Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN MATERI KULIAH

METODOLOGI PENELITIAN

“Paradigma dalam Riset Akuntansi”

Dosen Pengampu Kelas E :

Dr. Dra. Ec. Endah Susilowati, M.Si., CFra., CBV., CMA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

Bilqist Nabila Zahra 21013010120

Nadya Angeli G. F. 21013010146

Nanda Debi W. 21013010151

Annisa Aliyyatud D. 21013010152

Farras Abiyyu W. 21013010364

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR
2023/2024
PARADIGMA DALAM RISET AKUNTANSI

Nanda Debi Wijayanti


21013010151

Paradigma merupakan sekumpulan dasar atau seperangkat aturan yang menetapkan


atau mendefinisikan batas- batas hal ini dapat mempengaruhi pola pikir, bersikap dan
bertingkah laku. Pada tahun 1970an terjadi pergeseran dalam pendekatan akuntansi. Ada
beberapa alasan yang mendasari pergeseran paradigma tersebut diantaranya:
a. Pendekatan normatif yang telah berjalan selama satu dekade tidak menghasilkan teori
akuntansi yang siap digunakan dalam praktik sehari-hari.
b. Adanya gerakan masyarakat peneliti akuntansi yang menitikberatkan pada pendekatan
ekonomi dan perilaku perkembangan ekonomi keuangan.

Filosofi Paradigma Metodologi Riset


Pengetahuan didalamnya terdapat asumsi-asumsi fisiologis tertentu. Asumsi sendiri
yaitu gabungan dari hubungan dengan hakikat atau sifat dari ilmu pengetahuan, bentuk dari
ilmu pengetahuan tersebut dan bagaimana cara menyebarkannya. Menyerap ilmu asumsi dan
tersebut dan bagaimana mengkomunikasikannya. Pendekatan voluntarisme memberikan
penekanan pada esensi bahwa manusia berada didunia ini untuk memecahkan fenomena
sosial yang memiliki perspektif untuk menciptakan fenomena sosial dengan daya
kreativitasnya. Pendekatan determinisme memandang bahwa manusia dan aktivitasnya
ditentukan oleh situasi lingkungan tempat dia berada. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut
pengetahuan paradigma dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu paradigma fungsionalis,
paradigma interpretif dan paradigma radikal.

Annisa Aliyyatud Dzakiyah


21013010152
A. Paradigma Fungsionalis
Merupakan paradigma utama (mainstream paradigm) menjadi salah satu dari
beberapa jenis paradigma yang dominan digunakan dalam penelitian akuntansi. Paradigma
fungsionalis dipengaruhi oleh realitas fisik, dimana menganggap bahwa realitas objek bebas
dan terpisah dari diri manusia. Akuntansi juga melihat realitas sebagai materi yang memiliki
keyakinan akan ilmu pengetahuan akuntansi dapat dibentuk melalui rasio dan dunia empiris.
Peneliti akuntansi meyakini bahwa metode ilmiah merupakan metode yang dapat digunakan
dalam membentuk ilmu pengetahuan akuntansi melalui komponen berikut:
- Menyertakan satu atau lebih prinsip dan hukum umum.
- Mengandung prakondisi dalam bentuk pernyataan hasil observasi.
- Satu pernyataan yang menggambarkan sesuatu yang dijelaskan.
Para fungsionalis menggunakan metode ilmiah dengan mendeskripsikan variabel,
membangun dan menyatakan hipotesis, mengumpulkan data - data kuantitatif, dan melakukan
analisis statistika.
Paradigma fungsionalis memiliki kelemahan tersendiri, yaitu:
1. Kerangka paradigma fungsionalis tidak sesuai dengan fenomena yang digambarkan
dan model yang tidak realistis.
2. Pengetahuan akuntansi dikaitkan dengan pengetahuan alam, seharusnya penelitian
akuntansi lebih banyak dikaitkan dengan ilmu sosial untuk memecahkan masalah
sosial.

Farras Abiyyu
21013010364

B. Paradigma Interpretif
Paradigma interpretif, juga dikenal sebagai interaksional subjektif atau pendekatan
alternatif, menekankan peranan bahasa, interpretasi, dan pemahaman dalam ilmu sosial.
Paradigma ini mengadopsi sudut pandang nominalis yang melihat realitas sosial sebagai
konstruksi manusia, bukan sebagai sesuatu yang inheren atau objektif. Fokusnya adalah pada
persepsi dan pemahaman individu terhadap realitas, yang bersifat subjektif dan tidak dapat
dipisahkan dari manusia itu sendiri. Tujuan utama paradigma ini adalah memahami realitas
sosial, bukan sekadar menjelaskan atau meramalkan. Paradigma ini menolak konsep
keberadaan realitas organisasi tunggal dan konkret, menggambarkan organisasi sebagai
situasi yang ditafsirkan secara unik oleh individu-individu yang terlibat. Paradigma interpretif
mengadopsi aliran etnometodologi, interaksionisme simbolik, sosiologi hermeneutik, dan
fenomenologi sebagai landasan teoritisnya.
Ada dua aliran riset yang menggunakan pendekatan interpretif, yaitu aliran tradisional
dan metode Foucauldian. Aliran tradisional menekankan penggunaan studi kasus, wawancara
lapangan, dan analisis historis dalam memahami realitas sosial. Sementara itu, metode
Foucauldian menganut teori sosial Michel Foucault sebagai pengganti konsep sejarah
tradisional, menolak pandangan “historical” atau “antiquarian” .

Nadya Angeli Gifta Faizah


21013010146

C. Paradigma Strukturalis Radikal


Paradigma radikal strukturalis adalah objektivisme dengan menggunakan sosiologi
perubahan radikal. Paradigma ini mengacu pada perubahan radikal, emansipasi dan potensi.
Inti fokus paradigma ini adalah hubungan struktural antara dunia sosial dan realitas.
Analisisnya lebih menekankan pada konflik struktural, bentuk-bentuk penguasaan dan
pemerosotan harkat kemanusiaan. Karenanya, pendekatan ini cenderung realis, positivis,
determinis, dan nomoteris.
Kesadaran manusia merupakan hal yang dianggap penting oleh kaum humanis radikal
tetapi bagi kaum strukturalis radikal kesadaran manusia tidaklah penting. Bagi kaum
strukturalis radikal yang lebih penting adalah hubungan – hubungan struktural yang terdapat
dalam kenyataan sosial yang nyata. Mereka menekuni dasar – dasar hubungan sosial dalam
rangka menciptakan tatanan sosial baru secara menyeluruh. Dalam aliran strukturalis radikal
terpecah dalam dua aspek, yang pertama lebih tertarik untuk menjelaskan bahwa kekuatan
sosial merupakan kunci perubahan sosial. Sedangkan sebagian sisanya lebih tertarik pada
keadaan penuh pertentangan dalam suatu masyarakat.

D. Paradigma Humanis Radikal


Paradigma radikal humanis lebih menekankan pada perkembangan sosiologi
perubahan radikal dari titik pandang subjektivisme. Kaum humanis radikal sama seperti kaum
interpretive yang bersifat nominalis, anti-positivisme, voluntarisme dan ideografis. Kerangka
referensi yang digunakan untuk memandang pentingnya masyarakat tidak ada pembatasan
dalam pengaturan sosial. Ciri dasar paradigma ini bahwa kesadaran manusia didominasi oleh
struktur ideologi kuat yang berinteraksi dengan dirinya. Dengan demikian titik sentral
paradigma ini adalah kesadaran manusia. Humanis radikal memiliki visi praktik akuntansi
manajemen dan sistem pengendalian yang berorientasi pada manusia, yang mengutamakan
idealism humanistic dan nilai – nilai yang dibandingkan dengan tujuan organisasi.
Para penganut humanis radikal pada dasarnya berminat mengembangkan sosiologi
perubahan radikal dari pandangan subjektivisme yakni berpijak pada kesadaran manusia.
Pendekatannya terhadap ilmu sosial sama dengan kaum interpretatif yaitu nominalis,
anti-positivis, volunteris, dan ideografis. Kaum humanis radikal cenderung menekankan
perlunya menghilangkan atau mengatasi berbagai pembatasan tatanan sosial yang ada,
misalnya terjadi perbedaan pendapat kaum humanis radikal ini biasanya melakukan
musyawarah untuk mengatasinya.

Bilqist Nabila Zahra


21013010120

E. Paradigma Posmodenisme
Paradigma ini menyajikan wacana sosial yang sedang muncul dimana hal tersebut
berada diluar paradigma modern. Paradigma ini dapat dikatakan sebagai oposisi dari
paradigma modern.
Tujuan metode ini, yaitu untuk menetapkan serangkaian diskusi dalam menentukan
suatu rangkaian global universal yang dibentuk oleh paradigma modern merupakan bentuk
logosentrisme yang memiliki kuasa yang dapat menciptakan kegagalan dalam kehidupan
manusia serta menyebabkan timbulnya rasisme, diskriminasi, pengangguran, dan stagnasi.
Dengan metode genealogis Foucal melakukan kritik terhadap pengetahuan yang tertindas
oleh pengetahuan yang sedang berkuasa. Kegagalan ini merupakan konsekuensi logis dari
ketidakmampuan modernisme untuk melihat manusia secara utuh. Hal ini tercermin dalam
keilmuannya yang cenderung logosentrisme.
Foucal memiliki anggapan bahwa kuasa tidak semata-mata terpusat pada para
penguasa, tetapi juga pada semua aspek kehidupan masyarakat yang termasuk didalamnya
ilmu pengetahuan yang secara jelas mengatakan bahwa terdapat hubungan yang timbal balik
antara kuasa dengan pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai