Anda di halaman 1dari 103

IDENTITAS PESERTA

NAMA :
TETALA :
ALAMAT :
DELEGASI :
HOBBY :

PENGALAMAN PENDIDIKAN :
1.
2.
3.
4.

PENGALAMAN ORGANISASI :
1.
2.
3.
4.

MOTIVASI MENGIKUTI PKD :

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh


Salam Pergerakan!
Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarokatuh
Alhamdulillahi Rabbil Alamin
Innallaha wa malaikatahu yusholluna alan nabiyyi ya ayyuhal ladzina a manu
shollu alaihi wa sallimu taslima.
Raditu billahi robba wa bil islam mi dina wa bi muhammadin nabiyyau wa rasula,
wabil qur'ani imama.
Yang terhormat Ketua Umum PB PMII
Yang kami hormati Ketua PKC PMII Jawa Timur
Yang kami hormati Ketua PC. PMII Pamekasan,
Yang kami hormati ketua komisariat PMII UIM, Sahabat Moh. Faizin
Yang kami hormati seluruh jajaran ketua rayon dibawah naungan PMII UIM
Dan yang kami banggakan seluruh Anggota dan kader PMII
Segenap puja dan puji syukur kita Panjatkan pada Ilahi Rabbi, karena
berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan karuniaNya yang tak terbatas, kita
masih bisa melanjutkan safari panjang intelektual bersama amanah besar
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Shalawat teriring salam, semoga tetap mengalir kepada baginda
Rasullah SAW, karena berkat hadirnya beliau sebagai revolusioner terbaik serta
sang juru selamat yang selalu kita harapkan safaatnya, sehingga kita bisa
terangkis dari dunia yang kelam menuju harapan masa depan yang terang dan
berperadaban.
Sahabat-sahabat yang saya banggakan perlu kita ketahui bersama
bahwa bentangan sejarah PMII dengan berbagai dinamika organisasi yang ada
hingga melahirkan ribuan kader terbaik dan tokoh yang tak terhitung jumlahnya.
Hal ini yang membuktikan bahwa PMII telah teruji waktu dan tahan banting dari
berbagai tantangan zaman.
Sahabat sahabat kader pejuang, adanya momentum Pelatihan Kader
Dasar (PKD) yang bertema Menolak Disintegrasi Kader PMII Dengan Tri
Komitmen, yang tiada lain untuk melahirkan generasi generasi yang mampu
menjawab tantangan disetiap zamannya, dan mampu melahirkan generasi yang
2
sadar akan kapasitas diri untuk melanjutkan estafet keorganisasian yang ada di
PMII. Sebab Komisariat PMII UIM memiliki misi besar untuk membangun basis
dan grand design kaderisasi serta gerakan di Kampus. Untuk itu dalam
mewujudkan cita cita besar PMII harus mampu menyadari pola kebutuhan yang
dibutuhkan oleh anggota dan kader. Ada beberapa hal yang perlu kita pahami
bersama tentang tiga poin penting kaderisasi PMII. Yaitu, Keislaman,
Keindonesian, dan Kemahasiswaan. Sebab kaderisasi pada hakikatnya adalah
pendidikan dan transformasi nilai, yang kemudian bermuara sebagai upaya
untuk mewujudkan kader-kader mu'taqid, mujahid, mujtahid, & muharrik
sehingga tercapailah citra diri kader PMII yaitu Ulul Albab.
Terima kasih saya sampaikan kepada pengurus Komisariat yang sudah
tanpa lelah mendampingi proses di Komisariat. dan ini perupakan PKD KE 2
dalam masa jabatan Ketua Komisariat UIM Yakni Sahabat Moh. Faiziin. Taklupa
juga jajaran kepanitiaan yang saya banggakan baik dari SC dan OC yang sudah
tanpa lelah menjalankan tugas baik dari Pra-PKD Revolusi 23 sampai Saat ini.
Dan harapan saya pribadi semoga cita-cita besar membangun senterum
kaderisasi yang berbasis nilai bisa berjalan dan terlaksana dengan baik.
Terakhir pesan saya, membacalah selagi kalian bisa melihat dan
mendengar, lakukanlah sesuatu yang bisa kalian lakukan. Sebab hal itu
merupakan jalan pintas menjadi orang yang berhasil. pantang berputus Asa,
Pantang menyerah, dan pantang meninggalkan Organisasi dalam situasi dan
kondisi apapun.
Selamat Datang di Dunia Pergerakan.
Taqwa, Intelektual, Dan Profesional
Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwamieth Thorieq
Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarokatuh

Ketua SC

JUNAIDI

3
MATERI I

PARADIGMA PMII
Paradigma merupakan suatu yang vital bagi pergerakan organisasi.
Karena paradigma merupakan titik pijak dalam membangun konstruksi pemikiran
dan cara memandang sebuah persoalan yang akan termanisifikasikan dalam
sikap dan prilaku organisasi. Disamping itu, dengan paradigma ini pula sebuah
organisasi akan menentukan dan memilih nilai-nilai yang universal dan abstrak
menjadi khusus dan praktis operasional yang akhirnya menjadi karakteristik
sebuah organisasi dan gaya berfikir seseorang.
1. Pengertian dan Definisi Paradigma
Dalam khasanah ilmu sosial, ada beberapa pengertian paradigma yang
dibangun oleh para pemikir sosiologi. Salah satu diantaranya adalah G. Ritzer
yang memberi pengertian paradigma sebagai pandangan fundamental tentang
apa yang menjadi pokok persoalan dalam ilmu. Paradigma membantu apa yang
harus dipelajari, pertanyaan apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya
pertanyaan-pertanyaan itu di ajukan dalam aturan-aturan apa yang harus diikuti
dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh. Paradigma merupakan kesatuan
konsensus yang paling luas dalam suatu bidang ilmu dan membedakan antara
kelompok ilmuwan. Menggolongkan, mendefinisikan dan yang menghubungkan
antara eksemplar, teori, metode serta instrumen yang terdapat didalamnya.
Mengingat banyaknya definisi yang dibentuk oleh para sosiolog, maka perlu ada
pemilihan atau rumusan yang tegas mengenai definisi paradigma yang hendak
diambil oleh PMII. Hal ini perlu dilakukan untuk memberi batasan yang jelas
mengenai paradigma dalam pengertian komunitas PMII agar tidak terjadi
perbedaan persepsi dalam memaknai paradigma.
Maka pengertian paradigma dalam masyarakat PMII dapat dirumuskan
sebagai titik pijak untuk menentukan cara pandang, menyusun sebuah teori,
menyusun pertanyaan dan membuat rumusan mengenai suatu masalah. Lewat
paradigma ini pemikiran seseorang dapat dikenali dalam melihat dan melakukan
analisis terhadap suatu masalah. Dengan kata lain, paradigma merupakan cara
dalam mendekati “obyek kajianya (the subject matter of particular discipline)
4
yang ada dalam ilmu pengetahuan. Orientasi atau pendekatan umum (general
orientations) ini didasarkan pada asumsi-asumsi yang dibangun dalam kaitan
dengan bagaimana “realitas” dilihat. Perbedaan paradigma yang digunakan oleh
seseorang dalam memandang suatu masalah, akan berakibat pada timbulnya
perbedaan dalam menyusun teori, membuat konstruk pemikiran, cara pandang
sampai pada aksi dan solusi yang diambil.
2.Paradigma PMII: Kerangka Berpikir PMII dari Masa ke Masa
Paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran.
Paradigma PMII Kritis Transformatif.
Paradigma Menggiring Arus Berbasis Realitas.
Paradigma Produktif Sebagai Modal PMII.

3. Pilihan Paradigma PMII


Disamping terdapat banyak pengertian mengenai paradigma dalam ilmu
sosial ada berbagai macam jenis paradigma. Melihat realitas yang ada di
masyarakat dan sesuai dengan tuntutan keadaan masyarakat PMII baik secara
sosiologis, politis dan antropologis, akan PMII memilih paradigma kritis
transformatif sebagai pijakan gerakan organisasi.
4. Paradigma Kritis Transformatif PMII
Dari penelusuran yang cermat atas paradigma kritis, terlihat bahwa
paradigma kritis sepenuhnya merupakan proses pemikiran manusia. Dengan
demikian dia adalah secular. Kenyataan ini yang membuat PMII dilematis,
karena akan mendapat tuduhan secular jika pola pikir tersebut diberlakukan.
Untuk menghindari tudingan tersebut, maka diperlukan adanya reformulasi
penerapan paradigma kritis dalam tubuh warga pergerakan. Dalam hal ini,
paradigma kritis diberlakukan hanya sebatas sebagai kerangka berfikir dan
metode analisis dalam memandang persoalan. Dengan sendirinya dia harus
diletakkan pada posisi diluar ketentuan agama, sebaliknya justru ingin
mengembalikan dan mengfungsikan ajaran agama yang sesungguhnya
sebagaimana mestinya. Dengan kata lain paradigma kritis di PMII berupaya
menegakkan sikap kritis dalam kehidupan dengan menjadikan ajaran agama
sebagai inspirasi yang hidup dan dinamis.
Sebagaimana dijelaskan di atas, pertama paradigma kritis berupaya
5
menegakkan harkat dan martabat kemanusiaan dari berbagai belenggu yang
diakibatkan oleh proses sosial yang bersifat profan. Kedua, paradigma kritis
melawan segala bentuk dominasi dan penindasan. Ketiga, paradigma kritis
membuka tabir dan selubung pengetahuan yang menarik dan hegemonik.
Semua ini adalah semangat yang dikandung oleh Islam. Oleh karenanya, pokok-
pokok pikiran inilah yang dapat diterima sebagai titik pijak paradigma kritis
dikalangan warga PMII.
Contoh yang paling kongkrit dalam hal ini bisa ditunjuk pola pemikiran
yang mengunakan paradigma kritis dari berbagai intelektual islam, diantaranya:
1.Hassan Hanafi
Penerapan paradigma kritis oleh Hassan Hanafi ini terlihat jelas dalam
konstruksi pemikiranya terhadap agama. Dia menyatakan untuk memperbaharui
Islam yang mengalami ketinggalan dalam segala hal, pertama-tama diperlukan
analisis sosial. Menurutnya, pemikiran tradisional Islam, dalam rangka
menganalisis masyarakat selama ini mengandalkan otoritas teks kedalam
kenyataan. Dia menemukan kelemahan mendasar dalam metodologi ini. Pada
titik ini dia memberikan kritik tajam terhadap metode tradisional teks yang telah
mengalami ideologisasi.
Untuk mengembalikan peran agama dalam menjawab problem sosial
yang dihadapi masyarakat, Hassan Hanafi mencoba menggunakan metode “kiri
Islam” yaitu metode pendefinisian realitas secara kongkrit untuk mengetahui
siapa memiliki apa, agar realitas berbicara dengan dirinya sendiri. Sebagai
realisasi dari metode ini, dia menawarkan “desakralisasi theology” dengan
menjadikan theology sebagai antropologi. Pemikiran ini dimaksudkan untuk
menyelamatkan Islam agar tidak semata-mata menjadi sistem kepercayaan
(sebagai theology parexellence), melainkan juga sebagai sistem pemikiran.
Usaha Hassan Hanafi ini ditempuh dengna mengadakan rekrontruksi
tehadap theology tradisional yang telah mengalami pembekuan dengan
memasukkan hemenutika dan ilmu sosial sebagai bagian integral dari theology.
Untuk menjelaskan theology menjadi antropologi, Hanafi memaknai theology
sebagai ilmu kalam. Kalam merupakan realitas manusiawi sekaligus Ilahi. Kalam
bersifat manusiawi karena merupakan wujud verbal dari kehendak Allah ke
dalam bentuk manusia dan bersifat Ilahi karena datang dari Allah. Dalam
pemikiran Hanafi, kalam lebih bersifat “praktis” dari pada “logis”, karena kalam-
6
sebagai kehendak Allah-memiliki daya imperative bagi siapapun kalam itu
disampaikan.
Pandangan Hanafi tentang theology ini berbeda dengan theology Islam
yang secara tradisional dimengerti sebagai ilmu yang berkenaan dengan
pandangan mengenai akidah yang benar. Mutakallimin sering disebut sebagai
“ahl al-ra’yu wa al-nadaar” yang muncul untuk menghadapi “ahl-albid’ah” yang
mengancam kebenaran akidah Islam. Dua kelompok ini akhirnya berhadapan
secara dialektis. Akan tetapi dialektika mereka bukanlah dialektika tindakan,
tetapi dialektika kata-kata. Gagasan ideologi sebagai antropologi yang
disampaikan oleh Hassan Hanafi sebenarnya justru ingin menempatkan ilmu
kalam sebagai ilmu tentang dialektika kepentingan orang-orang yang beriman
dalam masyarakat tertentu.
Dalam pemikiran Hassan Hanafi, ungkapan “theology menjadi
antropologi” merupakan cara ilmiah untuk mengatasi ketersingungan theology itu
sendiri. Cara ini dilakukan melalui pembalikan sebagaimana pernah dilakukan
Karl Marx tehadap filsafat Hegel. Upaya ini tampak secara provokatif dalam
artikelnya “ideologi dan pembangunan” lewat subjudul; dari Tuhan ke bumi, dari
keabadian ke waktu, dari taqdir ke kehendak bebas, dan dari otoritas ke akal,
dari theology ke tindakan, dari kharisma ke partisipasi massa, dari jiwa ke tubuh,
dari eskatologi ke futurology.
2.Mohammad Arkoun
Arkoun menilai bahwa pemikiran Islam, kecuali dalam beberapa usaha
pembaharuan kritis yang bersifat sangat jarang dan mempunyai ruang
perkembangan yang sempit sekali, belum membuka diri pada kemodernan
pemikiran dan karena itu tidak dapat menjawab tantangan yang dihadapi umat
muslim kontemporer. Pemikiran Islam dianggapnya “naif’ karena mendekati
agama atas dasar kepercayaan langsung tanpa kritik. Pemikiran Islam tidak
menyadari jarak antara makna potensial terbuka yang dibeikan dalam wahyu
Illahi dan aktualisasi makna itu dalam sejumlah makna yang diaktualisasikan dan
dijelamakan dalam berbagai cara pemahaman, penceritaan dan penalaran khas
masyaraakt tertentu ataupun dalam berbagai wacana khas ajaran teologi dan
fiqih tertentu. Pemikiran Islam juga tidak menyadari bahwa dalam proses itu
bukan hanya pemahaman dan penafsiran tertentu ditetapkan dan diakui,
melainkan pemahaman dan penafsiran lain justru disingkirkan. Hal-hal itu baru
7
didalami oleh berbagai ilmu pengetahuan modern, yang ingin dimasukkan
arkoun ke dalam pemikiran Islam.
Krena kritiknya yang terlalu kritis ini, Arkoun sering membeikan jawaban
diluar kelaziman umat Islam (uncommon answer) ketika menjawab proble-proble
kehidupan yang dialami umat Islam. Jawaban seperti ini telihat jelas dalam
penerapan tori pengetahuan (theory of knowledge).
Teori pengetahuan ini meliputi landasan epistemology kajian tentang
Islam. Dalam hal ini Arkoun membedakan berbagai berbagai wacana ideologis,
wacana rasional dan wacana profetis. Setiap wacana memiliki watak yang
berbeda sehingga diperlukan kesesuaian dengna wataknya. Selama ini orang
dengan mudah menyatakan melakukan kajian secara ilmiah, akan tetapi itu tidak
jarang hanya merupakan proses ideologis semata. Ini tidak hanya dilakukan oleh
orang-orang muslim, melainkan juga oleh orang-orang barat yang
mengideologikan sikap meeka dalam memandang Islam. Salah satu corak
ideologi adalah unsur kemadekan (tidak dinamis), resistensi (tidak kritis dan demi
kekuatan (tidak transformatif).
Untuk merealisasikan jawab tersebut Arkoun berusaha meletakkan
dogma, interpretasi dan teks secara proporsional. Upaya ini dilakukan untuk
membuka dialog terus-menerus antara agama dengan realitas untuk
menentukan wilayah-wilayah mana dari agama yang bisa didialogkan dan
dintrepretasikan sesuai dengan konteknya.
Kedua pola pikir dari inteltual Islam di atas merupakan sedikit contoh
yang bisa dijadikan model bagaimana paradigma kritis diberlakukan dalam
wilayah pemikiran keagamaan. Disamping kedua pemikir Islam diatas
sebenarnya masih banyak pemikir lain yang menerapkan pemikiran kritis dalam
mendekati agama, misalnya Abdullah Ahmed An-naim, Asghar Ali Enggineer,
Thiha Hussein, dan sebagainya.
Dari kedua contoh diatas terlihat bahwa paradigma kritis sebenarnya
beupaya membebaskan manusia dengna semangat dan ajaran agama yang
lebih fungsional. Dengan kata lain, kalau paradigma kritis Barat berdasarkan
pada semangat revolusioner sekuler dan dorongan kepantingan sebagai dasar
pijakan, paradigma kritis PMII justru menjadikan nilai-nilai agama yang terjebak
dalam dogmatisme itu sebagai pijakan untuk membangkitkan sikap kritis
melawan belenggu yang kadang disebabkan oleh pemahaman keagamaan yang
8
distortif.
Jelas ini terlihat ada pebedaan yang mendasar penerapan paradigma
kritis antara pemikiran barat dengan Islam (yang diterapkan PMII). Namun
demikian harus diakui adanya persamaan antara keduanya yaitu dalam metode
analisa, bangunan teoritik dan semangat pembebasan yang terkandung
didalamnya. Jika paradigma kritis ini bisa diterakan dikalangan warga
pergerakan, maka kehidupan keagamaan akan bejalan dinamis, bejalannya
proses pembentukan kultur demokratis dan penguatan civil society akan segera
dapat terwujud. Dan kenyataan ini terwujud manakala masing-masing anggota
PMII memahami secara mendalam pengetian, kerangka paradigmamatik dan
konsep teoritis dari paradigma kritis yang dibangun oleh PMII.
Dalam pandangan PMII, paradigma kritis saja tidak cukup untuk
melakukan transformasi sosial, karena paradigma kritis hanya berhenti pada
dataran metodologis konsepsional untuk mewujudkan masyarakat yang
komunikatif dan sikap kritis dalam memandang realitas.Paradigma kritis hanya
mampu menelanjangi berbagai tendensi ideologi, memeberikam perspektif kritis
dalam wacana agama dan sosial, namun ia tidak mampu memberikan perspektif
perubahan pasca masyarakat terbebaskan. Pasca seseorang terbebaskan
melalui perspektif keitis, paradigma kritis tidak memberikan tawaran yang praktis.
Dengan kata lain, paradigma kritis hanya mampu melakukan analisis tetapi tidak
mampu melakukan organizing, menjembatani dan memberikan orientasi kepada
kelompok gerakan atau rakyat. Paradigma kritis masih signifikan untuk
digunakan sebagai alat analisis sosial, tetapi kurang mampu untuk digunakan
dalam perubahan sosial. Karena ia tidak dapat memberikan perspektif dan
orientasi sebagai kekuatan bersejarah dalam masyarakat untuk bergerak.
Karenanya, paradigma kritis yang digunakan di PMII adalah kritik yang mampu
mewujudkan perubahan sehingga menjadi paradigma kritis transformatif.
Paradigma kritis transformatif PMII dipilih sebagai upaya menjembatani
kekurangan-kekurangan yang ada dalam paradigma kritis pada wilayah-wilayah
turunan dari bacaan kritisnya terhadap realitas. Dengan demikian paradigma
kritis transformatif dituntut untuk memiliki instrumen-instrumen gerak yang bisa
digunakan oleh masyarakat PMII mulai dari ranah filosofis sampai praksis.
5. Dasar Pemikiran Paradigma Kritis Transformatif PMII
Ada beberapa alasan yang menyebabkan PMII harus memilih
9
paradigma kritis sebagai dasar untuk bertindak dan mengaplikasikan pemikiran
serta menyusun cara pandang dalam melakukan analisa.
Pertama, masyarakat Indonesia saat ini sedang terbelenggu oleh nilai-
nilai kapitalisme modern. Kesadaran masyarakat dikekang dan diarahkan pada
satu titik yaitu budaya masa kapitalisme dan pola pikir positivistik modernisme.
Pemikiran-pemikiran seperti ini sekarang telah menjadi berhala yang
mengharuskan semua orang untuk mengikatkan diri padanya. Siapa yang tidak
melakukan, dia akan ditinggalkan dan dipimggirkan. Eksistensinyapun tidak
diakui. Akibatnya jelas, kreatifitas dan pola pikir manusia menjadi tidak
berkembang. dalam kondisi seperti ini maka penerapan paradigma kritis menjadi
suatu keniscayaan.
Kedua, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, baik
etnik, tradisi, kultur maupun kepergayaan. Kondisi seperti ini sangat memerlukan
paradigma kritis, karena paradigma ini akan memberikan tempat yang sama bagi
setiap individu maupun kelompok masyarakat untuk mengembangkan potensi
diri dan kreatifitasnya secara maksimal melalui dialog yang terbuka dan jujur.
Dengan demikian potensi tradisi akan bisa dikembangkan secara maksimal
untuk kemanusiaan.
Ketiga, sebagai mana kita ketahui selama pemerintahan orde baru
berjalan sebuah sistem politik yang represif dan otoriter denganpola yang
hegemonik. Akibatnya ruang publik masyarakat hilang karena direnggutoleh
kekuatan negara. Dampak lanjutannya adalah berkembangnya budaya bisu
dalam masyarakat, sehungga proses demokratisai terganggu karena sikap kritis
diberangus. Untuk mengembangkan budaya demokratis dan memperkuat civil
society dihadapan negara, maka paradigma kritis merupakan alternatif yang
tepat.
Keempat, selama pemerintahan orba yang menggunakan paradigma
keteraturan (order paradigma) dengan teori-teori modern yang direpresentasikan
melalui ideologi developmentalisme, warga PMII mengalami proses marginalisasi
secara hampir sempurna. Hal ini karena PMII dianggap sebagai wakil dari
masyarakat tradisional. Selai itu, paradigma keteraturanpun memiliki
konsekwensi logis bahwa pemerintah harus menjaga harmoni dan
keseimbangan sosialyang meniscayakan adanya gejolak sosial yang harus
ditekan sekecil apapun. Sementara perubahan harus berjalan secara gradual
10
dan perlahan. Dalam suasana demikian masa PMII secara sosiologis akan sulit
berkembang karena tidak memiliki ruang yang memadai untuk mengembangkan
diri, mengimplementasikan kreatifitas dan potensi dirinya.
Kelima, selain belenggu sosial politik yang dilakukan oleh negara dan
sistemkapitalisme global yang terjadi akibat perkembangan situasi, faktor yang
secara spesifik terjadi dikalangan PMII adalah kuatnya belenggu dogmatisme
agama dan tradisi. Dampaknya, secara tidak sadar telah terjadi berbagai
pemahaman yang distortif mengenai ajaran dan fungsu agama. Terjadi
dogmatisasi agama yamg berdampak pada kesulitan membedakan mana yang
dogma dan mana yang pemikiran terhadap dogma. Agamapun menjadi kering
dan beku, bahkan tidak jarang agama justru menjadi penghalang bagi kemajuan
dan penegakan nilai kemanusiaan. Menjadi penting artinya sebuah upaya
dekonstruksi pemahaman keagamaan melalui paradigma kritis 1

1 https://pmiikabbekasi.blogspot.com/
11
MATERI II

AHLUSUUNNAH WAL JAMAAH MANHAJ AL FIKR SEBAGAI HALUAN


ORGANISASI
Pengertian Ahlussunah Wal Jama’ah
Pengertian Ahlussunah Wal Jama’ah dijelaskan oleh Syaikh Abdul Qadir
Al-Jailani:
Artinya: “Yang dimaksud dengan As-Sunah adalah apa yang telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan beliau). Sedangkan
pengertian Al-Jama’ah adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan
para Sahabat Nabi Muhammad SAW pada masa Khulafaurrashidin yang empat
telah diberi hidayah (mudah-mudahan Allah SWT member Rahmat pada mereka
semua).” (Al-Ghunyah li Thalibi Thariq Al-Haqq, Juz II., Hal. 80).
Syaikh Abi Al-Fadhl bin Abdussyukur menjelaskan pengertian
Ahlussunah Wal Jama’ah:
Artinya: “Yang disebut Ahlussunah Wal Jama’ah adalah orang-orang yang selalu
berpedoman pada As- Sunah Nabi Muhammad SAW dan jalan pada sahabatnya
dalam masalah aqidah keagamaan, amal-amal lahiriyah serta akhlaq hati.” (Al-
Kawakib al-Lamma’ah, Hal. 8-9).
Mengenai dasar apa saja Sumber Hukum Islam yang dipakai oleh aliran
Ahlussunah wal Jama’ah dalam menentukan hukum Islam, adalah sesuai
dengan firman Allah SWT:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, patuhlah kamu kepada Allah SWT,
dan patuhlan kamu kepada Rasul serta Ulu Al-Amri diantara kamu sekalian,
kemudian jika kamu berselisih paham tentang sesuatu, maka kembalilah kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya, jika benar-benar kamu beriman pada hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa:
59).
Berdasarkan ayat ini, ada empat dalil yang dapat dijadikan pijakan
dalam menentukan hukum, yakni Al- Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas.
Dari sinilah ditemukan bahwa makna Aswaja adalah ajaran yang
mengikuti apa yang Rasul, dan Sahabat kerjakan. Dengan demikian pada
dasarnya aswaja sudah ada pada zaman Rasul. tetapi Aswaja pada waktu itu

12
hanya sebagai realitas komunitas muslim belum ada. Atau dengan kata lain
kaum muslimin pada masa Rasulullah itulah Aswaja. Dengan demikian
Ahlusunnah waljama'ah secara umum dapat diartikan sebagai "para pengikut
tradisi Nabi Muhammad dan ijma (kesepakatan) ulama".2
Aswaja sebagai Manhaj Al-Fikr
Dalam wacana metode pemikiran, para teolog klasik dapat dikategorikan
menjadi empat kelompok. Pertama, kelompok rasioalis yang diwakili oleh aliran
Mu’tazilah yang pelapori oleh Washil bin Atho’, kedua, kelompok tekstualis
dihidupkan dan dipertahankan oleh aliran salaf yang munculkan oleh Ibnu
Taimiyah serta generasi berikutnya. Ketiga, kelompok yang pemikirannya
terfokuskan pada politik dan sejarah kaum muslimin yang diwakili oleh syi’ah dan
Khawarij, dan keempat, pemikiran sintetis yang dikembangkan oleh Abu Hasan
al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi.
Didalam PMII Aswaja dijadikan Manhajul Fikri artinya Aswaja bukan
dijadikan tujuan dalam beragama melainkan dijadikan metode dalam berfikir
untuk mencapai kebenaran agama. Walaupun banyak tokoh yang telah mencoba
mendekontruksi isi atau konsep yang ada dalam aswaja tapi sampai sekarang
Aswaja dalam sebuah metode berfikir ada banyak relevasinya dalam kehidupan
beragama, sehingga PMII lebih terbuka dalam mebuka ruang dialektika dengan
siapapun dan kelompok apapun.
Rumusan aswaja sebagai manhajul fikri pertama kali diintrodusir oleh
Kang Said (panggilan akrab Said Aqil Siradj) dalam sebuah forum di Jakarta
pada tahun 1991. Upaya dekonstruktif ini selayaknya dihargai sebagai produk
intelektual walaupun juga tidak bijaksana jika diterima begitu saja tanpa ada
discourse panjang dan mendalam dari pada dipandang sebagai upaya ‘merusak’
norma atau tatanan teologis yang telah ada. Dalam perkembangannya, akhirnya
rumusan baru Kang Said diratifikasi menjadi konsep dasar aswaja di PMII.
Prinsip dasar dari aswaja sebagai manhajul fikri meliputi ; tawasuth (mederat),
tasamuh (toleran) dan tawazzun (seimbang). Aktualisasi dari prinsip yang
pertama adalah bahwa selain wahyu, kita juga memposisikan akal pada posisi
yang terhormat (namun tidak terjebak pada mengagung- agungkan akal) karena
martabat kemanusiaan manusia terletak pada apakah dan bagaimana dia
2
Kristeva nur sayyid santoso 2016 hand out materi kaderisasi,(cilacap jawa tengah: Ponpes Al-
Madaniyyah As-Salafiyyah).hlm 9
13
menggunakan akal yang dimilikinya. Artinya ada sebuah keterkaitan dan
keseimbangan yang mendalam antara wahyu dan akal sehingga kita tidak
terjebak pada paham skripturalisme (tekstual) dan rasionalisme.
Selanjutnya, dalam konteks hubungan sosial, seorang kader PMII harus
bisa menghargai dan mentoleransi perbedaan yang ada bahkan sampai pada
keyakinan sekalipun. Tidak dibenarkan kita memaksakan keyakinan apalagi
hanya sekedar pendapat kita pada orang lain, yang diperbolehkan hanyalah
sebatas menyampaikan dan mendialiektikakakan keyakinan atau pendapat
tersebut, dan ending-nya diserahkan pada otoritas individu dan hidayah dari
Tuhan. Ini adalah menifestasi dari prinsip tasamuh dari aswaja sebagai manhajul
fikri. Dan yang terakhir adalah tawazzun (seimbang). Penjabaran dari prinsip
tawazzun meliputi berbagai aspek kehidupan, baik itu perilaku individu yang
bersifat sosial maupun dalam konteks politik sekalipun. Ini penting karena
seringkali tindakan atau sikap yang diambil dalam berinteraksi di dunia ini
disusupi oleh kepentingan sesaat dan keberpihakan yang tidak seharusnya.
walaupun dalam kenyataannya sangatlah sulit atau bahkan mungkin tidak ada
orang yang tidak memiliki keberpihakan sama sekali, minimal keberpihakan
terhadap netralitas. Artinya, dengan bahasa yang lebih sederhana dapat
dikatakan bahwa memandang dan menposisikan segala sesuatu pada
proporsinya masing-masing adalah sikap yang paling bijak, dan bukan tidak
mengambil sikap karena itu adalah manifestasi dari sikap pengecut dan
oportunis.
1.Tawwasuth (Moderat)
Tawassuth bisa dimaknai sebagai berdiri di tengah, moderat, tidak
ekstrim (baik ke kanan maupun ke kiri), tetapi memiliki sikap dan pendirian.hal ini
sesuai dengan sabda Nabi muhammad SAW bahwa Khairul umur awsathuha
(Paling baiknya sesuatu adalah pertengahannya). Tawassuth merupakan nilai
yang mengatur pola pikir, yaitu bagaimana seharusnya kita mengarahkan
pemikiran kita. Dalam rentang sejarah, kita menemukan bahwa nilai ini mewujud
dalam pemikiran para imam yang telah disebut di atas.
Di bidang aqidah atau teologi, Al-Asy’ari dan Al-Maturidi hadir sebagai
dua pemikir yang tawassuth. Di satu sisi mereka berusaha untuk menghindari
pemikiran Mu’tazilah yang terlalu rasional dan memuja-muja kebebasan berpikir
sehingga menomorduakan al-quran dan sunnah rasul. Tetapi di sisi lain beliau
14
tidak sepakat dengan golongan Salafi yang sama sekali tidak memberi tempat
bagi akal dan memaknai al-quran dan hadits secara tekstual. Mereka berusaha
menggabungkan dua pendekatan itu dan kemudian melahirkan dua konsep
teologi yang saling melengkapi.
Di bidang fiqih atau hukum Islam kita juga mendapatkan Abu Hanifah,
Malik bin Anas, Al-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal sebagai para pemikir yang
moderat. Mereka berempat dengan ciri khasnya masing-masing membangun
konsep fiqih Islam yang di dasarkan kepada Al-quran dan hadits, namun
pemahamannya tidak terjebak kepada fiqh yang terlalu bersandar kepada tradisi
ataupun kepada rasionalitas akal belaka.
Di bidang tasawuf Al-Junaid tampil dengan pemikiran tasawuf yang
berusaha mencari sinergitas antara kelompok falsafi dengan konservatif. beliau
berhasil melahirkan konsep tasawuf sunni yang menjadikan taqwa (syari’ah)
sebagai jalan utama menuju haqiqah. Dengan demikian, beliau berhasil
mengangkat citra tasawuf yang waktu itu dianggap sebagai ajaran sesat sebab
terlalu menyandarkan diri kepada filsafat Yunani dan tidak lagi mematuhi rambu-
rambu syari’ah, seperti ajaran sufi Al-Hallaj. Apa yang dilakukan oleh al-Junaid
sama dengan Wali Sanga pada masa awal Islam di Jawa ketika menolak ajaran
tasawuf Syekh Siti Jenar.
Dalam sejarah filsafat Islam pun kita mendapatkan seorang Al-Ghazali
yang mampu mempertemukan antara konsep-konsep filosofis dengan al-quran
dan hadits. Dia terlebih dahulu mementahkan teori-teori filsafat yang menurutnya
menyimpang dari ajaran Islam seperti Ikhwan al- Shafa. Kemudian menjadikan
nilai-nilai al-quran dan hadits sebagai pemandu pemikiran filosofis. Bukan filsafat
yang ditolak Al-Ghazali, melainkan silogisme–silogisme filosofis yang
bertentangan dengan al- quran dan hadits.
2.Tasammuh (Toleran)
Pengertian tasamuh adalah toleran. Sebuah pola sikap yang
menghargai perbedaan, tidak memaksakan kehendak dan merasa benar sendiri.
Nilai yang mengatur bagaimana kita harus bersikap dalam hidup sehari-hari,
khususnya dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Tujuan akhirnya
adalah kesadaran akan pluralisme atau keragaman, yang saling melengkapi
bukan membawa kepada perpecahan.
Kita bisa menengok sejarah, bagaimana sikap para imam yang telah
15
disebutkan di atas terhadap para penentang dan ulama-ulama lain yang berbeda
pendapat dengan mereka. Para Imam tidak pernah menyerukan pelaknatan dan
pengadilan kepada mereka, selama ajaran mereka tidak mengancam eksistensi
agama Islam. Lihat pula bagaimana sikap Wali Sanga terhadap umat beragama
lain (Hindu-Budha) yang sudah lebih dulu ada di Jawa. Yang terpenting bagi
mereka adalah menciptakan stabilitas masyarakat yang dipenuhi oleh
kerukunan, sikap saling menghargai, dan hormat- menghormati.
Di wilayah kebudayaan, kita bisa menengok bagaimana Wali Sanga mampu
menyikapi perbedaan ras, suku, adat istiadat, dan bahasa sebagai élan dinamis
bagi perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Perbedaan itu berhasil
direkatkan oleh sebuah cita-cita bersama untuk membentuk masyarakat yang
berkeadilan, keanekaragaman saling melengkapi, Unity in plurality.
3.Tawwazun (Seimbang)
Tawazun berarti keseimbangan dalam pola hubungan atau relasi baik
yang bersifat antar individu, antar struktur sosial, antara Negara dan rakyatnya,
maupun antara manusia dan alam. Keseimbangan di sini adalah bentuk
hubungan yang tidak berat sebelah, tidak menguntungkan pihak tertentu dan
merugikan pihak yang lain. Tetapi, masing-masing pihak mampu menempatkan
dirinya sesuai dengan fungsinya tanpa mengganggu fungsi dari pihak yang lain.
Hasil yang diharapkan adalah terciptanya kedinamisan hidup.
Dalam ranah sosial yang ditekankan adalah egalitarianisme (persamaan
derajat) seluruh umat manusia. Tidak ada yang merasa lebih dari yang lain, yang
membedakan hanyalah tingkat ketakwaannya. Tidak ada dominasi dan
eksploitasi seseorang kepada orang lain, termasuk laki-laki terhadap perempuan
. Maka kita lihat dalam sejarah, Nabi Muhammad SAW dan khulafaurrasyidun
dengan tegas menolak dan berusaha menghapus perbudakan. Bagitu juga,
sikap NU yang dengan tegas menentang penjajahan dan kolonialisme terhadap
bangsa Indonesia.
Dalam wilayah politik, tawazun meniscayakan keseimbangan antara
posisi Negara (penguasa) dan rakyat. Penguasa tidak boleh bertindak
sewenang-wenang, menutup kran demokrasi, dan menindas rakyatnya.
Sedangkan rakyat harus selalu mematuhi segala peraturan yang ditujukan untuk
kepentingan bersama, tetapi juga senantiasa mengontrol dan mengawasi
jalannya pemerintahan. Kita lihat bagaimana sikap Ahmad bin Hanbal kepada Al-
16
Makmun yang menindas para ulama yang menolak doktrin mu’tazilah. Dia
membangun basis perlawanan kerakyatan untuk menolak setiap bentuk
pemaksaan Negara, walaupun dia dan para ulama yang lain harus menahan
penderitaan dan hukuman yang menyakitkan. Namun kita juga bisa melihat
contoh lain sikap seorang al-Ghazali terhadap pemimpin yang adil bernama
Nizam al-Muluk. Dia ikut berperan aktif dalam mendukung setiap program
pemerintahan, memberi masukan atau kritik, dan hubungan yang mesra antara
ulama’ dan umara’ puntercipta. Kita juga bisa membandingkannya dengan posisi
Wali Sanga sebagai penasehat, pengawas dan pengontrol kerajaan Demak.
Dalam wilayah ekonomi, tawazun meniscayakan pembangunan sistem
ekonomi yang seimbang antara posisi Negara, pasar dan masyarakat. Kita
melihat bagaimana Umar bin Abdul Azis mampu membangun ekonomi Islam
yang kokoh dengan menyeimbangkan fungsi Negara (baitul mal) sebagai
pengatur sirkulasi keuangan dan pendistribusian zakat; Mewajibkan setiap
pengusaha, pedagang, dan pendistribusi jasa (pasar) untuk mengeluarkan zakat
sebagai kontrol terhadap kekayaan individu dan melarang setiap bentuk
monopoli; Serta menyalurkan zakat kepada rakyat yang tidak mampu sebagai
modal usaha dan investasi. Sehingga dalam waktu tiga tahun saja telah
terbangun struktur ekonomi yang stabil dan kesejahteraan hidup terjamin. Dalam
wilayah ekologi, tawazun meniscayakan pemanfaatan alam yang tidak
eksploitatif (israf) dan merusak lingkungan. Banyak contoh dalam sejarah yang
menunjukkan sikap ramah terrhadap lingkungan. Larangan menebang pohon
waktu berperang misalkan, atau anjuran untuk reboisasi (penghijauan) hutan.
Begitu juga ketika para intelektual muslim semacam al-Khawarizmi, al-Biruni,
dan yang lain menjadikan alam sebagai sumber inspirasi dan lahan penelitian
ilmu pengetahuan.
4.Ta’addul (Adil)
Yang dimaksud dengan ta’adul adalah keadilan, yang merupakan pola
integral dari tawassuth, tasamuh, dan tawazun. Keadilan inilah yang merupakan
ajaran universal Aswaja. Setiap pemikiran, sikap dan relasi, harus selalu
diselaraskan dengan nilai ini. Pemaknaan keadilan yang dimaksud di sini adalah
keadilan sosial. Yaitu nilai kebenaran yang mengatur totalitas kehidupan politik,
ekonomi, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Sejarah membuktikan
bagaimana Nabi Muhammad mampu mewujudkannya dalam masyarakat
17
Madinah. Bagitu juga Umar bin Khattab yang telah meletakkan fundamen bagi
peradaban Islam yang agung.
Implementasi Aswaja dalam Nilai-Nilai Gerakan
Aswaja sebagai manhaj al-taghayyur al-ijtima’i bisa kita tarik dari nilai-
nilai perubahan yang diusung oleh Nabi Muhammad dan para sahabat ketika
merevolusi masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang tercerahkan oleh
nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan universal. Ada dua hal pokok yang menjadi
landasan perubahan itu:
1.Basis Nilai, yaitu nilai kebenaran qurani dan sunnah nabi yang
diimplementasikan secara konsekwen dan penuh komitmen.
2.Basis Realitas, yaitu keberpihakan kepada kaum tertindas dan masyarakat
lapisan bawah.
Dua basis ini terus menjadi nafas perubahan yang diusung oleh umat Islam yang
konsisten dengan aswaja, termasuk di dalamnya NU dan PMII. Konsistensi di
sini hadir dalam bentuk élan dinamis gerakan yang selalu terbuka untuk dikritik
dan dikonstruk ulang, sesuai dengan dinamika zaman dan lokalitas. Dia hadir
tidak dengan klaim kebenaran tunggal, tetapi selalu berdialektika dengan
realitas, jauh dari sikap eksklusif dan fanatik.
Maka empat nilai yang dikandung oleh aswaja, untuk konteks sekarang harus
kita tafsirkan ulang sesuai dengan perkembangan teori-teori sosial dan ideologi-
ideologi dunia.
1.Tawassuth sebagai pola pikir, harus kita maknai sebagai tidak mengikuti nalar
kapitalisme-liberal di satu sisi dan nalar sosialisme di sisi lain. Kita harus memiliki
cara pandang yang otentik tentang realitas yang selalu berinteraksi dalam tradisi.
Pemaknaannya ada dalam paradigma yang dipakai oleh PMII yaitu paradigma
kritis transformatif.
2.Tasamuh sebagai pola sikap harus kita maknai sebagai bersikap toleran dan
terbuka terhadap semua golongan selama mereka bisa menjadi saudara bagi
sesama. Sudah bukan waktunya lagi untuk terkotak-kotak dalam kebekuan
golongan, apalagi agama. Seluruh gerakan dalam satu nafas pro- demokrasi
harus bahu membahu membentuk aliansi bagi terbentuknya masyarakat yang
lebih baik, bebas dari segala bentuk penindasan dan penjajahan. PMII harus
bersikap inklusif terhadap sesama pencari kebenaran dan membuang semua
bentuk primordialisme dan fanatisme keagamaan.
18
3.Tawazun sebagai pola relasi dimaknai sebagai usaha mewujudkan
egalitarianisme dalam ranah sosial, tidak ada lagi kesenjangan berlebihan antar
sesama manusia, antara laki-laki dan perempuan, antara kelas atas dan
bawah.Di wilayah ekonomi PMII harus melahirkan model gerakan yang mampu
menyeimbangkan posisi Negara, pasar dan masyarakat. Berbeda dengan
kapitalisme yang memusatkan orientasi ekonomi di tangan pasar sehingga
fungsi negara hanya sebagai obligator belaka dan masyarakat ibarat robot yang
harus selalu menuruti kehendak pasar; atau sosialisme yang menjadikan Negara
sebagai kekuatan tertinggi yang mengontrol semua kegiatan ekonomi, sehingga
tidak ada kebebasan bagi pasar dan masyarakat untuk mengembangkan potensi
ekonominya.
Di wilayah politik, isu yang diusung adalah mengembalikan posisi
seimbang antara rakyat dan negara. PMII tidak menolak kehadiraan negara,
karena Negara melalui pemerintahannya merupakan implementasi dari
kehendak rakyat. Maka yang perlu dikembalikan adalah fungsi negara sebagai
pelayan dan pelaksana setiap kehendak dan kepentingan rakyat. Di bidang
ekologi, PMII harus menolak setiap bentuk eksploitasi alam hanya semata-mata
demi memenuhi kebutuhan manusia yang berlebihan.
Maka, kita harus menolak nalar positivistik yang diusung oleh neo-
liberalisme yang menghalalkan eksploitasi berlebihan terhadap alam demi
memenuhi kebutuhan bahan mentah, juga setiap bentuk pencemaran lingkungan
yang justru dianggap sebagai indikasi kemajuan teknologi dan percepatan
produksi.
4.Ta’adul sebagai pola integral mengandaikan usaha PMII bersama seluruh
komponen masyarakat, baik nasional maupun global, untuk mencapai keadilan
bagi seluruh umat manusia. Keadilan dalam berpikir, bersikap, dan relasi.
Keadilan dalam ranah ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, dan seluruh
ranah kehidupan. Dan perjuangan menuju keadilan universal itu harus
dilaksanakan melalui usaha sungguh-sungguh, bukan sekadar menunggu
anugerah dan pemberian turun dari langit.19
Otoritas & Kontekstualisasi Aswaja di PMII
Secara singkat posisi Aswaja di PMII dapat dilihat sebagai berikut.
Dalam upaya memahami, menghayati, dan mengamalkan Islam, PMII
menjadikan ahlussunnah wal jama’ah sebagai manhaj al-fikr sekaligus manhaj
19
al-taghayyur al-ijtima’i (perubahan sosial) untuk mendekonstruksikan sekaligus
merekonstruksi bentuk-bentuk pemahaman dan aktualisasi ajaran-ajaran agama
yang toleran, humanis, anti-kekerasan, dan kritis-transformatif (dalam NDP dan
PKT PMII).
Bagi PMII, Aswaja merupakan basis dasar nilai organisasi. Hal ini berarti
kehidupan dan gerakan PMII senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai tersebut
sehingga secara langsung membentuk identitas komunitas. Lebih dari itu,
Aswaja merupakan inspirasi gerakan dan sekaligus alat bergerak yang
membimbing para aktivisnya dalam memperjuangkan cita-cita kebangsaan dan
kemanusiaan. Ini sudah dibuktikan misalnya komitmen gerakan yang tidak
melenceng dari cita-cita kebangsaan itu, sementara di sisi lain tetap
berkomitmen dengan cita-cita Islam yang humanis, pluralis, demokratis, egaliter,
dan menjunjung tinggi nilai- nilai keadilan. Di atas landasan ini pula organisasi
PMII bergerak membangun jati diri komunitasnya dan arah gerakannya. Berikut
ini beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam Aswaja PMII: 1) Maqosidu Al-
Syar`iy (Tujuan Syariah Islam); 2) Hifdzunnafs (menjaga jiwa); 3) Hifdzuddin
(menjaga agama); 4) Hfdzul`aqli (menjaga aqal); 5) Hifdzulmaal (menjaga harta);
6) Hifdzul nasab (menjaga nasab)
Kontekstualisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Maqosidu Al-Syar`iy:
1) Hifzunnafs Menjaga hak hidup (hak azazi manusia); 2) Hifdzuddin pluralisme
(kebebasan berkeyakinan); 3) Hfdzul `aqli (kebebasan berfikir); 4) Hifdzulmaal
(kebebasan mencari penghidupan); 5) hifdzul nasab (kearifan local)
Karakteristik ulama ahlussunnah waljama`ah dalam berfikir dan bertindak: 1)
Tasamuh (toleran); 2) Tawazun (menimbang-nimbang); 3) Ta’adul (berkeadilan
untuk semua); 4) Adamu ijabi birra`yi (tidak merasa paling benar); 5)
Adamuttasyau` (tidak terpecah belah); 6) Adamulkhuruj (tidak keluar dari
golongan); 7) Alwasatu (selalu berada ditengah-tengah); 8) Luzumuljamaah
(selalu berjamaah); 9) Adamu itbailhawa (tidak mengikuti hawa nafsu); 10)
Puncak dari semuanya adalah Ta’awun (saling tolong menolong).3

3
Kristeva nur sayyid santoso 2016 hand out materi kaderisasi,(cilacap jawa tengah: Ponpes Al-
Madaniyyah As-Salafiyyah).hlm 28
20
MATERI III

NILAI DASAR PERGERAKAN II


Sejarah NDP
Pada tahun 1972, PMII mendeklarasikan independensi dari urusan
politik praktis, termasuk dengan Nahdlatul `Ulama (NU) yang pada waktu itu
masih menjadi partai politik. Hal tersebut dilakukan karena PMII memang harus
menegaskan visinya sebagai organisasi yang lepas dari kepentingan partai
politik (MLS PMII). Peristiwa ini dikenal dengan deklarasi independensi
Murnajati-Malang. Deklarasi tersebut di tegaskan kembali pada kongres PMII
tahun 1973.
Hal itulah yang menjadi salah satu alasan penting PMII untuk segera
merumuskan Nilai Dasar Perjuangan (NDP)_(kemudian di sempurnakan menjadi
Nilai Dasar Pergerakan), karena setelah deklarasi independensi praktis cara
perekrutan anggota (sistem pengkaderan) berubah, dari yang biasannya melalui
pendekatan ideologi maupun kultur-historis menjadi pendekatan melalui program
atau konsekwensi saja. Perubahan model pendekatan tersebut ternyata menjadi
bumerang untuk PMII sendiri. Dengan perubahan itu, PMII perlahan kehilangan
indentitasnya sebagai organisasi yang berlandaskan Islam Aswaja (sebelumnya
PMII lekat dengan ajaran Aswaja). Perumusan NDP ini di butuhkan untuk
memberi arah dan motivasi, memimpin tingkah laku warga pergerakan (sebutan
untuk anggota dan kader PMII) dan juga memberikan dasar pembenar terhadap
apa yang akan dan mesti dilakukan untuk mencapai tujuan perjuangan sesuai
dengan visi didirikannya organisasi tersebut.
Kongres PMII yang dilakukan di Bogor (1973) menghasilkan keputusan
pentingnya NDP. Kemudian, pada Musyawarah Nasional (Munas) ke-3 PMII
yang dilaksanakan pada tahun 1976 menjadi cikal-bakal perumusan NDP PMII.
Dalam musyawarah tersebut diputuskan mengenai penyusunan NDP yang
meliputi pengertian, posisi, kerangka, dan urgensi NDP bagi PMII. Namun,
gagasan ini tidak cepat terealisasi sampai kepengurusan silih berganti. Baru
pada tahun 1985, tepatnya pada kongres ke-8 perumusan NDP kembali di bahas
21
secara serius. Keseriusan itu di tunjukkan dengan keputusan menugaskan pada
PB PMII periode 1985-1988 untuk melengkapi dan menyusun secara utuh dan
menyeluruh NDP PMII. Keputuasn tersebut di tindaklanjuti dengan membentuk
tim perumus yang diisi oleh para kader Surakarta (Solo). Ada beberapa alasan
kenapa harus memilih kader dari Surakarta (Solo), alasan tersebut diantara
karena di Surakarta (Solo) banyak tokoh `Ulama besar yang juga sebagai
akademisi (KH. Baidlowi, KH. Luqman Suryani, H. Mustahal Ahmad, dan
sebagainya), Solo juga sebagai titik munculnya gagasan perumusan NDP PMII
ini. Selain kota Solo, kota Jember dan Yogyakarta juga di sebut sebagai kota
yang memiliki peran dalam hal tersebut.
Sejak saat itulah, perumusan NDP mulai berjalan. Tim yang diketuai
oleh sahabat Nuhkbah El Mankhub (Ketua PC PMII Surakarta 1982-1983) terus
melakukan diskusi rutin, konsultasi, dan sowan pada para kyai untuk
menemukan rumusan NDP PMII. Selain itu, Pengurus Cabang PMII didorong
untuk mengadakan seminar dengan tema yang di sesuaikan dengan kebutuhan
perumusan NDP. Bahkan, pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban dari
pemateri pada saat acara Mapaba dan PKD yang sesuai dengan perumusan
NDP itu dikumpulkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyusunan NDP PMII
benar-benar serius.
Acara bertajuk “Lokakarya Penyusunan NDP Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia” diadakan untuk membahas hasil pengumpulan rumusan NDP.
Pembahasan dilakukan secara terbuka dengan mengundang sejumlah cabang
lain. Selain itu, hasil dari pengumpulan ini didiskusikan dengan cara mendatangi
secara langsung cabang-cabang terdekat, seperti Yogyakarta, Salatiga, dan
Semarang.
Hasil dari lokakarya dan proses diskusi selama kurang lebih 2 tahun
tentang rumusan NDP PMII inilah yang akan bawa pada Kongres. Hasil itu
dibacakan secara langsung oleh ketua tim perumus, yaitu sahabat Nukhbah El
Mankhub dalam Kongres PMII di Surabaya pada tahun 1988. 4
Terminologi NDP
Nilai Dasar Pergerakan (NDP) adalah nilai-nilai yang secara mendasar
merupakan sublimasi nilai- nilai ke-Islaman, seperti kemerdekaan (al-hurriyyah),

4https://www.indonesiana.id/read/156356/menakar-sejarah-singkat-terbentuknya-nilai-dasar-pergerakan-
ndp-pergerakan-mahasiswa-islam-indonesia-pmii
22
persamaan (al-musawa), keadilan ('adalah), toleran (tasamuh), damai (al-shuth),
dan ke Indonesiaan (pluralisme suku, agama, ras, pulau, persilangan budaya)
dengan kerangka paham ahlussunah wal jama' ah yang menjadi acuan dasar
pembuatan aturan dan kerangka pergerakan organisasi.
NDP merupakan pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islam
mendasari dan memberi spirit serta elan vital pergerakan yang meliputi iman
(aspek aqidah), Islam (aspek syariah), ihsan (aspek etika, akhlaq dan tasawuf)
dalam rangka memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan akherat. Dalam
upaya memahami, menghayati dan mengamalkan Islam tersebut, PMII
menjadikan ahlussunah wal jama'ah sebagai manhaj al-fikr sekaligus manhaj al-
taghayyur al-ijtima'i (perubahan sosial) untuk mendekonstruksi dan
merekonstruksi bentuk-bentuk pemahaman dan aktualisasi ajaran-ajaran agama
yang toleran, humanis, anti-kekerasan, dan kritis transformatif.
Fungsi NDP
Pertama, Kerangka Refleksi. Sebagai kerangka refleksi NDP bergerak
dalam pertarungan ide-ide, paradigma, nilai-nilai yang akan memperkuat level
kebenaran-kebenaran ideal. Subtansi ideal tersebut menjadi suatu yang
mengikat, absolut, total, universal berlaku menembus ruang dan waktu
(muhlamul qat’i) kerangka refleksi ini menjadi moralitas gerakan sekaligus
sebagai tujuan absolut dalam mencapai nilai-nilai kebenaran, kemerdekaan,
kemanusiaan.
Kedua, Kerangka Aksi. Sebagai kerangka aksi NDP bergerak dalam
pertarungan aksi, kerja-kerja nyata, aktualisasi diri, analisis sosial untuk
mencapai kebenaran faktual. Kebenaran sosial ini senantiasa bersentuhan
dengan pengalaman historis, ruang dan waktu yang berbeda dan berubah.
Kerangka aksi ini memungkinkan warga pergerakan menguji, memperkuat dan
bahkan memperbaharui rumusan kebenaran historisitas atau dinamika sosial
yang senantiasa berubah.
Ketiga, Kerangka Ideologis. Kerangka ideologis menjadi rumusan yang
mampu memberikan proses ideologisasi disetiap kader, sewkaligus memberikan
dialektika antara konsep dan realita yang mendorong proses progressif dalam
perubahan sosial. Kerangka ideologis juga menjadi landasan pola pikir dan
tindakan dalam mengawal perubahan sosial yang memberikan tempat pada
demokratisasi dan Hak Asasi Manusia (HAM).
23
Kedudukan NDP
Pertama, NDP menjadi sumber kekuatan ideal-moral dari aktivitas pergerakan.
Kedua, NDP menjadi pusat argumentasi dan pengikat kebenaran dati kebebasan
berfikir, berucap, bertindak dalam aktivitas pergerakan.
Rumusan NDP Tauhid
Mengesakan Allah SWT merupakan nilai paling asasi dalam sejarah
agama samawi. Didalamnya terkandung hakikat kebenaran manusia. (Al-Ikhlas,
AI-Mukmin: 25, AI-Baqarah: 130-131). Subtansi tauhid;
‫طفَ ْي َٰنَهُ فِّى ٱلدُّ ْنيَا ۖ َوإِّنَّهۥُ فِّى ٱ ْل َءاخِّ َر ِّة‬
َ ‫ص‬
ْ ‫سهۥ ُ ۚ َولَقَ ِّد ٱ‬ َ ‫عن ِّملَّ ِّة إِّب َٰ َْر ِّهۦ َم إِّ ََّّل َمن‬
َ ْ‫س ِّفهَ نَف‬ َ ‫َب‬
ُ ‫َو َمن يَ ْرغ‬
ََّٰ ‫لَمِّنَ ٱل‬
َ‫صلِّحِّ ين‬
Artinya: Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan
orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di
dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang
saleh.5(Al Baqoroh :130)

َ‫ب ٱ ْل َٰ َعلَمِّين‬
ِّ ‫ِّإذْ قَا َل لَهۥُ َربُّهۥُ أ َ ْس ِّل ْم ۖ قَا َل أ َ ْسلَ ْمتُ ل َِّر‬
Artinya: Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!"
Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".

(1) Allah adalah Esa dalam Dzat, sifat dan perbuatan-Nya,


‫قُ ْل ه َُو ٱ َّللُ أ َ َحد‬
Artinya: Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa
‫ص َم ُد‬
َ ‫ٱ َّللُ ٱل‬
Artinya: Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu.
(2) Tauhid merupakan keyakinan atas sesuatu yang lebih tinggi dari alam
semesta, serta merupakan manifestasi dati kesadaran dan keyakian
kepada haI yang ghaib (AI-Baqarah:3, Muhammad:14-15, AI-Alaq: 4, A l-
Isra: 7),
‫ع َم ِّل ِّهۦ َوٱت َبَعُوا أ َ ْه َوا َءهُم‬
َ ‫أَفَ َمن َكانَ َعلَ ٰى بَ ِّينَ ٍة مِّن َربِّ ِّهۦ َك َمن ُزيِّنَ لَهُۥ سُو ُء‬

5
. https://tafsirweb.com/570-surat-al-baqarah-ayat-130.htmlv
24
Artinya: Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang
datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan) menjadikan dia
memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa
nafsunya?

(3) Tauhid merupakan titik puncak keyakinan dalam hati, penegasan lewat lisan
dan perwujudan nyata lewat tindakan,
(4) Dalam memaharni dan mewujudkannya pergerakan telah memilih
ahlussunah wal jama' ah sebagai metode pemahaman dan keyakinan itu.
Hubungan Manusia dengan Allah.
Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu. Dia mencipta manusia
sebaik-baik kejadian dan menempatkan pada kedudukan yang mulia. Kemuliaan
manusia antara lain terletak pada kemampuan berkreasi, berfikir dan memiliki
kesadaran moral. Potensi itulah yang menempatkan posisi manusia sebagai
khalifah & hamba Allah (AI-Anam:165, Yunus: 14.)
َٰ
َ‫ْف ت َ ْع َملُون‬ َ ‫ض م ِّۢن بَ ْع ِّد ِّه ْم ِّلنَنظُ َر َكي‬ َ ‫ث ُ َّم َج َع ْل َٰنَكُ ْم َخلَئ‬
ِّ ‫ِّف فِّى ٱ ْْل َ ْر‬
Artinya: Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di
muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu
berbuat.
Hubungan Manusia dengan Manusia.
Allah meniupkan ruh dasar pada materi manusia. Tidak ada yang lebih
utama antara yang satu dengan yang lainnya kecuali ketaqwaannya (AI-
Hujurat:13). Pengembangan berbagai aspek budaya dan tradisi dalam
kehidupan manusia dilaksanakan sesuai dengan nilai dari semangat yang dijiwai
oleh sikap kritis dalam kerangka religiusitas. Hubungan antara muslim dan non-
muslim dilakukan guna membina kehidupan manusia tanpa mengorbankan
keyakinan terhadap kebenaran universalitas Islam.
َ‫ارفُو ۟ا ۚ ِّإ َّن أ َ ْك َر َمكُ ْم عِّند‬َ ‫اس ِّإنَّا َخلَ ْق َٰنَكُم مِّن ذَك ٍَر َوأُنث َ َٰى َو َج َع ْل َٰنَكُ ْم شُعُوبًا َوقَ َبا ِّئ َل ِّلت َ َع‬
ُ َّ‫َٰ َيأ َ ُّي َها ٱلن‬
‫ير‬
ٌ ِّ‫علِّي ٌم َخب‬
َ ‫ّلل‬ َ
َ َّ ‫ّلل أتْقَ َٰىكُ ْم ۚ إِّ َّن ٱ‬
ِّ َّ ‫ٱ‬
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
25
Mengenal.
Hubungan Manusia dengan Alam.
Alam semesta adalah ciptaan Allah. Allah menunjukkan tanda-tanda
keberadaan, sifat dan perbuatan Allah. Berarti juga tauhid meliputi hubungan
manusia dengan alam (As-Syura: 20) Perlakukan manusia dengan alam
dimaksudkan untuk memakmurkan kehidupan dunia dan akherat. Jadi manusia
harus mentransendentasikan segala aspek kehidupan manusia.
NDP yang digunakan PMII dipergunakan sebagai landasan teologis, normatif
dan etis dalam pola pikir dan perilaku. Dati dasar-dasar pergerakan tersebut
muaranya adalah untuk mewujudkan pribadi muslim yang berakhlaq dan berbudi
luhur, dan memiliki konstruksi berfikir kritis dan progressif.
NDP: Landasan Gerak Berbasis Teologis
NDP adalah sebuah kerangka gerak, ikatan nilai atau landasan pijak.
Didalam PMII maka kita akan kenal dengan istilah NDP (Nilai Dasar
Pergerakan). NDP adalah sebuah landasan fundamental bagi kader PMII dalam
segala aktivitas baik-vertical maupun horizontal. NDP sesungguhnya kita atau
PMII akan mencoba berbicara tentang posisi dan relasi yang terkait dengan apa
yang akan kita gerakkan.
PMII berusaha menggali sumber nilai dan potensi insan warga
pergerakan untuk kemudian dimodifikasi didalam tatanan nilai baku yang
kemudian menjadi citra diri yang diberi nama Nilai Dasar Pergerakan (NDP)
PMII. Hal ini dibutuhkan untuk memberi kerangka, arti motifasl, wawasan
pergerakan dan sekaligus memberikan dasar pembenar terhadap apa saja yang
akan mesti dilakukan untuk mencapai cita-cita perjuangan.
Insaf dan sadar bahwa semua ini adalah keharusan bagi setiap kader
PMII untuk memahami dan menginternalisasikan nilai dasar PMII tersebut, baik
secara personal maupun secara bersama-sama, sehingga kader PMII
diharapkan akan paham betul tentang posisi dan relasi tersebut. Posisi dalam
artia, di diri kita sebagai manusia ada peran yang harus kita lakukan dalam satu
waktu sebagai sebuah konsekuensi logis akan adanya kita. Peran yang
dimaksud adalah diri kita sebagai hamba, diri kita sebagai makhluq, dan diri kita
sebagai manusia.
Ketiga posisi di atas merupakan sebuah kesatuan yang koheren dan
saling menyatu. Sehingga Relasi yang terbentuk adalah relasi yang saling
26
topang dan saling menyempurnakan. Akibat dari posisi tersebut maka akan
muncul relasi yang sering diistilahkan sebagai hablun mina Allah, hablun mina
an-naas dan mu'amalah.
Dalam ihtiar untuk mewujudkan perintah Tuhan Yang Maha Kuasa maka ketiga
relasi di atas harus selaiu dan selalu berangkat dari sebuah keyakinan IMAN,
prinsip ISLAM, dan menuju IHSAN. Inilah yang nantinya akan menjadi acuan
dasar bagi setiap warga pergerakan dalam melakukan segala ihtiar dalam segala
posisi.
‫َمن َكانَ ي ُِّريد ُ َح ْرثَ ٱ ْل َءاخِّ َرةِّ ن َِّزدْ لَهۥُ فِّى َح ْرثِّ ِّهۦ ۖ َو َمن َكانَ ي ُِّريد ُ َح ْرثَ ٱلدُّ ْنيَا نُؤْ تِّ ِّهۦ مِّ ْن َها َو َما لَهۥُ فِّى‬
‫ب‬
ٍ ‫صي‬ ِّ َّ‫ٱ ْل َءاخِّ َر ِّة مِّن ن‬
Artinya: Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan
Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki
keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia
dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.
Pemaknaan dan Arti NDP
Secara esensial NDP PMII adalah suatu sublimasi nilai ke-Islam-an dan
ke-Indonesia-an dengan kerangkan pemahaman Ahfussunnah waf Jama'ah yang
terjiwai oleh berbagai aturan, memberi arah, mendorong serta menggerakkan
apa yang dilakoni PMII sebagai sumber keyakinan dan pembenar mutlak. Islam
mendasarl dan menginspirasi NDP yang meliputi cakupan Aqidah, Syari'ah dan
Akhlaq dalam upaya memperolah kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
Dalam kerangka inilah PMII menjadikan Ahussunah wal Jama'ah sebagai
Manhaj af-fikr (methodologi mencari) untuk mendekonstruksi bentuk-bentuk
pemahaman keagamaan yang benar.
Fungsi, Peran dan Kedudukan NDP
Secara garis besarnya Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII akan berfungsi dan
berperan sebagai :
Landasan Pijak PMII
Landasan pijak dalam artian bahwa NDP diperankan sebagai landasan pijak bagi
setiap gerak dan langkah serta kebijakan yang dilakukan oleh PMII.
Landasan Berfikir PMII
Bahwa NDP menjadi landasan pendapat yang dikemukakan terhadap persoalan-
persoalan yang akan dan sedang dihadapi oleh PMII.
Sumber Motifasi PMII
27
NDP juga seyogyanya harus menjadi pendorong bagi anggota PMII
untuk berbuat dan bergerak sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan dan
terkandung didalamnya.
Sedangkan kedudukan NDP dalam PMII bisa kita letakkan pada, Pertama; NDP
haruslah menjadi rumusan nilai-nilai yang dimuat dan menjadi aspek ideal dalam
berbagai aturan dan kegiatan PMII. Kedua; NDP harus menjadi pemicu dan
pegangan bagi dasar pembenar dalam berfikir, bersikap dan berprilaku.
Rumusan dan Isi NDP
Selain itu kita juga harus paham betul tentang isi ataupun rumusan atas Nilai
Dasar Pergerakan kita yang dapat kita gambarkan seperti berikut :
I.Ketuhanan atau Tauhid.
Pengertian ketuhanan adalah bagaimana kita memaknai ketauhidan kita
alas Tuhan. Men-Esa-kan Allah SWT, merupakan nilai paling asasi dalam
sejarah agama samawi. Hal ini sesungguhnya mengandung makna, Pertama;
Allah adalah Esa dalam segala totalitas, dzat, sifat dan perbuatan-perbuatan-
Nya. Allah SWT adalah dzat, yang fungsional, dalam artian menciptakan,
memberi petunjuk, memerintah dan memelihara alam semesta. Allah SWT juga
menanamkan pengetahuan, membimbing, menolong manusia. Kedua; pada saat
keyakinan yang pertama kita wujudkan maka keyakinan terhadap sesuatu yang
lebih tinggi seperti keyakinan terhadap alam semesta, serta kesadaran'
keyakinan kepada yang ghaib merupakan sesuatu hal yang harus dilakukan.
Ketiga; dari kedua hal tersebut, maka tauhid merupakan titik puncak. Mendasari,
memandu dan menjadi sasaran keimanan yang mencangkup keyakinan dalam
hati nilai dari ketahuhidan tersebut harus termanifestasikan dan tersosialisasikan
ke sekelilingnya lewat pemahaman dan penginternalisasian ahlussunah wal
jama'ah sebagai tahapan yang terakhir.
II.Hubungan Manusia dengan Tuhan-Nya (Allah SWT)
Pemaknaan hubungan manusia dengan Allah SWT haruslah dimaknai
dengan kaffah dan konferehenshif, artinya bahwa Allah SWT adalah sang
pencipta yang maha segalanya, termasuk telah menciptakan manusia dengan
sebaik-baiknya (ahsanut taqwin) dan telah menganugerahkan kedudukan
terhormat kepada manusia. Kedudukan tersebut ditandai dengan pemberian
daya fikir, kemampuan berkreasi untuk dilakukan memfungsikan alam sebagai
modal dasar sekaligus perangkat mewujudkan kemaslahatan. Kesemua aktifitas
28
yang coba tidak pernah terlepas dari sebuah essensi melarutkan dan
mengejawantahkan nilai-nilai ke-tauhid-an dengan berpijak wahyu dan seluruh
ciptaan-Nya.
Teologi sebagai Dasar Filosofi Pergerakan
Internalisasi dari nilai-nilai teologis tersebut menumbuhkan filosofi gerak
PMII yang disandarkan pada dua nilai yang sangaf fundamental yakni liberasi
dan independensi. Liberasi merupakan kepercayaan dan komitmen kepada
pentinya (dengan epistemologi gerak-paradigma) untuk mencapai kebebasan
tiap- tiap individu. Praktek dan pemikian liberasi mempunyai dua tema pokok.
Pertama; tidak menyetujui adanya otoritas penuh yang melingkupi otoritas
masyarakat. Kedua; menentang segala bentuk ekspansi dan hegemoni negara
(kekuasaan) terhadap keinginan keinginan bebas individu dan masyarakat dalam
berkreasi, berekspresi, mengeluarkan pendapat, berserikat dan lain sebagainya.
Liberasi didasarkan oleh adanya kemampuan (syakilah) dan kekuatan
(wus'a) yang ada dalam setiap individu. Dengan bahasa lain setiap individu
mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk mengembangkan dirinya. tanpa
harus terkungkung oleh pemikiran, kultur dan struktur yang ada disekitarnya,
sehingga pada akhirnya akan melahirkan apa yang namnya keadilan (al-adalah),
persamaan (al- musawah), dan demokrasi (as-syura).
Kebebasan dalam arti yang umum mempuntai dua makna, yakni
kebebasan dari (fredom from) dan kebebasan untuk (fredom for). Kebebasan
dari merupakan kebebasan dari belenggu alam dan manusia. Sedangkan
kebebasan untuk bermakna bebas untuk berbuat sesuatu yang pada dasarnya
sebagai fungsi untuk mencapai tingkat kesejahteraan seluruh manusiadi muka
bumi. Dalam kaitan ini makasesungguhnya capaian yang harus memuat pada
Usulul al-Khamsah (lima prinsip dasar) yang meliputi; Hifdz al-nasl wa al- irdh,
hifdzul al-'aql, hifdzul ai-nasi, dan hifdz al-mal.6

6Kristeva nur sayyid santoso 2016 hand out materi kaderisasi,(cilacap jawa tengah: Ponpes Al-
Madaniyyah As-Salafiyyah).hlm 20
29
MATERI IV

STRATEGI PENGEMBANGAN PMII BERBASIS POTENSI AKADEMIK DAN


ORIENTASI PROFESI

A.Anggitan Awal
Mencermati dan mengamati sebuah gerakan PMII (Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia),berarti mengadakan sebuah diskusi panjang yang
didalamnya terdapat sekian kelonggaran ruang untuk secara serius
mendialektikan tema-tema pembicaraan itu kedalam agenda yang lebih spesifik
dan runtut.Hal ini diperlukan karena pada pokok pembicaraan itu seringkali
membuang habis energi tanpa adanya perumusan yang dapat didiskusikan
secara terus menerus dan mendasar.Bahwa kondisi kultur seperti ini diperlukan
perubahan sehingga budaya dialog masih menjadi media yang penting bagi
tumbuh dan berkembangnya PMII.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau lebih popular disebut PMII
adalah organisasi kemahasiswaan ekstra Universitas yang lahir pada tanggal 17
April 1960 di kota Surabaya,Jawa Timur.Ia adalah sosok gerakan mahasiswa
yang terbit dari kehendak sejarah dan sekaligus kehadirannya untuk (membuat)
sejarah ditengah kehidupan langgam bangsa yang sedang berlangsung.Proses
kelahiran PMII juga tidak dapat dipisahkan dari kelompok muda yang mewakili
komunitas masyarakat NU yang lebih bercorak agraris,pedesaan dan secara
ekonomi,sosial politik termarginal.Anak-anak muda ini nampaknya sadar bahwa
posisi demikian bila dibiarkan selain membawa dampak yang kurang bagus bagi
pengembangan dan kemajuannya,juga mainstream yang sedang berjalan tidak
menempatkannya dalam posisi keseimbangan dengan kekuatan-kekuatan lain
yang terkesan di 'anak emaskan' oleh tatanan system yang tengah berjalan
(Tahun 1960 an).
Dengan tidak menegasikan dari proses kelahirannya bahwa PMII adalah
lahir dari kultur NU tadi,PMII senantiasa terus bergeliat bersama dinamika
bangsa yang terus bergulir dari satu jaman kejaman berikutnya.Artinya PMII
yang merupakan sintesa dari variabel keislaman,kemahasiswaan,dan
keindonesiaan mencoba menjawab persoalan bangsa sebagai titik focus

30
garapan utamanya sebab sublimasi nilai-nilai dasar yang menjadi acuan
perjuangan PMII (Ideologi Gerakan PMII) tersebut,senantiasa diorientasikan
kepada kepentingan kehidupan bangsa sebagai wujud pengabdian
tertingginya.Disinilah kita kemudian dapat melihat sebuah kerangka dasar
gerakan PMII yang akan diterjemahkan secara konsisten dan terus menerus.
Namun demikian,proses perjalanan PMII tetap dengan warna zaman
yang menjadi pembalutnya.Kita dapat melihat perbedaan itu sangat jelas dalam
periodisasi gerakan PMII dari masa kemasa.Perbedaan itu tidak saja dipengaruhi
oleh gaya atau style gerakan oleh person-person yang menjadi motor
penggeraknya,tetapi lebih ditentukan oleh konstelasi perpolitikan nasional yang
tengah berlangsung.Dengan mencermati hal tersebut maka akan tercipta pada
sebuah gambaran dan asumsi bahwa tingkat keterlibatan PMII dengan persoalan
kebangsaan sungguh sangat kental.
Kekentalan gerakan PMII dengan persoalan bangsa yang dimaksud dapat
diamati lewat gerakan PMII dalam tataran aplikasinya,semisal konsennya PMII
dengan nasib rakyat kecil,penegakan kebenaran,keadilan dan
kejujuran,perawatan moralitas bangsa,penguatan demokrasi,HAM dan lain
sebagainya.Di luar itu semisal urusan-urusan yang bersifat paktis politis adalah
komplementer,itupun dalam batas-batas tertentu dan sangat kondisional.Dengan
kata lain,wujud konkrit dari strategi politik PMII adalah upaya merebut wilayah-
wilayah garapan yang secara riil bersinggungan secara langsung dengan
persoalan masyarakat,karena disinilah kemudian PMII sekaligus dapat dapat
melakukan pendidikan politik yang efektif bagi rakyat.Yaitu model gerakan yang
melibatkan seluruh kekuatan infrastruktur bersama rakyat melakukan proses
pemberdayaan dan penyadaran terhadap posisi sebagai warga Negara dari
sebuah komunitas bangsa.
Hal yang paling mendasar dalam PMII adalah pembekalan dirinya dalam
kapasitas intelektual yang memadai. Sebab, tanpa dasar konsepsional yang
jelas, gerakan PMII juga tidak akan menemukan kejelasan pada wilayah strategi
dan taktik gerakan. Apalagi, asumsi gerakan adalah berawal dari konteks yang
bernama pendidikan. Muh. Hanif dan Zaini Rahman (2000) mengutip Ben Agger
(1992), mengatakan bahwa titik berangkat yang paling strategis bagi PMII adalah
mentransformasikan pendidikan kehidupan intelektual sebagai investasi sosial,
politik, dan kebudayaan. Dalam hal ini adanya semacam sumbangsih terhadap
31
realita dari intektualitas organisasi.
Dalam konteks inilah, semangat liberasi (pembebasan) yang pernah
lahir dalam sejarah pemikiran PMII menjadi sebuah rujukan yang signifikan.
Wilayah pembebasan dari konteks penindasan, baik dari represifitas otoritas
politik (Negara-Media- Partai), maupun otoritas sosial (agama/pendidikan) dan
ekonomi (pasar). Dengan filosofi liberasi akan terjadi proses perjuangan
melampaui segala beban berat kehidupan demi melanjutkan amanat
kemanusiaan sesuai dengan mandat yang diperoleh dari Nilai-nilai Dasar
Pergerakan (NDP).
Sejalan dengan semangat liberasi dan Indenpendensi di atas itulah,
maka PMII juga harus berperan menciptakan ruang bagi publik (public sphere)
yang kondusif untuk mengembangkan kehidupan. Di titik inilah, Free Market of
Ideas (FMI) menjadi signifikan untuk diciptakan pada ruang-ruang
kemasyarakatan, kenegaraan dan keilmuan. Karena perlawanan terhadap
hegemoni Negara, ideologi, pasar, dan Agama harus dihadapi dengan membuka
sekian pintu kesadaran yang sengaja dikunci demi kepentingan kekuasaan.
B. Pengertian Strategi dan Taktik
Strategi berasal dari kata yunani "Strateges" yang berarti "Pemimpin
Tentara".Jadi kata strategi asli berarti kemahiran memimpin tentara,demikian
halnya dapat diartikan sebagai the art of the general.Antoni Henri Jomini (1779-
1869) dan Karl Van Clausewitz (1780-1831) yang merintis dan memulai
mempelajari strategi secara ilmiah.beberapa pengertian strategi :
1.Jomini mengatakan strategi adalah seni menyelenggarakan perang diatas peta
dan meliputi seluruh kawasan operasi.
2.Clausewitz mengatakan strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan
pertempuran untuk kepentingan perang.
3.Lidle hart,seorang inggris yang hidup di Abad 20 setelah mempelajari sejarah
secara global mengatakan strategi adalah seni untuk mendistribusikan dan
menggunakan sarana militer untuk mencapai tujuan politik.Strategi merupakan
seni,olehkarena itu penglihatan dan pengertiannya memerlukan intuisi.
4.Strategi juga merupakan seni sekaligus pengetahuan.
5.Dalam arti sederhana strategi pada dasarnya merupakan suatu kerangka
rencana dan tindakan yang disusun dan disisipkan dalam suatu rangkaian
pentahapan masing- masing merupakan jawaban yang optimal terhadap
32
tantangan-tantangan baru yang mungkin terjadi sebagai akibat dari langkah
sebelumnya dan keseluruhan proses.
Adapun Taktik dalam arti yang paling sederhana adalah serangkaian
cara untuk melaksanakan siasat. Ia merupakan bagian integral dari strategi.
Setrategi adalah sebuah perencanaan untuk menetepkan dimulainya
sebuah gersakan sampai terwujudnya cita-cita gerakan. Sementara taktik adalah
suatu rancangan gerakan yang bersifat spesifik sebagai bagian dari keseluruhan
setrategi gerakan yang dijalankan. Secara mudah bisa dikatakan setrategi
adalah seluruh rencana gerakan sedangkan taktik adalah langkah kongkrit yang
bisa berubah sewaktu-waktu sesuai perkembangan kondisi sosial yang ada.
Potensi Akademik dan Orientasi Profesi
Potensi akademik adalah sejumlah kemampuan yang berkaitan dengan
pengetahuan (kognitif). Potensi ini berkaitan dengan nalar kritis, kecerdasan,
kepekaan dan hal lainnya yang berkaitan langsung dengan pengetahuan
(intelektual) seseorang. Misalnya, pada Selasa, 30 Mei 2023 kemarin ada
mahasiswa ikut lomba Kompetisi Sains Nasional (KSN) dan dia mendapatkan
medali perak. Nah, meskipun tidak mendapat emas, tapi ini adalah potensi
akademik karena untuk mencapai itu diperlukan kemampuan akademik,
pengetahuan, pemahaman dan wawasan.
Lain halnya dengan kemampuan non-akademik, jika seseorang
berprestasi dari atletik, silat, sepak bola maka itu termasuk potensi nonakademik.
Ya, lawan dari dari istilah potensi akademik adalah potensi non-akademik yaitu
sejumlah potensi yang berkaitan dengan keterampilan seseorang di bidang
tertentu, misalnya keterampilan pada bidang keahlian seperti permesinan, jasa
service, jasa jaringan wifi dan lain sebagainya. Tapi baik potensi akademik,
maupun nonakademik bisa didapatkan melalui pendidikan, bisa pendidikan
formal ataupun pendidikan informal atau mungkin nonformal.
Memiliki potensi akademik saat ini masih sangat relevan untuk dijadikan
basis pengembangan PMII. Potensi akademik adalah kemampuan dasar yang
semua orang harus memilikinya, terlepas malas atau tidak. Apabila PMII
akademisnya kuat maka ia bisa mengasai berbagai lini sektor, baik sektor politik,
sosial, pemerintahan, ekonomi maupun kebudayaan. Adapaun soal orientasi
profesi itu hanyalah pilihan, misalnya, jika kita kuliah di jurusan pendidikan maka
jelas masyarakat akan memandang bahwa orientasi profesi kita menjadi seorang
33
guru. Jika kita kuliah kedokteran maka jelas orientasinya berarti berprofesi
menjadi dokter, begitupun seterusnya.
Potensi akademik membimbing kita pada profesi diberbagai lini dan
sektor stratifikasi sosial, karena sebenarnya tujuan kongkrit dari proses
pendidikan itu adalah menaikan status sosial masyarakat. Ya, menurut ilmu
sosiologi bahwa pendidikan adalah cara agar status seseorang bisa naik ke level
yang lebih tinggi, maka hal itu bisa ditempuh melalui pendidikan. Hampir semua
profesi menjadikan potensi akademik ini sebagai syarat untuk menduduki
berbagai profesi, termasuk lembaga pemilu seperti Komisi Pemilihan Umum
(KPU) dan Badan Pengaw Pemilihan Umum (BAWASLU).
Kader PMII harus memiliki potensi akademik, karena hanya dengan
potensi akademiklah ia bisa mandiri. Jika kita memiliki potensi
(akademik/nonakademik) kemampuan ini melekat pada diri kita, dia tidak seperti
uang yang suatu saat bisa hilang atau dicuri orang. Bukan pula seperti jabatan
yang suatu saat bisa habis masa jabatannya. Potensi akademik itu abadi, dia
akan hadir menjadi penerang dalam kehidupan kita dan dimanapun kita berada.
Memiliki kemampuan akademik akan menambah keyakinan pada diri kita,
kalaupun dipangkas senior misalnya, ketahuilah ia akan tetap strong dan eksis
dimanapun ia berada.
Jangan Berharap Pada Jaringan
Jaringan tidak akan memberikan jamiman apa-apa. Memiliki jaringan
luas melalui organisasi itu penting, tapi akan lebih penting jika jejaring tersebut
didukung oleh kemampuan diri baik kemampuan akademik maupun non-
akademik. Misalnya kita lulusan kedokteran kemudian ingin menjadi dokter di
rumah sakit tertentu, maka karena kita kenal dengan orang dalam rumah sakit
tersebut, kita bisa mendapatkan informasi terkait persyaratan apa saja yang
harus dipenuhi agar kita bisa keterima.
Dengan memiliki jaringan atau kenalan luas yang kita bangun selama di
organisasi, kita bisa dengan mudah masuk ke berbagai lembaga manapun. Tapi,
ketika kita memiliki jaringan tersebut, lantas jangan sampai membuat hilang
integritas kita, artinya kita harus bersaing secara sehat dalam menggapai
pekerjaan atau profesi tertentu yang kita tuju bukan karena faktor kedekatan tapi
karena memang kita layak untuk diangkat dalam profesi tersebut atas dasar
kemampuan akademik kita.
34
Meski demikian, sering kali kita menemukan bahwa status sosial yang
didapatkan tidak melalui cara yang profesional, kita sering menyebut cara ini
dengan istilah jalan pintas. Berkaitan dengan hal ini dikembalikan kepada diri kita
masing-masing, tetapi baiknya kita harus tetap menjaga integritas, jangan
sampai citra organisasi PMII rusak hanya gara-gara oknum kader bodoh ingin
bekerja tapi melalui jalan tidak sehat. Sekali lagi persoalan ini dikembalikan
kepada diri individu masing-masing, karena kita bisa menentukan mana yang
baik dan mana yang buruk bagi diri kita.
Intinya, dalam mengembangkan PMII berbasis potensi akademik, kader
PMII harus cerdas, harus pintar, baik secara akademis maupun non-akademis.
PMII jangan lagi dijadikan alasan untuk tidak masuk kuliah apalagi berhenti
kuliah. Ingat tujuan kita dikuliahkan oleh orang tua kita untuk kuliah bukan untuk
berorganisasi, ia hanyalah salah satu wadah saja yang akan membentu
mahasiswa untuk mengembangkan kemampuannya melalui berbagai
pengalaman yang diciptakan oleh organisasi. Maka, saya sering mengatakan
berkali-kali, jika ada mahasiswa yang berorganisasi tapi ia berleha-leha
berorganisasinya maka dia tidak ada bedanya, tidak ada bedanya.
Cara Mengembangkan PMII Berbasis Potensi Akademik
berikut ini adalah cara mengembangkan PMII berbasis potensi akademik dan
orientasi profesi.
1. Kenali Potensi Diri Sendiri
2. Niat dan Yakin
3. Menerima Kritikan
4. Berpikir Positif
5. Berteman dengan siapa saja namun bergaul dengan orang yang berintegritas
6. Senantiasa Optimis
7. Motivasi Diri
8. Menerima Kekurangan
9. Memaafkan Diri
10. Keluar dari Zona Nyaman
11. Banyak Belajar
12. Mengasah Potensi Diri7
7
https://www.suardihistoria.com/2023/06/strategi-pengembangan-pmii-
berbasis.html
35
MATERI V

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN INDONESIA


Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian
yang dalam ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara
(pilisophisce gronslag). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai
dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk
dalam sumber tertib hukum di Indonesia, sehingga Pancasila merupakan
sumber nilai, norma dan kaidah baik moral maupun hukum di Indonesia. Oleh
karenanya, Pancasila merupakan sumber hukum negara baik yang tertulis
maupun yang tak tertulis atau convensi.
Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum,
oleh karena itu dalam segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan negara
diatur dalam system peraturan perundang – undangan. Hal inilah yang
dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks ketatanegaraan
Republik Indonesia.
Hal ini tidaklah lepas dari eksistensi pembukaan UUD 1945, yang
dalam konteks ketatanegaraan Indonesia memiliki kedudukan yang sangat
penting karena merupakan suatu staasfundamentalnorm dan berada pada
hierarkhi tertib hukum tertinggi di Indonesia.
Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara
Indonesia, pada hakikatnya merupakan suatu dasar dan asas kerohanian
dalam setiap aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam penyusunan tertib
hukum di Indonesia. Maka kedudukan Pancasila sesuai dengan yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia, sesuai dengan yang tercantum dalam penjelasan tentang
pembukaan UUD yang termuat dalam Berita Republik Indonesia tahun II no. 7,
hal ini dapat disimpulkan bahwa pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber
hukum positif Indonesia. Dengan demikian seluruh peraturan perundang –
undangan di Indonesia harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang di
dalamnya terkandung dasar filsafat Indonesia.
36
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI. Dalam beberapa tahun ini
Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar mengenai system
ketatanegaraan. Dalam hal perubahan tersebut Secara umum dapat kita
katakan bahwa perubahan mendasar setelah empat kali amandemen UUD
1945 ialah komposisi dari UUD tersebut, yang semula terdiri atas Pembukaan,
Batang Tubuh dan Penjelasannya, berubah menjadi hanya terdiri atas
Pembukaan dan pasal-pasal. Penjelasan UUD 1945, yang semula ada dan
kedudukannya mengandung kontroversi karena tidak turut disahkan oleh
PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dihapuskan. Materi yang dikandungnya,
sebagian dimasukkan, diubah dan ada pula yang dirumuskan kembali ke dalam
pasal-pasal amandemen. Perubahan mendasar UUD 1945 setelah empat kali
amandemen, juga berkaitan dengan pelaksana kedaulatan rakyat, dan
penjelmaannya ke dalam lembaga-lembaga negara. Sebelum amandemen,
kedaulatan yang berada di tangan rakyat, dilaksanakan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat. Majelis yang terdiri atas anggota-anggota
DPR ditambah dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan itu,
demikian besar dan luas kewenangannya. Antara lain mengangkat dan
memberhentikan Presiden, menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara,
serta mengubah Undang-Undang Dasar.
Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara
belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang
kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat,
penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah. Hal ini membuka
peluang bagi berkembangnya praktek penyelengaraan negara yang tidak
sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut:
1. Tidak adanya check and balances antar lembaga negara dan
kekuasaan terpusat pada presiden.
2. Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi
masyarakat.
3. Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi
persyaratan demokrasi formal karena seluruh proses tahapan
pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah.
4. Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai,
justru yang berkembang adalah sistem monopoli dan oligopoli.
37
Menurut saya, walaupun sudah banyak lembaga yang terdapat
didalamnya namun kenyataannya aplikasi belum bisa dijalankan. Sistem
ketatanegaraan bangsa Indonesia sudah memadai namun aplikasinya masih
belum sesuai dengan yang diharapkan. Aplikasi yang menjalankannya belum
seperti yang diharapkan. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke adalah sebuah negara besar. Negara
yang diperjuangkan dengan segenap pengorbanan, baik melalui perang
maupun diplomasi. Perjuangan itu, melahirkan banyak pahlawan pejuang
kemerdekaan. Mulai dari Sultan Hasanuddin, Sultan Ageng Tirtayasa, Imam
Bonjol, Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, hingga Kiyai Haji Zaenal Mustafa,
adalah sebagian dari para tokoh yang gigih berjuang mengangkat senjata
melalui perang melawan penjajah.
Dalam bidang diplomasi, Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir,
Mohammad Roem, Syafroeddin Prawiranegara, dan Mohammad Natsir,
misalnya, adalah para tokoh yang gigihmemperjuangkan kedaulatan negara
dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjuangan itu sangat
panjang, penuh pengorbanan darah dan air mata. Diplomasi itu pun, sangat
gigih, penuh negoisasi dan kompromi.Itulah kilas balik perjuangan bangsa kita,
Bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan hingga saat sekarang ini. Masa
yang kita kenal dengan sebutan ERA REFORMASI.
Era reformasi yang dimulai pada tahun 1999, membawa perubahan-
perubahan yang mendasar dalam sistem pemerintahan dan ketatanegaraan
kita sebagaimana nampak pada perubahan yang hampir menyeluruh
atas Undang Undang Dasar 1945. Perubahan undang-undang
dasar ini, sebenarnya terjadi demikian cepat tanpa dimulai oleh sebuah
perencanaan panjang. Hal ini terjadi karena didorong oleh tuntutan perubahan-
perubahan yang sangat kuat pada awal reformasi antara lain tuntutan atas
kehidupan negara dan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih demokratis,
penegakan hukum yang lebih baik, penghormatan atas hak- hak asasi manusia
dan berbagai tuntutan perubahan lainnya.
Begitu luasnya perdebatan awal ketika memulai perubahan ini, untuk
menghindari disorientasi dalam perubahan-perubahan yang akan dilakukan,
seluruh fraksi di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada saat itu
menyepakati lima prinsip yaitu :
38
-Tidak mengubah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar filosofis dan dasar
normatif dari berdirinya NKRI. Oleh karena itu, perubahan atas Pembukaan UUD
1945 akan berarti mengubah negara RI. Dengan demikian, amandemen UUD
1945 pun tidak boleh bertentangan dengan dasar filosofis dan dasar normatif
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, amandemen
UUD 1945 pada hakikatnya dilakukan untuk menyempurnakan, melengkapi, dam
memperjelas implementasi dasar filosofi dan dasar normatif dalam Pembukaan
UUD ke dalam batang tubuh UUD 1945.
Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia Kesepakatan
atas NKRI didasari oleh pertimbangan, bahwa para pendiri negara RI. Selain
itu pengalaman sejarah ketika berdiri negara Republik Indonesia Serikat (27
Desember 1949-17 Agustus 1950) ternyata telah mengancam integrasi bangsa
Indonesia, sehingga muncul kehendak bangsa Indonesia untuk kembali kepada
bentuk NKRI.
Mempertegas sistem pemerintahan presidensil. Kesepakatan untuk
mempertahankan sistem presidensial dimaksudkan untuk mempertegas sistem
presidensial dalam UUD 1945 agar tidak kembali kepada sistem parlementer
sebagaimana terjadi pada era parlementer tahun 1950-an yang dipandang
telah melahirkan instabilitas politik nasional. Dengan demikian, pada
hakikatnya kehendak untuk mempertahankan sistem presidensial adakah untuk
menciptakan pemerintahan yang kuat dan efektif.
Penjelasan UUD 1945 ditiadakan serta hal-hal normatif dalam penjelasan
dimasukkan ke dalam pasal-pasal. Keberadaan Penjelasan UUD 1945 selama
masa Orde Baru menimbulkan masalah yuridis karena sering menjadi dasar
penafsiran bagi praktik otoritarian Orde Baru, padahal kedudukan hukumnya
tidak jelas, apakah Penjelasan UUD 1945 termasuk bagian dari UUD atau
hanya memorie van toelechting yang tidak bersifat mengikat. Selain itu secara
teoretik tidak dikenal adanya Penjelasan atas suatu UUD di negara manapun.
Oleh karena itu, Penjelasan UUD 1945 harus dihapuskan, tetapi muatan yang
bersifat normatif dimasukkan ke dalam batang tubuh.
Perubahan dilakukan dengan cara addendum. Perubahan dilakukan secara
‘adendum’ dimaksudkan untuk tetap melestarikan nilai historis UUD 1945 serta
mempertahankan prinsip-prinsip para pendiri negara yang terkandung dalam
39
UUD 1945. Secara politis, nilai historis UUD 1945 itu perlu dilestarikan karena
terdapat sebagian rakyat Indonesia yang tidak menghendaki terjadinya
amandemen atas UUD 1945.
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), yang telah dilakukan
selama 4 kali Perubahan Pertama tahun 1999, Perubahan Kedua tahun 2000,
Perubahan Ketiga tahun 2001 dan Perubahan Keempat tahun 2002, telah
membawa implikasi politik yang sangat luas dalam sistem ketatanegaraan
Indoneisa.
Kalau kita membaca dengan cermat perubahan tersebut, akan nampak
bahwa empat kali perubahan merupakan satu rangkaian perubahan yang
dilakukan secara sistematis dalam rangka menjawab tantangan baru kehidupan
politik Indonesia yang lebih demokratis sesuai dengan perkembangan dan
perubahan masyarakat. Tuntutan perubahan sistem politik dan ketatanegaraan
dalam bentuk perubahan Undang Undang Dasar 1945, adalah pesan yang
sangat jelas disampaikan oleh gerakan reformasi yang dimulai sejak tahun
1998.
Sistem Ketatanegaran RI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Undang-undang diartikan sebagai : Peraturan yang mengatur suatu
negara, baik yang tertulis ataupun tidak tertulis. Undang-Undang Dasar adalah
kumpulan aturan yang ketentuan dalam suatu kodifikasi mengenai hal-hal
mendasar atau pokok ketatanegaraan suatu Negara diberikan sifat kekal dan
luhur, sedangkan untuk merubahnya diperlukan cara yang istimewa serta lebih
berat kalau dibandingkan dengan pembuatan atau perubahan peraturan
perundang-udangan.
UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri atas; (1) pembukaan
yang terdiri atas 4 alinia; (2) Batang tubuh yang berisi Pasal 1 sampai Pasal 37,
terdiri dari 16 BAB, 3 peraturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan (3)
penjelasan UUD 1945 yang terbagi dalam penjelasan umum dan penjelasan
pasal demi pasal.
Sehingga dengan demikian, baik Pembukaan UUD, batang tubuh dan
penjelasan UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang utuh yang merupakan
bagian satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan.
UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis Negara Republik Indonesia,
memuat dasar Negara dan garis besar hukum penyelenggaraan Negara (TAP
40
MPR No.III/MPR/2000). UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis, artinya UUD
1945 mengikat pemerintah, setiap lemabga Negara, lembaga masyarakat, dan
seluruh warga engara Indonesia dimanapun mereka berada, dan setiap
penduduk yang berdomisili di wilayah NKRI.
Hubungan UUD dengan Batang Tubuh UUD
Sebelum kita membahas hubungan UUD dengan Batang Tubuh UUD,
mungkin kita perlumengetahui sistematika UUD 1945 yang terdiri dari :
Pembukaan
Batang Tubuh
Penjelasan
Dari sistematika diatas, jelas Pembukaan UUD 1945 mempunyai
kedudukan Lebih tinggi dibanding Batang tubuh, alasannya dalam Pembukaan
terdapat :
Dasar Negara (Pancasila)
Fungsi Dan Tujuan Bangsa Indonesia
Bentuk Negara Indonesia (Republik)
Oleh karena begitu pentingnya pembukaan UUD maka pembukaan tidak bisa
diubah, mengubah sama saja membubarkan negara, sedangkan Batang
tubuh bisa diubah (diamandeman). Dalam sistem tata hukum RI, Pembukaan
UUD 1945 memenuhi kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental, alasan:
Dibuat oleh pendiri negara (PPKI)
Pernyataan lahirnya sebagai bangsa yang mandiri Memuat asas rohani
(Pancasila), asas politik negara (republik berkedaulatan rakyat), dan tujuan
negara (jadi negara adil makmur)
Memuat ketentuan yang menetapkan adanya suatu UUD
Sedangkan Batang Tubuh nisa dirubah asal syarat terpenuhi :
Diusulkan ≥ 2/3 anggota MPR, Putusan disetujui ≥ 2/3 anggota yang hadir,
Kenyataan Batang tubuh UUD 45, sekarang sudah diamandemen 4 x , yaitu :
Amandemen I (14-21 Okt 1999), Amandemen II ( 7-8 Agust 2000), Amandemen
III (1-9 Nov 2001), Amandemen IV (1-11 Agust 2002).
Atas dasar paparan diatas, maka dalam hubungannya dengan Batang
Tubuh UUD 1945, menempatkan pembukaan UUD 1945 Alinea IV pada
kedudukan yang amat penting. Bahkan boleh dikatakan bahwa sebenarnya
41
hanya alinea IV Pembukaan UUD 1945 inilah yang menjadi inti sari Pembukaan
dalam arti yang sebenarnya. Hal ini sebagaimana termuat dalam penjelasan
resmi Pembukaan dalam Berita Acara Republik Indonesia Tahun II no. 7 yang
hampir keseluruhanya mengenai bagian keempat Pembukaan UUD 1945.
(Pidato Prof. Mr. Dr. Soepomo tanggal 15 Juni 1945 didepan Rapat Badan
Penyelidik Usaha – usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Hubungan UUD dengan Pancasila


Perkataan Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari 2
suku kata yaitu : Panca berarti lima, Sila berarti dasar atau azas. Jadi Pancasila
berarti lima dasar atau lima azas. Diatas kelima dasar inilah berdirinya Negara
Republik Indonesia.
Pancasila bagi Negara Indonesia adalah sama halnya dengan fundamen
bagi sebuah gedung. Kalau kita ingin mendirikan sebuah gedung haruslah
gedung itu kita dirikan di atas fundamen yang kuat dan kokoh. Akan demikian
pulalah halnya kalau kita ingin mendirikan suatu negara Indonesia yang kekal
dan abadi, maka haruslah bangunan Negara Indonesia itu kita dirikan di
atas suatu dasar (fundamen) yang kuat dan kokoh pula.
Kita telah meletakkan bangunan Negara Indonesia diatas suatu
fundamen yaitu Pancasila. Kita telah memilih Pancasila sebagai dasar
yang fundamental bagi negara kita. Mengapa kita harus memilih
Pancasila ? Jawabannya adalah karena Pancasila itu sesuai dengan alam
kejiwaan bangsa kita sendiri, seperti apa yang pernah dikatakan oleh Bung
Karno. Dalam Pancasila pengertian ini sering disebut dasar falsafah negara
(dasar negara). Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur
pemerintahan negara atau dengan kata lain Pancasila digunakan sebagai dasar
untuk mengatur penyelenggaraan negara. Pengertian Pancasila sebagai dasar
negara seperti dimaksudkan di atas sesuai dengan bunyi pembukaan UUD
1945, yang dengan jelas menyatakan : “....., maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara Indonesia,
yang berbentuk dalam suatu susunan negara Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada ”.
Pancasila Masa Reformasi Karena Orde Baru tidak mengambil pelajaran
dari pengalaman sejarah pemerintahan sebelumnya, akhirnya kekuasaan
42
otoritarian Orde Baru pada akhir 1990-an runtuh oleh kekuatan masyarakat. Hal
itu memberikan peluang bagi bangsa Indonesia untuk membenahi dirinya,
terutama bagaimana belajar lagi dari sejarah agar Pancasila sebagai ideologi dan
falsafah negara benar-benar diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-
hari.
Sementara itu UUD 45 sebagai penjabaran Pancasila dan sekaligus
merupakan kontrak sosial di antara sesama warga negara untuk mengatur
kehidupan bernegara mengalami perubahan agar sesuai dengan tuntutan dan
perubahan zaman. Karena itu pula orde yang oleh sementara kalangan disebut
sebagai Orde Reformasi melakukan aneka perubahan mendasar guna
membangun tata pemerintahan baru.
Namun upaya untuk menyalakan pamor Pancasila -setelah ideologi
tersebut di mata rakyat tidak lebih dari rangkaian kata-kata bagus tanpa makna
karena implementasinya diselewengkan oleh pemimpin selama lebih kurang
setengah abad- tidak mudah dilakukan. Bahkan, ada kesan bahwa sejalan
dengan runtuhnya pemerintahan Orde Baru yang selalu gembar-gembor
mengumandangkan Pancasila, masyarakat terutama elit politiknya terkesan
sungkan meskipun hanya sekedar menyebut Pancasila.
Hal itu juga menunjukkan bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara tidak hanya pamornya telah meredup, melainkan sudah mengalami
degradasi kredibilitas yang luar biasa sehingga bangsa Indonesia memasuki
babak baru pasca jatuhnya pemerintahan otoritarian laiknya sebuah bangsa
yang tanpa roh, cita-cita maupun orentasi ideologis yang dapat mengarahkan
perubahan yang terjadi.
Mungkin karena hidup bangsa yang kosong dari falsafah itulah yang
menyebabkan berkembangnya ideologi pragmatisme yang kering dengan
empati, menipisnya rasa solidaritas terhadap sesama, elit politik yang mabuk
kuasa, aji mumpung, dan lain-lain sikap yang manifestasinya adalah
menghalalkan segala cara untuk mewujudkan kepentingan yang dianggap
berguna untuk diri sendiri atau kelompoknya. Membangkitkan Pancasila
Tiadanya ideologi yang dapat memberikan arah perubahan politik yang
sangat besar dewasa ini dikuatirkan akan memunculkan kembali gerakan-
gerakan radikal baik yang bersumber dari rasa frustasi masyarakat dalam
menghadapi ketidakpastian hidup maupun akibat dari manipulasi sentimen-
43
sentimen primordial. Gerakan-gerakan radikal semacam ini tentu sangat
berbahaya karena dapat memutar kembali arah reformasi politik kepada situasi
yang mendorong munculnya kembali kekuatan yang otoritarian maupun memicu
anarki sosial yang tidak berkesudahan. Tidak mustahil kalau Pancasila tidak
segera kembali menjadi roh bangsa Indonesia, dikhawatirkan akan muncul
ideologi alternatif yang akan djadikan landasan perjuangan dan pembenaran
bagi gerakan- gerakan radikal. Karena itu, bagi bangsa Indonesia tidak ada
pilihan lain selain mengembangkan nilai-nilai Pancasila agar keragaman bangsa
dapat dijabarkan sesuai dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam hubungan itu, perlu pula dikemukakan bahwa persatuan dan
kesatuan bangsa bukan lagi uniformitas melainkan suatu bentuk dari suatu yang
eka dalam kebhinekaan. Pluralitas juga harus dapat diwujudkan dalam suatu
struktur kekuasaan yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk
mengelola kekuasaan agar dapat diperoleh elit politik yang lebih lejitimet,
akuntabel serta peka terhadap aspirasi masyarakat. Sejarah telah memberikan
pelajaran yang sangat berharga bahwa konsep persatuan dan kesatuan yang
memusatkan kewenangan kepada pemerintah pusat dalam implementasinya
ternyata lebih merupakan upaya penyeragaman (uniformitas) dan
membuahkan kesewenang-wenangan serta ketidakadilan. Nasionalisme
yang merupakan identitas nasional yang dilakukan oleh negara melalui
indoktrinasi dan memanipulasi simbol-simbol dan seremoni yang mencerminkan
supremasi negara tidak dapat dilakukan lagi. Negara bukan lagi sebagai satu-
satunya aktor dalam menentukan identitas nasional. Hal ini juga seirama dengan
semakin kompleksnya tantangan global, masyarakat merasa berhak menentukan
bentuk dan isi gagasan apa yang disebut negara kesatuan yang sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan zaman.
Sementara itu, perubahan paling mendasar terhadap UUD 45 adalah
bagaimana prinsip kedaulatan rakyat yang pengaturannya sangat kompleks
dalam sistem kehidupan demokrasi dapat dituangkan dalam suatu konstitusi. Hal
itu harus dilakukan secara rinci dan disertai dengan rumusan yang jelas agar
tidak terjadi multi interpretasi sebagaimana terjadi pada masa lalu. Upaya
tersebut telah dilakukan dengan mengamandemen UUD 45 antara lain yang
berkenaan dengan pembatasan jabatan Presiden/Wakil Presiden sebanyak dua
periode, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah secara
44
langsung, pembentukan parlemen kedua (Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Perwakilan Daerah), pembentukan Mahkamah Konstitusi, pembentukan Komisi
Yudisial, mekanisme pemberhentian seorang Presiden dan/Wakil Presiden dan
lain sebagainya. Namun sayangnya perubahan tersebut tidak dilakukan secara
komprehensif dan berdasarkan prinsip-prinsip konstitusionalisme sehingga
meskipun telah dilakukan perubahan empat kali, ternyata UUD Tahun
1945 masih mengandung beberapa kekurangan. Pengalaman
selama lebih kurang setengah abad praktek-praktek kenegaraan yang
menyeleweng dari Pancasila telah mengakibatkan berbagai tragedi bangsa
harus dijadikan pelajaran yang sangat berharga agar tidak terulang kembali.
Akibat lain adalah ketertinggalan bangsa dibandingkan dengan negara-negara
lain karena bangsa Indonesia selalu disibukkan dengan masalah-masalah
internal bangsa seperti kesewenangan-wenangan penguasa, pelanggaran HAM,
disintegrasi bangsa serta hal-hal yang tidak produktif lainnya sehingga tidak
heran jika bangsa Indonesia kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Untuk
bangkit dari keterpurukan tidak ada pilihan lain bagi bangsa Indonesia, pertama-
tama dan terutama harus kembali kepada Pancasila sebagai falsafah dan
ideologi bangsa. Caranya adalah para pemimpin bangsa dan negara tidak hanya
mengucapkan Pancasila dan UUD 45 dalam pidato-pidato, tetapi
mempraktekkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kenegaraan serta
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kesaktian Pancasila bukan hanya
diwujudkan dalam bentuk seremonial, melainkan benar-benar bisa dirasakan
langsung oleh masyarakat.
Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi Kemerdekaan
Berpegang pada sifat hubungan antara proklamasi 17 Agustus dengan
Pembukaan UUD 1945 yang tidak hanya menjelaskan dan menegaskan akan
tetapi juga mempertanggungjawabkan proklamasi, maka hubungan itu tidak
hanya bersifat fungsional korelatif melainkan juga bersifat kausal organis.
Hal ini menunjukkan hubungan antara Proklamasi dengan Pembukaan
merupakan suatu kesatuan yang utuh, dan apa yang terkandung dalam
pembukaan adalah merupakan amanat dari seluruh Rakyat Indonesia takkala
mendirikan negara dan untuk mewujudkan tujuan bersama. Oleh karena itu
merupakan suatu tanggung jawab moral bagi seluruh bangsa untuk memelihara
dan merealisasikannya. Apa buktinya Proklamasi dan Pembukaan UUD adalah
45
merupakan satu kesatuan yang utuh.
Dengarkan sekali lagi bunyi naskah Proklamasi itu :
“Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-
hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan
dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”
Dan dengarkan sekali lagi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 :
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan sela-mat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia
ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rahmat Allah Yang
Mahakuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melak-sanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar
negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : “Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan /
perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.”
Demikianlah bunyi Proklamasi beserta anak kandungnya yang berupa
Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945. Alangkah jelasnya! Alangkah
sempurnanya ia melukiskan kita punya pandangan hidup sebagai bangsa, - kita
punya tujuan hidup, kita punya falsafah hidup, kita punya rahasia hidup dan kita
punya pegangan hidup!
17 Agustus 1945 mencetuskan keluar satu proklamasi kemerdekaan beserta
46
satu dasar kemerdekaan. Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah sebenarnya satu
proclamation of independence dan satu declaration of independence.
Maka naskah Proklamasi dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah
satu. Naskah Proklamasi dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tak
dapat dipisahkan satu dari yang lain. Naskah Proklamasi dan Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 adalah loro loroning a tunggal, maka proclamation
of independence berisikan pula declaration of independence. Sedangkan
bangsa-bangsa lain didunia, hanya mempunyai proclamation of independence
saja. Atau hanya mempunyai declaration of independence saja. Kita mempunyai
proclamation of independence dan declaration of independence sekaligus.
Proklamasi kita memberikan tahu kepada kita sendiri dan kepada seluruh dunia,
bahwa rakyat Indonesia telah menjadi satu bangsa yang merdeka.
Proklamasi kita adalah sumber kekuatan dan sumber tekad perjuangan kita, oleh
karena seperti tadi saya katakan, Proklamasi kita itu adalah ledakan pada saat
memuncaknya kracht total semua tenaga-tenaga nasional, badaniah dan
batiniah - fisik dan moril, materiil dan spirituil. Declaration of independence kita,
yaitu terlukis dalam Undang-Undang Dasar 1945 serta Pembukaannya, mengikat
bangsa Indonesia kepada beberapa prinsip sendiri, dan memberi tahu kepada
seluruh dunia apa prinsip-prinsip kita itu.
Declaration of independence kita, yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945, memberikan pedoman-pedoman tertentu untuk mengisi kemerdekaan
nasional kita, untuk melaksanakan kenegaraan kita, untuk mengetahui tujuan
dalam memperkembangkan kebangsaan kita, untuk setia kepada
suara batin yang hidup dalam kalbu rakyat kita. Maka dari
Proklamasi kita tak dapat dipisahkan dari declaration of independence kita yang
berupa Undang-Undang Dasar 1945 dengan Pembukaannya itu.
“Proklamasi” tanpa “declaration” berarti bahwa kemerdekaan kita tidak
mempunyai falsafah. Tidak mempunyai dasar penghidupan nasional, tidak
mempunyai pedoman, tidak mempunyai arah, tidak mempunyai “raison d’etre”,
tidak mempunyai tujuan selain daripada mengusir kekuasaan asing dari bumi Ibu
Pertiwi.
Sebaliknya, “declaration” tanpa “proklamasi”, tidak mempunyai arti. Sebab, tanpa
kemerdekaan, maka segala falsafah, segala dasar dan tujuan, segala prinsip,
segala “isme”, akan merupakan khayalan belaka, - angan-angan kosong-
47
melompong yang terapung-apung di angkasa raya.
Proklamasi Kemerdekaan kita bukan hanya mempunyai segi negatif atau
destruktif saja, dalam arti membinasakan segala kekuatan dan kekuasaan asing
yang bertentangan dengan kedaulatan bangsa kita, menjebol sampai ke akar-
akarnya segala penjajahan di bumi kita, menyapu-bersih segala kolonialisme dan
imperialisme dari tanah air Indonesia, - tidak, proklamasi kita itu, selain
melahirkan kemerdekaan, juga melahirkan dan menghidupkan kembali
kepribadian bangsa Indonesia dalam arti seluas-luasnya :
kepribadian politik
kepribadian ekonomi,
kepribadian sosial, kepribadian kebudayaan, pendek kata kepribadian nasional.
Kemerdekaan dan kepribadian nasional adalah laksana dua
anak kembar yang melengket satu sama lain, yang tak dapat dipisahkan tanpa
membawa bencana kepada masing-masing. Sekali lagi, semua kita, terutama
sekali semua pemimpin-pemimpin, harus menyadari sangkut-paut antara
Proklamasi dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 :
kemerdekaan untuk bersatu kemerdekaan untuk berdaulat,
kemerdekaan untuk adil dan makmur,

kemerdekaan untuk memajukan kesejahteraan umum, kemerdekaan


untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, kemerdekaan untuk ketertiban
dunia,
kemerdekaan perdamaian abadi,
kemerdekaan untuk keadilan sosial,
kemerdekaan yang berkedaulatan rakyat,
kemerdekaan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemerdekaan yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
kemerdekaan yang berdasarkan persatuan Indonesia;
kemerdekaan yang berdasar kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalampermusyawaratan/ perwakilan,
kemerdekaan yang mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia,
Semua ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, anak
kandung atau saudara kembar daripada Proklamasi 17 Agustus 1945.
48
Bagi orang yang benar-benar sadar kita punya proclamation dan sadar kita
punya declaration, maka Amanat Penderitaan Rakyat tidaklah khayalan atau
abstrak. Baginya, Amanat Penderitaan Rakyat terlukis sangat nyata dan jelas
dalam Proklamasi dan Undang-Undang Dasar 1945. Amanat Penderitaan Rakyat
adalah konkrit-mbahnya-konkrit.
Bagi seorang pemimpin yang melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat berarti
setia dan taat kepada Proklamasi. Bagi yang mengerti Amanat Penderitaan
Rakyat berarti mempunyai orientasi yang tepat terhadap rakyat. Bukan rakyat
sebagai kuda tunggangan, tetapi rakyat sebagai satu-satunya yang berdaulat di
Republik Proklamasi, sebagai tertulis di dalam Pembukaan Undang- Undang
Dasar 1945.
Menerima Amanat Penderitaan Rakyat berarti : mencintai rakyat, memperhatikan
kepentingan-kepentingan rakyat, mengabdi rakyat, mendahulukan kepentingan
rakyat dari pada kepentingan diri sendiri, atau kepentingan kantong sendiri,
atau kepentingan pundi-pundian sendiri.8

8
https://repository.unikom.ac.id/
49
MATERI VI

Analisis dan Peta Ideologi Politik Indonesia


Ideologi Politik
Pengertian ideologi politik sendiri menurut Miriam Budiardjo (2008)
dapat dipahami sebagai “himpunan nilai, ide atau norma, kepercayaan atau
keyakinan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang atas dasar
bagaimana ia menentukan sikap terhadap kejadian dan problematika politik yang
dihadapi serta yang menentukan perilaku politiknya”.
Pengertian ideologi lainnya dapat dipahami sebagai kumpulan gagasan
yang secara logis berkaitan dan mengidentifikasikan prinsip-prinsip atau nilai-
nilai yang memberi keabsahan bagi institusi politik dan prilakunya (Carlton C.
Rodee).
Dalam pengertian lain (Macridis 1983, h. 4), menyatakan bahwa di
dalam ideologi politik, terdapat nilai-nilai dan ide-ide yang membingkai cara
berpikir serta perilaku politik seseorang yang digunakan untuk menggerakkan
kegiatan dan aksinya. Jadi, bisa dikatakan bahwa sumber ideologi politik berasal
dari filsafat politik dan teori politik.
Sederhananya, ideologi politik inilah yang biasanya mempengaruhi pola
pemikiran masyarakat terhadap kancah perpolitikan dan bagaimana mereka
mengambil suatu tindakan politik. Berbeda ideologi politik yang dianut, berbeda
pula cara berpikir dan bertindaknya.
Ideologi politik yang berkembang di masyarakat bisa berbagai macam.
Ada kalanya, ideologi politik yang terbentuk memiliki bentuk yang sangat
sederhana. Namun, ada kalanya pula ideologi ini terdistorsi dari sumber-
sumbernya sehingga terdapat kerancuan dalam implementasinya.
Masyarakat yang telah percaya terhadap nilai-nilai atau ide-ide politik
tertentu biasanya akan cenderung memaksakan teori politik atau pun filsafat
politik yang dipercayainya untuk dapat diterapkan dalam masyarakat tersebut.
Namun, hal yang cukup sulit diketahui adalah kapan dan dalam
lingkungan yang sepeti apa sebuah teori politik atau pun filsafat politik dapat
bertransformasi menjadi sebuah ideologi politik. Padahal, untuk bisa menjadi
ideologi politik, teori maupun filsafat ini harus menjadi dasar yang kuat bagi
gerakan yang berorientasi pada tindakan (action-oriented movement).
50
Fungsi Ideologi Politik
Fungsi ideologi politik dalam masyarakat sendiri ada berbagai macam.
Menurut Macridis (1983, h. 9-13), ideologi politik secara umum berfungsi sebagai
seperangkat ide dan kepercayaan yang dianut sejumlah orang atau kelompok
masyarakat, yang menentukan apa yang bernilai apa yang tidak, apa yang dijaga
keberlangsungannya apa yang harus dirubah, serta tentu saja untuk membentuk
pemikiran, perilaku serta tindakan-tindakan politik dari kelompok masyarakat
yang menganut ideologi politik tersebut.
Dalam bahasa yang lebih sederhana, ideologi politik inilah yang
memprovokasi serta memberi kerangka kerja mendasar bagi tindakan-tindakan
politik dalam masyarakat. Jika diuraikan secara khusus, berikut adalah fungsi-
fungsi ideologi politik:
1. Memberikan dasar legitimasi bagi pemerintah,
2. Sebagai sarana memobilisasi dan membentuk solidaritas, serta
mempersatukan rakyat,
3. Memperlihatkan seberapa pentingnya pimpinan untuk memanipulasi pesan-
pesan yang ingin disampaikan,
4. Sebagai sarana untuk berkomunikasi dan berekspresi, yang mencerminkan
hubungan pemimpin dan massa
5. Sebagai landasan atau pedoman untuk menentukan tindakan politik dan
kebijakannya.
6. Menjadi dasar untuk menentang kekuasaan status quo.
Pembagian Ideologi Politik
Ideologi politik dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, yang pembagiannya
bisa didasarkan pada:
1. Ideologi yang mempertahankan status quo
Bentuk ideologi ini adalah bentuk ideologi yang mempertahankan dan
merasionalisasikan keteraturan-keteraturan dalam hal ekonomi, sosial, dan
politik dalam waktu tertentu dan dalam masyarakat apa pun.
Contoh ideologi ini: Liberalisme, Komunisme di ex-Uni Soviet.
2. Ideologi radikal atau ideologi revolusioner
Ideologi ini mengadvokasi perubahan-perubahan secara menyeluruh dan
intensif serta bersifat revolusioner.

51
Contoh ideologi ini: Marxisme, Fasisme.
3. Ideologi reformis
Ideologi reformis adalah bentuk ideologi yang mengadvokasi perubahan-
perubahan yang dilakukan secara bertahap.
Contoh ideologi ini: Developmentalisme.

Komponen – Komponen Ideologi


Suatu teori dan filsafat politik dalam menjelma jadi ideologi politik, ketika di
dalamnya terdapat komponen-komponen tertentu. Adapun komponen dalam
ideologi adalah:
 Nilai – nilai.
 Visi tentang masyarakat politik yang ideal.
 Konsepsi tentang sifat dasar manusia.
 Strategi perjuangan.
 Taktik politik.
Komponen inilah yang menjadi pembeda antara pemikiran dan ideologi. Sebab,
tidak setiap pemikiran politik, dapat dikategorikan sebagai ideologi politik. Untuk
lebih memahami apa perbedaan ideologi politik dan pemikiran politik, kita dapat
memahami karakteristik khas dari ideologi politik ini.
Suatu pemikiran politik bisa disebut sebagai ideologi politik, jika memenuhi
kriteria berikut:
 Komprehensif: Menyeluruh, menyentuh banyak aspek hidup
kemasyarakatan.
 Pervasif: Membentuk keyakinan dan tindakan politik dari banyak orang
serta dikenal dalam jangka waktu yang lama.
 Ekstensif: Melibatkan banyak pendukung dengan banyak peran politik dan
bisa melibatkan banyak negara.
 Intensif: Komitmen untuk mendukung terjadi cukup kuat.
Jadi, ketika suatu pemikiran tidak memiliki keempat kriteria di atas, berarti
pemikiran tersebut tidak bisa dinyatakan sebagai ideologi.
Macam – Macam Ideologi
Ideologi politik di dunia ini ada berbagai macam. Menurut C. C. Rodee, ideologi
politik utama di dunia ini ada tujuh macam, meliputi: (1) Anarkisme; (2)

52
Liberalisme Klasik; (3) Sosialisme; (4) Komunisme; (5) Neo Liberalisme: (6)
Konservatisme; (7) Fasisme. Berikut penjelasannya.
1. Anarkisme
Ideologi anarkisme adalah falsafah politik yang memiliki pandangan bahwa
masyarakat bisa (dan sudah seharusnya) eksis tanpa harus terdapat aturan-
aturan yang mengikatnya. Ideoologi anarkisme ini dianggap sebagai pandangan
ekstrim tentang kebebasan individu dan tentang organisasi sosial yang tanpa
peringkat atau wewenang.
Asumsi utama dalam ideologi ini adalah bahwa negara merupakan sumber
ketidakteraturan di dalam tubuh politik, serta pemerintah pada hakikatnya adalah
opresif. Oleh karena itu, sudah seharusnya manusia bebas dari segala bentuk
kekuasaan pemerintahan sebelum masyarakat dapat membangun masyarakat
baru yang lebih baik berdasarkan keadilan, cinta, dan semangat kerjasama.
Ideologi ini memandang bahwa masyarakat masa depan harus terdiri dari
unit-unit kecil, yang tidak seorangpun boleh memaksakan kehendaknya pada
orang-orang lain. Jadi, pada intinya, ideologi ini memandang bahwa setiap orang
dalam kelompok ini pada dasarnya terlahir bebas dan harus selalu bebas.
2. Liberalisme Klasik
Dalam pandangan liberalisme klasik, pemerintahan dalam negara dianggap
memiliki fungsi yang harus diminimalisir sebisa mungkin. Bahkan, negara
disarankan hanya sebagai watchdog. Watchdog sendiri adalah istilah dari kaum
liberal klasik yang menyarankan negara hanya menjadi sekedar penjaga
terhadap masyarakat yang bebas bertindak, untuk memastikan bahwa
kebebasan itu tetap ada.
Nilai-nilai doktrin yang diutamakan dalam ideologi ini memang adalah
kebebasan individu. Bagi penganutnya, kekuasaan pemerintah dianggap dapat
mengurangi kebebasan individu dalam berusaha dan justru membatasi individu
untuk mencapai kesejahteraannya.
Negara tidak perlu mengurusi nasib individu karena mereka pada dasarnya
akan berusaha mencukupi kebutuhannya sendiri. Berbagai bantuan sosial juga
tidak diperlukan karena tindakan individu dalam mengeja kesejahteraan pada
dasarnya akan menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan sendirinya.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa ideologi ini memandang bahwa individu
seharusnya bebas berusaha dan mencapai kemakmuran yang diinginkannya
53
sendiri, sekalipun hidup di dalam negara.
3. Sosialisme
Sosialisme merupakan ideologi politik yang berangkat dari ajaran utama
seperti kepemilikan kolektif atas alat-alat produksi, serta pandangan bahwa
pertukaran pasar seharusnya digantikan oleh bentuk distribusi lain yang
didasarkan kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial dalam ideologi ini menjadi hal utama. Dalam sosialisme,
dikenal juga adanya Sosialisme Demokrasi, yang menurut Anthony Giddens,
memiliki karakteristik berikut:
 Keterlibatan negara dalam kehidupan sosial dan ekonomi cukup luas.
 Negara mendominasi masyarakat madani.
 Adanya prinsip kolektivisme.
 Adanya manajemen permintaan dalam korporatisme.
 Adanya pembatasan peran pasar, ekonomi sosial atau campuran.
 Pemberdayaan sumber daya manusia yang ada secara maksimal.
 Penerapan egalitarianisme yang kuat.
 Negara kesejahteraan yang kuat dalam melindungi warganegaranya,
mulai dari lahir sampai mati.
4. Komunisme Ideologi komunisme berkembang dari pemikiran Karl Marx dan
Frederick Engels ketika mereka bersama-sama menuliskan karya tulis
Communist Manifesto. Menurut mereka, kemenangan revolusioner atas
kapitalisme akan mengantarkan berjayanya sosialisme.
Dalam ideologi ini, diuraikan mengenai tindakan dan tahapan bagaimana
komunisme bisa terbentuk dalam masyarakat. Di tahap awal, setiap orang
akan bekerja menurut kemampuannya dengan tujuan untuk kebaikan
bersama. Sedangkan penghargaan terhadap setiap pekerja ini kurang lebih
akan setara dengan sumbangannya kepada masyarakat.
Lalu pada fase kedua, akan terbentuklah pemerintahan komunisme, yakni
ketika produksi barang-barang akan mencapai puncak sedemikian rupa,
yang memungkinkan setiap orang dapat dihargai sesuai dengan
kebutuhannya.
Pada tataran ini, fungsi dan keberadaan negara akan melemah dan semua
instrumen kekerasan juga penindasan akan lenyap. Di sinilah, terbentuklah
54
komunisme dengan menjalankan kaidah-kaidah sosialisme.
5. Neo Liberalisme
Menurut Anthony Giddens, ada beberapa karakteristik khas dari para
penganut ideologi neo liberalisme yang berkembang di Eropa Barat, yang
utamanya berfokus pada paham welfare state. Adapun karakteristik neo
liberal tersebut adalah:
 Peran negara yang sangat minimal dalam kehidupan masyarakat.
 Masyarakat madani yang sifatnya otonom.
 Adanya fundamentalisme pasar.
 Otoritarianisme moral serta individualisme ekonomi yang sangat kuat.
 Adanya kemudahan pasar tenaga kerja.
 Kondisi ketidaksamaan dalam penerimaan atau pendapatan.
 Nasionalisme tradisional yang lemah.
 Negara kesejahteraan yang hanya berfungsi sebagai jaring
pengaman.
 Kondisi modernisasi yang linear dan berkembang oleh masyarakat
sendiri.
 Adanya kesadaran ekologis yang rendah.
 Teori relasi tentang tatanan internasional yang saling terkait antar
individu.
6. Konservatisme
Dalam ideologi ini, karakter yang paling khas muncul dari adanya ketakutan
terhadap perubahan yang tiba-tiba dan dahsyat dalam masyarakat dan
negara. Karenanya, ideologi ini memiliki penghormatan yang mendalam
terhadap pranata dan peraturan yang telah mapan dalam masyarakat.
Ideologi ini mengakui bahwa masyarakat yang baik adalah masyarakat yang
tertata dengan susunan masyarakat yang memiliki struktur stabil. Tujuannya
adalah agar hubungan antara individu sebagai anggota masyarakat bisa
lebih terjamin dalam berbagai hal.
Ideologi ini memberikan dukungan secara penuh terhadap elit dan hierarki
dalam pemerintahan. Sebab, menurut ideologi ini, apa yang sudah berjalan
mapan dalam masyarakat, bersama dengan para elit dan hierarki politik
yang terbangun, adalah kondisi terbaik. Jadi, sudah selayaknya
55
dipertahankan.
Bagi para konservatif, untuk menciptakan keteraturan sosial, diperlukan
adanya pemerintahan dengan kekuasaan yang mengikat tetapi bertanggung
jawab. Bagi penganut ideologi ini, tidak ada kecurigaan terhadap paham
kekuasaan, sepanjang bisa bertindak positif untuk mencapai tujuan sosial
bersama.
Sebab, pihak yang berkuasa bagi ideologi ini memiliki tanggung jawab
terhadap kaum yang lemah. Ini berbeda dari pandangan kaum liberal, yang
beranggapan bahwa nasib kaum lemah tergantung pada individu itu sendiri.
Melalui paham konservatisme ini, lahirlah negara kesejahteraan (welfare-
state) dengan adanya program-program jaminan sosial bagi masyarakat
dengan penghasilan rendah.
7. Fasisme
Kemunculan ideologi fasisme adalah dampak negatif dari perkembangan
industrialisasi, modernisasi, dan demokratisasi. Fasisme juga muncul
sebagai reaksi terhadap berbagai kesenjangan yang ada dalam masyarakat,
penderitaan berkepanjangan, serta rasa ketakutan akan ketiadaan harapan
untuk masa depan yang lebih baik.
Ideologi fasisme ini merupakan ideologi yang kompleks karena merupakan
percampuran dari berbagai gagasan ras, agama, ekonomi, sosial, dan
moralitas akar-akar filosofis yang berkembang dalam masyarakat.
Kemunculan fasisme sendiri biasanya ada dalam masyarakat yang telah
maju (developed country) dan makmur serta yang telah mengalami proses
industrialisasi dan modernisasi yang pesat, juga relatif telah berhasil
mengembangkan teknologi tinggi, hanya saja mengalami kegagalan
demokratisasi.
Di dalam Fasisme, terdapat beberapa doktrin, seperti:
 Gagasan Gobineau mengenai superioritas ras, yang beranggapan
adanya hierarki ras. Gagasan ini beranggapan bahwa ras yang
tertinggi adalah ras kulit putih, kemudian kulit kuning, dan terakhir kulit
hitam.

56
 Adanya pandangan Anti-semitisme. Dalam mitos ras itu, juga
melahirkan adanya sikap-sikap kebencian terhadap ras lain, yang
utamanya adalah ras Yahudi.
 Totalitarianisme. Fasisme tidak hanya meliputi pandangan terhadap
sistem organisasi politik atau pemerintahan saja, melainkan juga
keseluruhan kehendak (will), pemikiran (thought), dan perasaan
(feelings) dari suatu bangsa.

Semua ideologi ini sangat mempengaruhi opini seseorang terhadap


suatu isu bahkan ketika individu tersebut melakukan voting. 9

9 Budiardjo, Miriam. 1996. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

57
MATERI VII

ANSOS DAN REKSOS


Mengapa perlu ansos?
Disekitar kita banyak sekali fenomena dan problem-problem sosial,
seringkali ketika berhadapan dengan berbagai masalah sosial kita sulit untuk
mengurai latar belakang masalah, pengaruh kepentingan serta implikasi logis
yang mungkin muncul. Kesulitan memahami kaitan masalah sosial disebabkan
karena keterbatasan kemampuan dalam memetakan variable yang saling
mempengaruhi. Untuk itu, diperlukan kecerdasan dalam melakukan analisis
sosial agar mampu membaca dan memahami realitas sosial secara
utuh.Organisasi mahasiswa, adalah bagian dari kehidupan sosial, senantiasa
bersinggungan dengan realitas sosial, atau salah dalam memahaminya, maka
perubahan sosial yang dilakukan tidak akan efektif, bahkan jauh dari sasaran.
Pengertian Ansos
Analisis sosial merupakan usaha untuk menganalisis sesuatu keadaan
atau masalah sosial secara objektif. Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh
gambaran lengkap mengenai situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan
histories, structural dan konsekuensi masalah. Analisis sosial akan mempelajari
struktur sosial, mendalami fenomena-fenomena sosial, kaitan-kaitan aspek
politik, ekonomi, budaya dan agama. Sehingga akan diketahui sejauh mana
terjadi perubahan sosial, bagaimana institusi sosial yang menyebabkan masalah-
masalah sosial, dan juga dampak sosial yang muncul akibat masalah sosial
Ruang lingkup ansos
Pada dasarnya semua realitas sosial dapat dianalisis, namun dalam
konteks transformasi sosial, maka paling tidak objek analisa sosial harus relevan
dengan target perubahan sosial yang direncanakan yang sesuai dengan visi atau
misi organisasi. Secara umum objek sosial yang dapat di analisis antara lain;
Masalah-masalah sosial, seperti; kemiskinan, pelacuran, pengangguran,
kriminilitas
Sistemsosial seperti: tradisi, usha kecil atau menengah, sitem pemerintahan,
sitem pertanian
Lembaga-lembaga sosial seperti sekolah layanan rumah sakit, lembaga

58
pedesaan.
Kebijakan public seperti : dampak kebijakan BBM, dampak perlakuan sebuah
UU.
Pentingnya teori sosial
Teori dan fakta berjalan secara simultan, teori sosial merupakan refleksi
dari fakta sosial, sementara fakta sosial akan mudah di analisis melalui teori-teori
sosial. Teori sosial melibatkan isu-isu mencakup filsafat, untuk memberikan
konsepsi-konsepsi hakekat aktifitas sosial dan prilaku manusia yang ditempatkan
dalam realitas empiris. Charles lemert (1993) dalam Social Theory; The
Multicultural And Classic Readings menyatakan bahwa teori sosial memang
merupakan basis dan pijakan teknis untuk bisa survive.
Teori sosial merupakan refleksi dari sebuah pandangan dunia tertentu
yang berakar pada positivisme. Menurut Anthony Giddens secara filosofis
terdapat dua macam analisis sosial, pertama, analisis intitusional, yaitu ansos
yang menekan pada keterampilan dan kesetaraan actor yang memperlakukan
institusi sebagai sumber daya dan aturan yang di produksi terus-
menerus. Kedua, analisis perilaku strategis, adalah ansos yang memberikan
penekanan institusi sebagai sesuatu yang diproduksi secara sosial.
Langkah-Langkah Ansos
Proses analisis sosial meliputi beberapa tahap antara lain:
Memilih dan menentukan objek analisis
Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan
rasional dalam arti realitas yang dianalsis merupakan masalah yang memiliki
signifikansi sosial dan sesuai dengan visi atau misi organisasi.
Pengumpulan data atau informasi penunjang
Untuk dapat menganalisis masalah secara utuh, maka perlu didukung
dengan data dan informasi penunjang yang lengkap dan relevan, baik melalui
dokumen media massa, kegiatan observasi maupun investigasi langsung
dilapangan. Re-cek data atau informasi mutlak dilakukan untuk menguji validitas
data.
Identifikasi dan analisis masalah
Merupaka tahap menganalisis objek berdasarkan data yang telah
dikumpulkan. Pemetaan beberapa variable, seperti keterkaitan aspek politik,
ekonomi, budaya dan agama dilakukan pada tahap ini. Melalui analisis secara
59
komphrehensif diharapkan dapat memahami subtansi masalah dan menemukan
saling keterkaitan antara aspek.
Mengembangkan presepsi
Setelah di identifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi atau terlibat
dalam masalah, selanjutnya dikembangkan presepsi atas masalah sesuai cara
pandang yang objektif. pada tahap ini akan muncul beberapa kemungkinan
implikasi konsekuensi dari objek masalah, serta pengembangan beberapa
alternative sebagai kerangka tindak lanjut.
Menarik kesimpulan
Pada tahap ini telah diperoleh kesimpulan tentang; akar masalah, pihak
mana saja yang terlibat, pihak yang diuntungkan dan dirugikan, akibat yang
dimunculkan secara politik, sosial dan ekonomi serta paradigma tindakan yang
bisa dilakukan untuk proses perubahan sosial.
Peranan Ansos Dalam Strategi Gerakan PMII
Ingat, paradigma gerakan PMII adalah kritis transformatif, artinya PMII
dituntut peka dan mampu membaca realitas sosial secara objektif (kritis),
sekaligus terlibat aktif dalam aksi perubahan sosial (transformatif). Transformasi
sosial yang dilakukan PMII akan berjalan secara efektif jika kader PMII memiliki
kesadaran kritis dalam melihat realitas sosial. Kesadaran kritis akan muncul
apabila dilandasi dengan cara pandangan luas terhadap realitas sosial. Untuk
dapat melakukan pembacaan sosial secara kritis, mutlak diperlakukan
kemampuan analisis sosial secara baik. Artinya, strategi gerakan PMII dengan
paradigma kritis transformatif akan dapat terlaksana secara efektif apabila
ditopang dengan kematangan dalam analisis sosial (ANSOS).
REKAYASA SOSIAL
prolog: sebuah kasus awal
Mulanya biasa saja. Sebuah masyarakat di daerah terpencil pinggiran
hutan di Kalimantan adalah komunitas adat yang setia terhadap warisan tradisi
leluhur. Pemahaman mereka atas hutan, pohon dan tanah masih bersifat sakral
dan berdimensikan transendental. Tapi sejak upaya modernisasi dari negara
melalui proyek pembangunan dengan program transmigrasi, pengembangan
kawasan desa hutan, pariwisata, dan apapun namanya, daerah tersebut mulai
terbuka bagi masuknya arus masyarakat dari luar komunitas adat, tak terkecuali
masuknya Media Televisi melalui antena parabola.
60
Keterbukaan masyarakat adat tersebut mulai terlihat dengan
persentuhan dengan masyarakat luar yang juga membawa serta bentuk-bentuk
kebudayaan; dari cara berpikir hingga perilaku. Tidak itu saja, masuknya televisi
telah mampu merubah berbagai sistem nilai dan sistem makna yang terdapat
dalam masyarakat terbut. Sebelum ada modernisasi (dan televisi) masyarakat
tersebut memiliki kearifan lokal untuk selalu bersosialisasi, berinteraksi sosial,
dan sebagainya. Ketika televisi baru memasuki desa dan jumlahnya belum
seberapa, alat tersebut justru menjadi sarana yang memperkuat kebersamaan,
karena tetangga yang belum mempunyai televisi boleh menumpang menonton.
Namun ketika televisi semakin banyak dan hampir tiap keluarga memilikinya,
maka kebersamaan itu segera berkahir, karena masing-masing keluarga
melewatkan acara malam mereka di depan pesawatnya.
Tanpa disadari media telivisi telah merubah segalanya dalam struktur
maupun kultur masyarakat tersebut. Peristiwa itu meminjam istilah Ignas
Kleden[1] menunjukkan bahwa nilai-nilai (kebersamaan atau individualisme) dan
tingkah laku (berkumpul atau bersendiri), secara langsung dipengaruhi oleh
hadirnya sebuah benda materiil. Parahnya, pola kehidupan yang menghargai
kebersamaan beralih menjadi individualis, sifat gotong royong tergantikan sifat
pragmatisme dalam memaknai segala bentuk kebersamaan dan kerja. Taruhlah
misalnya ketika memaknai tanah warisan. Jika dulu bermakna teologis, sekarang
lebih dimaknai bersifat ekonomis belaka. Tidak jarang jika dulu masyarakat mati-
matian membela tanah warisnya, sekarang tergantikan kepentingan ekonomis
untuk dijual kepada pengusaha dari kota. Tak pelak lagi, hotel-hotel, villa-villa,
cafe-cafe dan apapun namanya mulai bermunculan di masyarakat terpencil
tersebut. Lambat laun, masyarakat tersebut sudah berubah citranya secara
fundamental sebagai masyarakat adat dengan kearifan lokalnya menjadi
masyarakat ’pinggiran’ berwajah metropolitan dengan segenap perubahan yang
ada. Sayangnya, yang diuntungkan dalam kondisi masyarakat yang demikian
ternyata tidak merata. Bahkan hampir sebagian besar masyarakat tetap menjadi
’penonton’ dalam perubahan struktur maupun kultur yang terjadi.
Dalam kondisi yang demikian, apa yang seharusnya dilakukan?
Membiarkan berada dalam situasi ketidakmenentuan, sehingga masyarakat adat
kian tersisihkan atau tergerus oleh kepentingan ekonomis-pragmatis atau ikut
serta terlibat merancang sebuah strategi perubahan sosial agar perubahan
61
masyarakat tersebut dapat direncanakan?
Perubahan Sosial: awal dari rekayasas sosial
Prolog ini merupakan catatan awal untuk memberikan suatu preskripsi
bahwa perubahan sosial merupakan keniscayaan yang menimpa suatu
masyarakat, seberapapun dia tersisolasi. Persoalannya bagaimana perubahan
sosial tersebut dirancang dengan perencanaan, sehingga yang muncul dalam
masyarakat yang berada dalam order (tatanannya); meskipun didalamnay
berkelindan berbagai perubahan. Artinya; tiada masyarakat yang dapat steril dari
perubahan sosial. Justru perubahan sosial memberikan suatu bukti terjadinya
dinamika di dalam masyarakat tersebut. Tanpa perubahan sosial, masyarakat
tersebut adalah masyarakat yang ’mati’, stagnan, tanpa dinamika.
Terdapat dua (2) bentuk perubahan sosial. Pertama, perubahan sosial
yang tidak terencana (unplanned social change). Perubahan social yang terjadi
terus menerus yang terjadi secara perlahan yang tanpa direncanakan yang
biasanya diakibatkan oleh teknologi dan globalisasi. Perubahan dalam contoh di
atas adalah salah satu bentuk adanya perubahan yang tidak disadari dengan
hadirnya kebudayaan materiil, yakni televise. Kedua, perubahan social yang
terencana (planned social change); yakni sebuah perubahan social yang
didesain serta ditetapkan strategi dan tujuannya[2]. Nah, dalam kasus perubahan
social di desa adapt tersebut di atas juga terjadi akibat sebuah desain matang
(rekayasa social) dari Negara, misalnya melalui proyek modernisasi yang
berbalut ideologi pembangunanisme (developmentalisme).
Lalu apa sesungguhnya perubahan social tersebut. Perubahan social adalah
proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi suatu sistem sosial[3].
Sementara Suparlan[4] menegaskan bahwa perubahan sosial adalah perubahan
dalam struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, yang antara lain mencakup;
sistem status, hubungan-hubungan dalam keluarga, sistem-sistem politik dan
kekuatan, serta persebaran penduduk. Selain itu terdapat tiga (3) unsur penting
perubahan sosial, yakni (1) sumber yang menjadi tenaga pendorong perubahan,
(2) proses perubahan, dan (3) akibat atau konsekuensi perubahan itu[5].
Menurut Jalaluddin Rahmat[6], ada beberapa penyebab terjadinya perubahan
sosial. (1) bahwa masyarakat berubaha karena ideas; pandangan hidup,
pandangan dunia dan nilai-nilai.
Max Weber adalah salah satu tokoh yang percaya
62
bahwa ideas merupakan penyebab utama terjadinya perubahan sosial. Hal ini
dia perlihatkan dalam menganalisis perubahan sosial dalam masyarakat Eropa
dengan semangat etik protestanismenya sehingga memunculkan spirit
kapitalisme. Diakui oleh Weber bahwa ideologi ternyata berpengaruh bagi
perkembangan dalam masyarakat. (2) yang mempengaruhi terjadinya perubahan
dalam masyarakat juga terjadi dengan adanya tokoh-tokoh besar (the great
individuals) yang seringkali disebut sebagai heroes (pahlawan), dan (3)
perubahan sosial bisa terjadi karena munculnya social movement (gerakan
sosial). Yakni sebuah gerakan yang digalang sebagai aksi sosial, utamanya oleh
LSM/NGO, yayasan, organisasi sosial, dsb serta
Lebih lanjut Kang Jalal[7] menyebut bahwa dalam perubahan sosial
dibutuhkan berbagai strategi yang selayaknya dilakukan melalui berbagai cara,
tergantung analisis situasi atas problem sosial yang ada. (1) strategi normative-
reeducative (normatif-reedukatif). Normative adalah kata sifat dari norm (norma)
yang berarti atuiran-aturan yang berlaku dalam masyarakat. Norma tersebut
termasyarakatkan lewat education, sehingga strategi normatif digandengkan
denagn upaya reeducation (pendidikan ulan) untuk menanamkan dan mengganti
paradigma berpikir masyarakat lama dengan yang baru[8]. Cara atau taktik yang
dilakukan adalah dengan mendidik, bukan sekedar mengubah perilaku yang
tampak melainkan juga mengubah keyakinan dan nilai sasaran perubahan,
(2) persuasive strategy (strategi persuasif). Strategi perubahan yang dilakukan
melalui penggalangan opini dan pandangan masyarakat yang utamanya
dilakukan melalui media massa dan propaganda. Cara yang dilakukan adalah
dengan membujuk atau mempengaruhi lewat suatu bentuk propaganda ide atau
hegemoni ide.(3) perubahan sosial terjadi karena revolusi atau people’s
power. Revolusi dianggap sebagai puncak (jalan terakhir) dari semua bentuk
perubahan sosial, karena ia menyentuh segenap sudut dan dimensi sosial, dan
mengudang gejolak dan emosional dari semua orang yang terlibat di dalamnya.
Rekayasa sosial: gagasan konseptual
Berangkat dari realitas bahwa perubahan sosial tidak dapat dicegah
sebagai sebuah keniscayaan sejarah, baik direncanakan maupun tidak
direncanakan, tulisan ini berupaya lebih dilokalisir untuk mewacanakan
perubahan sosial dengan perencanaan atau desain perubahan sosial. Istilah
populernya adalah rekayasa sosial.
63
Istilah "rekayasa sosial (social engineering)" seringkali dipandang negatif
karena lebih banyak digunakan untuk menunjuk perilaku yang manipulatif.
Padahal, secara konseptual, istilah "rekayasa sosial" adalah suatu konsep yang
netral yang mengandung makna upaya mendesain suatu perubahan sosial
sehingga efek yang diperoleh dari perubahan tersebut dapat diarahkan dan
diantisipasi. Konsep rekayasa sosial, dengan demikian, menunjuk pada suatu
upaya mendesain atau mengkondisikan terjadinya perubahan struktur dan kultur
masyarakat secara terencana. Rekayasa sosial (social engineering) adalah salah
satu cara yang bisa dilakukan untuk menciptakan masyarakat yang bersih, kuat,
disiplin dan berbudaya. Dalam prinsip berpikir sistem, perubahan yang signifikan
hanya dapat dilakukan oleh individu dan masyarakat itu sendiri, bukan
menunggu peran struktur saja. Untuk membentuk struktur yang kuat, diperlukan
elemen kebaruan (emergent properties) yang lahir dari individu dan komunitas
yang sadar/belajar secara terus menerus (the lifelong learner). Komunitas ini
dapat dirancang dengan menggunakan pendekatan dan penerapan beberapa
prinsip organisasi pembelajaran (learning organisation) dan berpikir sistem
(system thinking) yang dirajut dan dikonstruksi dalam konsep dan metode
pembelajaran primer.
Dari Problem Sosial, Unsur-Unsur Sosial hingga Aksi Sosial
Pada dasarnya rekayasa sosial hanya dapat diselenggarakan kepada
masyarakat yang didalamnya terdapat sejumlah problem (sosial). Problem-
problem sosial tersebut memberikan dampak bagi perjalanan panjang (dinamika)
dalam masyarakat. Tapa ada problem sosial, tidak akan ada orang berpikir
untuk melakukan rekayasa sosial. Artinya, problem sosial menjadi faktor utama
untuk segera diatas dalam melakukan rekayasa sosial.
Problem sosial biasanya muncul akibat terjadinya kesenjangan antara
apa yang seharusnya terjadi dalam masyarakat (das sollen) dengan kondisi yang
sebenarnya terjadi (das sein). Misalnya; awalnya masyarakat berharap agar arus
lalu lintas di Metropolitan Surabaya berjalan aman, tertib dan lancar. Semua
pengguna jalan raya berjalan dengan mentaati aturan yang berlaku, ada atau
tidak ada petuga. Sayangnya, apa yang diinginkan oleh masyarakat bertolak
belakang dengan realitas yang terjadi. Betapa banyak pelanggaran lalu lintas
terjadi akibat ketidaktaatan mereka pada peraturan. Akibatnya terjadi perbedaan
antara yang ideal dengan realitas. Kesenjangan tersebut merupakan suatu
64
problem sosial yang mesti segera di atasi. Itulah sebabnya, dibuatlah sebuah
skenario (strategi) sebagai bagian rekayasa sosial melalui kampanye safety
riding[9].
Dengan demikian, dalam melakukan rekayasa sosial, analisis atas
situasi (problem sosial) dalam masyarakat tidak boleh ditinggalkan. Sebab, bisa
jadi tanpa analisis situasi ini sebuah rekayasa sosial akan mengalami kegagalan.
Ibarat sebuah adagium salah di tingkat hulu akan berakhir fatal di tingkat
hilir. Salah dalam membaca sebab musabab sehingga terlahir problem sosial
akan berakibat kesalahan dalam menentukan rekayasa sosial yang
dijalankannya. Tanpa pembicaraan mengenai problem sosial ini, alih-alih
melakukan rekayasa sosial untuk menyelesaikan problem sosial, kita mungkin
malah menambah panjang munculnya problem sosial baru. Dalam
melakukan pemecahan atas problem sosial ada kalanya memang dituntut aksi
sosial (aksi kolektif) yakni tindakan kolektif (bersama) untuk mengatasi problem
sosial, sehingga perubahan sosial bisa digerakkan bersama sesuai dengan
keinginan bersama.
Philip Kotler[10] memberikan gambaran unsur-unsur sosial dan aksi sosial yang
dapat dilakukan dalam melakukan rekayasa sosial; (1) cause (sebab), yakni
upaya atau tujuan sosial –yang dipercayai oleh pelaku perubahan- dapat
memberikan jawaban pada problem sosial, (2) change agency (pelaku
perubahan), yakni organisasi yang misi utamanya memajukan sebab sosial,
(3) Change target (sasaran perubahan); individu, kelompok atau lembaga yang
ditunjuk sebagai sasaran upaya perubahan, (4) Channel (saluran); media untuk
menyampaikan pengaruh dan dari setiap pelaku perubahan ke sasaran
perubahan, dan (5) Change strategy (strategi perubahan); teknik utama untuk
mempengaruhi yang diterapkan oleh pelaku perubahan untuk menimbulkan
dampak pada sasaran perubahan.
Sebagai catatan tambahan, dalam melakukan rekayasa sosial –hal lazim
yang marak digunakan oleh LSM/NGO atau organisasi sosial- adalah melakukan
analisis situasi dengan pendekatan analisis SWOT;
yakni Streght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Oppurtunity (peluang)
dan Treath (ancaman). Analisis ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan atau potensi kita dalam melakukan rekayasa sosial. Melalui analisa
ini, minimal kita dapat menentukan bentuk-bentuk rekayasa sosial yang hendak
65
dijalankan. Namun demikian, ada berbagai pendekatan dalam melakukan
rekayasa sosial –tergantung dari- gaya dan prototipe masing-masing pelaku
perubahan sosial sekaligus masyarakat yang akan dirancang perubahan
sosialnya.
Epilog [11]
Namun demikian dalam melakukan rekayasa sosial harus dihindarkan
berbagai bentuk kesalahan (asumsi) yang kemudian disebut sebagai kesesatan
berpikir (fallacy). Artinya, harus dicermati dan diwaspadai juga, bahwa dalam
masyarakat yang hendak dirancang rekayasa sosialnya (misal korban) masih
mengendapnya berbagai bentuk pola pikir yang dapat mengganggu jalannya
rekayasa sosial. Misalnya, fallacy of dramatic instance (kecenderungan untuk
melakukan over generalisasi), fallacy of Retrospektif
Determinisme (kecenderungan yang menganggap bahwa masalah sosial yang
terjadi sebagai sesuatu yang secara historis memang selalu ada, tidak bisa
dihindari, dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang), argumentum
ad populum (kecenderungan untuk menganggap bahwa pendapat kebanyakan
masyarakat sebagai kebenaran), dsb.
Rekayasa sosial akan mendapat tantangan bisa jadi bukan berasal dari
pihak luar atau kelompok sosial di luar, tetapi justru dalam masyarakat yang
hendak dirancang perubahan sosial; masyarakat yang menjadi korban dari
kelompok kepentingan. Dus, tanpa perencanaan yang matang bisa jadi bukan
keberhasilan yang diperoleh justru kitalah menjadi penyebab kian
melembaganya problem sosial.10

10 http://pmiisyariah-sunanampel.blogspot.com/2010/04/analisis-sosial.html
66
MATERI VIII

Nahdatun Nisa’
A. Prawacana
Belakangan ini konsep gender mengalami kemuduran. Oleh karena itu
sangat disayangkan jika pembahasan gender dalam tubuh PMII harus hilang.
Kader-kader putri PMII sangat menginginkan adanya perkembangan konsep
gender yang selalu digaungkan di setiap tahapan atau proses kaderisasi
formal PMII. Sehingga nahdlatun nisa sebagai materi wajib pelatihan kader
dasar mempunyai harapan dimana dari implementasi ini, kader-kader putri
dapat meneladani dan menjadikan para perempuan mampu berkiprah dalam
peradaban dunia secara umum membangun Indonesia secara khusus. Perihal
pentingnya materi Nahdlatun Nisa’ sudah seharusnya kembali sebagai penguat
tubuh KOPRI dalam berpikir dan bertindak. Wacana Nahdlatun Nisa tersebut
dirasa penting untuk dipertajam serta dipoles ulang karena mengingat Kopri
merupakan bagian dari elemen untuk membumikan ideologi Aswaja, bahkan
Kader Kopri harus cerdas mengurai secara sistematis tentang Aswaja serta
posisi dan pembacaannya terhadap konteks kebutuhan terkini untuk sebuah
misi pembebasan dari ketidakadilan.
PB PMII dalam tiga tahun terakhir ini memperkenalkan istilah Nahdlatun
Nisa’ atau kebangkitan perempuan dengan dua kemungkinan, pertama untuk
membuat hubungan PMII dan NU semakin terlihat harmonis (setelah keputusan
Muktamar ke- 33 NU di Jombang yang memutuskan PMII sebagai banom
kemahasiswaan NU), istilah yang biasanya nampak liberal seperti gender dan
feminisme lantas dibungkus dengan istilah Nahdlatun Nisa’. Kedua, memang ada
niatan baik untuk memberikan ruang bahkan mendorong kader Kopri untuk
bangkit dengan membawa perubahan dalam masyarakat di berbagai sektor,
seperti sosial, politik, pendidikan, budaya, dan ekonomi. Dalam tubuh Nahdlatul
Ulama (NU) sendiri terdapat IPPNU, Fatayat NU, dan Muslimat NU sebagai
wadah perjuangan perempuan Nahdliyin.11
B. Pengertian Nahdlatun Nisa

11Rif’atuz Zuhro, “ Nahdlatun Nisa’ (Korp “PMII” Puteri)”, diakses


darihttps://www.nu.or.id/post/read/78551/nahdlatun-nisa---korp--pmii--putri-,
67
Dalam perspektif Islam, kebangkitan perempuan bisa ditelusuri dari kata
Nahdlatul yang berasal dari kata Nahdlah artinya adalah kebangkitan. Nahdlah
menurut bahasa berarti kemampuan dan potensi untuk mencapai kemajuan
sosial dan lainnya.Kata tersebut di ambil dari kalimat mutiara kitab al-Hikam:
“Janganlah kamu berteman dengan seseorang, yang perilakunya tidak
membangkitkanmu dan ucapannya tidak menunjukkanmu ke jalan Allah.”
Sedangkan an-Nisa berasal dari kata ‫ النساء‬yang artinya perempuan.
Secara literal Nahdlatun Nisa memang bermakna kebangkitan kaum
perempuan, yang mengarah kepada rasa persaudaraan atas dasar kesamaan
jenis kelamin perempuan. Namun, yang dimaksud di sini tidak terjebak pada
jenis kelamin laki-laki dan perempuan, artinya lebih ke persaudaraan atas
solidaritas terhadap nasib dan perjuangan perempuan untuk menemukan
kembali hak-hak kemanusiaan yang telah lama tercabut oleh sistem sosial yang
diciptakan manusia.
Dalam Alquran, sebutan perempuan an-Nisa dipergunakan sebanyak 57
kali, sama dengan kata rajul atau rijal (Baqi: 871) atau al-untsa yang
berpasangan dengan adz- dzakar yang disebut sepuluh kali (Baqi:118-119).
Perimbangan penyebutan ini selintas mengindikasikan bahwa antara kedua
jenis kelamin tersebut, sungguh pun memiliki perbedaan, tetap diperlakukan
dan diperhatikan secara berimbang dan adil oleh Islam (SAS:244). Kesetaraan
(musawah) ini disebut berulang-ulang secara berdampingan dan berpasangan
dalam Alquran, Q.S al-Ahzab ayat 35 yang
artinya:“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki
dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar.”
Legitimasi teks Alquran atas kesetaraan laki-laki dan perempuan
kemudian diperkuat dengan pernyataan Nabi Muhammad SAW yang menjadi
spirit kebangkitan perempuan bahwa “surga berada di bawah telapak kaki ibu”.
Ini bukan sekedar ungkapan tanpa makna, tapi benar-benar menempatkan
68
perempuan pada posisi terhormat dan memiliki peran penting. Kemuliaan
perempuan kemudian dipertegas lagi oleh Nabi Muhammad SAW dengan satu
teks pernyataan dengan dua kali penyebutan untuk perempuan dan satu
penyebutan untuk laki-laki. Yang menarik dalam satu teks hadits penghormatan
kepada perempuan itu, secara psikologis lebih kuat maknanya dan lebih
komunikatif, karena disampaikan Nabi dalam bentuk dialog dengan seorang
sahabat.
Selanjutnya Ulama yang mewarisi nilai-nilai Nabi dalam mengawal
kebangkitan perempuan, salah satunya KH Abdurrahman Wahid atau yang
sering disapa Gus Dur. Beliau begitu banyak melahirkan pemikiran terkait
kesetaraan dan keadilan gender serta perbaikan status dan posisi perempuan.
Pandangannya yang fundamental, seperti menolak perilaku kekerasan
terhadap perempuan dan membela nasib pekerja perempuan.
Gagasan-gagasan maupun keteladanannya (Gus Dur: 116-126) dalam
kebangkitan perempuan diperankan dalam berbagai posisi yang diembannya, di
antaranya sebagai ketum PBNU, Gus Dur mulai mewacanakan mengenai
perempuan yang menjadi pemimpin dan juga perlunya kesehatan reproduksi
bagi perempuan. Legitimasi peran politik perempuan secara formal
diputuskan di Munas Alim Ulamatahun 1997 di Lombok.
Sebagai ketum Dewan Syuro PKB, Gus Dur mempunyai kiat tersendiri
dengan mengkondisikan peraturan keterwakilan perempuan dengan merekrut
SDM perempuan baik di struktur pengurus partai maupun di sayap organisasi.
Bahkan pada Muktamar PKB di Semarang pada 2005, memasukkan kebijakan
kuota 30% di AD ART PKB dan memenuhi 30% di kepengurusan. Selain di
struktur partai, dalam rekrutmen pimpinan fraksi maupun alat kelengkapan DPR
RI beliau mendorong perempuan untuk menjadi ketua maupun sekretaris fraksi,
juga komisi dan badan strategis lainnya di DPR. Sebagai Presiden RI, dengan
tegas mengeluarkan instruksi tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dan
mengubah nomenklatur Kementerian Urusan Wanita menjadi Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dengan misi yang kuat untuk membangun
kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara melalui program pemerintah di seluruh aspek.12

12
Ai Rahmayanti, “Harkitnas : Teks Al qur’an Legitimasi Kesetaraan Lelaki dan Perempuan”, diakses dari
https://muslim.okezone.com/read/2020/05/20/330/2216904/harkitnas-teks-alquran-legitimasi-kesetaraan-
69
C. Gerakan Perempuan di Indonesia
Gerakan perempuan di Indonesia tumbuh pada awal abad 20 ketika
sekolah modern didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda, dan organisasi
modern didirikan oleh “kaoem bumiputera”. Hingga saat ini, hampir satu abad
lamanya, perjuangan itu mengalami pasang surut. Bahkan apa yang disebut
capaian tentang “Hak Perempuan” saat ini, pada prinsipnya belum dapat
menjawab problem penindasan yang dialami kaum perempuan itu sendiri.13
Berikut sejarah gerakan perempuan di Indonesia dari masa ke masa :14
1. Masa pra kemerdekaan
Semangat nasionalisme para pemuda diikuti oleh para
perempuannya. Gerakan perempuan pada masa pra kemerdekaan yaitu pada
masa penjajahan, perlakuan ketidakadilan yang dialami perempuan Indonesia,
khususnya dalam lingkup keluarga, ditulis pada surat-surat Kartini dari tahun
1878 sampai 1904 yang dibukukan pada permulaan abad ke-20. Surat – surat
Kartini kebanyakan berisi tentang nilai tradisi khususnya dari tradisi Jawa yang
cenderung membelenggu perempuan, tergantung pada laki-laki sehingga
perempuan menjadi kaum yang tidak berdaya. Kartini menetapkan
ketidakadilan perempuan dalam sistem kebudayaan masyarakat. Strategi yang
dilakukan oleh Kartini dalam mengatasi permasalahan kaumnya dengan cara
melalui pendekatan pendidikan.
Organisasi perempuan pertama di Indonesia adalah Poetri Mardika.
Organisasi ini dibentuk atas bantuan Boedi Oetomo. Kelahiran Poetri Mardika
dan gerakan perempuan di Indonesia memang tidak bisa dipisahkan dari
gerakan nasional bahkan internasional yang memperjuangkan emansipasi,
nasionalisme dan kebebasan dari kolonialisme. Setelah itu muncullah berbagai
organisasi perempuan yang merupakan bagian dari organisasi atau gerakan
nasionalis seperti Jong Java Meiskering, Young Javanese Girls Circle, Wanita
Oetomo, Aisyiah, Poetri Indonesia, Wanita Katolik, Wanito Muljo, Jong
Islamieten Bond dan lain sebagainya. Pada masa kolonial dapat dipahami

lelaki-dan-perempuan?page=2,
13
Ruth Indah Rahayu, “Gerakan Perempuan di Indonesia : Pasang Surut Gerakan Memperjuangkan Hak”,
diakses dari https://indoprogress.com/2017/12/gerakan-perempuan-di-indonesia-pasang-surut-
memperjuangkan-hak/,
14
AliGhofar,“NahdlotunNisa’”,diaksesdarihttp://sahabatghofar.blogspot.com/2017/05/nahdlotu
n-nisa.html,
70
apabila perempuan dan gerakan perempuan secara bersama-sama dengan
gerakan nasionalis membasmi ketidakadilan dari sistem kolonial sekaligus
memperjuangkan hak-hak perempuan dan kesetaraan.
Pada 1928 dikatakan sebagai titik balik perjuangan perempuan,
tepatnya saat diselenggarakannya Kongres Perempuan Pertama di Dalem
Djojodipuran , Yogyakarta. Kongres itu diprakarsai oleh tiga tokoh perempuan
yang progresif, yaitu Ibu Soekonto (Wanita Utomo), Nyi Hajar Dewantara
(Wanita Taman Siswa), dan Ibu Soejatim (Puteri Indonesia). Salah satu
keputusan penting adalah terbentuknya federasi Perikatan Perempuan
Indonesia (PPI) yang pada 1929 mengganti nama menjadi Perikatan
Perkumpulan Istri Indonesia. Dan akhirnya berubah menjadi Kongres Wanita
Indonesia (KOWANI) pada 1946. Pada dasarnya semua organisasi mempunyai
tujuan yang sama yakni menghilangkan ketidak adilan terhadap kaum wanita.
Pasca proklamasi
Peran perempuan di era pasca proklamasi tidak hanya berkutat pada patriarki
dan pendidikan saja, namun ke ranah politik juga, sehingga peran perempuan
rawan menjadi korban politik. Sorotan pada masa ini adalah Gerwani,
organisasi wanita yang aktif di Indonesia pada tahun 1950-an dan 1960-an.
Organisasi ini didirikan pada tahun 1950, dan memiliki lebih dari 650.000
anggota pada tahun 1957. Kelompok ini memiliki hubungan yang kuat dengan
Partai Komunis Indonesia, tetapi sebenarnya merupakan organisasi
independen yang memperhatikan masalah-masalah sosialisme dan feminisme,
termasuk reformasi hukum perkawinan, hak-hak buruh, dan nasionalisme
Indonesia. Setelah kudeta 30 September 1965, Gerwani dilarang dan banyak
anggotanya tewas, dan di bawah Presiden Suharto organisasi ini menjadi
contoh yang sering dikutip dari tindakan amoralitas dan gangguan selama era
pra- 1965.
Pada tahun 1946, didirikanlah salah satu organisasi perempuan berbasis NU
dimana Nyai Djuaesih adalah ketuanya pada periode 1950-1952. Meski
menjadi sosok perintis Muslimat NU, Nyai Djuaesih tidak begitu menonjol
sebagai organisator dalam kepengurusan Muslimat. Dia lebih populer sebagai
mubalighat dalam kepengurusan Muslimat NU Jawa Barat. "Di dalam Islam
bukan saja kaum laki-laki yang harus dididik mengenai pengetahuan agama
dan pengetahuan lain. Kaum wanita pun wajib mendapatkan didikan yang
selaras dengan kehendak dan tuntutan agama.
Karena itu, kami wanita yang tergabung dalam NU mesti bangkit," pidatonya di
atas mimbar mantap.Sontak, pidatonya membuat para hadirin terpesona. Dia
akhirnya dikenal sebagai sosok perempuan NU yang pertama kali naik mimbar

71
dalam forum resmi organisasi. Isi pidatonya terkait tanggung jawab yang sama
dalam organisasi menjadi rintisan pandangan dan cikal bakal lahirnya Muslimat
NU.

Masa orde baru

Pemerintahan Orba diidentikkan dengan peraturan


yang otoriter. Orba
menginstruksikan sebuah ideologi gender yang bersifat ibuisme,
sebuah paham yang
melihat kegiatan ekonomi perempuan sebagai bagian dari perannya
sebagai ibu dan
partisipasi politik sebagai tak layak. Politik gender ini termanifestasi
dalam dokumen-
dokumen negara seperti GBHN, UU Perkawinan no. 1/1974 dan
Panca Dharma
Wanita. Pada era ini juga terbentuk organisasi perempuan Dharma
Wanita, Dharma
Pertiwi dan PKK. Adanya organisasi ini dianggap
sebagai langkah untuk
membekukan gerakan perempuan, sehingga terkesan perempuan
“dikandangkan”,
bentuk-bentuk pemikiran sehingga dibentuk
perempuan dibatasi organisasi
perempuan yang mengurusi kegiatan
domestik saja.
Pada 1974, di Jawa Tengah terbentuk gerakan Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) dan ini kemudian ditetapkan bahwa gerakan PKK berlaku
secara nasional yang merupakan salah satu gerakan untuk meningkatkan
kehidupan perempuan terutama di golongan bawah. Gerakan ini merupakan
usaha nasional yang mendapat subsidi dari pemerintah. Fokus gerakan ini
diarahkan pada upaya pembinaan kesehatan, gizi, hygiene dan menambah
pengetahuan tentang pendidikan anak serta menambah keterampilan untuk
menambah penghasilan.
Pada masa orde baru ternyata ada semacam jejak trauma atas penghianatan
72
PKI yang berimbas pada jalannya organisasi perempuan. Peristiwa
pemberontakan PKI membawa perubahan besar dan mendasar bagi
perkembangan kehidupan masyarakat, termasuk pada gerakan perempuan
karena dampaknya adalah tumbuhnya sikap syak wasangka. Selain itu, pada
masa orba tak sedikit permasalahan perempuan yang mengemuka seperti
kekerasan terhadap perempuan, kasus Marsinah, kurangnya perlindungan
TKW. Juga banyak sekali kasus pengeksploitasi tubuh perempuan untuk tujuan
ekonomi poltik.
Era reformasi
Berbeda dengan pergerakan pada masa pra dan kemerdekaan yang
juga bertujuan merebut serta mempertahankan kemerdekaan, organisasi
perempuan masa kini sudah lebih berkonsentrasi pada permasalahan yang
bersifat sosial kemasyarakatan, pendidikan serta aspek lain yang dirasa perlu
dalam usaha pemberdayaan perempuan. Organisasi-organisasi tersebut antara
lain:
Pundi Perempuan, didirikan di jakarta pada tahun 2002. Organisasi ini
bertujuanuntuk menggalang dana dan mengelolanya bagi organisasi anggota
yang tersebar di seluruh Indonesia. Organisasi ini berkonsentrasi pada
permasalahan kekerasan dalam rumah tangga.
Rifka Annisa, Yogyakarta. Merupakan organisasi penyedia layanan bagi
perempuan korban kekerasan, serta pengembangan sumber daya untuk
penghapusan kekerasan terhadap perempuan. penguatan yang dilakukan rifka
annisa tidak hanya berkutat pada aspek psikologis, pendidikan hukum, tapi juga
pemberdayaan ekonomi, karena berdasar hasil survei, kebergantungan
ekonomi juga menjadi salah satu faktor yang menyuburkn kekerasan pada
wanita.
Aliansi Perempuan Merangin, didirikan pada 1 Januari 2003 Jambi.
Organisasi ini bervisi memperjuangkan terwujudnya hak otonomi/hak asasi
perempuan serta mendesak pemerintah untuk membuka akses seluas-luasnya
pada perempuan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Dalam usahanya, mereka
mengelola klinik kesehatan, serta mendorong anggotanya untuk menerapkan
usha produktif meski dalam skal kecil, dengan berjualan kecil-kecilan misalnya.
Sapa Institute (Sahabat Perempuan Institute), berdiri pada 25 Juni 2002 di
Bandung. Pada awalnya, SI merupakan kelompok diskusi tentang hubungan
antara gender, Islam, dan feminisme, serta upaya peningkata keterlibatan
perempuan di bidang pendidikan, sosial, ekonomi, dan politik. Pendirian
organisasi ini dilatarbelakangi kurangnya pemahaman masyarakat terhadap
hak- hak perempuan yang mengakibatkan diskriminasi. SI menggunakan tiga
pendekatan, yaitu melakukan kajian dan analisis tentang berbagai persoalan
perempuan, pengorganisasian dan pendampingan komunitas, dan advokasi
untuk kebijakan publik yang adil gender.
73
Jurnal Perempuan, Jakarta. Merupakan lembaga swadaya masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai hak-hak perempuan
melalui media komunikasi dan informasi. Sesuai dengan tujuannya, jurnal
perempuan memiliki lima program utama, yaitu Program Jurnal Perempuan,
Program Radio Jurnal Perempuan, Program Penerbitan Buku dan Kajian
Perempuan, Program Video Jurnal Perempuan, dan Program Jurnal
Perempuan Online. Yang mempunyai segmentasi masing-masing sehingga
tujuan organisasi tercapai.
Koperasi Annisa, didirikan oleh Kasmiati di Mataram pada 4 Maret
1989. Organisasi ini pada awalnya merupakan perwujudan keprihatinannya
terhadap wanita pengusaha ekonomi lemah yang terjerat rentenir. Namun pada
perkembangannya, koperasi ini juga bergerak di bidang usaha kecil sektor
informal, gender dan wanita dalam pembangunan, kesehatan, anak,
kependudukan, serta keluarga berencana.

D. Kepemimpinan Perempuan Perspektif Aswaja15


Nahdlatul Ulama adalah organisasi para ulama yang menjadikan Aswaja
sebagai ideologi organisasi yang mengarahkan cara berpikir, bertindak, dan
mengambil keputusan. Aswaja menuntut para ulama untuk konsisten mengikuti
konsep Imam al Asy’ari dan Imam Maturidi dalam akidah, Imam Maliki, Imam
Hambali, Imam Syafi’i dan Imam Hanafi dalam syari’at (fiqih) dan Imam al-
Ghazali atau Imam Junaidi Al- Baghdadi dalam tasawuf. Para imam utama ini
menekankan moderasi, toleransi, keseimbangan, dan tegak lurus dalam
melakukan amar ma’ruf nahyi munkar.
Dari perspektif di atas, para ulama melihat kepemimpinan perempuan
sebagai diskursus yang menyeberang dari ideologi Aswaja yang mayoritas
menempatkan kepemimpinan pada kaum laki-laki. Namun, dengan prinsip
moderasi, keseimbangan dan toleransi di atas, NU membolehkan perempuan
menjadi pemimpin dengan merujuk pada prinsip utama Islam yang tidak
membedakan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, kebolehan perempuan
menjadi pemimpin menurut NU tidak lepas dari upaya menegakkan
kemaslahatan yang berubah dengan perubahan masa. Tuntutan publik,
khususnya dari kalangan perempuan, untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai
15Ruth Indah Rahayu, “Gerakan Perempuan di Indonesia : Pasang Surut Gerakan Memperjuangkan Hak”,
diakses dari https://indoprogress.com/2017/12/gerakan- perempuan-di-indonesia-pasang-surut-
memperjuangkan-hak/,
74
aspek kehidupan di ruang publik, mengharuskan NU untuk menyikapinya secara
arif dan bijaksana.
Peran domestik perempuan tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan
apapun. Seorang perempuan yang aktif di ruang publik harus tetap
menempatkan peran domestik sebagai peran utama yang harus diprioritaskan.
Peran domestik adalah pondasi peran publik perempuan, karena keluarga
adalah sumber kebahagiaan lahir dan batin. Jika keluarga berjalan secara
harmonis, maka aktivitas di ruang publik akan berjalan dengan tenang dan
sukses. Namun, jika keluarga mengalami masalah serius, maka kiprah di ruang
publik akan terganggu, dan perempuan tidak merasakan kebahagiaan hakiki.
Oleh sebab itu, konsep kepemimpinan perempuan dalam NU selalu berpegang
para prinsip tawassuth, yaitu moderasi peran domestik dan publik yang
diharapkan mampu mewujudkan kemaslahatan hakiki di dunia dan akhirat.

75
MATERI IX

Analisis Wacana dan Media Representatif Gender


Pengertian analisis wacana
Analisis wacana atau discouse analysis adalah cara yang digunakan
untuk membongkar makna atau pesan komunikasi yang terdapat dalam suatu
teks baik secara tekstual maupun kontekstual. Sehingga makna yang digali dari
sebuah teks atau pesan komunikasi tidak hanya dilihat dari teks yang sudah
jelas tertulis semata lebih dari itu.
Menurut pandangan dari Stubs, analisis wacana adalah merupakan
salah satu kajian yang meneliti atau menganalisa bahasa yang digunakan secara
alamiah, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Stubs juga mengatakan bahwa
analisis wacana menekankan kajian penggunaan dalam konteks sosial,
khusunya dalam interaksi antar penutur. Selain itu,
Cook juga berpendapat bahwa analisis wacana merupakan kajian yang
membahas tentang wacana, dan sedangkan wacana merupakan Bahasa yang
digunakan berkomunikasi.
pengertian analisis wacana secara konseptual adalah merujuk kepada
upaya mengkaji pengaturan bahasa atas kalimat. Mengkaji satuan kebahasaan
yang lebih luas. Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam
komunikasi.
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, kesimpulannya bahwa
analisis wacana adalah cara atau metode yang meneliti atau menganalisis
bahasa yang digunakan secara alamiah, baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Pandangan Analisis Wacana
Meskipun ada gradasi yang besar dari berbagai definisi, titik
singgungnya adalah analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai
bahasa atau pemakaian bahasa. Ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam
analisis wacana:
a. Diwakili oleh kaum positivisme-empiris. Oleh penganut ini, bahasa dilihat dari
jembatan antara manusia dengan objek diluar dirinya. Dalam kaitannya dengan

76
analisis wacana, konsekuensi logis dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu
mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya,
sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar
menurut kaidah sintaksis dan semantik.
Oleh karena itu, tata bahasa kebenaran sintaksis adalah bidang utama
dari aliran positivisme-empiris tentang wacana. Analisis wacana dimaksutkan
untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama.
Wacana lantas diukur dengan pertimbangan kebenaran/ketik benaran (menurut
sintaksis dan semantik).
b. Pandangan kedua disebut sebagai konstruktivisme. Pandangan ini banyak
dipengaruhi oleh pikiran fenomenologi. Aliran ini menolak pandangan
empirisme/positivisme yang memisahkan subjek dan objek bahasa.
Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan
wacana serta
hubungan-hubungan sosialnya. Dalam hal ini seperti dikatan A. S. Hikam, subjek
memiliki kemampuan melakukan ko troll terhadap maksut-maksut tertentu dalam
setiap wacana. Oleh arena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu
analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu.
Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang
subjek yang mengemukakan suatu pernyataan.
c. Pandangan ketiga disebut pandangan kritis. pandangan ini ingin mengoreksi
pandangan kontruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan
reproduksi makna yang terjadi secara
historis maupun institusional. Seperti ditulis A. S. Hikam, pandangan
konstruktivisme masih belum menganalisis faktorfaktor hubungan kekuasaan
yang inheren dalam setiap wacana, yang pada gilirannya berperan dalam
membentuk jenis-jenis subjek tertentu berikut perilaku-perilakunya. Hal inilah
yang
melahirkan paradigma kritis. Analisis wacana dalam paradigm ini menekankan
pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi
makna.. oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang
ada dalam setiap proses bahasa. Dengan pandangan semacam ini, wacana
melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan terutama dalam
pembentukan subjek, dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam
77
masyarakat.
Kerangka Analisis Wacana
Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan
dikembangkan oleh beberapa ahli, model Van Dijk menjadi model yang paling
banyak dipakai.
Menurut Van Dijk, sebgaimana yang dikutip eryanto penelitian atas
wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, Karena teks
hanya hasil dari suatu proses praktik produksi yang juga harus diamati dan harus
dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita bias memperoleh
suatu pengetahui kenapa teks bisa semacam itu.
Berikut ini kerangka analisis wacana sesuai model Van Dijk
a. Teks
Teun Van Dijk melihat suatu wacana terdiri atas berbagai struktur/tingkatan,
yang masing-masing bagian saling mendukung. Van Dijk membagianya dalam
tiga tingkatan :
1. Struktur makro. Ini merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang
dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu
berita.
2. Superstruktur adalah kerangka suatu teks : bagaimana bagiamana
bagianbagian teks terususun kedalam berita secara utuh.
3. Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari
suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar. 16
Pengertian Media
Media merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Latin sekaligus
memiliki bentuk jamak atau sering disebut dengan medium. Sementara itu, kata
media secara harfiah memiliki arti perantara. Dalam hal ini, perantara yang
dimaksud adalah adanya perantara antara sumber informasi atau pesan (a
source) dan adanya penerima pesan atau informasi (a receiver). Maka dari itu,
sering sekali kita melihat media yang ada di kehidupan sehari-hari, seperti
koran, artikel online, film, televisi, dan masih banyak lagi.
Dengan kehadiran media di dunia ini, maka seseorang akan mudah
terbantukan, sehingga segala sesuatu yang sedang dilakukan akan mudah
terselesaikan. Bahkan, media ini bisa mengurangi terjadinya kesalahpahaman
16 http://repository.radenfatah.ac.id/
78
antara pemberi informasi atau penerima informasi. Selain itu, media bisa
dimanfaatkan untuk kita belajar, semakin banyak kita belajar semakin bertambah
pengetahuan dan wawasan yang dimiliki oleh seseorang.
Seiring dengan perkembangan zaman, media mengalami
perkembangan juga, yang tadinya media hanya dalam bentuk kertas saja,
sekarang media sudah bisa diakses melalui alat elektronik, seperti handphone,
computer, laptop, dan sebagainya. Kemudahan akses untuk memperoleh media
seharusnya dimanfaatkan dengan bijak supaya seseorang atau kelompok tidak
ketinggalan informasi.
Selain itu, di dalam dunia pendidikan pasti akan terjadi komunikasi antara
peserta didik dengan guru atau pengajar dan sering dikenal dengan istilah media
pembelajaran. Sudah menjadi sangat umum kalau informasi berupa ilmu
pengetahuan yang ada pada dunia pendidikan harus diberikan dengan maksimal
agar peserta didik dapat menerima ilmu pengetahun dan wawasannya
bertambah.
Dengan adanya media pembelajaran pada saat melakukan aktivitas
belajar mengajar, maka komunikasi antara guru dengan peserta didik akan
terjalin lebih harmonis dan mereka bisa saling memahami dengan setiap
informasi yang diberikan. Jadi, bagi para guru sebaiknya pilihlah media
pembelajaran yang sangat sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Rasanya belum lengkap kalau membahas pengertian media, tetapi tidak
langsung dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam KBBI, media
adalah alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televises, film,
poster, dan spanduk.
Pengertian Media Menurut Para Ahli
Nah itulah pengertian dari media yang perlu kamu tahu supaya kamu
lebih mudah untuk mendalami pengertian media, maka di bawah ini ada
pengertian media yang telah disampaikan oleh beberapa ahli.
Schramm
Schramm mengungkapkan bahwa media adalah sebuah teknologi
pembawa pesan atau informasi yang sifatnya instruksional serta bisa dilihat,
dibaca, didengar, dan dimanipulasi.
Leslie J. Brggs
Menurut Leslie J. Briggs, media adalah alat yang bentuknya berupa
79
wujud fisik yang biasanya digunakan pada saat menyampaikan isi materi. Leslie
J. Briggs juga mengatakan kalau alat yang dimaksud, seperti tape recorder,
video recorder, gambar, kamera, televisi, grafik, dan komputer.
Purnawati dan Eldawi
Punawati dan Eldawi menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu
yang bisa dipakai untuk memberikan pesan yang berasal dari pengirim pesan
kepada penerima pesan, sehingga penerima pesan yang diterima dapat
memengaruhi perasaan, ikiran, dan perhatian siswa dan menciptakan kegiatan
belajar mengajar.
Gagne
Menurut Gagne, media adalah salah satu jenis komponen yang ada di
dalam lingkungan para siswa serta bisa meningkatkan minat untuk belajar.
Sadiman
Sadiman menyatakan kalau media adalah berisi tentang berbagai
macam hal yang biasanya dipakai untuk mengirimkan pesan atau informasi
kepada penerima pesan, sehingga penerima pesan (siswa) perasaan, pikiran,
perhatiannya, dan minat dalam kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan
efektif dan efisien.
Miarso
Media menurut Miarso adalah berbagai macam sesuatu yang bisa
berfungsi untuk memberikan pesan atau informasi yang di mana pesan tersebut
bisa memengaruhi perhatian, pikiran, dan keinginan para siswa untuk belajar.
Robert Heinich
Menurut Robert Heinich, media adalah sesuatu yang dapat membawa
sebuah informasi atau pesan yang terjadi antara sumber pesan (source) dengan
penerima informasi (receiver).
Arsyad
Arsyad menyatakan kalau media adalah suatu hal yang bisa dijadikan
sebagai perantara atau pengirim pesan yang berasal dari pengirim pesan
kepada penerima pesan. Dalam hal ini, Arsyad juga mengatakan bahwa media
bisa juga berupa perangkat lunak (software) atau perangkat lunak (hardware).
Ahamad Rohani
Ahmad rohani mengatakan bahwa media adalah suatu hal yang bisa
diterima oleh alat indera manusia serta berfungsi sebagai perantara, alat, atau
80
sarana dalam melakukan kegiatan berkomunikasi atau digunakan untuk proses
belajar mengajar.
Santoso S. Hamikaya
Menurut Santoso S. Hamikaya, media adalah adalah berbagai macam
bentuk perantara yang seringkali digunakan oleh seseorang untuk menyebarkan
ide yang dimilikinya supaya ide tersebut bisa sampai kepada penerima ide.
Degeng
Menurut Degeng, media adalah sebuah komponen yang berkaitan
dengan strategi penyampaian yang bisa diisi dengan pesan yang akan
disampaikan kepada pembelajaran dan biasanya berupa bahan, orang, dan alat.
Blake dan Horlsen
Blake dan Horalsen mengungkapkan bahwa media adalah suatu saluran
komunikasi yang biasanya dipakai untuk memberikan pesan antara sumber
pesan (berasal dari pemberi pesan) dan isi pesan (diterima oleh penerima
pesan)
Dari pengertian media yang sudah diungkapkan oleh beberapa ahli,
maka bisa dibilang kalau media itu sering sekali digunakan oleh banyak orang
terutama untuk memberikan informasi. Informasi yang diberikan dengan suatu
media dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan atau informasi selama
pemberi pesan dan penerima pesan memiliki kegiatan berkomunikasi yang baik.
Beberapa ahli juga mengatakan bahwa media ini sangat berkaitan
dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh para guru atau pendidik
dengan peserta didik. Maka dari itu, informasi, pesan, ilmu pengetahuan, dan
wawasan dapat diterima dengan baik selama para perasaan dan perhatian
peserta didik bisa fokus terhadap informasi yang diberikan oleh guru.
Fungsi Media
Media yang bisa digunakan pada berbagai macam bidang, mulai dari
pendidikan, hingga politik, dan masih banyak lagi. Adapun beberapa fungsi
media secara umum, yaitu:
1. Sebagai Sarana Informasi Bagi Masyarakat
Setiap masyarakat pasti membutuhkan yang namanya informasi karena
dengan informasi itu seseorang atau sekelompok masyarakat bisa menambah
wawasannya. Fungsi media sebagai sarana informasi ini memudahkan
masyarakat mendapatkan informasi. Hanya dengan handphone saja, kamu
81
sudah bisa mendapatkan banyak informasi. Selain itu, informasi bisa juga
diperoleh melalui televisi. Semakin banyak informasi yang diterima oleh
masyarakat, maka semakin bertambah wawasan.
2. Sebagai Sarana Untuk Menyalurkan Ide dan Gagasan
Fungsi kedua dari media adalah sebagai sarana untuk menyalurkan ide
atau gagasan. Setiap orang pasti memiliki ide dan gagasan di dalam pikirannya,
sehingga seseorang bisa berpikir kreatif. Ide dan gagasan yang hanya ada di
dalam kepala, jika tidak dituangkan, maka orang lain tidak akan tahu. Saat ini,
sudah ada berbagai macam media yang bisa digunakan untuk menyalurkan ide
dan gagasan, seperti film, cerpen, novel, dan sebagainya.
3. Sebagai Sarana Pendidikan Dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Fungsi selanjutnya dari media adalah sebagai sarana pendidikan dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam dunia pendidikan, media bisa dikatakan
sangat penting untuk memberikan informasi kepada peserta didik, sehingga guru
akan mencari media pembelajaran yang cocok dengan karakteristik peserta didik
serta tidak membuat bosan peserta didik ketika belajar. Tanpa adanya media
pembelajaran, maka peserta didik akan kesulitan dalam menangkap atau
menerima informasi ilmu pengetahuan.
4. Sebagai Sarana Untuk Mendapatkan Hiburan
Media bukan hanya berfungsi untuk mendapatkan informasi atau
memberikan informasi saja, tetapi bisa juga berfungsi untuk mendapatkan
hiburan. Fungsi ini bisa dibilang mampu menghilangkan rasa penat sedang
dialami oleh seseorang. Pada umumnya, media yang bisa menghibur seseorang
ini berupa film, musik, buku, dan lain-lain.
5. Sebagai Sarana Pengawas Sekaligus Pengontrol Kegiatan Sosial
Fungsi media selanjutnya adalah sebagai sarana pengawas sekaligus
pengontrol kegiatan sosial. Dengan adanya media, setiap anggota masyarakat
tidak mudah untuk melakukan kegiatan atau tindakan yang membahayakan.
Dengan berkurangnya tindakan-tindakan yang membahayakan, maka bisa
membuat suatu lingkungan masyarakat menjadi lebih sejahtera.
6. Sebagai Sarana Untuk Menyelesaikan Keterbatasan Pada Alat Indera,
Ruang, dan Waktu
Media berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan keterbatasan
pada alat indera, ruang, dan waktu. Oleh sebab itu, adanya media membuat
82
semua masyarakat mudah memperoleh informasi. Hal ini dikarenakan sudah
banyak media yang bisa membantu kita untuk memberikan informasi dan
menerima informasi.
Jenis-Jenis Media
Setelah membahas fungsi dari media, kini saatnya kita membahas jenis-jenis
dari media. Media memiliki tiga jenis, yaitu media visual, media audio, dan media
visual audio.
1. Media Visual
Media visual adalah salah satu jenis media yang lebih mengutamakan
alat indera penglihatan, sehingga biasanya media ini berbentuk gambar, video,
dan sebagainya. Pada umumnya, media visual yang sering digunakan oleh
orang banyak adalah proyektor dan informasi yang disampaikan kepada
penerima informasi dengan bentuk visual juga.
Adapun media visual yang memiliki dua jenis, yaitu media visual gerak
dan media visual diam. Bahkan, kedua jenis media visual tersebut bisa digabung
menjadi satu kesatuan. Dengan adanya media visual, maka akan banyak sekali
orang yang tertarik untuk menerima informasi yang diberikan. Selain itu, materi
yang diberikan pada media visual akan mudah dipahami karena memiliki contoh
gambar yang berupa fakta.
2. Media Audio
Media audio adalah media yang biasanya dipakai untuk menyiarkan
suatu informasi atau pesan melalui suara. Oleh sebab itu, alat indera
pendengaran menjadi alat indera yang cukup penting dalam menerima pesan
melalui media audio. Media audio ini biasanya sering kita temukan pada siaran-
siaran radio. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, media
audio mengalami perkembangan menjadi podcast.
Kamu bisa mendapatkan berbagai macam informasi yang ada pada
suatu siaran podcast. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pesan yang
diterima melalui media audio memiliki sifat berupa memberikan informasi verbal
dan memberikan informasi non verbal. Informasi verbal berupa kata-kata atau
bahasa lisan. Sedangkan informasi non verbal berupa vokalisasi atau bunyi-
bunyian.
3. Media Visual Audio
Media visual audio adalah jenis media yang menggabungkan media
83
visual dengan media audio, sehingga informasi yang diberikan berupa gambar
atau video yang memiliki suara. Oleh sebab itu, tak sedikit orang yang
mengatakan kalau media visual audio ini lebih menarik untuk dilihat dan
didengar. Penggabungan dua media ini bukan hanya merangsang satu alat
indera saja, tetapi bisa langsung dua alat indera, yaitu alat indera pendengaran
dan penglihatan.
Media visual audio dibagi menjadi dua jenis, yaitu media visual audio
gerak dan media visual audio diam. Media visual audio gerak bisa kita lihat
gambar bersuara, film, dan lain-lain. Sedangkan media visual audio diam berupa
buku bersuara, halaman bersuara, dan sebagainya.
Manfaat Media
Pada dasarnya, media memiliki banyak sekali manfaat yang bisa
dirasakan langsung atau di waktu yang akan datang. Akan tetapi, manfaat utama
dari media adalah bisa meningkatkan hubungan komunikasi antara individu yang
satu dengan yang lainnya. Berikut ini beberapa manfaat dari media.
1. Masyarakat bisa mendapatkan informasi lebih cepat, sehingga tidak
ketinggalan informasi. Informasi yang semakin cepat diterima ini dipengaruhi
dengan adanya perkembangan teknologi atau internet.
2. Masyarakat mudah memberikan informasi karena informasi bisa diberikan
melalui handphone.
3. Informasi yang diberikan bisa dengan maksimal, sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman antara pemberi pesan dan penerima pesan.
4. Pesan mudah diberikan kepada penerima pesan karena tidak membutuhkan
waktu yang lama atau lebih efektif dan efisien. 17

Media Representatif Gender

Representasi gender dalam media menjadi topik yang penting pada


diskusi kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Media adalah salah satu
sumber informasi sekaligus hiburan yang penting bagi masyarakat modern dan
memilki dampak terhadap persepsi gender. Representasi gender yang kurang

17
https://www.gramedia.com/literasi/media/
84
tepat dalam media juga dapat mempengaruhi cara kita memandang laki-laki dan
perempaun, dana juga memperkuat stereotipe gender yang tidak sehat.
Streotipe gender dalam media cukup sering terlihat pada penggambaran peran
oleh karakter laki-laki dan perempuan. Laki-laki tidak jarang digambarkan
sebagai tokoh yang kuat, agresif, dan lebih dominan, sementara perempuan
sering digambarkan sebagai objek seksual, pasif, dan bergantung kepada laki-
laki. Hal ini dapat ditemukan di berbagai media seperti film, televisi, video game,
iklan, dan lain sebagainya.
Dalam sebuah media, dapat terlihat stereotipe gender pada representasi
fisik dan perikalu karakter. Laki-laki sering divisualkan dengan tubuh yang besar
dan kuat, berbeda dengan perempuan yang divisualkan dengan tubuh yang
seksi dan ramping, karakter laki-laki dalam media juga sering diperankan
sebagai pahlawan atau pemimpin, sedangkan karakter perempuan sering
dijadikan pelengkap cerita atau objek cinta dari karakter laki-laki saja. Dampak
dari representasi gender yang tidak tepat dalam media dapat memengaruhi cara
pandang masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan. Stereotipe gender dapat
membatasi kebebasan individu dalam memilih pekerjaan dan peran gender yang
sesuai dengan kemampuan mereka. Misalnya, banyak profesi dianggap sebagai
"kerja laki-laki" atau "kerja perempuan", yang dapat memengaruhi cara pandang
masyarakat terhadap peran gender dalam pekerjaan.
Representasi gender yang tidak tepat dalam media juga dapat
memengaruhi kesehatan mental dan fisik. Wanita yang sering terpapar
gambaran tubuh ideal dalam media dapat mengalami tekanan untuk memiliki
tubuh yang sama, dan dapat memicu masalah seperti gangguan makan. Laki-
laki yang sering terpapar gambaran maskulinitas yang tidak realistis dapat
mengalami tekanan untuk memenuhi standar tersebut, dan dapat memicu
masalah seperti gangguan kecemasan dan depresi. Namun, seiring dengan
meningkatnya kesadaran tentang representasi gender dalam media, banyak
perusahaan media dan pembuat konten yang berupaya untuk menciptakan
representasi gender yang lebih inklusif dan positif. Contohnya, film dan acara
televisi seperti "Wonder Woman" dan "Captain Marvel" menampilkan tokoh
perempuan yang kuat dan mandiri, sementara video game seperti "The Last of
Us Part II" menampilkan karakter perempuan sebagai protagonis.

85
MATERI X

ANALISIS KEBIJAKAN KAMPUS & PENGELOLAAN RUANG


STRATEGIS AKADEMIK

A. Analisis Kebijakan Kampus


Nadiem makarim kembali dengan langkah revolusionernya dalam bidang
pendidikan yang sebelumnya menghapus UN (ujian nasional) dan
menggantikannya menjadi asesmen kompetisi minimum dan survei karakter
hingga pada tanggal 24 januari 2020 nadiem mengeluarkan kebijakan yang
bernamakan “merdeka belajar: kampus merdeka”.
Kebijakan tersebut memiliki empat poin inti seperti pembukaan prodi
yang di permudah, sistem akreditasi yang dibuat mudah dan kapanpun bisa,
karpet merah bagi PTN BLU (badan layanan umum) dan SATKER jika ingin
menjadi PTN BH (berbadan hukum), dan belajar diluar prodi, serta
pengubahan definisi dari SKS.
Kebijakan kampus merdeka ini sudah memiliki payung hukum yaitu
permendikbud no.3 tahun 2020 tentang standar nasional perguruan tinggi,
permendikbud no.4 tahun 2020 tentang perubahan perguruan tinggi menjadi
PTN BH, permendikbud no.5 tahun 2020 tentang akreditasi perguruan tinggi
dan prodi, permendikbud no.7 tahun 2020 tentang pendirian, perubahan,
pembubaran PT dan PTS.
Nadiem sangat mengelu-elukan kebijakan ini yang dimana menurutnya
kebijakan ini melepas belenggu kampus agar lebih mudah bergerak dan
diharapkan mahasiswa kedepannya sudah sesuai dengan apa yang
dibutuhkan pasar. Berbicara masalah pasar tak ayal dan tak bisa lepas dari
peran seorang kapitalisme.
Menurut Slavoj zizek seorang filsuf psikoanalitik asal Slovenia
menggunakan teori le grand autre (yang-lain besar) yang dimana teori ini
berdasarkan dari seoring filsuf bernama Jacques lacan.
86
Zizek menggunakan teori tersebut dalam memandang kebudayaan
kapitalis yang menurutnya “hasrat apapun yang kita miliki selalu
dikondisikan oleh kekuatan kapital”.
Penulis menganalogikan teori tersebut seperti, ketika kita lulus/belum
dari sebuah perguruan tinggi (PT) pastinya kita memiliki hasrat untuk
langsung mendapatkan pekerjaan atau langsung menjadi seorang pekerja
dalam hal tersebut keinginan atau hasrat itu tak jauh andil dari seorang
kapitalis yang notabene sangat takut terhadap inovasi-inovasi yang bisa
menggerus usaha mereka. Bagaimana seorang mahasiswa akan dituntut
hanya akan menjadi karyawan.
Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harus terus mengkrtisis
kebijakan-kebijakan baru pemerintah agar tidak menjadi penyesalan
kedepannya.
Pertama, di permudahnya pembukaan prodi, dalam hal ini penulis setuju
dan sekaligus skeptis tentang bagaimana dipermudahnya pembukaan prodi
disini bukan hanya mengutamakan masalah relevansi dengan pasar tetapi
juga memperhitungkan masalah keilmuaan dan melaksanakan
sebagaimana yang terdapat didalam pasal 31 UUD 1945 ayat 3 yang
berbunyi “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang dimana
diatur dalam UUD.
Bagaimana nantinya sebuah prodi bisa juga melatih mahasiswa untuk
berakhlak mulia sekaligus meningkatkan takwa mereka. Masih adanya
pengecu alian bagi prodi bidang kesehatan dan pendidikan tentunya akan
menimbulkan pertanyaan seperti “merdeka dalam kebijakan ini untuk
siapa?” sedangkan dalam bidang kesehatan sendiri ada jurusan yang
sangat dipelukan seperti jurusan radiologi, jurusan keselamatan dan
kesehatan kerja dll.

87
Dan yang paling membuat risau didalam dipermudahnya pembukaan
prodi ini ialah terjadinya komersialisasi pendidikan yang dimana pembukaan
dari sebuah prodi bukannya berorientasi kepada keilmuan maupun terapan,
tapi malah hanya menjadi sumber tambahan pemasukan bagi kampus dan
jika itu terjadi tentunya sangat mencoreng esensi dari sebuah perguruan
tinggi.
B. PENGELOLAAN RUANG STRATEGIS AKADEMIK
Rencana Strategis (Renstra) bagian Umum ini merupakan dokumen
perencanaan jangka menengah periode lima Tahun untuk mewujudkan visi,
misi, tujuan, dan sasaran utama UPJ yang berpedoman pada Rencana
Strategis Universitas. Renstra ini menjadi arah kebijakan dan pengambilan
keputusan dalam pengelolaan Bagian dan Pengembangannya. Renstra ini
juga merupakan dasar bagi penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Tahunan (RKAT) Bagian Umum untuk lima tahun mendatang. Dari analisis
situasi yang telah dilakukan, ditemukan rona‐rona awal yang menjadi
tantangan, mencakup lemahnya Kualitas dan kompetensi SDM, lemahnya
manajemen, keamanan dan keselamatan kampus yang belum optimal,
Serta kurangnya tanggung jawab lingkungan. Rona‐rona awal di atas
diperkuat antara lain dengan ditemukannya penempatan SDM yang kurang
sesuai, etos Kerja yang buruk, struktur organisasi yang terlalu rumit,
prosedur‐prosedur tetap yang bertele‐tele, tata‐kelola Bagian yang tidak
terstruktur, serta ketiadaan system keamanan dan pengelolaan
keselamatan. Temuan‐temuan tersebut kemudian dianalisis menggunakan
SWOT guna mendapatkan strategi yang tepat untuk Menyusun rencana
strategis Bagian Umum. Dengan mengacu pda Renstra Universitas dan
analisis SWOT, Ditentukan empat bidang penting dalam strategi
pencapaian target, yaitu sumber daya manusia, tata kelola, Manajemen
keuangan, dan kepuasan sivitas akademika. Dengan tujuan strategis untuk
meningkatkan kualitas SDM serta menjamin infrastruktur yang baik dan
aman untuk kegiatan belajar mengajar, maka ditentukan Empat sasaran
88
strategis, yaitu pengembangan kualitas SDM yang kompetitif,
pengembangan fasilias yang efisien Dan efektif, peningkatan tata‐kelola,
serta peningkatan pendapatan dari sumber non akademik.
Ada enam program utama yang disusun untuk mencapai tujuan tersebut
di atas: Pembentukan SDM kompeten Dengan etos kerja yang baik;
Pelaksanaan tata kelola Bagian yang baik; Peningkatan efisiensi dan
efektivitas Infrastruktur; Peningkatan keselamatan dan pengetahuan
penanggulangan bencana; Pembangunan kampus hijau Modern; serta
peningkatan pendapatan dari sumber non‐akademik. Kata kunci: SWOT, isu
strategis, rencana strategis (renstra), indikator kinerja, program kerja
Rencana Strategis ini merupakan sebuah dokumen singkat yang
diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan kiprah Bagian
Umum. Adanya dorongan dari pimpinan universitas untuk segera
mewujudkan Rencanan Strategis Bagian Umum menunjukkan komitmen
Universitas akan kualitas dan komitmen untuk masa depan yang lebih baik.

89
MATERI XI

MANAJEMEN OPINI DAN AKSI


A.Pengertian
1.Opini
Seperti ilmu sosial lainnya, definisi opini (pendapat) sulit untuk
dirumuskan secara lengkap dan utuh. Ada berbagai definisi yang muncul,
tergantung dari sisi mana kita melihatnya, Ilmu Komunikasi mendefinisikan opini
sebagai pertukaran informasi yang membentuk sikap, menentukan isu dalam
masyarakat dan dinyatakan secara terbuka. Opini sebagai komunikasi mengenai
soal-soal tertentu yang jika dibawakan dalam bentuk atau cara tertentu kepada
orang tertentu akan membawa efek tertentu pula (Bernard Berelson).
2.Opini Publik
Ilmu Psikologi mendefinisikan opini publik sebagai hasil dari sikap
sekumpulan orang yang memperlihatkan reaksi yang sama terhadap rangsangan
yang sama dari luar (Leonard W. Doob) Sekalipun untuk keperluan teoritik
dikenal adanya tiga pendekatan diatas, dalam prakteknya opini publik tidak bisa
dipahami hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Opini publik hanya
terbentuk bila ada informasi yang memadai dan warga masyarakat bereaksi
terhadap isu tersebut.
Opini publik memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.dibuat berdasarkan fakta, bukan kata-kata
2.dapat merupakan reaksi terhadap masalah tertentu, dan reaksi itu diungkapkan
3.masalah tersebut disepakati untuk dipecahkan
4.dapat dikombinasikan dengan kepentingan pribadi
5.yang menjadi opini publik hanya pendapat dari mayoritas anggota masyarakat
6.opini publik membuka kemungkinan adanya tanggapan
7.partisipasi anggota masyarakat sebatas kepentingan mereka, terutama yang
terancam.
8.memungkinkan adanya kontra-opini.
3.Proses Pembentukan Opini Publik
Proses terbentuknya opini publik melalui beberapa tahapan yang menurut Cutlip
dan Center ada empat tahap, yaitu :

90
1.Ada masalah yang perlu dipecahkan sehingga orang mencari alternatif
pemecahan.
2.Munculnya beberapa alternatif memungkinkan terjadinya diskusi untuk memilih
alternatif
3.Dalam diskusi diambil keputusan yang melahirkan kesadaran kelompok.
4.Untuk melaksanakan keputusan, disusunlah program yang memerlukan
dukungan yang lebih luas.
Erikson, Lutberg dan Tedin mengemukakan adanya empat tahap terbentuknya
opini publik
1.Muncul isu yang dirasakan sangat relevan bagi kehidupan orang banyak
2.Isu tersebut relatif baru hingga memunculkan kekaburan standar penilaian atau
standar ganda.
3.Ada opinion leaders (tokoh pembentuk opini) yang juga tertarik dengan isu
tersebut, seperti politisi atau akademisi
4.Mendapat perhatian pers hingga informasi dan reaksi terhadap isu tersebut
diketahui khalayak.
Opini publik sudah terbentuk jika pendapat yang semula dipertentangkan
sudah tidak lagi dipersoalkan. Dalam hal ini tidak berarti bahwa opini publik
merupakan hasil kesepakatan mutlak atau suara mayoritas setuju, karena
kepada para anggota diskusi memang sama sekali tidak dimintakan pernyataan
setuju. Opini publik terbentuk jika dalam diskusi tidak ada lagi yang menentang
pendapat akhir karena sudah berhasil diyakinkan atau mungkin karena
argumentasi untuk menolak sudah habis. Berdasarkan terbentuknya opini publik,
kita mengenal opini publik yang murni. Opini publik murni adalah opini publik
yang lahir dari reaksi masyarakat atas suatu masalah (isu). Sedangkan opini
publik yang tidak murni dapat berupa :
1.Manipulated Public Opinion, yaitu opini publik yang dimanipulasikan atau
dipermainkan dengan cerdik
2.Planned Public Opinion, yaitu opini yang direncanakan
3.Intended Public Opinion, yaitu opini yang dikehendaki
4.Programmed Public Opinion, yaitu opini yang diprogramkan
5.Desired Public Opinion, yaitu opini yang diinginkan
4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Publik Opini publik dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
91
1.Pendidikan
Pendidikan, baik formal maupun non formal, banyak mempengaruhi dan
membentuk persepsi seseorang. Orang berpendidikan cukup, memiliki sikap
yang lebih mandiri ketimbang kelompok yang kurang berpendidikan. Yang
terakhir cenderung mengikut.
2.Kondisi Sosial
Masyarakat yang terdiri dari kelompok tertutup akan memiliki pendapat
yang lebih sempit daripada kelompok masyarakat terbuka. Dalam masyarakat
tertutup, komunikasi dengan luar sulit dilakukan.
3.Kondisi Ekonomi
Masyarakat yang kebutuhan minimumnya terpenuhi dan masalah
survive bukan lagi merupakan bahaya yang mengancam, adalah masyarakat
yang tenang dan demokratis.
4.Ideologi
Ideologi adalah hasil kristalisasi nilai yang ada dalam masyarakat. Ia
juga merupakan pemikiran khas suatu kelompok. Karena titik tolaknya adalah
kepentingan ego, maka ideologi cenderung mengarah pada egoisme atau
kelompokisme.
5.Organisasi
Dalam organisasi orang berinteraksi dengan orang lain dengan berbagai
ragam kepentingan. Dalam organisasi orang dapat menyalurkan pendapat dan
keinginannya. Karena dalam kelompok ini orang cenderung bersedia
menyamakan pendapatnya, maka pendapat umum mudah terbentuk.
6.Media Massa
Persepsi masyarakat dapat dibentuk oleh media massa. Media massa
dapat membentuk pendapat umum dengan cara pemberitaan yang sensasional
dan berkesinambungan.
B.Mengelola Opini untuk Menggerakkan Massa
Mengelola Opini untuk Menggerakkan Massa”menurut saya skill penting
yang mesti dimiliki setiap orang sebagai sebuah keterampilan memimpin.
Generasi muda sebagai mandataris perubahan dimasa depan mesti cakap
dalam mengorganisir ide perubahan sebelum dilempar kepada masyarakat.
Untuk itu mahasiswa berpotensi menjadi opinion maker dalam menyuarakan
perubahan.
92
Dalam kehidupan sehari-hari, kerap kali kita terlibat dalam
penggalangan dukungan untuk mencapai tujuan. Mulai dari hal yang sederhana
sampai masalah yang lebih besar dan strategis. Misalnya, dengan alasan agar
cepat sampai sekolah kita berusaha meyakinkan orang tua agar mau dibelikan
sepeda. Mulai dari untung dan ruginya memiliki sepeda – coba kita utarakan
kepada orang tua kita. Nah, segala usaha dan upaya meyakinkan kedua orang
tua itu bisa dikatakan gerakan mengelola opini anggota keluarga agar tujuan
untuk memiliki sepeda terpenuhi. Jadi menurut saya, pengertian pengelolaan
opini bukan sebatas membuat opini lalu dikirim kemedia massa. Tapi
penggalangan massa demi tujuan tertentu. Sedangkan cara dan bentuknya bisa
bermacam-macam.
Pengelolaan opini sebagai sebuah gerakan setidaknya ada tiga agenda
yang mesti kita kerjakan terlebih dahulu. Ketiga agenda itu bisa dijadikan acuan
tergantung tingkat kesulitan gerakan yang dibangun.
Pertama tentukan tujuan gerakan. Sebelum melontarkan ide atau opini
kepada publik secara luas terlebih dahulu tujuan gerakan harus ditetapkan
secara tepat. Disini missi gerakan harus menjadi ‘panglima’ yang akan menjadi
menunjuk arah. Namun pengalaman selama ini kenapa gerakan massa ‘layu’
ditengah jalan – persoalannya penggerak opini terbuai dengan imbalan-imbalan
pragmatis yang ditemui ditengah jalan. Akibatnya ia lupa akan tujuan gerakan.
Kedua, pegang data dan fakta. Bagi seorang organizer, data adalah
senjata yang paling ampuh. Dengan data dan fakta yang lengkap serta akurat
kelompok target gerakan akan sulit membantah kebenaran yang kita sampaikan.
Apa lagi itu bentuknya penyelewengan atau manipulasi. Ini lah yang banyak
dilakukan oleh banyak aktivis dalam menjalankan programnya.
Ketiga, gali masalahnya. Berbekal data yang akurat dengan sedikit
analisa saja kita sudah mengetahui pangkal masalahnya, kemudian dampaknya
seperti apa. Bisa menimpa siapa saja dan lain seterusnya. Kalau sudah akar
masalah dan dampaknya tergali baru tawarkan solusi penyelesaian dari problem
sosial yang terjadi. Analisa yang cerdas, akan menghasilkan jawaban yang
cerdas pula.
Ketiga agenda diatas adalah langkah minimal, jika masalah lebih luas
dan komplek dibutuhkan strategi- strategi lain yang bisa ditemukan dilapangan.
Karena sering kali fakta dilapangan berbicara lain dengan apa yang dipikir ketika
93
dibelakang meja. Di sinilah kemudian beberapa aktivis gerakan memulai gerakan
dengan terlebih dahulu memetakan lapangan lengkap dengan kekuatan yang
didaerah tersebut.
Dalam mengelola opini menjadi sebuah gerakan, kita bisa belajar dari
kesuksesan aktivis gerakan dalam mewacanakan Aktivis Busuk (2004),
pelanggaran HAM, gerakan anti korupsi dan sebagainya. Kita bisa lihat, berbagai
wacana yang disampaikan itu ternyata selalu disuarakan ketika momentum
datang. Selain bekerja dengan rencana, mereka juga tidak pernah melewatkan
momentum dalam menyuarakan perubahan. Hasilnya mereka terlatih membaca
momentum.
Yang tidak kalah penting ketika mengelola opini menjadi gerakan adalah
berkongsi dengan media massa. Demi misi gerakan, ‘konspirasi’ dengan media
perlu dibangun.Bukankah media membutuhkan berita yang berasal dari
masyarakat. Jika yang disampaikan itu benar dan menyangkut kepentingan
publik luas maka tidak ada alasan bagi media untuk memberitakan apa yang
ingin kita suarakan. Pada dasarnya semua media membutuhkan orang yang
peduli dengan masyarakat. Media juga bisa membedakan mana gerakan pura-
pura alias bohong. Lalu untuk membangun ‘konspirasi’ dengan media, bisa
dengan mengadakan jumpa pers, seminar, lokakarya, demonstrasi atau menulis
opini dan artikel dimedia massa. Cara –cara ini malah sangat efektif
mengundang media agar mau memberitakan gerakan yang kita bangun.
Selanjutnya tokoh masyarakat juga perlu dirangkul. Karena
bagaimanapun realitas masyarakat di Indonesia masih sangat mempercayai dan
bergantung kepada tokoh. Selain akan menjadi penggerak utama, mereka bisa
dimanfaatkan sebagai ‘bemper’ jika gerakan mendapatkan pertentangan dari
penguasa atau kelompok tertentu yang merasa terusik. Dengan pengaruh yang
dia miliki tentunya kelompok penentang akan berpikir sekian kali jika ingin
mengganggu. Terkait dengan apa yang kita bicarakan hari ini, Bill Drayton,
pendiri organisasi Ashoka AS dalam bukunya Mengubah Dunia, Kewirausahaan
Sosial dan Kekuatan Gagasan Baru yang ditulis oleh David Bornsten
mengatakan orang cerdas adalah orang yang tidak puas memberi ikan atau puas
mengajari cara memancing. Orang cerdas adalah orang yang terus berjuang
tanpa mengenal lelah melakukan perubahan sistemik mengubah sistem industri
perikanan demi terciptanya keadilan dan kemakmuran.
94
LAGU-LAGU
INDONESIA RAYA
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
95
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

MARS PMII
Pencipta Lagu: Shaimoery WS.
Syair: H. Mahbub Djunaedi

Inilah kami wahai Indonesia


Satu barisan dan satu cita
Pembela bangsa penegak agama
Tangan terkepal dan maju kemuka

96
Habislah sudah masa yang suram
Selesai sudah derita yang lama
Bangsa yang jaya Islam yang benar
Bangun tersentak dari bumiku subur

Denganmu PMII
Pergerakanku
Ilmu dan bakti, ku berikan
Adil dan makmur kuperjuangkan
Untukmu satu tanah airku
Untukmu satu keyakinanku

Inilah kami wahai Indonesia


Satu angkatan dan satu jiwa
Putera bangsa, bebas merdeka
Tangan terkepal dan maju kemuka

97
Hymne PMII
Bersemilah, Bersemilah
Tunas PMII
Tumbuh subur, tumbuh Subur
Kader PMII

Masa depan Kita rebut


Untuk meneruskan perjuangan
Bersemilah, bersemilah
kaulah harapan bangsa

Bersemilah, Bersemilah
Tunas PMII
Tumbuh subur, tumbuh Subur
Kader PMII

Masa depan Kita rebut


Untuk meneruskan perjuangan
Bersemilah, bersemilah
kaulah harapan bangsa

Berjuanglah PMII Berjuang

Berjuanglah PMII Berjuang


Marilah kita bina Persatuan 2X
Hancur leburkanlah angkara murka,
perkokohlah barisan kita…siap…

Reff.
Sinar api Islam kini menyala
Tekat bulat kita membara 2X
Berjuanglah PMII Berjuang
Menegakkan lalimat Tuhan

98
Berjuanglah PMII Berjuang 2X
Marilah kita bina Persatuan
Hancur leburkanlah angkara murka,
perkokohlah barisan kita…siap…

Reff.
Sinar api Islam kini menyala
Tekat bulat kita membara 2X
Berjuanglah PMII Berjuang
Menegakkan kalimat Tuhan

99
Ya Lal Wathon

Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon


Hubbul Wathon minal Iman
Wala Takun minal Hirman
Inhadlu Alal Wathon
Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon
Hubbul Wathon minal Iman
Wala Takun minal Hirman
Inhadlu Alal Wathon
Indonesia Biladi
Anta ‘Unwanul Fakhoma
Kullu May Ya’tika Yauma
Thomihay Yalqo Himama
Kullu May Ya’tika Yauma
Thomihay Yalqo Himama

Pusaka hati wahai tanah airku


Cintamu dalam imanku
Jangan halangkan nasibmu
Bangkitlah hai bangsaku
Pusaka hati wahai tanah airku
Cintamu dalam imanku
Jangan halangkan nasibmu
Bangkitlah hai bangsaku
Indonesia negeriku
Engkau panji martabatku
Siapa datang mengancammu
Kan binasa di bawah durimu
Siapa datang mengancammu
Kan binasa di bawah durimu

100
DARAH JUANG

Di sini negeri kami


Tempat padi terhampar
Samudranya kaya raya
Tanah kami subur tuan…
Di negeri permai ini
Berjuta Rakyat bersimbah ruah
Anak kurus tak sekolah
Pemuda desa tak kerja…
Mereka dirampas haknya tergusur dan lapar bunda relakan darah juang kami tuk
membebaskan rakyat…
Mereka dirampas haknya tergusur dan lapar bunda relakan darah juang kami
pada mu kami berbakti padamu kami mengabdi…
Di negeri permai ini
Berjuta Rakyat bersimbah ruah
Anak kurus tak sekolah
Pemuda desa tak kerja…
Mereka dirampas haknya tergusur dan lapar bunda relakan darah juang kami tuk
membebaskan rakyat…
Mereka dirampas haknya Tergusur dan lapar bunda relakan darah juang kami
pada mu kami berbakti padamu kami mengabdi…
TOTALITAS PERJUANGAN

Verse :
Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
Di persimpangan jalan
Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan
Di lembar sejarah manusia

101
Reff :
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta...

Wahai kalian yang rindu kemenangan


Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta

BURUH TANI

Buruh, tani, mahasiwa, rakyat miskin kota


Bersatu padu tuntut perubahan
Bersatu tekad dalam satu suara
Demi tugas suci yang mulia

Hari-hari esok adalah milik kita


Terciptanya masyarakat sejahtera
Terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orba

Marilah kawan mari kita kabarkan


Di tangan kita tergenggam arah bangsa
Marilah kawan mari kita nyanyikan
Sebuah lagu tentang pembebasan

Di bawah kuasa tirani


Ku susuri garis jalan ini
Berjuta kali turun aksi
Bagiku satu langkah pasti
Berjuta kali turun aksi
Bagiku satu langkah pasti
102
Terbentuknya pribadi muslim
Indonesia yang bertakwa kepada
Allah SWT, berbudi luhur, berilmu,
cakap dan bertanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya serta
komitmen memperjuangkan cita -
cita kemerdekaan Indonesia.

103

Anda mungkin juga menyukai