Anda di halaman 1dari 10

Filosofi Riset dalam

Akuntansi Keperilakuan
Anggita Vermata Sari (130190062)

Melanda Wandari (130200042)


FILSAFAT DAN METODOLOGI FILSAFAT

• Kata filosofi (philosophy) berasal dari bahasa Yunani “philos” yang artinya
suka atau cinta dan “sophia” yang artinya kebijaksanaan. Jadi, kata filosofi
berarti cinta kepada kebijaksanaan. Filsafat sering kali disebut oleh sejumlah
pakar sebagai induk dari ilmu pengetahuan. Filsafat merupakan disiplin ilmu
yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan
manusia secara tepat dan lebih memadai

• Metodologi Filsafat menurut Socrates, cara yang paling baik untuk


mendapatkan pengetahuan yang diandalkan adalah dengan melakukan
pembicaraan yang teratur (disciplined conversation) dengan memainkan
peranan seorang intellectual midwife.
PENDEKATAN FILOSOFI RISET AKUNTANSI KEPRILAKUAN

1. Filosofi Paradigma Metodologi Riset Burrel dan Morgan (1979)


Burrel dan Morgan mengembangkan aspek paradigma dalam asumsi
metateoretis yang mendasari kerangka referensi, model teori dan modus operasi
dari ilmuwan yang berada dalam paradigma tersebut. Burrel dan Morgan
memandang bahwa filsafat ilmu harus mampu melihat keterkaitan antara
kehidupan manusia dengan lingkungannya. Pendekatan voluntarisme
(volluntarism) memberikan penekanan pada esensi bahwa manusia berada di
dunia ini untuk memecahkan fenomena sosial sebagai makhluk yang memiliki
kehendak dan pilihan bebas (free will and choice).
Burrel dan Morgan membagi asumsi tersebut ke dalam dua bagian, yaitu pendekatan subjektivisme dan
pendekatan objektivisme :
PARADIGMA RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN

1. Paradigma Fungsionalisme/Positivistik

Paradigma fungsionalisme/positivistik adalah paradigma yang


muncul paling awal dalam dunia ilmu pengetahuan. Paradigma
fungsionalisme ini sering disebut fungsional struktural (structural
functionalist) atau kontinjensi rasional (rational contingency).
Paradigma ini merupakan paradigma umum bahkan sangat
dominan digunakan dalam riset akuntansi dibandingkan dengan
paradigma lain sehingga disebut paradigma utama (mainstream
paradigma).
Paradigma fungsionalisme dapat digambarkan sebagai berikut :
2. Paradigma Interpretif
Paradigma ini disebut juga interaksionis subjektif (subjective
interactionist). Pendekatan alternatif ini berasal dari filsuf Jerman
yang menitikberatkan pada peranan bahasa, interpretasi dan
pemahaman dalam ilmu social. Paradigma interpretif memasukkan
aliran etnometodologi (ethno methodology) dan interaksionisme
simbolis fenomenologis (phenomenological symbolic interactionism)
yang didasarkan pada aliran sosiologis, hermeneutis dan fenomenologis.

Tujuan pendekatan ini adalah menganalisis realitas sosial dan cara realitas sosial
tersebut terbentuk. Berikut dua aliran riset dengan pendekatan interpretif ini,
yaitu :
1. Tradisional, yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara
lapangan dan analisis historis.
2. Metode Foucaldian, yang menganut teori sosial dari Michael Foucault sebagai
pengganti konsep tradisional historis yang disebut “a historical” atau
“antiquarian”.
4. Paradigma Humanis Radikal
Riset akan diklasifikasikan ke dalam paradigma humanis radikal (radical humanist) jika
didasarkan pada teori kritis dari Frankfurt Schools dan Habermas. Pendekatan kritis Habermas
melihat objek studi sebagai suatu interaksi sosial yang disebut dunia kehidupan (life world)
yang berarti interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang melekat dalam diri
manusia dan membantu untuk pencapaian yang saling memahami.

5. Paradigma Posmodernisme
Paradigma posmodernisme muncul karena adanya kelemahan dari beberapa paradigma yang
ada. Pascamodernisme/posmodernisme (postmodernism) menolak pendapat modernisme yang
meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk maju, untuk memperbaiki dirinya sendiri
dan bepikir secara rasional. Bagi seorang postmodern tidak ada keadaan yang lebih baik, tidak
ada dunia yang lebih baik, tidak ada yang disebut kemajuan atau pengendalian alam.
Postmodern membuang metode dan teori yang dominan mengenai modernitas dan
menggantikannya dengan metode pascastrukturalisme (post-structuralism).
6. Paradigma Akuntansi Kritis

Paradigma akuntansi kritis akan dipandang melalui refleksi dari ilmu sosial
politik. Paradigma ini dikemukakan pertama kali oleh Mattessich (1964)
melalui sebuah derivatif filosofi fungsionalisme dalam sistem ekonomi
kapitalis. Oleh karena itu, teori ini tidak berkaitan dengan penyelesaian
masalah keterasingan, melainkan dengan proses teknis penilaian dimana
penilaian didefinisikan sebagai nilai objektif yang didasarkan pada konsep
ekonomi marginalis. Hal yang diinginkan disini sebenarnya adalah teknologi
yang lebih baik yang didasarkan pada kelompok asumsi dasar yang
menghasilkan representasi alternatif yang konsisten dengan faktor
lingkungan ekonomi.
THANKS

ANY QUESTION ?

Anda mungkin juga menyukai