Anda di halaman 1dari 3

Grand Design oleh:

M Fikri Al-Hakim (PK IMM IBRAHIM UIN SAIZU PURWOKERTO)

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Mewujudkan laboratorium yang bersinergi dalam mewujudkan nalar profetik

IMM Banyumas memiliki banyak sekali problematika didalamnya. Tak dipungkiri juga
di balik itu banyak sekali potensi yang apabila di susun sedemikian rupa dan dimunculkan
5dengan baik maka akan menjadi sebuah ikatan yang memiliki ranah yang luas dan
memberikan kebermanfaatan yang luar bagi umat. manakala nalar kritis kader IMM, pada
kurun waktu semakin menurun, makin loyo dan lamban bergerak. Namun, lebih dari itu IMM akan
ditinggalkan anggotanya atau para kadernya, ditinggalkan umat dan mata rantai sejarahpun akan
menjauh, berpaling dari keberadaan IMM.

Pada dasarnya dapat dikemukakan bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa yang
mendasarkan diri pada tiga ranah penting, kemahasiswaan (basis intelektualitas),
kemasyarakatan (basis humanitas), dan keagamaan (basis religiositas), yang ketiganya
memiliki keterkaitan yang satu dengan yang lainnya dalam menciptakan paradigma gerakan
intelektual ikatan. Ketika paradigma ini kurang mampu untuk dipahami secara proporsional,
maka akan memberikan peluang bagi kegagalan untuk menerjemahkannya di pentas sejarah.
dan IMM akan terus merangkak tertatih-tatih.

1. NALAR PROFETIK

Sebagai organisasi mahasiswa perlu untuk mningkatkan dalam tawaran wacana


keilmuan apakah yang akan dibangun Dalam hal itu Perlu adanya dasar yang perlu dimiliki oleh
masing-masing kader IMM untuk tertanam pada pribadi kader. Maka untuk meningkatkan
harus adanya nalar kritis yang dikonstruksikan dalam tiap-tiap kader. Berfikir secara sistematis
dan objektif dalam menanggapi perihal sekitar.
Realitas diri merupakan upaya yang penting dalam menuntukan sikap dan tindakan
yang akan dilakukan. Sebagaimana yang melekat pada manusia sebagai animal rational maka
tindakan yang diolakukan berdasarkan pemikiran yang matang dan melalui pertimbangan untuk
memutuskan. Begitupula, realitas kader yang menisbatkan diri sebagai Intelektual Profetik
merupakan pilihan yang sadar dalam menyikapi diri, sebagai mahluk Tuhan, sebagai manusia
yang berdimensi sosial, diri sebagai mahluk yang berfikir, diri sebagai mahluk biologis dan diri
sebagai khalifah dimuka bumi penggati Tuhan dalam mensejahterahkan alam dalam rangka
mengabdikan diri terhadap Tuhan. Dalam realitas diri ini merupakan dialektika dengan agama
dimana dalam pehaman agama bersifat inklusif, toleran dan bersifat praxis dalam rangka
melakukan transformasi sosial. Pemahaman keagamaan ini merupakan pilihan sadar setelah
dilaektika diri dengan agama, serta ilmu sosial yang bersifat liberatif untuk mencoba membantu
dalam memahami ajaran agama. Realitas diri dalam memahami ajaran agama yang menjadikan
inspirasi tentang tafsiran Kuntowijoyo dalam melakukan interpretasi terhadap surat Al Imron
ayat 110.
.
Wallahu 'alam bissawaab

Anggun dalam moral, unggul dalam intelektual.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatu

Anda mungkin juga menyukai