KELUARGA INDONESIA
SESI 2
NENG DJUBAEDAH
SPB – GIB – LKIHI FHUI, AHAD, 11 JULI 2021
Alhamdulillah Ya Allah
Ridhailah Kami, Ya Rabb
Kejujuran Seorang Penulis dan
Peneliti adalah Modal
Kesuksesan dan Ridha Allah
Al-Mumthahanah ayat 10
DASAR
HUKUM Umar Bin Khattab: Larangan Perkawinan Laki-laki
Islam dengan Perempuan bukan Islam (Ahlul-Kitab)
PERKAWINAN
BEDA AGAMA Pendapat Prof. Hazairin
DI INDONESIA
UU No. 1 Tahun 1974, Pasal 1, Pasl 2 ayat (1)
Fatwa MUI
• MEMUTUSKAN Menetapkan :
• FATWA TENTANG PERKAWINAN BEDA AGAMA
1. Perkawinan beda agama adalah haram dan tidak sah.
2. Perkawinan laki-laki muslim dengan wanita Ahlu Kitab,
menurut qaul mu’tamad (pendapat yang lebih kuat),
adalah haram dan tidak sah.
• Ditetapkan : Jakarta, Jumadil Akhir 1426 H 28 Juli 2005 M
LARANGAN PERKAWINAN
BEDA AGAMA DALAM
KOMPILASI HUKUM ISLAM
KHI Pasal 40 Huruf c dan Pasal 44
• Pasal 40
• “Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria
dengan seorang wanita karena keadaan tertentu:
a. karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu
perkawinan dengan pria lain;
b. seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah
dengan pria lain;
c. seorang wanita yang tidak beragama Islam
KHI Pasal 44
• Pasal 44
• “Seorang wanita Islam dilarang melangsungkan
perkawinan dengan seorang pria yang tidak beragama
Islam.”
UU No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan, Pasal 1, Pasal 2 Ayat
(1), Pasal 8 Huruf f:
Terkandung
Larangan Perkawinan Beda Agama
UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
Pasal 1, Pasal 2 Ayat (1), Pasal 8
• Pasal 1:
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.”
• Pasal 2 ayat (1):
“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.”
UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 8:
Larangan Perkawinan
• “Perkawinan dilarang antara dua orang yang:
a. berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataupun keatas;
b. berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara,
antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara
neneknya;
c. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri menantu dan ibu/bapak tiri;
d. berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan
bibi/paman susuan;
e. berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri,
dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang;
f. mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku,
dilarang kawin. (➔ BAGI ORANG ISLAM DI INDONESIA DIATUR LARANGAN
PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM)
Hubungan Perkawinan Beda Agama dan Maqashid
Syari’ah dan MAQASHID SYARI’AH:
Anak dan Isteri Amanah
Agama
Harta Jiwa
Keturun
an Akal
Q.S. At-Taghabun Ayat 14: Isteri dan Anak
Ada Yang Jadi Musuh (Ujian)
• Q.S 64:14
• Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya nya di
antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika
kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka
sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Q.S. At-Taghabun Ayat 15: Anak Hanya
Cobaan Bagimu
• Terjemah :
• Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.
Hukum Perkawinan Beda Agama menurut
Hukum Perkawinan Islam di Indonesia
• Berdasarkan:
1. UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 1, Pasal 2 ayat (1), Pasal 8
huruf ;
2. KHI Pasal 40 huruf c dan Pasal 44
3. FATWA MUI Nomor: 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 TENTANG
PERKAWINAN BEDA AGAMA: memutuskan:
4. Perkawinan beda agama adalah haram dan tidak sah.
5. Perkawinan laki-laki muslim dengan wanita Ahlul Kitab, menurut qaul
mu’tamad (pendapat yang lebih kuat), adalah haram dan tidak sah.
Maka PERKAWINAN BEDA AGAMA adalah TIDAK SAH.
Kedudukan Anak Hasil Perkawinan Beda
Agama menurut Hukum Perkawinan
Islam di Indonesia
Akibat 1. Anak sah 1. Hubungan
Hukum: Nasab
1.Perkawinan dengan Ayah
Sah. dan Ibunya
2. Anak Tidak 2. Hubungan
2. Sah
Perkawinan Nasab
Tidak Sah dengan
Ibunya
Poligami
Asas Monogami Terbuka
dan Syarat Poligami: “Jika
Suami Tidak Dapat
Berlaku Adil”
Hubungan Q.S. An-Nisa Ayat 2 dan Ayat 3
(1) “Pada waktu atau sebelum atau (1) “Pada waktu atau sebelum
selama perkawinan dilangsungkan, dilangsungkan atau selama dalam
kedua pihak atas persetujuan ikatan perkawinan, kedua pihak atas
bersama dapat mengadakan persetujuan bersama dapat mengajukan
perjanjian tertulis yang disahkan perjanjian tertulis yang disahkan oleh
Pegawai Pencatat Perkawinan atau
oleh Pegawai Pencatat Perkawinan,
Notaris, setelah mana isinya berlaku
setelah mana isinya berlaku juga juga terahdap pihak ketiga sepanjang
terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga tersangkut”.
pihak ketiga tersangkut”.
Perjanjian Perkawinan dalam UU Perkawinan Pasal
29 juncto Putusan Mahkamah Konstitusi No.
69/PUU-XIII/2015
• Pasal 29 ayat (2):
• “Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan
bilamana melanggar batas-batas hukum,
agama, dan kesusilaan.”
Perjanjian Perkawinan dalam UU Perkawinan Pasal
29 juncto Putusan Mahkamah Konstitusi No.
69/PUU-XIII/2015
USULAN PENULIS KETIKA MEMBERI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.
KETERANGAN SEBAGAI AHLI 27/8/2017 69/PUU-XIII/2015, 27/10/2015
• Pasal 23
(1) Pencatatan perjanjian perkawinan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 dicatat oleh Kepala KUA
Kecamatan/PPN LN pada Akta Nikah dan Buku Nikah.
(2) Persyaratan dan tata cara pencatatan perjanjian
perkawinan ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Jenderal.
Perjanjian Perkawinan Bagi Orang Islam
di Indonesia
1. Perjanjian perkawinan dilakukan di hadapan notaris.
2. Materi perjanjian perkawinan tidak boleh bertentangan
dengan hukum Islam dan/atau ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Pencatatan perjanjian perkawinan dicatat oleh Kepala
KUA Kecamatan/PPN LN pada Akta Nikah dan Buku
Nikah.
METODE PEMBAGIAN HARTA
BERSAMA DALAM POLIGAMI
(NENG DJUBAEDAH)
Harta Kekayaan
Perkawinan
Macam – macam Harta Benda Pekawinan menurut
UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
• Pasal 35
(1) Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi
harta bersama.
(2) Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan
harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai
hadiah atau warisan, wasiat, adalah dibawah penguasaan
masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan.
Macam – macam Harta Benda Pekawinan menurut
UU No, 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
• Pasal 36
(1) Mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat bertindak
atas persetujuan kedua belah pihak.
(2) Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan isteri
mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan
perbuatan hukum mengenai harta bendanya
• Pasal 37 Bila perkawinan putus karena perceraian, harta
bersama diatur menurut hukumnya masing-masing
Pengertian Harta Bersama menurut KHI
Pasal 1 Huruf f
• “Harta kekayaan dalam perkawinan atau Syirkah adalah
harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama
suami-isteri selama dalam ikatan perkawinan berlangsung
selanjutnya disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan
terdaftar atas nama siapapun.”
Kompilasi Hukum Islam
BAB XIII HARTA KEKAYAAN DALAM PERKAWINAN
• Pasal 85
Adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup
kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami atau isteri.
• Pasal 86
(1) Pada dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan
harta isteri karena perkawinan.
(2) Harta isteri tetap menjadi hak isteri dan dikuasai penuh olehnya,
demikian juga harta suami tetap menjadi hak suami dan dikuasai
penuh olehnya
Kompilasi Hukum Islam
BAB XIII HARTA KEKAYAAN DALAM PERKAWINAN
• Pasal 87
(1) Harta bawaan masing-masing suami dan isteri dan harta
yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan
adalah dibawah penguasaan masing-masing, sepanjang
para pihak tidak menentukan lain dalam perjanjian
perkawinan.
(2) Suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk
melakukan perbuatan hukum atas harta masing-masing
berupa hibah, hadiah, sodaqah atau lainnya.
Kompilasi Hukum Islam
BAB XIII HARTA KEKAYAAN DALAM PERKAWINAN
• Pasal 89
Suami bertanggung jawab menjaga harta bersama, harta isteri
maupun harta sendiri
• Pasal 90
Isteri turut bertanggung jawab menjaga harta bersama maupun
harta suami yang ada padanya.
Kompilasi Hukum Islam
BAB XIII HARTA KEKAYAAN DALAM PERKAWINAN
• Pasal 91: Bentuk Harta Bersama
(1) Harta bersama sebagaimana tersebut dalam pasal 85 di atas dapat berupa
benda berwujud atau tidak berwujud
(2) Harta bersama yang berwujud dapat meliputi benda tidak bergerak, benda
bergerak dan surat-surat berharga.
(3) Harta bersama yang tidak berwujud dapat berupa hak maupun
kewajiban.
(4) Harta bersama dapat dijadikan sebagai barang jaminan oleh salah satu pihak
atas persetujuan pihak lainnya.
• Pasal 92: “Suami atau isteri tanpa persetujuan pihak lain tidak
diperbolehkan menjual atau memindahkan harta bersama.”
PEMBAGIAN HARTA BERSAMA
PEWARIS (SUAMI) POLIGAMI
Pasal 65 UU Perkawinan
Pasal 190, Pasal 94 – Pasal 97 KHI
NENG DJUBAEDAH: METODE PEMBAGIAN HARTA
BERSAMA PEWARIS (SUAMI) POLIGAMI KE-1: METODE
BAGI RATA (METHOD FOR AVERAGE)
HARTA BERSAMA
CARA PERTAMA: HARTA BERSAMA 1990 DIBAGI 2:
– 2000 = AMINAH DAN • AMINAH = RP.500.000.000,-
METHOD FOR BUDI = • BUDI = RP.500.000.000,- ➔
AVERAGE RP.1.000.000.000,- HARTA WARISAN
NENG DJUBAEDAH: METODE PEMBAGIAN HARTA
BERSAMA PEWARIS (SUAMI) POLIGAMI KE-1: METODE
BAGI RATA (METHOD FOR AVERAGE)
CARA KEDUA: