Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE DAN


PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

Disusun Oleh:
TITANIA HENDRYANI
(16230045)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI “KBP”
PADANG
2019
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
“KEUANGAN, PERBANKAN DAN PEMBANGUNAN”
(STIE “KBP”)
school of finance and banking
Kampus :JalanKhatibSulaiman No. 61 Padang Telp. (0751) 7051398, 7055450,
Fax. (0751) 40745Website : http://www.akbpstie.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN
Program Studi Akuntansi STIE ”KBP” Padang mengesahkan Skripsi
Mahasiswa dengan judul :

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE DAN


PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

Disusun oleh :

TITANIA HENDRYANI
NIM : 16230045

Mengetahui: Padang, 13 Juli 2019


Ketua STIE”KBP” Pembimbing,

Febryandhie Ananda, SE, M.Si Muhammad Rivandi S.E.,M.Si


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Intellectual Capital

Disclosure Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan” yang merupakan salah

satu syarat untuk dapat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi Keuangan Perbankan dan Pembangunan STIE KBP Padang.

Dalam penyusunan penelitian ini penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, penulis belum tentu dapat menyelesaikan penelitian

ini. Untuk itu penulis mengucpkan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis

sampaikan kepada:

1. Bapak Febryandhie Ananda, SE, M.Si selaku ketua STIE “KBP” Padang.

2. Bapak Muhammad Rivandi, SE, M.Si selaku ketua program studi Akuntansi

3. Bapak Muhammad Rivandi, SE, M.Si selaku pembimbing yang telah

membantu dan membimbing penulis dalam penulisan proposal ini.

4. Terima kasih yang sedalam – dalamnya untuk semua dosen yang telah

mengajar dan memberikan ilmunya kepada saya sehingga saya bisa

menyelesaikan studi ini.

5. Kepada kakak dan rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan dukungan

penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.


Semoga bantuan, bimbingan serta dukungan moril yang telah diberikan oleh

semua pihak akan menjadi ibadah bagi dirinya dan ilmu akan diberikan akan

bermanfaat di hari kelak, penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun sehingga dapat dijadikan referensi bagi penulis guna perbaikan di masa

yang akan datang.

Pada akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan

skripsi ini dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Padang, 13 Juli 2019

TITANIA HENDRYANI
16230045
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................................7

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................................7

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................15

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................15

1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................15

1.5 Sistematika Penulisan...................................................................................................16

BAB II...................................................................................................................................17

2.1 Landasan Teori.............................................................................................................17

2.1.1 Model Konseptual.................................................................................................17

2.1.2 Nilai Perusahaan....................................................................................................18

2.1.3 Intellectual Capital Disclosure..............................................................................25

2.1.4 Profitabilitas..........................................................................................................29

2.2 Pengembangan Hipotesis.............................................................................................34

2.2.1 Pengaruh intellectual capital disclosure terhadap nilai perusahaan.......................34

2.2.2 Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.................................................35

2.3 Kerangka Konseptual...................................................................................................36


BAB III..................................................................................................................................37

3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................................37

3.2 Objek Penelitian...........................................................................................................37

3.3 Jenis dan Sumber Data.................................................................................................38

3.3.1 Jenis Data..............................................................................................................38

3.3.2 Sumber Data..........................................................................................................39

3.4 Populasi dan Sampel....................................................................................................39

3.4.1 Populasi.................................................................................................................39

3.4.2 Sampel...................................................................................................................40

3.5 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................................41

3.6 Definisi Operasional Variabel......................................................................................42

3.7 Teknik Analisis Data....................................................................................................44

3.7.1 Uji Asumsi Klasik.................................................................................................44

3.7.2 Uji Hipotesis.........................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................49
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manufaktur dimulai pada masa kerajinan tangan, yang tujuan utamanya demi

meningkatkan keahlian dan keterampilan untuk memenuhi kebutuhan pasar pada saat

itu. Berkembangnya industri manufaktur yang lebih maju merupakan sebuah patokan,

karena pentingnya prosedur yang pasti dalam mengembangkan industri tersebut.

Manufaktur merupakan aktivitas unit Industri yang prosesnya mengubah barang

mentah menjadi barang jadi dengan menggunakan berbagai peralatan, mesin, dan

keahlian tenaga kerja. Namun pada saat ini tenaga kerja kurang dibutuhkan oleh

perusahaan manufaktur, karena penggunaan mesin lebih efektif dan efisien.

Teknologi yang semakin berkembang berpengaruh cukup besar dalam dunia

usaha. Dengan kemajuan teknologi tersebut, perusahaan harus lebih memperbaharui

informasi agar perusahaan mampu bersaing secara ketat baik dalam bidang teknologi,

aspek kinerja perusahaan maupun dalam memproduksi sebuah produk. Tujuannya

agar pemodal dapat mengetahui informasi perusahaan secara umum (Ardianto &

Rivandi, 2018).

Untuk mendorong kemajuan ekonomi dan gaya hidup diperlukannya langkah

baru dalam memproduksi barang dari cara yang digunakan sebelumnya.

Berkembangnya perindustrian dalam bidang manufaktur pada saat ini dibantu dengan

kemajuan-kemajuan yang dapat membuat perusahaan manufaktur lebih mempunyai


kualitas yang tinggi dengan adanya sistem komputerisasi dan pelaksanaan atau

pengerjaannya tidak hanya dilakukan oleh manusia, tetapi juga bisa menggunakan

sistem robot.

Dampak dari globalisasi memacu cara berpikir perusahaan lebih luas dan

berperan yang bersifat lokal. Dengan demikian, dampak yang ditimbulkan

mengharuskan perusahaan mengoreksi rencana yang telah disusun menurut

pengetahuan dunia usaha (Saputra, 2018).

Industri manufaktur berperan penting dalam pembangunan ekonomi di

Indonesia, karena adanya nilai investasi modal yang tersimpan cukup besar dan

menerima tenaga kerja dalam kapasitas besar. Hal itu merupakan keunggulan yang

utama bagi industri manufaktur dibandingkan dengan unit lain.

Perindustrian manufaktur di Indonesia mengupayakan kegiatan ekonomi

khususnya dalam mengembangkan tenaga kerja menjadi lebih baik lagi.

Terlaksananya upaya tersebut harus didukung oleh pemerintah yang dapat

memberikan kemudahan di dalam mengelola bisnis.

Pencapaian tujuan perusahaan yang baik adalah perusahaan yang

jangkauannya sudah meluas atau internasional. Alasannya agar meningkatkan

keuntungan dan kesejahteraan pemberi modal, jika keuntungan perusahaan naik maka

akan menambah investor yang baru. Dengan kondisi perusahaan yang stabil maka

visi, misi , dan tujuan yang dimiliki oleh perusahaan pasti akan tercapai dan tidak
menghambat aktivitas perusahaan. Jika perusahaan sudah tercatat di BEI maka

menambah nilai jual dari perusahaan tersebut (Chasanah, 2019).

Dunia bisnis memberikan peluang bagi para usaha untuk lebih

mengembangkan usahanya ke lingkungan bisnis yang lebih luas lagi, termasuk

Indonesia yang merupakan bagian dari wilayah regional Asia Tenggara. Dengan

demikian, Indonesia memiliki satu tantangan agar bisa menghadapi pasar bebas di

wilayah Asia Tenggara yang lebih dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi

Asian (MEA) (Dhani & Utama, 2017).

Bursa efek Indonesia memperlihatkan apakah perusahaan tersebut meningkat

atau mengalami penurunan setiap tahunnya. Adanya bursa efek Indonesia mewadahi

penjualan atau pembelian saham, deposito, surat berharga, wesel maupun sertifikat.

Pabrik yang mengelola barang konsumsi lebih dibutuhkan masyarakat dalam sehari-

hari mereka. Oleh karena itu, saham yang dimiliki oleh pabrik yang memproduksi

barang konsumsi meningkatkan harga perusahaan. Dalam dunia bisnis pertama kali

dikenalkan kepada masyarakat luas adanya perdagangan dengan istilah Initial Public

Offering (IPO) yang gunanya apabila sebuah perusahaan ingin membutuhkan dana

bisa melalui penjualan sekuritas (Griffin & Ebert2006).

Keadaan dimana satu perusahaan telah tercapai di gambarkan dengan adanya

pendapat pemodal atas kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan,

berlakunya fungsi manajemen diterapkan semenjak perusahaan itu berdiri sampai saat

ini, yang disebut dengan nilai perusahaan. Hasil kinerja dalam sebuah perusahaan
dilihat dengan adanya nilai kinerja perusahaan yang tinggi. Jika nilai perusahaan

tinggi, maka kesejahteraan yang didapat pemilik perusahaan semakin besar. Dengan

demikian, tujuan perusahaan dalam jangka panjang dapat terlaksana (Dewi &

Wirawati, 2018).

Mengingat tujuan pertama perusahaan adalah mencapai laba yang semaksimal

mungkin agar kesejahteraan pemodal dapat tercapai. Di dalam memperoleh laba

dihitung dengan adanya nilai perusahaan. Pemodal dapat melihat satu perusahaan

dalam kondisi yang baik ataupun buruk dengan melihat nilai perusahaannya.

Perusahaan dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang apabila nilai

perusahaannya tinggi. Karena para pemodal lebih mengutamakan harga saham

dengan melihat pergerakannya (Susila & Prena2019).

Pengembalian investasi yang tinggi akan di dapat oleh pemegang saham

apabila nilai perusahaan meningkat dan dapat berpengaruh terhadap nilai pemegang

saham. Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan, salah satunya

adalah hasil dari keuangan perusahaan tersebut yang dapat diukur melalui berbagai

cara yaitu dengan melihat harga pasar saham perusahaan, karena dapat

menggambarkan pemikiran investor atas modal yang telah ditanam. Tidak hanya

harga pasar yang dilihat tetapi struktur modal juga harus dipertimbangkan dalam nilai

perusahaan (Chasanah, 2019).

Kesejahteraan para pemegang saham ditandai dengan meningkatnya harga

saham dan nilai perusahaan, hal tersebut merupakan sasaran utama perusahaan.
Tujuannya agar hidup perusahaan dapat terus berlangsung. Hal itu juga dapat

menunjukkan gambaran bagaimana aset dalam sebuah perusahaan. Tidak hanya

meningkatkan nilai perusahaan, nilai pasar juga harus ditingkatkan agar kesejahteraan

pemegang saham secara maksimal didapatkan (Rivandi, 2018).

Menurut (Griffin & Ebert, 2006) Sesuatu yang dapat dijual kepada pemodal

adalah nilai perusahaan dengan harga perusahaan yang sudah disepakati bersama. Hal

tersebut digambarkan dengan adanya kinerja keuangan perusahaan yang dapat

meningkatkan investor untuk lebih berinvestasi di perusahaan.

Cara agar nilai perusahaan didapat secara maksimal salah satunya dengan cara

menambahkan nilai uang saat ini dari arus kas maupun pendapatan yang didapat dan

diinginkan oleh investor pada jangka waktu yang panjang (Dhani & Utama, 2017).

Kerja sama antara manajemen perusahaan dengan pihak lain seperti pemegang

saham ataupun orang yang membuat keputusan dalam keuangan merupakan cara agar

peningkatan nilai perusahaan tercapai dengan tujuan mengoptimalkan modal

perusahaan (Saputra, 2018). Menurut (Novia Awaliyah, 2016) Menyatakan

bahwasanya investor lebih mengarah dan ingin membayar apabila saham satu

perusahaan tinggi.

Manajer tidak hanya berfungsi sebagai pengambil keputusan, tetapi manajer

juga termasuk pemegang saham yang ingin meningkatkan nilai perusahaan. Manajer

dengan pemodal dapat bersatu, jika kepemilikan manajerial mampu menyesuaikan


kondisi dan manfaatnya secara langsung dapat dirasakan oleh manajer yang juga

bersedia menyanggupi kerugian dan adanya konsekuensi (Rivandi2018).

Perusahaan dikatakan baik apabila harga sahamnya tinggi di pasaran modal.

Hal itu berdampak kepada kepercayaan setiap pemodal dan juga target di masa depan

bisa tercapai. Calon pembeli bersedia membayar nilai perusahaan yang patokannya

dengan harga saham. Apabila perusahaan mempunyai harga saham yang tinggi maka

kekayaan pemilik perusahaan akan bertambah (Dewi & Wirawati2018).

Jika dalam perusahaan ingin pengembalian investasinya meningkat, maka

perusahaan haruslah berskala besar. Apabila sebuah perusahaan dengan skala besar

dapat menaikkan harga saham dan juga nilai perusahaannya. Dengan demikian,

ketidakpastian pemodal dapat berkurang terhadap perusahaan (Griffin & Ebert2006).

Perusahaan yang stabil dapat pemodal beri nilai apabila satu perusahaan

mempunyai sumber daya yang melimpah dan berkualitas. Nilai perusahaan yang

tinggi menunjukkan adanya posisi keuangan yang baik (Dhani & Utama, 2017).

Pengukuran nilai perusahaan bisa dihitung menggunakan rasio keuangan,

seperti rasio harga nilai buku. Cara perhitungannya adalah dengan membandingkan

nilai pasar saham terhadap nilai buku. Dengan demikian nilai buku dapat diketahui

apakah nilai pasar saham terlalu tinggi ataupun direndahkan. Harga nilai buku rendah

dapat dilihat dengan harga saham yang direndahkan juga, hal itu dapat terjadi jika

adanya pengurangan kemampuan dalam pelaksanaan (Dewi & Wirawati, 2018).


Perkembangan informasi dan pengetahuan perusahaan dapat mengembangkan

modal intelektual. Pendekatan menggunakan pengukuran aset tidak berwujud yang

berfokus dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi,

maupun akuntansi adalah modal intelektual (Saputra, 2018).

Intellectual capital merupakan aset utama perusahaan, karena bisa

menghasilkan nilai perusahaan dan kemampuan yang meningkat. Pengambilan

keputusan dalam informasi yang andal dan juga menguntungkan para pemodal dapat

diterbitkan dalam laporan keuangan (Ardianto & Rivandi, 2018).

Kemampuan manajemen dalam mengendalikan perusahaan dapat dilihat

dengan adanya profitabilitas. Profitabilitas dapat diukur dengan beberapa cara yaitu

adanya laba operasi, bruto, adanya pengembalian investasi atau aktiva, dan tingkat

pengembalian ekuitas pemilik (Chasanah, 2019).

Profitabilitas yang terus meningkat tercatat di laporan keuangan menandakan

kemampuan perusahaan semakin membaik, hal itu bisa menggambarkan kekayaan

pemodal yang semakin besar dan menjanjikan ke depannya. Perusahaan dapat

meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memberikan pedoman kepada pemodal

melalui pelaporan informasi tergantung bagaimana kemampuan perusahaan, sehingga

bisa memberikan perkiraan terhadap tujuan di waktu mendatang. Target yang

meningkat akan pemodal ambil sebagai acuan, dengan demikian nilai perusahaan dan

harga saham di mata pemegang saham meningkat (Dewi & Wirawati, 2018).
Menurut (Susila & Prena, 2019) Menghasilkan laba yang besar merupakan

tujuan didirikannya perusahaan. Ketika laba yang besar diperoleh pertanda bahwa

kemampuan perusahaan baik. Dengan demikian mampu memberikan tanda positif

untuk pemodal. Sehingga dapat menaikkan harga saham dan minat pemodal untuk

meningkatkan permintaan saham, hal tersebut dapat meningkatkan harga saham.

Harga saham merupakan gambaran dari sebuah perusahaan. Oleh sebab itu

perusahaan harus mengupayakan laba yang sebesar-besarnya. Profitabilitas yang

didapat oleh perusahaan berlangsung dalam satu periode.

Tinggi rendahnya profitabilitas dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan,

karena apabila profitabilitas tersebut baik menandakan kinerja keuangannya juga

baik, sebaliknya jika nilai perusahaan rendah maka kinerja keuangan juga rendah. Hal

itu berdampak terhadap minatnya pemodal untuk berinvestasi di perusahaan dan

menentukan besarnya nilai perusahaan (Griffin & Ebert, 2006).

Menurut (Safarida, 2018) Laba yang diperoleh perusahaan berhubungan

dengan penjualan, jumlah aktiva, dan modal yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut

berguna untuk menganalisa bagaimana profitabilitas dalam jangka panjang bagi

pemodal.

Dalam mempertimbangkan tingkat kemampuan perusahaan dapat diukur

dengan berbagai cara, seperti dengan menggunakan perhitungan persentase laba

kotor, persentase laba bersih, rasio pengembalian aset, rasio pengembalian ekuitas,

rasio pengembalian penjualan dan pengembalian modal yang digunakan.


Dengan adanya pengukuran ataupun perbandingan yang dilakukan oleh satu

perusahaan terhadap profitabilitas, tidak hanya perkiraan tetapi juga dapat

menganalisa bagaimana langkah yang harus diterapkan oleh perusahaan. Agar satu

perusahaan dapat meningkatkan kinerja di masa yang akan datang.

Dari uraian di atas saya berminat untuk melakukan penelitian penelitian yang

berjudul “Pengaruh Intellectual Capital Disclosure Dan Profitabilitas Terhadap

Nilai Perusahaan”.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital Disclosure terhadap nilai

perusahaan?

b. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital Disclosure terhadap nilai

perusahaan

b. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, cara meningkatkan agar nilai suatu perusahaan

bisa meningkat dapat dilihat dari intellectual capital yang gunanya untuk

meningkatkan kemampuan dalam bersaing dan juga dapat meningkatkan kinerja

perusahaan. Karena intellectual capital merupakan aset utama dalam pengambilan

keputusan. Dengan adanya pengetahuan dan kemampuan menciptakan nilai tambah


dan keunggulan bagi perusahaan. Tidak hanya dalam intellectual capital saja, tetapi

perhitungan profitabilitas juga berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Perhitungan

tersebut berguna untuk menganalisa bagaimana rencana perusahaan ke depannya

dapat berjalan dengan baik. Karena pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai sebuah

perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatnya nilai

perusahaan tidak hanya berguna untuk pemilik perusahaan tetapi juga para pemegang

saham. Kesejahteraan pemegang saham tergantung dengan seberapa tingginya nilai

perusahaan. Jika nilai suatu perusahaan tinggi, maka harga saham perusahaan tersebut

tinggi juga.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, pentingnya rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Berisi tentang kajian yang mendasari penelitian selama menganalisa persoalan yang

terkait, ulasan penelitian terdahulu, spekulasi serta konteks gagasan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang metode dan formula apa saja yang dibutuhkan penulis, selama

mengadakan penelitian juga dari mana sumber yang diambil dan juga menggunakan

uji-uji apa saja yang dibutuhkan dalam penelitian.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Model Konseptual

2.1.1.1 Agency Theory

Dalam teori keagenan, pemisahan peran terjadi antara agen dan principal yang

berpotensi menimbulkan konflik keagenan. Konflik keagenan mengakibatkan adanya

sifat manajemen melaporkan laba secara oportunis untuk mengoptimalkan

kepentingan pribadinya. Jika hal ini terjadi maka tingkat kualitas laba rendah. Konflik

tersebut dapat mengakibatkan nilai perusahaan rendah sehingga tingkat kepercayaan

principal semakin menurun terhadap manajemen perusahaan. Namun, Konflik

keagenan tersebut dapat diperkecil oleh suatu mekanisme pengawasan. Mekanisme

pengawasan digunakan yaitu mekanisme struktur pengelolaan. Mekanisme struktur

pengelolaan sebagai suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang

diharapkan agar memberikan pengawasan terhadap agen dalam mengelola


perusahaan sehingga dapat meyakinkan principal bahwa agen bekerja sesuai

kepentingan principal (Ardianto & Rivandi, 2018).

2.1.1.2 Signalling Theory

Menurut (Widiastari & Yasa, 2018), pelaporan informasi keuangan terkait

dengan kinerja perusahaan akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Semakin

tinggi laba yang dihasilkan perusahaan akan menunjukkan bahwa kinerja keuangan

perusahaan semakin baik dan prospek perusahaan di waktu mendatang menjadi

menjanjikan. Selain itu, pertumbuhan pengembalian aktiva akan dapat meyakinkan

investor bahwa perusahaan mampu memberikan tingkat pengembalian investasi yang

tinggi. Hal tersebut ditangkap sebagai sinyal positif oleh investor sehingga akan

termotivasi untuk meningkatkan transaksi permintaan sahamnya yang akan

berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.

Teori sinyal mengindikasikan bahwa suatu organisasi terus berusaha untuk

menunjukkan sinyal yang dapat berupa informasi positif kepada investor yang

potensial melalui pengungkapan di dalam sebuah laporan keuangan perusahaan,

sinyal yang positif dari sebuah organisasi diharapkan mendapat tanggapan yang

positif pula dari pasar, hal itu dapat memberikan sebuah keuntungan yang kompetitif

bagi sebuah perusahaan, serta dapat memberikan nilai yang cukup tinggi bagi

perusahaan tersebut (Nanik & Candra, 2016).


2.1.2 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan hal yang sangat utama bagi perusahaan, jika nilai

perusahaan tersebut tinggi maka tinggi pula kesejahteraan bagi pemegang saham.

Semakin tinggi harga saham perusahaan maka semakin tinggi pula nilai perusahaan

tersebut (Yustitianingrum, 2013). Dimulai awal perusahaan itu berdiri hingga saat

sekarang memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa perusahaan tersebut

mempunyai tujuan utama yang ingin dicapai melalui suatu proses kegiatan yang

menghasilkan nilai perusahaan (Hery, 2017b).

Menurut (Chasanah, 2019) saham merupakan gambaran sebuah keputusan

dalam investasi pendanaan dan manajemen aset yang dilihat dari harga pasar atas

surat berharga hutang dan ekuitas yang beredar dalam pendapatan pemegang saham

dan perusahaan. Keinginan utama dalam sebuah perusahaan adalah tercapainya nilai

dari perusahaan tersebut, jika nilai perusahaan tersebut tinggi, maka kesejahteraan

pemegang saham juga tinggi.

Nilai saham merupakan indikator utama untuk mengukur tingkat efektivitas

perusahaan. Hal itu juga mengakibatkan perselisihan antara pemegang saham dengan

indikator. Apabila perusahaan tersebut dapat berproses dengan baik, sehingga nilai

dari saham tersebut dapat meningkat. Hal tersebut merupakan tujuan manajemen

keuangan dalam mengoptimalkan nilai dari saham perusahaan dan meningkatkan

kesejahteraan bagi para pemegang saham (Hery, 2017b).


Menurut (Yustitianingrum, 2013) harga pasar dan saham merupakan

gambaran bagi perusahaan dalam menentukan nilai perusahaan. Terjadinya transaksi

antara pembeli dan penjual dapat memberikan peluang positif bagi perkembangan

perusahaan untuk melakukan investasi yang dapat meningkatkan harga saham

tersebut. Dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan menjadi

meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan dicapai melalui indikator nilai pasar

saham yang sebenarnya.

Menurut (Lumoly, Selin, 2018) indikator nilai perusahaan yaitu perusahaan

yang mampu menghasilkan saham di pasar modal dan dapat diperjualbelikan di

bursa. Jika nilai perusahaan baik maka dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik

perusahaan dan pemodal bersedia membayar perusahaan tersebut. Menurut (Sakala &

Moyo, 2017) konsep utama bagi pemodal dalam pasar untuk menilai perusahaan

secara keseluruhan adalah firm value atau nilai perusahaan yang juga biasa disebut

dengan enterprise value.

Harga saham yang tinggi memberi kepercayaan dengan kemampuan

perusahaan saat ini terhadap peluang perusahaan di masa yang akan datang. Harga

saham perusahaan terjadi adanya transaksi antara pembeli dengan penjual yang

merupakan nilai pasar perusahaan. Nilai perusahaan dapat terbentuk melalui indikator

harga pasar saham yang mempengaruhi peluang bagi pemodal (Hery, 2017b).

Menurut (Edy, 2016) perusahaan yang memiliki kemampuan yang baik pada

masa yang akan datang dapat memberikan peluang nilai saham yang tinggi.
Sebaliknya, apabila nilai dari kemampuan perusahaan itu kurang baik maka peluang

nilai sahamnya menjadi rendah. Kemampuan perusahaan yang baik berpengaruh

terhadap dividen yang diperoleh oleh pemegang saham. Apabila kualitas laba tinggi

maka dividen yang dibagi juga tinggi. Pemodal akan tertarik apabila dividen tersebut

tinggi, sehingga permintaan saham perusahaan akan naik. Bertambahnya permintaan

akan meningkatnya harga saham dan nilai perusahaan semakin meningkat juga. Hal

tersebut mengacu kepada nilai profitabilitas yang tinggi, sehingga memiliki

kemampuan dan peluang di masa yang akan datang.

Menurut (Pertiwi, Tommy, & Tumiwa, 2016) bahwa kesejahteraan pemegang

saham dapat dilihat dari tinggi rendahnya nilai dari perusahaan. Nilai perusahaan

yang tinggi dapat dilihat dari harga saham perusahaan, sehingga nilai perusahaan

tersebut dapat menjadi salah satu aspek penilaian calon pemodal sebelum

menanamkan modalnya terhadap perusahaan tersebut. Dengan hal tersebut dapat

memberikan kepercayaan terhadap pasar akan kemampuan yang dimiliki dan peluang

perusahaan di masa yang akan datang.

Menurut (Sakala & Moyo, 2017) tujuan utama perusahaan dalam

mengoptimalkan nilai perusahaan yaitu dapat melalui fungsi manajemen keuangan.

Dimana sebuah keputusan keuangan yang diambil akan berdampak kepada keputusan

keuangan lainnya dan juga berdampak terhadap nilai perusahaan tersebut. Harga

saham yang diperjualbelikan merupakan indikator dari nilai perusahaan. Jika harga

saham itu bertambah maka dapat memberikan sinyal positif bagi manajemen
perusahaan terhadap keputusan keuangan yang telah diambil. Oleh sebab itu,

peningkatan nilai perusahaan merupakan rahasia penting dalam manajemen keuangan

memperoleh keberuntungannya. Hal tersebut didasarkan atas pandangan dan ide, jika

harga saham bertambah maka kesejahteraan para pemegang saham semakin

bertambah. Nilai perusahaan akan bertambah apabila setiap bertambahnya nilai

saham.

Ada beberapa hal yang mengajukan bahwa tujuan didirikannya perusahaan

harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan pertama dari perusahaan tersebut adalah

untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dan laba yang sebesar-besarnya.

Tujuan kedua dari perusahaan adalah untuk menyejahterakan pemilik saham dan

pemilik perusahaan tersebut. Dan tujuan ketiga perusahaan yaitu mengoptimalkan

nilai perusahaan yang tergambar pada harga sahamnya. Dari ketiga tujuan perusahaan

tersebut bahwa secara signifikan tidak banyak berbeda. Oleh sebab itu, pemusatan

yang ingin diperoleh oleh masing-masing perusahaan pasti berbeda (Saputra, 2018).

Nilai perusahaan menggambarkan bahwa sejauh mana perusahaan tersebut

dapat diakui oleh publik. Nilai perusahaan juga diterapkan dari berbagai cara yaitu

nilai buku, nilai likuiditas dan nilai pasar. Dengan hal tersebut perusahaan

memberikan faktor terbatas dapat diuji melalui nilai buku. Nilai buku merupakan

perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Nilai buku

digunakan sebagai referensi dalam menghitung nilai suatu saham terhadap harga

pasarnya. Apabila rendahnya nilai buku, maka semakin rendah harga saham terhadap
nilai bukunya. Sebaliknya, apabila tinggi nilai buku tersebut, maka semakin tinggi

harga saham terhadap nilai bukunya. Dengan demikian perusahaan yang berkembang

dapat dilihat dari nilai harga pasar sahamnya (Hery, 2017b).

Menurut (Nanik & Candra, 2016) salah satu cara dalam mengukur nilai dari

perusahaan yaitu dengan menggunakan Tobin’s Q. Apabila tinggi nilai dari Tobin’s

Q tersebut, maka memberikan peluang besar bagi perusahaan untuk berkembang.

Dengan demikian semakin tinggi nilai pasar aset perusahaan dibandingkan dengan

nilai buku perusahaan, maka semakin banyak minat pemodal untuk menanamkan

modalnya dalam perusahaan tersebut. Menurut (Rivandi, 2018) rumusnya sebagai

berikut :

( MVS+ D )
Q=
TA

Keterangan :

Tobin”s Q = Nilai Perusahaan

MVS = Nilai Pasar Saham yang diperoleh dari hasil perkalian jumlah saham yang

beredar dengan harga saham

D = Nilai Pasar Hutang yang diperoleh dari hasil (Kewajiban lancar – aset lancar +

kewajiban jangka panjang)

TA = Total Aset Perusahaan


Tujuan utama perusahaan adalah tercapainya kesejahteraan pemodal dari

pengembangan nilai perusahaan tersebut. Jika nilai perusahaan meningkat maka

membuktikan perusahaan tersebut ke publik yang dapat dilihat dari nilai harga saham

perusahaan di atas nila bukunya. Nilai perusahaan juga dapat memperlihatkan

keadaan pasar saham yang sebenarnya terhadap perusahaan.

Menurut (Michell, 2006), nilai perusahaan suatu komponen dan

pertimbangan. Ada beberapa cara untuk menilainya yaitu sebagai berikut :

a. Nilai berdasarkan waktu atau periode tertentu

b. Berdasarkan harga yang wajar

c. Nilai tersebut tidak berdasarkan banyaknya pembeli

Menurut (Yuniati, Raharjo, & Oemar, 2016), ada beberapa cara dalam

menguji penelitian untuk mengetahui nilai perusahaan tersebut, yaitu :

a. Menggunakan pendekatan rasio tingkat laba dan metode kapitalisasi proyek

laba

a. Menggunakan pendekatan arus kas

b. Menggunakan pendekatan dividen

c. Menggunakan pendekatan aktiva

d. Menggunakan pendekatan harga saham

e. Menggunakan pendekatan economic value added


Menurut (Michell, 2006) Nilai pengembalian merupakan tingkat untuk

mengetahui aspek pasar. Banyaknya nilai dapat dilihat dari kemampuan perusahaan

untuk mengembangkan arus kas yang menjanjikan. Akan tetapi, keadaan aktiva

bersih perusahaan tersebut mempunyai nilai likuidasi yang tinggi. Dengan demikian,

dapat membangun pemodal dalam mengembangkan nilai perusahaan. Dengan hal

tersebut seseorang yang melakukan penilaian harus mempunyai pandangan jangka

panjang.

Kemampuan perusahaan dalam menentukan target modal, memaksimalkan

aset investasi, dan kemampuan dalam memproduksi serta distribusi ditentukan oleh

manajemen yang berupaya untuk memenuhi nilai dari total perusahaan tersebut.

Dengan demikian, nilai perusahaan dapat dikatakan sebagai harapan nilai investasi

saham (Sakala & Moyo, 2017).

2.1.3 Intellectual Capital Disclosure

2.1.3.1 Pengertian Intellectual Capital

Menurut (Ihyaul Ulum, 2017) ada tiga jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan

yang berhubungan dengan karyawan (human capital), pelanggan (customer) dan

perusahaan (structural atau organizational). Dari ketiga kategori tersebut membentuk

suatu intellectual capital bagi perusahaan.

Intellectual capital (modal intelektual) adalah aset tidak berwujud berupa

sumber daya informasi serta pengetahuan karyawan, organisasi dan kemampuan yang
berfungsi untuk menciptakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif, serta

meningkatkan kemampuan bersaing dan kinerja perusahaan. Istilah intellectual

capital diperlakukan sebagai sinonim dari intangible asset. Menurut (Ihyaul Ulum,

2017) ada enam bagian yang mendasari intellectual capital yaitu : human capital,

structural capital, customer capital, organizational capital, innovation capital, dan

process capital.

2.1.3.2 Pengukuran Intellectual Capital

Menurut (Ihyaul Ulum, 2017) metode pengukuran intellectual capital dapat

dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu : pengukuran non monetary dan

pengukuran monetary. Dalam mengukur intangible assets perusahaan, terdapat

beberapa keunggulan dalam menggunakan pengukuran non-monetary, yaitu :

a. Menggunakan pengukuran secara non monetary memberikan kemudahan

dalam menentukan unsur-unsur yang membangun intellectual capital dalam

perusahaan. Sebaliknya, jika menggunakan moneter akan lebih sulit untuk

dilakukan.

b. Adanya pengaruh internal development dalam membentuk intellectual capital

yang tidak dapat diukur dengan pengukuran atribut moneter

c. Perkapitalisasian biaya menyebabkan manipulasi terhadap laba

Dalam prosedur component by component evaluation terdapat dua cara yang

digunakan untuk mengklasifikasikan komponen-komponen intellectual capital, yaitu


model edvinsoon atau Malone yang merupakan dasar dari pendekatan Skandia

“navigator”. Pendekatan ini dalam suplemen laporan tahunan Skandia terhadap para

pemodal. Kedua, yaitu metode model brooking yang merupakan dasar “dream ticket”

dan pendekatan target yang digambarkan sebagai bagian dari audit intellectual

capital.

Menurut (Tjiptohadi Sawarjuwono & Kadir, 2003) Ada tiga metode yang

dapat digunakan dalam bidang akuntansi guna mengukur dan melaporkan intellectual

capital perusahaan. Ketiga pengukuran ini ada dua kelompok pengukuran yaitu

metode pengukuran secara langsung dan tidak langsung. Berikut ini kedua metode

pengukuran tersebut :

a. Indirect methods. Metode ini menggunakan laporan keuangan seperti selama

ini dikenal. Metode-metode yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

1. Metode yang menggunakan konsep pengembalian aset, prosedur ini

menghitung kelebihan pengembalian dari aset tidak berwujud milik

perusahaan dan menganggapnya sebagai aset tidak berwujud untuk

dihitung sebagai intellectual capital. Cara ini dilakukan karena semua

informasi telah tersedia dengan cepat pada laporan tahunan, dan bisa

dibandingkan dengan rata-rata perusahaan sejenis. Adapun

kelemahannya yaitu cara ini hanya mengukur intellectual capital

perusahaan masa lalu karena masih berdasarkan pada historical cost,

dan belum dapat diterapkan pada perusahaan baru.


2. Metode market capitalization method yang memerlukan penyesuaian

atas inflasi dan replacement cost.cara ini mengungkapkan kelebihan

kapitalisasi pasar perusahaan berdasarkan nilai pasar saham atas

stockholder equity sebagai nilai intellectual capital. Salah satu cara

yang terkenal adalah Tobin’s Q. Adapun kelemahan dari cara ini yaitu

ketergantungan sepenuhnya pada pasar, dengan asumsi pasar efisien

dan tidak diisyaratkannya laporan keuangan yang telah disesuaikan

terhadap inflasi.

b. Direct intellectual capital methods. Metode ini langsung mengarah kepada

bagian intellectual capital. Variabel-variabel intellectual capital

dikelompokkan beberapa kategori. Contoh mengklasifikasikan intellectual

capital menjadi empat kategori, yaitu :

1. Markets assets (misalnya merk, loyalitas konsumen)

2. Intellectual property assets (misalnya paten, rahasia dagang)

3. Human-centered assets (misalnya pendidikan, penguasaan pekerjaan)

4. Infrastructure assets (misalnya filosofi manajemen, budaya

perusahaan)

2.1.4 Profitabilitas

2.1.4.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas merupakan cara untuk mengetahui perusahaan dalam

menghasilkan dan mendapatkan laba atau keuntungan dalam periode tertentu. Oleh
karena itu diperlukannya suatu alat yang bisa menilainya. Alat tersebut adalah rasio-

rasio keuangan (Hery, 2017b).

Menurut (Chasanah, 2019) Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan

keberhasilan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif,

dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat dilihat dengan

membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah

aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Jadi profitabilitas adalah rasio yang

menyatakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode

tertentu.

Tujuan perusahaan dalam sebuah organisasi adalah untuk menghasilkan

keuntungan dengan berbagai cara, misalnya dengan cara menjual produk (barang atau

jas) kepada para pelanggannya. Sedangkan tujuan operasionalnya adalah untuk

mengoptimalkan profit, baik profit jangka pendek maupun profit jangka panjang.

Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas bisnisnya. Oleh karena itu,

manajemen memajukan kesejahteraan karyawan. Hal tersebut dapat tercapai apabila

perusahaan mampu meningkatkan laba dalam aktivitas bisnisnya (Hery, 2017a).

Profitabilitas merupakan faktor utama dalam perusahaan yang berkenaan

dengan hasil yang diperoleh oleh perusahaan melalui aktivitas bisnisnya. Semakin

banyak ketertarikan pemodal terhadap perusahaan akan menambah harga saham dari

perusahaan tersebut. Tingginya laba bersih yang dihasilkan perusahaan, maka


ketertarikan pemodal untuk menanamkan modalnya di dalam perusahaan itu semakin

banyak, oleh karena itu perusahaan tersebut mampu meningkatkan laba dalam

hubungan penjualan aktiva maupun modal sendiri (Pertiwi et al., 2016).

Setiap perusahaan pasti berusaha untuk meningkatkan profitabilitas

perusahaannya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaannya maka

terjaminnya kelangsungan hidup badan usaha perusahaan tersebut. Profitabilitas juga

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan untuk jangka waktu yang panjang,

karena profitabilitas membuktikan bahwa perusahaan tersebut memiliki aspek yang

baik dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, rasio profitabilitas diukur melalui

aktivitas manajemen dari hasil pengembalian yang diperoleh dan penjualan investasi

(Hery, 2017b).

2.1.4.2 Tujuan dan Manfaat Profitabilitas

Menurut (Hery, 2017a) secara keseluruhan adanya tujuan serta manfaat

profitabilitas, antara lain :

a. Menilai tingkat laba yang dihasilkan perusahaan pada periode tertentu

b. Mengetahui tingkat laba perusahaan sebelum dan yang akan datang

c. Menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu

d. Menghitung besarnya jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setip dana yang

ditanamkan dari aset


e. Menghitung besarnya jumlah laba yang dihasilkan dari setiap dana yang

ditanamkan dari modal

f. Menghitung margin laba kotor atas penjualan bersih

g. Menghitung margin laba operasional atas penjualan bersih

h. Menghitung margin laba bersih atas penjualan bersih

2.1.4.3 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Menurut (Hery, 2017b) untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba, berikut rasio profitabilitas yang digunakan, antara lain :

a. Hasil pengembalian atas aset (return on assets)

Hasil pengembalian aset yaitu rasio yang mengungkapkan berapa besar

peranan aset menghasilkan laba bersih. Oleh karena itu, rasio tersebut digunakan

untuk mengukur berapa jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari dana yang ada

dalam total aset. Rasio dapat dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total

aset.
Apabila pengembalian aset tinggi, maka meningkat juga jumlah laba bersih

yang diperoleh dari total aset. Sebaliknya, jika rendah jumlah laba bersih yang

dihasilkan, maka menurun juga jumlah laba bersih yang diperoleh dari setiap rupiah

dana yang tersimpan dalam total aset. Rumusnya sebagai berikut :

Laba Bersih
ROA=
Total Aset

b. Hasil pengembalian atas ekuitas (return on equity)

Hasil pengembalian ekuitas yaitu rasio yang mengungkapkan berapa besar

peranan ekuitas menghasilkan laba bersih. Oleh karena itu, rasio tersebut digunakan

untuk mengukur berapa jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari dana yang ada

dalam total ekuitas. Rasio dapat dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total

ekuitas.

Apabila tinggi pengembalian atas ekuitas, maka meningkat juga jumlah laba

bersih yang diperoleh dari total ekuitas. Sebaliknya, jika rendah hasil pengembalian

atas ekuitas, maka menurun juga jumlah laba bersih yang dihasilkan dari total ekuitas.

Rumusnya sebagai berikut :

Laba Bersih Setelah Pajak


ROE=
Total Modal

c. Margin laba kotor (gross profit margin)


Margin laba kotor yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur laba kotor atas

penjualan bersih. Rasio dapat dihitung dengan membagi laba kotor terhadap

penjualan bersih. Laba kotor dihitung sebagai hasil pengurangan antara penjualan

bersih dengan harga pokok penjualan. Adapun penjualan bersih tersebut adalah

penjualan (tunai maupun kredit) dikurangi retur dan penyesuaian harga jual serta

potongan penjualan.

Apabila tinggi hasil margin laba kotor, maka meningkat juga laba kotor yang

dihasilkan dari penjualan bersih. Hal tersebut dapat disebabkan karena tingginya

harga jual atau rendahnya harga pokok penjualan. Sebaliknya, jika rendah hasil

margin laba kotor, maka menurun juga laba kotor yang dihasilkan. Rumusnya sebagai

berikut :

Laba Kotor
GPM=
Total Pendapatan

d. Margin laba operasional (operating profit margin)

Margin laba operasional yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah

laba operasional atas penjualan bersih. Rasio dapat dihitung dengan membagi laba

operasional terhadap penjualan bersih. Laba operasional dihitung berdasarkan hasil

pengurangan antara laba kotor dengan beban operasional. Rumusnya sebagai berikut :

OPM=Laba Kotor−Beban Opersional


2.2 Pengembangan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh intellectual capital disclosure terhadap nilai perusahaan

Intellectual capital disclosure dapat meningkatkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan nilai perusahaan. oleh karena itu, intellectual capital merupakan

intangible assets yang menghasilkan nilai tinggi dan menjadi aset penting bagi

sebuah perusahaan (Ardianto & Rivandi, 2018).

Menurut (Nanik & Candra, 2016) hasil penelitian menunjukkan bahwa

intellectual capital disclosure berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Menurut (Saputra, 2018) hasil penelitian menunjukkan bahwa intellectual capital

disclosure berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Menurut (Ardianto &

Rivandi, 2018) hasil penelitian menunjukkan bahwa intellectual capital disclosure

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Menurut (Rivandi, 2018) hasil

penelitian menunjukkan bahwa nilai intellectual capital disclosure berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan.

H1 : Intellectual Capital Disclosure berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

2.2.2 Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan

Profitabilitas merupakan indikator kemampuan seorang manajemen dalam

mendapatkan pendapatan dalam perusahaan yang berupa laba yang dihasilkan dari

perusahaan itu sendiri. Variabel profitabilitas juga dapat dilihat melalui kemampuan
modal yang ditanamkan perusahaan secara keseluruhan jumlah aktiva untuk

memperoleh pengembalian aset. Oleh karena itu, profitabilitas merupakan hal utama

bagi perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Dhani & Utama,

2017).

Menurut (Griffin & Ebert, 2006) hasil penelitian menunjukkan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Menurut (Dhani &

Utama, 2017) hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan. Menurut (Widiastari & Yasa, 2018) hasil penelitian

menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Menurut (Susila & Prena, 2019) hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.


2.3 Kerangka Konseptual

Intellectual
Capital Disclosure
(X1)
Nilai
Perusahaan
Profitabilitas
(X2)

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Metode

penelitian kuantitatif ini disebut sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menggambarkan dan menguji hipotesis

yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif karena data

penelitian menggunakan angka yang diambil dari laporan keuangan tahunan (Annual

Report) yang digunakan untuk variabel independen peneliti, yaitu intellectual capital

disclosure dan profitabilitas.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI). Perusahaan manufaktur dipilih karena sektor ini memiliki banyak

hubungan dengan stakeholder meliputi investor, kreditor, pemerintah, dan

masyarakat sebagai konsumen. Diharapkan dengan jumlah banyak, perusahaan

manufaktur mengungkapkan informasi yang luas juga sebagai wujud tanggung jawab

perusahaan. Informasi yang luas dapat mempermudah stakeholder dalam mengambil

keputusan. Sehingga corporate governance yang baik sangat diharapkan di

perusahaan.
3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang dipakai penulis yaitu data panel. Data panel atau yang sering

disebut juga sebagai data pooling adalah gabungan data runtut waktu (time series)

dengan data silang tempat (cross section). Di dalam ilmu ekonomi, penggunaan data

analisis terhadap daerah atau perusahaan dalam periode waktu tertentu. Analisis

dengan data panel memberikan informasi yang lebih lengkap (Purwanto &

Sulistyastuti, 2017).

Pengukuran data panel menggunakan skala rasio. Analisa skala rasio adalah

cara analisa dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data

kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca maupun laba rugi. Skala rasio merupakan

skala pengukuran tingkat tertinggi yang mempunyai suatu simbol atau sifat seperti

lambang yang dapat membedakan, menunjukkan kategori, jarak, peringkat,

perbandingan, atau interval yang sama dan memiliki titik nol yang mutlak (Radjab &

Jam’an, 2017). Dari data penelitian tersebut yaitu terdaftar di Bursa Efek Indonesia

yang bersangkutan dari laporan keuangan tahunan dari tahun 2014-2018.


3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah

ada oleh peneliti. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro

Pusat Statistik, buku, laporan tahunan, jurnal dan lain sebagai-Nya (Radjab &

Jam’an, 2017). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang telah

dipublikasikan dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Periode penelitian ini adalah lima tahun pada laporan keuangan tahunan dan data

kapitalisasi pasar periode 2014-2018. Sumber data penelitian ini diperoleh dari situs

resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan web-web terkait lainnya.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi menurut (Abdullah, 2015) merupakan kumpulan unit yang akan

diteliti ciri-ciri (karakteristiknya), dan apabila populasinya terlalu luas, maka peneliti

harus mengambil sampel (bagian dari populasi) itu untuk diteliti. Populasi merupakan

keseluruhan sasaran yang seharusnya diteliti, dan pada populasi itulah nanti hasil

penelitian diberlakukan. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018 yang berjumlah

141 perusahaan.
3.4.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling secara

non-probabilitas, dengan teknik pengambilan sampel yaitu Purposive Sampling.

Penarikan sampel secara Purposive Sampling merupakan penarikan sampel dengan

cara memilih subjek berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti

(Kuntjojo, 2009).

Kriteria yang digunakan dalam peneliti ini adalah sebagai berikut :

a. Perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia yaitu meliputi :

industri dasar dan kimia, mesin dan alat berat, otomotif dan komponen, kabel,

elektronika, dan industri lainnya.

b. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode

penelitian dari tahun 2014-2018

c. Perusahaan yang tidak delisting pada periode penelitian tahun 2014-2018.

Delisting adalah penghapusan pencatatan yang terjadi apabila saham yang

tercatat di Bursa mengalami penurunan kriteria sehingga tidak memenuhi

persyaratan pencatatan, maka saham tersebut dikeluarkan dari pencatatan di

Bursa.
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel perusahaan dapat digambarkan pada

tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1
Kriteria Proposive Sampling
No Keterangan Total

.
1. Jumlah perusahaan Manufaktur di Bursa Efek 141
Indonesia pada periode 2014
2. Perusahaan yang tidak mempunyai Laporan (91)
Keuangan tahunan (Annual Report) secara
lengkap periode 2014-2018
3. Perusahaan yang mengalami delisting pada (8)
periode penelitian tahun 2014-2018
Jumlah perusahaan sampel yang digunakan 42
Jumlah tahun penelitian 5
Jumlah data akhir yang digunakan (42×5) 210

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh teknik data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik dokumentasi dengan melihat laporan keuangan tahunan

perusahaan sampel. Teknik dokumentasi merupakan suatu catatan tentang berbagai

kegiatan pada periode atau waktu yang lalu (Gulo, 2002). Peneliti mengumpulkan

data laporan keuangan tahunan perusahaan dari tahun 2014-2018, yang sesuai dengan

variabel peneliti yaitu intellectual capital disclosure dan profitabilitas.


3.6 Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.2
No Variabel Pengertian Pengukuran

.
1. Nilai Nilai perusahaan merupakan Tobin’s Q

Perusahaan hal yang sangat utama bagi ( MVS+ D )


Q=
TA
(Y) perusahaan, jika nilai
(Rivandi, 2018)
perusahaan tersebut tinggi

maka tinggi pula

kesejahteraan bagi pemegang

saham. Semakin tinggi harga

saham perusahaan maka

semakin tinggi pula nilai

perusahaan tersebut

(Yustitianingrum, 2013).
2. Intellectual Menurut (Ihyaul Ulum,

Capital 2017) ada tiga jenis ICD=

Disclosure pengetahuan, yaitu


Jumlah total pengungkapan ICD
(X1) pengetahuan yang Skor Maksimal ICD

berhubungan dengan (Rivandi, 2018)

karyawan (human capital),

pelanggan (customer), dan

perusahaan (structural atau


organizational). Dari ketiga

jenis tersebut membentuk

suatu intellectual capital bagi

perusahaan.
3. Profitabilita Profitabilitas merupakan cara

s (X2) untuk mengetahui Laba Bersih Setelah Pajak


ROE=
Total Modal
perusahaan dalam
(Hery, 2017b)
menghasilkan dan

mendapatkan laba atau

keuntungan dalam periode

tertentu. Oleh karena itu

diperlukannya suatu alat

yang bisa menilainya. Alat

tersebut adalah rasio-rasio

keuangan (Hery, 2017b).

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

3.7.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal. Seperti

diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2016). Untuk

mengetahui normal atau tidaknya residual secara sederhana yaitu dengan

membandingkan nilai probabilitas JB (Jarque-Bera) hitung dengan tingkat alpha 0,05

(5%). Apabila Prob. JB hitung besar dari 0,05 maka residual terdistribusi normal dan

apabila kecil dari 0,05 maka residual terdistribusi tidak normal.

3.7.1.2 Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel

ortogonal adalah variabel independen yang korelasi antar sesama variabel independen

sama dengan nol. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen manakah

yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas

variabel yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi

nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =

1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥10.

Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir.

Sebagai misal nilai tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,95.
Walaupun multikolonieritas dapat dideteksi dengan nilai tolerance dan VIF, tetapi

kita masih tetap tidak mengetahui variabel-variabel independen mana sajakah yang

saling berkorelasi (Ghozali, 2016).

3.1.7.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas

karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan

besar) (Ghozali, 2016). Metode yang digunakan adalah dengan uji Glejser. Apabila

nilai Prob. F hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%) maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. Sebaliknya apabila nilai Prob. F hitung lebih kecil dari tingkat

alpha 0,05 (5%) maka terjadi heteroskedastisitas.

3.7.2 Uji Hipotesis

3.7.2.1 Uji Linear Berganda

Menurut (Purwanto & Sulistyastuti, 2017) Model regresi sederhana hanya

terdiri dari satu variabel dependen dan satu variabel independen. Model regresi

berganda merupakan pengembangan dari model regresi sederhana. Model regresi

berganda dikembangkan untuk melakukan estimasi atau prediksi nilai variabel


dependen (Y) dengan menggunakan lebih dari satu variabel independen (X1, X2, X3,

dsb...). Persamaan regresi berganda adalah :

Y = a + â1X1 + â2 X2 + e

3.7.2.2 Uji t (Uji Koefisien Regresi)

Menurut (Purwanto & Sulistyastuti, 2017) uji t statistik pada dasarnya

menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual terhadap

variabel dependennya. Hipotesis nol (HO) yang hendak di uji adalah apakah suatu

parameter (β) sama dengan nol, atau :

HO : β = 0

Artinya variabel independen bukan merupakan penjelas variabel dependen. Hipotesis

alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau :

Ha : β ≠ 0

Artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

dependen.

Cara melakukan uji t menurut (Purwanto & Sulistyastuti, 2017) adalah jika

nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut) maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Artinya bahwa variabel independen secara individual merupakan penjelas variabel

dependen.
3.7.2.3 Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada prinsipnya mengukur seberapa besarnya

persentase pengaruh semua variabel independen dalam model regresi terhadap

variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi disimbolkan dengan “R 2” pada

prinsipnya mengukur seberapa besar kemampuan model menjelaskan variasi variabel

dependen. Apabila nilai koefisien determinasi dalam model regresi semakin kecil

(mendekati nol) berarti semakin kecil pengaruh semua variabel independen terhadap

variabel dependennya. Sebaliknya, apabila nilai R2 semakin mendekati 100% berarti

semua variabel independen dalam model memberikan hampir semua informasi yang

diperlukan untuk memprediksi variabel dependennya atau semakin besar pengaruh

semua variabel independen terhadap variabel dependen (Purwanto & Sulistyastuti,

2017).
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Aswaja Pressindo.

Ardianto, D., & Rivandi, M. (2018). Pengaruh Enterprise Risk Management

Disclosure, Intellectual Capital Disclosure Dan Struktur Pengelolaan Terhadap

Nilai Perusahaan. Jurnal Profita, 11(2), 284.

https://doi.org/10.22441/profita.2018.v11.02.009

Chasanah, A. N. (2019). Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Struktur Modal

Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2015-2017. Jurnal Penelitan

Ekonomi Dan Bisnis, 3(1), 39–47. https://doi.org/10.33633/jpeb.v3i1.2287

Dewi, A. A. A. T. W., & Wirawati, N. G. P. (2018). Pengaruh Profitabilitas Terhadap

Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel

Mediasi Pada Perusahaan Pertambangan. E-Journal Akuntansi Universitas

Udayana, 22(2), 1557–1583.

Dhani, I. P., & Utama, A. . G. S. (2017). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Struktur

Modal, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi

Dan Bisnis Airlangga, 2(1), 135–148. https://doi.org/10.31093/jraba.v2i1.28

Edy, S. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Manajerial, Dan Pertumbuhan

Perusahaan (GROWTH) Terhadap Struktur Modal Dan Nilai Perusahaan. Jurnal

STIE Semarang, 3(1), 56. https://doi.org/https://doi.org/10.3929/ethz-b-


000238666

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete. Universitas Diponegoro.

Griffin, R. W., & Ebert, R. J. (2006). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,

Dan Pertumbuhan Aset Terhadap Struktur Modal Dan Nilai Perusahaan. E-

Jurnal Manajemen Unud, 6(4), 2222–2252.

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hery. (2017a). Balanced Scorecard For Business. In Manajemen (p. 108 Halaman).

Hery. (2017b). Riset Akuntansi. In Akuntansi (p. 124 Halaman). Gramedia

Widiasarana.

Ihyaul Ulum. (2017). Intellectual Capital : Model Pengukuran, Framework

Pengungkapan & Kinerja Organisasi. In Akuntansi (p. 321 Halaman).

Kuntjojo. (2009). Metodologi Penelitian.

Lumoly, Selin, V. (2018). Pengaruh Likuiditas, Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas

Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Logam Dan Sejenisnya

Yang Terdaftar Du Bursa Efek Indonesia). Jurnal EMBA, 6(3), 1108–1117.

Michell, S. (2006). Studi Empiris Terhadap Faktor Yang Mempengaruhi Nilai

Perusahaan Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia. Jurnal Maksi, 6(1), 23–41.

Nanik, L., & Candra, S. R. (2016). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai

Perusahaan. Jurnal Akuntansi, Ekonomi Dan Manajemen Bisnis, 4(1), 28–33.


Novia Awaliyah, R. S. (2016). Pengaruh Intellectual Capital Pada Nilai Perusahaan

Perbankan. Eprints Undip, 6(October), 913–922.

Pertiwi, P. J., Tommy, P., & Tumiwa, J. R. (2016). Pengaruh Kebijakan Hutang,

Keputusan Investasi Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Food and

Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA, 4(1), 1369–

1380.

Purwanto, E. A., & Sulistyastuti, D. R. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif. Gava

Media.

Radjab, E., & Jam’an, A. (2017). Metodologi Penelitian Bisnis. Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Rivandi, M. (2018). Pengaruh Intellectual Capital Disclosure, Kinerja Keuangan, Dan

Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Pundi, 02(01), 41–

54.

Safarida, E. (2018). Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan,

Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada

Perusahaan Manufaktur Di Indonesia). Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 3(2),

552. https://doi.org/10.17509/jaset.v3i2.8918

Sakala, W. D., & Moyo, S. (2017). Pengaruh Debt To Equity Ratio, Debt To Asset

Ratio Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Food And Beverages Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Studi Akuntansi Dan Keuangan, 2(7),
1–18. https://doi.org/10.5281/zenodo

Saputra, W. S. (2018). Pengaruh Corporate Governance, Corporate Social

Responsibility Dan Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan. National

Conference of Creative Industry, (September), 5–6.

https://doi.org/10.30813/ncci.v0i0.1313

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Alfabeta.

Susila, M. P., & Prena, G. Das. (2019). Pengaruh Keputusan Pendanaan, Kebijakan

Deviden, Profitabilitas Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai

Perusahaan. Jurnal Akuntansi : Kajian Ilmiah Akuntansi (JAK), 6(1), 80.

https://doi.org/10.30656/jak.v6i1.941

Tjiptohadi Sawarjuwono, & Kadir, A. P. (2003). Intellectual Capital: Perlakuan,

Pengukuran Dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi Dan

Keuangan, 5(1), 35–57. https://doi.org/10.1024/0301-1526.32.1.54

Widiastari, P. A., & Yasa, G. W. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow,

dan Ukuran Perusahaan Pada Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi, 23, 957.

https://doi.org/10.24843/eja.2018.v23.i02.p06

Yuniati, M., Raharjo, K., & Oemar, A. (2016). Pengaruh Kebijakan Deviden,

Kebijakan Hutang Profitabilitas Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai

Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2009-2014. Journal Of Accounting, 2(2), 1–19.


Yustitianingrum, I. Y. (2013). Pengaruh Deviden, Kebijakan

Hutang,Profitabilitas,Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

E-mail : titaniahy@gmail.com
Pass : 22juli98

Anda mungkin juga menyukai