OLEH :
JURUSAN : ILMU
KESEJAHTERAAN SOSIAL
DAN POLITIK
2023
1. METODOLOGI STUDI ISLAM
Adapun metode studi islam secara lebih rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:
Metode ilmu pengetahuan atau metode ilmiah yaitu cara yang harus dilalui oleh proses
ilmu sehingga dapat mencapai kebenaran. Oleh karenanya maka dalam sains-sains
spekulatif mengindikasikan sebagai jalan menuju proposisi-proposisi mengenai yang
ada atau harus ada, sementara dalam sains- sains normative mengindikasikan sebagai
jalan menuju norma-norma yang mengatur perbuatan atau pembuatan sesuatu.
Metode Diakronis
Suatu metode mempelajari islam menonjolkan aspek sejarah. Metode ini memberi
kemungkinan adanya studi komparasi tentang berbagai penemuan dan pengembangan
ilmu pengetahuan dalam islam, sehinggga umat islam memiliki pengetahuan yang
relevan, hubungan sebab akibat dan kesatuan integral. Metode diakronis disebut juga
metode sosiohistoris, yakni suatu metode pemahaman terhadap suatu kepercayaan,
sejarah atau kejadian dengan melihat suatu kenyataan yang mempunyai kesatuan yang
mutlak dengan waktu, tempat, kebudayaan, golongan, dan lingkungan dimana
kepercayaan, sejarah atau kejadian itu muncul.
Metode Sinkronis-Analistis
Suatu metode mempelajari islam yang memberikan kemampuan analisis teoritis yang
sangat berguna bagi perkembangan keimananan dan mental intelek umat Islam.
Metode ini tidak semata-mata mengutamakan segi aplikatif praktis, tetapi juga
mengutamakan telaah teoritis.
Metode Empiris
Metode Deduktif
Suatu metode memahami islam dengan cara menyusun kaidah secar logis dan filosofis
dan selanjutnya kaidah itu diaplikasikan untuk menuntukan masalah yang dihadapi.
Metode ini dipakai untuk sarana mengistinbatkan syariat, dan kaidah- kaidah itu benar
bersifat penentu dalam masalah-masalah furu’ tanpa menghiraukan sesuai tidaknya
dengan paham mazhabnya
Metode Induktif
Suatu metode memahami Islam dengan cara menyusun kaidah hukum untuk
diterapkan kepada masalah-masalah furu’ yang disesuaikan dengan mazhabnya
terlebih dahulu. Metode pengkajiannya dimulai dari masalah-masalah khusus, lalu
dianalisis, kemudian disusun kaidah hokum dengan catatan setelah terlebih dahulu
disesuaikan dengan paham mazhabnya.
Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima dan aslama. Salima
mengandung arti selamat, tunduk, dan berserah. Sedangkan aslama juga
mengandung arti kepada Tuhan, ketundukan, dan berserah. Yang disebut dengan
muslim adalah orang yang tunduk, patuh, dan berserah diri sepenuhnya kepada
ajaran Islam dan akanselamat dunia dan akhirat. (Khoiriyah, 2013) Islam secara
harfiyah berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima diubah bentuk
menjadi bentuk aslama yang artinya berserah diri. Berpijak pada arti tersebut
maka kajian Islam mengarah pada tiga hal:
Insider adalah para pengkaji agama yang berasal dari agamanya sendiri (orang dalam).
Sedangkan outsider adalah para pengkaji non-Muslim yang mempelajari Islam dan
menafsirkannya dalam berbagai analisis dan pembacaan dengan metodologi tertentu
(orang luar). Problem insider dan outsider muncul pasca jatuhnya kejayaan Islam, lalu
ilmu pengetahuan pindah ke Barat. Dari sini orang-orang Barat kemudian mulai
mempelajari Islam yang pada akhirnya muncul kajian orientalisme. Pada saat itu studi
Islam di Barat didorong oleh kebutuhan akan kekuasaan koloni untuk belajar dan
memahami masyarakat yang mereka kuasai, sehingga studi Islam di Barat juga perlu
diuji.
Mengenai posisi insider dan outsider maka yang timbul adalah pertanyaan mengenai
siapa yang otentik dalam meneliti studi Islam, salah satu prespektif diantaranya
menurut Muhammad Abdul Rauf, yang secara tegas menyatakan bahwa berdasarkan
data sejarah, agak susah bahkan tidak mungkin bagi seseorang yang menganut agama
tertentu kemudian mencoba mengkaji agama lain atau outsider. Karena itu patut
dipertanyakan keabsahan para sarjana Barat dalam mengkaji Islam secara objektif.
Sebagaimana yang diungkapkan Wilred Cantwell Smith, ia mengakui bahwa
interpretasi umat Islam dipandang otoritatif. Ia menyatakan apapun yang saya katakan
tentang Islam sebagai keyakinan hidup di tengah-tengah masyarakat adalah valid
sejauh umat Islam sendiri setuju dan mengamininya terhadap pemahaman tersebut.
Umat Islam berada dalam posisi yang terpinggirkan dan lemah dalam berbagai aspek
kehidupan, sementara di sisi lain dunia terus berkembang dengan modernisasinya.
Dalam kondisi tersebut, umat Islam dituntut untuk melakukan gerakan pemikiran yang
diharapkan dapat menghasilkan konsep pemikiran yang cemerlang untuk mampu
bersaing dengan perkembangan globalisasi.
Satu sisi, jika umat Islam hanya berpegang pada ajaran-ajaran Islam dari hasil
penafsiran ulama terdahulu yang dianggap sebagai ajaran yang sudah mapan,
sempurna, dan paten, serta tidak ada keberanian untuk melakukan kajian ulang, berarti
umat Islam mengalami kemandegan intelektual dan akan berdampak pada masa depan
yang suram. Sementara jika mereka bersikap kritis dan berani melakukan
pembaharuan rasional guna menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman,
mereka akan dituduh sebagai umat yang tidak lagi setia dengan ajaran Islam dari
pendahulunya.
Melalui pendekatan yang bersifat objektif rasional, studi Islam diharapkan mampu
memberikan alternatif pemecahan masalah atau jalan keluar dari kondisi yang
problematik tersebut. Studi Islam diharapkan dapat mengarah dan bertujuan untuk
mengadakan usaha-usaha pembaharuan dan pemikiran kembali ajaran-ajaran Islam,
agar mampu beradaptasi dan menjawab tantangan serta tuntutan zaman, dengan tetap
berpegang teguh pada sumber dasar ajaran Islam yaitu al-Quran dan As-Sunnah.
Dengan rumitnya problematika yang terjadi saat ini, hal ini bukan hanya tantangan
bagi bangsa modern yang memunculkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tesebut, namun juga bagi seluruh umat anusia termasuk umat Islam.
Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘aalamiin, tentunya mempunyai konsep atau
ajaran yang bersifat universal, yang dapat menyelamatkan umat manusia dan alam
semeta dari kehancurannya. Oleh karena itu Islam harus bisa menawarkan nilai,
norma, atau aturan hidup yang manusiawi dan universal kepada dunia, dan diharapkan
mampu memberikan pemecahan terhadap keadaan yang problematis. Disinilah urgensi
studi Islam, untuk menggali kembali ajaran-ajaran Islam yang asli dan murni,
manusiawi, namun tetap relevan dengan keadaan zaman.
Studi Islam merupkan sebuah usaha untuk mempelajari Islam secara mendalam dan
segala seluk-beluk yang berhubungan dengan agama Islam. Studi Islam ini
mempunyai tujuan yang jelas, yang sekaligus menunjukkan arah studi tersebut.
Dengan arah dan tujuan yang jelas itu, dengan sendirinya, studi Islam merupukan
usaha sadar dan tersusun secara sistematis.
Muhaimin, dalam bukunya mengemukakan bahwa arah dan tujuan studi Islam dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari secara mendalam apa sebenarnya (hakikat) Islam itu, dan
bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam
kehidupan budaya manusia. Sehubungan dengan hal ini, studi Islam
dilaksanakan berdasarkan asumsi bahwa agama yang diturunkan oleh Allah
adalah untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan
perkembangan agama terdahulu.
3. Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam yang
tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya.
Studi ini berdasarkan asumsi bahwa agama Islam sebagai agama samawi
terakhir yang membawa ajaran yang bersifat final dan mampu menjawab
tantangan perubahan zaman.
Secara Etimologi merupakan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Dalam kajian Islam
di Barat disebut Islamic Studies secara harfiyah adalah kajian tentang hal-hal yang
berkaitan dengan keislaman. Secara terminologis adalah kajian secara sistematis dan
terpadu untuk mengetahui, memakai dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang
berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam maupun
realitas pelaksanaannya dalam kehidupan.
Pengertian Studi Kawasan Islam adalah kajiaan yang tampaknya bisa menjelaskan
bagaimana situasi sekarang ini terjadi, karena, fokus materi kajiannya tentang berbagai
area mengenai kawasan dunia Islam dan lingkup pranata yang ada dicoba diurai
didalamnya. Mulai dari pertumbuhan, perkembangan, serta ciri-ciri karekteristik sosial
budaya yang ada didalamnya, termasuk juga tentang faktor-faktor pendukung bagi
munculnya berbagai ciri dan karakter serta pertumbuhan kebudayaan dimasing-masing
dunia kawasan Islam. Dengan demikian, secara formal objek studinya harus meliputi
aspek-aspek geografis, demografis, historis, bahasa serta berbagai perkembangan
sosial dan budaya, yang merupakan ciri-ciri umum dari keseluruhan perkembangan
yang ada pada setiap kawasan budaya.
1. Pendekatan Teologis
Suatu pendekatan yang normatif dan subjektif terhadap agama. Pada umumnya,
pendekatan ini dilakukan dari dan oleh penganut suatu agama dalam usahanya
menyelidiki agama lain. Dengan demikian, pendekatan ini juga disebut pendekatan
atau metode tekstual, atau pendekatan kitabi maka menampakkan sifatnya yang
apologis dan dedukatif. Secara harfiah pendekatan teologis normatif dalam memahami
agama dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan
kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empiris
dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang
lainnya.
Dalam era kontemporer ada empat prototype pemikiran keagamaan Islam yaitu,
pemikiran keagamaan fundamentalis, modernis, nasionalis, dan tradisional. Keempat
prototype pemikiran keagamaan tersebut sudah tentu tidak mudah untuk disatukan
begitu saja. Masing-masing mempunyai “keyakinan” teologis yang sering sulit untuk
didamaikan. Mungkin kurang tepat menggunakan istilah “teologis” disini, tetapi
menunjuk pada gagasan pemikiran keagamaan yang terinsipirasi oleh paham
ketuhanan dan pemahaman kitab suci serta penafsiran ajaran tertentu adalah bentuk
dari pemikiran teologi dalam bentuk wajah baru.
2. Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, agama tampak akrab dan
dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan
memberikan jawaban. Dengan kata lain, cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu
antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama
lain.
3. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan
menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi
mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta
berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta kepercayaan, keyakinan yang
memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama dalam tiap persekutuan hidup
manusia.
Akal yang merupakan ciri keistimewaan manusia, sekaligus sebagai pembeda antara
manusia dan makhluk lainnya, belum bisa digunakan untuk mengetahui persoalan
yang tidak dapat diselesaikan oleh akal yaitu menemukan zat Allah, karena pada
hakekatnya manusia berada dalam dimensi yang berbeda dengan Allah.
Iman kepada malaikat kitab dan rasul Allah
A. Malaikat Allah. Malaikat merupakan makhluk tuhan yang diciptakan dari nur
cahaya, ia adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah dengan bermacam-
macam tugas yang diembannya, jumlahnya sangatlah banyak, namun yang harus kita
imani hanyalah 10 (nama) malaikat beserta tugas- tugasnya.
B. Kitab-kitab Allah. Iman kepada kitab Allah adlah wajib dan itu merupakan
konsekuensi logis dari pembenaran terhadap adanya Allah, oleh karena itu tidak
sepantasnya seorang mukmin mengingkari kitab-kitab Allah yaitu al-Qur’an, Injil,
Taurat, dan Zabur.
C. Rasul-rasul Allah. Doktrin Islam mengajarkan agar setiap muslim beriman kepad
rasul yang diutus oleh Allah tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya.
Agama sebagai sasaran kajian dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu agama sebagai
doktrin, dinamika dan struktur masyarakat yang dibentuk oleh agama, dan sikap
masyarakat pemeluk terhadap doktrin. Mempersoalkan substansi ajaran, dengan segala
refleksi pemikiran terhadap ajaran agama. Namun, yang menjadi sasaran penelitian
agama sebagai doktrin adalah pemahaman manusia terhadap doktrin-doktrin tersebut.
Meninjau agama dalam kehidupan sosial dan dinamika sejarah. Usaha untuk
mengetahui corak penghadapan masyarakat terhadap simbol dan ajaran agama.
Tidak semua aspek agama khususnya Islam dapat menjadi obyek studi. Dalam konteks
Studi Islam, ada beberapa aspek tertentu dari Islam yang dapat menjadi obyek studi,
yaitu: Islam sebagai doktrin dari tuhan yang kebenarannnya bagi pemeluknya sudah
final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya. Sebagai gejala budaya yang
berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama,
termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya. Sebagai interaksi sosial yaitu
realitas umat Islam.
Obyek kajian Islam adalah substansi ajaran-ajaran Islam, seperti kalam, fikih dan
taSawuf. Dalam aspek ini agama lebih bersifat penelitian budaya hal ini mengingat
bahwa ilmu-ilmu keislaman semacam ini merupakan salah satu bentuk doktrin yang
dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber dari wahyu Allah melalui proses
penawaran dan perenungan.
Sumber ajaran Islam digolongkan dalam dua macam, yaitu sumber ajaran Islam
primer (al-Qur’an dan hadist) dan sumber ajaran sekunder (Ijtihad).
1. Al-Qur’an
2. Al-Hadist
Al-Hadis berkedudukan sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an.
Selain didasarkan pada keterangan- keterangan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis juga
didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat. Yakni seluruh sahabat sepakat
untuk menetapkan tentang wajib mengikuti hadis, baik pada masa Rasulullah masih
hidup maupun setelah beliau wafat.
Dalam literatur hadis dijumpai beberapa istilah lain yang menunjukkan penyebutan al-
hadist, seperti al-sunah, al-khabar, dan al-atsar. Dalam arti terminologi, ketiga istilah
tersebut kebanyakan ulama hadis adalah sama dengan terminologi al-hadis meskipun
ulama lain ada yang membedakannya.
Hasil penelitiannya itu mencakup tiga bidang. Pertama, sejarah penafsiran al-
Quran yang dibagi kedalam tafsir pada sahabat nabi. Kedua, corak tafsir yaitu tafsir
ilmiah, tafsir sufi, dan tafsir politik. Ketiga, mengenai gerakan pembaharuan dibidang
tafsir.
Salah satu hasil penelitian yang dilakukan berjudul : “Berdialog dengan al-
Quran”. Dalam buku tersebut dinyatakan antara lain macam-macam metode
memahami al-Quran, ayat-ayat kauniyah dalam al-Quran, peran ilmu-ilmu sosial dan
kemanusiaan dalam memahami al-Quran.
Islam adalah agama yang universal. Maksud islam adalah agama universal adalah
islam dapat melewati batas ruang dan waktu dan berlaku untuk siapapun, kapanpun
dan dimanapun. Maksudnya islam dapat berlaku untuk siapa saja dan dimana saja
tidak memandang suku, ras, budaya, bangsa, Negara, warna kulit dan lain
sebagainya. Banyak masyarakat di dunia ini yang memeluk agama Islam. Umat islam
adalah sekelompok orang yang disatukan oleh keyakinan, yang mempersatukan
kaum muslim di seluruh dunia, meskipun mereka berbeda tempat, Negara, suku,
budaya, dan bahasa. Islam tidak hanya untuk masyarakat terpilih saja. Kaum muslim
yang tersebar di seluruh dunia memiliki keragaman dalam budaya dan bahasa.yang
mempersatukan mereka hanyalah sistem kepercayaan bahwa setiap muslim
memiliki rasa persaudaraan yang kuat satu sama lain. Dengan perbedaan-perbedaan
inilah dapat memperindah persaudaraan kaum muslimin di seluruh Indonesia.
Pemikiran Universalisme Islam sesuai dengan surat As-Saba’ ayat 28:
َو َم ٓا َأْر َس ْلَٰن َك ِإاَّل َك ٓاَّفًة ِّللَّناِس َبِش يًرا َو َنِذ يًرا َو َٰل ِكَّن َأْكَثَر ٱلَّناِس اَل َيْع َلُم وَن
Artinya: Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui.
Menurut Taufiqullah (1991:5), secara etimologi, Islam berasal dari bahasa Arab.
Berasal dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Pendapat ini dipegangi oleh
hamper semua ahli, khususnya para ulama Islam. Selanjutnya dari kata salima yang
berarti selamat sentosa di atas, dibentuk mutaadi (transtitif) yang menjadi aslama yang
artinya memelihara diri, tunduk patuh dan taat. Orang yang melakukan asalama atau
masuk Islam dinamakan Muslim.1
Kata kontemporer yang berasal dari kata “co” yang artinya bersama dan “tempo”
yaitu waktu. Jadi menurut kata, kontemporer adalah waktu bersamaan. Secara umum,
kontemporer artinya, kekinian, modern, atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama
dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. 2 Maka, islam kontemporer adalah
islam yang pada masa modern atau masa kini.
Akhlak berasal dari bahasa arab “khuluqun” yang menurut lughat berarti budi
pekerti atau perangai, tingkah laku atau tabi’at. Selanjutnya definisi akhlak yang
menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai atau tingkah laku dan tabiaat atau watak
dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi biasa.
Dari pengertian diatas menunjukan bahwa akhlak adalah kebiasaan atau sikap yang
1
2
mendalam dalam jiwa manusia dimana timbul perbuatan dengan mudah dan gampang
tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu yang dilakukan berulang- ulang hingga
menjadi kebiasaan dan perbuatan itu bisa mengarah pada perbuatan yang baik atau
buruk.
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang berarti
kebiasaan. Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana etika
bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk. Pengertian ini
menunjukan bahwa, etika ialah teori tentang perbuatan manusia yang ditimbang
menurut baik dan buruknya, yang juga merupakan pada inti sari atau sifat dasar
manusia: baik dan buruk manusia. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: adat
kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah
“etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles (284-322 SM) sudah dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral. Jadi, kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka
“etika” berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan.
Moral atau moralitas berasal dari kata bahasa latin mos (tunggal), mores
(jamak), dan kata moralis bentuk jamak mores memlliki makna kebiasaan, kelakuan,
kesusilaan.8 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata moral berarti
mempunyai dua makna. Pertama, ajaran tentang baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; dan kedua, kondisi mental
seseorang yang membuat seseorang melakukan suatu perbuatan atau isi hati/keadaan
perasaan yang terungkap melalui perbuatan.
A. Pluralisme
B. Toleransi
Masyarakat madani memiliki sikap toleransi yang tinggi, baik terhadap sesama agama
maupun terhadap agama lain. Toleransi diartikan sebagai sikap suka mendengar dan
menghargai pendapat serta pendirian orang lain. Hal ini juga sejalan dengan tujuan
agama yang tidak hanya mempertahankan kelestariannya, tetapi juga mengakui
eksistensi agama lain dan memberinya hak hidup berdampingan serta saling
menghormati satu sama lain.
C. Demokrasi
1. Adanya penguasa politik yang dominan dan tidak seimbang dalam membagi
hak dan kewajiban warga negara di seluruh aspek kehidupan, sehingga satu
kelompok masyarakat bisa memiliki monopoli dan memusuhi kelompok lain.
Pandangan Islam terhadap sains dan teknologi adalah bahwa Islam tidak
pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Peradaban Islam memiliki ciri-
ciri yang menonjol yaitu rasa ingin tahu yang bersifat ilmiah dan penyelidikan ilmiah
yang sistematis. Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan penelitian dalam
bidang apapun, termasuk sains dan teknologi. Masyarakat modern telah berhasil
mengembangkan sains dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah
kehidupannya, namun disisi lain sains dan teknologi canggih tersebut tidak mampu
menumbuhkan moralitas (akhlak) yang mulia. Gagasan Islamisasi sains dan teknologi
bertujuan agar sains dan teknologi dapat membawa kesejahteraan bagi umat manusia.
Epistimologi Islam tersebut pada hakikatnya menghendaki, bahwa sains dan teknologi
harus mengakui adanya nilainilai kemanusiaan yang universal.
Al-Quran memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang sudah
diketahui maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi
disebutkan berulang-ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan
nazhar. Memahami lebih dalam tentang sains dan teknologi adalah satusatunya alat
untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang Allah swt dan
menyelesaikan berbagai permasalahan masyarakat Islam.
Oleh sebab itu sains dipelajari untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT
dengan mencoba memahami ayat-ayat-Nya. Dalam pandangan Islam sains dan
teknologi juga di gambarkan sebagai cara mengubah suatu sumber daya menjadi
sumber daya lain yang lebih tinggi nilainya hal ini tercermin dalam surat Ar Ra'd ayat
11 yaitu : "Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya Al-Quran telah
mendorong manusia untuk berteknologi agar kehidupan mereka meningkat. Upaya ini
merupakan rasa syukur atas keberhasilannya dalam merubah nasibnya yang
dimanifestasikan dengan mengembangkan terus keberhasilan itu dari waktu kewaktu.