METODOLOGI PENELITIAN
Farras Abiyyu
21013010364
B. Paradigma Interpretif
Paradigma interpretif, juga dikenal sebagai interaksional subjektif atau pendekatan
alternatif, menekankan peranan bahasa, interpretasi, dan pemahaman dalam ilmu sosial.
Paradigma ini mengadopsi sudut pandang nominalis yang melihat realitas sosial sebagai
konstruksi manusia, bukan sebagai sesuatu yang inheren atau objektif. Fokusnya adalah pada
persepsi dan pemahaman individu terhadap realitas, yang bersifat subjektif dan tidak dapat
dipisahkan dari manusia itu sendiri. Tujuan utama paradigma ini adalah memahami realitas
sosial, bukan sekadar menjelaskan atau meramalkan. Paradigma ini menolak konsep
keberadaan realitas organisasi tunggal dan konkret, menggambarkan organisasi sebagai
situasi yang ditafsirkan secara unik oleh individu-individu yang terlibat. Paradigma interpretif
mengadopsi aliran etnometodologi, interaksionisme simbolik, sosiologi hermeneutik, dan
fenomenologi sebagai landasan teoritisnya.
Ada dua aliran riset yang menggunakan pendekatan interpretif, yaitu aliran tradisional
dan metode Foucauldian. Aliran tradisional menekankan penggunaan studi kasus, wawancara
lapangan, dan analisis historis dalam memahami realitas sosial. Sementara itu, metode
Foucauldian menganut teori sosial Michel Foucault sebagai pengganti konsep sejarah
tradisional, menolak pandangan “historical” atau “antiquarian” .
E. Paradigma Posmodenisme
Paradigma ini menyajikan wacana sosial yang sedang muncul dimana hal tersebut
berada diluar paradigma modern. Paradigma ini dapat dikatakan sebagai oposisi dari
paradigma modern.
Tujuan metode ini, yaitu untuk menetapkan serangkaian diskusi dalam menentukan
suatu rangkaian global universal yang dibentuk oleh paradigma modern merupakan bentuk
logosentrisme yang memiliki kuasa yang dapat menciptakan kegagalan dalam kehidupan
manusia serta menyebabkan timbulnya rasisme, diskriminasi, pengangguran, dan stagnasi.
Dengan metode genealogis Foucal melakukan kritik terhadap pengetahuan yang tertindas
oleh pengetahuan yang sedang berkuasa. Kegagalan ini merupakan konsekuensi logis dari
ketidakmampuan modernisme untuk melihat manusia secara utuh. Hal ini tercermin dalam
keilmuannya yang cenderung logosentrisme.
Foucal memiliki anggapan bahwa kuasa tidak semata-mata terpusat pada para
penguasa, tetapi juga pada semua aspek kehidupan masyarakat yang termasuk didalamnya
ilmu pengetahuan yang secara jelas mengatakan bahwa terdapat hubungan yang timbal balik
antara kuasa dengan pengetahuan.