Anda di halaman 1dari 8

Filsafat Akuntansi Multiparadigma

Dosen Pengampu

La Ode Kamaluddin Mursidi, SE, M.Si., CTA., ACPA

Disusun Oleh :

Dera Ladeka

NPM 22320039

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDIN

Bau Bau

2022
 Konsep Filsafat Paradigma

Secara garis besar terdapat empat paradigma dalam dunia akuntansi,


yaitu:
Paradigma fungsionalis, paradigma interpretatif, paradigma struktralisme
radikal, paradiga humanis radikal dan postmodernisme radikal. Setiap paradigma
dijelaskan oleh empat aspek penting, yaitu:
realitas sosial (ontologi), sifat manusia, sifat ilmiah dan tujuan penelitian.
Deskripsi ini dapat memicu kreativitas peneliti untuk merancang metode
penelitian untuk menjawab pertanyaan ilmiah dan praktik komputasi dengan
cara yang inovatif.Kelahiran suatu paradigma tidak meniadakan (mutually
exclusive) paradigma yang sudah ada sebelumnya, melainkan justru sebaliknya
yang berdiri sendiri (complementary). Memilih untuk memasuki hanya satu
paradigma menimbulkan fanatisme terhadap paradigma yang dipilih. Idealnya,
peneliti harus memahami dan mengetahui keempat paradigma yang ada untuk
kemudian berpijak pada keempat paradigma tersebut, yaitu tataran
metaparadigma. Dalam posisi ini, peneliti memiliki wawasan yang luas dan
bijaksana dalam melakukan penelitian.

a. Paradigma Fungsionalis
Paradigma fungsionallis juga sering disebut juga dengan fungsional
struktural atau kontinjensi rasional (rational contigensy). Paradigma ini
merupakan paradigma yang umum dan bahkan sangat dominan digunakan
dalam penelitian akuntansi dibandingkan dengan paradigma yang lain, sehngga
disebut juga paradigma utuma (mainstream paradikm). Secara ontologi,
paradigma umum ini sanagat dipengaruhi oleh realitas fisik yang menganggap
realitas objektif berada bebas dan terpisa di luar diri manusia. Realitas diukur ,
dianalisis , dan digambar secara objektif . Konsekuensinya adalah adanya jarak
antar objek dan subjek . Dalam hubungannya dengan manajemen akuntansi
dan pengendalian sistem. Macintosh ( 1994 ) mengatakan bahwa fungsionalis
mengasumsikan suatu sistem sosial dalam organisasi yang meliputi fenomena
empiris dan kongkret , yang keberadaannya bebas dari manajer dan karyawan
yang bekerja di dalamnya . Pemahaman tentag realitas akan mempengaruhi
bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan yang benar. Secara
epistemologi , akuntansi utama melihat realitas sebagai materi realitas yang
mempunyai suatu keyakinan bahwa pengetahuan akuntansi dapat dibangun
dengan rasio dan empiris dunia . Berdasarkan keyakinan tersebut, peneliti
akuntansi utama sangat yakin bahwa satu-satunya metode yang dapat
digunakan untuk membangun ilmu pengetahuan akuntansi adalah metode
ilmiah. Suatu penjelasan dikatakan ilmiah apabila memenuhi 3 komponen yaitu :

1. Memasukkan satu atau lebih ptinsip-prinsp atau hukum umum


2. Mengandung prakomdisi yang biasanya di wujudkan dalam bentuk pernyataan
pernyataan hasil opservasi
3. Memilik satu pernyataan yang menggambarkan sesuatu yang dijelaskan .

Di dalam filosofi , pengujian empiris dinyatakan dalam dua cara ( Chua :


1986 ) yaitu :
1. Dalam aliran positivis ada teori dan menyusun pernyataan hasil
observasi independen yang digunakan untuk membenarkan atau
memverifikasi kebenaran teori ( pendekatan hypothetiico - deductive )
2. Dalam pandangan Popperin , karena hasil observasi pernyataan
merupakan teori yang dependen dan dapat dipalsukan , maka teori -
teori ilmiah tidak dapat dibuktikan kebenarannya tetapi memungkinkan
untuk ditolak
Metodologi yang riset yang digunakan oleh para fungsionalis mengikuti
metodologi yang digunakan dalam ilmu alam aliran kepercayaan ini melakukan
deskripsi atas variabel , membangun dan menyatakan hipotesis , mengunpulkan
data kuantitatif dan melakukan analisis statistika ( Macintosh , 1994 ) . Beberapa
penelitian empiris dalam akuntansi keperilakuan yang menggunakan pendekatan
paragdigma fungsionalis ini ( menggunakan survei pengumpulan data atau
kuesioner dan analisis statistika ) yang dijelaskan oleh Dil lard dan Becker
dengan masalah risetnya antara lain adalah Govinrarajan dan Gupta ( 1985 )
yang menemukan hubungan antara pengendalian sistem dan strategi unit bisnis
strategi dengan kinerja
Beberapa kelemahan metodologi paradigma fungsionalis dalam penelitian
akuntansi , terutama keperlakuan akuntansi mulai dirasakan oleh peneliti
akuntansi lainnya mereka mulai mengubah apakah pandangan ontologi realitas
fisik tepat untuk memahami fenomena sosial ? Capra dan iwan ( 1998 )
menyatakan bahwa :
1. mengadopsi paradigma ala Descartes dan metode - metode ala Newton
( yang sangat mekanistis ) .meskipun demikian , kerangka ala
Descartes sering kali tidak sesuai dengan fenomena - fenomena yang
mereka gambarkan dan akibatnya model - model mereka semakin
tidak realistis .
2. Ekonomi termasuk akuntansi ini ditandai dengan pendekatan
reduksionis dan dipecahkan pecah.para ahli ekonomi
termasukakuntansi biasanya gagal mengetahui ekonomi , termasuk
akuntansi hanyalah salah satu aspekdari suatu keseluruhan daftar
ekologis dan sosial , suatu sistem hidup yang berdiri di atas manusia
dalam interaksinya yang terus – menerus.

Sedangkan wahyudi ( 1999 ) menyatakan bahwa pemikiran akuntansi


utama tidak memberikan perhatian pada filosofi antara pemikiran Popper ,
masalah lain yang timbul daripemikiran akuntansi utama tidak memberikan pada
perbedaan filosofi antara pemikiran popper , lakatos , khun , dan Feyerbend .
Masalah lain yang timbul dari pemikiran akuntansi utama adalah pertanyaan dari
peneliti akuntansi tentang relevansi filosofi ilmu pengetahuan alam , sebagai
dasar metodologi penelitian akuntansi yang seharusnya lebih banyak mendekati
ilmu sosial . Kelemahan mertode utama tersebut , menyebabkan pemikiran
akuntansi mulai mencari metode - metode lain atau metode alternatif yang dapat
secara tepat digunakan oleh akuntansi dalam memecahkan masalah - masalah
sosial .

b. Paradigma Interpretif

Paradigm ini juga disebut dengan interaksional subjektif ( mancintosh ,


1994 ) . Menurut Chua (1986). Pendekatan alternatif ini berasal dari filsuf
jerman yang menitikberatkan pada peranan bahasa , interprestasi , dan
poemahaman dalam ilmu sosial . Sedangkan menurut Burrel dan morgan ,
paradigma ini menggunakkan cara pandang yang nominalis yang melihat realitas
sosial sebagai sesuatu yang hanya merupakan tabel , nama , atau konsep yang
digunakan untruk membangun realitas , dan bukanlah sesuatu yang nyata ,
melainkan hanyalah penanam atas sesuatu yang diciptakan oleh manusia atau
merupakan produk manusia itu sendiri. Dengan demikian, realitas sosial
merupakan sesuatu yang beradadalam diri manusia itu sendiri, sehingga bersifat
subjektif bukan objektif sebagimana yang dipahami oleh paradigma fungsionalis.
Pendekatan ini memfokuskan pada sifat subjektif dunia sosial dan berusaha
memahami kerangka pikir objek yang sedang dipelajarinya . Fakusnya ada pada
diri individu dan persepsi manusia terhadap realitas, independen di luar mereka.
Bagi paradigma interpretif ini , ilmu pengetahuan tidak digunakan untuk
menjelaskan dan memprediksi , namun untuk memahami ( triyuwono , 2000 ) .
Berkaitan dengan sistem pengedalian dan akuntansi manajemen , menurut
macintoosh ( 1994 ) , terdapat dua perbedaan antara paradigma fungsional
dengan interpretif . Perbedaan pertama adalah bahwa paradigma interpretif
prihatin tidak hanya pada bagaimana membuat perusahan berjalan dengan baik ,
tetapi juga bagaimana menghasilkan pemahaman yang luas dan mendalam
mengenai bagaimana manajer dan karyawan dalam organisasi memahami
akuntansi , berpikir tentang akuntansi , serta berinteraksi dan menggunakan
akuntansi . Perbedaan kedua adalah bahwa para interaksionis tidak percaya
pada keberadaan realitas organisasi yang tunggal dan konkret, melainkan pada
situasi yang mengatur organisasi organisa si dengan caranya masing-masing.

Paradigma interpretatif memasukkan aliran etnometodelogi dan


interaksionisme simbolis fenomenologis . Yang bertumpu pada aliran sosiologis ,
hermenetis , dan fenomenoloogis . Tujuan pendekatan interpretif ini adalah
untuk menganalis realitas sosial dan bagaimana realitas sosial tersebut
terbentuk. Terdapat dua aliran riset dengan pendekatan interpretif ini ( dillard
dan Becker ) , yairtu :

1. Tradisional , yang menekan pada penggunaan studi kasus ,


wawancara lapangan , dan analisis historis

2. Metode Fuocauldian , yang menganut theory social dan Michael


Foucault sebagai pengganti konsep traditional histooris yang disebut dengan "
ahistorical " atau " antiquarian ( Sukoharsono , 1998 ) . Tahapan aliran ini akan
dibahas lebih lanjut pada bagian posmodernisme

c. Paradigma Strukturalisme Radikal

Aliran alternatif lainnya adalah radikal struktural yang mempunyai


kesamaan dengan fungsionalis yang menganggap bahwa sistem sosial
mempunyai keberadaan ontologisme yang konkrit dan nyata.Pendekatan ini
memfokuskan pada konflik mendasar sebagai dasar dari hubungan kelas produk
dan struktur pengendalian serta memperlakukan dunia sosial sebagai objek
eksternal dan memiliki hubungan yang terpisah dari manusia tertentu

d. Paradigma Humanis radikal

Riset - riset akan diklasifikasikan dalam paradigma humanis radikal jika


berdasarkan pada teori kritis dari Frankfrut School dan Hebermas.Pendekatan
kritis Hebermas melihat objek belajar sebagai suatu interaksi soaial yang disebut
dengan "dunia kehidupan" yang diartikan sebagaiinteraksi berdasarkan pada
kepentingan kebutuhan yang melekat pada diri manusia dan membantu untuk
perdamaian saling memahami .Interaksi sosial dalam kehidupan dapat dibagi
menjadi kelompok yaitu :

1. Interaksi yang mengikuti kebutuhan sosial alami misalnya kebutuhan


akan sistem informasi manajemen

2. Interaksi yang dipengaruhi oleh mekanisme sistem , misalnya sistem


pemilihan yang akan dipakai atau konsultan mana yang kecil untuk merancang
sistem merupakan interaksi soaial yang alami karena sudah mempertimbangkan
berbagai kepentingan

Macintosh menyatakan bahwa humanis radiakal memiliki visi praktik


akuntansi manajemen dan sistem pengendalian yang berorientasi pada orang
yang mengutamakan idealisme humanistik dan nilai-nilai yang dibandingakan
dengan tujuan organisasi. Argumentasi teoretis dalam paradigma humanis
radiakal dikemukakan oleh Laughlin ( 1987 ) , yang menyajikan suatu diakusi
dari aplikasi teori kritis Habermas dalam riset akuntansi Laughlin menujukan
bagaimana teori kritik Habermas akan sangat berguna dalam mengkaji " saling
berkaitan " ( interrelation ship ) antara teknologi akuntansi dengan asal mula
sosialnya. Sedangakan riset akuntansi yang menggunakan pendekatan ini antara
lain adalah : broadbeent et al . ( 1991 ) yang menujukkan penggunaan
kerangka Habermas sian dalam menganalis aplikasi akuntansi pada industri
pelayanan kesetan AS . Mereka menemukan bahwa , meskipun akuntansi tidak
diterima secara penuh sebagai manajemen teknologi dalam sektor pelayanan
kesehatan namun akuntansi mempengaruhi tindakan dengan cara membrikan
arti atau makna dalam suatu dilema moral disekitar alokasi sumber daya
pelayanan kesehatan .
e. Paradigma posmodenisme

Posmodernisme menyajikan suatu wacana sosial yang sedang muncul


yang meletakan dirinya di luar paradigma modern sehingga tidak tepat bila
wacana ini dimasukkan ke dalam skema paradigma yang telah dibahas
sebelumnya. Bahkan dapat dikatakan bahwa paradigma posmodernisme ini
merupakan op[osisi dari paradigma modern.

Tujuan metode arkeologi ini adalah untuk menetapkan rangkaian diskusi ,


yaitu sistem wacana dan untuk menentukan suatu rangkaian dari awal sampai
akhir bagi pemikiran Foucaul . Wacana global universal yang dibentuk oleh
paradigma modern merupakan bentuk logosentrisme yang memiliki kuasa yang
dapat menciptakan kegagalan dalam kehidupan manusia, serta menyebabkan
timbulnya rasisme.diskriminasi.pengangguran dan stagnasi. Dengan metode
genealogis Foucaul melakukan kritik terhadap pengetahuan yang tertindas oleh
pengetahuan yang sedang berkuasa . Kegagalan ini merupakan konsekuensi
logis dari ketidak mampuan modernisme untuk melihat manusia secara utuh.
Hal ini pemolesan dalam kleilmuannya yang cenderung logosentrisme . Menurut
tryuwono ( 1997 ) cirri utama dari logoosentrisme :

1. Pola piker posisi biner ( dualistic dikotomis ) yang hirearki , seperti ,


esensi , ekstensi , bahasa lisan - tulisan konsep metafora jiwa - badan , makna -
bentuk , dan sebagainya

2. Aspek Keilmuan . Ilmu - ilmu positif produk modernisme banyak


tekanan pada asepk praktis dan fungsi , dan sebaliknya sebaliknaya melecehkan
aspek nilai ( etika ) . Hal ini dari pernyataan ilmu - ilmu positif yang mengklaim
bahwa ilmu pengetahuan harus netral dan bebas dari nilai .

3. Aspek praktis yaitu bentuk standar dan praktik akuntansi yang


mengklaim bahwa praktik akuntansi harus secara universal atau internasional .
Klaim ini diwujudkan dengan adanya gerakan yang disebut dengan akuntansi
harmonis . Bagi pemikir Fucault, wacana global dan universal tersebut memiliki
hubungan timbal balik antara yang menguasai dan berpengetahuan. Fucault
tertutup bahwa kuasa tidak hanya terbatas dan terkosentris pada para penguasa
yang sedang berkuasa dalam organisasi-organisasi formal, tetapi juga pada
semua aspek kehidupan mayarakat. balik antara kuasa dan pengetahuan .

Dillard dan Becker membahas mengenai beberapa argumentasi teoretis


dan beberapa penelitian akuntansi yang bertumpu pada teori Fucault , di
antaranya adalah Hopwood ( 1987 ) yang mengembangkan suatu sistem
arsitektur akuntansi dengan suatu pemahaman yang lebih baik tentang proses
perubahan akuntansi . Hasil menyarankan bahwa arkeologi Fucaultdian dapat
menghasilkan berbagai macam faktor sosial yang direpleksikan dalam perubahan
akuntansi ... loft ( 1986 ) menggunakan metode genealogi Fucault dalam
menginvestigasi hubungan antara praktik akuntansi biaya dengan sosialnya di
Inggris , antara tahun 1914 sampai 1925. Analisnya menunjukkan bahwa
akuntansi merupakan akuntansi suatu aktivitas sosial yang secara mendasar dan
tidak dapat digambarkan makanannya hanya dari perspektif teknik .

Secara garis besar terdapat empat paradigma dalam dunia akuntansi,


yaitu:
Itu Paradigma fungsionalis, paradigma interpretatif, paradigma kritis dan
Paradigma Postmodern Setiap paradigma dijelaskan dalam empat cara
penting, yaitu: realitas sosial (ontologi), sifat manusia, sifat ilmiah dan
untuk tujuan penelitian. Uraian ini dapat meningkatkan kreativitas peneliti
Merencanakan metode penelitian untuk menjawab masalah ilmiah dan
praktis akuntansi inovatif. Munculnya suatu paradigma tidak menjungkirbalikkan
paradigma yang sudah ada sebelumnya ada (saling eksklusif) tetapi sebaliknya
ada secara mandiri (menyelesaikan). Pilihan untuk memasuki satu paradigma
saja melahirkan
Fanatisme terhadap paradigma yang dipilih. Idealnya, peneliti harus
memahami dan mengetahui empat paradigma yang ada untuk memposisikan diri
Anda di depan keempatnya pada tataran paradigma, yaitu metaparadigma.
Dalam posisi ini, pendapat peneliti
Jadilah sangat berpengetahuan dan bijaksana dalam penelitian Anda. Kata
kunci:
Paradigma fungsionalis, paradigma interpretatif, paradigma kritis dan
postmodernisme.

Paradigma menurut beberapa sudut pandang biasanya dapat diartikan


sebagai sudut pandang seseorang tentang fenomena tersebut dalam upayanya
menjelaskan secara kongkrit dan realistis.
Menurut Thomas Kuhn (1962), penjelasan Triyuwono (2006b) adalah:

Beberapa contoh praktik ilmiah aktual yang diterima - contoh yang


menggabungkan hukum, teori,
Aplikasi dan instrumen bersama-sama - tawarkan model yang membuat
haluan menonjol tradisi penelitian ilmiah yang koheren.
Selain sebagai penjelasan fenomena dengan model yang menyesuaikan
dengan kondisi paradigma penelitian budaya dapat dirumuskan sebagai metafora
untuk memahami realitas. menyukai
Komentar Morgan (1988) adalah sebagai berikut:

“Teori akuntansi dibentuk dan dibentuk oleh interpretasi metaforis itu


mendorong akuntan untuk membangun dan menafsirkan makna dan manfaat
yang berbeda Akun pemandangan dari semua sudut yang memungkinkan."

Meskipun metafora (simile) masih dapat digunakan untuk memahami


realitas
Perlu dipahami bahwa masih banyak kekurangan. Jadi itu tidak berarti
kenyataan itu dapat dipahami dengan benar atau lengkap karena merupakan
metafora. Hal ini didukung oleh Poggi (1965) yang menyatakan bahwa “cara
melihat juga merupakan cara tidak bisa melihat.
" Paradigma tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk melihat realitas ilmu
dan praktik akuntansi Pada saat yang sama, itu juga merupakan alat untuk tidak
melihat kenyataan. Untuk itulah Untuk menciptakan paradigma yang tepat, kita
harus bisa memahami karakter masing-masing.

Tujuan teori menurut paradigma ini adalah untuk membebaskan


(emancipate) dan
Perubahan (Burrell dan Morgan, 1979; Chua, 1986; Sarantakos, 1993;
Roslander, 1992; Triyuwono, 2003). Paradigma ini beranggapan bahwa
teori saja tidak cukup menafsirkan, tetapi harus mampu membebaskan diri dan
berubah. Tanpa elemen “pembebasan” dan “perubahan”, teori tersebut tidak
pernah disebut teori kritis
Unsur-unsur pembebasan dan perubahan muncul pada tataran teoretis
dalam perspektif kritis ini dan praktik akuntansi. Pada tataran teoritis biasanya
dilaksanakan berdasarkan aspek-aspek metodologis untuk mencapai bentuk teori
itu sendiri. Ini dapat ditemukan dalam teori akuntansi dianggap sarat dengan
unsur kapitalisme karena dibangun berdasarkan paradigma positivis. Kondisi
Sejauh ini, menurut kritikus, tampaknya sangat dominan atau lebih jauh
"Tekanan". membuat perubahan Kondisi ini sesuai dengan pandangan
Menurutnya ilmu Pengetahuan yang dikembangkan atas dasar paradigma kritik
adalah positivisme dan menafsirkan Dia berpendapat bahwa orang dihadapkan
pada kondisi sosial ekonomi yang berbeda membentuk hidupnya. Tetapi mereka
mampu memahami dunia mereka dan melakukannya Tindakan berdasarkan
tujuan itu mengubah perubahan. Jadi, menurutnya, sains tidak tidak hanya
berharga (tidak berharga), tetapi juga berdasarkan hasil penelitian dan rumusan
teoritis, dapat menghasilkan Protagonis dari paradigma ini selalu keinginan untuk
membebaskan (membebaskan) dan berubah Transformasi), membuat akuntansi
lebih dinamis dan kaya.

Anda mungkin juga menyukai