Anda di halaman 1dari 8

BUDAYA ISLAM DALAM ORGANISASI IMM

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia

Dosen pembimbing : Sukardi Muhammad, M.Pd

Nama : Dika Nur Maulana


NIM : 20200510100119

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi adalah tempat berkumpulnya individu yang memiliki tujuan


yang sama. Keberhasilan dalam mencapai tujuan dalam suatu organisasi
tergantung pada setiap individu dalam organisasi tersebut, salah satu factor
yang mempengaruhi sebuah organisasi adalah sumber daya manusia, karena
peran dari sumber daya manusia dalam suatu organisasi tidak dapat digantikan
oleh sumber daya apapun, sehingga kemampuan dan keterampilan dari individu
sangat penting dalam sebuah organisasi.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau biasa disebut IMM adalah


sebuah Organisasi Mahasiswa Islam, sekaligus Organisasi Ortonom
Muhammadiyah yang bergerak di bidang Keagamaan, mahasiswa, dan
Kemasyarakatan. IMM dibentuk di Yogyakarta pada tangggal 14 Maret 1964.
IMM sendiri memiliki tujuan “mengusahakan terbentuknya Akademisi Islam
yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah”.
B. Identifikasi Masalah
a. Bagaimana perkembangan budaya islam dimasa sekarang?
b. Apakah IMM terikat hanya dengan orang yang berpedoman beragama
islam?

C. Dalam batasan masalah ini yang saya batasi adalah bagaimana pengaruh
budaya islam dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

D. Rumusan Masalah
a. Pengaruh perkembangan budaya.
b. Dampak perkembangan budaya islam.
c. Bagaimana IMM tetap bisa melestarikan budaya islam di era modern
sekarang?

E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana budaya islam didalam organisasi IMM dan
bagaimana pelaksanaannya didalam kehidupan organisasi maupun
masyarakat.

F. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai berkembangnya
organisasi IMM dan budaya islam didalamnya
2. Organisasi
Dapat sebagai media untuk memperbaiki organisasi IMM ke yang
lebih baik dan dapat lebih memfokuskan terhadap visi dan misi dari
IMM

G. Penelitian Terdahulu
1. Menurut Mila Ayuningtyas didalam tulisannya yang berjudul
“Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam organisasi IMM”
menyatakan : Penanaman nilai-nilai pendidikan keIslaman tersebut
ditanamkan melalui program kerja dari bidang-bidang IMM yang
berupa kegiatan-kegiatan dan materi yang di adakan dalam IMM
Muh. Abduh FAI-UMS di lingkungan kampus Fakultas Agama
Islam yang menjadikan pendukung adanya penanaman nilai-nilai
pendidikan Islam.
2. Menurut Rosita dan Anjar Nugroho didalam dulisannya yang
berjudul “Peranan Mahasiswa Muhammdiyah dalam Membentuk
Karakter yang Islami”bahwa peranan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah dalam membentuk karakter Islami mahasiswa di
Universitas Muhammadiyah Purwokerto berawal dari kegiatan
pengkaderan Darul Arqam Dasar yang sangat berpengaruh dalam
pembentukan karakter kader IMM, kemudian dari pengkaderan
tersebut menghasilkan beberapa karakter islam yang dapat
terbentuk dalam setiap individu kader. Pada hasil penelitian
ditemukan bahwa peranan kader IMM untuk membentuk karakter
Islami mahasiswa yaitu dengan berperan sebagai mentor di
kegiatan mentoring, dan menjadi tutor bimbingan baca Al-Qur’an.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori
Banyak pandangan yang menyatakan agama merupakan bagian dari
kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang menyatakan kebudayaan merupakan
hasil dari agama. Hal ini seringkali membingungkan ketika kita harus
meletakan agama (Islam) dalam konteks kehidupan kita sehari-hari.
Koentjaraningrat misalnya, mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan
gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karya. Ia juga menyatakan bahwa terdapat
unsur-unsur universal yang terdapat dalam semua kebudayaan yaitu, salah
satunya adalah sistem religi. Pandangan di atas, menyatakan bahwa agama
merupakan bagian dari kebudayaan.
Dengan demikian, agama (menurut pendapat di atas) merupakan
gagasan dan karya manusia. Bahkan lebih jauh Koentjaraningrat menyatakan
bahwa unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat berubah dan agama
merupakan unsur yang paling sukar untuk berubah. Ketika Islam
diterjemahkan sebagai agama (religi) berdasar pandangan di atas, maka
Islam merupakan hasil dari keseluruhan gagasan dan karya manusia. Islam
pun dapat pula berubah jika bersentuhan dengan peradaban lain dalam
sejarah. Islam lahir dalam sebuah kebudayaan dan berkembang (berubah)
dalam sejarah. Islam merupakan produk kebudayaan. Islam tidaklah datang
dari langit, ia berproses dalam sejarah.
Islam adalah sebuah agama hukum (religion of law). Hukum agama
diturunkan oleh Allah SWT, melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw., untuk dilaksanakan oleh kaum Muslimin tanpa kecuali,
dan tanpa dikurangi sedikitpun. Dengan demikian, watak dasar Islam adalah
pandangan yang serba normatif dan orientasinya yang serba legal
formalistik. Islam haruslah diterima secara utuh, dalam arti seluruh hukum-
hukumnya dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat pada semua
tingkatan.
Secara umum konsep Islam berangkat dua pola hubungan yaitu
hubungan secara vertikal yakni dengan Allah SWT dan hubungan dengan
sesama manusia. Hubungan yang pertama berbentuk tata agama (ibadah),
sedang hubungan kedua membentuk sosial (muamalah). Sosial membentuk
masyarakat, yang jadi wadah kebudayaan. Konsep tersebut dalam
penerapannya tidak terlepas dari tujuan pembentukan hukum Islam (baca:
syari’at) secara umum, yaitu menjaga kemaslahatan manusia di dunia dan
akhirat. Lebih spesifik lagi, tujuan agama ialah selamat diakhirat dan
selamat ruhaniah dunia, sedang tujuan kebudayaan adalah selamat di dunia
saja. Apabila tidak dilaksanakan, terwujud ancaman Allah SWT, hilang
kekuasaan manusia untuk mewujudkan selamat di akhirat. Sebaliknya
apabila mengabaikan hubungan sosial berarti mengabaikan masyarakat dan
kebudayaan. Maka hilanglah kekuasaan untuk mewujudkan selamat di
dunia, yang di bina oleh kebudayaan.
Adapun didalam organisasi IMM sendiri yang terlaksana didalam
kegiatannya dalam upaya melestarikan budaya islam yaitu dengan cara :
1. Dalam pendidikan nilai aqidah diterapkan dalam kegiatan kajian-
kajian rutin yang diadakan oleh bidang tabligh. Bidang tabligh
dalam IMM merupakan bidang yang berperan menanamkan basic
keimanan seluruh anggota IMM. Diantara kegiatanya adalah kajian
keIslaman, SMS dakwah, membaca al-Q‟uran bergiliran dalam
setiap diadakan rapat rutin pimpinan, tausiyah yang diadakan
setiap rapat pimpinan dan kajian keIMMawatian. Itu semua yang
menjadi bentuk interpretasi pimpinan dalam menterjemahkan
nilainilai pendidikan keIslaman seseorang yang terdapat dalam
organisasi tersebut adapun penanaman nlai keimanan ini termasuk
kedalam salah satu dari tri kompentensi IMM yaitu religiusitas.
2. Nilai Pendidikan Islam
Akhlak merupakan nilai pendidikan Islam yang paling penting
dalam organisasi IMM Muh. Abduh karena akhlak merupakan
pencerminan pimpinan dan anggota dalam organisasi tersebut.
Diantara penanaman pendidikan akhlak terdapat dalam materi
ataupun kegiatan sebagai berikut: dalam materi kajian keislaman,
dalam kegiatan bakti sosial masyarakat salah satu program kerja
dari bidang sosma (sosial masyarakat), kegiatan LKMO salah satu
program dari bidang organisasi, dan dalam kegiatan diskusi harian.
Yang mana di dalam kegiatan-kegiatan tersebut mengandung nilai
pendidikan akhlak. Akan tetapi yang paling menonjol dan
berpengaruh dari pencerminan nilai pendidikan akhlak disini
adalah dalam kegiatan keseharian pimpinan dan kader dalam
komisariat Muh. Abduh yang ditandai dengan adanya jarak
hubungan antara laki-laki dan perempuan saling menjaga
kehormatan masing-masing dan saling menjaga batasan-batasan
sesuai dengan syari‟at Islam. Sehingga nilai-nilai keIslaman
didalamnya tetap terjaga.
3. Nilai Pendidikan Ibadah
Sebagai organisasi Islam dalam IMM sudah menjadi kewajiban
akan adanya pendidikan ibadah terlebih untuk IMM KH.Ahmad
Dahlan yang berada dilingkungan fakultas agama Islam dan
sekaligus berada dibawah naungan universitas muhammadiyah
maka dalam merealisasikan nilai ibadah harus lebih matang.
4. Nilai Pendidikan Muamalah
Sesuai dengan Tri Kompetensi dasar IMM KH. Ahmad Dahlan
yaitu intelektual, religius, dan humanis. Maka pendidikan
muamalah sangat bersangkutan dengan ranah humanis yang
sebagaian program kerjanya diprakarsai oleh bidang SOSMA
(soaial masyarakat) bidang ini mempunyai tugas yang
berhubungan dengan kader IMM maupun masyarakat luar.
Kegiatankegiatan yang berlangsung diantarnya:
- Pengabdian masyrakat. Agenda ini merupakan salah satu
bentuk latihan dan pembelajaran kader di lapangan untuk
menumbuhkan kepedulian sosial terhadap masyarakat serta
sebagai pengamalan salah satu dari Tri Kompetensi IMM yaitu
sikap humanis. Di dalam agendanya tersebut terdapat kegiatan-
kegiatan seperti: pelatihan kreatifitas remaja, penyuluhan
kesehatan, pengobatan gratis, sembako gratis, TPA, dan
pengajian akbar.
- Koin mahasiswa yang bertujuan untuk menanamkan nilais
humanis pada para mahasiswa dan dosen terkhusus FAI dengan
menyumbangkan dana seikhlasnya dana pada kotak sedekah
yang bertemakan investasi akhirat. Yang nantinya dari dana
tersebut akan digunakan untuk kegiatan sosial dan membantu
saudara-saudara kita yang membutuhkan.
- Kotak infak pimpinan yang di adakan dengan tujuan untuk
melatih jiwa sosialis. Aksi sosial seperti : penggalangan dana
korban bencana di manado, penggalangan dana untuk gaza,
penggalangan dana baksos, dan penggalangan dana
banjarnegara.

Anda mungkin juga menyukai