Wajib Pajak telah menugaskan Konsultan untuk menyiapkan Laporan Penetapan Harga
Transfer atau Transfer Pricing Documentation (“Laporan”). Penugasan tersebut merujuk pada
Proposal No. PIK.021/PL-MBR/II.17/PBS tertanggal 17 Februari 2017 yang telah disetujui Wajib
Pajak dan telah berfungsi sebagai kontrak. Laporan berkaitan dengan transaksi hubungan istimwa
yang terjadi antara Wajib Pajak dengan pihak afiliasinya untuk tahun pajak 2016.
Penugasan yang dilakukan Konsultan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan (Menkeu)
No. 213/PMK.03/2016. Sesuai dengan kontrak, ruang lingkup penugasan Konsultan adalah:
a. Penyusunan Laporan Induk, yang meliputi informasi sbb.:
1) Struktur dan bagan kepemilikan Grup Usaha serta negara atau yurisdiksi masing-masing
anggota Grup Usaha;
2) Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Grup Usaha;
3) Harta tidak berwujud yang dimiliki Grup Usaha;
4) Aktivitas keuangan dan pembiayaan dalam Grup Usaha;
5) Laporan Keuangan Konsolidasi Entitas Induk dan informasi perpajakan terkait Transaksi
Afiliasi;
b. Penyusunan Dokumen Lokal, yang meliputi informasi sbb.:
1) Identitas dan kegiatan usaha yang dilakukan Wajib Pajak;
2) Informasi Transaksi Afiliasi dan transaksi independen yang dilakukan Wajib Pajak;
3) Penerapan ALP;
4) Informasi Keuangan Wajib Pajak;
5) Peristiwa-peristiwa, kejadian-kejadian, fakta-fakta non-keuangan yang memengaruhi
pembentukan harga atau tingkat laba.
Laporan ini dimaksudkan untuk penggunaan internal Wajib Pajak dan semata-mata untuk
mendukung kebijakan penetapan harga transfer di Wajib Pajak yang disajikan kepada otoritas
pajak. Laporan ini sepenuhnya didasarkan pada kelengkapan dan keakuratan informasi yang
diberikan oleh Wajib Pajak kepada Konsultan. Dalam hal ini, Konsultan tidak melakukan verifikasi
independen atas informasi yang diberikan oleh Wajib Pajak.
Laporan ini juga berisi informasi yang diperoleh dari sumber pihak ketiga berupa database
informasi dan publikasi industri yang relevan. Meskipun Konsultan menggunakan pengalamannya
untuk menilai kewajaran informasi yang digunakan, Konsultan tidak dapat menjamin akurasi dan
keandalan data pihak ketiga tersebut, dalam hal realibilitas dan kesesuaiannya.
Dalam menyusun Laporan ini, Konsultan mengacu pada beberapa ketentuan perpajakan yang
masih berlaku pada saat Laporan ini dibuat. Ketentuan perpajakan tersebut meliputi:
▪ Peraturan Menkeu No. 213/PMK.03/2016 tentang jenis dokumen dan/atau informasi tambahan
yang wajib disimpan oleh Wajib Pajak yang melakukan transaksi dengan para pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, dan tata cara pengelolaannya;
▪ Peraturan Dirjen (Direktur Jenderal) Pajak No. Per-43/PJ/2010, sebagaimana telah diubah
dengan Per-32/PJ/2011, tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam
transaksi antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak No.Per-32/PJ/2011;
▪ Peraturan Dirjen Pajak No. Per-22/PJ/2013 tentang pedoman pemeriksaan terhadap Wajib
Pajak yang mempunyai hubungan istimewa; dan/atau
▪ Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-50/PJ/2013 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Terhadap
Wajib Pajak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Dalam hal tidak terdapat penjelasan yang memadai di dalam ketentuan perpajakan,
sebagaimana dimaksud di atas, Konsultan merujuk pada beberapa literatur internasional terkait,
yaitu:
▪ OECD Transfer Pricing Guideline for Multinational Enterprises and Tax Administrations (OECD,
2010); dan/atau
▪ Transfer Pricing Documentation and Country-by-Country Reporting, Action 13 - 2015 Final
Report, OECD/G20 Base Erosion and Profit Shifting Project (OECD, 2015a)
▪ Aligning Transfer Pricing Outcomes with Value Creation, Actions 8-10 - 2015 Final Reports,
OECD/G20 Base Erosion and Profit Shifting Project (OECD, 2015b)
Otoritas pajak dapat mengubah atau memodifikasi secara prospektif dan/atau retrospektif
peraturan yang telah dibuatnya. Setiap perubahan tersebut, bagaimanapun juga, dapat
memengaruhi hasil yang disajikan dalam Laporan ini. Dalam hal ini, Konsultan tidak mempunyai
tanggung jawab untuk meninjau lebih lanjut atau memperbarui Laporan atas perubahan yang terjadi
pada peraturan (termasuk peraturan pajak), praktik bisnis, atau kondisi lain yang bisa memengaruhi
Wajib Pajak, pihak-pihak afiliasi, dan perusahaan yang dijadikan sebagai pembanding, setelah
tanggal penyelesaian Laporan ini.
Perlu digarisbawahi kembali bahwa Laporan ini telah disampaikan kepada Wajib Pajak untuk
kepentingan dan pemakaian internal Wajib Pajak sendiri sesuai dengan fakta-fakta serta kondisi
spesifik yang ada dan sesuai dengan ruang lingkup penugasan yang diberikan. Dalam hal seluruh
atau bagian dari Laporan ini dirujuk oleh atau disampaikan kepada pihak ketiga, Wajib Pajak harus
memberitahu pihak ketiga tersebut bahwa kesimpulan dalam Laporan ini tidak dimaksudkan hanya
untuk bergantung pada pihak ketiga tersebut. Sepanjang diperkenankan oleh hukum yang berlaku,
Konsultan tidak bertanggung jawab apa pun dan Konsultan tidak bertanggung jawab terhadap
kerugian yang menimpa Wajib Pajak atau pihak ketiga sebagai akibat dari pengungkapan sebagian
atau keseluruhan Laporan ini oleh Wajib Pajak.
Setiap komentar yang terkait dengan penetapan harga transfer (transfer pricing) dalam
Laporan ini tidak dimaksudkan atau ditulis oleh Konsultan agar Laporan ini dapat (tidak dapat)
digunakan oleh klien atau pihak lain atau badan untuk tujuan menghindari hukuman yang mungkin
dikenakan pada siapa pun wajib pajaknya.
Laporan ini dibuat oleh Konsultan berdasarkan data, dokumen, dan fakta yang disediakan
Wajib Pajak. Di dalam praktik, opini Konsultan dapat berbeda dengan opini otoritas pajak dan
Bab 1 Pendahuluan | 2
Penetapan Harga Transfer – PT MBR Indonesia 2016
penyesuaian dapat dilakukan oleh otoritas pajak. Dalam hal ini Konsultan tidak dapat dimintai
pertanggungjawabannya atas segala konsekuensi yang terjadi akibat penyesuaian dari otoritas
pajak tersebut.
Sumber informasi terdiri dari sumber internal dan sumber eksternal. Informasi tersebut
mencakup data keuangan, dokumen, hasil wawancara, pencatatan, buku, dan laporan. Selama
proses penyusunan laporan, Wajib Pajak telah menyediakan informasi internal sesuai dengan
kebutuhan informasi menurut PMK TP Doc dan berdasarkan checklist, seperti terlihat pada Tabel
1.1. Sumber informasi yang terangkum di dalam Tabel 1.1 mengacu pada data dan informasi yang
tersedia pada saat dilakukan Transaksi Afiliasi, sebagaimana diatur di dalam Pasal 3 ayat (1)
Peraturan Menkeu No. 213/PMK.03/2016.
Bab 1 Pendahuluan | 3
Penetapan Harga Transfer – PT MBR Indonesia 2016
Bab 1 Pendahuluan | 4
Penetapan Harga Transfer – PT MBR Indonesia 2016
Bab 1 Pendahuluan | 5
Penetapan Harga Transfer – PT MBR Indonesia 2016
Bab 1 Pendahuluan | 6
Penetapan Harga Transfer – PT MBR Indonesia 2016
Bab 1 Pendahuluan | 7
BAB 2
DOKUMEN INDUK
2.1. Umum
Uraian yang ada di dalam bab ini mengacu pada ketentuan Menteri Keuangan (Peraturan
Menkeu No. 213/PMK.03/2016), sebagaimana dikutip di bawah ini, termasuk subbab yang
dijabarkan.
“Pasal 8
(1) Dokumen induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a harus memuat
informasi mengenai Grup Usaha paling sedikit sebagai berikut:
a. struktur dan bagan kepemilikan serta negara atau yurisdiksi masing-masing anggota;
b. kegiatan usaha yang dilakukan;
c. harta tidak berwujud yang dimiliki;
d. aktivitas keuangan dan pembiayaan; dan
e. Laporan Keuangan Konsolidasi Entitas Induk dan informasi perpajakan terkait
Transaksi Afiliasi.
(2) Rincian dan/atau penjelasan dari informasi dalam dokumen induk sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit memuat informasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran
huruf C yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini” (Peraturan
Menkeu No. 213/PMK.03/2016).
Istilah “Grup Usaha” di dalam ketentuan di atas telah didefinisikan sebagai berikut: “Grup
Usaha adalah sekumpulan subjek pajak yang menjalankan kegiatan usaha yang terdiri dari pihak-
pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa” (Peraturan Menkeu No. 213/PMK.03/2016). Jika
dirujuk OECD BEPS Action 13 (OECD, 2015a, hal. 15), Dokumen Induk atau “Master File” berisi
sbb.: “a master file containing standardised information relevant for all MNE group members”.
Dengan demikian, Grup Usaha meliputi semua anggota grup dari MNE (Multinational Enterprises).
2.2. Struktur dan Bagan Kepemilikan Grup Usaha serta Negara/Yurisdiksi Masing-Masing
Anggota Grup Usaha
2.2.1. Daftar Pemegang Saham dan Persentase Kepemilikan Saham serta Daftar Pengurus
dari Masing-masing Anggota Grup Usaha
Berdasarkan laporan tahunan induk usaha dari Wajib Pajak (MBR Holding Pte. Ltd., 2016) dan
laporan tahunan 2015 Wajib Pajak, daftar pemegang saham dari masing-masing anggota Grup
Usaha terangkum di dalam Tabel 2.1.
Persentase kepemilikan saham dari masing-masing anggota Grup Usaha juga terlihat pada
Tabel 2.1.
Daftar pengurus dari masing-masing anggota Grup Usaha terlihat pada Tabel 2.2.
Bagan kepemilikan Grup Usaha yang menunjukkan keseluruhan hubungan kepemilikan saham
anggota Grup Usaha terlihat pada Gambar 2.1.
Prianto:
- Berdiri th 2012
- Sdh ada piutang PS
50%; 625 LG (istri CW) CW AW (CW) 1.200 K
33.3%; 400
50%; 625 1%; 66 99%; 6.534 33,3%; 400 33,3%; 400
Lokasi geografis (negara atau yurisdiksi) masing-masing anggota Grup Usaha terangkum di
dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Lokasi Geografis, Kegiatan Usaha, & Faktor Penentu Laba Usaha Masing-masing Anggota Grup Usaha
No. Anggota Grup Negara/Yuridiksi Kegiatan Usaha Faktor Penentu Laba Usaha
1. MBR Holding Pte. Ltd Singapura Investasi Harga saham
2. MBR AAA Ltd British Virgin Island Investasi Suku Bunga
3. MBR BBB Bhd Malaysia Perdagangan Volume penjualan
4. MBR CCC Pte Ltd Singapura Distribusi Biaya overhead
5. PT MBR Indonesia Indonesia Perdagangan Volume penjualan
6. PT XXX Indonesia Perdagangan Volume penjualan
Sumber: (MBR Holding Pte. Ltd., 2016)
2.3.1. Daftar Anggota Grup Usaha dan Kegiatan Usaha Anggota Grup Usaha
Tabel 2.3 juga memberikan informasi kegiatan usaha dari masing-masing anggota Grup
Usaha.
Bagi kebanyakan bisnis, ada empat penentu laba yang utama, yaitu: 1) harga, 2) biaya variabel
3) biaya tetap (atau overhead), dan 4) volume penjualan (The Biz Coach, 2017). Faktor penentu
laba bagi masing-masing Grup Usaha terangkum di dalam Tabel 2.3.
Rantai usaha atau “supply chain” didefinisikan di dalam “Supply Chain Management Terms
and Glossary” (CSCMP, 2013), seperti dikutip di bawah ini. Berdasarkan definisi tersebut, rantai
usaha mencakup juga semua pemasok, penyedia jasa, dan pelanggan. Untuk rantai usaha dari
Grup Usaha, skemanya terlihat pada Gambar 2.1.
“Supply Chain: 1) starting with unprocessed raw materials and ending with the final customer
using the finished goods, the supply chain links many companies together. 2) the material and
informational interchanges in the logistical process stretching from acquisition of raw materials
to delivery of finished products to the end user. All vendors, service providers and customers
are links in the supply chain” (CSCMP Supply Chain Management Definitions and Glossary,
2013).
Rantai usaha untuk 5 (lima) besar produk dan / atau jasa yang dihasilkan oleh Grup Usaha
tidak berbeda. Rantai usaha untuk produk atau j asa lain yang dihasilkan oleh Grup Usaha dengan
nilai peredaran bruto usaha 5 (lima) persen atau lebih dari total peredaran bruto Grup Usaha juga
tidak berbeda.
2.3.5. Lokasi Geografis Pasar Utama Produk dan/atau Jasa dari Grup Usaha
Tabel 2.6 merangkum lokasi geografis (negara atau yurisdiksi) yang menjadi pasar utama dari
produk-produk dan/atau jasa-jasa yang dihasilkan oleh Grup Usaha.
Analisis fungsional Grup Usaha terangkum pada Tabel 2.7. Tabel tersebut mencakup analisis
fungsi, aset, dan risiko yang dilakukan Grup Usaha yang menjelaskan kontribusi dari setiap anggota
Grup Usaha di dalam penciptaan nilai (value creation).
2.3.7. Restrukturisasi Usaha, Akuisisi Usaha, dan Divestasi Usaha oleh Anggota Grup
Usaha Selama 5 Tahun Terakhir
Anggota Grup Usaha Wajib Pajak dalam lima tahun terakhir tidak melakukan restrukturisasi
usaha, akuisisi usaha, dan/ataupun divestasi usaha.
Menurut ketentuan Dirjen Pajak (Peraturan Dirjen Pajak No. Per-32/PJ/2011), Harta Tak
Berwujud (Intangibles)1 didefinisikan seperti terlihat pada kutipan di bawah ini. Tabel 2.7 merangkum
jenis harta tidak berwujud dan penjelasan terkait.
1 Transaksi Harta Tidak Berwujud meliputi transaksi pemanfaatan dan transaksi pengalihan. Transaksi pemanfaatan
Harta Tidak Berwujud antara Pihak Afiliasi dianggap memenuhi ALP (Arm’s Length Principle) sepanjang memenuhi
ketentuan: a. transaksi pemanfaatan Harta Tidak Berwujud benar-benar terjadi; b. terdapat manfaat ekonomis atau
komersial; dan c. transaksi afiliasi tersebut mempunyai nilai yang sama dengan transaksi yang dilakukan antara
pihak-pihak non-afiliasi yang mempunyai kondisi yang sebanding dengan menerapkan Analisis Kesebandingan dan
menerapkan metode Penentuan Harga Transfer yang tepat ke dalam transaksi. Transaksi pengalihan Harta Tidak
Berwujud yang dilakukan pihak-pihak afiliasi dianggap memenuhi ALP sepanjang memenuhi ketentuan: a. transaksi
pengalihan Harta Tidak Berwujud benar-benar terjadi; dan b. nilai pengalihan Harta Tidak Berwujud antara pihak-
pihak afiliasi sama dengan nilai pengalihan Harta Tidak Berwujud yang dilakukan antara pihak-pihak non-afiliasi
yang mempunyai kondisi yang sebanding (Peraturan Dirjen Pajak No. Per-32/PJ/2011).
“Harta Tak Berwujud (Intangibles) adalah suatu aktiva yang pada umumnya memiliki masa
manfaat yang panjang dan tidak mempunyai bentuk fisik serta memiliki kegunaan dalam
kegiatan operasi perusahaan dan penggunaannya tidak untuk dijual kembali, seperti paten, hak
cipta atau merek dagang” (Peraturan Dirjen Pajak No. Per-32/PJ/2011).
2.4.1. Strategi Grup Usaha dalam Pengembangan, Kepemilikan, dan Eksploitasi Harta
Tidak Berwujud
Tabel 2.8 merangkum penjelasan tentang strategi Grup Usaha di dalam pengembangan,
kepemilikan, dan eksploitasi harta tidak berwujud. Tabel tersebut juga merangkum lokasi fasilitas
kegiatan riset dan pengembangan serta lokasi manajemen R&D (Research & Development).
2.4.2. Daftar Harta Tidak Berwujud atau Kelompok Harta Tidak Berwujud
Tabel 2.6 merangkum daftar harta tidak berwujud atau kelompok harta tidak berwujud yang
dimiliki Grup Usaha dan penting untuk analisis Penentuan Harga Transfer. Tabel tersebut juga
merangkum penjelasan mengenai anggota Grup Usaha yang secara hukum memiliki harta
dimaksud.
2 Merek Dagang adalah nama, simbol atau gambar yang unik yang dimiliki sebagai identitas dari suatu barang atau
jasa tertentu yang dihasilkan oleh pabrikan atau dealer, dimana penggunaannya oleh pihak lain diatur oleh hukum
domestik atau hukum internasional (Peraturan Dirjen Pajak No. Per-32/PJ/2011).
2.4.3. Kontribusi Anggota Grup Usaha dalam Pengembangan Harta Tidak Berwujud
Tabel 2.7 merangkum daftar dan penjelasan mengenai pihak-pihak dalam anggota Grup
Usaha yang berkontribusi dalam pengembangan harta tidak berwujud.
Tabel 2.10 Daftar Kontribusi Anggota Grup Usaha Terkait Harta Tidak Berwujud
No. Nama Anggota Jenis Kontribusi Penjelasan atas Kontribusi
1.
2.
3.
Sumber: Informasi internal Wajib Pajak
2.4.4. Daftar Kontrak Antar Anggota Grup Usaha Terkait Harta Tidak Berwujud
Tabel 2.8 merangkum daftar kontrak/perjanjian antar anggota Grup Usaha yang terkait harta
tidak berwujud. Daftar tersebut mencakup juga perjanjian Cost Contribution Arrangement (CCA),
perjanjian jasa riset dan pengembangan, serta perjanjian terkait pemberian lisensi.
Tabel 2.11 Daftar Kontrak Antar Anggota Grup Usaha Terkait Harta Tidak Berwujud
No. Nama Anggota Jenis Kontribusi Penjelasan atas Kontribusi
1.
2.
3.
Sumber: Informasi internal Wajib Pajak
2.4.5. Kebijakan harga transfer Grup Usaha Terkait R&D dan Harta Tidak Berwujud
Berikut ini diuraikan penjelasan tentang kebijakan harga transfer Grup Usaha sehubungan
dengan kegiatan Riset dan Pengembangan dan harta tidak berwujud:
1) ...................
2) ...................
3) ...................
4) ...................
2.4.6. Pengalihan Kepemilikan Harta Tidak Berwujud antar Anggota Grup Usaha dalam
Tahun Pajak 2016
Dalam tahun 2016 terjadi pengalihan kepemilikan harta tidak berwujud di antara anggota Grup
Usaha. Pengalihan tersebut terjadi karena:
1) ...................
2) ...................
3) ...................
4) ...................
Tabel 2.9 merangkum ringkasan pengalihan kepemilikan harta tidak berwujud antar anggota Grup
Usaha.
Tabel 2.12 Ringkasan Pengalihan Kepemilikan Harta Tidak Berwujud Antar Anggota Grup Usaha
No. Nama Anggota Negara / Yurisdiksi Kompensasi (Rp)
1.
2.
3.
Sumber: Informasi internal Wajib Pajak
Tabel 2.10 merangkum aktivitas keuangan dan pembiayaan dalam Grup Usaha. Di dalam tabel
tersebut, dijelaskan pembiayaan yang digunakan oleh Grup Usaha, termasuk perjanjian
pembiayaan dengan pemberi pinjaman yang independen. Anggota Grup Usaha yang menjalankan
fungsi sebagai pusat keuangan/pembiayaan untuk anggota Grup. Kebijakan harga transfer
sehubungan perjanjian-perjanjian pembiayaan antar anggota Grup Usaha diuraikan sbb.:
1) ...................
2) ...................
3) ...................
4) ...................
Tabel 2.13 Ringkasan Aktivitas Keuangan dan Pembiayaan dalam Grup Usaha
Sumber Pembiayaaan Anggota/Non Anggota
No. Tempat kedudukan / tempat manajemen
Grup Usaha Grup Usaha
1.
2.
3.
Sumber: Informasi internal Wajib Pajak
2.6. Laporan Keuangan Konsolidasi Entitas Induk dan Informasi Perpajakan terkait
Transaksi Afiliasi
2.6.1. Laporan keuangan konsolidasi Grup Usaha untuk Tahun Pajak terkait baik yang
disiapkan untuk kepentingan eksternal maupun internal
Tidak ada laporan keuangan konsolidasian karena MBR Holding Pte. Ltd selaku induk usaha
merupakan perusahaan tertutup dan tidak diwajibkan menerapkan standar akuntansi yang
mengatur laporan keuangan konsolidasian di Singapura.
Tidak ada daftar dan penjelasan tentang Advance Pricing Agreement (APA) yang dimiliki oleh
anggota Grup Usaha dan ketentuan perpajakan lainnya terkait alokasi penghasilan antar anggota
Grup Usaha.
3.1. Umum
3.2.1. Struktur Manajemen, Bagan Organisasi, Pihak Afiliasi, dan Negara/Yurisdiksi Pihak
Berelasi
Untuk tahun 2016, struktur manajemen Wajib Pajak mengacu pada hasil RUPS (Rapat Umum
Pemegang Saham). Hasil RUPS tersebut tercantum di dalam akta perubahan no. 7 tahun 2015
dengan notaris Badu, SH, M.Kn. Struktur manajemen secara lengkap sesuai dengan hasil RUPS
dan Surat Keputusan Direksi Nomor 123/WP/XII/Dir/2016 tertanggal 25 Desember 2016 terangkum
di dalam Tabel 3.1.
Selama tahun 2016, Wajib Pajak bertransaksi dengan pihak-pihak afiliasi di beberapa negara
yang berbeda. Tabel 3.2 merangkum pihak-pihak afiliasi tersebut beserta negara tempat
kedudukannya. Di dalam tabel tersebut, juga dirangkum bentuk hubungan istimewa antara Wajib
Pajak dengan pihak-pihak afiliasi.
3 Bentuk hubungan dengan Wajib Pajak dapat berupa: 1) Hubungan istimewa karena kepemilikan saham/
penyertaan sebagaimana diatur oleh Pasal 18 ayat (4) huruf a UU PPh; 2) Hubungan istimewa karena penguasaan
sebagaimana diatur oleh Pasal 18 ayat (4) huruf b UU PPh; 3) Hubungan istimewa karena hubungan keluarga
sebagaimana diatur oleh Pasal 18 ayat (4) huruf c UU PPh; dan 4) Hubungan istimewa karena pengandalian
sebagaimana diatur oleh Pasal 9 ayat (1) P3B antara Indonesia dengan negara domisili pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak
Menurut OECD (2015b, hal. 37), strategi bisnis harus menjadi salah satu objek yang diuji agar
gambaran aktual Wajib Pajak dapat diperoleh. Selain itu, strategi bisnis tersebut juga menentukan
komparabilitas di dalam penetapan harga transfer. Strategi bisnis akan mempertimbangkan banyak
aspek, misalnya: inovasi produk dan pengembangan produk baru, diversifikasi produk, menghindari
risiko, mengukur perubahan politik, memberi masukan terhadap ketentuan ketenagakerjaan yang
sudah ada dan rencana perubahan aturan ketenagakerjaan, dan faktor lainnya yang terkait dengan
bisnis sehari-hari. Strategi bisnis juga mencakup skema penetrasi pasar dan ekspansi pangsa pasar
(OECD, 2015b, hal. 37).
Berdasarkan panduan OECD di atas dan sesuai dengan kondisi aktual Wajib Pajak, strategi
bisnis yang diterapkan oleh Wajib Pajak pada tahun 2016 adalah memperluas pangsa pasar. Dalam
hal ini, tidak ada restrukturisasi usaha atau pengalihan harta tidak berwujud yang dilakukan di dalam
Grup Usaha pada tahun 2016 atau tahun sebelumnya.
Strategi bisnis Wajib Pajak berkaitan dengan kinerja yang tercermin di dalam Laporan Laba
Rugi Komprehensif.
Gambaran lingkungan usaha Wajib Pajak dapat diuraikan berdasarkan pendekatan five forces
yang dikembangkan oleh Michael Porter, seperti terlihat pada Gambar . Pendekatan Porter tersebut
meliputi:
▪ Pemain baru (new entrants);
▪ Pelanggan (buyers)
4 Kolom ini berisi keterangan sesuai dengan kolom faktor kesebandingan, kategori, dan item terkait transaksi afiliasi
(Peraturan Dirjen Pajak No. Per-22/PJ/2013).
5 Kolom ini berisi keterangan sesuai dengan kolom faktor kesebandingan, kategori, dan item terkait transaksi
independen (Peraturan Dirjen Pajak No. Per-22/PJ/2013).
3.2.4.2. Pelanggan
3.2.4.4. Pemasok
3.2.4.5. Pesaing
6 Kolom ini berisi keterangan sesuai dengan kolom faktor kesebandingan, kategori, dan item terkait transaksi afiliasi
(Peraturan Dirjen Pajak No. Per-22/PJ/2013).
7 Kolom ini berisi keterangan sesuai dengan kolom faktor kesebandingan, kategori, dan item terkait transaksi
independen (Peraturan Dirjen Pajak No. Per-22/PJ/2013).
Informasi tentang transaksi afiliasi Wajib Pajak terangkum di dalam Tabel 3.1. Wajib Pajak
melakukan transaksi afiliasi dalam bentuk penjualan barang saja. Tabel tersebut mengacu format
tabel surat keterangan transaksi dalam hubungan istimewa yang ada pada Lampiran II-C Peraturan
Dirjen Pajak No. Per-22/PJ/2013. Penjelasan atas masing-masing kolom pada Tabel tersebut
adalah:
▪ Kolom mitra transaksi merupakan pihak afiliasi;
▪ Kolom nilai/jumlah merupakan nilai total transaksi dalam mata uang Rp.
▪ Kolom jenis hubungan istimewa merupakan hubungan istimewa kepemilikan saham sesuai
dengan Pasal 18 ayat (4) huruf a UU PPh8.
▪ Kolom metode merupakan metode yang dipilih untuk digunakan dalam menentukan harga
transfer wajar dalam transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, yaitu
Transactional Net Margin Method (TNMM).
▪ Kolom Keterangan menjelaskan negara mitra transaksi dan alasan pemilihan metode
8 Jenis hubungan istimewa yang lainnya adalah (a) karena penugasan sebagaimana diatur oleh Pasal 18 ayat (4)
huruf b UU PPh; (b) hubungan keluarga sebagaimana diatur oleh Pasal 18 ayat (4) huruf c UU PPh; (c) karena
pengendalian sebagaimana diatur oleh Pasal 9 ayat (1) P3B antara Indonesia dengan negara domisili pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak.
Skema transaksi afiliasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak selama tahun 2016 sudah dijelaskan
sebelumnya di dalam uraian tentang Dokumen Induk dan terlihat pada Gambar 2.1
Wajib Pajak tidak memiliki kebijakan penetapan harga selama lima tahun terakhir. Penentuan
harga didasarkan pada harga negosiasi
3.3.4. Jumlah nominal transaksi yang dirinci per jenis transaksi dan per lawan transaksi
3.3.5. Informasi tentang lawan transaksi dalam setiap jenis transaksi dan penjelasan
mengenai hubungan Wajib Pajak dengan masing-masing lawan transaksi tersebut;
Salinan perjanjian/kontrak terkait transaksi afiliasi yang nilainya signifikan terlihat pada
Lampiran 1a, Lampiran 1b, Lampiran 1c, dan Lampiran 1d. Secara ringkas, perjanjian/kontrak
tersebut meliputi beberapa aspek, seperti terangkum di dalam Tabel
Tabel 3.6
No Nomor Kontrak Tanggal Kontrak Para Pihak Ringkasan isi kontrak
Wajib Pajak telah melakukan analisis kesebandingan setiap Transaksi Afiliasi yang dilakukan
pada tahun 2016. Tabel 3.4 merangkum analisis kesebandingan Wajib Pajak. Analisis tersebut
meliputi lima faktor kesebandingan (Peraturan Dirjen Pajak No. Per-22/PJ/2013), yaitu:
1) karakteristik produk atau jasa,
2) analisis fungsi, aset, dan risiko),
3) ketentuan dalam kontrak,
4) kondisi ekonomi dan perbedaan kondisi dengan tahun-tahun sebelumnya, dan
5) strategi usaha.
Kelima faktor di atas dipakai untuk menentukan keandalan pembanding internal atau
pembanding eksternal. Ketentuan mengharuskan bahwa apabila tidak ditemukan pembanding
internal yang andal, pembanding eksternal dapat digunakan dan harus merupakan data publik
dalam negeri atau luar negeri, database komersial (commercial database), London Metal Exchange,
dan database lainnya (Peraturan Dirjen Pajak No. Per-22/PJ/2013).
9 Kolom ini berisi keterangan sesuai dengan kolom faktor kesebandingan, kategori, dan item terkait transaksi afiliasi
(Peraturan Dirjen Pajak No. Per-22/PJ/2013).
10 Kolom ini berisi keterangan sesuai dengan kolom faktor kesebandingan, kategori, dan item terkait transaksi
independen (Peraturan Dirjen Pajak No. Per-22/PJ/2013).
11 Faktor kesebandingan ini digunakan untuk menentukan penggunaan metode CUP (Comparable Uncontrolled
Price). Jika tingkat kesebandingan tinggi, metode CUP dapat diterapkan.
Analisi fungsi, aset, dan risiko pada Tabel 3.4 dapat dijabarkan lagi, sebagaimana terlihat pada
Tabel 3.5. Sesuai ketentuan (Peraturan Dirjen Pajak No. Per-22/PJ/2013), analisis fungsi dilakukan
untuk mendapatkan identifikasi yang akurat terhadap karakteristik usaha Wajib Pajak serta lawan
transaksinya. Dengan mengetahui karakteristik usaha Wajib Pajak dan lawan transaksinya, akan
dapat diperkirakan tingkat risiko yang ditanggung dan remunerasi (profit) yang sepadan dengan
risiko yang ditanggung tiap-tiap pihak.
Untuk mengisi dan melengkapi Tabel 3.4, telah dilakukan wawancara dengan para pejabat
kunci di Wajib Pajak. Pejabat kunci tersebut harus memiliki kriteria bahwa mereka memahami peran
kunci dan tanggung jawab di masing-masing unit dan memahami bagaimana setiap unit saling
berinteraksi. Penjelasan terkait dengan Tabel 3.4 diuraikan sbb.:
1) Kolom 2 berisi rincian jenis fungsi, aset, dan risiko yang ada pada Wajib Pajak.
2) Kolom 3 berisi informasi tentang fungsi, aset, dan/atau risiko yang dilakukan oleh Wajib Pajak
dengan ketentuan sbb.:
a. XXX : Wajib Pajak melakukan fungsi, aset, dan/atau risiko pada kolom 2 dalam
tingkatan yang tinggi
b. XX : Wajib Pajak melakukan fungsi, aset, dan/atau risiko pada kolom 2 dalam
tingkatan yang sedang
c. X : Wajib Pajak melakukan fungsi, aset, dan/atau risiko pada kolom 2 dalam
tingkatan yang rendah
d. -- : Wajib Pajak tidak melakukan fungsi, aset, dan/atau risiko pada kolom 2
3) Kolom 4 berisi informasi tentang fungsi, aset, dan/atau risiko yang dilakukan oleh Pihak Afiliasi
dengan ketentuan sbb.:
a. XXX : Pihak Afiliasi melakukan fungsi, aset, dan/atau risiko pada kolom 2 dalam
tingkatan yang tinggi.
b. XX : Pihak Afiliasi melakukan fungsi, aset, dan/atau risiko pada kolom 2 dalam
tingkatan yang sedang.
c. X : Pihak Afiliasi melakukan fungsi, aset, dan/atau risiko pada kolom 2 dalam
tingkatan yang rendah.
d. -- : Pihak Afiliasi tak melakukan fungsi, aset, dan/atau risiko pada kolom 2.
4) Kolom 5 berisi informasi tentang fungsi, aset, dan/atau risiko yang dilakukan oleh Pihak Afiliasi
dengan ketentuan sbb.:
a. XXX : Pihak Ketiga melakukan fungsi, aset, dan/atau risiko pada kolom 2 dalam
tingkatan yang tinggi.
b. XX : Pihak Ketiga melakukan fungsi, aset, dan/atau risiko pada kolom 2 dalam
tingkatan yang sedang.
c. X : Pihak Ketiga melakukan fungsi, aset, dan/atau risiko pada kolom 2 dalam
tingkatan yang rendah.
d. -- : Pihak Ketiga tak melakukan fungsi, aset, dan/atau risiko pada kolom 2.
5) Kolom 6 berisi keterangan yang terkait fungsi, aset, dan risiko pada kolom 2.
D Perencanaan Produksi
1. Membangun saluran produksi
2. Perbaikan efisiensi manufaktur/pabrikan
3. Penanggung risiko atas ketidakefisienan lini produksi
4. Perbaikan lini produksi
5. ……………………….
E Proses Produksi/Pengolahan
1. Memproduksi produk
2. Penjadwalan produk
3. Desain produk
4. Pemaketan dan pelabelan
5. Penyempurnaan produk yang diproduksi
6. Mengumpulkan informasi atas produk pesaing
7. ……………………….
F Kepemilikan Barang/Produk
1. Siapa pemilik barang jadi ?
2. Invoice dibuat atas nama siapa ?
3. ……………………….
N Lain-lain
1. Human research
2. Umum dan administrasi
3. Pelayanan purna jual
4. Garansi produk dan penanggung jawab garansi
5. Menerima klaim produk
II ASET
A Aset Tak Berwujud
1. Pemilik know-how terkait produksi
2. Pemilik paten atas produk
3. Lisensi atas know-how dll
4. Pemilik trademark
5. Lisensi atas trademark
6. Pihak yang berkontribusi terhadap pengembangan
aset tak berwujud (misal:merek)
Kepemilikan secara ekonomi atas aktiva tidak
7.
berwujud
8. ……………………….
B Aset Berwujud
1. Pemilik peralatan mesin pabrik
2. Pemilik fasilitas produksi
3. Pemilik tanah
4. Pemilik bangunan
5. Pemilik teknologi terkait produksi
6. Pemilik persediaan
7. ……………………….
Analisis fungsional memberikan gambaran tentang peran Wajib Pajak di dalam rantai nilai
secara keseluruhan di dalam grup usaha (the total value chain of the group). Bagaimanapun juga,
setiap bisnis itu unik terkait dengan kombinasi fungsi, aset, dan risiko (Dezan Shira & Associates,
2011). Berdasarkan analisis fungsional pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5, ringkasan fungsi, aset terkait,
dan risiko terkait yang ada pada Wajib Pajak terangkum di dalam Tabel 3.6.
Berdasarkan hasil analisis fungsional (analisis fungsi, aset, dan risiko), Wajib Pajak
Gambar 3.3 Pembanding Internal dengan Metode CUP & Cost Plus
c. Penjelasan tentang metode Penentuan Harga Transfer yang paling sesuai untuk setiap
jenis Transaksi Afiliasi, alasan pemilihan metode tersebut, serta keunggulan metode yang dipilih
dibandingkan dengan metode-metode lainnya;
3.4.4. Pemilihan Tested Party, Rasio Keuangan, dan Indikator Tingkat Laba
Pemilihan pihak yang diuji mengacu pada hasil analisis kesebandingan dengan menggunakan
Oriana database dan program TP Catalyst.
2) rasio keuangan atau indikator tingkat laba yang digunakan dalam penerapan metode
Penentuan Harga Transfer, dalam hal Wajib Pajak menggunakan metode Penentuan Harga
Transfer berbasis laba bruto atau neto;
Rasio-rasio di bawah ini merupakan rasio finansial yang dapat digunakan sebagai dasar
pembanding di dalam analisis kesebandingan (comparability analysis). Ketika rasio tersebut
menggunakan unsur neraca yang dipengaruhi oleh penggunaan model revaluasi dan/atau FMV,
laporan keuangan setiap tahunnya dapat mengalami fluktuasi.
Berikut ini diringkas asumsi-asumsi yang digunakan dalam penerapan metode Penentuan
Harga Transfer:
▪ .....................
▪ .....................
Di dalam melakukan analisis kesebandingan, Wajib Pajak menggunakan tahun jamak. Alasan
yang mendasari penggunaan analisis tahun jamak adalah untuk mendapatkan pemahaman yang
lengkap tentang fakta-fakta dan keadaan sekitar transaksi yang dikendalikan. Analisis informasi
tahun jamak dapat mengungkapkan fakta-fakta yang mungkin telah mempengaruhi (atau
seharusnya dipengaruhi) penentuan harga transfer.
Data beberapa tahun digunakan untuk memastikan data untuk tahun yang bersangkutan tidak
terdistorsi oleh faktor-faktor yang abnormal. Menentukan hasil Prinsip Kewajaran dan Kelaziman
Usaha umumnya memerlukan pengujian data selama beberapa tahun untuk transaksi baik yang
dikendalikan maupun tidak dikendalikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi data akan lebih mudah diidentifikasi dan
dipertanggungjawabkan, dan keterbandingan lebih dapat diandalkan jika data beberapa tahun
digunakan. Data dari 3 tahun terakhir yang tersedia umumnya digunakan dan dalam beberapa
keadaan digunakan data dari 5 tahun terakhir. Data 3 tahun terakhir yang tersedia atas perusahaan
pembanding yang terpilih untuk analisis dalam Laporan ini terangkum dalam Lampiran 1.
Dirjen Pajak telah menerbitkan pedoman pemeriksaan terhadap wajib pajak yang mempunyai
hubungan istimewa (Peraturan Dirjen Pajak No. Per-22/PJ/2013). Di dalam pedoman tersebut,
disebutkan bahwa salah satu hal penting dalam memilih metode transfer pricing adalah
ketersediaan pembanding independen yang andal. Tujuan tahapan ini adalah untuk memastikan
ketersediaan dan keandalan pembanding independen yang hendak dipakai. Pembanding yang
digunakan untuk menguji transaksi Wajib Pajak dengan pihak afiliasinya dapat dikelompokkan
menjadi pembanding internal dan pembanding eksternal.
Gambar 3.4 Pembanding Internal dengan Metode CUP & Cost Plus
g. Daftar dan penjelasan tentang transaksi pembanding internal dan/atau eksternal yang
dipilih, dan detail penjelasan tentang kriteria yang digunakan dalam pencarian data pembanding
dan sumber informasi data pembanding yang digunakan;
Gambar 3.6 Pembanding Eksternal dengan Metode CUP & Cost Plus
Tabel 3.2 merangkum informasi laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif
Wajib Pajak untuk tahun buku 2016. Format Tabel 3.2 merujuk pada lampiran SPT PPh Badan.
Karena Wajib Pajak memiliki lebi dari 1 karakteristik usaha, Tabel 3.3 merangkum laporan
keuangan yang tersegmentasi. Tabel 3.3 merujuk pada format surat keterangan laporan keuangan
tersegmentasi yang diatur di dalam Lampiran II-D Peraturan Dirjen Pajak No. Per-22/PJ/2013.
Informasi di dalam tabel tersebut merangkum hal-hal sbb.:
▪ Kolom transaksi merinci nilai sesuai dengan item/transaksi (Rp) ke pihak afiliasi dan pihak
independen;
12 Bagian ini diisi dengan alokasi atas pembebanan biaya. Misalnya, biaya royalti PT A di tahun 2012 adalah sebesar
Rp 1.000.000.000,00. Atas biaya tersebut, PT A mengalokasikan seluruhnya ke transaksi independen, sementara
transaksi afiliasi tidak mendapat alokasi biaya royalti. Dengan demikian, di kolom transaksi afiliasi diisi dengan Rp
1.000.000.000,00, sedangkan kolom transaksi independen diisi dengan Rp 0,00.
3.5. Peristiwa, kejadian, fakta non-keuangan yang memengaruhi pembentukan harga atau
tingkat laba