Anda di halaman 1dari 10

BUDAYA BERPIKIR FILSAFAT DALAM

MENUMBUHKAN KEYAKINAN BERAGAMA

Aurea Belva Trixie


Dea Regitta Kaneishia
Maulana Bimantara
Pramanta Reza Rajasa
Marketing Communication Department, Faculty of Economic and Communication, BINUS University Jl.
Raya Kb. Jeruk No.27, RT.2/RW.9, Kb. Jeruk, Kec. Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah
Khusus Ibukota 11530
aurea.belva@gmail.com
dearegitta2208@gmail.com
bimantara2003@gmail.com
prmntreza089@gmail.com

ABSTRAK

Belakangan ini sering terjadi sikap dan perilaku manusia yang tidak melalui proses
berpikir secara matang dan komprehensif, mereka mudah terprovokasi sehingga banyak
menimbulkan korban penindasan secara mental dan emosional yang merupakan penyimpangan
terhadap norma-norma komunikasi, berperilaku seakan lepas dari etika kesopanan, lintas batas
nilai dan tatakrama. Diantaranya berdampak pada sikap keagamaan dan budaya yang dijadikan
tirani, dimana atas nama Tuhan dan suku bangsa, orang melakukan kekerasan, menindas,
ketidakadilan dan pembunuhan. Penelitian dengan menggunakan metode library reserach ini
bertujuan untuk mendeskripsikan dan memperoleh pengetahuan yang komprehensif berkaitan
dengan makna budaya berpikir filsafat serta memaparkan strategi dalam membangun budaya
filsafat yang dapat menumbuhkan keyakinan beragama. Hasil penelitian ini adalah meningkatkan
keimanan dibarengi dengan berpikir filsafat selain akan mengetahui lebih jauh dibalik sebuah
keyakinan, maka keyakinan kita juga akan lebih kuat dan tidak mudah luntur.

Kata kunci: Budaya, Berfikir Filsafat dan Keyakinan

Recently human attitudes and behaviors do not go through a mature and comprehensive
thought process often occur. They are easily provoked so that many victims of mental and
emotional oppression was deviations from the norms of communication, behave as if separated

1
from ethics of politeness, cross borders values and manners. Among them have an impact on
religious and cultural attitudes that are used as tyranny, where in the name of God and ethnicity,
people commit violence, oppression, injustice and murder. The research used the library research
method that aimed to describe and obtain comprehensive knowledge related to the cultural
meaning of philosophical thinking and to explain strategies in building a philosophical culture
that can foster religious beliefs. The results of this study increased faith coupled with
philosophical thinking in addition to knowing further behind a belief, our beliefs will also be
stronger and not easily wear off.

Keywords: Culture, Think Philosophy and Faith.

PENDAHULUAN khalifah. Manusia dalam berhubungan


dengan Allah adalah sebagai ‘abid atau
hamba. Sedangkan berhadapan dengan alam
adalah khalifah atau yang diserahi amanah
Berpikir adalah proses perenungan untuk memakmurkan bumi.
yang merupakan hasil dari akal budi, ingatan Belakangan ini sering terjadi sikap
atau angan-angan setiap manusia. Dalam dan perilaku manusia yang tidak melalui
Kamus Besar Bahasa Indonesia berpikir proses berpikir secara matang dan
merupakan kegiatan yang menggunakan komprehensif, mereka mudah terprovokasi
akal budi untuk mempertimbangkan dalam sehingga menimbulkan korban penindasan
memutuskan sesuatu hal serta menimbang- secara mental dan emosional yang
nimbang dalam ingatan. Keadaan ini merupakan penyimpangan terhadap
merupakan sebuah keistimewaan yang normanorma komunikasi, berperilaku
hanya dimiliki oleh manusia sebagai seakan lepas dari radar etika kesopanan,
makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang lintas batas nilai dan tatakrama. Di dalam
paling sempurna. Dalam konteks inilah kamus bahasa jawa kesimpangsiuran
manusia memiliki identitas dan kaya dengan perilaku itu disebut tidak memiliki karakter
banyak sebutan yaitu “manusia sebagai “unggahungguh” atau “andap asor” yaitu
makhluk yang unik, sebagai makhluk multi orang yang menyampaikan informasi tanpa
dimensial, animal educandum, makhluk melihat situasi dan kondisi juga tidak
rasional, homo religius dan menyadari kapasitas diri sesuai proporsinya.
homoeconomicus”.
Di antara bagian terpenting dalam
Sementara itu Islam memandang
proses menebarkan ilmu pengetahuan adalah
manusia sebagai makhluk yang perlu
‘kemampuan manusia untuk menalar’ dan
dididik, sebab tanpa pendidikan manusia
dari kemampuan tersebut manusia dapat;
tidak dapat melaksanakan fungsi penciptaan
pertama, mengembangkan ilmu pengetahuan
yang dilakukan oleh Allah, baik fungsi
dan teknologi secara maksimal; kedua,
sebagai ‘abid maupun fungsi sebagai
memilih dan membedakan sesuatu itu secara

2
benar dan salah; ketiga, memilih beragam budaya filsafat yang dapat menumbuhkan
alternatif pilihan jalan hidup yang benar atau keyakinan beragama.
tidak benar; keempat, terus melakukan
inovasi di berbagai bidang kehidupan
dengan pola perubahan yang bersifat PEMBAHASAN
progress of change. Jika hasil pemikiran dan
pendapat seseorang mampu memberikan
arah dan penyelesaian masalah hidup orang Budaya Berpikir Filsafat
lain, maka peran kerja filsafat moral dan
etika berjalan secara baik dan benar. Karena Pada pembahasan ini, secara
dalam sebuah pemikiran menunjukkan mendasar ada 3 terminology. Pertama,
betapa pentingnya membuat kalimat yang budaya. Budaya atau berasal dari bahasa
diniati dengan setulus-tulusnya serta dalam Sansekerta yaitu buddhayah, yg merupakan
redaksi yang sebaik-baiknya agar dapat bentuk jamak asal buddhi (budi atau akal) yg
memberikan dampak positif kepada diartikan menjadi hal-hal yg berkaitan
pembaca dan pendengar. menggunakan budi dan akal insan.
Berpijak dari pemikiran di atas, kemudian, cultuur (bahasa Belanda), kultur
penulis menentukan titik tekan pada (bahasa Jerman), culture (bahasa Inggris
persoalan kualiatas proses berpikir yang serta Perancis). kata culture diterjemahkan
diharapkan dapat menggunakan prinsip menjadi “kultur” dalam bahasa Indonesia,
multi-filsafat baik alur maupun prosedur dan yang memiliki arti budi halus, keadaban,
pertimbangan-pertimbangan tidak hanya lalu disamakan dengan kata kebudayaan.
sekedar ilmiah dan rasional, melainkan Zaini Fasya: menciptakan Budaya
pertimbangan pada aspek etika, estetika, Berfikir. Kemudian pengertian ini
nilai dan guna manfaatnya dalam berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai
membangun Islam modern yang beradab. segala daya serta aktivitas manusia buat
Oleh karena itu penulis mengangkat judul memasak serta mengganti alam. Dari M.
“Membangun Budaya Berpikir Filsafat Jacobs serta B.J. Stern menyatakan bahwa
dalam Menumbuhkan Keyakinan kebudayaan artinya holistik yang berafiliasi
Beragama”. Fokus penelitian dari tema ini dengan bentuk teknologi sosial, istiadat
adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah sosial, ideologi, religi serta keseluruhan
budaya berpikir filsafat? 2) yang menjadi ciri spesial suatu rakyat serta
Bagamaimanakah strategi membangun yang adalah warisan sosial. Sedangkan
budaya berpikir filsafat yang dapat berdasarkan Francis Merill mengartikan
menumbuhkan keyakinan beragama?. bahwa budaya merupakan pola-pola perilaku
Dengan demikian tujuan dari penelitian ini yg dihasilkan oleh hubungan sosial pada
ialah mendeskripsikan dan memperoleh komunitas rakyat.
pengetahuan yang komprehensif berkaitan Begitu juga dari Koentjaraningrat,
dengan makna budaya berpikir filsafat serta budaya atau kebudayaan memiliki 3 wujud;
memaparkan strategi dalam membangun 1) Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan
sebagai suatu kompleks wangsit, gagasan,

3
nilai-nilai, tata cara- tata cara, peraturan, mempunyai potensi mengerti secara teoritis
serta sebagainya, 2) Wujud kelakuan, yaitu realitas kosmis, bukan sekedar sebuah otak
wujud kebudayaan menjadi suatu kompleks yg berada pada tempurungnya.
aktifitas kelakuan berpola berasal manusia
pada warga , dan tiga) Wujud benda, yaitu Hal ini sama mirip yang
wujud kebudayaan menjadi benda-benda diungkapkan oleh Ahmad Tafsir dan
akibat karya. Berasal pengertian pada atas Ramlani Sinaulan bahwa insan ialah satu-
bisa disimpulkan bahwa budaya merupakan satunya makluk yang mempunyai
gagasan yg terdapat pada pikiran manusia kemampuan buat berpikir (homo
yang akan memengaruhi tingkat wondering), makhluk yg bisa menciptakan
pengetahuan, sebagai akibatnya kebudayaan atau menyebarkan potensi rasa serta karsa
itu bersifat tak berbentuk serta dilakukan (emotional quotient), dan makhluk yang
dalam kehidupan sehari-hari. seperti halnya mampu menciptakan kualitas kedekatan
insan menciptakan suatu kebiasaan- dengan tuhan (spiritual qoutient).
kebiasaan yang dapat mempererat tali Kemampuan multidimensi tersebut,
persaudaraan antar sesamanya, lambat laun menyebabkan manusia bisa menyebarkan
norma tersebut terjadi secara turun temurun ilmu pengetahuan serta kebudayaan yg
sebagai akibatnya menjadi sebuah kompleks menuju keunggulan hayati
kebudayaan atau karakteristik khas daerah (civilization). ad interim yang ketiga, yakni
itu sendiri. Ke 2 berpikir. Berpikir adalah filsafat. Filsafat secara harfiah yaitu cinta
kegiatan menyelami sesuatu buat akan kebijaksanaan. Pengertian dalam
menemukan kebenaran atau jawaban dari bahasa Inggris: philosophy, dalam bahasa
pertarungan. Hal ini sinkron dengan Kamus Yunani: Philoshophia (cinta akan
besar Bahasa Indonesia yg berpendapat kebijaksanaan). Philos (cinta) atau philia
bahwa berpikir artinya sebuah perilaku yg (persahabatan, tertarik kepada) dan shopos
dilakukan dalam batin, mempertimbangkan, (kebijaksanaan, pengetahuan, ketrampilan,
merenungkan, menganalisa, pengalaman mudah, intelegensi). Pengertian
membandingkan,mengangan-angan di atas memberikan bahwa insan tak pernah
menggunakan seksama. secara tepat memiliki pengertian
menyeluruh wacana segala sesuatu yang
Definisi berpikir di atas merupakan dimaksudkan kebijaksanaan, tetapi terus
langkah-langkah berpikir secara kritis atau menerus harus mengejarnya. Dari para ahli
berpikir secara filsafat yg sebagai kelebihan pada kitab milik Fadhil Lubis, hal ini Plato
insan sebab diberikan akal sempurna oleh (427-347 SM) berpendapat filsafat
ilahi untuk berpikir, memilah serta memilih merupakan ilmu perihal suatu hakekat ilmu.
antara yg haq serta bathil.Suriasumantri juga sementara Aristoteles (384-322 SM)
sependapat dengan berkata galat satu berpendapar filsafat adalah ilmu
spesifikasi sifat yg dimiliki manusia menjadi pengetahuan yang mengampu wacana
pembeda dirinya menggunakan makhluk kebenaran mencakup ekamatra, logika,
lainnya ialah pemberian akal. Hanya insan metafisika serta sebuah pengetahuan mudah.
yg mendapatkan hadiah ini, yaitu

4
Menurut R. Berling filsafat artinya c. Berpikir filsafat secara konseptual.
sebuah pemikiran-pemikiran yang bebas, Konseptual pada sini mempunyai arti yaitu
segala sesuatu yg keluar dan ada dari rasio akibat asal sebuah generalisasi pengalaman
insan melalui pengalaman yg dialami perihal hal-hal dan proses individual.
mereka. kemudian Immanuel Kant d. Berfikir kefilsafatan secara
mengartikan filsafat menjadi ilmu dasar koheren serta konsisten. Tentu dalam hal ini
serta pangkal segala pengetahuan yang berfikir secara filsafat harus sesuai kaidah-
meliputi duduk perkara- dilema metafisika, kaidah berpikir (logis) dan tidak
menjawab pertanyaan apa yg bisa diketahui mengandung kontradiksi.
insan; antropologi yang akan menjawab e. Berfikir kefilsafatan secara
pertanyaan apakah yg dinamakan insan; sistematik. pada berpikir kefilsafatan,
dilema kepercayaan yang menjawab sampai pendapat-pendapat yang artinya uraian
dimana harapan manusia serta duduk kefilsafatan wajib saling berhubunan secara
perkara etika yang menjawab apa yang teratur dalam tujuan tertentu.
boleh dikerjakan insan.Uraian ini ialah f. Berpikir kefilsafatan secara
konklusi asal pendapat Loren cantik yang komprehensif. Yaitu berusaha menjelaskan
dilansir asal bukunya yaitu Kamus Filsafat, pembahasan yang adalah tujuan secara
beberapa definisi utama filsafat secara substantif menyeluruh tanpa terdapat yg tertinggal.
terhimpun berikut adalah : g. Berpikir secara kefilsafatan
a. Upaya spekulatif buat menyajikan suatu
dicirikan bebas. Suatu pemikiran filsafat
pandangan sistematik dan lengkap tentang
boleh dikatakan menjadi hasil berasal
seluruh realitas.
b. Upaya buat melukiskan hakekat realitas akhir pemikiran yang bebas, adalah bebas dari
serta dasar dan nyata. prasangka sosial, historis, religius dan
c. Upaya buat memilih batas-batas dan kultural.
jangkauan pengetahuan,Sumbernya, hakekatnya, h. Berpikir kefilsafatan secara
keabsahannya, dan nilainya. bertangung jawab. merupakan mereka yang
d. Penyelidikan kritis atas pengandaian- berpikir secara filsafat harus memiliki rasa
pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang tanggung jawab, baik menggunakan
diajukan sang berbagai bidang pengetahuan. nuraninya sendiri maupun dengan konteks
e. Disiplin ilmu yang berupaya buat membantu
yang mereka tuju.
anda melihat apa yang anda katakan serta buat
berkata apa yg anda lihat.Melalui penerangan di
Melihat pemaparan pada atas, maka
atas, munculah beberapa berpikir kefilsafatan
dari Ali Mudhofir dalam Suaedi sebagai berikut: berpikir secara filsafat ialah aktivitas
a. Berpikir secara filsafat diidentitaskan manusia merenungkan sesuatu,
secara radikal. ialah berpikir sampai keakar- mempertimbangkan sebab-akibatnya,
akarnya bahkan substansinya buat bisa fungsinya dan kegunaannya secara kritis,
menangkap sebuah pengetahuan hakiki. radix, teoritis, serta rasionalis tentang suatu
b. Berpikir kefilsafatan secara universal kebenaran. Sebagaimana R. Ng.
atau umum ialah berpikir melalui proses yang Ranggawarsita menjelaskan konsep insan
tidak parsial serta diharapkan bisa sampai di Kamil dalam Serat Wirid Hidayat Jati,
kesimpulan yg umum.

5
menjadi berikut :Terdapat empat hal yang di sinilah sebenarnya letak betapa berpikir
perlu diperhatikan: filsafat itu diperlukan, sebagaimana
1) Nistha Papa, maksudnya barang siapa pendapat bahwa “filsafat dapat membantu
berbuat hina, sempurna akan menjadi individu buat menemukan prinsip-prinsip
melarat, yang sahih serta bermanfaat dalam
2) Dora Sangsara, maksudnya barangsiapa mengarahkan hayati serta perilakunnya”.
berbuat bohong, pasti akan sengsara, Seni manajemen budaya berpikir filsafat
3) Dhustha Lara, maksudnya barang siapa serta keyakinan beragama agama pada
dursila akan sakit, alquran artinya formasi pengetahuan serta
4) Nihaya Pati, maksudnya barang siapa cara-cara mengabdi pada tuhan. asal akar
bertindak aniaya akan sebagai celaka. kata itu, kepercayaan didefinisikan pada
Fenomena yang tak jarang ditemui bahwa aneka macam ungkapan, yaitu pengakuan
pikiran insan hanya terfokus pada satu adanya korelasi antara makhluk dan
bidang kehidupan atau keilmuwan tertentu. Tuhannya.28 kabar ini sinkron dengan firman
Jika manusia sudah mengkhususkan diri Allah SWT Surat Al-Fushilat ayat 53 untuk
menggunakan pemikirannya yang sempit, menambah keimanan manusia.
maka kemungkinan dia akan menjadi Pada firman tadi dijelaskan bahwa
seseorang yang fanatik dan tidak Allah akan memperlihatkan segala sesuatu
berkembang. Maka dari itu, filsafat yang ada di muka bumi dan lebih tegas lagi
mengajak berpikir kritis dan menyeluruh bahwa kitab kudus alquran ialah benar.
buat mencari solusi asal suatu masalah dan namun berbagai duduk perkara yang terjadi
menanggapinya dalam mewujudkan saat ini justru berkedok pada kepercayaan .
kehidupan manusia yang seimbang secara menggunakan evaluasi negatifnya,
jasmani dan rohani. kepercayaan sangat berkontribusi terhadap
Banyak sekali pendapat di atas dapat ditarik perseteruan serta tindakan kekerasan. Tidak
kesimpulan bahwa penerapan berfikir dipungkiri bahwa manusia hayati di dunia
filsafat bisa dilakukan dengan praktis yaitu ini menggunakan aneka macam berbeda-
dengan langkah-langkah: beda disparitas. tetapi, berasal berbagai
a. Dalam berpikir, seorang tidak boleh berbeda-beda tersebut persoalan yang sangat
membatasi diri, harus berpikir dari segala cepat menyebar serta yang paling berbahaya
sudut pandang, adalah upaya berpikir tadi bukan dikarenakan masalah ekonomi, sosial,
harus menyeluruh. politik serta lain sebagainya, namun
b. Lalu berfikir harus dilakukan secara dikarenakan oleh duduk perkara agama.
fundamental sampai di hasil yang Pernyataan ini sinkron menggunakan
fundamental objek sebagai akibatnya hasil pendapat Samuel P. Huntington yang dikutip
berfikir tadi dapat dijadikan pijakan nilai sang Karen Amstrong, mengatakan bahwa
keilmuan. berbeda-bedaanbhineka tak mesti
c. Selanjutnya hasil pemikiran tadi dijadikan pertarungan, serta pertarungan tidak mesti
dasar bagi pemikiran selanjutnya buat berarti kekerasan. dalam global baru,
pengetahuan-pengetahuan yang baru. perseteruan-pertarungan yang paling praktis
menyebar dan krusial sekaligus berbahaya
6
bukanlah pertarungan antar kelas sosial, berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang
golongan kaya dengan golongan miskin, memuat norma-norma agama tertentu.
atau antara gerombolan -grup (kekuatan) Secara umum norma-norma tersebut
ekonomi lainnya, tetapi perseteruan antara menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan
orang-orang yang mempunyai entitas-entitas bertingkah laku agar sejalan dengan
budaya. Selama berabad-abad, bhineka keyakinan agama yang dianutnya. 32 Maka
entitas budaya dan kepercayaan diklaim dari itu kesimpulan yang harus ditegakkan
telah mengakibatkan pertarungan yang tentang agama adalah kembali kepada
paling lama , paling luas dan banyak hakikat dan fungsi agama yang sebenarnya.
memakan korban. Dalam citranya yang Didukung oleh pendapat Samovar dkk., dan
negatif, kepercayaan memberikan donasi lagi-lagi dari Ismohuddin, seharusnya
terhadap terjadinya permasalahan, pengaruh agama dalam kehidupan individu
penindasan dan kekerasan. kepercayaan adalah memberi kemantapan batin, rasa
dan budaya dijadikan tirani, dimana atas bahagia, terlindungi, rasa sukses dan rasa
nama ilahi dan suku bangsa, orang puas penganutnya. Kemudian akan menjadi
melakukan kekerasan, menindas, melakukan motivasi dan pendorong untuk berperilaku
ketidakadilan serta pembunuhan. karena perbuatan yang dilakukan dengan
Hal semacam kekerasan serta latar belakang keyakinan agama dinilai
pertarungan sebenarnya tak akan pernah mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan.
terjadi Bila insan mau lebih berpikir kritis
dan radix. Berpikir filsafat buat menemukan Keterkaitan ini akan memberi
titik terperinci serta hikmah dibalik semua pengaruh diri seseorang untuk berbuat
yang terjadi. Juga pemikiran dalam sesuatu. Melalui beberapa pendapat di atas,
kepercayaan ialah kedok asal segala penulis berpandangan bahwa agama selama
kekerasan dan permasalahan yang terjadi ini telah disalahgunakan dengan dijadikan
merupakan pemikiran yang sangat kedok atas kekerasan dan konflik, itu semua
dimiringkan yang Sebenarnya terjadi adalah merupakan pemikiran dan perilaku yang
seseorang telah menggunakan agama salah dan menyimpang. Sebagai umat yang
sebagai batu untuk dilemparkan. taat, kembali kepada keimanan merupakan
pertolongan pertama yang sangat dianjurkan
Padahal, hakikat agama ialah agar semuanya lambat laun kembali kepada
perantara seseorang untuk berhubungan fungsi awal agama. Meningkatkan keimanan
dengan Tuhannya. Ishomuddin bahwa dibarengi dengan berpikir filsafat selain
agama merupakan naungan sakral yang akan mengetahui lebih jauh dibalik sebuah
melindungi manusia dari keputusasaan, keyakinan, juga akan membuatnya lebih
kekacauan, dan situasi tanpa makna. Agama kuat dan tidak mudah luntur.
merupakan tumpuan dan harapan sosial yang Seperti yang dikutip oleh Al Habib
dapat dijadikan problem solving terhadap tentang strategi meningkatkan keyakinan:
berbagai situasi yang disebabkan oleh 1.Mendengar dan menghayati dengan hati
manusia sendiri. akan kandungan ayat-ayat alquran dan
Agama dalam kehidupan manusia hadits-hadits Nabi. Bukti bahwa hal ini

7
dapat menambah keyakinan dan pelajaran Strategi membangun budaya berpikir filsafat
yang besar bagi manusia sebagaimana Q.S. dalam menumbuhkan keyakinan beragama
Al-Ankabut ayat 51. 36 2. Mengamati dapat dilakukan dengan langkahlangkah
dengan penuh penghayatan akan keindahan sebagai berikut; 1) Membiasakan membaca,
langit dan bumi serta seluruh ciptaan Allah mendengar dan menghayati dengan sepenuh
Swt yang tersebar di dalamnya diperlukan hati akan kandungan isi ayat-ayat alquran
pengetahuan untuk pembuktiannya. dan hadits. 2) Mencermati dengan sepenuh
Ditegaskan bahwa cara ini dapat penghayatan akan keindahan langit dan
menambahkan keyakinan, sebagaimana bumi serta segala sesuatu keajaiban ciptaan
telah disebutkan dalam firman Allah SWT Allah SWT yang tersebar di dalamnya. 3)
Surat Al- Fushilat ayat 53. Menerapkan apa yang diimaninya secara
Menerapkan perilaku yang dzahir dan batin dengan penuh kesungguhan
diimaninya secara dzahir dan batin penuh sesuai kemampuannya. 4) Menempatkan dan
kesungguhan sesuai kemampuannya. Selain menggunakan segala ide, pemikiran dan
alam semesta yang akan mempunyai hikmah pengungkapan dengan kata-kata dan kalimat
dibalik peristiwanya, perilaku yang sesuai yang benar secara semantik dan sintaksis
ajaran agama juga mempunyai hikmah. dapat memberikan pencerahan, kemanfaatan
Keyakinan dalam beragama tentu akan dan mendorong seseorang untuk mampu
menjadi sangat mantap dan lebih memahami dan terbuka hatinya untuk
meneduhkan jiwa, apabila setiap perintah- mengakui akan kebesaran ilmu dan
Nya dilakukan penuh penghayatan. kekuasaan hanya milik Allah SWT. 5)
Berusaha dan berijtihat sesuai profesi dan
kemampuan masingmasing untuk menebar
kedamaian dan ketenangan bagi seluruh
PENUTUP umat manusia.

Budaya berpikir secara filsafat


adalah proses pengenalan peristiwa untuk DAFTAR RUJUKAN
dicari keterkaitan dengan permasalahan
yang muncul. Kemudian memutuskan,
memilih dan membandingkan satu peristiwa Abdul Rahim, Adibah Binti.
dengan peristiwa lainnya maupun dari 2013.Undersatnding Islamic Ethics
berbagai problem yang harus dipikir secara and Its Significance on the
mendalam, teoritis, kritis, sistematis dan Character Building dalam
radikal agar memperoleh kebenaran yang International Journal of Social
nyata. Cara untuk membiasakan berpikir Science and Humanity, Vol 3,
filsafat, diantaranya: 1) Teguh pendirian No. 6 November.
(Self Konfidensi), 2) Sociability (Luwes
dalam pergaulan), 3) Berwawasan Luas, 4) Ahmad, Al Habib, 2018. Cara Memperkuat
Tidak tergesa-gesa dan tidak emosional. Keyakinan dalam noveljindan.

8
Al Habib Ahmad, Cara Memperkuat Heniy Astiyanto, 2006, Filsafat Jawa,
Keyakinan dalam http://www. Menggali Butir-butir Kearifan
Alhabibahm adnoveljindan. Org Lokal, Yogjakarta, Warta
(diakses 20 Juni 2018) Pustaka,

Al Qur’an Mushaf Fatimah.2012.Al Quran Inrevolzon, 2013, Kebudayaan dan


dan Terjemah. Jakarta: PT. Insan Peradaban dalam Jurnal Raden
Media Pustaka, Fatah, http://jurnal.radenfatah.ac.id,
(diakses 13 Maret 2019)
Anshari, Endang Saifuddin. 2004. Wawasan
Islam; Pokok-Pokok Pikiran tentang Ishomuddin. 2002. Sosiologi
Paradigma dan Sistem Islam, Jakarta: Agama.Jakarta: Ghalia
Gema Insani Press. Indonesia.

Armstrong, Karen. 2001. Berperang Demi KBBI Online, Arti kata Berpikir, dalam
Tuhan: Fundamentalisme dalam https://kbbi.web.id diakses 7 Maret
Islam, Kristen dan Yahudi, 2019
penerjemah Satrio Wahono,
Muhammad Helmi, dan Koentjoroningrat dalam Dedi Supriyadi.
Abdullah Ali. Jakarta: Serambi. 2008. Sejarah Peradaban Islam.
Bandung; Pustaka Setia.
Bagus, Lorens. 2000. Kamus Filsafat.
Jakarta : Penerbit PT Gramedia Lina Sinaulan, Ramlani, 2017, Berfikir
Pustaka Utama. Filsafat Menuju Filsafat Ilmu,
Jakarta, DaulatPress
Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Agama:
Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Mahmud, 2011, Metode Penelitian
Manusia. Jakarta: Rajawali Pendidikan, Bandung: pustaka
Pers. setia.

Creswell, John W. 2014. Research Design : Majid, Irman, Manusia dan Pendidikan
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, menurut Al-Qur’an dalam
dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka jurnal pemikiran Islam, Vol 37.
Pelajar. No. 2, Juli-Desember, 166.

Ebta Setiawan, KBBI dalam Nazir, Mohammad. 1998. Metode


http://kbbi.web.id (diakses 3 Juni Penelitian, Jakarta: Penerbit
2018) Galia Indonesia.

Fadhil Lubis, Nur A. 2015. Pengantar Saebani, Beni. Sosiologi Agama, (Bandung:
Filsafat Umum, Medan : Refika Aditama.
Perdana Publishing. Samovar, Larry A dan Porter, Richard E dan
McDaniel, Edwin R.

9
2010.Komunikasi
LintasBudaya.Jakarta: Salemba
Humanika.

Sholeh, Abdul Rahman. 2005. Pendidikan


Agama dan Pengembangn untuk
Bangsa, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Sri Wintala, Achmad. 2017. Filsafat Jawa


Menguak Filosofi Ajaran dan Laku
Hidup Leluhur Jawa. Yogjakarta;
Penerbit Araska.

Suaedi, 2016. Pengantar Filsafat Ilmu,


Bogor: IPB Press.

Tafsir, Ahmad. 2007. Filsafat Ilmu:


Mengurai Ontologi,
Epistemologi, Aksiologi
Pengetahuan. Bandung : Remaja
Rosdakarya, cetakan ke 3.

Walid, M. Manusia dan Berpikir Kritis:


Sebagai Pembuka Berpikir
Filosofis dalam Jurnal Falasifa, Vol.
1. No. 2, Sepetember 2010, 94

Yunus, Mahmud. 2008. Tafsir Al Quran


Karim. Jakarta: Mahmud Yunus Wa
Dzuriyah,

10

Anda mungkin juga menyukai