Anda di halaman 1dari 12

MODUL TEORI AKUNTANSI

(EBA503)

MODUL 14
RISET TEORI AKUNTANSI MULTIPARADIGMA

DISUSUN OLEH
Wulandari Agustiningsih, S.E., M,Sc

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 13
RISET TEORI AKUNTANSI MULTIPARADIGMA

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan asumsi-asumsi filosofi keilmuan
2. Menjelaskan tentang paradigma riset akuntansi
3. Memahami riset-riset dalam akuntansi

B. Uraian dan Contoh


Perkembangan riset akuntansi multiparadigma pertama kali berangkat dari
kerangka filosofis yang dibangun oleh Burrel dan Morgan. Mereka
mengatakan bahwa suatu pengetahuan dibangun berdasarkan asumsi-asumsi
filosifis tertentu. Asumsi-asumsi tersebut antara lain:
 Ontologi (ontology)
Ontologi berhubungan dengan hakikat atau sifat dari objek yang
akan diinvestigasi (diteliti).
 Epistemolgi (epistemology)
Epistemologi berhubungan dengan sifat dan bentuk dari ilmu
pengetahuan serta bagaimana mendapatkan juga menyebarkannya.
Epistemologi ini memberikan perhatian tentang bagaimana cara untuk
menyerap ilmu pengetahuan dan mengkomunikasikannya.
 Hakikat Manusia (human nature)
Terdapat dua pendekatan mengenai hakikat manusia:
- Pendekatan voluntarisme (voluntarism) memberikan penekanan
pada esensi bahwa manusia berada di dunia ini untuk memecahkan
fenomena sosial sebagai mahluk yang memiliki “kehendak dan
pilihan yang bebas”. Manusia pada sisi ini dilihat sebagai pencipta
dan mempunyai perspektif untuk menciptakan fenomena sosial
dengan daya kreatifitasnya.
- Sebaliknya pendekatan determinisme memandang bahwa manusia
dan aktivitasnya ditentukan oleh situasi atau lingkungan tempat dia
berada.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 13
 Metodologi (methodology)
Metodologi dipahami sebagai suatu cara untuk menentukan teknik yang
tepat dalam memperoleh pengetahuan.
Pada bab kali ini kita akan membahas beberapa paradigma yang menunjang
ilmu pengetahuan dan riset apa saja yang ada dalam teori akuntansi.

1. Paradigma Fungsionalis
Paradigma fungsionalis sering disebut juga dengan fungsionalis struktural
atau kontijensi rasional. Paradigma ini merupakan paradigma yang umum
dan bahkan sangat dominan digunakan dalam riset akuntansi dibandingkan
dengan paradigma yang lain, sehingga disebut juga dengan paradigma
utama.
Menurut paradigma ini ilmu pengetahuan akuntansi dapat diukur
dengan rasio dan secara empiris. Metodologi riset yang digunakan oleh
para fungsionalis mengikuti metodologi yang digunakan dalam ilmu
alam. Penganut aliran ini melakukan deskripsi atas variabel, membangun
dan menyatakan hipotesis, mengumpulkan data kuantitatif, dan melakukan
analisa secara statistika (Macintosh, 1994). Beberapa riset empiris dalam
akuntansi keperilakuan juga menggunakan pendekatan paradigma
fungsionalis yaitu menggunakan pengumpulan data survei/kuisioner dan
analisa statistik.
Masalah yang timbul dari pemikiran akuntansi utama adalah
pertanyaan dari peneliti akuntansi tentang relevansi filosofi ilmu alam
(natural science) sebagai dasar metodologi riset akuntansi. Padahal
seharusnya lebih banyak mendekati ilmu sosial. Kelemahan metode utama
tersebut, menyebabkan para pemikir akuntansi mulai mencari metode
alternatif yang dapat secara tepat digunakan oleh akuntansi dalam
memecahkan masalah-masalah sosial.

2. Paradigma Interpretif
Paradigma ini juga disebut dengan interaksionis subjektif (subjective
interactionist). Pendekatan alternatif ini berasal dari filsof Jerman yang

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 13
menitik beratkan pada peranan bahasa, interpretasi, dan pemahaman dalam
ilmu sosial. Pendekatan ini memfokuskan pada sifat subjektif dunia sosial
dan berusaha untuk memahami kerangka berfikir objek yang sedang
dipelajarinya.
Fokusnya ada pada diri individu dan persepsi manusia terhadap
realitas, dan bukan pada hal independen diluar individu. Bagi paradigma
interpretif ini, ilmu pengetahuan tidak digunakan untuk menjelaskan dan
memprediksi namun untuk memahami (Iwan, 2000).
Terdapat perbedaan antara paradigma fungsionalis dengan interpretif.
Perbedaannya adalah paradigma interpretif memusatkan perhatian tidak
hanya pada bagaimana membuat perusahaan berjalan dengan baik, tetapi
juga bagaimana menghasilkan pemahaman yang luas dan mendalam
mengenai bagaimana manajer dan karyawan dalam organisasi memahami
akuntansi, berinteraksi dan menggunakan akuntansi.
Tujuan pendekatan interpretif ini adalah untuk menganalisis realitas
sosial dan bagaimana sebuah realitas sosial tersebut terbentuk. Terdapat
aliran riset dengan pendekatan interpretif ini, yaitu metode tradisional, yang
menekankan pada penggunaaan studi kasus, wawancara lapangan, dan
analisis historis.

3. Paradigma Strukturalis Radikal


Aliran alternatif lainnya adalah strukturalis radikal yang mempunyai
kesamaan dengan fungsionalis, yang mengasumsikan bahwa sistim sosial
mempunyai keberadaan ontologikal yang konkrit dan nyata. Pendekatan
ini memfokuskan pada konflik mendasar sebagai dasar dari produk
hubungan kelas, struktur pengendalian, serta memperlakukan dunia sosial
sebagai obyek eksternal dan memiliki hubungan yang terpisah dari
manusia tertentu. Riset-riset yang diklasifikasikan dalam paradigma
strukturalisme radikal adalah riset yang didasarkan pada teori Marxisme
tradisional.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 13
4. Paradigma Humanis Radikal
Pendekatan humanis radikal melihat bahwa obyek studi sebagai suatu
interaksi sosial yang disebut dengan ”kehidupan” yang diartikan sebagai
interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang melekat dalam
diri manusia. Interaksi sosial dalam dunia kehidupan dapat dibagi menjadi
dua kelompok yaitu:
a. Interaksi yang mengikuti kebutuhan sosial alami, misalnya kebutuhan
akan sistem informasi manajemen
b. Interaksi yang dipengaruhi oleh mekanisme sistem, misalnya pemilihan
sistim yang akan dipakai atau konsultan mana yang diminta untuk
merancang sistem bukan merupakan interaksi sosial yang alami karena
sudah mempertimbangkan berbagai kepentingan.
Macintosh menyatakan bahwa humanis radikal memiliki visi praktek
akuntansi manajemen dan sistem pengendalian yang berorientasi pada
orang, mengutamakan idealisme humanistik dan nilai-nilai dibandingkan
dengan tujuan organisasi.

5. Paradigma Postmodernisme
Foucault terkenal dengan metode arkeologis (archeological) dan geneologis
(genealogical). Menurut Foucault istilah arkeologis dimaksudkan untuk
mencari asal usul pengetahuan dan digunakan untuk menunjukkan suatu
usaha arkeologis yaitu ciri khas pemikirannya yang menyangkut tujuan,
metode, dan bidang penerapannya. Foucault mengadakan studi tentang
periode-periode sejarah pemikiran untuk menemukan epistemologi yang
mendasari disiplin ilmu tertentu dan ciri pengetahuan yang menentukan di
setiap periode.
Tujuan metode arkeologis ini adalah untuk menetapkan serangkaian
diskusi, yaitu sistim wacana, dan untuk menentukan suatu rangkaian dari
awal hingga akhir. Bagi pemikiran Foucault, wacana global dan universal
yang dibentuk oleh paradigma modern merupakan bentuk logosentrisme
yang memiliki kuasa yang dapat menciptakan kegagalan dalam kehidupan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 13
manusia, serta menyebabkan timbulnya rasisme, diskriminasi, pengangguran
dan stagnasi.

6. Daftar Beberapa Hasil Penelitian Berdasarkan Pendekatan


MultiParadigma

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 13
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
6 / 13
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
7 / 13
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
8 / 13
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
9 / 13
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
10 / 13
C. Daftar Pustaka
1. Ahmed Riahi, Belkaoui.2011. Accounting Theory 5th ed. Jakarta: Salemba
Empat.
2. Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi (Perekayasaan Pelaporan Keuangan)
Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
3. Ikhsan, Arfan & Suprasto, H.B. 2008. Teori Akuntansi & Riset
Multiparadigma Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 13

Anda mungkin juga menyukai