Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Syamsul, Arifin, (2015) menyatakan Pendidikan Muhammadiyah bertujuan

menyiapan lingkungan yang memungkin seseorang tumbuh sebagai manusia yang

menyadari kehadiran Allah SWT sebagai Robb dan menguasai Ilmu Pengetahuan,

Teknologi dan Seni (IPTEKS). Dengan kesadaran spritual makrifat (iman/tauhid) dan

penguasaan IPTEKS, seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara

mandiri, peduli sesama manusia yang menderita akibat kebodohan dan kemiskinan,

senantiasa menyebarluaskan kemakmuran, mencegah kemungkaran bagi pemuliaan

kemanusiaan dalam rangka kehidupan bersama yang ramah lingkungan dalam sebuah

bangsa dan tata pergaulan dunia yang adil, beradab dan sejahtera sebagai ibadah

kepada Allah. Pendidikan muhammadiyah merupakan pendidikan islam modern yang

mengintegrasikan agama dengan kehidupan dan antara iman dan kemajuan holistic

dari rahim pendidikan islam sehingga terciptanya generasi muslim terpelajar yang

kuat iman dan kepribadiannya, sekaligus mampu menghadapi tantangan zaman inilah

pendidikan islam yang berkemajuan.

Sejalan dengan teori diatas Tim Pedoman Pendidikan AL-Islam dan

Kremuhammadiyahan AIK (2013) berpendapat pendidikan Muhammadiyah

merupakan pendidikan Islam modern yang mengintegrasikan agama dengan

kehidupan dan antara iman dan kemajuan yang holistik. Dari rahim pendidikan Islam

yang untuk itu lahir generasi muslim terpelajar yang kuat iman dan kepribadiannya,

1
sekaligus mampu menghadapi dan menjawab tantangan zaman. Dosen mata kuliah

AIK juga dituntut untuk berpemikiran, bersikap, dan bertindak mencerminkan Islam

yang berkemajuan dan mencerahkan sekaligus menjadi role model yang dapat

diteladani dalam menampilkan Muhammadiyah sebagai gerakan pencerahan.

Al-islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) merupakan mata kuliah yang

berwawasan mendalam dan luas yang sejalan dengan pandangan Islam yang

berkemajuan dan watak dasar Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid

Tim Pedoman Pendidikan AIK (2013). Dalam arti luas AIK merupakan keseluruhan

ajaran Islam yang meliputi aqidah, akhlak, ibadah dan muamalat duniawiyah yang

bersumber Al Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad sebagaimana dipahami dan

diimplementasikan oleh Muhammadiyah dalam gerakannya Jais.A (2014).

Berdasarkan teori di atas AIK merupakan kerangka rujukan perilaku sehari-hari,

maka AIK berkonsekuensi terhadap perilaku civitas akademik universitas atau

lembaga pendidikan Muhammadiyah lain untuk berperilaku sebagaimana ajaran AIK

termasuk di luar lingkungan kampus.

AIK merupakan salah satu ciri khas PTM sebagaimana ketentuan Pedoman

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 02/PEDI/I.0/B/2012 tentang Perguruan

Tinggi Muhammadiyah. Pada Pasal 9 ayat (2) terdapat ketentuan sebagai berikut:

“Perguruan Tinggi Muhammadiyah wajib memiliki ciri khas kurikulum Al-Islam

Kemuhammadiyahan yang diatur lebih lanjut dengan ketentuan Majelis Pendidikan

Tinggi.”Sebagai kelanjutan dari ketentuan ini, semua PTM yang tersebar di Indonesia

menyelenggarakan pendidikan AIK sejak semester pertamaMuhammadiyah (2012).

AIK bisa dikatakan sejenis pendidikan agama Islam (PAI) di perguruan tinggi umum

2
yang wajib diikuti oleh mahasiswa yang beragama Islam.Perbedaannya, kalau PAI

cukup diberikan hanya satu semester, sedangkan AIK bisa sampai empat semester.

Arifin, Akhmad Hidayatullah (2012) Kegiatan pendidikan nasional perlu

diorganisasikan dan dikelola sedemikian rupa supaya pendidikan nasional sebagai

suatu organisasi dapat menjadi sarana untuk mewujudkan cita-cita nasiona.Dalam hal

ini, salah satunya adalah mencerdaskan masyarakat. Amanah tersebut tertuang dalam

Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu Sistem Pendidikan Nasional, yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang. Pasal 31, ayat

5 menyebutkan “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban

serta kesejahteraan umat manusia”.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 Mata pelajaran Muatan

Lokal (Mulok) adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang

berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal. Tujuan

Mata pelajaran Mulok adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk memahami lingkungan alam, sosial,

budaya, dan spiritual mereka.Hal ini dilakukan untuk mengembangkan apresiasi

terhadap lingkungan mereka dan mendukung pertumbuhan mereka sendiri.Hal ini

juga mendorong peserta didik untuk melestarikan keunggulan daerah dan kearifan

yang bermanfaat yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.

3
Bisri (2000) menyatakan pentingnya melestarikan kearifan lokal masyarakat

dalam muatan lokal sehingga mempunyai nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia

sesuai yang ada dalam Pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara

Indonesia.Septania, Meli, Hasyim Adelina & Yanzi, Hermi (2017) Hasil penelitianya

menunjukkan bahwa terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi keunikan dari

beberapa prosesi perkawinan diantaranya nilai keindahan, nilai religius, nilai

persatuan dan nilai kekerabatan.

Taylor E.B (2007) Budaya merupakan pemahaman perasaan suatu bangsa

yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, dan adat

istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnnya yang diperoleh dari anggota

masyarakat.Menurut Badrudin (2014) Konsep kebudayaan sangat dipengaruhi oleh

dasar pemikiran tentang azas-azas pembentukan masyarakat dan

kebudayaan.Mawardi dan Hidayati (2007) membedakan fenomena kebudayaan atau

wujud kebudayaan yang memahaminya dengan sistem budaya (sistem nilai, gagasan-

gagasan, dan norma-norma), sistem sosial (kompleks aktivitas dan tindakan berpola

dari manusia dalam masyarakat), dan artefak kebudayaan fisik. Hal yang sama juga

dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2009) bahwa budaya merupakan keseluruhan

sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik manusia dengan belajar. Sehingga dapaat disimpulkan hakikat budaya

wujud sistem kebiasaan yang dimiliki manusia dan yang menjadi aktivitas norma-

norma dalam kehidupan bermasyarakat.

Abdurrahman, Moeslim (2003) menganjurkan agar Muhammadiyah memiliki

ketegasan sikap teologis yang menunjukkan kesadaran untuk mengakui dan

4
menghormati seni dan budaya sebagai kekayaan peradaban. Menurut Ahmad Syafii

Maarif dakwah kultural Muhammadiyah dimaksudkan agar dakwah Muhammadiyah

lebih lentur dan fleksibel (Pimpinan Pusat Muhammadiyah.2005).

Kuntowijoyo (2001) pernah mengingatkan agar warga Muhammadiyah tidak

memiliki kecenderungan anti budaya, Karena keyakinan Muhammadiyah untuk

kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah (al-ruju‘ila al-Qur’an wa al-Sunnah) dan

sikap kehati-hatiannya selama ini terkesan seperti gerakan anti kebudayaan.

Huntington, Samuel (2004) menyatakan setelah berakhirnya perang dingin

pada tahun 1990an merupakan saksi sejarah bagi dimulainya perubahan-perubahan

identitas dan simbol- simbol secara dramatis.Hampir sebagian besar manusia di dunia

bersembunyi dibalik keunggulan simbol dan budaya masing-masing.sehingga,

lembaga pendidikan Muhammadiyah perlu mengedepankan aspek simbolitas sebagai

salah satu daya tawar (bargaining) dan daya tarik terhadap masyarakat. Simbol dan

budaya lembaga pendidikan Muhammadiyah tersebut sesungguhnya berada pada

konsep tajdid atau pembaharuan pendidikan yang diwujudkan melalui mata pelajaran

pendidikan Al Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab (ISMUBA).

Tim Pedoman Pendidikan AIK (2013) Mengembangan kurikulum pendidikan

AIK ini dilakukan sesuai amanah keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 46

tentang Program Muhammadiyah 2010-2015 yaitu: “Mengembangkan model-model

pembelajaran yang memberikan pencerahan paham Islam dan komitmen

Muhammadiyah yang berkemajuan”. Menurut Setiawan, Farid (2008) Ijtihad

pendidikan yang dilakukan oleh Kiai Dahlan tersebut merupakan hasil perenungan

yang didasari oleh kemampuannya dalam melakukan interpretasi teks-teks agama

5
(Islam) atas kebutuhan masyarakat. Kontekstualisasi teks sebagaimana kebutuhan

pendidikan masyarakat merupakan salah satu kategori yang menandakan bahwa

spiritualitas agama harus sesuai dengan kondisi sosial yang sedang berkembang.

Dengan demikian, Islam menjadi agama yang berkemajuan dan sebagai rahmat bagi

seluruh alam.

Isi pendidikan AIK adalah ilmu pengetahuan tentang Islam baik aspek

normatif maupun historis. Materi pokok Pendidikan AIK selama ini meliputi lima

aspek: al-Qur’an-Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, dan Kemuhammadiyahan. Materi

pokok AIK ini disamping memiliki kelebihan juga ada kelemahannya. Kelebihannya

lebih bersifat akademis dan kelemahannya adalah kurang dalam memfungsikan

agama sebagai landasan moral, motivasional dan spiritual dalam memecahkan

problem kehidupan. Menurut Syamsul, Arifin (2015) nilai pembelajaran AIK

dimaksudkan suatu keinginan yang mendorong terjadinya perubahan cara berfikir

(mode of thought) tentang AIK bukan hanya aktivitas verbal

(ceramah/pidato/retorika) tetapi menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan

dengan agama Islam dan Muhammadiyah tetapi lebih dari sekedar aktivitas verbal,

sejalan dengan pengertian kata pembelajaran AIK perlu dipahami sebagai tindakan

“edukatif” dan sekaligus tindakan “didaktis” yang dapat mendorong peserta didik

mewujudkan perilaku bermoral dalam kehidupan sehari-hari, yang mana tidak

terlepas dengan konteks sosial dan budaya daerah setempat.

Mawardi Pewangi M.Pdi menyampaikan bahwa semua pengajar dan pendidik

Kemuhammadiyahan harus mampu menguasai multimedia, karena di dalam al-

Qur’an banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang pengembangan ilmu pengetahuan

6
sesuai dengan arah gerakan Muhammadiyah yaitu Islam Berkemajuan,

Muhammadiyah harus berkembangan dengan dinamis, Kandacong Melle juga

menyampaikan Penggunaan multimedia ini sangat membantu guru dalam melakukan

proses pembelajaran dengan menarik, menyenangkan dan interaktif (Rls.2023).

Sehingga dari teori diatas perlunya pengembangan bahan ajar AIK yang berbasis

multimedia seperti video pembelajaran dapat mendukung proses pembelajaran.

Menurut Kiai Haji Ahmad Dahlan dalam Nashir, Haedar (2021) Karakter

kemuhammadiyahan ada tiga yaitu pertama karakter pergerakan atau gerakan Islam

sebagai karakter dasar yang utama Islam harus menjiwai, melandasi, membingkai,

sekaligus menjadi sumber inspirasi, orientasi, misi, dan cita-cita gerakannya, yang

kedua karakter dakwah yang harus menjadi jiwa, orientasi, usaha, dan aktivitas yang

utama dalam Muhammadiyadan. ketiga karakter tajdid atau pembaruan, baik yang

bersifat purifikasi atau pemurnian (tajrid, tandhif) maupun pengembangan atau

dinamisasi (tajdid, ishlah).

Zamzam, Rohimi (2017) menyatakan bahwa Pendidikan Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan (AIK) pada dasarnya memuat materi tentang paham agama dan

ideologi gerakan Muhammadiyah. Materi AIK lebih diarahkan pada pengembangkan

karakter manusia baik (saleh dan ihsan) yang berbuat baik bagi kepentingan seluruh

manusia (muslim dan non-muslim) sebagai bukti keislaman seorang muslim.

Pandangan ini memberi penekanan bahwa pendidikan Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan diharapkan dapat terinternalisasi dalam diri setiap peserta didik

agar moral agama dan nilainilai islami yang dimilikinya dapat menjadi benteng dalam

menghadapi gelombang arus globalisasi. Farid Setiawan, dkk (2010) menyatakan

7
sebagai suatu organisasi sosial kemasyarakatan yang berbasis berkarakter Islami,

Persyarikatan Muhammadiyah memdesain pendidikan Agama Islam yang

diaplikasikan dalam mata pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Al Islam dan

Kemuhammadiyahan.

Djauhari, Achmad (2021) Model Pedidikan Karakter berbasis Al Islam dan

Kemuhammadiyahan dengan Metode Shibghah dapat dijadikan sebagai sarana dan

model pendidikan yang dapat melahirkan Sarjana-Sarjana (sesuai bidangnya)

sekaligus sebagai kader Persyaraikatan Muhammadiyah dengan Karakter Islam

Berkemajuan. Dari teori yang dikemukakan diatas peneli menyimpulkan bahwa

pendidikan AIK yang berbasis karakter Muhammadiyah ini wajib diikuti oleh semua

peserta didik di seluruh jenjang pendidikan Muhammadiyah karena dari proses

pembelajaran ini diharapkan terbentuk peserta didik yang berkarakter islami yang

paham ideology muhammadiyah.

Arsyad (2013) menyatakan bahwa video merupakan kumpulan gambar dalam

frame, di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara

mekanis sehingga pada layar terlihat gambar hidup. Dari penjelasan di atas dapat

disimpulkan, bahwa video merupakan salah satu jenis media audio-visual yang dapat

digambarkan dalam bentuk suatu objek yang bergerak disertai dengan suara alamiah

atau suara yang sesuai dengan gambar. Kemampuan video melukiskan gambar hidup

dan suara memberikan daya tarik tersendiri.Video dapat menyajikan informasi,

memaparkan proses, menjelaskan konsep- konsep yang rumit, mengajarkan

keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.

8
Menurut Agustini & Ngarti (2020) dalam penelitiannya mengatakan ada

beberapa kelebihan video pembelajaran layak digunakan dalam melangsungkan

kegiatan belajar yaitu 1) meningkatkan kreatifitas; 2) Memberikan ppengalaman

belajar yang lebih interaktif; 3) Dapat menjabarkan pemahaan materi lebih detail; 4)

Bersifat fleksibel dan penggunaan video dapat membuat keseluruhan aspek

pembelajaran mudah terpenuhi, dan; 5) Dapat menganti metode ceramah yang biasa

digunakan oleh guru dengan metode yang lebih kreatif.

Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai dosen mata kuliah AIK selama

melaksanakan perkuliahan dilingkungan STKIP Muhammadiyah OKU Timur peneliti

mengamati bahwa kurang efektifnya proses pembelajaran AIK (Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan) yang disampaikan dalam proses pembelajaran sehingga

berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa yang kurang memuaskan serta

kurangnya implementasi karakter yang ditampilkan oleh peserta didik dalam

kehidupan bermasyarakat. Pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih sangat

terpaku hanya pada buku panduan dan metode yang digunakan juga masih seputar

pemberian penjelasan yang monoton dan sesekali melakukan diskusi kelompok

sehingga proses pembelajaran kurang menarik dan cenderung membosankan

sehingga kurang munculnya implementasi karakter AIK yang harapkan. Dengan

mengembangkan video pembelajaran AIK bermuatan lokal dalam proses

pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan pemahaman karakter

kemuhammadiyahan mahasiswa dilingkungan STKIP Muhammadiyah OKU Timur.

9
B. Identifikasi Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah yang telah diuraikan peneliti, yang

menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah.

1. Kurangnya fasilitas media pembelajaran diperguruan tinggi untuk

meningkatkan pemahaman mahasiswa tetang matakuliah AIK.

2. Bahan ajar AIK yang tersedia masih belum menggambarkan karakter

kemuhammadiyaan yang sebenarnya.

3. Kurangnya motivasi belajar mahasiswa terhadap mata pelajaran AIK (Al-

Islam dan Kemuhammadiyahan).

4. Hasil belajar mahasiswa STKIP Muhammadiyah OKU Timur masih kurang

memuaskan.

5. Pentingnya pengembangan video pembelajaran pada mata kuliah AIK (Al-

Islam dan Kemuhammadiyahan) bermuatan lokal di STKIP Muhammadiyah

OKU Timur

C. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Masalah

yang diteliti terbatas pada pengembangan video pembelajaran AIK bermuatan lokal

di STKIP Muhammadiyah OKU Timur.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan

dalam penelitian ini terkait sebagai berikut:

10
1. Bagaiamana kebutuhan menanamkan karakter kemuhammadiyahan di STKIP

Muhammadiyah OKU Timur?

2. Bagaimana pengembangan video pembelajaran Al Islam dan

Kemuhammadiyahan bermuatan lokal dalam menanamkan karakter

kemuhammadiyahan di STKIP Muhammadiyah OKU Timur ?

3. Bagaimana efektivitas implementasi video pembelajaran Al Islam dan

Kemuhammadiyahan bermuatan lokal dalam menanamkan karakter

kemuhammadiyahan di STKIP Muhammadiyah OKU Timur?

E. Tujuan Pengembangan

Adapun tujuan pengembangan ini adalah :

1. Menganalisis kebutuhan menanamkan karakter kemuhammadiyahan di

STKIP Muhammadiyah OKU Timur

2. Mengembangkan video pembelajaran al islam dan kemuhammadiyahan

bermuatan lokal dalam menanamkan karakter kemuhammadiyahan di STKIP

Muhammadiyah OKU Timur.

3. Mengetahui dan menganalisis efektivitas implementasi video pembelajaran Al

Islam dan Kemuhammadiyahan bermuatan lokal dalam menanamkan karakter

kemuhammadiyahan di STKIP Muhammadiyah OKU Timur.

F. Manfaat Pengembangan

11
a. Secara teoritis : hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi ilmiah bagi

pihak yang terkait dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam

pengembangan video pembelajaran AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan).

b. Secara praktis

1. Bagi perguruan tinggi, sebagai bahan masukan dalam pengembangan video

pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan global dan harapannya dapat

memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta

didik memecahkan kesulitan dalam hal memahami pelajaran AIK.

3. Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

yang baru bagi dunia pendidikan terkait bahan ajar AIK.

4. Bagi peneliti yang akan datang, hasil dari penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian yang lebih komprehensif

dan untuk meningkatkan pengetahuan penulis, khususnya terkait video

pembelajaran pada mata pelajaran AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan).

G. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan

Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan ini

adalah sebagai berikut:

1. Video pembelajaran al islam dan kemuhammadiyahan bermuatan lokal yang

disajikan dalam bentuk file dan link youtube yang bisa diakses oleh umum.

2. Video pembelajaran yang kembangkan memuat materi pokok Kurikulum AIK

1 sampai dengan AIK IV yang mana video pembelajaran disesuaikan dengan

12
tema masing-masing. AIK I (Kemanusian dan keimanan), AIK II (Ibadah,

Akhlak Dan Muamalah), AIK III (Kemuhammadiyahan) dan AIK IV (Islam

Dan Ilmu Pengetahuan).

3. Video pembelajaran AIK disajikan dengan tema muatan lokal sehingga

didalamnya memuat prinsip budaya lokal berkenaan dengan masalah–masalah

aktual di masyarakat.

4. Video pembelajaran yang dikembangkan merupakan CD pembelajaran yang

berisi materi AIK. Jenis media yang dibuat hanya dibatasi pada media berupa

Compact Disk yang memuat :

a. Teks,

b. Image (gambar diam),

c. Animasi (gambar bergerak), dan

d. Audio.

5. Dalam video pembelajaran yang dikembangkan memuat unsur muatan local

yang menjadi ciri khas kebudayaan local.

6. Video pembelajaran ini telah memenuhi aspek kriteria kualitas media

pembelajaran yang meliputi :

a. Kualitas isi dan tujuan (aspek kriteria pendidikan).

b. Kualitas tampilan video.

c. Kualitas kepraktisan video.

7. Video pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini

penggunaannya dalam pembelajaran memerlukan komputer dengan

spesifikasi minimal:

13
a. Menggunakan Operating System Windows 98 sampai dengan yang

terbaru,

b. Menggunakan minimal Processor Intel Pentium III 600 MHz sampai yang

terbaru,

c. Menggunakan RAM minimal 512 MB.

8. Video pembelajaran yang akan dikembangkan didalamnya mengandung

prinsip pembelajaran artinya video ini digunakan untuk kepentingan

pembelajaran. Video pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan

visualisasi yang jelas terhadap materi yang akan disampaikan kepada siswa.

Video pembelajaran ini dibuat bukan untuk menggantikan peran pendidik,

tapi untuk membimbing peserta didik dalam belajar sehingga peserta didik

memperoleh kemudahan dalam memahami materi.

H. Definisi Istilah

1. Pengembangan video pembelajaran adalah suatu pengembangan proses, suatu

cara, atau perbuatan menjadikan baik, lengkap, dan luas serta sistematis

bahan-bahan yang digunakan siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

2. Al Islam dan kemuhammadiyahan yang disingkat dengan AIK bermuatan

lokal adalah dalam arti luas adalah keseluruhan ajaran Islam yang meliputi

aqidah, akhlak, ibadah dan muamalat duniawiyah yang bersumber Al Qur'an

dan Sunnah Nabi Muhammad sebagaimana dipahami dan diimplementasikan

oleh Muhammadiyah dalam gerakannya yang bertemakan muatan local atau

budaya local daerah setempat.

14
3. Karakter kemuhammadiyahan ada tiga yaitu pertama (gerakan Islam) sebagai

karakter dasar yang utama Islam harus menjiwai, melandasi, membingkai,

sekaligus menjadi sumber inspirasi, orientasi, misi, dan cita-cita gerakannya,

yang kedua karakter dakwah yang harus menjadi jiwa, orientasi, usaha, dan

aktivitas yang utama dalam Muhammadiyadan. ketiga karakter tajdid atau

pembaruan, baik yang bersifat purifikasi atau pemurnian (tajrid, tandhif)

maupun pengembangan atau dinamisasi (tajdid, ishlah).

15
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Pendidikan

Pada dasarnya pendidikan dipandang sebagai proses dan sekaligus sebagai

tujuan. Asumsi dasar pendidikan tersebut memandang pendidikan sebagai kegiatan

kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya yang

berkembang dan berlangsung sepanjang hayat.Pendidikan sebagai kegiatan

kehidupan dalam masyarakat mempunyai arti penting, baik bagi individu maupun

kelompok di masyarakat.Sebab antara masyarakat dan individu saling berkaitan

dalam berinteraksi sosial.

Landasan pendidikan secara singkat dapat dikatakan sebagai tempat bertumpu

atau dasar dalam melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan

tentang kebijakan dan praktik pendidikan.Kajian analisis kritis terhadap kaidah dan

kenyataan tersebut dapat dijadikan titik tumpu atau dasar dalam upaya penemuan

kebijakan dan Pratik pendidikan yang tepat guna dan bernilai guna Nurmalita,

Savira(2019). Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa landasan pendidikan

merupakan dasar bagi upaya pengembangan kependidikan dalam segala aspeknya.

Terdapat beberapa landasan yang dapat dijadikan sebagai titik tumpu dalam

melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan dalam rangka

membuat kebijakan dan Pratik pendidikan, beberapa landasan dalam pendidikan

seperti landasan filosofi, landasan sosial, landasan kultur, landasan Ilmiah dan

Teknologi, landasan psikologis dan landasan religious yang menjadikan pendidikan

16
mampu berjalan dengan baik dan menujang keberhasilan suatu proses pembelajaran.

Landasan-landasan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau

hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok dalam

pendidikan, seperti apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan diperlukan, dan apa

yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan. Sehubungan dengan itu, landasan

filosofis merupakan landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat.Sesuai dengan

sefatnya, maka landasan filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan

konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia.

Penelitian ini didasarkan oleh ketentuan Pedoman Pimpinan Pusat

Muhammadiyah Nomor 02/PEDI/I.0/B/2012 tentang Perguruan Tinggi

Muhammadiyah. Pada Pasal 9 ayat (2) terdapat ketentuan sebagai berikut:

“Perguruan Tinggi Muhammadiyah wajib memiliki ciri khas kurikulum Al-Islam

Kemuhammadiyahan yang diatur lebih lanjut dengan ketentuan Majelis Pendidikan

Tinggi.”Sebagai kelanjutan dari ketentuan ini, semua PTM yang tersebar di Indonesia

menyelenggarakan pendidikan AIK sejak semester pertama. Sehingga proses

pembelajaran AIK merupakan ciri khas dari perguruan tinggi muhammadiyah yang

dapat mencerminkan karakter muhammadiyah di masyarakat.

Pendidikan merupakan peristiwa sosial yang berlangsung dalam latar interaksi

sosial. Dikatakan demikian, karena pendidikan tidak dapat dilepaskan dari upaya dan

proses saling mempengaruhi antara individu yang terlibat di dalamnya. Dalam posisi

yang demikian, apa yang dinamakan pendidik dan peserta didik, menunjuk kepada

dua istilah yang dilihat dari kedudukannya dalam interaksi sosial. Artinya, siapa yang

17
bertanggungjawab atas perilaku dan siapa yang memilki peranan penting dalam

proses mengubahnya. Karena itu, proses pendidikan untuk menunjukkan siapa yang

menjadi pendidik dan siapa yang menjadi peserta didik secara permanen, karena

keduanya dapat saling berubah fungsi dan kedudukan.

Dalam penelitian ini dosen sebagai pendidik berupaya untuk menyediakan

proses pembelajaran yang berdasarkan karakter kemuhammadiyahan yang menjadi

ciri khas PTM dan didasarkan pada pembelajaran AIK yang bermuatan local sehingga

terjadi kesinambungan proses pembelajran dan interaksi sosial di masyarakat yang

berkarakter muhammadiyah.

Proses pendidikan adalah bagian dari peristiwa budaya. Hal tersebut

dikarenakan pendidikan dan kebudayaan mempunyai hubuangan timbal

balik.Kebudayaan dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan mewariskannya

dari satu generasi ke genarasi berikutnya melalui pendidikan, baik pendidikan

informal, nonformal, maupun formal.

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia. Oleh sebab itu,

landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang

pendidikan. Landasan psikologis pendidikan terutama tertuju kepada pemahaman

manusia, khususnya berkenaan dengan proses belajar manusia. Pemahaman terhadap

peserta didik, terutama sekali yang berhubungan dengan aspek kejiwaan, merupakan

salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan

penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya, pengetahuan tentang aspek-

aspek pribadi, urutan, dan ciri-ciri partumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang

cara-cara yang paling tepat untuk pengembangan kepribadian.

18
Pendidikan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mempunyai kaitan

yang sangat erat. Hal tersebut karena bagian utama dalam pendidikan, terutama dalam

bentuk pembelajaran. Oleh karena itu, pendidikan berperan sangat penting dalam

pewarisan dan pengetahuan, teknologi, dan seni. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa landasan ilmiah dan teknologi dijadikan sebagai landasan dalam menentukan

kebijakan dan praktik pendidikan.

Penelitian ini dikembangkan dengan membuat video pembelajaran yang

mengintergrasikan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sehingga dalam proses

pembelajaran tercipta suatu perangkat ajar atau media ajar yang mendukung proses

pembelajaran berjalan dengan efektik dan menarik yang diharapkan mampu

membantu meningkatkan motivisi dan nilai pemahaman mahasiswa terhadap karakter

Muhammmadiyah dalam kehidupan sehari-hari.

Landasan religius merupakan landasan yang paling mendasari dari

landasanlandasan pendidikan, sebab landasan agama adalah landasan yang diciptakan

oleh Allah swt.Bahkan setiap pendidikan nasional mengharuskan setiap peserta didik

mengikuti pendidikan agama. Karena sistem pendidikan agama diharapkan sebagai

penyeru pikiran-pikiran produktif dan berkolaborasi dengan kebutuhan zaman yang

semakin modern. Pendidikan agama adalah hak setiap peserta didik dan bukan negara

atau organisasi keagamaan.

Dengan mempertimbangkan berbagai penjelasan landasan filosofi, landasan

sosial, landasa spikologi, landasan pengetahuan, teknologi dan seni, serta landasan

religious dalam proses pembelajarn AIK. Dimana pembelajaran AIK merupakan ciri

khas dari proses pembelajaran di PTM, mewujudkan proses pembelajaran yang

19
mencerminkan karakter Muhammadiyah, mengebangkan suatu video pembelajaran

yang mendukung proses pembelajaran yang menarik dan perwujutan proses

pembelajaran yang religious dengan menanamkan nilai-nilai keislaman dalam proses

pembelajaran untuk menciptakan interaksi sosial dimasyarakar dengan mengharapkan

terciptanya kualitias individu yang berkarakter Muhammadiyah.

B. Landasan Teori

1. Pengembangan Video Pembelajaran

Arsyad (2013) menyatakan bahwa video merupakan kumpulan gambar dalam

frame, di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara

mekanis sehingga pada layar terlihat gambar hidup.Dari penjelasan di atas dapat

disimpulkan, bahwa video merupakan salah satu jenis media audio-visual yang dapat

digambarkan dalam bentuk suatu objek yang bergerak disertai dengan suara alamiah

atau suara yang sesuai dengan gambar. Kemampuan video melukiskan gambar hidup

dan suara memberikan daya tarik tersendiri.Video dapat menyajikan informasi,

memaparkan proses, menjelaskan konsep- konsep yang rumit, mengajarkan

keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.

Menurut Riyana Cheppy (2007) untuk menghasilkan video pembelajaran yang

mampu meningkatkan motivasi dan efektivitas penggunanya maka pengembangan

video pembelajaran harus memperhatikan karakteristik dan kriterianya. Karakteristik

video pembelajaran yaitu.

20
a. Clarity of Massage (kejalasan pesan) Dengan media video siswa dapat

memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna dan informasi dapat

diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya informasi akan tersimpan

dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi.

b. Stand Alone (berdiri sendiri) Video yang dikembangkan tidak bergantung

pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan

ajar lain.

c. User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya) Media video

menggunakan bahasa yang sedehana, mudah dimengerti, dan menggunakan

bahasa yang umum. Paparan informasi yang tampil. bersifat membantu dan

bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam

merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.

d. Representasi isi materi harus benar-benar representatif, misalnya materi

simulasi atau demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial

maupun sain dapat dibuat menjadi media video.

e. Visualisasi dengan media materi dikemas secara multimedia terdapat

didalamnya teks, animasi, sound, dan video sesuai tuntutan materi. Materi-

materi yang digunakan bersifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau

berbahaya apabila langsung dipraktikkan, memiliki tingkat keakurasian

tinggi.

f. Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi Tampilan berupa grafis media

video dibuat dengan teknologi rakayasa digital dengan resolusi tinggi tetapi

support untuk setiap spech system komputer.

21
g. Dapat digunakan secara klasikal atau individual Video pembelajaran dapat

digunakan oleh para siswa secara individual, tidak hanya dalam setting

sekolah, tetapi juga dirumah. Dapat pula digunakan secara klasikal dengan

jumlah siswa maksimal 50 orang bisa dapat dipandu oleh guru atau cukup

mendengarkan uraian narasi dari narator yang telah tersedia dalam program.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan karakteristik penggunaan video dalam

pembelajaran untuk membantu siswa dalam mempelajari informasi dan pengetahuan

tentang suatu proses atau prosedur. Media video pembelajaran yang akan digunakan,

apapun bentuknya, harus mampu memotivasi siswa untuk mempelajari isi informasi

dan pengetahuan yang terdapat di dalamnya. Selain berisi informasi dan pengetahuan

yang akurat media video pembelajaran juga harus menarik sehingga mampu membuat

Mahasiswa termotivasi untuk belajar secara insentif. Penggunaan program video

dalam pembelajaran harus mampu melibatkan mental Mahasiswa dalam melibatkan

proses belajar. Mahasiswa yang terlibat secara intensif dengan media video dan

materi pelajaran yang ada di dalamnya akan belajar lebih mudah dan mampu

mencapai kompetensi yang diinginkan.

Menurut Depdiknas (2006) tentang Standar Isi media pembelajaran merupakan

bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui media

pembelajaran guru akan lebih mudah dalam menyampaikan materi dan siswa akan

lebih terbantu dan mudah belajar. Media pembelajaran adalah perantara yang

membawa pesan atau informasi antara sumber dan penerima. Media pembelajaran

atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan

22
sikap yang harus dipelajari oleh siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi

yang telah ditentukan.

Asnawir dan Usman Basyiruddin (2002) menjelaskan ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam penggunaan media video pada saat pembelajaran yaitu:

a. Pengajar harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian baru

memilih media video yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang

diharapkan.

b. Pengajar juga harus mengetahui durasi video, dimana keduanya yang harus

disesuaikan dengan jam pelajaran.

c. Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan siswa dengan memberikan

penjelasan global tentang isi video yang akan diputar dan persiapan peralatan

yang akan digunakan demi kelancaran pembelajaran.

d. Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran video selesai, sebaiknya pengajar

melakukan refleksi dan tanya jawab dengan mahasiswa untuk mengetahui

sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap materi tersebut.

Menurut Arif S. Sadiman, dkk(2011) teknik penyusunan prosedur

pengembangan media pendidikan meliputi:

1) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik mahasiswa.

2) Merumuskan tujuan instruksional (instructional objective) dengan

operasional.

3) Merumuskan butir-butir materi yang mendukung tercapainya tujuan.

4) Mengembangkan alat dan mengukur keberhasilan.

23
5) Menulis naskah media.

6) Mengadakan tes dan revisi.

Hasmawaty, Syam.H & Saman. A (2020) mengemukakan ada beberapa model

pembelajaran yang terbukti valid, praktis dan efektif untuk meningkatkan

keterampilan dalam pembelajaran seperti penggunaan media yang tepat. Ada

beberapa penggunaan data yang bisa digunakan dalam mengukur kevalidan,

kepraktisan dan kefektifan model pembelajaran 1.Menggunakan lembar validasi, 2.

Lembar observasi, 3. Lembar kegiatan siswa, 4. Respon dosen atau angket dosen dan

5. Respon mahasiswa atau angket mahasiswa, dimana data yang terkumpul dianalisis

menggunakan kuntitatif.

Menurut N. E. Peterman and J. Kennedy (2003) kualitas produk pembelajaran

dapat ditentukan berdasarkan keshahihan/validitas (validity), dan kepraktisan

(practicality), serta keefektifan (effectivenese). Sehingga kelayakan media

pembelajaran juga dapat ditentukan dari tiga bagian penting berikut:

Suatu perangkat pembelajaran dikatakan valid apabila perangkat pembelajaran

yang disusun tersebut memenuhi validitas isi dan validitas konstruk, hal itu

diungkapkan oleh N. E. Peterman and J. Kennedy (2003). Validitas isi merupakan

disiplin ilmu yang dikembangkan pada media pembelajaran dan validitas konstruk

merupakan semua komponen yang saling berkaitan satu dengan lainnya secara

konsisten.m Secara ideal, peneliti perlu melakukan periksa ulang media pempelajaran

atau produk yang dikembangkan kepada para ahli (validator), yaitu tentang ketetapan

isi, materi pembelajaran, kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan desain fisik.

24
Kriteria kualitas perangkat lunak media pembelajaran menurut Walker dan Hess

dalam Arsyad (2013) adalah kualitas isi dan tujuan pembelajaran, kualitas

instruksional, dan kualitas teknis. Berdasarkan beberapa uraian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kevalidan media pembelajaran yang peneliti kembangkan adalah

terpenuhinya kriteria kevalidan yang dinyatakan oleh para ahli (validator) yaitu

kualitas isi dan tujuan pembelajaran, kualitas instruksional, dan kualitas teknis

dengan rata-rata persentase kevalidan dikategorikan sangat valid atau valid. Aspek-

aspek kevalidan tersebut mengadopsi dari kriteria kualitas perangkat lunak media

pembelajaran menurut Walker dan Hess dalam Arsyad (2013) yang peneliti

modifikasi seperlunya dan disesuaikan dengan media yang akan dikembangkan.

Kriteria dan indicator kevalidan terdiri dari tiga buah aspek, pertama aspek

kualitas isi dan tujuan pembelajaran memiliki kriteria ketepatan, tujuan, kelengkapan

dan minat. Kriteria ketepatan memiliki indikator kejelasan capaian pembelajaran

mata kuliah (CPMK), Ketepatan materi dengan Capaian Pembelajaran Lulusan

(CPL), kejelasan tujuan pembelajaran kesesuaian tujuan pembelajaran dengan

Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL), Penggunaan bahasa yang mudah dipahami dan

ejaan yang sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). kriteria

Tujuan (sebagai media pembelajaran bermuatan lokal) indicator Materi dan contoh

soal AIK Bermuatan local yang mengandung aspek keislaman dan Tampilan media

pembelajaran yang mencerminkan karakter kemuhammadiyahan. Kriteria

kelengkapan memiliki indicator Kelengkapan materi AIK muatan local dan

Keruntutan dalam penyajian materi (sistematis). Kriteria minat memiliki indicator

Video pembelajaran AIK bernunsa Muatan lokal mampu menarik minat dan

25
perhatian mahasiwa dalam memahami dan menanamkan karakter

kemuhammadiyahan.

Aspek yang kedua Kualitas instruksional memiliki kriteria dapat memberikan

bantuan untuk belajar dengan indicator media pembelajaran AIK bernunsa Muatan

local memberikan bantuan kepada mahasiswa untuk mempelajari materi AIK yang

berakter kemuhammadiyahan. Kriteria kualitas motiviasi indicator yang dimiliki

Menumbuhkan motivasi belajar siswa, kriteria interaksi instruksional memiliki

indicator video ini berinteraksi langsung dengan peserta didik, melalui video

pendidik mudah dalam menyampaikan materi, dan melalui video siswa mampu

mempelajari muatan local dengan lebih mudah dan menarik.

Aspek yang ketiga kualitas teknis memiliki kriteria keterbacaan denagn

indicator teknik intruksi dapat dibaca jelas, penggunaan ejan yang sesuai dengan isi

materi, media mudah dibaca dan dipahami. Kriteria mudah digunakan memiliki

indicator menu dalan video mudah untuk digunakan dan tombol control dalam

mengoperasikan mudah digunakan. Kriteria kualitas tampilan kriteria yang dimiliki

keteptan pemilihan jenis hurup, pemilihan warna background sesuai dengan warna

teks, menarik tampilan video, ilustrasi gambar yang digunakan pada video sudah

tepat dan animasi dalam video bernuansa Islam. Kriteria kualitas pengolahan program

memiliki indicator kemudahan dalam proses membuka dan mengoverasikan video

pembelajaran.

26
Tabel 2.1 Kriteria dan Indikator Kevalidan Media Video Pembelajaran

Aspek Kriteria Indikator


Kualitas Metode Keberadaan gambar dan
intruksional penyajian animasi membantu
Kualitas mahasiswa dalam memahami
teknis konsep
Kesesuaian gambar dan
animasi dengan kegunaan dan
tempatnya
Kebahasaan Penggunaan
kalimat yang mudah
dipahami
Penggunaan bahasa yang
komunikatif
Kelengkapan Konten mudah dipahami
Kesesuaian konten dengan
indikator dan pengetahuan
AIK.
Penggunaan Kemudahan dalam proses
membuka video
Menu pada video mudah
digunakan
Kemudahan penggunaan dan
pengoperasian video
Keterbacaan Teks intruksi terbaca jelas
Penggunaan ejaan yang
sesuai Isi materi ada media
mudah dibaca dan dipahami
Mudah Menu dalam media mudah
digunakan digunakan
Tombol kontrol untuk
mengoperasikan media
mudah digunakan
Kualitas Ketepatan pemilihan jenis
tampilan huruf dan ukuran huruf.
Ketepatan pemilihan warna
backgraund dengan warna

27
teks.
Menariknya tampilan media.
Ilustrasi dan gambar yang
digunakan dalam video sudah
tepat.
Menariknya animasi dalam
media pembelajaran AIK
bernuansa islami.
Kualitas Kemudahan dalam proses
pengolaan membuka video
programnya Kemudahan dalam
mengoperasikan video

Untuk menentukan kriteria dan Indikator materi pengajar AIK

bermuatan Lokal terdapat tiga aspek pertama aspek kualitas isi dan tujuan

pembelajaran yang terdiri dari kriteria isi materi denng indicator ketercapain

kesesuaian isi materi AIK dengan tingkat perguruan tinggi, kesesuain isi

materi AIK dengan tingkat Perguruan Tinggi, memuat pengetahuan dan

keterampilan yang sesuai dengan indicator materi dan memuat integrasi

pengetahuan muatan local dengan materi AIK.

Aspek yang kedua kualitas intruksional memiliki kriteria metode

panyajian dengan indicator keberadaan gambar dan animasi membantu

mahasiswa dalam memahami konsep, kesesuaian gambar dan animasi dengan

kegunaan dan tempatnya, penggunaan kalimat yang mudah dipahami dan

penggunaan Bahasa yang komunikatif.

28
Tabel 2.2 Kriteria dan Indikator Angket Isi Materi

Aspek Kriteria Indikator


Kualitas isi Isi Materi Kesesuaian isi materi AIK dengan
dan tujuan tingkat Perguruan Tinggi
pembelajaran Memuat pengetahuan dan keterampilan
yang sesuai dengan indikator
Keberadaan integrasi pengetahuan
muatan lokal dengan materi AIK
Ketepatan Kejelasan capaian pembelajaran
matakuliah (CPMK)
Ketepatan materi dengan Capaian
Pembelajaran Lulusan (CPL)
Kejelasan tujuan pembelajaran
Kesesuaian tujuan pembelajaran
dengan Capaian Pembelajaran Lulusan
(CPL)
Penggunaan bahasa yang mudah
dipahami dan ejaan yang sesuai dengan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI)
Tujuan Materi AIK Bermuatan local yang
(sebagai media mengandung aspek
pembelajaran kemuhammadiyahan
muatan local Tampilan media pembelajaran yang
budaya mencerminkan karakter
komering) kemuhammadiyahan
Kelengkapan Kelengkapan materi AIK muatan local
Keruntutan dalam penyajian materi
(sistematis)
Minat Video pembelajaran AIK bernunsa
Muatan lokal mampu menarik minat
dan perhatian mahasiwa dalam
memahami karakter
kemuhammadiyahan.

2. Al Islam Dan Kemuhammadiyahan Bermuatan Lokal

Al-islam dan kemuhammadiyahan (AIK) merupakan mata kuliah yang

berwawasan mendalam dan luas yang sejalan dengan pandangan Islam yang

berkemajuan dan watak dasar Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid

29
Tim Pedoman Pendidikan AIK (2013). Dalam arti luas AIK merupakan keseluruhan

ajaran Islam yang meliputi aqidah, akhlak, ibadah dan muamalat duniawiyah yang

bersumber Al Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad sebagaimana dipahami dan

diimplementasikan oleh Muhammadiyah dalam gerakannya Jais.A (2014).

Berdasarkan teori di atas AIK merupakan kerangka rujukan perilaku sehari-hari,

maka AIK berkonsekuensi terhadap perilaku civitas akademik universitas atau

lembaga pendidikan Muhammadiyah lain untuk berperilaku sebagaimana ajaran AIK

termasuk di luar lingkungan kampus.

Arifin, Akhmad Hidayatullah (2012) Kegiatan pendidikan nasional perlu

diorganisasikan dan dikelola sedemikian rupa supaya pendidikan nasional sebagai

suatu organisasi dapat menjadi sarana untuk mewujudkan cita-cita nasiona.Dalam hal

ini, salah satunya adalah mencerdaskan masyarakat. Amanah tersebut tertuang dalam

Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu Sistem Pendidikan Nasional, yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang.” Pasal 31,

ayat 5 menyebutkan: “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi

dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan

peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Tujuan pendidikan

AIK untuk membentuk insan berkarakter dan insan terpelajar yang diharapkan

memiliki integritas dan kesadaran etis. Dalam Al-Qur’an surat al-Qashash ayat 77

Allah berfirman yang artinya: “...dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah

30
berbuat baik kepadamu...”.Bagi insan terpelajar, beramal shaleh baik yang bersifat

ritual maupun sosial seharusnya tidak didasarkan pada faktor dari luar dirinya

(ganjaran dan ancaman), melainkan sebagai bentuk panggilan etis, beramal shaleh

sebagai manifestasi rasa terima kasih kepada Allah dan sesame. Kurikulum dan

sillabus: a. Belum didesain dengan baik sehingga tidak relevan dengan visi dan misi

Muhammadiyah; b. Masih menitikberatkan aspek pengetahuan, kurang

memperhatikan aspek afektif dan kepribadian (akhlak); c. Banyak pengulangan

materi pendidikan AIK dari lembaga pendidikan sebelumnya, tanpa ada pendalaman;

d. Kurang sinkron antara tujuan, materi, metode pembelajaran, dan evaluasi; e. Lebih

padat materi tetapi kurang makna. Dosen pengampu: a. Belum dipersiapkan secara

profesional. b. Belum semua dosen umumnya memiliki komitmen terhadap

pencapaian tujuan pendidikan AIK. c. Belum dimiliki oleh semua jurusan. d. Masih

sedikit yang memanfaatkan multimedia. Mahasiswa: a. Belum mendapatkan layanan

pembelajaran secara profesional. b. Belum diberi tantangan untuk mengembangkan

kepribadian dan perilaku atas dasar tujuan dan kompetensi pembelajaran AIK. c.

Perlu lebih dimotivasi agar mahasiswa memiliki kebutuhan pengembangan diri

melalui proses pembelajaran AIK. Sumber belajar: a. Kurang tersedia buku referensi

dan buku teks secara memadai. b. Kurang tersedia multimedia pembelajaran.

Kebijakan: a. Belum semua pimpinan PTM (rektorat maupun fakultas) menempatkan

prioritas penting bagi pendidikan AIK. b. Belum ada pendekatan khusus di PTM yang

memiliki mahasiswa non Muslim.

Mata kuliah di seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah Al-Islam

dan Kemuhammadiyahan disingkat AIK mulai dari AIK I, II, III dan IV.Jumlah jam

31
pembelajaran dan SKS masing-masing PTM dapat berbeda, minimal 8 SKS dan

maksimal 12 SKS.AIK I (Kemanusiaan dan Keimanan), AIK II (Ibadah, Akhlak dan

Muamalah). AIK III (Kemuhammadiyahan), AIK IV (Islam dan Ilmu Pengetahuan).

Pedoman ini hanya mengatur jumlah minimal SKS yang wajib diselenggarakan oleh

semua PTM. Tujuan umum tersebut dijabarkan menjadi tujuan yang lebih terukur

diantaranya (1) AIK I Membentuk sarjana muslim yang mengenal diri dan Tuhan,

misi, tujuan dan manfaat hidupnya sebagaimana dituntunkan dalam al-Qur’an dan as-

Sunnah. (2) AIK II: Membentuk sarjana muslim yang taat dan benar dalam

beribadah, unggul dalam bermuamalah, dan bermanfaat bagi masyarakat dan

lingkungan. (3) AIK III: Membentuk sarjana muslim sebagai kader persyarikatan

Muhammadiyah yang mampu beramar makruf nahi munkar dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. (4) AIK IV: Membentuk sarjana muslim yang berjiwa dan

berperilaku cendekia (ulul albab).

Standar kompetensi lulusan yang diharapkan setelah menyelesaikan program

pendidikan ini mahasiswa memiliki kompetensi, AIK I Mengetahui dan memahami

hakekat Tuhan, manusia dan kehidupan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits

yang shahih dan ilmu pengetahuan, AIK II Mengamalkan tata cara beribadah yang

benar berdasarkan alQur’an dan as-Sunnah maqbullah dan Berakhlakul karimah

dalam bermuamalah yang bermanfaat bagi diri, masyarakat, bangsa dan Negara.AIK

III Mampu menginternalisasikan misi persyarikatan Muhammadiyah dalam berbagai

aspek kehidupan. AIK IV Menguasai dan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam

pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan

32
Berdasarkan Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 Mata pelajaran Muatan

Lokal (Mulok) Depdikbud (2014)bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan

pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan

lokal. Tujuan Mata pelajaran Mulok adalah membekali peserta didik dengan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk memahami

lingkungan alam, sosial, budaya, dan spiritual mereka. Hal ini dilakukan untuk

mengembangkan apresiasi terhadap lingkungan mereka dan mendukung

pertumbuhan mereka sendiri. Hal ini juga mendorong peserta didik untuk

melestarikan keunggulan daerah dan kearifan yang bermanfaat yang dapat

diwariskan kepada generasi berikutnya.

Bisri (2000) menyatakan pentingnya melestarikan kearifan lokal masyarakat

dalam muatan lokal sehingga mempunyai nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia

sesuai yang ada dalam Pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara

Indonesia.Septania, Meli, Hasyim Adelina & Yanzi, Hermi (2017) Hasil penelitianya

menunjukkan bahwa terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi keunikan dari

beberapa prosesi perkawinan diantaranya nilai keindahan, nilai religius, nilai

persatuan dan nilai kekerabatan.

Taylor E.B (2007) Budaya merupakan pemahaman perasaan suatu bangsa

yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, dan adat

istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnnya yang diperoleh dari anggota

masyarakat.Menurut Badrudin(2014) Konsep kebudayaan sangat dipengaruhi oleh

dasar pemikiran tentang azas-azas pembentukan masyarakat dan kebudayaan.

Mawardi; Hidayati, Nur(2007) membedakan fenomena kebudayaan atau wujud

33
kebudayaan yang memahaminya dengan sistem budaya (sistem nilai, gagasan-

gagasan, dan norma-norma), sistem sosial (kompleks aktivitas dan tindakan berpola

dari manusia dalam masyarakat), dan artefak kebudayaan fisik. Hal yang sama juga

dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2009) bahwa budaya merupakan keseluruhan

sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik manusia dengan belajar. Sehingga dapaat disimpulkan hakikat budaya

wujud sistem kebiasaan yang dimiliki manusia dan yang menjadi aktivitas norma-

norma dalam kehidupan bermasyarakat.

Abdurrahman, Moeslim (2003) menganjurkan agar Muhammadiyah memiliki

ketegasan sikap teologis yang menunjukkan kesadaran untuk mengakui dan

menghormati seni dan budaya sebagai kekayaan peradaban. Menurut Ahmad Syafii

Maarif dalam buku pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2005) dakwah

kultural Muhammadiyah dimaksudkan agar dakwah Muhammadiyah lebih lentur dan

fleksibel.

3. Karakter Kemuhammadiyahan

Karakter sering diseterakan dengan pengertia budi pekerti yang memiliki arti

tingkah laku, perangai, akhlaq, watak, tabi’at, perbuatan baik atau kebaikan. Dalam

kamus umum budi pekerti disamakan dengan tingkah laku, perangai, akhlak dan juga

watak. Pengertian karakter, jika dilihat dari asal katanya, terdapat beberapa sebutan

nama dengan maknanya masing-masing. Dalam Bahasa Inggris disebut “character”,

sedangkan didalam Bahasa Arab disebut dengan “thobi’ah”. Dalam Bahasa Arab

terdapat kata yang populer dengan makna yang hampir sama dan sering dipergunakan

34
yakni kata “akhlak” atau “al-akhlak” yang diartikan sebagai “etika” yang berarti

kelakuan yang baik atau berupa norma kesusilaan Majid, A & Andayan, D (2012).

Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah

Pascasarjana UNSU (2019) menjelasakan Karakter pendidikan Muhammadiyah

adalah holistik, yang memiliki integrasi dengan sekolah, keluarga dan masyarakat

yang saling mendukung. Inilah yang menjadi basis kebudayaan yang membangun

tumbuhnya manusia secara utuh, yang akhirnya mampu menciptakan kebudayaan

yang berkeadaban mulia. Pendidikan holistik, lanjut Haedar, mampu menjadi solusi

bagi persoalan tersebut, tanpa mengesampingkan teknologi sebagai alat bantu

kehidupan. Pentingnya peran Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), suatu

pandangan pendidikan yang bukan hanya mempelajari nilai-nilai ke-Tuhanan (Teo)

dan menegasikan peran manusia (Antro), melainkan keduanya dikeseimbangkan tidak

belaku berlebihan.arakter pendidikan Muhammadiyah yang kedua adalah karakter

pendidikan Islam yang modern, ialah pendidikan Islam yang mengintegrasikan iman

dan kemajuan. Iman sebagai suatu yang transenden/sakral yang lahir dari dimensi

aqidah manusia dan sumber dasarnya adalah tauhid, yang mampu dijadikan sebagai

sebagai sumber kekuatan rohani yang paling dahsyat.

Dalam penelitian disertasi ini dikembangkan suatu pembelajran yang

menggunakan video pembelajaran yang dapat membentuk karakter

kemuhammadiyahan dalam setiap mahasiswa sehingga dapat mengintegrasikan

keimanan sesuai dengan kemajuan zaman yang berkembang sesuai dengan

perkembangan teknologi saat ini.

35
C. Kajian Penelitian yang Relevan

Kajian penelitian yang relevan digunakan untuk memperkuat teori dan konsep

pembelajaran yang berhubungan dengan proses pembelajaran AIK yang

menggunakan Muatan local sebagai karaktersistik dalam pembelajaran dan

pengembangan video pembelajar yang mencerimkan nilai karakter muhammadiyah.

Susanty, Meida & Mahyuddin, Nenny (2022) membuat video pembelajaran Al-Islam

Kemuhammadiyahan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan karakter anak

usia dini dimana video AIK yang dibuat dapat meningkatkan minat dan motivasi

belajar yang dilengkapi dengan lagu Mars TK Aisyiyah, adanya pengenalan warna,

bentuk, angka, huruf, tulisan dan menampilkan gambar asli serta animasi, sesuai

dengan perkembangan teknologi informasi yang mudah digunakan sehingga

pembelajaran menjadi lebih menarik, bermakna, efektif dan efesien serta

memudahkan guru dan anak dalam mengenal Muhammadiyah dan Aisyiyah

sekaligus mengembangkan aspek perkembangan anak lainnya terutama pada

perkembangan bahasa dan karakter anak usia dini.

Riza Aulia Pratama dan Serli Marlina Pratama, R.A & Marlina, S (2020)

melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis kurikulum muatan lokal Al-

Islam dan Keaisyiayahan/ Kemuhammadiayahan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal.

Hasil dari penelitian adalah kurikulum muatan lokal Al-Islam dan Keaisyiyahan/

Kemuhammadiyahan terintegrasi dengan kurikulum nasional 2013 Pendidikan Anak

Usia Dini. Pelaksanaan program al-islam dan keaisyiyahan/ kemuhammadiyahan

telah direncakan pada Program Semester (PROSEM), Rencana Program

Pembelajaran Harian Mingguan (RPPM) dan Program Pembelajaran Harian (RPPH).

36
Dalam penerapan Al-islam dan keaisyiyahan/ kemuhammadiyahan menggunakan

metode yang bervariasi.materi muatan lokal al-islam dan keaisyiyahan/

kemuhammadiyahan terdapat relevansi terhadap pendidikan anak yang kajian materi

nya sesuai dengan perkembangan anak usia dini yaitu materi aqidah, ibadah dan

keaisyiyahan/ kemuhammadiyahan.

Radhiatul Fithri, Nopa Wilyanita dan Khairi Murdy (2022)

membuatkontribusi Pembelajaran Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK) Terhadap

Pengembangan Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Gurindam 12) kearifan lokal termasuk

Gurindam Dua Belas terabaikan adanya. Sebagai masyarakat melayu, sekolah-

sekolah Muhammadiyah di Kota Pekanbaru melalui pendidikan AIK memiliki

tanggungjawab untuk mengembangkan dan melestarikan Gurindam Dua Belas ini

yang merupakan ciri khas budaya melayu Riau. Penelitian ini akan mengungkap

Kontribusi Pembelajaran AIK terhadap Pengembangan Nilai-nilai Kearifan Lokal

(Gurindam 12) di Sekolah Menengah Muhammadiyah se-Kota Pekanbaru. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran AIK sangat berkontribusi positif

dalam mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal (gurindam 12) pada siswa di sekolah

menengah Atas Muhammadiyah se-kota Pekanbaru dan sudah berjalan efektif dengan

berbagai program dan realisasinya.

Djauhari, Achmad (2021) mendesain pendidikan karakter berbasis al islam

dan kemuhammadiyahan dengan metode shibghah.Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan Pembelajaran Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) dengan

metode shibghah sebagai suatu Model Pendidikan Karakter.Hasil dari penelitian ini

37
ada tiga diantaranya. Pertama, Pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

dapat dikembangkan menjadi model Pendidikan karakter dalam rangka mewujudkan

sarjana yang memiliki ghirah sebagai muslim kaaffah dan Islam berkemajuan. Kedua,

Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta telah memiliki budaya yang mencirikan

kampus Islami dan dikelola sesuai dengan standard Manajemen Pendidikan Islam,

sehingga diharapkan dapat memberikan konstribusi nyata dan efektif bagi

pelaksanaan Pengembangan Model Pendidikan Karakter berbasis Al Islam dan

Kemuhammadiyahan dengan Metode Shibghah. Terakhir, ketiga, Model Pedidikan

Karakter berbasis Al Islam dan Kemuhammadiyahan dengan Metode Shibghah dapat

dijadikan sebagai model pendidikan karakter yang dapat melahirkan sarjana muslim

sekaligus sebagai kader Persyarikatan Muhammadiyah dengan Karakter Islam

Berkemajuan. Ahmad, Abdul K (2020) mendesain Reaktualisasi Pendidikan Al Islam

Dan Kemuhammadiyahan (AIK) Sebagai Penguat Pendidikan Karakter. Dalam penelitiannya

menyatakan perlunya dukungan program terstruktur dan hidden curriculum sebagai

bagian dari strategi internalisasi dan institusionalisasi nilai karakter dan penerapannya

pada seluruh civitas akademik yang pada akhirnya akan memiliki peranan dalam

pembenatukan manusia yang mampu menjawab tantangan zaman.

Penelitian yang dilakukan dalam disertasi ini mengembangkan video

pembelajaran berdasarkan ketentuan Pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Nomor 02/PEDI/I.0/B/2012 tentang Perguruan Tinggi MuhammadiyahTim Pedoman

Pendidikan AIK (2013). AIK dimana menempatkan berkarakter kemuhammadiyahan

pada urutan pertama. Adapun novelty pada penelitian ini terletak pada video

pembelajaran AIK yang bermuatan lokal, sehingga diharapkan dapat membantu

38
pendidik dalam meningkatkan dan menerapkan karakter kemuhammadiyahan di

masyarakat.

D. Paradigma Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti diawali dengan kegiatan observasi

untuk melihat kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam proes memahami

matakuliah AIK. Berdasar hasi observasi peneliti menemukan permasalahan berupa

kesulitan yang dialami oleh mahasiswa dalam mengikuti AIK di kelas. Dalam

kegiatan pembelajaran mahasiswa cukup antusias menjawab umpan-umpan

pertanyaan yang diberikan oleh dosen. Permasalahan ini timbul karena dalam

pembelajaran mahasiswa hanya mendengarkan dosen berbicara di depan kelas dengan

sehingga proses pembelajaran kurang menarik serta kurang memunculkan karakter

pembelajaran kemuhammadiyahan dalam pembelajaran AIK yang menjadi ciri khas

PTM. Sehingga perlu didesai suatu proses pembelajaran yang menarik dengan

mengembangkan video pembelajaran yang beruatan local dan mencirikan karakter

muahmmadiyah.

Tentu saja dalam pembuatan video pembelajaran perlu dilakukan modifikasi-

modifikasi meliputi langkah-langkah dalam pembuatan atau desain dan juga peralatan

yang diperlukan. Langkah pembuatan video pembelajaran harus disesuaikan agar

memudahkan mahasiswa maupun dosen dalam penggunaanya sehingga benar-benar

dapat membantu proses pembelajaran. Peralatan video pembelajaran juga perlu

dimodifikasi dengan menggunakan media yang dapat ditemukan dengan mudah

39
disekitar, sehingga video pembelajaran tersebut dapat dengan mudah dipakai kembali

oleh guru ataupun di perbanyak sesuai kebutuhan.

Sehingga pada akhirnya penggunaan media video pembelajaran ini

merupakan salah satu penerapan media kongkret dalam pembelajaran. Karena dengan

menggunaan video yang dikembangkan tersebut mempermudah mereka dalam

memahami informasi dalam pembelajaran. Pada tahap operasional kongkret ini siswa

masih kesulitan memahami informasi yang sifatnya abstrak. Adanya gambar atau

ilustrasi lainnya dapat lebih membantu siswa dalam memahami materi

pembelajaran.Sedangkan dalam buku pedoman yang digunakan, mereka hanya

mendapat teori. Sehingga perlu dikembangkannya video pembelajaran pada

matakuliah AIK yang bermuatan local sehingga mahasiswa dapat menumbuhkan nilai

karakter kemuhammadiyah bisa dapat terwujud. Harapan peneliti dengan

dikembangkannya video pembelajaran ini akan membantu dosen dalam kegiatan

pembelajaran dann juga mendorong pendidik untuk terus berinovasi dalam

mengembangkan media pembelajaran yang digunakan sehingga pembelajaran yang

dibawakan akan menjadi lebih menarik bagi pesertadidi. mahasiswa juga diharapkan

lebih mudah untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, lebih memperhatikan dan tidak

cepat bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan dapat menumbuhkan

pemahaman tentang karakter muhammmadiyah yang menjadi cirikhas PTM serta

dapat menerapkannya dalam bersosialisasi dan berinteraksi dilingkungan masyarakat.

Kerangka berfikir video pembelajaran AIK Bermuatan Lokal yang digunakan peneliti

dalam penelitian, dapat dilihat dalam bagan berikut ini.

40
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN Define
VIDEO PEMBELAJARAN AIK

I AIK I, II, III, IV AIK I, II, III, IV


EXISTING NEXT

II DESAIN PENGEMBANGAN VIDEO Design


PEMBELAJARAN AIK

Pengambangan Video Pembelajaran AIK


A. AIK I
III B. AIK II Bermuatan Lokal
C. AIK III berkarakter kemuhammadiyahan Develop
D. AIK IV

VIDEO
PEMBELAJARAN

PRAKTIK & UJI EFEKTIFITAS


Disseminat
VIDEO PEMBELAJARAN
IV e

Bagaimana Efektifitas Video Pembelajaran Aik


Bermuatan Lokal Berkarakter Muhammadiyah?

Gambar 1. Pengembangan Video Pembelajaran AIK Bermuatan Lokal

41
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian campuran atau (mixed method). merupakan

pendekatan penelitian yang mengkombinasikan antara penelitian kualitatif, dengan

penelitian kuantitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah mixed method, dengan

metode sekuensial. menurut (Yan, 2022) Upaya mencapai suatu temuan yang efisien dan

mengatasi ambiguitas terhadap temuan penelitian adalah dengan mengaplikasi 2 metode

(kualitatif dan kuantitatif) dalam satu penelitian; dalam dunia penelitian dikenal dengan

metode campuran (mixed method).

Diungkapkan oleh Lall (2021) bahwa dengan menggunakan metode kuantitatif atau

kualitatif dapat penyelesaian ambiguitas terhadap temuan penelitian. Memilih metode

penelitian campuran (mixed method) dalam proses penelitian menunjukkan bahwa hasil

data kuantitatif atau kualitatif saja tidak mampu menjawab pertanyaan penelitian.

Pandangan serupa juga dikemukakan oleh para peneliti bidang pendidikan ilmu sosial,

bahwa metode campuran dapat digunakan untuk menghasilkan deskripsi dan interpretasi

data yang kuat, membuat hasil kuantitatif lebih mudah dipahami, atau memahami

penerapan yang lebih luas dari temuan kualitatif sampel kecil (Harvard Catalyst.edu.,2021;

NIH Office of Behavioral and Social Sciences, 2018).

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini menggunakan strategi metode

campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed method) dengan teknik transformatif.

Dimana pada tahap pertama penelitian dilakukan untuk memperoleh data awal yang

digunakan sebagai analisis kebutuhan untuk menentukan kelas mana yang akan dijadikan

kelas eksperimen dari video yang dikembangkan. Data awal ini diperoleh dari data

kuantitatif yaitu hasil survei gambaran karakteristik pembelajaran AIK di STKIP

44
Muhammadiyah OKU Timur. Tahap kedua data penelitian diperoleh dari kualitatif yaitu

melalui wawancara, validasi, dokumentasi dan observasi kelas. Tahap ketiga data

penelitian diperoleh dari data kuantitatif hasil penyebaran angket dan tes hasil belajar di

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penyebaran angket digunakan quasi ekperiment

between group design yaitu hanya menggunakan post test only design. Dalam hal ini hanya

digunakan hanya post test tidak melalui pre test terlebih dahulu di kelas eksperimen dan

kelas kontrol karena eksperimen yang dilakukan dibutuhkan hanya untuk mengukur

dampak perlakuan penerapan video pembelajaran AIK berbasis muatan lokal di kelas

eksperimen maupun kelas kontrol, bukan untuk menguji teori. (Creswel, 2010).

Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian pengembangan atau Research

and Development (R&D), dengan menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif

yang dimaksudkan untuk mampu menjangkau dan mengolah semua data atau informasi

sehingga diperoleh penjelasan secara komprehenshif.

Penelitian pengembangan (R&D) adalah proses yang digunakan untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah- langkah dari proses ini

biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian

yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk

berdasarkan temuan, pengujian, dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang

ditemukan dalam tahap penyebaran. Tahapan ini diulang sampai bidang-data uji

menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku yang diinginkan.

Penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan,

pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus

memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Tujuan penelitian pengembangan

yaitu : 1. Pengembangan prototipe produk 2. Perumusan saran-saran

45
metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe produk tersebut (Van den Akker &

Plomp ,1993; Seals & Richey,1994).

Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa penelitian ini adalah

penelitian pengembangan karena beberapa alasan yaitu : 1) Penelitian ini pada tahap awal

akan menggunakan angket untuk melihat dan menganalisis gambaran pelibatan karakter

mahasiswa di STKIP Muhammadiyah OKU Timur; 2) Desain dan Mengembangkan suatu

video pembelajaran AIK yaitu video pembelajaran yang berbasis muatan lokal; 3) Pada

tahap selanjutnya akan mengimplementasikan dan menguji produk yang dihasilkan yaitu

efektifitas video pembelajaran AIK berbasis muatan lokal untuk menanamkan karakter

kemuahmmadiyahan mahasiswa di STKIP Muhammadiyah OKU Timur.

Rancangaan desain penelitian pengembangan atau research and development

(R&D) melalui tahap eksploratif dan eksperimen. Tahap eksploratif dilakukan dengan

pendekatan kuantitatif yang dilakukan pada pendahuluan dan evaluasi produk yang

dihasilkan dari pengembangan. Tahap pendahuluan menggunakan metode angket,

mencarai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, untuk melakukan analisispersoalan,

kebutuhan, dan potensi yaitu bagaimana gambaran karakter kemuhammadiyahan

mahasiswa STKIP Muhammadiyah OKU Timur. Tahap desain dan pengembangan

menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dalam mengembangkan prototype video

pembelajaran AIK berbasis muatan lokal yang dilakukan melalui wawancara, validasi, dan

dokumentasi. Sedangkan tahap eksperimen terkait bagaimana implementasi video

pembelajaran berbasis muatan local menggunakan teknik observasi dikelas eksperimen dan

penyebaran angket yang digunakan pada tahap evaluasi yaitu untuk mengukur efektifitas

video pembelajaran AIK berbasis muatan lokal di STKIP Muhammadiyah OKU Timur

dalam menanamkan karakter kemuhammadiyahan pada mahasiswa. Angket yang

digunakan adalah angket tertutup. Tes objektif untuk mengukur

46
pengetahuan mengadaptasi dari indikator pelibatan karakter kemuhammadiyahan menurut

Keeter, (2002) dan Bramer (2011). Angket sikap dan perilaku penulis mengadaptasi skala

dari Doolittle & Faul (2013).

Model pengembangan yang menjadi acuan yaitu menggunakan model 4D. Menurut

Thiagarajan, S. et. al (1974) terdiri dari empat tahap pengembangan tahappertama Define

atau sering disebut sebagai tahap analisis kebutuhan, tahap kedua adalah Design yaitu

menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran, lalu tahap ketiga

Develop yaitu tahap pengembangan melibatkan uji validasi atau menilai kelayakan media,

dan terakhir adalah tahap Disseminate, yaitu implementasi pada sasaransesungguhnya yaitu

subjek penelitian.

Penggunaan empat tahapan diatas dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar I. Alur model pengembangan 4D (S. Thiagarajan. S et al).

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur penelitian dan pengembangan yang dilakukan menggunakan

modifikasi dan model pengembangan Thiagarajan yang disebut 4-D. model

pengembangan ini menggunakan 4 tahap yang terdiri dari pendefinisian (define),

perancangan (design), pengembangan (development), dan penyebaran

47
(dissemination). Berikut representasi pengembangan yang digunakan dapat dilihat

melalui gambar :

DEFINE
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN
VIDEO PEMBELAJARAN AIK
(Angket, Teori dan Hasil penelitian yang
relevan)
Eksplorasi
Tahap

DESIGN/DEVELOP

DESAIN PENGEMBANGAN VIDEO


PEMBELAJARAN AIK BERBASIS MUATAN
LOKAL KARAKTER KEMUHAMMADIYAHAN
(Validasi, wawancara dan dokumentasi)

DISSEMINAT
Eksperiment
Tahap

PRAKTIK & UJI


EFEKTIFITAS EVALUASI
VIDEO PEMBELAJARAN
(Obsevasi, Angket dan Tes)

Video Pembelajaran AIK


Bermuatan Lokal Berkarakter
Muhammadiyah.

Gambar 2. Pengembangan Video Pembelajaran AIK Bermuatan Lokal Menanamkan


Karakter Kemuhammadiyahan
Prosedur penelitian dan pengembangan video pembelajaran dilakukan melalui beberapa

tahap. Tahapan-tahapan itu adalah sebagai berikut :

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tahap pendefinisian berguna untuk menentukan dan menjelaskan kebutuhan-kebutuhan

di dalam proses pengembangan video pembelajaran pada pembelajaran AIK I, II, III, dan IV

serta mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan produk yang akan

48
dikembangkan. studi kepustakaan dan penelitian lapangan dengan kajian empirik. Untuk

mencapai tahap pembelajaran metode yang digunakan dengan cara Studi kepustakaan yang

dikaji adalah yang berhubungan dengan kajian tentang konsep pembelajaran AIK baik yang

menyangkut kajian substansi isi seperti yang terdapat dalam kurikulum, maupun kajian tujuan

dan model pebelajaran, filsafat yang mendasari pengembangan video pembelajaran bermuatan

lokal konsep dan teori dari karakter kemuhammaiyahan. Adapaun kajian empirik dilakukan

dengan dengan studi lapangan melalui kegiatan survei penyebaran angket kepada sampel

tertentu terkait gambaran karakter kemuhammadiyahan mahasiswa STKIP Muhammadiyah

OKU Timur. Dalam tahap ini dibagi menjadi beberapa langkah yaitu:

a. Analisis Awal (Front-end Analysis)

Analisis awal dilakukan untuk mengetahui permasalahan dasar dalam

pengembangan video pembelajaran yang berkarakter kemuhammadiyahan. Pada tahap

ini dilakukan dengan penyebaran angket diawal pembelajaran untuk melihat

dimunculkan fakta-fakta dan alternatif penyelesaian sehingga memudahkan untuk

menentukan langkah awal dalam pengembangan video pembelajaranyang sesuai

dengan karakteristik kemuhammadiyahan di lingkungan kampus STKIP

Muhammadiyah OKU Timur untuk dikembangkan.

b. Analisis Peserta Didik (Learner Analysis)

Analisis peserta didik sangat penting dilakukan pada awal perencanaan.

Analisis peserta didik dilakukan dengan cara mengamati karakteristik mahasiswa di

STKIP Muhammadiyah OKU Timur. Analisis ini dilakukan dengan

mempertimbangkan ciri, kemampuan, dan pengalaman mahasiswa, baik sebagai

kelompok maupun individu. Analisis peserta didik meliputi karakteristik kemampuan

49
akademik, usia, latar belakang lingkungan tempat tinggal dan motivasi terhadap mata

kuliah.

c. Analisa Konsep (Concept Analysis)

Dalam analisa konsep dilakukan identifkasi konsep pokok yang akandiajarkan,

menuangkannya dalam bentuk video pembelajaran mata kuliah AIK yang berbasis

muatan local yang menggambarkan karakteristik kemuhammadiyahan. Analisa konsep

selain menganalisis konsep yang akan diajarkan juga menyusun langkah-langkah yang

akan dilakukan secara rasional.

d. Perumusan Tujuan Pembelajaran (Pecifying Instructional Objectives)

Perumusan tujuan pembelajaran berguna untuk merangkum hasil dari analisa

konsep (concept analysis) dan analisa tugas (task analysis) untuk menentukan perilaku

objek penelitian dalam hal ini kebiasaan mahasiswa di lingkungan kampus dan

lingkungan tempat tinggal. Perumusan pembelajaran juga akan diarahkan kepada

karanter Kemuhammadiyahan yang menjadi tujuan dalam proses pembelejaran AIK.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap kedua dalam model 4D adalah perancangan (design). Ada 4 langkah yang harus

dilalui pada tahap ini yakni penyusunan standar tes (constructing criterion-referenced test),

pemilihan media (media selection), pemilihan format (format selection), dan rancangan awal

(initial design).

a) Penyusunan Standar Tes (Constructing Criterion-Referenced Test)

Penyusunan standar tes adalah langkah yang menghubungkan tahap

pendefinisan dengan tahap perancangan. Penyusunan standar tes didasarkan padahasil

analisa spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisa peserta didik. Dari hal ini

50
disusun kisi-kisi angket soal tes disesuaikan dengan kemampuan kognitif pesertadidik

dan penskoran hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang memuat penduan

penskoran dan kunci jawaban soal.

b) Pemilihan Media (Media Selection)

Secara garis besar pemilihan media dilakukan untuk identifikasi video

pembelajaran yang sesuai/relevan dengan karakteristik materi AIK. Pemilihan media

didasarkan kepada hasil analisa konsep, analisis tugas, karakteristik peserta didik

sebagai pengguna, serta rencana penyebaran menggunakan variasi media yang

beragam. Pemilihan video harus didasari untuk memaksimalkan penggunaan bahan

ajar dalam proses pengembanan video sebagai bahan ajar pada proses pembelajaran

AIK I, II, III dan IV.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap ketiga dalam pengembangan perangkat pembelajaran model 4D adalah

pengembangan (develop). Tahap pengembangan merupakan tahap untuk menghasilkan sebuah

produk pengembangan. Tahap pengembangan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dalam

mengembangkan prototype Video pembelajaran AIK yang dilakukan melalui wawancara,

validasi, dan dokumentasi. Tahap ini terdiri dari dua langkah yaitu penilaian ahli

(expertappraisal) yang disertai revisi dan uji coba pengembangan (delopmental testing).

a) Penilaian Ahli (Expert Appraisal)

Penilaia ahli merupakan teknik untuk mendapatkan saran perbaikan materi.

Dengan melakukan penilaian oleh ahli dan mendapatkan saran perbaikan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan selanjutnya direvisi sesuai saran ahli. Penilaian ahli

51
diharapkan membuat video dan perangkat pembelajaran lebih tepat, efektif, teruji, dan

memiliki teknik yang tinggi.

b) Uji Coba Pengembangan (Delopmental Testing)

Uji coba pengembangan dilaksanakan untuk mendapatkan masukan langsung

berupa respon, reaksi, komentar peserta didik melalui Obervasi, dan dokumentasi. Uji

coba dan revisi dilakukan berulang dengan tujuan memperoleh video pembelajaran

yang efektif dan konsisten.

4. Tahap Penyebarluasan (Disseminate)

Tahap terakhir dalam pengembangan perangkat pembelajaran model 4D ialah tahap

penyebarluasan. Tahap akhir pengemasan akhir, difusi, dan adopsi adalah yang paling penting

meskipun paling sering diabaikan. Tahap penyebarluasan dilakukan untuk mempromosikan

produk hasil pengembangan agar diterima pengguna oleh individu, kelompok, atau sistem.

Pengemasan materi harus selektif agar menghasilkan bentuk yang tepat. Terdapat tiga tahap

utama dalam tahap disseminate yakni validation testing, packaging, serta diffusion and

adoption.

Dalam tahap validation testing, produk yang selesai direvisi pada tahap pengembangan

diimplementasikan pada target atau sasaran sesungguhnya. Pada tahap inijuga dilakukan

pengukuran ketercapaian tujuan yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas produk yang

dikembangkan. Selanjutnya setelah diterapkan, peneliti/pengembang perlu mengamati hasil

pencapaian tujuan, tujuan yang belum dapat tercapai harus dijelaskan solusinya agar tidak

berulang saat setelah produk disebarluaskan. Tahap eksperimen terkait bagaimana

implementasi video pembelajaran AIK berbasis muatan lokal menggunakanteknik observasi

di kelas eksperimen dan penyebaran angket yang digunakan pada tahap

52
evaluasi yaitu untuk mengukur efektifitas video pembelajaran AIK berbasis nilai muatan lokal

di STKIP Muhammadiyah OKU Timur dalam memperkokoh karakter kemuhammadiyahan.

Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Tes objektif untuk mengukur pengetahuan

mengadaptasi dari indikator karakter kemuhammadiyahan.

C. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di STKIP Muhammadiyah OKU Timur, Provinsi

Sumatera Selatan. Adapun yang menjadi populasi penelitian ini:

Table 3.1 Jumlah Populasi Penelitian


No Populasi 2023/2024
1 Mahasiswa S1 angkatan 2022/2023 166 Mahasiswa
STKIP Muhammadiyah OKU Timur dari
3 Program Studi.
2 • Wawancara menggali nilai-nilai muatan lokal : Tokoh Muhammadiyahan,
budayawan OKU Timur, tokoh pendidikan.
• Validasi : Ahli Media Pembelajaran, Koordinator MK AIK dan Dosen-
dosen pengajar AIK di STKIP Muhammadiyah OKU Timur,
• Implementasi Model : Mahasiswa Angkatan 2022/2023, Prodi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) Kelas 17 ( 30 orang) dan Kelas 18 (27
Orang)
3 • Kelas Eksperimen : Mahasiswa Angkatan 2022/2023, Prodi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) Kelas 17 ( 30 orang) dan kelas 18 (27 Orang)
• Kelas Kontrol : Mahasiswa Angkatan 2022/2023, Prodi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) Kelas 19 ( 30 orang) dan Prodi Pendidikan
matematika (15 Orang)

Berdasarkan jumlah populasi yang dijelaskan dalam tabel di atas, terdapat perbedaan

dalam menentukan sampel, dimana penentuan sampel dilakukan dengan cara mengkluster

setiap prodi yang ada di STKIP Muhammadiyah OKU Timur yaitu ada 3 Program Studi.

Penentuan kluster didasarkan pada karakteristik yang dimiliki berbeda untuk setiap kluster

prodi. Dari kluster tersebut penentuan sampel selanjutnya menggunakan prosedur penentuan

sampel acak (random sampling) untuk memilih kelas yang ada di setiap kluster prodi. Setelah

terpilih kelas secara acak, maka jumlah sampel ditentukan oleh jumlah mahasiswa

53
sebenarnya di setiap Program studi yang terpilih sebagai sampel. Jumlah sampel setiapProgram

Studi berbeda jumlahnya karena sebaran jumlah mahasiswa di setiap Program Studi di STKIP

Muhammadiyah OKU Timur tidak merata. Sampel penelitian dalam tahap pengembangan

model dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu responden yang dapat memberikan

data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Sampel Ahli Media Pembelajaran, Koordinator

MK AIK dan satu dosen pengajar AIK di STKIP MuhammadiyahOKU Timur, dan dosen AIK.

Untuk lebih jelasnya sampel penelitian akan tergambar dalam tabel di bawah ini.

Table 3.2 Jumlah Sampel Penelitian


No Sampel 2023/2024
1 Mahasiswa S1 angkatan 2022/2023
STKIP Muhammadiyah OKU Timur dari
3 Program Studi.
• Prodi PGSD kelas 18 31
• Prodi PGSD Kelas 19 35
• Prodi Pendidikan matematika 17
• Prodi Seni pertunjukan 12
Total sampel 95
2 • Wawancara menggali nilai-nilai muatan lokal : Tokoh Muhammadiyahan,
budayawan OKU Timur, Tokoh pendidikan.
• Validasi : Ahli Media Pembelajaran, Koordinator MK AIK dan satu dosen
pengajar AIK di STKIP Muhammadiyah OKU Timur,
• Implementasi Model : Mahasiswa Angkatan 2022/2023, Prodi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) Kelas 17 ( 30 orang) dan Kelas 18 (27
Orang)
3 • Kelas Eksperimen : Mahasiswa Angkatan 2022/2023, Prodi PendidikanGuru
Sekolah Dasar Kelas 18 (31 orang) dan Prodi Pendidikan Matematika (17
Orang)
• Kelas Kontrol : Mahasiswa Angkatan 2022/2023, Prodi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) Kelas 19 (35 orang) dan Prodi Pendidikan Seni
Pertunjukan (12 Orang)

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Penilitian ini dikembangkan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan

kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Untuk data kualitatif teknik pengumpulan data yang

54
digunakan adalah observasi, wawancara, validasi dan dokumentasi. Adapun untuk data

kuantitatif digunakan angket (pada studi pendahuluan), dan tes pada akhir pembelajaran.

Hasmawaty, Syam.H & Saman. A, (2020) mengemukakan ada beberapa model

pembelajaran yang terbukti valid, praktis dan efektif untuk meningkatkan keterampilan dalam

pembelajaran seperti penggunaan media yang tepat. Ada beberapa penggunaan data yang bisa

digunakan dalam mengukur kevalidan, kepraktisan dan kefektifan model pembelajaran 1.

Menggunakan lembar validasi, 2. Lembar observasi, 3. Hasil pembelajaran dan 4. Respon atau

angket mahasiswa, dimana data yang terkumpul dianalisis menggunakan kuantitatif.

Adapun instrumen yang dipakai untuk memperoleh data kuantitatif terkait dengan

survey gambaran karakter kemuhammadiyahan mahasiswa STKIP Muhammadiyah OKU

Timur, dan efektifitas Video Pembelajaran AIK berbasis Muatan Lokal untuk menanamkan

karakter kemuhammadiyahan mahasiswa STKIP Muhammadiyah OKU Timur adalah sebagai

berikut.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data-data pendukung. Observasi yang

dimaksud merupakan observasi pelaksanaan pembelajaran dan penilaian sikap peserta didik.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

yang diisi oleh pendidik berdasarkan data observer dan jurnal yang diisi oleh dosen AIK selama

proses pembelajaran.

a. Lembar Penilaian Sikap

Peserta Didik Lembar penilaian sikap peserta didik terdiri dari lembar pengamatan

sikap (observasi) yang diisi oleh dosen selama proses pembelajaran, dengan

mengamati aktifitas mahasiswa selama dalam proses pembelajaran. Instrumen ini

55
bertujuan untuk mengetahui kualitas keefektifan berdasarkan penilaian Dosen dan

peserta didik. Lembar penilaian sikap peserta didik disusun berdasarkan skalaLikert

dengan lima alternatif jawaban yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang- kadang

(KD), Pernah (P) dan Tidak Pernah (TP).

b. Lembar Observasi

Keterlaksanaan Pembelajaran Lembar observasi ini diisi oleh observer

keterlaksanaan pembelajaran untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran serta untuk

mendapatkan data perbaikan pengembangan video pembelajaran yang

dikembangkan setelah dilakukan pembelajaran. Lembar penilaian ini disusun

berdasarkan Skala Guttman dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”.

2. Angket

Angket merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung

(peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden) yang berisi sejumlah pertanyaan

atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden, selain itu responden

mengetahui informasi yang diminta. Angket atau kuisioner yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pengukuran pemahaman karakter kemuhammadiyahan mahasiswa STKIP

Muhammadiyah OKU Timur. Selain itu angket juga digunakan untuk menguji perbedaan

karakter kemuhammadiyahan mahasiswa STKIP Muhammadiyah OKU Timur di kelas

eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan. Angket yang digunakan adalah angket

tertutup. Tes objektif yang digunakan untuk mengukur pengetahuan mengadaptasi dari

indikator karakter kemuhammadiyahan menurut Harad dalam Silahturahmi dan Musypimda

II Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Malang Angket pengetahuan sikap dan

perilaku yang digunakan diadaptasi dari skala karakter kemuhammadiyahan Doolittle & Faul

(2013). Masing-masing pertanyaan atau pernyataan dapat dirumuskan dari indikator- indikator

karakter kemuhammadiyahan di bawah ini.

56
Tabel 3.3 Angket Indikator karakter kemuhammadiyahan

No Variabel Penelitian Indikator


1 Karakter Pengetahuan
Kemuhammadiyahan 1. Berpaham Islam berkemajuan.
2. Berideologi moderat.
3. Bersistem organisasi modern berjaringan luas.
4. Beramal usaha yang berkunggulan.
5. Berperanaktif memajukan umat dan bangsa.
6. Berwawasan kesemestaan.
7. Berkarakter tidak berpolitik praktis.
8. Suri tauladan.
Sikap dan Perilaku
1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan
pekerjaan/sesuatu.
2. Membiasakan ikut kegiatan keislaman.
3. Memiliki fasilitas yang digunakan untuk
beribadah.
4. Menjalin persaudaraan dan kebaikan antar
teman.
5. Melakukan ibadah dalam kehidupan sehari-
hari.
6. Berperilaku terpuji berdasarkan nilai-nilai
agamaDalam kehidupan sehari-hari dan
meneladani akhlak mulia serta menjauhi
akhlak tercela.

Angket Respon penilaian video pembelajaran ini diberikan kepada mahasiswa

STKIP Muhammadiyah OKU Timur. Angket respon peserta didik diberikan kepada peserta

didik pada akhir penelitian. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kepraktisan

berdasarkan respon dan tanggapan peserta didik terhadap aspek kebermanfaatan dan

kemudahan Video Pembelajaran yang telah dikembangkan.

3. Wawancara

Wawancara bertujuan untuk menggali nilai muatan local yang diintegrasikan dalam

substansi kajian Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) dan pengalaman belajar

mahasiswa. Wawancara dilakukan kepada tokoh muhammadiyah, tokoh pendidikan, tokoh

pendidikan AIK, dan tokoh budaya. Pedoman wawancara terkait dengan : 1)

57
Urgensi mata kuliah AIK dengan video pembelajaran berbasis budaya lokal; 2) Integrasi

substansi kajian dan pengalaman belajar mahasiswa dalam perkuliah Pendidikan AIK, pada

materi : Aqidah Ahlak, Ilmu tauhid, Kehidupan ber-Islam dan Ahlak yang baik, .

4. Uji Validasi

Uji validasi bertujuan untuk melihat kelayakan video pembelajaran berdasarkan

persepsi secara konseptual mengenai video pembelajaran berbasis muatan lokal sekaligus

validasi pakar terkait isi video yang dikembangkan. Dalam penelitian ini menggunakan

lembar validasi terlampir indikator dan video pembelajaran berbasis muatan local.

Instrument penilaian dilakukan dengan memberikan checklist dengan kolom yang dianggap

sesuai. Apabila terdapat masukan atau komentar dapat dituliskan pada kolom komentar.

Validasi yang digunakan diantaranya validasi dari pakar dan ahli dibidang video

pembalajaran yang membahas mengenai kelengkapan dan kelayakan dari konten video

yang dikembangkan dari satu orang ahli media video pembelajaran dan validasi isi materi

video pembelajaran dari dosen-dosen AIK di STKIP Muhammadiyah OKU Timur dan juga

merupakan orang yang berlatar belakang OKU Timur sehingga sudah memahami

karakteristik kebisaan di daerah OKU Timur.

5. Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan pada saat analisis konsep penelitian dengan mengkaji

beberapa jurnal dan litelatur yang relevan. selain itu dokumentasi dilakukan dengan

pengambilan foto dan video pada setiap pertemuan di dalam kelas dan di luar kelas.

Dokumentasi dilakukan pada kegiatan wawancara, validasi, pertemuan kelas, dan kegiatan

presentasi dikelas.

58
E. Uji Validasi dan Reliabilitas Variabel Menanamkan Karakter

Kemuhammadiyahan

Ujicoba tes penelitian menanamkan karakter kemuhammdiyahan, di sebar pada

mahasiswa program studi pendidikan guru sekolah dasar di kelas 16 dan kelas 17 Total angket

yang tersebar adalah sebanyak 70, dan angket yang kembali berjumlah 65.

1. Uji Validasi Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 144) yang dikatakan validitas adalah “Suatu

ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidian atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu

instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang

valid berati memiliki validitas rendah“. Uji validitas dimaksudkan untuk mendeteksi ketepatan

alat ukur dalam mengukur isi (content validity), susunan instrument (construct validity), dan

kegunaan instrument(concurrent validity). Untuk melakukan uji validitas ditentukan dengan

rumus korelasi Pearson dan dibantu dengan aplikasi excel 2010 yaitu :

𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟=
√[𝑛 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥)2]. [𝑛 ∑ 𝑦2 − (∑ 𝑦)2]

Dari hasil uji validitas variabel karakter Kemuhammadiyahan 10 pertanyaan pengukur

pengetahuan yaitu pada item pertanyaan no. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Validitas konstruk

(construct validity) untuk variabel sikap, dapat pada item soal bagian 2 yaitu item soal no 11,

12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25. Validitas konstruk (construct validity)

untuk variabel yaitu perilaku, dapat disajikan pada item soal bagian 3 yaitu item soal no 21,22,

23, 24, 25, 26, 27, 28, 29 dan 30. Kriteria pengujian suatu butir dikatakan valid apabila

koefisien korelasi berharga positif dan sama atau lebih besar dari r tabel dengan 55 taraf

signifikan 5 %. Jika koefisien korelasi lebih kecil dari harga tabel dengan taraf signifikan 5 %

maka korelasi tidak signifikan.


59
2. Uji Reliabilitas Instrumen

Perhitungan kooefisien realibilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan

rumus sebagai berikut :

𝑠 𝑛 ∑ 𝑠2
𝑟𝑥 = [ ] [𝑛 − 𝑥2]
𝑛−1 ∑𝑠

Keterangan :

r : Jumlah butir

s² : Varian butir

𝑠𝑥2: Varian total

n : Jumlah sampel

Hasil penelitian dengan menggunakan rumus di atas di interpretasikan dengan tingkat

koefisien korelasi tinggi sebagai berikut:

0,800 sampai dengan 1,000 = sangat tinggi

0,600 sampai dengan 0,799 = tinggi

0,400 sampai dengan 0,599 = cukup

0,200 sampai dengan 0,399 = rendah

0,000 sampai dengan 0,199 = sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 2002:75)

60
F. Teknik Analisis Data

Sebagaimana telah diuraikan dalam prosedur penelitian, uraian teknik analisis data akan

meliputi tahap studi pendahuluan, mendesain, pengembangan, dan penyebaran. Pada tahap

pendahuluan digunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif. Data dianalisis secara

kuantitatif terkait data hasil angket mengenai gambaran karakter kemuhammadiyahaan di

STKIP Muhammadiyah OKU Timur.

Pada tahap desain dan pengembangan dilakukan teknik analisis hasil validasi angket

deskriptif. Data yang diperoleh di analisis secara deskriptif kualitatif. Validasi instrumen

penilaian ditentukan oleh nilai rata-rata skor yang diberikan validator. Kategori penilaian yang

diberikan oleh validator dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian lembar Validasi

Skor Penilaia Kategori


4 Baik Sekali
3 Cukup Baik
2 Tidak Baik
1 Sangat Tidak Baik
Sumber: Sugiyono (2016)
Pada tahap penyebaran teknik analisis data menggunakan teknik analisis berdasarkan

pendekatan kuantitatif. Pada tahap pengujian prototype video pembelajaran bermuatan lokal di

uji cobakan di kelas eksperimen dengan menggunakan prosedur quasi-eksperimen (quasi-

experiment) dengan rancangan post-test only with nonequivalent groups, (Creswell, 2010).

Teknik kuantitatif digunakan berkaitan dengan uji beda model yang diterapkan dengan melihat

capaian kuantitatif. Uji tersebut diolah menggunakan cara statistik uji beda denganuji Mann

Whitney Test SPSS versi 25. Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data observasi

implementasi video pembelajaran bermuatan local dengan melakukan observasi atau

pengamatan.

61
Analisis data kuantitatif didasarkan pada hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa

“Terdapat perbedaan penerapan karakter kemuhammaidyahan dalam aspek pengetahuan, sikap

dan perilaku dengan menggunakan video pembelajaran bermuatan lokal pada kelas eksperimen

dan kelas control”.

Uji hipotesis dilakukan dengan uji Mann Whitney Test dengan bantuan SPSS versi 25,

berkenaan dengan implementasi video pebelajaran bermuatan lokal berpengaruh untuk

menanamkan karakter kemuhammadiyahan, di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas

eksperimen dipilih berdasarkan hasil uji pra penelitian yang menganalisis bagaimana karakter

kemuhammadiyahan mahasiswa STKIP Muhammadiyah OKU timur dalam paspek

pengetahuan, sikap, dan perilaku. Berdasarkan hasil uji pra penelitian tersebut didapatkan prodi

yang mahasiswanya memiliki perbedaan penanaman karakter kemuhammdiyahan dengan

prodi lain khususnya dalam aspek perilaku (behavior) pada mahasiswa semester 1 pada prodi

PGSD dan semester 1 paling rendah di prodi matematika. Sedangkan dalam menentukan kelas

kontrol dipilih berdasarkan kesamaan karakteristik mahasiswa di prodi PGSD pada kelas 17

semester 1 yang sama-sama mengambil mata kuliah AIK 1.

Pengolahan dan analisis data dilakukan melalui prosedur atau langkah-langkah dalam

penelitian sebagai berikut :

1. Melakukan analisis deduktif, yaitu mengembangkan instrumen berdasarkan teori-

teori yang relevan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dan dikembangkan

berdasarkan kisi-kisi istrumen yang telah dikembangkan.

2. Melakukan analisis induktif dengan mengumpulkan data terlebih dahulu melalui

penyebaran instrumen, dan melakukan uji coba, kemudian melakukan uji validitas

menggunakan korelasi Pearson. Uji reabilitas dengan menggunakan perhitungan

kooefisien realibilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Uji validitas dan

62
reliabilitas dibantu dengan bantuan aplikasi excel 2010.

3. Pengujian validitas eksternal atau kriteria (criteria validity). Validitas eksternal

menyangkut tingkatan skala instrumen yang mampu memprediksikan variabelyang

dirancang sebagai kriteria. Item dinyatakan valid jika koefisien signifikansi pada

tabel correlations lebih kecil dari α (taraf kepercayaan) yang ditetapkan sebesar

0.05. Jika sebaliknya yang terjadi yaitu sig> 0,05 maka item dinyatakan tidak valid.

Item yang tidak valid kemudian dihilangkan atau diperbaiki.

4. Pengujian reliabilitas instrumen pada seluruh item yang sudah dinyatakan valid

dengan rumus Alpa Cronbach, apabila kooefisien reliabilitas lebih dari 0,20

berdasarkan klasifikasi Guilford (1956).

5. Untuk mengetahui ada dan tidaknya perbedaan penanaman karakter

kemuhammadiyahan antara kellas eksperimen dan kontrol maka dilakukan analisis

statistik pengujian perbedaan rerata dua sampel independen. Sebelumdilakukan uji

perbedaan rerata dua sampel terlebih dahulu dilakukan ujinormalitas dengan uji

kolmogorov-smirnov dan uji homogenitas dengan menggunakan levene test dengan

bantuan SPPS versi 25.

6. Menguji hipotesis statistik dengan uji beda rerata dua menggunakan Mann Whitney

Ttest CI 95% dengan bantuan SPSS versi 25.

𝐻𝑜 : 𝜇𝑒 = 𝜇𝑘

Tidak terdapat perbedaan penanaman karakter kemuhammadiyahan dalam pengetahuan

(knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavior) pada pembelajaran dengan menggunakan

video pembelajaran berbasis muatan lokal pada kelas kontrol dan eksperimen.

𝐻𝑜: 𝜇𝑒 ≠ 𝜇𝑘

Terdapat perbedaan penanaman karakter kemuhammadiyahan dalam pengetahuan


63
(knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavior) pada pembelajaran dengan menggunakan

video pembelajaran berbasis muatan lokal pada kelas kontrol dan eksperimen.

Untuk lebih jelasnya, berikut akan disajikan teknik analisis data untuk setiap rumusan

masalah penelitian sebagai berikut.

Tabel 3.9 Kriteria Analisis Instrumen Data Penelitian

No Rumusan masalah Instrumen Teknik analisis data


1 kebutuhan Survei (angket pada a. Pengetahuan : Analisis statistik
pengembangan video 3 program studi) deskriptif berupa persentase
pembelajaran Al Islam jawaban benar, kemudian dicari
dan Kemuhammadiyahan nilai maksimum yaitu 100% dan
bermuatan lokal dalam minimum 0%, setelah itu kemudian
menanamkan karakter dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik,
kemuhammadiyahan di cukup dan kurang.
STKIP Muhammadiyah b. Sikap dan Perilaku : Analisis
OKU Timur? statistik deskriptif dengan cara
membuat nilai maksmimumnya yaitu
5 dan minimumnya 1, kemudian
dibagi menjadi 5 kategoriyaitu
sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah
dan sangat rendah.
2 pengembangan video • Wawancara a. Hasil wawancara direduksi,
pembelajaran Al Islam • Validasi didisplay, disimpulkan dan
dan Kemuhammadiyahan • Observasi verifikasi. Hasil verifikasikemudian
bermuatan lokal dalam Dokumentasi diintegrasikan dalam pengembangan
menanamkan karakter video pembelajaran.
kemuhammadiyahan di b. Hasil validasi dari pakar ahli
STKIP Muhammadiyah direduksi, di display, disimpulakan
OKU Timur yang valid dan diverivikasi.
dan praktis? c. Hasil observasi di olahmenggunakan
statistic deskriptif yaitu presentase
ketercapaian pembelajaran.
d. Hasil dokumentasi disajikan dalam
bentuk audio dan video, setiap
proses pembelajaran direkan dengan
video.
3 efektivitas implementasi • Obsevasi a. Hasil observasi di olah
video pembelajaran Al kegiatan menggunakan statistic deskriptif
Islam dan pembelajaran yaitu presentase ketercapaian
Kemuhammadiyahan menggunakan pembelajaran.
bermuatan lokal video Dianalisis dengan uji beda dua rerata
dalam pembelajaran menggunakan uji Mann Whitney
menanamkan karakter bermuatan local. Test dengan bantuan SPSS versi
kemuhammadiyahan di • Penyebaran 25.
STKIP angket
64
Muhammadiyah penenaman
OKU Timur? karakter
kemuhammadiy
ahan di kelas
eksperimen dan
kelas control.

65

Anda mungkin juga menyukai