluasi hasil audit kc, dan
penul:
https://drive.google.com/file/d/1RnipEkAmxcg5ycEjGD7149
r0SgZ4iQLc/view?usp=sharing

PER-27/BC/2019 tentang penjaminan kualitas


perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi hasil
audit kepabeanan dan cukai:
RINGKASAN
https://drive.google.com/file/d/12axJ3psi7FKkVmfs3jhijZOP
Sesuai proses bisnis audit kepabeanan dan cukai, setelah perencanaan dan
8LJgFIwu/view?usp=sharing
pelaksanaa, tahap berikutnya adalah monitoring, evaluasi, dan penjaminan
kualitas hasil audit. Monitoring dilakukan untuk memantau tindaklanjut hasil
audit kepada pihak-pihak yang terkait. Monitoring ini terutama adalah yang
memiliki pengaruh kepada hak keuangan negara. Evaluasi hasil audit dilakukan
untuk menilai kesesuaian pelaksanaan audit oleh tim audit dengan sasaran
penilaian (terkait prosedur dan standar audit). Penjaminan Kualitas adalah
usaha dari unit audit untuk mengendalikan kualitas pada seluruh proses bisnis
kegiatan audit di bidang kepabeanan dan audit di bidang cukai untuk
memberikan keyakinan terpenuhinya standar yang telah ditetapkan.

LATIHAN/PENUGASAN
Latihan

1) Tingkat penyelesaian Surat Tindak Lanjut Hasil Audit yang dimonitor


adalah …
a. Rekomendasi pembayaran pungutan
b. Rekomendasi pengembalian kelebihan pembayaran
c. Rekomendasi penggantian tim audit
d. Rekomendasi penolakan audit
2) Pemanfaatan informasi hasil monitoring adalah…, kecuali:
a. Profiling para pihak yang terlibat dalam kegiatan audit
b. Evaluasi
c. Pengembalian kelebihan pungutan
d. Penagihan kekurangan pembayaran
3) Di bawah ini yang bukan merupakan sasaran penilaian evaluasi adalah:
a. Pemenuhan prosedur pelaksanaan audit
b. Pemenuhan standar audit
c. Pemenuhan program audit
d. Pemenuhan rencana kerja audit
4) Salah satu pelaksana penjaminan kualitas perencanaan audit adalah:
a. Kepala Subdirektorat dengan tugas dan fungsi evaluasi
b. Pejabat yang ditunjuk untuk melakukan evaluasi

78
c. Pejabat yang ditunjuk untuk melakukan eksaminasi
d. Kepala Subdirektorat dengan tugas dan fungsi perencanaan
5) Eksaminasi Hasil Audit adalah …
a. Kegiatan evaluasi pada tahap pelaksanaan yang meliputi pemeriksaan
atau pengujian atas hasil penugasan audit kepabenan dan/atau cukai
yang telah diselesaikan oleh tim audit
b. Kegiatan evaluasi pada tahap pelaksanaan yang meliputi pemeriksaan
atau pengujian atas hasil penugasan audit kepabenan dan/atau cukai
yang sedang dilakukan oleh tim audit
c. Kegiatan evaluasi pada tahap laporan yang meliputi pemeriksaan atau
pengujian atas hasil penugasan audit kepabenan dan/atau cukai yang
telah diselesaikan oleh tim audit
d. Kegiatan evaluasi pada tahap laporan yang meliputi pemeriksaan atau
pengujian atas hasil penugasan audit kepabenan dan/atau cukai yang
sedang dilaksanakan oleh tim audit

79
KONSEP DAN PROSES AUDIT KEPABEANAN
DAN AUDIT CUKAI (IMPORTIR UMUM DAN
IMPORTIR PRODUSEN; KAWASAN BERIKAT;
DAN PENGUSAHA BKC-HASIL TEMBAKAU)

Tujuan Pembelajaran:
Pada bab ini mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep Sistem Akuntansi Importir Umum dan Importir Produsen;
Kawasan Berikat; dan Pengusaha BKC-Hasil Tembakau
2. Memahami konsep dan prosedur Pengujian SPI
3. Memahami konsep Pemanfaatan Laporan Keuangan dan Data Perpajakan
dalam Audit atas Importir Umum dan Importir Produsen; Kawasan Berikat;
dan pengusaha BKC-Hasil Tembakau
4. Memahami konsep Memahami prosedur pengumpulan data BAB
5. Memahami konsep Penyiapan Program audit
6. Memahami konsep Kertas Kerja Audit

Pedoman pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai dapat dilihat secara


jelas dalam Program Audit (PA). PA berisi sasaran audit, tujuan audit, prosedur
audit, serta data bukti relevan untuk prosedur yang dilakukan. Contoh program
audit kepabeanan dan cukai dapat dilihat pada PER-24/BC/2019. Pada saat
pelaksanaan audit, terdapat satu program audit yang akan selalu dilakukan, yaitu
program audit dengan objek audit Pemahaman dan Pengujian Sistem
Pengendalian Internal Auditee. Program audit dilakukan sebagai perwujudan
standar pelaksanaan. Program audit lainnya akan dipilih berdasarkan proses
bisnis auditee. Dalam bab ini, akan dibahas empat program audit, yaitu satu contoh
program yang wajib dilakukan untuk setiap audit kepabeanan dan cukai serta tiga
contoh program audit yang dilakukan sebagian besar tim audit. Empat program
audit itu adalah untuk objek audit:
1. Pemahaman dan Pengujian Sistem Pengendalian Internal Auditee
2. Importir Umum / Produsen
3. Kawasan Berikat
4. Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau

A. Program Audit Untuk Objek Audit Pemahaman Dan Pengujian Sistem


Pengendalian Internal Auditee
Program audit ini secara umum adalah untuk mengetahui pengendalian
internal auditee. Ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana risiko yang dihadapi
oleh tim audit saat melakukan pelaksanaan audit. Program ini memiliki tiga
sasaran audit yaitu:
1. Sistem informasi atau akuntansi dan output (dapat berupa laporan/dokumen)
dari sistem tersebut serta data lain yang relevan.
 Tujuan audit sasaran ini adalah mengetahui dan memahami serta
menentukan:
a. Proses bisnis/transaksi auditee

80
b. Struktur organisasi dan wewenang masing-masing unit/pihak dalam struktur
tsb
c. Aktivitas pengendalian (misalnya: mekanisme persetujuan, otorisasi,
verifikasi, rekonsiliasi, evaluasi kinerja, pengelolaan keamanan, supervisi, dan
pembentukan, dan penyelenggaraan pencatatan-pencatatan atau
dokumentasi-dokumentasi sebagai bukti pelaksanaan aktivitas-aktivitas
tersebut)
d. Prosedur dan formulir atau dokumen terkait proses bisnis atau transaksi
auditee
e. Keandalan laporan/pelaporan keuangan dan formulir atau dokumen terkait
f. Keamanan sumber daya berupa aset/kekayaan auditee
g. Ruang lingkup pengujian
h. Bukti audit yang dapat dikumpulkan untuk keperluan pengujian
i. Memahami kegiatan auditee melalui analisis data keuangan dan non
keuangan
 Contoh prosedur audit sasaran ini adalah:
a. Dapatkan Laporan Hasil Audit periode sebelumnya bila ada
b. Dapatkan dokumentasi sistem informasi atau akuntansi milik auditee.
Selanjutnya lakukan tanya jawab dengan auditee menggunakan flowchart
dan/atau flow of diagram yang ada di dalam dokumentasi sistem tersebut
(tanya jawab dapat dikombinasikan dengan menggunakan internal control
questionnaire)
c. Dapatkan data keuangan, data kepabeanan dan cukai, data perpajakan serta
data lainnya yang relevan.
 Contoh data bukti relevan:
a. LHA dan/atau KKA periode audit sebelumnya
b. Dokumentasi Sistem, Flowchart, dan/atau Flow of Diagram
c. Dokumentasi Sistem Akuntansi, Contoh Jurnal, Contoh Buku Besar, Contoh
Trial Balance, dan Laporan Keuangan yang relevan
d. Softcopy dokumen pemberitahuan pabean impor dan ekspor, dokumen cukai
serta data-data perpajakan seperti SPT PPh dan SPT Masa
2. Sistem dan prosedur yang dibuat auditee dalam rangka pelaksanaan
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan bidang kepabeanan
dan/atau cukai sesuai ruang lingkup audit.
 Tujuan audit sasaran ini adalah menilai ketaatan auditee terhadap peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan bidang kepabeanan dan/atau cukai
sesuai ruang lingkup audit
 Contoh prosedur audit sasaran ini adalah:
a. Pelajari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan bidang
kepabeanan dan/atau cukai sesuai ruang lingkup audit dan apabila diperlukan
pelajari hasil audit periode sebelumnya apabila ada
b. Lakukan penilaian untuk menguji kesesuaian sistem dan prosedur auditee
tersebut dengan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan bidang
kepabeanan dan/atau cukai sesuai ruang lingkup audit
c. Lakukan pengamatan untuk menguji kesesuaian sistem dan prosedur auditee
tersebut dengan pelaksanaanya di lapangan

 Contoh data bukti relevan:


81
a. Peraturan perundang-undangan yang terkait di bidang kepabeanan dan/atau
cukai sesuai dengan ruang lingkup audit
b. Peraturan perundang-undangan yang terkait di bidang kepabeanan dan/atau
cukai sesuai dengan ruang lingkup audit, serta peraturan/prosedur yang
dibuat/dimiliki auditee terkait dengan pelaksanaan peraturan perundang-
undangan tersebut
c. Peraturan/prosedur yang dibuat/dimiliki auditee terkait dengan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan tersebut
3. Sasaran, Tujuan, dan Prosedur Audit lainnya yang perlu dilakukan sesuai
dengan kriteria yang ada

B. Program Audit Untuk Objek Audit Importir Umum / Produsen


Program audit ini secara umum akan menguji kepatuhan pemberitahuan
kepabeanan dalam hal pemberitahuan nilai pabean, tarif, jumlah dan jenis, serta
fasilitas (untuk pengusaha dengan fasilitas MITA). Program ini memiliki 11 sasaran
audit, yaitu:
1. Pengendalian Internal
2. Pemberitahuan Impor Barang
 Tujuan audit sasaran ini adalah:
a. Mengetahui jumlah dokumen pemberitahuan impor barang
b. Meyakini bahwa seluruh importasi yang dilakukan auditee telah diselesaikan
formalitas kepabeanannya
 Contoh prosedur audit:
a. Dapatkan dokumen PIB beserta lampirannya, lakukan rekapitulasi
b. Uji kesesuaian jumlah dokumen PIB dengan bukti audit terkait
c. Bandingkan rekap PIB berdasarkan invoice dan atau PO dengan ledger
 Contoh data bukti relevan:
a. PIB Hardcopy
b. PIB Softcopy
c. PO, Ledger Pembelian, Ledger Hutang, Ledger Kas
3. Pemberitahuan Nilai Pabean
 Tujuan audit sasaran ini adalah:
a. Mengetahui pemenuhan persyaratan nilai transaksi
b. Mengetahui harga yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar
untuk meyakini bahwa harga yang sebenarnya dibayar atau seharusnya
dibayar:
- Adalah total pembayaran yang dilakukan atau akan dilakukan oleh pembeli
kepada atau untuk kepentingan penjual atas barang yang diimpor
- Tidak meliputi biaya yang terjadi dari kegiatan yang dilakukan oleh pembeli
untuk kepentingannya sendiri, biaya yang terjadi setelah pengimporan,
dividen dan bunga kecuali komisi pembelian
c. Mengetahui biaya-biaya yang harus ditambahkan pada harga yang
sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar
 Contoh prosedur audit:
a. Tentukan apakah hubungan antara pembeli dengan penjual mempengaruhi
harga atau tidak, lakukan penelitian hal-hal yang berkaitan dengan penjualan
b. Dapatkan dokumen pembelian
c. Analisa proses akuntansi terkait biaya impor
 Contoh data bukti relevan:

82
a. Sales Contract
b. Perjanjian Keagenan
c. Laporan Keuangan dan Catatan Atas Laporan Keuangan
4. Pemberitahuan Tarif Barang
 Tujuan audit sasaran ini adalah mengetahui kesesuaian pemberitahuan tarif
barang (klasifikasi dan pembebanan)

 Contoh prosedur audit:


a. Lakukan identifikasi barang yang diimpor
b. Tentukan tarif barang (klasifikasi dan pembebanan) berdasarkan Buku Tarif
Kepabeanan Indonesia (BTKI)
c. Bandingkan dokumen Surat Keterangan Asal (SKA) / Certificate of Origin
(COO) terhadap PIB yang menggunakan fasilitas Free Trade Agreement
(FTA)
 Contoh data bukti relevan:
a. PIB
b. Katalog Barang
c. Dokumen SKA
5. Pemberitahuan Jenis dan Jumlah barang
 Tujuan audit sasaran ini adalah mengetahui kesesuaian pemberitahuan jenis
dan jumlah barang
 Contoh prosedur audit:
a. Pelajari mekanisme penerimaan barang di gudang
b. Dapatkan data penerimaan barang di gudang
c. Bandingkan data PIB terkait dengan data Laporan Penerimaan Barang
 Contoh data bukti relevan
a. PIB
b. Laporan Penerimaan Barang
c. Laporan Surveyor
6. Larangan dan Pembatasan
 Tujuan audit sasaran ini adalah mengetahui adanya komoditi impor yang
termasuk larangan dan pembatasan
 Prosedur audit:
a. Dapatkan aturan larangan dan pembatasan komoditi impornya
b. Lakukan pemeriksaan terhadap dokumen larangan dan pembatasan dengan
jumlah dan jenis barang pada PIB
c. Uji kriteria pada aturan larangan dan pembatasan dengan dokumen yang
dimiliki auditee
 Data bukti relevan adalah dokumen terkait larangan dan pembatasan
7. Surat Keterangan Bebas Pajak (SKB)
 Tujuan audit sasaran ini adalah:
a. Mengetahui jumlah surat keputusan
b. Mengetahui kesesuaian jenis dan jumlah barang yang memperoleh fasilitas
SKB
c. Mengetahui kesesuaian masa berlaku fasilitas SKB
 Contoh prosedur audit:
a. Dapatkan dan lakukan rekapitulasi SKB
b. Uji materi dengan SKB terkait
c. Bandingkan SKB dengan bukti audit terkait

83
 Data bukti relevan adalah PIB dan dokumen SKB
8. Sasaran, Tujuan, dan/atau prosedur audit lain yang perlu dilakukan sesuai
kriteria yang ada
9. Prosedur pengujian lain sesuai sasaran audit dengan melakukan analisis
Laporan Keuangan, data dari unit lain terkait perpajakan dan data dari instansi
lain yang terkait dengan arus keluar masuk sediaan barang dan uang

Tambahan khusus importir jalur prioritas (MITA) dengan pembayaran berkala


10. Uji Jangka Waktu
 Tujuan audit sasaran ini adalah mengetahui pembayaran BM dan PDRI yang
melewati jangka waktu yang ditetapkan
 Prosedur audit:
a. Dapatkan data SSPCP
b. Bandingkan tanggal pembayaran PIB di SSPCP dengan tanggal sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
 Data bukti relevan adalah:
a. PIB
b. SSPCP
c. NDPBM
11. Uji Nilai Dasar Perhitungan Bea Masuk (NDPBM) / kurs
 Tujuan audit sasaran ini adalah mengetahui penggunaan NDPBM yang tidak
sesuai dengan yang ditetapkan
 Prosedur Audit:
a. Dapatkan NDPBM/Kurs sesuai Keputusan Menteri Keuangan (KMK) yang
diterbitkan secara berkala
b. Bandingkan NDPBM/Kurs pada PIB dengan NDPBM/Kurs sesuai KMK yang
diterbitkan secara berkala
 Data bukti relevan:
a. PIB
b. SSPCP
c. NDPBM

C. Program Audit Untuk Objek Audit Kawasan Berikat


Program audit ini secara umum akan menguji kepatuhan pengguna
layanan kawasan berikat dalam hal penggunaan fasilitas penangguhan. Program
ini memiliki 9 sasaran audit, yaitu:
1. Pengendalian Internal
2. Bahan Baku dan/atau Bahan (saldo awal, pemasukan, pengeluaran, saldo
buku, saldo fisik)
 Contoh tujuan audit sasaran ini adalah:
a. Mengetahui jumlah dan kesesuaian saldo awal
b. Mengetahui jumlah pemasukan
c. Mengetahui jumlah pengeluaran
d. Menentukan saldo buku
e. Menentukan saldo fisik
f. Menentukan kesesuaian antara saldo buku dengan saldo fisik

84
 Contoh prosedur audit:
a. Dapatkan saldo awal dari saldo akhir LHA periode sebelumnya (bila ada) atau
IT inventory atau bukti audit lainnya yang relevan kemudian lakukan uji materi
ke pembukuan auditee
b. Dapatkan dokumen pemberitahuan pabean untuk pemasukan (asal impor,
asal TPB, asal TLDDP) dan uji dengan IT Inventory dan pembukuan,
bandingkan jumlah dan jenis yang diberitahukan dalam dokumen
pemberitahuan pabean dan cukai dengan dokumen transaksi dan pembukuan
auditee
c. Dapatkan bukti audit terkait pengeluaran dengan tujuan produksi maupun
tujuan selain produksi, lakukan uji materi dengan pembukuan auditee (HPP),
IT inventory dan ketentuan yang berlaku
d. Lakukan perhitungan saldo buku dan uji dengan IT inventory
e. Lakukan pemeriksaan sediaan
f. Bandingkan saldo buku, saldo fisik, dan saldo IT Inventory
 Contoh data bukti relevan:
a. LHA periode sebelumnya
b. Dokumen BC 2.3, BC 2.4, BC 2.6.2, BC 2.7, BC 4.0, faktur pajak, invoice
pembelian, surat jalan, SPT masa PPN
c. Kartu stock, Slip pengeluaran material, rekapitulasi pemakaian material
COGM
d. Data IT inventory
e. Stock opname
f. Data IT inventory
3. Barang dalam Proses (WIP) (saldo awal dan saldo akhir)
 Tujuan audit sasaran ini adalah:
a. Mengetahui jumlah dan kesesuaian saldo awal
b. Mengetahui jumlah dan kesesuaian saldo akhir
 Prosedur audit:
a. Dapatkan saldo awal dari saldo akhir LHA periode sebelumnya (bila ada) atau
IT inventory atau bukti audit lainnya yang relevan kemudian lakukan uji materi
ke pembukuan auditee
b. Dapatkan saldo akhir dari saldo akhir LHA periode sebelumnya (bila ada) atau
IT inventory atau bukti audit lainnya yang relevan kemudian lakukan uji materi
ke pembukuan auditee
 Data bukti relevan adalah surat pernyataan saldo awal dan saldo akhir WIP
4. Barang Jadi (saldo awal, pemasukan, pengeluaran, subkontrak, saldo buku,
saldo fisik)
 Contoh tujuan audit sasaran ini adalah:
a. Mengetahui jumlah dan kesesuaian saldo awal
b. Mengetahui jenis dan jumlah pemasukan yang terdiri dari: pemasukan yang
berasal dari produksi dan pemasukan selain dari produksi (misal hasil subkon)
c. Mengetahui jumlah pengeluaran yang terdiri dari tujuan ekspor, tujuan
TLDDP, tujuan TPB dan tujuan lainnya (misal pemusnahan)
d. Mengetahui kesesuaian subkontrak dengan ketentuan yang berlaku
e. Menentukan saldo buku
f. Menentukan saldo fisik
g. Mengetahui kesesuaian antara saldo buku dengan saldo fisik
 Contoh prosedur audit:

85
a. Dapatkan saldo awal dari saldo akhir LHA periode sebelumnya atau IT
Inventory atau bukti audit lainnya yang relevan kemudian lakukan uji materi
ke pembukuan auditee
b. Dapatkan bukti audit yang terkait dengan pemasukan barang jadi,
pembukuan, dan IT Inventory
c. Dapatkan laporan pemasukan selain dari produksi, uji dengan dokumen bukti
terjadinya pemasukan selain dari produksi dan IT inventory serta pembukuan,
bandingkan dengan ketentuan yang berlaku
d. Dapatkan bukti audit terkait pengeluaran, uji jumlah dan nilainya ke
pembukuan auditee dan IT inventory
e. Dapatkan dokumen yang terkait dengan subkontrak, kemudian lakukan uji
kesesuaiannya dengan pembukuan auditee, IT Inventory, dan peraturan yang
berlaku
f. Lakukan perhitungan saldo buku dan IT inventory
g. Lakukan pemeriksaan sediaan
h. Bandingkan saldo buku, saldo fisik, dan saldo IT inventory
 Contoh data bukti relevan:
a. LHA periode sebelumnya
b. IT inventory, Kartu stok
c. BC 2.5, BC 2.7, BC 3.0, BC 4.1, akun pendapatan lain-lain, akun penjualan,
akun piutang, akun biaya penjualan, buku bank masuk
d. BC 2.6.1, BC 2.6.2, BC 2.7, kontrak, invoice, SPT PPN (jasa), surat jalan
e. Data IT inventory
5. Pemeriksaan Barang Modal (saldo awal, pemasukan, pengeluaran, saldo
buku, saldo fisik)
 Contoh tujuan audit sasaran ini adalah:
a. Mengetahui jenis dan jumlah serta kesesuaian saldo awal
b. Mengetahui jenis dan jumlah pemasukan
c. Mengetahui jenis dan jumlah pengeluaran
d. Menentukan saldo buku
e. Mengetahui saldo fisik
f. Mengetahui kesesuaian saldo buku dengan saldo fisik
 Contoh prosedur audit:
a. Dapatkan saldo awal dari saldo akhir LHA periode sebelumnya atau IT
Inventory atau bukti audit lainnya yang relevan kemudian lakukan uji materi
ke pembukuan auditee
b. Dapatkan pemberitahuan pabean untuk pemasukan asal impor, antar TPB,
dan TLDDP dan data IT Inventory
c. Dapatkan bukti audit terkait pengeluaran, uji jumlah dan nilainya ke
pembukuan auditee dan IT inventory
d. Lakukan perhitungan saldo buku dan IT Inventory
e. Lakukan pemeriksaan sediaan
f. Bandingkan saldo buku, saldo fisik, dan saldo IT inventory
 Contoh data bukti relevan: IT Inventory

6. Barang Rusak (busuk)/sisa/potongan


 Tujuan audit sasaran ini adalah
a. Mengetahui jumlah dan jenis barang rusak (busuk)/sisa/potongan yang
dikeluarkan

86
b. Mengetahui kesesuaian pengeluaran barang rusak (busuk)/sisa/potongan
dengan ketentuan yang berlaku
 Prosedur audit:
a. Dapatkan bukti audit yang terkait dengan pengeluaran barang rusak
(busuk)/sisa/potongan, kemudian uji jumlah dan jenisnya ke pembukuan
auditee dan IT Inventory
b. Bandingkan bukti audit terkait dengan pengeluaran barang rusak
(busuk)/sisa/potongan dengan ketentuan yang berlaku
 Data bukti relevan adalah dokumen terkait pengeluaran barang rusak
(busuk)/sisa/potongan, IT Inventory
7. Barang Contoh
 Tujuan audit sasaran ini adalah mengetahui kesesuaian barang contoh
dengan ketentuan yang berlaku
 Prosedur audit: dapatkan dokumen yang terkait dengan barang contoh,
kemudian lakukan uji kesesuaiannya dengan pembukuan auditee, IT
Inventory, dan peraturan yang berlaku
 Data bukti relevan adalah dokumen pengeluaran barang contoh (BC 2.5, BC
2.7, dll) dan IT Inventory
8. Sasaran, Tujuan, dan/atau prosedur audit lain yang perlu dilakukan sesuai
kriteria yang ada
9. Prosedur pengujian lain sesuai sasaran audit dengan melakukan analisis
Laporan Keuangan, data dari unit lain terkait perpajakan dan data dari instansi
lain yang terkait dengan arus keluar masuk sediaan barang dan uang

D. Program Audit Untuk Objek Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau


Program audit ini secara umum akan menguji kepatuhan pengguna
layanan barang kena cukai hasil tembakau. Program ini memiliki 12 sasaran audit,
yaitu:
1. Pengendalian Internal
2. Tembakau Rajang
 Tujuan audit sasaran ini adalah:
a. Menguji pemasukan tembakau
b. Menguji penjualan tembakau
c. Menguji kebenaran pemakaian tembakau
 Contoh prosedur audit:
a. Dapatkan data pembelian tembakau dikurangi dengan retur pembelian,
kemudian bandingkan dengan faktur pembelian tembakau
b. Dapatkan data pengiriman tembakau
c. Dapatkan saldo awal akhir tembakau
 Contoh data bukti relevan:
a. Data pembelian tembakau
b. Data pengiriman tembakau
c. GL Persediaan
3. Cengkeh
 Tujuan audit sasaran ini adalah:
a. Menguji pemasukan cengkeh
b. Menguji penjualan cengkeh
c. Menguji kebenaran pemakaian cengkeh
 Prosedur audit:

87
a. Dapatkan data pembelian cengkeh dikurangi dengan retur pembelian,
kemudian bandingkan dengan faktur pembelian cengkeh
b. Dapatkan data pengiriman cengkeh
c. Dapatkan saldo awal akhir cengkeh
 Contoh data bukti relevan:
a. Data pembelian cengkeh
b. Data pengiriman cengkeh
c. GL Persediaan
4. Saos
 Tujuan audit sasaran ini adalah menguji kebenaran produksi dan/atau
penjualan saos, apakah sudah menggunakan etil alkohol
 Prosedur audit: dapatkan data BOM (Bill of Material) saos, bandingkan
dengan data/faktur penjualan saos
 Contoh data bukti relevan:
a. BOM (Bill of Material) saos
b. GL Penjualan
c. GL Persediaan
5. Etil Alkohol
 Contoh tujuan audit sasaran ini adalah:
a. Menguji pemasukan Etil Alkohol
b. Menguji pemakaian Etil Alkohol
c. Menguji kuota fasilitas tidak dipungut cukai Etil Alkohol
 Contoh prosedur audit:
a. Dapatkan data pembelian dan laporan penerimaan Etil Alkohol, data CK-5 EA,
dan LACK-1 EA
b. Dapatkan saldo awal dan akhir Etil Alkohol
c. Dapatkan Skep PBCK-1 EA
 Contoh data bukti relevan:
a. Data/faktur pembelian EA
b. PBCK-1 EA
c. LACK-1 EA
6. Tembakau iris (gudang primer)
 Tujuan audit sasaran ini adalah
a. Menguji pemasukan dari produksi TIS
b. Menguji pemakaian dari pembelian TIS
c. Menguji penjualan TIS
 Prosedur audit:
a. Dapatkan data pemakaian tembakau rajang, cengkeh, saos, dan/atau EA
b. Dapatkan data pembelian TIS
c. Dapatkan data pengiriman TIS
 Contoh data bukti relevan adalah:
a. Data pemakaian tembakau rajang
b. GL Pembelian
c. Data pengiriman TIS
7. Tembakau iris (gudang produksi)
 Tujuan audit sasaran ini adalah
a. Menguji penerimaan dan pemakaian TIS
b. Menguji kebenaran produksi barang rokok

88
c. Menguji kesesuaian tarif dan HJE pita cukai dengan ketentuan dan strata
produksi
d. Menguji kuota fasilitas tidak dipungut cukai tembakau iris (blend)
 Prosedur audit:
a. Dapatkan data saldo awal dan akhir TIS, penerimaan, pemakaian TIS, laporan
reproses, CK-5 serta LACK-1 TIS
b. Dapatkan BOM batang rokok dan/atau ata konversi batang rokok dari aktual
konversi bulanan dan permohonan PBCK-1 untuk semua jenis dan merek
c. Bandingkan hasil produksi dengan strata produksi sesuai ketentuan
d. Dapatkan Skep PBCK-1 EA
 Data bukti relevan adalah dokumen pengeluaran barang contoh (BC 2.5, BC
2.7, dll) dan IT Inventory
8. Batang rokok
 Tujuan audit sasaran ini adalah:
a. Menguji kebenaran jumlah batang yang dikemas
b. Menguji ketepatan tanggal pelaporan produksi
 Contoh prosedur audit:
a. Dapatkan data saldo awal dan akhir batang, laporan produksi harian batang,
serta reject batang
b. Dapatkan data softcopy CK-4C
 Contoh data bukti relevan adalah
a. Laporan produksi harian
b. Softcopy CK-4C (SAC KPPBC)
9. Barang jadi (pack)
 Tujuan audit sasaran ini adalah:
a. Menguji kemasan yang sebenarnya terlekati pita cukai
b. Menguji pemakaian pita cukai pada barang jadi
 Contoh prosedur audit:
a. Dapatkan data saldo awal dan akhir pack yang belum terlekati pita cukai
b. Uji data laporan produksi dengan laporan pemakaian pita cukai
 Contoh data bukti relevan adalah
a. Laporan batang dikemas
b. Laporan produksi barang jadi
10. Pita cukai
 Tujuan audit sasaran ini adalah:
a. Menguji pengadaan pita cukai
b. Menguji siklus operasional pita cukai
c. Menguji pemakaian pita cukai yang sebenarnya
 Contoh prosedur audit:
a. Dapatkan data CK-1
b. Dapatkan data saldo awal dan akhir pita cukai (baik dalam bentuk keping
maupun lembaran)
c. Dari proses pengujian pemakaian pita cukai pada barang jadi, uji data dengan
cara saldo awal + penerimaan PC + switching plus -switching minus –
pengembalian pita cukai – pengiriman/distribusi pita cukai – waste/reject pita
cukai – saldo akhir untuk semua jenis dan merek, cek apakah ada selisih
dengan pemakaian pita cukai yang seharusnya
 Contoh data bukti relevan adalah
a. CK-1

89
b. Laporan penerimaan pita cukai
c. Data laporan switching
1. Tujuan, dan/atau prosedur audit lain yang perlu dilakukan sesuai kriteria yang
ada
2. Prosedur pengujian lain sesuai sasaran audit dengan melakukan analisis
Laporan Keuangan, data dari unit lain terkait perpajakan dan data dari instansi
lain yang terkait dengan arus keluar masuk sediaan barang dan uang

E. Kertas Kerja Audit


Kertas Kerja Audit (KKA) dalam pelaksanaan program audit dibuat
berdasarkan tujuan dan sasaran di dalam program audit. Tidak terdapat panduan
khusus bagaimana pembuatan KKA, namun KKA yang dibuat haruslah dapat
mendokumentasikan pelaksanaan program audit oleh tim audit. KKA dapat dibuat
detail untuk setiap tujuan atau sasaran. Contoh-contoh KKA dalam Program Audit
dalam Bab ini dapat dilihat di bawah ini.
Gambar X.1 Contoh KKA Pemeriksaan Sistem Pengendalian Internal (SPI)

Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis

Gambar X.2 Contoh KKA Pengujian Nilai Transaksi atas Importir


Umum/Importir Produsen

90
Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis

Gambar X.3 Contoh KKA Pengujian Barang Rusak/Sisa/Potongan pada


Kawasan Berikat

Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis


Gambar X.4 Contoh KKA Pengujian Hasil Tembakau dalam bentuk Batang –
Pabrik Hasil Tembakau

Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis

91
RINGKASAN
Progam audit merupakan panduan tim audit dalam melaksanakan pengujian
kepatuhan auditee terhadap ketentuan kepabeanan dan cukai. PER
24/BC/2019 memberikan contoh program audit dalam pelaksanaan audit
kepabeanan dan cukai. Satu progam audit yang selalu dilakukan adalah untuk
objek audit pemahaman dan pengujian sistem pengendalian internal auditee,
karena memberikan luas pengujian dan risiko yang akan dihadapi oleh tim audit.
Bab ini akan membahas tiga objek audit program audit yang sering dilakukan
oleh tim audit, yaitu: importir umum/produsen, kawasan berikat, dan pengusaha
pabrik hasil tembakau.

LATIHAN/PENUGASAN

Latihan

1) Di bawah ini yang bukan merupakan tujuan audit sasaran sistem informasi
atau akuntansi dan output (dapat berupa laporan/dokumen) dari sistem
tersebut serta data lain yang relevan adalah mengetahui dan memahami
serta menentukan:
a. Proses bisnis/transaksi auditee
b. Struktur organisasi dan wewenang masing-masing unit/pihak dalam
struktur tersebut
c. Aktivitas pengendalian
d. Aktivitas kemasyarakatan
2) Tujuan audit sasaran pemberitahuan nilai pabean adalah:
a. Mengetahui biaya-biaya yang harus ditambahkan pada harga yang
sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar
b. Mengetahui biaya-biaya yang harus dikurangkan pada harga yang
sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar
c. Mengetahui biaya-biaya pembongkaran barang di pelabuhan Indonesia
d. Mengetahui biaya-biaya transportasi barang dari pelabuhan Indonesia
ke gudang auditee
3) Berikut ini adalah sasaran dalam program audit kawasan berikat, kecuali:
a. Bahan Baku
b. Barang Jadi
c. Barang Busuk
d. Barang Konsinyasi
4) Di bawah ini yang bukan merupakan Tujuan audit sasaran tembakau
rajang adalah:

92
a. Menguji pemasukan tembakau
b. Menguji penjualan tembakau
c. Menguji kualitas tembakau
d. Menguji kebenaran pemakaian tembakau
5) Contoh data bukti relevan produksi batang rokok adalah:
a. PBCK-1
b. CK-5
c. CK-4C
d. CK-4B

93
JOINT ANALYSIS DAN JOINT AUDIT

Tujuan Pembelajaran:
Pada bab ini mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep dan prosedur Joint Analysis
2. Memahami konsep dan prosedur Joint Audit
3. Memahami konsep pemanfaatan Joint Analysis
4. Memahami konsep pemanfaatan Joint Audit
BAB
Sebagai bentuk sinergi antar unit Eselon I di dalam Kementerian Keuangan
untuk mencapai target Kementerian Keuangan, terdapat beberapa bentuk
program kerjasama dalam bentuk joint program, yaitu: joint analisis, joint audit,
joint investigasi, joint collection, secondment, serta joint proses bisnis dan single
profile. Dua kerjasama yang terkait dengan Direktorat Audit Kepabeanan dan
Cukai adalah joint analisis dan joint audit.
A. Joint Analisis
Joint analisis adalah kegiatan analisis yang dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea Cukai secara bersama untuk
menelaah tingkat kepatuhan Wajib Pajak di bidang pajak dan/atau kepabeanan
dan cukai tujuan meningkatkan kepatuhan dan mengoptimalkan penerimaan
negara, serta pemutakhiran profil perpajakan. Kemudian Direktorat Jenderal
Anggaran, yang memiliki kewenangan dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP), turut bergabung dalam program ini karena secara proses bisnis belum
ada mekanisme pengawasan yang optimal dalam sisi (PNBP) sehingga dengan
adanya joint dapat dioptimalkan dari sisi penerimaan negara, sehingga dibentuklah
joint analisis bersama.
Dasar hukum pelaksanaan joint analisis adalah:
1. Keputusan Bersama DJP dan DJBC Nomor KEP-195/PJ/2018 dan KEP-
182/BC/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Joint Analysis Antara Direktorat
Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Terhadap Wajib Pajak
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-124/KMK.01/2019 tentang Joint
Tim Pelaksanaan Reformasi Perpajakan dan Penguatan Reformasi
Kepabeanan dan Cukai
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-704/KMK.01/2019 tentang
Program Sinergi Reformasi DJP, DJBC, dan DJA
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-866/KMK.01/2019 tentang
Pertukaran Data antara Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai, dan Lembaga National Single Window
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-178/KMK.01/2020 tentang
Pembentukan Tim Implementasi Program Sinergi ReformasiDirektorat
Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai Tahun Anggaran 2020

94
Keputusan bersama tentang petunjuk pelaksanaan Joint analisis adalah
1. Perencanaan, perencanaan Joint Analysis dituangkan dalam Daftar Sasaran
Analisis Bersama (DSAB)
2. Pelaksanaan, pelaksanaan Joint Analysis dituangkan dalam suatu bentuk
Laporan Hasil Analisis sesuai dengan ketentuan dan peraturan di DJP dan
DJBC
3. Tindak lanjut/monitoring, laporan hasil analisis ditindaklanjuti oleh DJP dan
DJBC sesuai dengan kewenangan dan ketentuan yang berlaku
Pelaku joint analisis:
1. Direktorat Jenderal Pajak: Dit. Potensi; Kepatuhan & Penerimaan, Bidang
Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan, Kepala Kantor Pelayanan
2. Direktorat Jenderal Bea Cukai: Tenaga Pengkaji Pengawasan dan
Penegakan Hukum, Bidang Kepabeanan, Kepala Kantor Pelayanan
3. Direktorat Jenderal Anggaran: Dit. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Prosedur joint analisis:
1. Unit vertikal dari Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
dan Direktorat Jenderal Anggaran menyiapkan data untuk joint analisis
2. Ketiga unit di atas bertemu untuk menetapkan tema dan objek
3. Data yang diperoleh dari ketiga unit akan dikumpulkan dan dianalisis
bersama, dengan asistensi dan supervise dari Dit PKP DJP, Dit Audit DJBC,
Dit PNBP DJA.
4. Hasil dari pelaksanaan adalah Laporan Joint Analisis
5. Laporan ini akan ditindaklanjuti dengan rekomendasi untuk masing-masing
unit Eselon I
Hasil dari Joint analisis:
1. Daftar Sasaran Analisis Bersama (DSAB)
Daftar Sasaran Analisis Bersama yang ditetapkan awal tahun berisi daftar
WP berikut analisa dan potensinya yang disepakati oleh DJP, DJBC, dan DJA
yang dituangkan dalam Berita Acara DSAB
2. Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP)
Kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah sebelum memberikan layanan
publik tertentu guna mendapatkan keterangan status wajib pajaknya, dalam hal
ini adalah pelayanan kepabeanan dan cukai yang dapat diblokir apabila
perusahaan tidak memberikan laporan kepada pemerintah

Pemanfaatan Joint analisis:


1. Bagi Direktorat Jenderal Pajak adalah rekomendasi:
 Pemutakhiran Profil Wajib Pajak
 Himbauan kepada Wajib Pajak
 Pemeriksaan Wajib Pajak
 Bukti Permulaan
2. Bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah rekomendasi:
 Profil pengguna layanan
 Pelayanan
 Audit Kepabeanan dan Cukai
 Pengawasan
 Penelitian Ulang

95
B. Joint Audit
Joint audit adalah kegiatan pemeriksaan pajak, audit kepabeanan dan/atau
audit cukai yang dilakukan bersama-sama oleh pemeriksa pajak dan auditor bea
dan cukai terhadap WP (auditee), yang dilaksanakan sesuai dengan pedoman
pelaksanaan. Latar belakang joint audit adalah percepatan layanan pajak serta
kepabeanan dan cukai sebagai pengaruh globalisasi. Selain itu, terdapat
keterkaitan tugas dan fungsi penerimaan DJP-DJBC dan perbedaan fokus pabean
pada dokumen transaksional, dan pajak pada dokumen periodik. Penyebab lain
joint audit adalah perbedaan sumber daya manusia dan data DJP dan DJBC
namun dapat saling melengkapi. Sehingga dilakukan kerjasama dan pertukaran
informasi dalam bentuk joint audit. Dasar hukum pelaksanaan audit adalah
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: 504/KMK.09/2015 tentang Joint Audit
antara Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Tujuan
joint audit adalah mengoptimalkan penerimaan negara dan penegakan hukum di
bidang pajak, kepabeanan dan/atau cukai, serta menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan baik untuk tahun berjalan maupun untuk tahun-tahun
sebelumnya.
Mekanisme joint audit adalah:
1. Joint audit DJP-DJBC merupakan dua proses (pemeriksaan pajak dan audit
BC) yang dilakukan bersama, tetapi tetap berpedoman kepada peraturan
perundang-undangan dan standar audit masing-masing.
2. Pada pelaksanaan joint audit, pemeriksaan pajak berpedoman pada
peraturan dan standar pemeriksaan pajak, sedangkan audit BC berpedoman
pada peraturan tatalaksana dan standar audit BC.
3. Proses joint audit tersebut diawali dari penerbitan tiga jenis surat tugas dan
menghasilkan dua laporan sebagai produk hukum dan satu laporan untuk
keperluan internal komite.
Laporan hasil joint audit adalah:
1. Direktorat Jenderal Pajak  Laporan Hasil Pemeriksaan
2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai  Laporan Hasil Audit
3. Laporan Joint Audit
Susunan Tim Join Audit DJP – DJBC
1. Pengarah
Ketua : Menteri Keuangan
Anggota : Dirjen Pajak
Dirjen Bea dan Cukai
Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
2. Komite
Ketua, wakil ketua, dan anggota komite
3. Pengawas Mutu
Pejabat DJP, pejabat DJBC, dan Auditor Itjen Kemenkeu
4. Sekretariat
Itjen, DJP, DJBC, dan dikepalai Pejabat Itjen
5. Tim Pelaksana
Supervisor

96
Ketua Tim
Anggota Tim
Kerjasama yang dilakukan dalam joint audit:
1. Saat Perencanaan: pembahasan bersama tema, kriteria dan WP yang diaudit
2. Saat Pelaksanaan: pemanggilan, permintaan keterangan, peminjaman data,
observasi, pengujian dan pemeriksaan bersama untuk objek beririsan
3. Saat pelaporan: Quality Assurance dan penggabungan LHA dan LHP menjadi
LJA
Pertukaran Informasi yang dilakukan dalam joint audit:
1. Pertukaran antarintansi DJP-DJBC
2. Pertukaran antar anggota tim
Pemanfaatan Joint audit:
Pemanfaatan joint audit adalah pengoptimalan penerimaan negara dan
penegakan hukum di bidang perpajakan, kepabeanan dan/atau cukai melalui
kerjasama dan pertukaran informasi.

RINGKASAN
Joint analisis dan joint audit adalah contoh bentuk sinergi dalam kementerian
keuangan untuk memenuhi tugas pokok dan fungsi yang diberikan. Joint analisis
adalah bentuk kerjasama antara unit eselon I yang memiliki tugas penerimaan,
yaitu: Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC), serta Direktorat Jenderal Anggaran. Sinergi ini berusaha untuk
mengoptimalkan penerimaan negara dengan menggabungkan informasi dan
analisis agar diperoleh hasil analisis yang yang saling melengkapi. Hasil dari
joint analisis ini untuk DJBC adalah: profil pengguna layanan, pelayanan, audit
Kepabeanan dan Cukai, pengawasan, penelitian Ulang. Sedangkan joint audit
adalah kegiatan pemeriksaan pajak, audit kepabeanan dan/atau audit cukai
yang dilakukan bersama-sama oleh pemeriksa pajak dan auditor bea dan cukai
terhadap WP (auditee), yang dilaksanakan sesuai dengan pedoman
pelaksanaan. Pelaksanaan joint audit menggabungkan informasi dan sumber
daya manusia dari DJP dan DJBC untuk mengoptimalkan penerimaan negara
dan penegakan hukum di bidang perpajakan, kepabeanan dan/atau cukai
melalui kerjasama dan pertukaran informasi.

LATIHAN/PENUGASAN

Latihan

1) Joint analisis adalah kerjasama antara tiga eselon I, yaitu … kecuali:


a. Direktorat Jenderal Pajak
b. Direktorat Jenderal Bea Cukai
c. Direktorat Jenderal Anggaran
d. Direktorat Jenderal Perbendaharaan

97
2) Daftar Sasaran Analisis Bersama (DSAB) adalah:
a. Daftar Sasaran Analisis Bersama yang ditetapkan awal tahun berisi
daftar WP berikut analisa dan potensinya yang disepakati oleh DJP,
DJBC, dan DJA yang dituangkan dalam Berita Acara DSAB
b. Daftar Sasaran Analisis Bersama yang ditetapkan sepanjang tahun
berisi daftar WP berikut analisa dan potensinya yang disepakati oleh
DJP, DJBC, dan DJA yang dituangkan dalam Berita Acara DSAB
c. Daftar Sasaran Analisis Bersama yang ditetapkan akhir tahun berisi
daftar WP berikut analisa dan potensinya yang disepakati oleh DJP,
DJBC, dan DJA yang dituangkan dalam Berita Acara DSAB
d. Daftar Sasaran Analisis Bersama yang ditetapkan awal tahun berisi
daftar WP berikut analisa dan potensinya yang dibuat oleh DJP dan
diikuti DJBC, dan DJA yang dituangkan dalam Berita Acara DSAB
3) Berikut ini adalah pemanfaatan joint analisis bagi Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai, kecuali rekomendasi:
a. Himbauan kepada wajib pajak
b. Bukti permulaan
c. Pemeriksaan pajak
d. Penelitian ulang
4) Pernyataan berikut ini yang sesuai dengan mekanisme jont audit adalah:
a. Joint audit DJP-DJBC merupakan dua proses (pemeriksaan pajak dan
audit BC) yang dilakukan bersama dan berpedoman kepada peraturan
perundang-undangan dan standar pemeriksaan pajak.
b. Joint audit DJP-DJBC merupakan dua proses (pemeriksaan pajak dan
audit BC) yang dilakukan bersama berpedoman kepada peraturan
perundang-undangan dan standar kepabeanan dan cukai
c. Joint audit DJP-DJBC merupakan dua proses (pemeriksaan pajak dan
audit BC) yang dilakukan bersama, tetapi tetap berpedoman kepada
peraturan perundang-undangan dan standar audit masing-masing.
d. Joint audit DJP-DJBC merupakan dua proses (pemeriksaan pajak dan
audit BC) yang dilakukan bersama dan berpedoman kepada peraturan
perundang-undangan dan standar pemeriksaan inspektorat jenderal
kementerian keuangan.
5) Di bawah ini adalah laporan yang dibuat dalam pelaksanaan joint audit:
a. Laporan Pemeriksaan Joint
b. Laporan Hasil Audit Joint
c. Laporan Joint Audit
d. Laporan Pemeriksaan Bersama DJP dan DJBC

98
PENYUSUNAN KERTAS KERJA AUDIT (KKA)
DALAM AUDIT ATAS IMPORTIR UMUM /
IMPORTIR PRODUSEN

Tujuan Pembelajaran:
Pada bab ini mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep penyusunan KKA Pengujian Nilai Importir
Umum/Importir Produsen
2. Memahami konsep penyusunan KKA Pengujian Tarif importir
Umum/Importir Produsen
3. Memahami konsep penyusunan KKA Jumlah dan Jenis Importir
Umum/Importir Produsen BAB
4. Memahami konsep penyusunan KKA Pengujian Lainnya Importir
Umum/Importir Produsen

Penyusunan Kertas Kerja Audit (KKA) dalam pelaksanaan audit


didasarkan pada aktivitas yang dilakukan oleh tim audit berdasarkan pengujian
yang mengacu pada program audit sesuai dengan kegiatan kepabeanan dan/atau
cukai yang dilakukan oleh objek audit/auditee. Pada audit importir umum/importir
produsen, KKA yang umum dibuat adalah yang terkait dengan penggunaan
layanan kepabeanan. Dalam hal ini adalah layanan terkait importasi barang.
Bentuk ikatan hukum antara auditee (importir) dengan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai adalah pemberitahuan pabean berbentuk Pemberitahuan Impor Barang
(PIB).
Kepatuhan yang akan diuji oleh tim audit dalam audit importir umum adalah
kepatuhan dalam hal pemberitahuan:
1. Nilai Pabean
2. Tarif
3. Jumlah dan Jenis
4. Lainnya
Pada bab ini akan dibahas contoh teknik untuk menguji kepatuhan-
kepatuhan di atas secara sederhana. Hasil dari pengujian berdasarkan program
audit ini adalah dasar dalam penyusunan Kertas Kerja Audit importir
umum/importir produsen

A. Kertas Kerja Audit Nilai Pabean


Tim audit dalam melakukan pengujian akan membandingkan data dari
pemberitahuan pabean dengan data pembukuan perusahaan. Data
pemberitahuan pabean diperoleh tim audit dari unit pelaksanaan audit yang
bersumber dari Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai (Dit IKC).
Pemberitahuan pabean yang diperoleh berupa data pemberitahuan pabean
auditee sesuai periode pemeriksaan dalam bentuk PIB detail dan PIB doc
(header). Kedua data ini memiliki kelebihan masing-masing dalam pengujian
kepatuhan.

99
Kedua data di atas perlu dipadukan oleh tim audit karena secara umum,
auditee mencatat pembukuan dengan menggunakan dasar dokumen invoice, dan
sangat jarang perusahaan menggunakan PIB sebagai dasar pembukuan. Dalam
pengujian audit, pertama-tama auditor harus menyajikan data dengan lengkap
tersambung antara data dokumen kepabeanan dengan data pembukuan
perusahaan. Oleh karena itu, auditor harus mengolah data PIB, data invoice dan
data pembukuan/pembayaran auditee agar dapat saling tersambung dan dapat
menggambarkan keseluruhan proses yang utuh mulai sejak deklarasi kepabeanan
(PIB) sampai dengan pembukuan atas pembelian dan transaksi pembayaran ke
supplier. Di bawah ini adalah contoh data dari Dit IKC serta data pembukuan
perusahaan

Gambar XII.1 Contoh PIB Detail

Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis

Gambar XII.2 Contoh PIB Doc (Header)

100
Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis

Gambar XII.3 Contoh Pembukuan Perusahaan atas Nilai Transaksi

Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis

Dari tiga contoh di atas dapat dilihat, bahwa dalam pembukuan perusahaan
atas nilai transaksi, tidak terdapat data nomor PIB, namun terdapat data invoice.
Data invoice terdapat dalam PIB doc, namun data nilai barang terdapat dalam PIB
detail. Sehingga untuk menguji nilai pabean, maka tim audit akan menggunakan
kombinasi tiga data ini.
Sebagai contoh hasil pengujian:
1. Nomor PIB 276687 untuk deskripsi barang IB-083K dari data PIB detail.
2. Untuk nomor PIB ini apabila dilihat pada data PIB doc, nomor invoicenya
adalah 90046816.
3. Data invoice 90046816 dengan deskripsi barang IB-083K terdapat dalam data
pembukuan perusahaan.
4. Dalam data PIB detail, nilai pabean (CIF) adalah USD 61.972,32
5. Dalam data pembukuan, nilai pembelian adalah USD 30.986,16 untuk dua kali
pemasukan.
6. Dari pembandingan ini dapat diketahui bahwa nilai dalam pemberitahuan
pabean dan nilai dalam pembukuan adalah USD 61.972,32

101
Contoh hasil pengujian dapat dilihat pada gambar selanjutnya
Gambar XII.4 Contoh Hasil Pengujian Nilai Transaksi

Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis


Hasil pengujian di atas akan dilakukan untuk semua PIB yang masuk dalam
periode pemeriksaan. Hasil pengujian ini akan didokumentasikan dalam bentuk
KKA pengujian nilai dengan format dan bentuk seperti contoh KKA pada bab
sebelumnya.

B. Kertas Kerja Audit Tarif


Dalam pengujian tarif, tim audit akan menguji kebenaran pemberitahuan
klasifikasi dan tarif dari auditee. Untuk contoh pengujian ini, akan diberikan contoh
hasil pengujian ke unit pengujian dan identifikasi barang DJBC (dahulu BPIB
sekarang BLBC). Berikut adalah contoh hasil pengujian dan identifikasi untuk
barang dengan deskripsi IB-083K
Gambar XII.5 Contoh Pengujian Tarif

Contoh hasil pengujian:

Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis

Contoh hasil pengujian:


1. Dalam PIB, auditee memberitahukan IB-083K masuk ke dalam kode HS
27101941
2. Dalam BTKI, deskripsi takik satu untuk pos 4 digit HS 27.10 adalah:
Minyak petroleum dan minyak yang diperoleh dari mineral mengandung
bitumen (selain mentah) dan preparat tidak dirinci atau termasuk dalam pos
manapun, mengandung minyak petroleum atau minyak yang diperoleh dari

102
mineral mengandung bitumen 70 % atau lebih menurut beratnya, minyak ini
merupakan unsur dasar dari preparat tersebut, selain yang mengandung biodiesel
dan selain minyak sisa
3. Dari data pengujian diperoleh informasi bahwa nilai bitumen kurang dari 70%.
4. Untuk itu, maka untuk barang IB-083K akan dipindahkan bukan di bab 27
namun ke HS 34031111
5. Terdapat perubahan tarif bea masuk dari 0% menjadi 5%

Contoh hasil pengujian dapat dilihat pada gambar selanjutnya.


Gambar XII.6 Contoh Pengujian Tarif

Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis

Hasil pengujian di atas akan dilakukan untuk semua PIB yang masuk dalam
periode pemeriksaan. Hasil pengujian ini akan didokumentasikan dalam bentuk
KKA pengujian nilai dengan format dan bentuk seperti contoh KKA pada bab
sebelumnya.

C. Kertas Kerja Audit Jumlah Dan Jenis


Sebagai contoh pengujian jumlah dan jenis, akan menggunakan contoh
barang yang sama dengan contoh di atas, yaitu IB-083K. Cara mengujinya adalah:
1. Nomor PIB 276687 untuk deskripsi barang IB-083K dari data PIB detail.
2. Untuk nomor PIB ini apabila dilihat pada data PIB doc, nomor invoicenya
adalah 90046816.
3. Data invoice 90046816 dengan deskripsi barang IB-083K terdapat dalam data
pembukuan perusahaan.
4. Dalam data PIB detail, kuantitas barang (CIF) adalah 38,540 TNE
5. Dalam data pembukuan, kuantitas barang adalah 23.167 liter untuk dua kali
pemasukan
6. Dari pembandingan ini dapat diketahui bahwa kuantits dalam pemberitahuan
pabean dan nilai dalam pembukuan adalah berbeda yaitu: 38,540 TNE untuk
PIB dan 46.334 liter untuk pembukuan perusahaan. Dalam hal ini tim audit
tidak dapat langsung memutuskan terjadi kesalahan pemberitahuan jumlah,

103
namun perlu menguji berat jenis barang untuk menentukan apakah 38,540
TNE adalah sama atau berbeda dengan 46.334 liter
Gambar XII.7 Contoh Pembukuan Perusahaan atas Kuantitas Barang

Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis

Contoh hasil pengujian dapat dilihat pada gambar selanjutnya


Gambar XII.8 Contoh Pengujian Jumlah

Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis


Hasil pengujian di atas akan dilakukan untuk semua PIB yang masuk dalam
periode pemeriksaan. Hasil pengujian ini akan didokumentasikan dalam bentuk
KKA pengujian nilai dengan format dan bentuk seperti contoh KKA pada bab
sebelumnya.

D. Kertas Kerja Audit Lainnya (Kurs)


Selanjutnya akan dilakukan contoh pengujian kurs, sebagai bentuk
pengujian lainnya. Pengujian kurs dilakukan untuk memeriksa apakah nilai kurs

104
yang dilaporkan auditee dalam PIB telah sesuai dengan kurs yang ditetapkan oleh
pemerintah untuk melakukan importasi, yaitu kurs pajak kementerian keuangan.
Kurs ini terdapat pada website beacukai dan dapat dilihat pada contoh di bawah
ini

Gambar XII.9 Tampilan Situs DJBC Kurs Pajak

Sumber: Diakses dari https://www.beacukai.go.id/kurs.html

Dengan menggunakan contoh nomor PIB dan barang yang sama dengan
pengujian sebelumnya, maka akan diuji pelaporan kurs untuk nomor PIB 276687
tanggal 5 Juli 2012. Auditee melaporkan nilai kurs yang digunakan adalah
Rp9.499,- untuk 1 USD. Hasil penelusuran web adalah seperti di bawah ini
Gambar XII.10 Tampilan Konversi Kurs Pajak di Situs DJBC

Sumber: Diakses dari https://www.beacukai.go.id/kurs.html

105
Dari hasil penelusuran di web dapat diketahui bahwa pelaporan auditee
dan kurs yang ditetapkan oleh kementerian keuangan adalah sama, yaitu 1 USD
= Rp9.499,-
Contoh hasil pengujian dapat dilihat pada gambar selanjutnya

Gambar XII.11 Hasil Pengujian Kurs Pajak yang diberitahukan dalam PIB

Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis


Hasil pengujian di atas akan dilakukan untuk semua PIB yang masuk dalam
periode pemeriksaan. Hasil pengujian ini akan didokumentasikan dalam bentuk
KKA pengujian nilai dengan format dan bentuk seperti contoh KKA pada bab
sebelumnya.

RINGKASAN
Dalam melakukan pengujian pada audit importir umum/importir produsen, tim
audit akan memeriksa pemberitahuan pabean yang dibuat oleh auditee.
Pemeriksaan yang secara umum dilakukan adalah pengujian nilai pabean, tarif,
serta jumlah dan jenis. Dalam kasus tertentu dapat ditambahkan pengujian
lainnya seperti pengujian kurs untuk importir MITA. Data dan informasi yang
digunakan untuk pengujian dapat diperoleh dari beberapa sumber, yaitu:
internal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Direktorat IKC, BLBC, dan lainnya)
serta eksternal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (auditee). Data dari Direktorat
IKC secara umum terdiri dari PIB doc dan PIB detail yang masing-masing
memiliki kelebihan.

LATIHAN/PENUGASAN

Latihan
1) Data yang diberikan oleh Direktorat IKC untuk audit kepabeanan berupa:
a. Laporan keuangan audited perusahaan
b. Laporan Surveyor

106
c. Hardcopy PIB
d. PIB doc
2) Tim audit akan menguji nilai pabean dalam PIB dengan data pembukuan
perusahaan untuk:
a. Pembelian
b. Penerimaan barang
c. Pembayaran gaji karyawan
d. Penjualan
3) Untuk menguji tarif yang diberitahukan oleh auditee, tim audit dapat
meminta bantuan unit di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menguji
dan mengidentifikasi barang, yaitu
a. Balai Pengujian dan Identifikasi Barang (BPIB)
b. Surveyor Indonesia
c. Sucofindo
d. Balai Laboratorium Bea Cukai (BLBC)
4) Pada saat pengujian jumlah, perbedaan nilai kuantitas tidak selalu
memberikan hasil kesalahan jumlah karena:
a. Perbedaan yang ada karena penguapan
b. Perbedaan yang ada karena eksportir mengirimkan kelebihan barang
c. Perbedaan yang ada karena perbedaan satuan yang digunakan
d. Perbedaan yang ada karena perbedaan barang yang dikirim
5) Pada pengujian kurs, kurs yang digunakan berdasarkan:
a. Kurs Tengah Bank Indonesia
b. Kurs rata-rata bulanan Bank Indonesia
c. Kurs Pajak Kementerian Keuangan
d. Kurs Bank dalam negeri

107
PROSEDUR PENELITIAN ULANG

Tujuan Pembelajaran:
Pada bab ini mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep prosedur Risalah Hasil Analisis (RHA)
2. Memahami konsep prosedur Pelaksanaan Penelitian Ulang

BAB
Penelitian ulang adalah penelitian kembali atas tarif dan/atau nilai pabean
yang diberitahukan dalam dokumen pemberitahuan pabean impor dan penelitian
kembali atas tarif, harga, jenis dan/atau jumlah barang yang diberitahukan dalam
dokumen pemberitahuan pabean ekspor melalui pengujian dengan data, informasi
dan dokumen lain terkait yang dilakukan Kantor Pusat, Kantor Wilayah, atau
Kantor Pelayanan Utama oleh Pejabat Bea Cukai. Berdasarkan definisi tersebut,
maka dapat diketahui bahwa objek dari penelitian ulang adalah dokumen
pemberitahuan pabean impor dan dokumen pemberitahuan pabean ekspor.
Dasar Hukum pelaksanaan penelitian ulang adalah:
1. PER-08/BC/2017 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penelitian Ulang
2. PER-25/BC/2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Bea
dan Cukai Nomor Per-08/BC/2017 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penelitian
Ulang
Pada pembahasan bab ini akan dijelaskan dua prosedur dalam
pelaksanaan penelitian ulang, yaitu: penyusunan Risalah Hasil Analisis (RHA)
penelitian ulang dan pelaksanaan penelitian ulang. Risalah Hasil Analisis secara
umum adalah informasi yang dibuat oleh unit perencanaan Direktorat Audit
Kepabeanan dan Cukai atau bidang Kepabeanan di Kanwil/KPU BC, yang berisi
alasan utama dilakukannya penelitian ulang terhadap dokumen pabean, sehingga
atas dokumen tersebut perlu ditindaklanjuti dengan pelaksanaan penelitian ulang.
Sedangkan pelaksanaan penelitian ulang adalah bagaimana proses pelaksanaan
penelitian ulang itu sendiri.

A. Penyusunan Risalah Hasil Analisis (RHA)


Sebelum RHA dibuat, akan dilakukan perencanaan penelitian ulang
terlebih dahulu. Pelaksana perencanaan ini adalah:
1. Kasubdit Perencanaan pada Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai
 Objek penelitian ulang meliputi lintas kantor wilayah atau kantor pelayanan
utama dan/atau berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
 Contoh:
a. Penelitian ulang dengan tema komoditas yang PIB dengan pelabuhan
bongkar dibeberapa kantor wilayah

108
b. Penelitian ulang atas PIB yang akan kadaluarsa pada pelaksanaan audit
c. Penelitian ulang atas PIB perluasan dari temuan LHA Audit
2. Kepala Bidang yang menangani kepabeanan pada Kanwil / KPU BC
 Objek penelitian ulang di lingkungan kantor wilayah atau kantor pelayanan
utama tersebut
 Contoh: Penelitian ulang dengan tema komoditas dengan pelabuhan bongkar
KPPBC diwilayah Kantor Wilayah Tersebut
Dalam proses pembuatan RHA, akan dilakukan proses penentuan objek
analisis dengan cara:
1. Analisis data dan informasi berdasarkan manajemen risiko, yaitu analisis rutin
yang dapat dilakukan bersama analis dari unit satuan kerja lainnya.
2. Rekomendasi unit lain, merupakan rekomendasi dari: Pejabat Eselon II,
Kasubdit atau Tim Audit, Kabid, dan Instansi lain. Rekomendasi yang
diberikan minimal memuat informasi atas: identitas objek, alasan, bukti
pendukung yang menguatkan, dan ketentuan yang dilanggar.
Untuk mendukung analisis penentuan objek penelitian ulang, Kepala
Subdirektorat Perencanaan Audit atau Pejabat yang ditunjuk di Kantor Wilayah
atau KPU dapat melakukan kegiatan observasi lapangan untuk mendapatkan
data dan informasi tambahan yang dibutuhkan.
Apabila hasil analisis dari dua hal di atas merupakan objek penelitian ulang,
maka akan dibuat Risalah Hasil Analisis (RHA). RHA ini akan disampaikan
kepada Direktur Audit dan akan diteruskan ke Kasubdit Perencanaan untuk
dilakukan pengecekan, apakah sedang dilakukan penelitian ulang atau audit
kepabeanan dan cukai. Dalam hal objek penelitian ulang yang disampaikan
belum atau tidak sedang dilakukan penelitian ulang atau audit, maka Kepala
Subdirektorat Perencanaan menentukan RHA akan ditindaklanjuti dengan
penelitian ulang atau audit. Apabila RHA akan ditindaklanjuti dengan penelitian
ulang, maka akan diteruskan ke Subdirektorat Pelaksanaan atau Kepala Kanwil
/ Kepala KPU untuk ditindaklanjuti dengan pembuatan Nomor Penugasan
Penelitian Ulang (NPP) sebagai dasar penerbitan Surat Tugas (ST) untuk
melaksanakan penelitian ulang.
Objek Penelitian ulang adalah:
1. Dokumen Pemberitahuan Pabean Impor
 Berumur lebih dari 30 hari sejak tanggal pendaftaran
 Pemberitahuan Tarif
 Pemberitahuan Nilai Pabean
2. Dokumen Pemberitahuan Pabean Ekspor
 Berumur lebih dari 45 hari sejak tanggal pendaftaran PEB atas migas dan
BBM
 Berumur lebih dari 30 hari sejak tanggal pendaftaran PEB atas selain migas
dan BBM
 Pemberitahuan Tarif Bea Keluar
 Pemberitahuan Harga Ekspor
 Pemberitahuan Jenis Barang Ekspor dan/atau
 Pemberitahuan Jumlah Barang Ekspor

109
Isi dari Risalah Hasil Analisis (RHA) adalah:
1. Jenis dokumen, yaitu penjelasan terkait jenis pemberitahuan pabean impor
misalnya BC 2.0, BC 2.8, BC 2.5 dan pemberitahuan pabean ekspor yaitu BC
3.0.
2. Jenis Pelanggaran, yaitu penjelasan terkait kesalahan Klasifikasi/tarif, nilai
pabean, harga ekspor, jenis barang ekspor, dan jumlah barang ekspor
3. Dokumen/bukti pendukung, yaitu penjelasan terkait dokumen/bukti
pendukung awal misalnya: PIB, Penetapan Klasifikasi Sebelum Impor (PKSI),
Surat referensi dari Direktorat Teknis Kepabeanan, dll
4. Data transaksi, yaitu penjelasan terkait informasi Klasifikasi/tarif, nilai pabean,
harga ekspor, jenis barang ekspor, dan jumlah barang ekspor yang
diberitahukan dan hasil penelitian ulang.
5. Analisis/prosedur, yaitu penjelasan terkait Analisis penetapan penelitian
ulang, surat usulan, referensi penetapan, identifikasi barang berupa gambar
komoditas berikut spesifikasinya (dari open source atau LHP jika PIB jalur
merah), alasan klasifikasi (Catatan Pos, Sub pos BTKI, explanatory notes),
dan informasi lainnya yang dianggap perlu diketahui oleh pemeriksa bea cukai
yang akan melakukan penelitian ulang.
6. Potensi tagihan, yaitu penjelasan terkait hitungan potensi tagihan.
7. Kesimpulan, yaitu penjelasan terkait kesimpulan hasil analisis dan
rekomendasinya.

Contoh referensi yang digunakan dalam analisis RHA rutin:


1. Nota Pembetulan PDTA (PFPD) yang sudah dicleansing salah tarif non
preferential
2. Penetapan Klasifikasi Sebelum Impor (PKSI)
3. Hasil Uji Lab dari BLBC
4. Referensi barang yang pernah dilakukan Penelitian Ulang
5. Database dari Direktorat Keberatan dan Banding atas kemenangan banding
di pengadilan pajak
6. Referensi lain dalam bentuk SR Dit Teknis, Database Klasifikasi Teknis,
Referensi ND bidang lain, Resiprokal AC FTA -AK FTA, Database
BMAD/BMTP.

B. Pelaksanaan Penelitian Ulang


Setelah Nomor Penugasan Penelitian Ulang diterbitkan oleh Direktur Audit
Kepabeanan dan Cukai, maka Kepala Subdit Pelaksanaan/Kepala
Kanwil/Kepala KPU akan menindaklanjuti dengan penerbitan surat tugas
penelitian ulang, maksimal dalam jangka waktu 10 hari. Apabila dalam waktu 10
hari belum ditindaklanjuti maka Kepala Subdit Pelaksanaan/Kepala
Kanwil/Kepala KPU menyampaikan kepada Direktur Audit Kepabeanan dan
Cukai maksimal tanggal 10 pada bulan berikutnya.
Jangka waktu pelaksanaan penelitian ulang adalah:

110
1. Harus diselesaikan dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal diterbitkannya
surat tugas
2. Apabila belum selesai, pejabat pemeriksa dapat mengajukan permohonan
perpanjangan penyelesaian penelitian ulang kepada Direktur, Kepala Kanwil,
atau Kepala KPU dengan menyebutkan alasan keterlambatannya. Jangka
waktu penyelesaian penelitian ulang dapat diperpanjang paling lama 30 hari
dan tidak dapat diperpanjang kembali.
Perbedaan kriteria permintaan data dalam penelitian ulang dan audit
1. Permintaan data penelitian ulang
Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal diterimanya
surat peringatan kedua (SP2) perusahaan tidak menyerahkan seluruh atau
sebagian data/dokumen, keterangan yang diminta, atau contoh barang, maka
Pejabat Pemeriksa melaksanakan penelitian ulang berdasarkan data yang ada
2. Permintaan data audit
Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga hari kerja sejak tanggal diterimanya
surat peringatan kedua (SP2) perusahaan tidak menyerahkan seluruh atau
sebagian data/dokumen, maka akan diterbitkan BAPA (Berita Acara Penghentian
Audit) dan direkomendasikan Blokir Akses Kepabeanan

Wewenang Pejabat Bea Cukai dalam melaksanakan penelitian ulang


adalah:
1. Meminta data dan/atau dokumen;
2. Meminta contoh barang;
3. Melakukan konsultasi dan/atau meminta keterangan lisan dan/atau tertulis
kepada pihak perusahaan atau orang yang diberi kuasa untuk mewakili
perusahaan; dan/ atau
4. Melakukan pengujian contoh barang melalui laboratorium dan identifikasi
barang Bea dan Cukai dan/atau laboratorium lainnya sesuai dengan
ketentuan yang mengatur mengenai pengujian laboratorium yang berlaku
Prosedur pelaksanaan penelitian ulang:
1. Penelitian Ulang terkait tarif barang impor
 Menguji kesesuaian klasifikasi dan pembebanan atas barang yang
diberitahukan dalam dokumen pabean impor melalui pembandingan dengan
data dan/atau dokumen serta informasi terkait;
 Mengajukan permintaan uji laboratorium untuk mengidentifikasi jenis
barang dalam hal diperlukan; dan / atau
 Menetapkan klasifikasi dan pembebanan atas barang sesuai dengan
ketentuan yang mengatur mengenai penetapan sistem klasifikasi barang dan
pembebanan tarif
2. Penelitian Ulang terkait nilai pabean impor
 Meneliti nilai pabean yang diberitahukan dalam dokumen pabean impor;
 Mengajukan permintaan uji laboratorium untuk mengidentifikasi jenis barang
dalam hal diperlukan; dan/atau
 Menetapkan nilai pabean impor sesuai dengan ketentuan yang mengatur
mengenai nilai pabean

111
3. Penelitian Ulang terkait tarif bea keluar dan harga ekspor
 Melakukan identifikasi jenis barang;
 Menetapkan klasifikasi barang dan pembebanan bea keluar sesuai dengan
ketentuan yang mengatur mengenai klasifikasi barang; dan/atau
 Menetapkan harga ekspor sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai
harga ekspor

4. Penelitian Ulang terkait jumlah dan jenis barang ekspor


 Menguji kesesuaian jumlah dan jenis barang yang diberitahukan dalam
dokumen pabean ekspor melalui pembandingan dengan data dan/atau
dokumen serta informasi terkait;
 Mengajukan permintaan uji laboratorium untuk mengidentifikasi jenis barang
dalam hal diperlukan; dan/atau
 Menetapkan jumlah dan jenis barang ekspor sesuai dengan ketentuan yang
mengatur mengenai tata laksana ekspor
Administrasi proses pelaksanaan penelitian ulang:
1. Surat Tugas Penelitian Ulang
Dasar hukum pelaksanaan penelitian ulang
2. Kertas Kerja Penelitian Ulang (KKPU), minimal memuat:
a. Untuk penelitian ulang atas pemberitahuan pabean impor:
 Data perusahaan
 Nilai pabean dan/atau tarif impor yang diberitahukan
 Nilai pabean dan/atau tarif impor hasil Penelitian Ulang
 Keterangan/alasan penetapan
b. Untuk penelitian ulang atas pemberitahuan pabean ekspor:
 Data perusahaan
 Jumlah, jenis, tarif dan harga ekspor yang diberitahukan
 Jumlah, jenis, tarif dan harga ekspor hasil penelitian ulang; dan
 Keterangan/alasan penetapan
3. Nota Hasil Penelitian Ulang (NHPU) dibuat berdasarkan KKPU, yang berisi:
 Nomor NHPU, Tanggal dan NPP
 Identitas Perusahaan, NPWP dan Alamat
 Riwayat Penugasan berupa Surat Tugas
 Nomor dan tanggal RHA serta indikasi kesalahan pemberitahuan pada
dokumen pemberitahuan pabean berdasarkan RHA dan laporan analisis
 Hasil penelitian, terdiri atas
a. Dasar hukum, berisi kriteria hukum dari pemeriksaan penelitian ulang
b. Pembahasan Penelitian Ulang, membahas terkait pelaksanaan penelitian
ulang, alasan penetapan dan argumennya (misal penjelasan explanatory
notes, referensi PKSI, referensi uji lab dll), referensi surat usulan,
pemeriksaan terhadap data yang diminta, pengambilan contoh dan uji lab, dan

112
langkah-langkah lain yang dianggap penting dimasukan dalam pembahasan
penelitian ulang
 Kesimpulan penelitian ulang dan rekomendasi kepada perusahaan untuk
membayar kekurangan pembayaran BM dan PDRI

4. Surat Penetapan
Merupakan penetapan untuk melaksanakan rekomendasi dari penelitian
ulang yang diterbitkan oleh Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai / Kepala Kantor
Wilayah / Kepala Kantor Pelayanan Utama BC.

Tautan Unduhan
PER-08/BC/2017 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penelitian
Ulang:
https://drive.google.com/file/d/1HUdhaSYkgsBnAVOgpG7F
Q6dmhUn-QRF3/view?usp=sharing

PER-25/BC/2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan


Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Per-08/BC/2017
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penelitian Ulang:
https://drive.google.com/file/d/1i1yVQigIdqAXaQOni41BJB
1qjQ8Rqg99/view?usp=sharing

RINGKASAN
Salah satu bentuk pemeriksaan kebenaran pemberitahuan pabean adalah
penelitian ulang. Penelitian ulang dilakukan atas pemberitahuan pabean impor
dan ekspor. Objek penelitian ulang atas dua pemberitahuan pabean ini adalah:
nilai, tarif, harga ekspor, serta jumlah dan jenis ekspor. Pelaksanaan penelitian
ulang dimulai dengan proses pembuatan Risalah Hasil Analisa yang dilakukan
oleh unit perencanaan di Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai atau bidang
Kepabeanan di Kanwil/KPU BC. Setelah RHA dibuat, akan dilakukan penelitian
ulang oleh unit pelaksanaan di Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai atau
bidang Kepabeanan di Kanwil/KPU BC. Pelaksana penelitian ulang akan
membuat Kertas Kerja Penelitian Ulang (KKPU) dan Nota Hasil Penelitian Ulang
(NHPU). Rekomendasi yang terdapat dalam NHPU akan ditindaklanjuti dalam
bentuk surat penetapan oleh Direktur Audit Kepabeanan dan Cukai / Kepala
Kantor Wilayah / Kepala Kantor Pelayanan Utama BC.

113
LATIHAN/PENUGASAN

Latihan

1) Penelitian ulang dapat dilakukan oleh unit berikut, kecuali:


a. Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai
b. Kantor Wilayah Bea Cukai
c. Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai
d. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai

2) Umur dokumen PIB yang dapat dilakukan penelitian ulang adalah:


a. Lebih dari 30 hari
b. Kurang dari 30 hari
c. Lebih dari 45 hari
d. Kurang dari 45 hari
3) Apabila sampai batas waktu penyerahan data setelah SP II terlampai, maka
dalam hal penelitian ulang, pelaksana penelitian ulang akan:
a. Membuat Berita Acara Penghentian Penelitian Ulang (BAPPU)
b. Merekomendasikan pemblokiran perusahaan
c. Merekomendasikan sanksi administrasi Rp50.000.000,00
d. Melaksanakan penelitian ulang berdasarkan data yang ada
4) Berikut ini yang bukan merupakan kewenangan pelaksana penelitian ulang
adalah:
a. Meminta data dan/atau dokumen;
b. Meminta contoh barang;
c. Melaksanakan stok opname
d. Melakukan konsultasi dan/atau meminta keterangan lisan dan/atau
tertulis kepada pihak perusahaan atau orang yang diberi kuasa untuk
mewakili perusahaanPerbedaan yang ada karena penguapan
5) Pernyataan berikut ini sesuai dengan ketentuan waktu pelaksanaan
penelitian ulang, keculai:
a. Harus diselesaikan dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal
diterbitkannya surat tugas
b. Dapat diperpanjang satu kali
c. Perpanjangan selama 3 bulan
d. Perpanjangan selama 30 hari

114
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Elder, Randal J., Beasley, Mark S, and Hogan, Chris E. 2017.
Auditing and assurance services: an integrated approach. 16th ed. New
Jersey: Pearson Education, Inc.

Sofjan, M. 2010. Bahan Ajar Audit Kepabeanan dan Cukai I. Jakarta: Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/PMK.01/2018


Tentang Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Kementerian Keuangan

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 200/PMK.04/2011


Tentang Audit Kepabeanan dan Cukai

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 258/PMK.04/2016


Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
200/PMK.04/2011 Tentang Audit Kepabeanan dan Cukai

Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 08/BC/2017 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penelitian Ulang

Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 23/BC/2019 Tentang


Tatalaksana Perencanaan Audit Kepabeanan dan Cukai, Penelitian Ulang
dan Analisis Tujuan Tertentu

Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 24/BC/2019 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-
35/BC/2017 Tentang Tatalaksana Audit Kepabeanan dan Cukai

Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 25/BC/2019 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Per-
08/BC/2017 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penelitian Ulang

Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 26/BC/2019 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Monitoring Tindak Lanjut dan Evaluasi Hasil Audit
Kepabeanan, Audit Cukai, dan Penelitian Ulang

Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 27/BC/2019 Tentang


Penjaminan Kualitas Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring, dan Evaluasi
Hasil Audit Kepabeanan dan Audit Cukai

Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 31/BC/2017 Tentang Standar
Audit Kepabeanan dan Audit Cukai

Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 32/BC/2019 Tentang Sertifikasi
Keahlian dan Uraian Tugas Auditor, Ketua Auditor, Pengendali Teknis
Audit dan Pengawas Mutu Audit

115
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 35/BC/2017 Tentang
Tatalaksana Audit Kepabeanan dan Audit Cukai

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin


Pegawai Negeri Sipil

Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 06/BC/2017 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penentuan Obyek Audit

Undang-undang Nomor 17 tahun 2006 dan Undang-undang No 10 tahun 1995


Tentang Kepabeanan

Undang-undang Nomor 39 tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-undang


No 11 tahun 1995 Tentang Cukai

116
LAMPIRAN I

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA


RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Program Studi Diploma III Kepabeanan dan Cukai
Departemen Kepabeanan dan Cukai
Mata Kuliah Kode Rumpun Bobot Semester Tgl Revisi
MK (sks)
Pengantar Audit 330421 MKB T=1 P=2 4 Februari 2020
Kepabeanan dan Cukai
Otorisasi Penyusun RP Koordinator RMK Ketua Prodi Diploma III
Kepabeanan dan Cukai

Ario Seno Nugroho Ario Seno Nugroho Budhi Setyawan


NIP
196908091999031001
Capaian Program Studi
Pembelajaran (CP) 1. Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri;
2. Mampu menerapkan pemikian logis, kritis, inovatif, bermutu, dan terukur
dalam melakukan pekerjaan yang spesifik di bidang keahliannya serta
sesuai dengan standar kompetensi kerja bidang yang bersangkutan;
3. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu dan terukur;
4. Mampu memahami konsep dan prosedur audit kepabeanan dan cukai;
Deskripsi Singkat MK Mata kuliah ini membahas mengenai konsep-konsep audit kepabeanan dan cukai
yang meliputi pengertian dan jenis-jenis audit kepabeanan dan cukai, Standar
audit kepabeanan, sertifikasi dan uraian tugas Tim audit, tata laksana audit
kepabeanan dan cukai (perencanaaan hingga tindak lanjut hasil pelaporan dan
monitoring serta evaluasinya), serta latihan pembuatan kertas kerja audit.
Pustaka Utama:
1. Muhammad Sofjan, 2010. Bahan ajar Audit Kepabeanan dan Cukai I.
2. Muhammad Sofjan, 2010. Bahan ajar Audit Kepabeanan dan Cukai II.
3. Ichsan Nafarin, 2016. Modul Pengantar Audit.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-200/PMK.04/2011
sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
258/PMK.04/2016 tentang Audit Kepabeanan dan Audit Cukai.
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.01/2018 tentang Kode Etik
dan Kode Perilaku PNS di Kemenkeu.
6. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-31/BC/2017
tentang Standar Audit Kepabeanan dan Audit Cukai.
7. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-32/BC/2017
tentang Sertifikasi Keahlian dan Uraian Tugas Auditor, Ketua Auditor,
Pengendali Teknis Audit dan Pengawas Mutu Audit.
8. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-26/BC/2019
tentang Petunjuk Pelaksanaan Monitoring Tindak Lanjut dan Evaluasi Hasil
Audit Kepabeanan dan Audit Cukai dan Penelitian Ulang.
9. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-27/BC/2019
tentang Penjaminan Kualitas Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring, dan
Evaluasi Hasil Audit Kepabeanan dan Audit Cukai.

117
10. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-35/DJBC/2017 yang
diubah terakhir dengan PER-24/DJBC/2019 tentang Tatalaksana Audit
Kepabeanan dan Audit Cukai.
11. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-23/BC/2019
tentang Tatalaksana Perencanaan Audit Kepabeanan dan Cukai, Penelitian
Ulang dan Analisis Tujuan Tertentu.
12. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-08/BC/2017
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penelitian Ulang yang diubah dengan PER-
25/BC/2019.
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-197/PMK.04/2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pembukuan di Bidang Kepabeanan dan Cukai.
14. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-08/BC/2017
tentang Penelitian Ulang.
15. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 704/KMK.01/2019 tentang Program
Sinergi Reformasi DJP-DJPBC-DJA.
Pendukung: 1. Arens, Alvin., et.al., 2017. Auditing and Assurance
Services. 16th ed.
2. World Customs Organization, 2018. PCA Guidelines
Vol. 1.
3. World Customs Organization, 2018. PCA Guidelines
Vol. 2.

Media Pembelajaran Software: Hardware:


Ms Windows, Ms Office, Adobe PC/Laptop, In Focus
Reader, Video Player, Whatsapp
Group
Team teaching Ario Seno Nugroho, Indri Riesfandiari
- Pengantar Akuntansi
Mata kuliah prasyarat
- Pengantar Auditing

Mg Bentuk & Kriteria


CP Mata Materi Estimasi
ke Metode Penilaian / Referensi
Kuliah Pembelajaran Waktu
- Pembelajaran Tagihan
1 Memahami 1. Audit Secara Bentuk: 3 x 50” Kelancaran Referensi
konsep audit Umum  Penyampaian dan Utama 1.
secara umum a. Pengertian materi 50” kebenaran Ref Utama
dan audit audit  Latihan 50” dalam 2.
kepabeanan / b. Jenis dan  Diskusi dan mengerja- Ref Utama
cukai tujuan audit presentasi kan soal. 3.
Memahami c. Jenis-jenis 50” Ref Utama
tugas dan auditor Tugas 10.
fungsi 2. Latar Belakang Metode: Ref
Direktorat audit kepabeanan  Ceramah Keaktifan Pendukung
Audit dan cukai dalam 1.
Kepabeanan a. Fungsi DJBC  Diskusi dan kelas Ref
dan Cukai b. Fungsi presentasi Pendukung
Pelayanan dan kelompok 2.
Pengawasan di WCO PCA
bidang Guideline
Kepabeanan Vol. 1
dan cukai
c. Tiga pilar
kepabeanan
modern
d. Alasan
dilakukannya
audit
kepabeanan

118
Mg Bentuk & Kriteria
CP Mata Materi Estimasi
ke Metode Penilaian / Referensi
Kuliah Pembelajaran Waktu
- Pembelajaran Tagihan
dan penelitian
ulang
3. Dasar Hukum,
jenis dan tujuan
audit.
a. Dasar Hukum
b. Jenis dan
tujuan audit
kepabeanan
dan cukai
c. Obyek audit
kepabeanan
dan cukai,
penelitian
ulang,
kewajiban
dan hak
4. Tugas dan fungsi
Subdit
Perencanaan,
Subdit
Pelaksanaan
Audit, Subdit
Monitoring,
Evaluasi dan
Penjaminan
Kualitas ,
Penelitian Ulang
5. Joint Analysis
dan Joint Audit
2 Memahami 1. Standar Audit Bentuk: 3 x 50” Kelancaran Ref Utama
Standar a. Standar Umum. Kuliah dan 1.
Audit b. Standar Metode: kebenaran Ref Utama
kepabeanan Pelaksanaan  Studi kasus: dalam 2.
dan cukai; Lapangan. Standar audit mengerja- Ref Utama
memahami c. Standar Sertifikasi kan soal. 5.
Sertifikasi Pelaporan. auditor Ref Utama
keahlian dan 2. Sertifikasi Uraian tugas Tugas 6.
uraian tugas a. Auditor Kode etik Ref Utama
auditor b. Ketua Auditor  Presentasi Keaktifan 7.
Kepabeanan c. PTA  Diskusi dalam
dan cukai; d. PMA kelas
memahami 3. Uraian Tugas
kode etik 4. Kode Etik Bea
auditor dan Cukai, Kode
Etik dan Kode
Perilaku PNS di
Lingkungan
Kemenkeu
3 Memahami 1. Ruang lingkup Bentuk: 3 x 50” Kelancaran Ref Utama
ruang audit kepabeanan Kuliah dan 1.
lingkup audit a. Nilai pabean Metode: kebenaran
kepabeanan b. Tarif  Studi kasus dalam
dan cukai c. Jumlah dan  Presentasi mengerja-
jenis  Diskusi kan soal.
d. Fasilitas

119
Mg Bentuk & Kriteria
CP Mata Materi Estimasi
ke Metode Penilaian / Referensi
Kuliah Pembelajaran Waktu
- Pembelajaran Tagihan
2. Ruang lingkup Tugas
audit cukai
a. Hasil Keaktifan
tembakau dalam
b. Ethil Alkohol kelas
c. MMEA
4 Memahami 1. Manajemen risiko Bentuk: 3 x 50” Kelancaran Ref Utama
konsep dan dalam penentuan Kuliah dan 1.
prosedur Laporan Analisa Metode: kebenaran Ref Utama
perencanaan Obyek Audit  Latihan dalam 10.
audit (LAOA) praktik mengerja- Ref Utama
2. Penyusunan membuat kan soal. 11.
LAOA Program
3. Nomor penugasan Analisis Tugas
audit Perencanaan
atau LAOA Keaktifan
 Presentasi dalam
 Diskusi kelas
5 Memahami 1. Penugasan audit Bentuk: 3 x 50” Kelancaran Ref Utama
Persiapan 2. Periode dan Kuliah dan 1.
audit dan waktu Metode: kebenaran Ref Utama
penyusunan pelaksanaan audit.  Latihan dalam 3.
rencana kerja 3. Tim audit menyusun mengerja- Ref Utama
audit 4. Kewenangan dan materi kan soal. 6.
kewajiban auditor pembekalan Ref Utama
DJBC untuk Tugas 10.
5. Hak dan Auditee Ref
kewajiban auditee  Presentasi Keaktifan Pendukung
6. Rencana kerja  Diskusi dalam 3.
audit kelas
7. Pembekalan
Auditor dan
Auditee
8. Program audit
secara umum
6 Memahami 1. Pertemuan Bentuk: 3 x 50” Kelancaran Ref Utama
tahap pendahuluan Kuliah dan 1.
Pekerjaan 2. Pakta integritas Metode: kebenaran Ref Utama
Lapangan 3. Inspeksi dan  Praktik dalam 3.
dalam observasi menyusun mengerja- Ref Utama
pelaksanaan 4. Mempelajari dan Pakta kan soal. 10.
audit. menguji system Integritas Ref
pengendalian  Praktik Tugas Pendukung
5. Melakukan menyusun 1.
pencacahan Permintaan Keaktifan Ref
sediaan Data dalam Pendukung
6. Mengumpulkan  Presentasi kelas 3.
data dan  Diskusi
informasi

7 Memahami 1. Pengolahan data Bentuk: 3 x 50” Kelancaran Ref Utama


tahap dan informasi Kuliah dan 1.
Pekerjaan 2. Menguji dan Metode: kebenaran Ref Utama
Kantor menganalisis data  Praktik dalam 3.
dalam dan informasi menyusun mengerja- Ref Utama
kan soal. 10.

120
Mg Bentuk & Kriteria
CP Mata Materi Estimasi
ke Metode Penilaian / Referensi
Kuliah Pembelajaran Waktu
- Pembelajaran Tagihan
Pelaksanaan 3. Menyusun Kertas Kertas Kerja Ref
Audit Kerja Audit Audit Tugas Pendukung
4. Daftar Temuan Jumlah jenis 1.
Sementara Nilai Keaktifan
5. Pembahasan akhir Klasifikasi dalam
DTS  Presentasi kelas
6. Berita Acara Hasil  Diskusi
Audit

UJIAN MID SEMESTER


8 Memahami 1. Pelaporan Bentuk: 3 x 50” Kelancaran Ref Utama
konsep, a. Dasar Laporan Kuliah dan 1.
bentuk, dan Hasil Audit Metode: kebenaran Ref Utama
cara b. Isi LHA  Ceramah dalam 3.
penyusunan c. Susunan LHA  Presentasi mengerja- Ref Utama
laporan hasil 2. Tindak Lanjut  Diskusi kan soal. 10.
audit LHA
kepabeanan a. Surat Penetapan Tugas
dan audit
cukai, serta Keaktifan
memahami dalam
tindak lanjut kelas
laporan hasil
audit
9 Memahami 1. Monitoring tindak Bentuk: 3 x 50” Kelancaran Ref Utama
konsep dan lanjut LHA. Kuliah dan 8.
prosedur a. Pengertian Metode: kebenaran Ref Utama
monitoring, monitoring  Ceramah dalam 9.
evaluasi, dan b. Pejabat yang  Presentasi mengerja- Ref Utama
penjaminan melakukan  Diskusi kan soal. 10.
kualitas hasil
c. Kegiatan-
audit Tugas
kegiatan
kepabeanan
dan audit monitoring Keaktifan
cukai d. Sumber Data dalam
e. Pemanfaatan kelas
informasi hasil
monitoring
2. Evaluasi Audit:
a. Pengertian
evaluasi
b. Tujuan evaluasi
c. Tata cara
evaluasi
d. Proses dan out
put evaluasi
3. Penjaminan
kualitas hasil audit

10 Memahami 1. Memahami Bentuk: 3 x 50” Kelancaran Ref Utama


konsep dan system akuntansi Kuliah dan 2.
proses audit importir umum Metode: kebenaran
kepabeanan dan importir  Ceramah dalam
dan audit produsen;  Diskusi

121
Mg Bentuk & Kriteria
CP Mata Materi Estimasi
ke Metode Penilaian / Referensi
Kuliah Pembelajaran Waktu
- Pembelajaran Tagihan
cukai Kawasan mengerja-
(importir Berikat; dan kan soal.
umum dan pengusaha BKC-
importir Hasil Tembakau Keaktifan
produsen; 2. Memahami dalam
Kawasan konsep dan kelas
Berikat; dan prosedur
pengusaha Pengujian SPI
BKC-Hasil 3. Memahami
Tembakau) pemanfaatan
laporan
keuangan dan
data perpajakan
dalam audit atas
importir umum
dan importir
produsen;
Kawasan
Berikat; dan
pengusaha BKC-
Hasil Tembakau
4. Memahami
prosedur
pengumpulan data
5. Menyiapkan
Program audit:
a. Pemeriksaan
fisik
b. Pengujian
Nilai
Pabean
c. Pengujian
Jumlah dan
jenis
d. Pengujian
Tarif
e. Pengujian
fasilitas
6. Kertas Kerja Audit

11 Memahami 1. Memahami Bentuk: 3 x 50” Kelancaran Ref Utama


konsep dan konsep dan Kuliah dan 15.
proses audit prosedur joint Metode: kebenaran
atas joint analysis  Ceramah dalam
analysis dan 2. Memahami Diskusi mengerja-
joint audit konsep dan kan soal.
prosedur joint
audit Keaktifan
3. Memahami dalam
pemanfaatan kelas
joint analysis
4. Memahami
pemanfaatan
joint audit

122
Mg Bentuk & Kriteria
CP Mata Materi Estimasi
ke Metode Penilaian / Referensi
Kuliah Pembelajaran Waktu
- Pembelajaran Tagihan
12- Memahami 1. KKA pengujian Bentuk: 3 x 50” Kelancaran Ref Utama
13 konsep dan Nilai Kuliah dan 2.
prosedur 2. KKA pengujian Metode: kebenaran Ref Utama
penyusunan Tarif  Ceramah dalam 10.
Kertas Kerja 3. KKA pengujian Diskusi mengerja-
Audit (KKA) Jumlah dan Jenis kan soal.
dalam Audit 4. KKA pengujian
atas Importir Lainnya Keaktifan
Umum dan dalam
Importir kelas
Produsen
14 Memahami Memahami prosedur: Bentuk: 3 x 50” Kelancaran Ref Utama
konsep dan 1. Penyusunan Kuliah dan 14.
proses Risalah Hasil Metode: kebenaran
Penelitian Analisis (RHA)  Ceramah dalam
Ulang 2. Pelaksanaan  Diskusi mengerja-
Penelitian Ulang kan soal.

Keaktifan
dalam
kelas
UJIAN SEMESTER
Deskripsi Persentasi (%)
Kehadiran, Partisipasi, Quiz,Tugas 40%
Evaluasi dan Tugas UTS 30%
UAS 30%
Total 100%
Presensi Minimum 11 kali dari 14 kali pertemuan

123
BIODATA PENULIS
PENULIS

Nama : Ario Seno Nugroho, S.ST, M.A, M.E.


Panggilan populer : Seno
Jabatan/Kedudukan : Dosen
Unit Kantor : Politeknik Keuangan Negara STAN
Alamat E-mail : ario_sn@pknstan.ac.id

Riwayat pendidikan:
Jenjang PerguruanTinggi Fakultas/Jurusan/Prodi
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
D-3 Akuntansi
(STAN)
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
D-4 Akuntansi
(STAN)
Public Management and
S-2 International University of Japan Policy Analysis
Programme
S-2 Universitas Padjajaran Magister Ekonomi Terapan

Mata kuliah peminatan:


No Nama Mata Kuliah
1 Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai
2 Identifikasi dan Klasifikasi Barang
3 Teknik Perdagangan Internasional

124

Anda mungkin juga menyukai