Anda di halaman 1dari 47

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

DAN SPT

Tim Dosen ALK & SPT


Materi Pembelajaran
Analisis Laporan Keuangan & SPT :

ALK untuk Perpajakan & Analisis Penghasilan dengan SPT Masa PPN 8

9
Analisis HPP dengan SPT Masa PPh Pasal 21/22/23/26 dan SPT Masa PPN

Analisis Beban Usaha dengan SPT Masa PPh Pasal 21/22/23/26 dan SPT Masa PPN 10

Analisis Beban Usaha dengan SPT Masa PPh Pasal 15 dan Pasal 4 (2) dan
SPT Masa PPN 11

Analisis Hubungan Istimewa 12

Analisis Transaksi Afiliasi 13

Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Berjalan 14

UJIAN AKHIR SEMESTER


Artikulasi SPT

SPT Tahunan PPh SPT Masa PPN


 Peredaran Usaha  Pajak Keluaran
 HPP  Pajak Masukan
 Pembelian  PPN ps. 16 C
 Upah  PPN ps. 16 D
 Biaya Usaha
 Perubahan Aset Tetap
SPT Masa PPh Potput
 PPh Ps.21
 PPh Ps.23
 PPh Ps.26
 PPh Ps.4 (2)
 PPh Ps.15
Contoh Artikulasi SPT - Laporan Keuangan
HPP & Biaya Usaha
POIN-POIN PEMBAHASAN:

1. Perusahaan Real Estate;


2. Perusahaan Konstruksi;
3. Perusahaan Pelayaran
EQUALISASI :
Peredaran Bruto & Biaya vs SPT Masa

>< ><
Peredaran Bruto SPT Masa SPT Masa PPN
Biaya-Biaya
EKUALISASI:
PEREDARAN USAHA & BIAYA VS SPT MASA
Perusahaan RealPPH
Estate, Konstruksi & Pelayaran
Real Estate

8
PROSES BISNIS REAL ESTATE
3. Site Plan
1. Persiapan 2. Pengadaan Lahan 4. Perizinan
awal
• Penelitian Pendahuluan • Aset sendiri • Izin Prinsip
• Riset Pasar • Kerjasama dengan • IPT/IPR
• Izin Site Plan
• Studi Kelayakan
pemilik lahan
• Izin Lingkungan
• Pembelian lahan baru • Izin Mendirikan Bangunan
a. Aspek pemasaran
• Izin lainnya
b. Aspek keuangan
c. Aspek sosial
5. Site Plan akhir +
d. Aspek legalitas 7. Komitmen Resmi 6. Negosiasi
desain proyek Real Estat
e. Aspek legalitas • Bank
f. Aspek teknis • Kontraktor
• Asuransi
• Perencanaan Konstruksi
• Rencana Anggaran Biaya
8. Konstruksi awal 9. Pemasaran 10. Penjualan
• Pematangan Lahan • Iklan
• Pembangunan Prasarana • Price List
dasar 11. Penyelesaian Proyek
• Master Stock
• Pembangunan unit contoh Real Estat
TUNAI 1.Booking fee 2.Uang Muka 3.Surat 4.PPJB 5.Pelunasan
Pemesanan
Unit

7.AJB 6.Validasi
SSP

TUNAI
1.Booking fee 2.Uang Muka 3.Surat 4.PPJB 5.Angsuran
BERTAHAP
Pemesanan
PENJUALAN Unit
7.AJB 7.Validasi 6.Pelunasan
SSP

3.Surat
4.Melengkapi
KPR/KPA 1.Booking fee 2.Uang Muka Pemesanan 4.PPJB
Berkas KPR
unit

7.Appraisal 5.Analisa
9.Persetujua
8.Wawancara Nilai Aset 6.Survey Permohonan
n KPR
Properti Bank Kredit

10.Pelunasan
Biaya
12.Penyerahan 13.Pembayaran
Administrasi, 11Akad
kunci cicilan
Asuransi,
Notaris, dll AJB
Balik Nama
Pajak
APHT
Covernote
CARA PELUNASAN PENJUALAN REAL ESTATE

1. HARD CASH

2. SOFT CASH

3. KPR/KPA
PENJUALAN REAL ESTATE HARD CASH & SOFT CASH

*
1. Book ing fee *
2. Uan g Muka 3. Surat 4. PPJB 5.

Faktur Pajak Faktur Pajak


*
Pel unasan
Faktur Pajak
Pemesanan Unit
Diterbitkan Diterbitkan
Diterbitkan

HARD CASH 7. AJB 6. Validasi SSP


* *
1. Boo king fee

Diterbitkan
2. Ua ng Muka

Diterbitkan
3. Surat
Pemesanan Unit
4. PPJB 5. Angsuran

Diterbitkan
*
Faktur Pajak Faktur Pajak Faktur Pajak

8. AJB 7. Validasi SSP 6. Pelunasan


*
Diterbitkan
SOFT CASH Faktur Pajak

* = saat terutang PPN


PENJUALAN REAL ESTATE KPR/KPA

* 2.Uan*
3.Surat
1. Boo king fee g Muka Pemesanan 4.Melengkapi 4.PPJB
unit Berkas KPR
Diterbitkan Diterbitkan
Faktur Pajak Faktur Pajak

9.Persetujuan 7.Appraisal 6.Survey 5.Analisa


8.Wawancara Nilai Aset Permohonan
KPR Bank
Properti Kredit

10.Pelunasan
Biaya
*
12.Pembayaran
13.Penyerahan
Administrasi, 11. Akad Dana dari Bank
ke Developer kunci
Asuransi, • AJB
Notaris, dll • Balik Nama
• Pajak Diterbitkan
• APHT Faktur Pajak 14.Pembayaran
• Akad Kredit cicilan
KPR/KPA

* = saat terutang PPN


SAAT TERUTANG PPN

Pasal 11 ayat (1) UU PPN


a. Penyerahan Barang Kena Pajak e. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean;
b. Impor Barang Kena Pajak f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; atau
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari h. ekspor Jasa Kena Pajak.
luar Daerah Pabean;

Pasal 11 ayat (2) UU PPN


Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak
atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.

BKP Berwujud berupa Barang Tidak Bergerak (Pasal 17 ayat (3) PP No. 1 Tahun 2012 )
Penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang tidak bergerak, terjadi
pada saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai Barang Kena Pajak berwujud tersebut, secara
hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli.
PPh 4 AYAT (2) ATAS PENGALIHAN TANAH/BANGUNAN

PP Nomor 34 Tahun 2016

Atas penghasilan yang diterima/diperoleh dari pengalihan “hak atas tanah dan/atau bangunan” atau
“perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan (PPJB)” terutang Pajak Penghasilan yang
bersifat final. (Pasal 1 ayat (1))

Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan PPJB

• Wajib Menyetor Sendiri PPh Pengalihan Tanah/Bangunan • Pelunasan PPh atas PPJB dilakukan sendiri oleh OP/Badan :
sebelum akta, keputusan, kesepakatan, atau risalah
a) pihak penjual yang namanya tercantum dalam PPJB
lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau pada saat pertama kali ditandatangani; atau
bangunan ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang. (Pasal 3 ayat 1) b) pihak pembeli yang namanya tercantum dalam PPJB
sebelum terjadinya perubahan, dalam hal terjadi
• PPh terutang saat diterimanya sebagian atau seluruh
perubahan pihak pembeli dalam PPJB tersebut
pembayaran atas pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan, termasuk uang muka, bunga, pungutan, dan (Pasal 1 ayat 3)
pembayaran tambahan lainnya. (Pasal 3 ayat 2). • PPh terutang saat diterimanya sebagian atau seluruh
pembayaran atas pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan, termasuk uang muka, bunga, pungutan, dan
pembayaran tambahan lainnya. (Pasal 3 ayat 2).
TARIF PPh 4 AYAT (2) ATAS PENGALIHAN TANAH/BANGUNAN PP Nomor 34 Tahun 2016

Pasal 2 ayat (1)

Pasal 2 ayat (2)


Nilai Pengalihan
a. nilai berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang, dalam hal pengalihan hak kepada pemerintah
b. nilai menurut risalah lelang, dalam hal pengalihan hak sesuai dengan peraturan lelang
c. nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan
melalui jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa
d. nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
dilakukan melalui jual beli yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa
e. nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh berdasarkan harga pasar, dalam hal pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dilakukan melalui tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, hibah, waris, atau cara lain
yang disepakati antara para pihak.
PENGECUALIAN PPH 4 AYAT (2) ATAS PENGALIHAN TANAH/BANGUNAN

Pasal 6 PP Nomor 34 Tahun 2016


• Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah PTKP yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp60.000.000,00 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-
pecah;
• Orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil;
• Badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada badan keagamaan,
badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil;
• Pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan karena waris;
• Badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau
pemekaran usaha yang telah ditetapkan Menteri Keuangan untuk menggunakan nilai buku;
• Orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa bangunan dalam rangka melaksanakan perjanjian
bangun guna serah, bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan; atau
• Orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan.
PENGALIHAN TANAH/BANGUNAN MASIH MENGGUNAKAN NJOP

PP 71 Tahun 2008 (Sebelum berlakunya PP 34 Tahun 2016)


Nilai pengalihan hak adalah nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek
Pajak tanah dan/atau bangunan. (Pasal 4 ayat (2))

Permasalahan
Hal ini menyebabkan banyak notaris/PPAT melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan masih menggunakan NJOP atau 30%
di atas nilai NJOP bukan menggunakan nilai yang seharusnya diterima/diperoleh sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 2 ayat (2) PP 34
Tahun 2016.

a. memastikan lokasi dan luas tanah dan/ atau bangunan yang dicantumkan dalam surat pernyataan WP telah sesuai dengan
keadaan sebenarnya;
b. meneliti kebenaran nilai pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan atau perubahan PPJB atas tanah dan/ atau
bangunan yang terdapat dalam bukti penjualan/bukti transfer/bukti penerimaan uang, dalam hal pengalihan tanah dan/
atau bangunan berupa jual beli yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa; dan
c. menentukan kewajaran nilai pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan atau perubahan PPJB atas tanah dan/ atau
bangunan yang dinyatakan oleh Wajib Pajak dengan harga pasar berdasarkan pendekatan penilaian (appraisal), dalam hal
pengalihan tanah dan/ atau bangunan berupa jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa atau melalui tukar-menukar,
pelepasan hak, penyerahan hak, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para pihak.
Penilaian Material (Pasal 7 ayat 1 PER-18/PJ/2017)
PPnBM ATAS HUNIAN MEWAH

Menjual unit Apartemen X


PT B sebagai
Investor

PT A sebagai PMK No. 35/PMK.010/2017


Developer/Pemilik Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title,
Awal Apartemen X dan sejenisnya dengan harga jual sebesar
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) atau lebih.
Tarif PPnBM 20%

Perubahan per 10 Juni 2019

PMK No. 86/PMK.010/2019


Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen,
kondominium, town house, dan sejenisnya dengan harga jual
sebesar Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) atau
lebih
Tarif PPnBM 20%
PPh PASAL 22 ATAS HUNIAN MEWAH

Menjual unit Apartemen X


PT B sebagai
Investor

PT A sebagai PMK No. 90/PMK.03/2015

Developer/Pemilik penjualan apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan


harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp5.000.000.000,00
Awal Apartemen X (lima miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari
150m2 (seratus lima puluh meter persegi);
Tarif 5% x Harga Jual
Perubahan per 19 Juni 2019

PMK No. 92/PMK.010/2019


penjualan apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan
harga jual atau pengalihannya lebih dari
Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) atau luas
bangunan lebih dari 150m2 (seratus lima puluh meter
persegi)
Tarif 1% x Harga Jual
DASAR PENGENAAN PAJAK
HARGA CASH HARGA KREDIT
TYPE RUMAH
CASH KERAS CASH BERTAHAP 10 TAHUN DP 30% SISA CICILAN BULAN

36/72 193,959,000 215,510,000 284,050,000 85,215,000 198,835,000 1,656,958

45/105 280,743,800 311,937,500 390,824,000 117,247,200 273,576,800 2,279,807

60/120 388,125,000 431,250,000 511,750,000 153,525,000 358,225,000 2,985,208

Ketentuan:
1. Tanda jadi sebesar Rp 15.000.000
2. Pembayaran berikut, DP 30% setelah 2 minggu
3. Harga diatas sudah termasuk PPN, IMB, Penyambungan air bersih dan llistrik
4. Harga di atas belum termasuk biaya AJB+BN sertipikat HGB, BPHTB dan pajak/biaya lain yang timbul oleh pemerintah di kemudian hari
5. Suku Bunga KPR sepenuhnya ditentukan oleh Bank penyedia KPR pada saat persetujuan atau pada saat realisasi akad kredit
6. Sebelum ada uang tanda jadi, harga dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu

Nilai yang sesungguhnya/seharusnya diterima atau diperoleh.


34/2016)
(Pasal 2 ayat (2) UU
PPh
Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak
PPN termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam
Faktur Pajak.
(Pasal 1 (18) UU PPN 1984)
Konstruksi

22
Peraturan Terkait Konstruksi
UU No 36 TAHUN 2008
• UU No 36 TAHUN 2008 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang
perubahan keempat atas UU No 7 TAHUN 1983 tentang Pajak
Penghasilan UU No 42 TAHUN 2009
• UU No 8 TAHUN 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan UU No 42 TAHUN 2009 UU No 16 TAHUN 2009

• UU No 6 TAHUN 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara


Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No 51 tahun 2008
UU No 16 TAHUN 2009
• PP No 40 tahun 2009 Tentang Perubahan atas PP No 51 tahun
2008 Tentang PPh atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi
PP No 28 Tahun 2000
• PP No 4 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP No 28 Tahun
2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
• PMK No 153/PMK.03/2009 Tentang Perubahan atas PMK No 187/PMK03/2008 PMK No 187/PMK03/2008
tentang Tatacara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan, dan Penatausahaan PPh
atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi
Permen PU No 08 / PRT/ M /
• Permen PU No 08 / PRT/ M / 2011 tentang Pembagian 2011
Subklasifikasi dan Subkualifikasi Usaha Jasa Konstruksi
• SE No 05/PJ.03/2008 tentang Penyampaian PP No 51 Tahun 2008 tentang
PPh atas Penghasilan darl Usaha Jasa Konstruksi SE No 05/PJ.03/2008

23
Peraturan Lembaga Pengembangan
BENTUK USAHA JASA KONSTRUKSI
Jasa Konstruksi No. 11a Tahun 2008

Bentuk usaha Jasa Konstruksi meliputi:


1. Usaha perseorangan 2. Badan Usaha Nasional 3. Badan Usaha Asing
a. Harus memiliki SKT-K (Surat a. Badan Usaha berbadan a. Badan Usaha Asing
Keterampilan Kerja hukum; PT dan Koperasi (didirikan dan berdomisili di
Konstruksi) b. Badan Usaha bukan LN) dan memiliki kantor
b. Diregistrasi oleh LPJK berbadan hukum; CV, Firma perwakilan di Indonesia
c. Memiliki TDUP (Tanda Daftar b. Badan Usaha berbentuk
Usaha Perseorangan) usaha patungan (JOINT
VENTURE)
c. Badan usaha asing (huruf a)
harus membentuk kerjasama
operasi (JOINT OPERATION)
dengan Badan Usaha
Nasional yang berbentuk PT.
PROSES BISNIS JASA KONSTRUKSI

PP No. 51 Tahun 2008


• Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. (Pasal 1)
• Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan
beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan
masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. (Pasal 1)

Perencanaan/ Perancangan/ Pengadaan/ Pelaksanaan/


Planning Design Pelelangan Construction
Penetapan garis besar rencana • Preliminary Design (kriteria Menunjuk Kontraktor sebagai Mewujudkan bangunan pemilik
proyek desain, skematik desain, pelaksanan atau sejumlah proyek yg sudah dirancang oleh
a) Rekruitment konsultan, proses diagram blok plan, kontraktor sebagai sub- Konsultan Perencana dalam
b) Membuat TOR, rencana tapak, potongan, kontraktor yang melaksanakan batasan biaya, waktu, dan
c) survey, denah, site plan tata ruang, konstruksi di lapangan. persyaratan yang telah
d) feasibility study kelayakan estimasi cost) disepakati.
proyek, • Development Design
e) pemilihan desain, (perhitungan yang lebih PENGAWASAN
f) schematic design, detail)
g) program dan budget,
financing, dll) Sumber: Ervianto, I.W. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi.
Yogyakarta. Andi.
PPh 4 AYAT (2) ATAS JASA KONSTRUKSI
PP 51 Tahun 2008 (Diubah terakhir PP 40 Tahun 2009)

• Atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. (Pasal 2)
• Mekanisme Pemotongan Pajak Penghasilan Final adalah sebagai berikut: (Pasal 5 ayat 1)
1. Dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran, dalam hal Pengguna Jasa merupakan pemotong pajak
2. Disetor sendiri oleh Penyedia Jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan pemotong pajak.
• Besaran PPh final atas usaha jasa konstruksi adalah jumlah pembayaran atau jumlah penerimaan pembayaran
dalam hal PPh disetor sendiri oleh Penyedia Jasa (Pasal 5 ayat 2)

Jasa Pelaksanaan Konstruksi Jasa Pengawasan & Pelaksanaan

Kualifikasi
2% 3% 4% 4% 6% diterbitkan oleh
LPJK (Lembaga
Pengembangan
KUALIFIKASI KUALIFIKASI
. NON MEMPUNYAI NON Jasa Konstruksi)
KECIL MENENGAH DAN KUALIFIKASI KUALIFIKASI KUALIFIKAS
BESAR
Harus memiliki SIUJK (Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi) Harus memiliki SIUJK
PPh PASAL 23/26

Pasal 23 UU Pajak Penghasilan


Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek
pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh
pihak yang wajib membayarkan:
1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan
lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); dan
2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan
jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
JENIS JASA LAIN YANG DIPOTONG PPh PASAL 23

PMK No. 141/PMK.03/2015


Imbalan sehubungan dengan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang PPh dipotong
Pajak Penghasilan sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
Tarif: 2% x Jumlah Bruto
Pasal 1 Ayat 6 (Jenis Jasa Lain)

a. Jasa penilai (appraisal); di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi
d. Jasa hukum; sebagai pengusaha konstruksi;
e. Jasa arsitektur; ag. Jasa kebersihan atau cleaning service;
f. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape; aq. Jasa pengelolaan parkir;
y. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, ar. Jasa penyondiran tanah;
air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh as. Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan;
Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan bg. Jasa sertifikasi;
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
bh. Jasa survey;
konstruksi;
bj. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya
z. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/atau bangunan, atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya
PERLAKUAN PPN ATAS PEMBAYARAN TERMIN

Penjelasan Pasal 19 PP No. 1 Tahun 2012

• Sebelum jasa pemborong itu selesai dan siap untuk diserahkan, telah diterima
pembayaran di muka sebelum pekerjaan pemborongan dimulai atau pembayaran atas
sebagian penyelesaian pekerjaan jasa sesuai dengan tahap atau kemajuan
penyelesaian pekerjaan. Dalam hal ini sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur
dalam Pasal 11 ayat (2) UU PPN, PPN terutang pada saat pembayaran tersebut
diterima oleh Pemborong atau Kontraktor.
• Selanjutnya setelah bangunan atau barang tidak bergerak tersebut selesai dikerjakan,
maka jasa pemborongan seluruhnya diserahkan kepada penerima jasa. Dalam hal ini
sesuai dengan Pasal 11 ayat (1) UU PPN, PPN terutang pada saat penyerahan JKP itu
dilakukan, meskipun pembayaran lunas jasa pemborongan tersebut belum diterima
oleh Pemborong atau Kontraktor.
CONTOH PENERAPAN TERUTANGNYA PPN ATAS PEMBAYARAN TERMIN

Penjelasan Pasal 19 PP No. 1 Tahun 2012


1. Tanggal 1 April 2011, perjanjian pemborongan ditandatangani dan diterima uang muka sebesar 20%.
2. Tanggal 1 Mei 2011, pekerjaan selesai 20%, diterima pembayaran tahap ke-1.
3. Tanggal 1 Juni 2011, pekerjaan selesai 50%, diterima pembayaran tahap ke-2.
4. Tanggal 20 Juni 2011, pekerjaan selesai 80%, diterima pembayaran tahap ke-3.
5. Tanggal 25 Agustus 2011, pekerjaan selesai 100%, bangunan atau barang tidak bergerak diserahkan.
6. Tanggal 1 September 2011, diterima pembayaran tahap akhir (ke-4) sebesar 95% dari harga borongan.
7. Tanggal 1 Maret 2012, diterima pembayaran pelunasan seluruh jasa pemborongan.

Angka 1 sampai dengan angka 4 Pajak Pertambahan Nilai terutang pada tanggal diterimanya
pembayaran (tahap)
Angka 5 sampai dengan angka 7 Pajak Pertambahan Nilai terutang pada tanggal 25 Agustus
2011 atau saat jasa pemborongan (bangunan atau barang tidak bergerak) selesai dilakukan
dan diserahkan kepada pemiliknya.
DENDA KETERLAMBATAN PEMBAYARAN TERMIN ATAS JASA KONSTRUKSI

S - 480/PJ.313/2001 PPh
Denda keterlambatan pembayaran kewajiban kepada pihak pemberi jasa termasuk dalam pengertian bunga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f Undang-undang Pajak Penghasilan, sehingga atas imbalan yang
diterima atau diperoleh pihak pemberi jasa berupa pembayaran denda keterlambatan pembayaran tersebut
dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto.

S - 380/PJ.32/1990 PPN
• Denda yang dikenakan kepada pembeli atau penerima jasa karena keterlambatan pembayaran dari
waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian tidak merupakan harga yang seharusnya diminta;
• Maka bukan bagian dari Dasar Pengenaan Pajak sehingga atas pengenaan denda tersebut tidak
terutang PPN;
• Demikian juga kebalikannya apabila terjadi klaim dari pembeli/penerima jasa yang mengakibatkan
berkurangnya jumlah pembayaran karena keterlambatan penyerahan BKP/JKP, maka Dasar
Pengenaan Pajak adalah tetap Harga Jual/Penggantian dan tidak dikurangi dengan besarnya klaim
tersebut.
PENJUALAN BARANG SCRAP & SELISIH KURS JASA KONSTRUKSI

Penjualan Barang Scrap

Penjualan Barang Scrap Hasil Kegiatan Barang Scrap Hasil Kegiatan Konstruksi termasuk
Konstruksi termasuk objek pajak penghasilan dalam Barang Kena Pajak (BKP) sehingga
tidak final dan masuk dalam pos Penghasilan penyerahannya terutang PPN dan Pengusaha
Lain sehingga dikenakan Tarif PPh Ps 17 UU PPh. harus menerbitkan FP atas penyerahan tsb.
PPh PPN

Keuntungan/Kerugian Selisih Kurs

Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari kegiatan usaha Jasa Konstruksi termasuk dalam
perhitungan Nilai Kontrak Jasa konstruksi yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
(Pasal 7 ayat (3))
PP No. 51 Tahun 2008 (Diubah Terakhir PP 40 Tahun 2009)
PELAPORAN SPT TAHUNAN WP KONSTRUKSI – LAMPIRAN IV
PENGHASILAN FINAL LAMPIRAN - IV
1771 - IV

FORMULIR
DEPARTEMEN KEUANGAN RI
SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN 2 0 1 5

TAHUN PAJAK
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERM ASUK OBJEK PAJAK
LAPORAN RUGI 0 1 2 3 5 5 4 6 8 5 2 1 0 0 0
NPWP :

IDENTITAS
LABA
PT.RODA JAYA SAKTI NAMA WAJIB PAJAK : P T R O D A J A Y A S A K T I
PERIODE 1 JANUARI S/D 31 DESEMBER 2015 PERIODE PEMBUKUAN : 0 1 1 5 s.d. 1 2 1 5

BAGIAN A : PPh FINAL


USAHA SUPPLIER USAHA JUMLAH NO JENIS PENGHASILAN DASAR PENGENAAN PAJAK TARIF PPh TERUTANG
URAIAN KONSTRUKSI GABUNGAN (Rupiah) (%) (Rupiah)
(Non Final) (Final) (1) (2) (3) (4) (5)

Peredaran Usaha 3.500.000.000 2.000.000.000 5.500.000.000


1. BUNGA DEPOSITO / TABUNGAN, DAN 30.000.000 20 6.000.000
DISKONTO SBI / SBN

Persediaan awal 450.000.000 300.000.000 750.000.000 BUNGA / DISKONTO OBLIGASI


2. Y ANG DIPERDAGANGKAN / DILAPORKAN - -
Pembelian barang 2.700.000.000 1.200.000.000 3.900.000.000 PERDAGANGANNY A DI BURSA EFEK
3. PENGHASILAN PENJUALAN SAHAM - -
Tersedia dijual 3.150.000.000 1.500.000.000 4.650.000.000 Y ANG DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK
4. PENGHASILAN PENJUALAN SAHAM - -
Persediaan akhir 400.000.000 300.000.000 700.000.000 MILIK PERUSAHAAN MODAL VENTURA
5. PENGHASILAN USAHA PENY ALUR / - -
Tenaga Kerja Langsung - 250.000.000 250.000.000 DEALER / AGEN PRODUK BBM

Harga Pokok 2.750.000.000 1.450.000.000 4.200.000.000 6. PENGHASILAN PENGALIHAN HAK ATAS - -


TANAH / BANGUNAN

Penjualan
Laba Bruto 750.000.000 550.000.000 1.300.000.000 7. PENGHASILAN PERSEW AAN ATAS
TANAH / BANGUNAN
- -

Biaya Adm Kantor 516.500.000 192.500.000 709.000.000 8. IMBALAN JASA KONSTRUKSI :

a. PELAKSANA KONSTRUKSI 2.000.000.000 3 60.000.000


Laba Neto Usaha 233.500.000 357.500.000 591.000.000
b. PERENCANA KONSTRUKSI - -
Pend & Biaya Lain : -
c. PENGAW AS KONSTRUKSI - -
Bunga tabungan 30.000.000 - 30.000.000
- -
PPh bunga tabungan (6.000.000 - (6.000.000 9. PERW AKILAN DAGANG ASING

Pend & Biaya Lain : )


24.000.000 - )
24.000.000 10. PELAY ARAN / PENERBANGAN ASING - -
Laba Neto 257.500.000 357.500.000 615.000.000 11. PELAY ARAN DALAM NEGERI - -
PPh 44.668.000 60.000.000 104.668.000 12. PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP - -
Laba Neto Komersial 212.832.000 297.500.000 510.332.000 13. TRANSAKSI DERIVATIF Y ANG -
DIPERDAGANGKAN DI BURSA
14. -
dst

66.000.000
JUMLAH BAGIAN A JBA
PELAPORAN SPT TAHUNAN WP KONSTRUKSI – LAMPIRAN I
LAMPIRAN - I
1771 - I

TAHUN PAJAK
FORMULIR
SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK 2 0 1 5
DEPARTEMEN KEUANGAN RI BADAN
LAPORAN RUGI LABA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO FISKAL
PT.RODA JAYA SAKTI
NPWP : 0 1 2 3 5 5 4 6 8 5 2 1 0 0 0

IDENTITAS
PERIODE 1 JANUARI S/D 31 DESEMBER 2015 NAMA WAJIB PAJAK : P T R O D A J A Y A S A K T I
PERIODE PEMBUKUAN : 0 1 1 5 s.d. 1 2 1 5
USAHA SUPPLIER USAHA JUMLAH
URAIAN KONSTRUKSI GABUNGAN
(Non Final) (Final) NO URAIAN RUPIAH
Peredaran Usaha 3.500.000.000 2.000.000.00 5.500.000.000 (1) (2) (3)
1. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI :
Persediaan awal 450.000.000 0 300.000.000 750.000.000 1a
5.500.000.000
Pembelian barang 2.700.000.000 1.200.000.000 3.900.000.000 a. PEREDARAN USAHA …………………………………………………………… .

Tersedia dijual 3.150.000.000 1.500.000.000 4.650.000.000


1b 4.200.000.000
b. HARGA POKOK PENJUALAN ………………………………………………… .
Persediaan akhir 400.000.000 300.000.000 700.000.000
c. BIAYA USAHA LAINNYA ………………………………………………………….
1c
709.000.000
Tenaga Kerja Langsung - 250.000.000 250.000.000 1d
591.000.000
d. PENGHASILAN NET O DARI USAHA (1a - 1b - 1c) ………………………… .
Harga Pokok 2.750.000.000 1.450.000.00 4.200.000.000
Penjualan 0 550.000.000 PENGHASILAN DARI LUAR USAHA ………………………………………… .
1e
30.000.000
Laba Bruto 750.000.000 1.300.000.000 e.

Biaya Adm Kantor 516.500.000 192.500.00 709.000.000 f. BIAYA DARI LUAR USAHA ……………………………………………………….
1f
6.000.000
Laba Neto Usaha 233.500.000 0
357.500.000 591.000.000 g. PENGHASILAN NET O DARI LUAR USAHA (1e - 1f) ……………………… .
1g
24.000.000
Pend & Biaya Lain : -
h. JUMLAH (1d + 1g) ……………………………………………………………… . 1h
615.000.000
Bunga tabungan 30.000.000 - 30.000.000
2. PENGHASILAN NETO KOMERSIAL LUAR NEGERI
PPh bunga tabungan (6.000.000) - (6.000.000 (Di i si dari Lampi ran Khusus 7A Kol om 4) ………………………………………… . 2 -
Pend & Biaya Lain : 24.000.000 - )
24.000.000
3. JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL (1h + 2) ………………………… . 3
615.000.000
Laba Neto 257.500.000 357.500.000 615.000.000

*
PPh 44.668.000 60.000.000 104.668.000 4.
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL 4

Laba Neto Komersial 212.832.000 297.500.000 510.332.000 DAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK ………………………………… . 357.500.000

* Diisi dengan jumlah penghasilan neto komersial atas penghasilan yang dikenai PPh final
dan penghasilan neto komersial atas penghasilan yang tidak termasuk objek pajak yang
telah dimasukkan dalam angka 1 formulir 1771 – I (Sumber: Petunjuk Pengisian SPT)
PELAPORAN SPT TAHUNAN WP KONSTRUKSI – INDUK SPT
*) Pengi s i an kol om-kol om yang beri s i ni l ai rupi ah harus tanpa ni l ai des i mal (c ontoh penul i s an l i hat buku petunj uk h
RUPIA H *)
(1) (2) (3)
1. PENGHASILAN NET O FISKAL
317.000.000
PENGHASILAN

(Di i si dari Form ul i r 1771-I Nom or 8 Kol om 3) ……………………… 1

2. KOM PENSASI KERUGIAN FISKAL


(Di i si dari Lam pi ran Khusus 2A Jum l ah Kol om B) …………………
2
-
PAJAK
KENA

3. PENGHASILAN KENA PAJAK (1 - 2) ………………………………… 3


317.000.000
A.

4. PPh T ERUT ANG (Pi l i h sal ah satu sesuai dengan kri teri a Waj i b Paj ak. Untuk l ebi h j el asnya, l i hat Buku Petunj uk Pengi si an SPT )
FORMULIR 1771 Halaman 2
RUPIAH
B. PPh TERUTANG

a. Tarif PPh Ps 17 ayat (1) Huruf b X A ngka 3 ……………… (1) (2) (3)
b. Tarif PPh Ps 17 ayat (2b) X A ngka 3 ………………… 4 44.668.000 14. a. PENGHASILAN YANG MENJADI DASAR
317.000.000

E. ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN BERJALAN


PENGHIT UNGAN ANGSURAN …………………………………… 14a
c. X Tarif PPh Ps 31E ayat (1)

5. PENGEM BALIAN / PENGURANGAN KREDIT PAJAK LUAR NEBE -


b. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL
(Di i si dari Lampi ran Khusus 2A Juml ah Kol om 9) ……………… 14b
-
5
(PPh Ps. 24) YANG T ELAH DIPERHIT UNGKAN T AHUN LALU …
6
44.668.000 14c 317.000.000
6. JUM LAH PPh T ERUT ANG (4 + 5) …………………………………… c. PENGHASILAN KENA PAJAK (14a - 14b) ………………………
d. PPh YANG T ERUT ANG
7 - (T ari f PPh dari Bagi an B Nomor 4 X 14c) ………………………
14d 44.668.000
7. PPh DIT ANGGUNG PEM ERINT AH (Proyek Bantuan Luar Negeri )
e. KREDIT PAJAK T AHUN PAJAK YANG LALU AT AS
8. a. KREDIT PAJAK DALAM NEGERI 8a
1.500.000
(Di i si dari Form ul i r 1771-III Jum l ah Kol om 5) …………………… PENGHASILAN YANG T ERMASUK DALAM ANGKA 14a 14e 1.500.000
b. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
8b
- YANG DIPOT
YANG DIPOTONG
ONG // DIPUNGUT
DIPUNGUT OLEH
OLEH PIHAK
PIHAK LAIN …………
LAIN ……………
(Di i si dari Lam pi ran Khusus 7A Jum l ah Kol om 7) ………………
14f
43.168.000
8c
1.500.000 f. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI (14d - 14e) ……………
C. KREDIT PAJAK

c. JUM LAH (8a + 8b) ……………………………………………………

9. a. X PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI


14g 3.597.333
g. PPh PASAL 25 : (1/12 x 14f) ………………………………………
b. PPh YANG LEBIH DIPOT ONG / DIPUNGUT
(6 - 7 - 8c)
9 43.168.000

PENGHASILAN BUKAN
15. a. PPh FINAL :
3.600.000

F. PPh FINAL DAN


10. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI
15a 66.000.000

OBJEK PAJAK
a. PPh Ps. 25 BULANAN ……………………………………………… 10a
(Di i si dari Formul i r 1771-IV Juml ah Bagi an A Kol om 5) ………

b. ST P PPh Ps. 25 (Hanya Pokok Paj ak) ……………………………


10b
-
b. PENGHASILAN YANG T IDAK T ERMASUK OBJEK PAJAK :
PENGHASILAN BRUT O
c. PPh Ps. 25 AYAT (8) / FISKAL LUAR NEGERI ………………… 10c
-
-
15b
(Di i si dari Formul i r 1771-IV Juml ah Bagi an B Kol om 3) ………

d. JUM LAH (10a + 10b + 10c) ………………………………..


10d
3.600.000
11. a. X PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh Ps. 29)
(9 - 10d)
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh Ps. 28A) 11 39.568.000
D. PPh KURANG/LEBIH

12. PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a DISET OR T ANGGAL ……… 3 0 0 4 2 0 1 6
TGL BLN THN
13. PPh YANG LEBIH DIBAYAR PADA ANGKA 11.b M OHON :

a. DIREST IT USIKAN b. DIPERHIT UNGKAN DENGAN UT ANG PAJAK


BAYAR

Khusus Resti tusi untuk Waj i b Paj ak dengan Kri teri a T ertentu : Pengem bal i an Pendahul uan (Pasal 17C atau Pasal 17D UU KUP
TARIF Perusahaan Konstruksi
 PPh Final Pasal 4 ayat 2  Pajak Pertambahan Nilai

PELAKSANAAN KONSTRUKSI
vs 10 %

2% 3% 4%

KUALIFIKASI
.
KUALIFIKASI
KECIL MENENGAH
DAN BESAR
NON
NON KUALIFIKASI
PENGAWASAN DAN
KUALIFIKASI
PERENCANAAN
KONSTRUKSI

4% 6%

MEMPUNYAI 36
KUALIFIKASI
Saat Terutang dan Dasar Pengenaan Pajak

Pajak Pertambahan Nilai


PPh Final Pasal 4 ayat 2
• Penyerahan Barang/Jasa
Kena Pajak
SAAT Pada Saat pembayaran • Pembayaran apabila
pembayaran diterima
TERUTANG sebelum penyerahan
BKP/JKP
Pasal 5 PP 51 Tahun 2008
Pasal 11 ayat 1(C) dan ayat 2

DASAR PENGENAAN PAJAK


JUMLAH PEMBAYARAN ATAU JUMLAH PENERIMAAN YG MERUPAKAN
BAGIAN NILAI KONTRAK TIDAK TERMASUK PPN 37
Pemotongan PPh Final
D A N S E L I S I H K E K U R A N G A N P E M B A Y A R A N

Setor
Sendiri
Dipotong  Disetor Sendiri Bila Pengguna jasa
Pengguna Jasa Bukan Pemotong Pajak
 Setor Tanggal 15 Bulan Berikutnya

Dalam hal terdapat selisih Kekurangan Pajak Penghasilan


 Dipotong Oleh Pengguna Jasa Bila Pengguna
yang terutang, selisih kekurangan disetor sendiri
Jasa Merupakan Pemotong Pajak
 Setor Tanggal 10 Bln Berikutnya KURANG PEMBAYARAN PPh

38

Pasal 5 dan Pasal 6 PP 51 Tahun 2008 serta Pasal 5 PMK-187 Tahun 2008
Perusahaan
Pelayaran

39
KETENTUAN DOMESTIK INDONESIA
Ketentuan Domestik:
 Pasal 15 UU PPh
 KMK Nomor 417/KMK.04/1996
 SE-32/PJ.4/1996
KETENTUAN DOMESTIK DAN P3B INDONESIA

Pasal 15 UU PPh
“Menteri Keuangan dapat mengeluarkan keputusan untuk menetapkan Norma Penghitungan
Khusus guna menghitung penghasilan netto dari Wajib Pajak tertentu yang tidak dapat dihitung
berdasarkan Pasal 16.”
KMK-417/1996
 Peredaran bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan luar negeri dari
pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia
dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
 Penghasilan neto bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri
ditetapkan sebesar 6% (enam persen) dari peredaran bruto.
 Besarnya Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan luar
negeri adalah sebesar 2,64% (dua koma enam puluh empat persen) dari peredaran bruto.
 Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat final.

SE-32/PJ.4/1996
Subjek Pajak sesuai KMK-417 adalah subjek pajak perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan
yang bertempat kedudukan di luar negeri yang melakukan usaha melalui BUT di Indonesia.
PERHITUNGAN PPH FINAL (PS 15=2,64%)

 Peredaran Bruto xxx??


 Norma Penghasila Neto 6%
 PPh Final (Ps 15 Final) =30% x 6% 1,8%
 Laba setelah PPh Ps. 15 4,2%
 Branch Profit Tax (PPh Ps. 26)= 20% x 4,2% 0,84%
 Laba setelah PPh 3,36%
 Tarif Efektif PPh (PPh Ps 15)=1,8% + 0,84% 2,64%
ADAKAH OBJEK PPH PASAL 21/26?
Perusahaan Real Estate, Konstruksi & Pelayaran
 Penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur
 Penghasilan penerima pensiun secara teratur
 Uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan
hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 tahun;
 Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
 Imbalan kepada bukan pegawai;
 Imbalan kepada peserta kegiatan;
 Imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
 Imbalan kepada mantan pegawai;
 Penarikan dana pensiun oleh pegawai.
Termasuk:
Natura/Kenikmatan dari:

• Wajib Pajak PPh Final


• Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus
PER-16/PJ/2016
tgl 29 September 2016
Latihan & Studi Kasus (Lanjutan)

1. Soal Kasus UAS ALK SPT Tahun Akademik 2018/2019


2. Kasus ALK PT BEPEKA INDONESIA
3. Latihan Soal ALK SPT
https://bit.ly/ALKEkualisasi
https://bit.ly/ALKEkualisasi

Anda mungkin juga menyukai