Anda di halaman 1dari 4

Paradigma PMII

A. Prolog
Manusia diberikan keistimewaan sebagai makhluk tuhan yang paling sempurna, keistimewaan
manusia yang membedakannya dengan makhluk lain ialah akal. Akal diciptakan dan digunakan
untuk membekali manusia sebagai khalifah fil ardl. berbicara mengenai berfikir, manusia pada
dasarnya sebelum bertindak cenderung berpikir. Inilah yang dinamakan fundamental pemikiran.
Kerangka dalam berfikir lazim disebut paradigma.
Paradigma merupakan caa dalam "mendekati" objek kajian atau sebuah persoalan (The subject
matter of praticular discipline). Orientasi atau pendekatan umum ini didasarkan pada asumsi-
asumsi yang dibangun dalam kaitan dengan bagaimana "realita" dilihat kemudian dianalisa.
Dengan demikian PMII tidak akan buta dengan melihat realitas-empiris di sela-sela hiruk-
pikuknya persoalan yang ada, serta tidak bisu untuk melentangkan suara ketidak adilan yang
terjadi dimana-mana.
Dalam masa kepengurusan sahabat Muhaimin Iskandar dan sahabat Syaiful Bahri Anshori secara
faktual dan operasional ada karakteristik tertentu yang berlaku dalam warga pergerakan ketika
hendak melihat, menganalisis, dan menyikapi sebuah persoalan yaitu sikap kritis dengan
pendekatan teori kritis. Pada saat kepengurusan sahabat Muhaimin dilakukan eksplorasi gagasan
dan penjelajahan teoritik untuk menyusun sebuah kerangka paradigmatik di PMII berdasarkan
semangat jaman yang berkembang dikalangan warga PMI, yaitu Paradigma Arus Balik
Masyarakat Pnggiran. Upaya itu diteruskan pada masa kepengurusan sahabat Syaiful hingga
ditemulkan konsep Paradigma Kritis Transformatif sebagai pilihan paradigmatic PMII.
Pada Prinsipnya, dasar dari kedua paradigma ini tidaklah jauh berbeda, karena permasalahan
zaman yang dihadapi relatif sama. Sehingga sangat tegas bahwa PMII telah memilih Paradigma
Kritis Transformatif sebagai dasar bentuk bertindak (to act) dan mengaplikasikan pemikiran-
pemikiran serta menyusun cara pandang dan melakukan sebuah analisa atas berbagai persoalan
yang ada disekitar kita.

B. Definisi Paradigma
Berdasarkan pemikiran dan rumusan yang disusun para ahli sosiologi, pengertian paraaigma
dalam masyarakat PMI dapat dirumuskan sebagal uk pIak untuk menentukan cara pandang,
menyusun sebuah teorl, menyusun pertanyaan, dan membuat rumusan mengenai suatu masalan.
Dengan kata lain paradigma merupakan titik tolak dalam mendekati objek kajiannya. Masyrakat
Indonesia saat ini sedang terbelenggu oleh nilai-nilai kapitalisme modern, dimana kesadaran
masyarakat dikekang dan diarahkan pada satu titik yaitu budaya massa kapitalisme dan pola pikir
positfistik modernisme. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, beragam baik
secara etnis, tradisi maupun kepercayaan. Kondisi seperti ini akan lebih tepat jika diterapkan
Paradigma Kritis,Karena paradigma ini akan memberilkan tempat yang sama bagi individu
maupun kelompok masyaralkat untuk mngembangkan potensi diri dan kreatifitasnya secara
maksimal. Sebagaimana kita ketahui selama pemerintah orde baru berjalan sebuah sistem politik
yang represif dan otoriter dengan pola yang memperkuat civil society dihadapan negara, maka
Paradigma Kritis merupakan alternatif yantg tepat. Selama pemerintahan yang menggunakan
paradigma keteraturan order direpresentasikan melalui ideologi developmentalisme, massa NU
termasuk didalamnya PMII, dimarginalisasikan secara total. Dalam suasana demikian secara
sosiologis massa NU akan sulit berkembang karena tidak memiliki akses yang memadai untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan kreatifitas dan potensinya. Untuk mendobrak
kejumudan yang ada, maka diperlukan Paradigma Kritis. Disamping terbelenggu sistem sosial
politik yang dilakukan,negara dan sistem kapitalisme global yang terjadi sebagai akibat
perkembangan situasi, faktor yang secara spesifik terjadi dikalangan PMII adalah kuatnya
belenggu dogmatisme agama dan tradisi. Karena hal ini, secara tidak sadar telah terjadi berbagai
pemahaman yang distortif mengenai ajaran dan fungsi agama. Terjadi dogmatisasi agama,
sehingga kita tidak bisa membedakan mana yang dogma dan mana yang pemikiran hegemonik.
Untuk mengembangkan budaya dan paradigm) dengan teori-teori modern yang hegemonik.
Selama ini nalar mainstream yang digunakan dalam penyusunan paradigma PMII adalah nalar
yang berangkat dari asumsi yang belum tentu terkait dengan kenyataan yang schari-hari terjadi.
Jadi konsep ideal (logos) itu dianggap lebih penting dan ideal daripada kenyataan. Pertanyaanya
kemudian, apakah Paradigma Kritis Transformatif (PRT) masih relevan untuk menatap realitas
perubahan saat ini?, Jawabnya masih relevan, hanya problemnya terletak pada cara pandang
dalam menatap sebuah realitas kekinian saja. Namun perdebatan tentang layak tidaknya PKT
tersebut dirubah atau tidak forum Muspimnas bukanlah m,erupakan forum yang legitimate untuk
merubah PKT tersebut dan hanya forum kongres lah yang legitimate untuk merubah paradigma
PKT tersebut.
C. Peran Dan Fungsi Paradigma
Dalam ilmu sosial fungsi paradigma adalah untuk membangun suatu teori, guide dalam
membangun suatu konstruk pemikiran dan menjadi titik pijak pandangan dalam mclakukan
analisis. Dengan demikian peran paradigma adalah sangat menentukan karena ia akan menjadi
ciri dan karakteristik dari bangunan sebuah teori yang membedakannya dengan bangunan teori
lainnya. Dapat dipahami, paradigma yang hendak dipilih PMII akan menjadi karakteristik dari
komunitas PMII dalam memberikan analisis, memandang realitas dan menysusun konsep-konsep
teoritik atau tentang berbagai persoalan yang ada dalam masyarakat.

Peran Paradigma
Paradigma krilis berupaya menegakkan harkat martabat kemanusiaan dari berbagai belenggu
yang diakibatkan oleh proses sosial yang bersifat profan (tidak bersangkutan). Paradigma kritis
melawan segala bentuk dominasi dan penindasan. Paradigma kritis membuka tabir dan
terselubung pengetahuan yang munafik dan hegemonic. Semua ini adalah semangat yang
dikandung oleh islam. Oleh karena itu, pokok-pokok pikiran inilah yang dapat di terima sebagai
titik pijak paradigma kritis di kalangan warga PMII.
Fungsi paradigma
Dalam ilmu sosial fungsi paradigma adalah untuk membangun suatu teori, guide dalam
membangun suatu konstruk pemikiran dan menjadi titik pijak pandangan dalam melakukan
analisis. Paradigma yang hendak dipilih PMII akan menjadi karakteristik dari komunitas PMIl
dalam memberikan analisis, memandang realitas dan menyusun konsep-konsep teoritik atau
tentang berbagai persoalan yang ada dalam masyarakat. Paradigma kritis transformatif
diberlakukan hanya sebatas seagai kerangka berfikir dan metode analisis dalam memandang
persoalan. Penerapan paradigma kritis PMIl berupaya menegakkan sikap kritis dalam
berkehidupan dengan menjadikan ajaran agama sebagai inspirasi yang hidup dan dinamis.
D. Paradigma Kritis Transformatif Sebagai Landasan
Berfikir Kemunculan paradigma pada dasarnya lebih dimotori oleh suatu gejolak dinamika yang
drastis dan massif dalam perkembangannya. SeDagal organisasi pergerakan, PMII juga
menciptakan suatu paradigm yang bemmuatan sesuai tuntutan dan realitas zaman. Berikut
beberapa dasar kenapa Paradigma Kritis Transformatif dipilih sebagal paradigma yang ideal
adalah: Masyrakat Indonesia saat ini sedang terbelenggu oleh nilai-nilai kapitalisme modern,
dimana kesadaran masyarakat dikekang dan diarahkan pada satu titik yaitu budaya massa
kapitalisme dan pola pikir positfistik modernisme. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat
yang majemuk, beragam baik secara etnis, tradisi maupun kepercayaan. Kondisiseperti ini akan
lebih tepat jika diterapkan Paradigma Kritis, Karena paradigma ini akan memberilkan tempat
yang sama bagi individu maupun kelompok masyaralkat untuk mngembangkan potensi diri dan
kreatifitasnya secara maksimal.Sebagaimana kita ketahui selama pemerintah orde baru berjalan
sebuah sistem politik yang represif dan otoriter dengan pola yang memperkuat civil society
dihadapan negara, maka Paradigma Kritis merupakan alternatif yantg tepat. Selama
pemerintahan yang menggunakan paradigma keteraturan (order direpresentasikan melalui
ideologi developmentalisme, massa NU termasuk didalamnya PMII, dimarginalisasikan secara
total. Dalam suasana demikian secara sosiologis massa NU akan sulit berkembang karena tidak
memiliki akses yang memadai untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kreatifitas dan
potensinya. Untuk mendobrak kejumudan yang ada, maka diperlukan Paradigma Kritis.
Disamping terbelenggu sistem sosial politik yang dilakukan negara dan sistem kapitalisme global
yang terjadi sebagai akibat perkembangan situasi, faktor yang secara spesifik terjadi dikalangan
PMII adalah kuatnya belenggu dogmatisme agama dan tradisi. Karena hal ini, secara tidak sadar
telah terjadi berbagai pemahaman yang distortif mengenai ajaran dan fungsi agama. Terjadi
dogmatisasi agama, sehingga kita tidak bisa membedakan mana yang dogma dan mana yang
pemikiran hegemonik. Untuk mengembangkan budaya dan paradigm) dengan teori-teori modern
yang terhadap dogma. Dalam upaya mengembalikan fungsi dan ajaran agama, maka diperlukan
adanya dekonstruksi pemahaman keagamaan dan hal ini hanya mungkin dilakukan dengan
Paradigma Kritis.

E. Penerapan Paradigma Kritis Transformatif


Menuju Sebuah Tindakan Dalam kerangka berpikir individu kader, paradigma merupakan "jalan
untuk memandang suatu onjek yang akan dikaji. Tidak terbatas terhadap pemikiran, model
gerakan praksis juga turut ikut mewarna. Proses aktualisasi merupakan proses fase lanjutan
dalam rantai proses pergerakan. Setidaknya ada 3 (tiga) hal, yang harus dilakukan dalam
mengaktualisasikan pemikiran menuju sebuah tindakan, yakni; Mengadakan pembongkaran
memberikan kebebasan dari semua rantai penindasan dalam kehidupan berokonomi maupun
keimanannya. Pembongkaran- pembongkaran ini kiranya bisa dilakukan dengan berfikir secara
kritis terhadap dogma-dogma. Masyarakat tidak begitu saja menerima bagaimana masyarakat
agama juga berhak melakukan tafsiran-tafsiran atas segala nilai dan pranata agama yang selama
ini mereka anut. terhadap ideologi,dengan ajaran agama yang disampaikannya,namun Proses
kritisme dan interpretasi atas ajaran agama bukan berarti memberikan peluang untuk
menghancurkan agama itu sendiri, namun justru sebaliknya bagaimana agama ditempatkan pada
posisi atas agar tidak digunakan oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Proses kritik ini tidak
saja dilakukan terhadap dogmatisme agama, namun juga budaya, tatanan masyarakat, dan
pemikiran-pemikiran sosial yang ada. Dengan berfikir kritis, maka akan terjadi dealektika dan
dinamika dalam kehidupan Menyingkirkan tabir hegemonik. Penyingkiran terhadap tabir
hegemonik tidak hanya bermuara pada pengasa saja, namun juga tidak menutup kemungkinan
pada kalangan NU sendiri atau yang lain. Untuk mengaplikasikan paradigma kritis ini tentunya
PMII harus benar-benar menyatakan sikap perjuangannya untuk terlibat (imvolve) langsung
dalam membangun bangsa dan Negara dengan tetap memperjuangkan kepentingan rakyat
banyak. Semangat religius islam. PMII dalam membangun semangat kebangsaan dan pluralisme
yang tetap berada dalam frame dan semangat religiuitas Islam dengan tidak meninggalkan
wilayah sakral beragama, namun juga dapat masuk dalam wilayah profane agama. Sehingga
dalam perjalanannya tidak akan terbentur dengan kelompok konservatisme yang didalamnya.
F. Epilog
Paradigama merupakan cara pandang kader guna menjawab problematika/fenomena yang terjadi
dengan du acara pandang langkah komparasi menuju tujuan (Kritis Dan Transformative).
Kiranya paradigma kritis (Manhaj mentransformasikan dalam kehidupan dan kemaslahatan umat
agar tercipta kehidupan yang Tasamuh (Toleransi), Ta'adul (Keadilan),Tawazun (Kesetaraan),
dan Dialogis (Syuro) diantara sesama manusia. digunakan sebagai pola pikir dan cara pandang
dan Al-Fikr) yang mampu menerjemahkan

Anda mungkin juga menyukai