Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK I

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK

Disusun Oleh :

1. Rizky Audi Ananda ( 201441062 )


2. Anggu Radika Utama ( 201541064 )
3. Akram Ramadhan ( 201541091 )
4. Mohd Muthahhari Perwira ( 201541096 )
5. M Faqih Bisri ( 201541118 )
6. Anton Firdaus ( 20160401006 )
7. Aditya Gusti Daniswara ( 20160401010 )
8. Andre Raja Saganta ( 20160401021 )
9. Juwarto Pambudi ( 20160401022 )
10. Novandrik Yeriko Sitorus ( 20160401023 )
11. Akbar Ramadhan ( 20160401027 )
12. Irfan Prasetya ( 20160401028 )
13. Harimant Putra Utama ( 20160401031 )
14. Syifa Mayasari ( 20160401033 )
15. Refi Ayu Permatasari ( 20160401043 )
16. Raka Naufal ( 20160401048 )

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
TAHUN 2019
A. LATAR BELAKANG
Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Halini dikarenakan
bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga setiap kegiatan yang
dilakukan oleh sebagian besar rakyat Indonesia senantiasa membutuhkan dan melibatkan
soal tanah. Bahkan pada sebagian masyarakat, tanah dianggap sebagai sesuatu yang
sakral, karena di sana terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.
Pembangunan yang dilaksanakan oleh Negara Indonesia saat ini diharapkan pada
masalah penyediaan tanah. Tanah dibutuhkan oleh banyak orang sedangkan jumlahnya
tidak bertambah atau tetap, sehingga tanah yang tersedia tidak mampu lagi memenuhi
kebutuhan yang terus meningkat terutama kebutuhan akan tanah untuk membangun
perumahan sebagai tempat tinggal, untuk pertanian, serta untuk membangun berbagai
fasilitas umum dalam rangka memenuhi tuntutan terhadap kemajuan di berbagai bidang
kehidupan.
Mengingat arti pentingnya tanah bagi kelangsungan hidup masyarakat maka
diperlukan pengaturan yang lengkap dalam hal penggunaan, pemanfaatan, pemilikan dan
pembuatan hukum yang berkaitan dengan hal tersebut. Semua ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya persengketaan tanah baik yang menyangkut pemilikan maupun
perbuatan – perbuatan hukum yang dilakukan oleh pemiliknya.
Untuk memperoleh kepastian hukum dan kepastian akan hak atas tanah Undang
-Undang Agraria No. 5 Tahun 1960 telah meletakkan kewajiban kepada Pemerintah
untuk melaksanakan pendaftaran tanah yang ada di seluruh Indonesia, disamping bagi
pemegang hak untuk mendaftarkan hak atas tanah yang ada padanya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Jaminan kepastian hukum ini tercantum dalaam ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang –
Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, yang berbunyi sebagai berikut : “Untuk
menjamin kepastian hukum hak dan tanah oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di
seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah”.
Ketetapan diatas mengandung pengertian bahwa hal – hal yang menyangkut
kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan tanah harus diikuti dengan kegiatan
pendaftaran tanah baik yang dimiliki oleh masyarakat maupun oleh Badan Hukum ke
Kantor Pertanahan guna mendapatkan kepastian hukum hak atas tanah yang dikuasainya
atau yang dimilikinya.
Pendaftaran tanah adalah rangakaian kegiatan yang dillakukan oleh pemerintah secara
terus menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan dan pengkajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk
peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk
pemberian surat bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak
milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah, maka pihak-pihak yang bersangkutan
dengan mudah dapat mengetahui status atau kedudukan hukum daripada tanah tertentu
yang dihadapinya, letak, luas dan batas-batasnya, siapa yang punya dan beban apa yang
ada diatasnya.
Mengingat jumlah penduduk yang semakin meningkat, hak atas tanah sangat penting,
demikian pula dengan pembuktiaanya, sehingga kepastian hukum sangat diperlukan
untuk mencegah terjadinya sengketa.
Hal tersebut harus ditunjang dengan pembangunan hukum dan aparat penegak hukum,
yang dalam hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepastian hukum yang diberikan
kepada masyarakat pencari keadilan agar hak – haknya dilindungi dari orang–orang yang
tidak bertanggung jawab. Salah satu perlindungan hukum yang diberikan di antaranya
dengan cara meningkatkan pelayanan dan bantuan hukum dalam masalah pertanahan,
karena masalah tanah adalah masalah yang sangat sensitif dan kompleks yang
mengandung berbagai kepentingan dalam masyarakat.
Untuk itu UUPA telah menyediakan sebanyak mungkin aturan tertulis dan ketentuan
pendaftaran tanah untuk memperoleh alat bukti yang kuat bagi pemiliknya.
Pendaftaran tanah yang diatur dalam Pasal 19, 23, 32 dan 38 UUPA ketentuan
pelaksanaannya di atur dalam PP No. 24 Tahun 1997 sebagai penyempurnaan dari PP No.
10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah.
Sesuai ketentuan tersebut pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui
2 cara, yaitu pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik.
Menurut Boedi Harsono, pendaftaran tanah sebagai serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh Negara atau Pemerintah secara terus menerus dan diatur, berupa
pengumpulan data keterangan atau data tertentu yang ada di wilayah–wilayah tertentu,
pengolahan, penyimpanan, dan penyajian bagi kepentingan rakyat dalam memberikan
jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan termasuk tanda bukti dan
pemeliharaannya.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendaftaran Tanah Secara Sporadik
Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal. Pendaftaran
tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan.

2. Syarat Mengajukan Permohonan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik


Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :
1) Surat Permohonan dari pemilik tanah untuk melakukan pensertifikatan tanah
milknya.
2) Surat kuasa (apabila pengurusannya dikuasakan kepada orang lain).
3) Identitas diri pemilik tanah (pemohon), yang dilegalisir oleh pejabat umum yang
berwenang (biasanya notaris) dan atau kuasanya :
a) Untuk perorangan: foto copy KTP dan KK sedangkan untuk;
b) Badan hukum (dalam hal ini PT/Yayasan/Koperasi): anggaran dasar berikut
seluruh perubahan-perubahannya dan pengesahannya dari Menteri yang
berwenang.
4) Bukti hak atas tanah yang dimohonkan, yaitu berupa :
a) Surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan peraturan swapraja
yang bersangkutan;
b) Sertpikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan PMA No. 9/1959;
c) Surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik
sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban untuk
mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang
disebut di dalamnya;
d) Petok pajak bumi/Landrente, girik, pipil, ketitir dan Verponding Indonesia
sebelum berlakunya PP No. 10/1961;
e) Akta pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan yang dibubuhi tanda
kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/kelurahan yang dibuat sebelum
berlakunya PP No. 10/1961 dengan disertai alas hak yang dialihkan;
f) Akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT yang tanahnya belum
dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan;
g) Akta ikrar wakaf/akta pengganti ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat
sebelum atau sejak mulai dilaksanakan PP No. 28/1977 dengan disertai alas
hak yang diwakafkan, atau risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang
berwenang, yang tanahnya belum di bukukan dengan disertai alas hak yang di
alihkan;
h) Surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang diambil
oleh Pemerintah Daerah;
i) Risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang
tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan;
j) Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang dialihkan dan
dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang.
5) Bukti lainnya, apa bila tidak ada surat bukti kepemilikan, yaitu berupa: Surat
Pernyataan Penguasaan Fisik lebih dari 20 tahun secara terus menerus dan surat
keterangan Kepala Desa/Lurah disaksikan oleh 2 orang tetua adat/penduduk
setempat.
6) Surat Pernyataan telah memasang tanda batas.
7) Fotocopy SPPT PBB tahun berjalan.
8) Fotocopy SK Ijin Lokasi dan surat keterangan lokasi (apabila pemohon adalah
Badan Hukum).

3. Perbedaan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik Dengan Sistematik


SISTEMATIK SPORADIK

Serentak Sendiri
Dibiayai Pemerintah Biaya pribadi
Lebih cepat mendapatkan data Lebih lama mendapatkan data mengenai
mengenai bidang-bidang tanah yang bidang-bidang tanah yang akan di
akan di daftarkan daftarkan
Lebih memerlukan waktu yang Tidak memerlukan waktu yang panjang
panjang dalam persiapan dan dalam persiapan pelaksanaannya
pelaksanaannya
Semua objek pendaftaran tanah di Hanya satu atau beberapa objek
daftarkan pendaftaran tanah di daftarkan
Dilaksanakan atas permintaan dari Dilaksanakan atas permintaan pihak yang
pemerintah berkepentingan
4. Hambatan Hukum Mengenai Pendaftaran Tanah Secara Sporadik
Faktor Faktor penghambat dalam pelaksanaan pendaftaran tanah secara
sporadik :
1) Faktor keterbatasan pengetahuan masyarakat akan prosedur pendaftaran tanah;
2) Terjadinya fakta yang berbeda antara dokumen fisik dan yuridisnya;
3) Data dari riwayat tanahnya tidak lengkap;
4) Kronilogi akta yang terputus atau hilang;
5) Adanya sengketa tanah dan tidak adanya tanda batas dalam pengukuran tanah oleh
petugas;
6) Biayanya di tanggung sendiri oleh pemilik tanah;
7) Sebagian masyarakat enggan melakukan pendaftaran tanah secara sporadik
dikarenakan biayanya mahal sehingga karena memeilih untuk menunggu
pendaftaran tanah secara sistematis;
8) Kemampuan finansial pemilik tanah dalam melakukan pengurusan pendaftaran
tanah.

5. Manfaat Sporadik Sebagai Akta


Manfaat sporadik sebagai akta sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui bidang tanah;
2) Untuk mengetahui luas tanah;
3) Untuk mengetahui posisi tanah.

6. Perbedaan Tanah Sporadik Yang Berbentuk Tanah Negara Dengan Tanah Adat
TANAH NEGARA TANAH ADAT

Untuk mengetahui fisiknya Sporadiknya berbentuk Girik


Surat keterangan lurah (seperti
Garapan)

DAFTAR LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai