Anda di halaman 1dari 7

Nama : Inang Titis Awan

NIM : 18108040007

BAB 9

PLURAL IS BEAUTIFUL : MENIMBA KEARIFAN DARI SEMANGAT


MULTIPARADIGMA

A.     Karakter-Karakter Masing-masing Paradigma

Paradigm adalah pandangan dunia atau cara pandang yang digunakan oleh seseorang untuk
melihat atau memahami sesuatu. Sedangkan menurut Morgan paradigm dalam konteks ilmu
sosial dan teori sebagai ‘metatheoritical or philosophical sense to donate an implisit or
explicit view of reality’. Harus dipahami bahwa paradigm akan terus berkembang melalui
proses dialektika.

B.     Paradigma Positivisme

Paradigm ini menekankan diri pada praktik akuntansi sebagaimana adanya. Dalam konteks
ini, teori akuntansi dipahami sebagai alat untuk menjelaskan dan meramalkan praktik
akuntansi. Paradigm ini secara implisit berusaha menemukan hokum universal yang ada
dalam praktik akuntansi yang dapat dicapai jika proses formulasi teori akuntansi steril dari
subjektivitas peneliti. Paradigm ini bersifat formal dan structural.

Kekuatan paradigm ini adalah sifat fomal dan structural nya dan juga universalitas akuntansi
nya. Sedangkan kelemahan nya adalah adanya anggapan bahwa akuntansi itu bebas dari nilai.
Namun jika dikaji lebih lanjut, nilai-nilai kapitalisme banyak didasarkan pada nilai etika
utilitarianisme yang menjunjung tinggi utility.

C.     Paradigma Interpretivisme

            Paradigma ini lebih menekankan pada makna atau interpretasi seseorang terhadap
sebuah simbol (akuntansi). Tugas teori dalam paradigma ini adalah memaknai, bukan to
explain dan to predict sebagaimana paradigma psotivisme. Kualitas paradigma ini diukur dari
kemampuannya untuk memaknai, bukan kemampuannya untuk menjelaskan dan
meramalkan.

Bagi paradigma ini, tidak ada satupun ilmu pengetahuan yang objektif dan bebas nilai
sepanjang dalam proses konstruksinya manusia masih terlibat di dalamnya. Manusia
memiliki subjektivitas yang secara sadar atautidak akan mempengaruhi proses konstruksi
ilmu pengetahuan. Jika subjektivitas tersebutmenyatu dalam proses, maka dengan sendirinya
ilmu pengetahuan tersebut akan sarat dengannilai-nilai humanisme.

            Kesadaran kontektual ini dapat dianggap sebagai kekuatan yang dimiliki oleh
paradigmainterpretivisme. Kesadaran ini mencerminkan pemahaman bahwa pada dasarnya
akuntansi dipraktikkan tidak dalam kondisi yang tanpa mengakomodasi nilai lokal atas
kondisi lingkungan dimana ia digunakan. Akuntansi dibentuk dan dipraktikkan melalui
proses konstruksi sosial (social construction). Proses konstruksi yang demikian ini jelas
terkait dengan nilai-nilai lokaldari lingkungannya dan dengan subjektivitas praktisi akuntansi
dan masyarakat bisnis.

            Meskipun paradigma ini timbul sebagai anti-tesis atas paradigma positivisme, ternyata
paradigma ini juga tidak lepas dari kelemahan bawaannya. Kelemahan utama paradigma
initerletak pada kepeduliannya yang hanya sebatas pada “menafsirkan” (to interpret). Selain
itu tidak ada.

D.    Paradigma Kritisisme

Paradigma ini muncul untuk memperbaiki kelemahan yang ada pada paradigma
pendahulunya dengan cara melakukan pembebasan dan perubahan. Tujuan paradigma ini
adalah untuk membebaskan dan melakukan perubahan. Paradigma ini beranggapan bahwa
sebuah teori tidak cukup hanya bisa menafsirkan, tetapi juga harus mampu untuk
membebaskan dan mengubah. Tanpa unsur bebas dan berubah, sebuah teori tidak akan
pernah disebut sebagai teori kritis.

            Dalam konteks ini, metodologi akuntansi modern dan akuntansi modern itu sendiri
saat ini sangat mendominasi untuk tidak mengatakan menindas sebagaimana sering
diungkapkan oleh paradigma kritisisme. Untuk membebaskan diri dari bentul-bentuk
penindasan metodologi akuntansi modern, paradigma ini melakukan kritik untuk selanjutnya
melakukan perubahan. Begitu pula pada praktik akuntansi. Paradigma ini memang
mempunyai suatu anggapan bahwa masyarakat yang normal adalah masyarakat yang selalu
berubah. Dengan karakternya yang bebas dan berubah, akuntansi menjadi selalu dinamis dan
kaya, baik pada tingkat teori maupun pada tingkat praktik. Kelemahan paradigma ini adalah
terperangkap pada konsep materialisme yaitu sesuatu hanya dibapahami sebatas fisik atau
materi.

E.     Paradigma Posmodernisme
            Paradigma ini lahir juga sebagai antitesis dari modernisme yang positivistik.
Paradigma ini muncul unutk mengatasi kelemahan paradigma positivism dengan mencoba
memahami realitas secara lebih utuh dan lengkap. Paradigma ini mempunyai pendekatan
yang tidak terstruktur, tidak berbentuk, tidak formal dan tidak mutlak. Semua serba relatif.
Paradigma ini menganggap bahwa teori akuntansi digunakan untuk menstimulasi
kebangkitan kesadaran manusia pada tingkat yang lebih tinggi yaitu kesadaran emosi dan
spiritual. Kesadaran yang lebih tinggi dari kesadaran intelektual akan membantu manusia
untuk kembali menyatu dengan Tuhan. Selain itu paradigma ini bersifat sangat terbuka. Yaitu
dapat menerima dan mengombinasikan pemikiran-pemikiran yang berbeda. Dan kekuatan
yang terakhir adalah bahwa paradigma ini mampu memahami realitas lebih lengkap bila
dibandingkan dengan tiga paradigma lainnya. Kelemahan paradigma ini barangkali terletak
pada pendekatannya yang tidak terstruktur, tidak formal, tidak baku dan lainnya.

F.      Kearifan dari Semangat Multiparadigma

Multiparadigma adalah dengan memahami dan merasakan seluruh paradigma yang ada,
kemudian setelahitu berdiri diatas semua paradigma tersebut. Dengan pendekatan
multiparadigma ini fanatisme pada satu paradigma akan menjadi melemah. Hal ini
dikarenakan masing-masing paradigma memiliki kriteria kebenaran yang berbeda. Dengan
kata lain setiap paradikma memiliki kebenaan nilai masing-masing.

            Pandangan ini akan mengubah sikap seseorang yang fanatisme terhadap satu
paradikma. Dengan melihat bahwa paradigma lain juga benar maka seseorang diharapkan
akan bersikap arif. Kearifan ini akan menghantarkan seseorang pada alamkesadaran emosi
dan sepiritual. Dimana di mana dua alam kesadaranterakhir ini merupakan jembatan bagi
manusia untuk kembali menyatu dengan sang pencipta, sang keberadaan yang tunggal.

BAB 10
METODOLOGI AKUNTANSI SYARIAH : ORIENTASI MASA DEPAN

A. Teori Akuntansi
Perbincangan tentang teori tidak akan terlepas dari pengertian dan tujuan teori yang
dimaksud. Beberapa pendapat mengekspresikan persepsi seorang individu terhadap
objek yang sama yaitu teori dan tujuan teori. dari berbagai persepsi terdapat elemen yang
sama yaitu teori yang mengandung hukum universal dan fungsinya yang menerangkan
dan memprediksikan
Tujuan dari teori akuntansi adalah menerangkan dan memprediksi praktik akuntansi...
Menerangkan berarti memberikan alasan-alasan terhadap fenomena yang diobservasi ...
Memprediksi praktik akuntansi berarti bahwa teori memprediksi fenomena akuntansi
yang tidak terobservasi (1986: 2).

B. Beberapa Pendekatan dalam Mengkontruksi Teori


Menurut Belkaoui (1993: 58-65), ada dua pendekatan yaitu :
Nontheoretical approach merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada dunia
nyata praktik akuntansi. Pendekatan ini memiliki dua jenis, yaitu fragmatic approach dan
authoritarian approach.
Theoretical approach terdiri dari deductive approach, inductive approach, ethical
approach, sociological approach, economic approach, dan eclectic approach.
C. Teori Akuntansi dalam Paradigma Ilmu Pengetahuan
Menurut Burrell dan Morgan (1979), teori akuntansi digunakan untuk mengkaji
bentuk penelitian dan pengembangan akuntansi dalam kerangka “paradigma” ilmu
pengetahuan. Dalam buku ini akan menjelaskan empat paradigma, yaitu paradigma
fungsionalisme (positivisme), paradigma interpretivisme, paradigma kritisisme, dan
paradigma posmodernisme. Paradigma fungsionalisme (positivisme) menganggap bahwa
penelitian digunakan untuk menerangkan hubungan sebab-akibat dan memprediksi
praktik-praktik akuntansi.
D. Tipe penelitian sosial.
Ragam tipe penelitian, diantaranya penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif,
penelitian komparatif, penelitian kausal, dan lainnya. Keberagaman tipe penelitian ini
memberikan banyak alternatif bagi seorang peneliti untuk melakukan penelitian,
tergantung kepada apa yang menjadi minat peneliti.
Keragaman tipe penelitian ini memberikan banyak alternatif bagi seorang peneliti
untuk melakukan penelitian, tergantung kepada apa yang menjadi minatpeneliti.
Keragaman ini sangat membantu, karena pengetahuan yang sedikit tentang tipe-tipe
penelitian dan paradigma ilmu pengetahuan memang memungkinkan bagi seseorang
untuk mengalami kesulitan dalam menentukan apa dan bagaimana seseorang dapat
melakukan suatu penelitian. Akibatnya, penelitian hanya berada di daerah "itu itu saja,"
dan sangat sedikit kontribusi yang dapat diberikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan kualitas peneliti itu sendiri.

E. Posmodernisme : Mendekonstruksi Mitos Metodologi Modernisme.


Secara metodologis posmodernisme adalah post-positivist atau anti-positivist,
memandang perasaan, pengalaman personal, empati, emosi, intuisi, pertimbangan
subjektif, imajinasi dan ragam bentuk kreativitas dan permainan sebagai bagian yang
sangat penting. Oleh karena itu, posmodernisme mengakui dua pendekatan metodologis
yaitu interpretasi anti-objektivis dan dekonstruksi.
- Islamisasi Ilmu Pengetahuan : Pengalaman Masa Lalu
al-Faruqi, tugas besar seorang muslim yaitu memecahkan masalah pendidikan salah
satunya dengan “ilmu pengetahuan harus di-Islam-kan” sebagai persyaratan untuk
menghentikan dualism sistem pendidikan dan sistem hidup muslim.
- Prinsip metodologi aktualisasi Islamisasi ilmu pengetahuan menurut alFaruqi :
1. Ke-Esaan Tuhan (Tauhid)
2. Kesatuan ciptaan
3. Kesatuan kebenaran dan kesatuan ilmu pengetahuan
4. Kesatuan hidup
5. Kesatuan umat manusia
- Rencana Kerja Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Rencana kerja yang ditetapkan menurut al-Faruqi bertujuan untuk menguasai disiplin
modern, menguasai warisan Islam, menetapkan relevansi khusus pada setiap bidang
ilmu pengetahuan modern, mencari jalan untuk sintesis kreatif antara warisan dan
ilmu pengetahuan modern, dan meluncurkan pemikiran Islam pada jalan yang
mengarah pada kepatuhan terhadap hukum-hukum Tuhan.
- Islamisasi Ilmu Pengetahuan : Orientasi Masa Depan
Adapun beberapa aspek penting yang diharapkan menjadi orientasi masa depan bagi
Islamisasi ilmu pengetahuan, diantaranya;
1. Keterbukaan
2. Realitas dan Realitas Tertinggi
3. Subjek : Al-Nafs al-muthmainnah
4. “Ilmu Pengetahuan Sakral”
5. “Diri” (Self) “Ilmu Pengetahuan Sakral” dan Aksi
BAB 11
METODOLOGI POSMODERNISME UNTUK AKUNTANSI SYARIAH

A. Realitas Sosial
Dalam wacana ilmu pengetahuan sosial, seorang nominalis dalam melihat realitas
beranggapan bahwa "dunia sosial yang berada di luar kognisi individu tidak lebih
tersusun dari sekadar nama, konsep dan label yang digunakan untuk membangun
realitas" dan digunakan"sebagai kreasiartifisial yang kegunaannya didasarkan pada
kemudahan untuk menggambarkan, mengartikan, dan menegosiasikain dunia eksternal".
Namun sebaliknya, bagi seorang realis, realitas sosial eksis secara independen dari aktor-
aktor sosial dan mengada dengan sendirinya (Morgan dan Smircich) artinya, bukan
sesuatu yang diciptakan indivisu (Burrel dan Morgan, 1979:4).

B. Hakikat Manusia
Para ilmuan social memandang manusia dalam dua hakikat ekstrem yaitu
voluntarisme dan determinisme. Yang pertama menunjuk pada pandangan bahwa hakikat
manusia itu sepenuhnya otonom dan berkehendak bebas. Sementara yang berikutnya
menunjukkan visi yang berbeda. Pandangan ini melihat individu dan seluruh aktivitasnya
dikendalikan secara pasti oleh situasi tempat dia hidup.

C. Hakikat Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan menurut tradisi Islam adalah untuk keselamatan dunia dan akhirat.
Keselamatan dunia banyak menyangkut aspek-aspek materi yang menjadi kebutuhan
manusia di dunia. Namun demikian, aspek materi ini sebetulnya tidak terpisah dengan
dunia jiwa dan spiritual. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan harus menyangkut dunia jiwa
dan spiritual yang akan membawanya pada dunia "suci" dan keselamatan akhirat.

D. Metodologi Konstruksi Ilmu Pengetahuan


Melampaui ini semua, sangat menarik untuk dicatat, Islam bukan hanya eduli pada
bagaimana pengetahuan diperoleh dan dibangun, tapi juga ada pribadi individu-individu
yang mengupayakan dan memformulasikan pengetahuan itu. Seperti sudah kita sebutkan
sebelumnya, epistemologi Islam dimulai dengan keyakinan bahwa semua pengetahuan
adalah pengetahuan Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang benar dan
pasti dapat dicapai, di samping pendekatan Islam yang telah kita diskusikan, dengan
mempertajam bakat spiritual dan psikologisnya

E. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya adalah cara seorang peneliti (dari pengumpulan
data sampai pada analisis data) dalam upaya memberikan jawaban atas permasalahan
teoretis atau praksis yang sedang dihadapinya. Hal ini tergantung dari permasalahan yang
sedang dihadapinnya. Setelah masalah penelitian dihadapi degan baik, seorng peneliti di
pahami dengan baik, seorng peneliti dapat dengan bebas menentukan metode dan desain
penelitian
Untuk menghasilkan bentuk ilmu pengetahuan atau hasil penelitian hang bagus,
maka--untuk kedua pendekatan tadi, yaitu menggunakan tori dan tanpa teori--seorang
peneliti harus menggunakan kekuatan lain·lain kekuatan rasional akalnya, yaitu kekuatan
jiwa dan spiritual.

Anda mungkin juga menyukai