Anda di halaman 1dari 10

Makalah Tindak Pidana Aborsi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Pasal 28 (a) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya”.[1] Dengan hak hidup itu Negara
akan menjaga dan melindungi hak hidup setiap warga negaranya, sehingga Negara melalui alat
penegak hukum akan bertindak apabila ada dan diketahui terjadi penghilangan hak hidup manusia.

Berbanding lurus dengan hal tersebut, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-maidah ayat
32:

ِْ ‫ى َكت َبنَا َٰذَلِكَْ أَج‬


ْ ِ‫ل م‬
‫ن‬ َْٰ َ‫عل‬ َْ ‫ل َمنْ أَنَّهْ إِس َرائِي‬
َ ‫ل بَنِي‬ َْ َ ‫سا قَت‬ ً ‫سادْ أَوْ نَفسْ بِغَي ِْر نَف‬ ْ ِ ‫ل فَ َكأَنَّ َما اْلَر‬
َ َ‫ض فِي ف‬ َْ َّ‫أَحيَا فَ َكأَنَّ َما أَحيَاهَا َو َمنْ َجمِ يعًا الن‬
َْ َ ‫اس قَت‬
َْ َّ‫ت رسلنَا َجا َءتهمْ َولَقَدْ ۚ َجمِ ي ًعا الن‬
‫اس‬ ِْ ‫ن ث َّْم ِبال َب ِينَا‬ َٰ
ً ‫ض فِي ذَلِكَْ َبع َْد مِ نهمْ َكث‬
َّْ ‫ِيرا ِإ‬ ْ ِ ‫لَمس ِرفونَْ اْلَر‬

Artinya:

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh
seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat
kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami
dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah
itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi”.

Selanjutnya mengenai pembunuhan terhadap janin dalam kandungan, Al-Qur’an Surat Al-Isra’ Ayat
31 menyebutkan:

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah yang akan
memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar”.

Di dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Indonesia pun dikenal adanya ancaman untuk
pelaku tindakan penghilangan hak hidup manusia, dalam hal ini seperti pembunuhan berencana
yang dapat diancam hukuman mati, selain itu ada juga penganiayaan yang menyebabkan kematian
orang lain, termasuk didalamnya pembunuhan yang dilakukan terhadap bayi yang masih dalam
kandungan yang dikenal dengan tindak pidana aborsi.

Di dalam KUHP, pasal-pasal yang membicarakan tindak pidana aborsi antara lain adalah pasal 299,
346, 347, 348, dan 349, yang berbicara tentang aborsi yang dilakukan oleh seorang wanita, dokter,
ahli, atau pihak lain yang tanpa ataupun dengan disengaja menggugurkan kandungan seorang
wanita baik melalui persetujuan ataupun tidak dengan persetujuan wanita yang mengandung
tersebut.
B. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan aborsi atau abortus

2. Untuk mengetahui terhadap tindakan aborsi berdasarkan hukum positif di Indonesia

C. Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan aborsi atau abortus

2. Dapat mengetahui bagaimana sanksi hukum terhadap tindakan aborsi berdasarkan hukum
positif di Indonesia

BAB II

PERMASALAHAN

Rumusan Masalah

Meninjau lebih lanjut dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Bagaimana definisi aborsi atau abortus?

2. Bagaimana sanksi hukum terhadap tindakan aborsi berdasarkan hukum positif di Indonesia?

BAB III

PEMBAHASAN

A. Definisi aborsi atau abortus


Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”. Berarti
pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk
bertumbuh.

Aborsi dalam bahasa Arab disebut “ijhadh”, yang memiliki beberapa sinonim yakni; isqath
(menjatuhkan), ilqa’ (membuang), tharah (melempar) dan imlash (menyingkirkan) . Aborsi secara
terminology adalah keluarnya hasil konsepsi (janin, mudgah) sebelum bisa hidup sendiri (viable) atau
Aborsi didefenisikan sebagai berakhirnya kehamilan, dapat terjadi secara spontan akibat kelainan
fisik wanita / akibat penyakit biomedis intenal atau sengaja melalui campur tangan manusia).

Aborsi termasuk kedalam delik materil dimana titik bertanya pada akibat yang dilarang, delik itu
dianggap selesai jika akibatnya yang dilarang, delik itu dianggap selesai jika akibatnya sudah terjadi,
bagaimana cara melakukan perbuatan itu tidak menjadi masalah.[2] Contohnya adalah pasal 338
(pembunuhan), yang terpenting adalah matinya seseorang. Caranya boleh dengan mencekik,
menusuk, menembak, dan sebagainya.

Berbeda dengan aborsi yang disengaja atau akibat campur tangan manusia, yang jelas-jelas
merupakan tindakan yang “menggugurkan” yakni; perbuatan yang dengan sengaja membuat
gugurnya janin. Dalam hal ini, menggugurkan menimbulkan kontroversi dan berbagai pandangan
tentang “boleh” dan “tidak boleh” nya menggugurkan kandungan.

Terdapat sejumlah pendapat yang berbeda mengenai aborsi, diantaranya adalah:

1. Fact About Abortion, info Kit on Woman’s Health, mendefinisikan aborsi sebagai penghentian
kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia
janin (fetus) mencapai usia 20 minggu.

2. Terjadinya keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan


sengaja karena tidak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).

3. Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya
janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja ataupun tidak.

Sedangkan di dalam hukum pidana Islam, aborsi yang dikenal sebagai suatu tindak pidana atas janin
atau pengguguran kandungan terjadi apabila terdapat suatu perbuatan maksiat yang mengakibatkan
terpisahnya janin dari ibunya.

Definisi aborsi secara etimologi dan terminologi, yakni :

1. Adapun secara etimologi : Aborsi adalah menggugurkan anak, sehingga dia tidak hidup.

2. Adapun secara terminologi : Aborsi adalah praktek seorang wanita yang menggugurkan
janinnya, baik dilakukan sendiri ataupun orang lain.

Aborsi secara umum adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum
buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan.
a. Ensiklopedia Indonesia memberikan pengertian aborsi sebagai berikut: “Pengakhiran kehamilan
sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram.”

b. Definisi lain menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

c. Aborsi merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk
bertumbuh.

Dari definisi diatas, bisa disimpulkan bahwa tidak semua aborsi merupakan perbuatan yang
bertentangan dengan moral dan kemanusiaan dengan kata lain tidak semua aborsi merupakan
kejahatan. Aborsi yang terjadi secara spontan akibat kelainan fisik pada perempuan (Ibu dari janin)
atau akibat penyakit biomedis internal disebut “keguguran”, yang dalam hal ini tidak terjadi
kontroversi dalam masyarakat atau dikalangan fuqaha, sebab dianggap terjadi tanpa kesengajaan
yang terjadi di luar kehendak manusia. Aborsi yang merupakan suatu pembunuhan terhadap hak
hidup seorang manusia jelas merupakan suatu dosa besar.

Merujuk pada surat Al-Maidah ayat 32 yaitu:

ِْ ‫ى َكت َبنَا َٰذَلِكَْ أَج‬


ْ ِ‫ل م‬
‫ن‬ َْٰ َ‫عل‬ َْ ‫ل َمنْ أَنَّهْ إِس َرائِي‬
َ ‫ل بَنِي‬ َْ َ ‫سا قَت‬ ً ‫سادْ أَوْ نَفسْ بِغَي ِْر نَف‬ ْ ِ ‫ل فَ َكأَنَّ َما اْلَر‬
َ َ‫ض فِي ف‬ َْ َّ‫أَحيَا فَ َكأَنَّ َما أَحيَاهَا َو َمنْ َجمِ يعًا الن‬
َْ َ ‫اس قَت‬
َْ َّ‫ت رسلنَا َجا َءتهمْ َولَقَدْ ۚ َجمِ يعًا الن‬
‫اس‬ ِْ ‫ن ث َّْم بِالبَيِنَا‬ ً ‫ض فِي َٰذَِْلكَْ َبع َْد مِ نهمْ َكث‬
َّْ ِ‫ِيرا إ‬ ْ ِ ‫لَمس ِرفونَْ اْلَر‬

Artinya: “Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barang siapa yang
membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan Karena
membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia Telah membunuh manusia seluruhnya.
dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya Telah datang kepada mereka rasul-
rasul kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, Kemudian banyak diantara
mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi”.

Secara garis besar Aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian; yakni Aborsi Spontan (Spontaneous
Abortion) dan Abortus Provokatus (Provocation Abortion). Yang dimaksud dengan Aborsi Spontan
yakni Aborsi yang tanpa kesengajaan (keguguran). Aborsi Spontan ini masih terdiri dari berbagai
macam tahap yakni:

1. Abortus Iminen. Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan Threaten Abortion, terancam
keguguran (bukan keguguran). Di sini keguguran belum terjadi, tetapi ada tanda-tanda yang
menunjukkan ancaman bakal terjadi keguguran.

2. Abortus Inkomplitus. Secara sederhana bisa disebut Aborsi tak lengkap, artinya sudah terjadi
pengeluaran buah kehamilan tetapi tidak komplit.

3. Abortus Komplitus. Yang satu ini Aborsi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan sudah
lengkap, sudah seluruhnya keluar.
4. Abortus Insipien. buah kehamilan mati di dalam kandungan-lepas dari tempatnya- tetapi belum
dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal Missed Abortion, yakni buah kehamilan
mati di dalam kandungan tetapi belum ada tanda-tanda dikeluarkan.

Sedangkan Aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua bagian kategori besar yakni Abortus
Provokatus Medisinalis dan Abortus Provokatus Kriminalis (kejahatan). Kita hanya khusus melihat
Abortus Provokatus Medisinalis yang terdiri dari:

1. Dilatation dan Curettage

Jenis ini dilakukan dengan cara memasukkan semacam pacul kecil ke dalam rahim, kemudian janin
yang hidup itu dipotong kecil-kecil, dilepaskan dari dinding rahim dan dibuang keluar. Umumnya
akan terjadi banyak pendarahan, cara ini dilakukan terhadap kehamilan yang berusia 12-13 minggu.

2. Suction (Sedot)

Dilakukan dengan cara memperbesar leher rahim, lalu dimasukkan sebuah tabung ke dalam rahim
dan dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat, sehinggi bayi dalam rahim tercabik-cabik menjadi
kepingan-kepingan kecil, lalu disedot masuk ke dalam sebuah sebuah botol.

3. Peracunan dengan garam

Jenis ini dilakukan pada janin yang berusia lebih dari 16 minggu, ketika sudah cukup banyak cairan
yang terkumpul di sekitar bayi dalam kantung anak dan larutan garam yang pekat dimasukkan ke
dalam kandungan itu.

4. Histeromi atau bedah Caesar

Jenis ini dilakukan untuk janin yang berusia 3 bulan terakhir dengan cara operasi terhadap
kandungan.

5. Prostaglandin

Jenis ini dilakukan dengan cara memakai bahan-bahan kimia yang dikembangkan Upjohn
Pharmaccutical Co. Bahan-bahan kimia ini mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga bayi yang
hidup itu mati dan terdorong keluar.

B. Sanksi Hukum Terhadap Tindakan Aborsi Berdasarkan Hukum Positif di Indonesia

Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak. Abortus buatan atau
abortus provokatus yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara
yang dibenarkan oleh undang-undang. Disebut dengan abortus provocatus therapeticus, karena
alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu.
Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan:
Dalam pasal 15 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 sebagai berikut :

1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyclamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya,
dapat ditakukan tindakan medis tertentu.

2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :

a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;

b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai
dengan tanggungjawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;

c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;

d. pada sarana kesehatan tertentu.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Dalam pasal 15 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 ini dijelaskan bahwa

Pada Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun,
dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma
kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin
yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu Pada Ayat (2) Butir a : Indikasi medis
adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa
tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir b : Tenaga
kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan
wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan
dan penyakit kandungan. Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang
bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya
,dapat diminta dari semua atau keluarganya. Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana
kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk
oleh pemerintah. Pada Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini
dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan, sarana
kesehatan yang ditunjuk. Abortus Provocatus Criminalis (Abortus buatan illegal) Yaitu pengguguran
kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh
tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh
undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis
karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan.

Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP):

a. PASAL 299 ;
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan
diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu
rupiah.

2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.

3. Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.

b. PASAL 346; Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

c. PASAL 347 ;

1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2. Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama
lima belas tahun.

d. PASAL 348;

1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2. Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.

e. PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan
dilakukan.

f. PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan,
ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai
bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga
bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan;


1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam
hukuman empat tahun penjara.

2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu
hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun penjara.

3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamil
tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.

4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau
juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek
dapat dicabut. Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang
dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam
prakteknya dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat
dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48).

Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:

PASAL 80 :

1. Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menghimpun dana dari masyarakat untuk menyelenggarakan
pemeliharaan kesehatan, yang tidak berbentuk badan hukum dan tidak memiliki izin operasional
serta tidak melaksanakan ketentuan tentang jaminan pemeliharaan keschatan masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).

3. Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan dengan tujuan komersial dalam pelaksanaan
transplantasi organ tubuh atau jaringan tubuh atau transfuse darah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

4. Barang siapa dengan sengaja :

a. mengedarkan makanan dan atau minuman yang tidak memenuhi standar dan atau persyaratan
dan atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3);

b. memproduksi dan atau mengedarkan sediaan farmasi berupa obat atau bahan obat yang tidak
memenuhi syarat farmakope Indonesia dan atau buku standar lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (1);
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

BAB IV

KESIMPULAN

Aborsi dalam bahasa Arab disebut “ijhadh”, yang memiliki beberapa sinonim yakni; isqath
(menjatuhkan), ilqa’ (membuang), tharah (melempar) dan imlash (menyingkirkan) . Aborsi secara
terminology adalah keluarnya hasil konsepsi (janin, mudgah) sebelum bisa hidup sendiri (viable) atau
Aborsi didefenisikan sebagai berakhirnya kehamilan, dapat terjadi secara spontan akibat kelainan
fisik wanita / akibat penyakit biomedis intenal atau sengaja melalui campur tangan manusia) .

Aborsi termasuk kedalam delik materil dimana titik bertanya pada akibat yang dilarang, delik itu
dianggap selesai jika akibatnya yang dilarang, delik itu dianggap selesai jika akibatnya sudah terjadi,
bagaimana cara melakukan perbuatan itu tidak menjadi masalah.[3] Contohnya adalah pasal 338
(pembunuhan), yang terpenting adalah matinya seseorang. Caranya boleh dengan mencekik,
menusuk, menembak, dan sebagainya.

Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak. Abortus buatan atau
abortus provokatus yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara
yang dibenarkan oleh undang-undang. Disebut dengan abortus provocatus therapeticus, karena
alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu.

Sanksi hukum dilakukannya aborsi:

1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam
hukuman empat tahun penjara.

2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu
hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun penjara.

3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamil
tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.

4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau
juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek
dapat dicabut. Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang
dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam
prakteknya dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat
dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48).

Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:

PASAL 80 :
1. Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menghimpun dana dari masyarakat untuk menyelenggarakan
pemeliharaan kesehatan, yang tidak berbentuk badan hukum dan tidak memiliki izin operasional
serta tidak melaksanakan ketentuan tentang jaminan pemeliharaan keschatan masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).

3. Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan dengan tujuan komersial dalam pelaksanaan
transplantasi organ tubuh atau jaringan tubuh atau transfuse darah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

4. Barang siapa dengan sengaja :

a. mengedarkan makanan dan atau minuman yang tidak memenuhi standar dan atau persyaratan
dan atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3);

b. memproduksi dan atau mengedarkan sediaan farmasi berupa obat atau bahan obat yang tidak
memenuhi syarat farmakope Indonesia dan atau buku standar lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (1);

dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Anda mungkin juga menyukai