Anda di halaman 1dari 19

AGAMA DAN ETIKA ISLAM

TSAQOFAH

KELOMPOK 10
ANGGOTA :
1. Farid Waldi (12017015)
2. Farhan Zain Burhanuddin (12017080)
3. Muhammad Farhan Irfanto (15117003)
4. Pitri Rohayani (15117018)
5. Yusack Arya Bramasta (15117087)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas dari mata kuliah Agama dan Etika Islam.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen dan asisten dosen mata kulliah AEI yang telah membimbing kami dalam
menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandung, 29 Oktober 2018

Penyusun
1. Hubungan antara Peradaban, Kebudayaan dan Ipteks
Kebudayaan (culture) adalah gugusan nilai dan keseluruhan pemahaman sebagai hasil
karya manusia yang dijadikan landasan dan pola perilaku serta tindakan konkret yang ditradisikan
dari generasi ke generasi dalam rangka memecahkan persoalan hidup dan kehidupan.

Unsur-unsur kebudayaan antara lain : (1). Kepercayaan, yakni kepercayaan yang


dihasilkan oleh manusia. (2). Intelektual dengan segala produknya seperti sains dan teknologi.
(3). Spiritual serta segala aktivitasnya misalnya perenungan dan meditasi. (4). Etika yakni
menyangkut rumusan baik dan buruk (5). Estetika yakni pandangan tentang indah tidaknya
sesuatu berdasarkan perspektif (6). Cara hidup dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi (7).
Aktivitas individu dan masyarakat seperti membangun rumah, hajatan, olah raga, dll. (8). Sains
yakni pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah (9). Tradisi misalnya bagaimana cara
menyenangkan hati seseorang yang dilangkahi nikah oleh adiknya, (10). Pola komunikasi,
misalnya tentang bagaimana cara berbicara dengan ayah dan ibu dengan berbicara kepada teman
biasa, serta (11). Seni dan segala produknya seperti seperti film dan teater.

Peradaban (civilization) berkaitan erat dengan adab, memiliki pengertian dan cakupan
yang lebih luas daripada kebudayaan, sebab kebudayaan hanya berasal dari hasil pemikiran
manusia, titik. Adapun peradaban melebihi apa yang dihasilkan manusia. Agama Islam sebagai
agama Langit misalnya, bukanlah kebudayaan tetapi termasuk peradaban. Memang benar, dalam
kebudayaan ada unsur kepercayaan tetapi kepercayaan sebagai hasil pemikiran manusia bukan
sebagai wahyu. Wahyu bukan bagian dari kebudayaan tetapi merupakan bagian dari peradaban.
Fungsi wahyu adalah untuk mengadabkan manusia dengan target agar manusia menjadi makhluk
beradab. Jadi, peradaban itu mencakup kebudayaan tetapi kebudayaan tidak mencakup
peradaban. Peradaban mencakup wahyu dan nonwahyu, sedangkan kebudayaan hanya bersumber
dari nonwahyu. Dalam tulisan ini penulis menggunakan istilah membentuk peradaban Ilahiyah
bukan membentuk kebudayaan Ilahiyah.

Salah satu bagian dari peradaban adalah kebudayaan, salah satu bagian dari kebudayaan
adalah ipteks, bahkan ipteks adalah unsur yang paling dominan dalam mambangun kebudayaan.
Ipteks adalah ilmu pengetahaun (science), teknologi (tecnology) dan seni (art).

Sains (science) bukan pengetahuan biasa, tetapi pengetahuan yang telah melalui proses
penyeleksian ilmiah yang validasi dan akurasi dapat dipertanggung jawabkan, menggunakan
metode deduktif ferifikatif– induktif falsifikatif, pengujian rasionalitas, empirikal objektif, dll.
Sains ini menjadi basic dalam pengembangan teknologi.
Teknologi pada hakikatnya adalah aplikasi sains plus teknik yang berlandaskan values
tertentu (nila etika dan estetika) yang dipandu oleh manajemen, yang berusaha mengubah sesuatu
menjadi sesuatu yang lain dengan nilai tambah, yang bertujuan untuk mempermudah hidup
manusia. Jadi, dengan teknologi hidup akan menjadi lebih mudah.

Seni atau art pada hakikatnya sesuatu sebagai hasil penggabungan antara sains,
teknologi, nilai (etika, estetika) serta emosi. Emosi meliputi perasaan sedih dan gembira, suka
cinta dan benci, perasaan memihak dan memusuhi, dll. Produk seni antara lain film, teater, seni
lukis, seni kriya, seni desain, dll. Dengan seni, hidup menjadi indah.

Jadi , “dengan teknologi hidup menjadi mudah, dengan seni hidup jadi indah dan
dengan ajaran Islam hidup menjadi terarah”. Dalam peradaban Ilahiyah, ajaran Islam
diaplikasikan dalam semua sisi kehidupan sehingga kehidupan jadi terarah, sains dan teknologi
dikembangkan secara optimal sehingga umat bisa menjalani hidup dengan lebih mudah, demikian
pula seni dibangun sehingga semua sisi kehidupan terasa indah.

Ciri-ciri masyarakat ilmiah antara lain (1). Iqra : yakni masyarakat yang suka membaca.
Iqra adalah perintah paling awal dari Allah swt untuk membangun masyarakat berperadaban
Ilahiyah. Allah menegaskan “Iqra bismi rabbika alladzi khalaq”, bacalah dengan menyebut nama
Tuhanmu yang telah menciptakan. (2). Fasa-alu : yakni masyarakat yang suka bertanya. Fas-alu
ahla dzikri in kuntum la ta’lamun, maka bertanyalah kepada ahli dzikir jika kamu tidak
mengetahui. (3). Falyandur : yakni masyarakat yang senang melakukan penelitian. “Falyandhuri
al-insanu mimma khaliq”, maka lihatlah (telitilah) dari apa manusia diciptakan. (4). Jadilhum :
yakni masyarakat yang senang beradu argumentasi/ debat ilmiah. Wajadilhum billati hiya ahsan,
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik. (5). Afala ta’qilun : ialah
masyarakat yang senang merenung menggunakan qalbunya (pikiran dan perasaan) untuk
memahami makna-makna. Masyarakat akademis adalah masyarakat yang terlepas dari sikap
kultus individu, terjauh dari berpikir hayali, dan terbebas dari kungkungan tradisi nenek moyang.
Di dalam Alqur’an sangat banyak kalimat “afala ta’qilun” apakah kamu tidak menggunakan
akalmu ?

2. Tauhid sebagai Intisari Peradaban

Dalam peradaban, tauhid berperan dalam dua sisi yakni dimensi metodologis dan dimensi
konten. Dimensi metodologis meliputi prinsip persatuan, rasionalisme dan toleransi . sedangkan
tauhid sebagai isi atau konten peradaban adalah tauhid sebagai prinsip metafisika peradaban, etika
peradaban, aksiologi peradaban, pembentukan masyarakat beradab, dan estetika peradaban.
Penjelasannya sebagai berikut di bawah ini.

Tauhid dalam Dimensi Metodologi Peradaban


Kesatuan : Peradaban itu tidak bisa lepas dari unsur-unsur luar yang masuk, baik disadari
maupun tanpa disadari, baik disengaja maupun tanpa disengaja. Ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni dari luar akan masuk deras ke wilayah peradaban kita lantas bercampur
tanpa bisa dicegah. Jika tidak ada unsur yang mempersatukannya, maka segala unsur
budaya ada akan berbenturan denagn unsur yang datang kemudian sehingga
mengakibatkan pecahnya kepribadian bangsa (split personality). Oleh karena itu dalam
membangun peradaban Islam, tauhid menjadi alat untuk menguji apakah unsur peradaban
ini bertentangan dengan kehendak Tuhan atau tidak, jadi tauhid berfungsi sebagai alat
saring dan batu ujian terhadap haq dan bathil-nya unsur peradaban. Selanjutnya tauhid
merupakan alat pemersatu sehingga semua unsur peradaban termasuk peradaban
jahiliyah akan “dibentuk” menjadi peradaban Ilahiyah.
Toleransi : Tidak semua ilmuwan berpendapat sama dalam satu perkara. Ilmuwan
muslim harus bersikap toleran terhadap semua perbedaan, bukan saling melecehkan atau
saling mengutuk tetapi perbedaan itu harus menjadi pendorong untuk melakukan
kerjasama ilmiah. Harus menjadi tradisi ilmuwan muslim bahwa meneliti dan mengkaji
harus didahulukan daripada menilai. Apabila ilmuwan muslim memperbanyak penelitian
maka peradaban Ilahiyah akan mudah terwujud, sebaliknya memperbanyak hinaan,
cercaan, merendahkan dan mengutuk hanya akan menghasilkan budaya konfrontasi
sebagai bentuk peradaban Jahiliyah.

Tauhid dalam Dimensi Konten Peradaban


Tauhid sebagai prinsip utama metafisika peradaban: Peradaban sebagai being pada
hakikatnya adalah semua hasil karya manusia baik bersumber dari wahyu maupun
nonwahyu, baik benda maupun nonbenda dan segala interaksi manusia dengan karyanya
tersebut sepanjang sejarah. Manusia sebagai pencipta peradaban yang telah berikrar
asyhadu alla ilaha illallah hanya meyakini bahwa Tuhan Allah adalah satu-satunya
kekuatan yang mencipta dan mengatur alam ini, sekaligus menafikan kekuatan luar yang
ikut mengatur alam ini.
Tauhid sebagai prinsip utama Etika Peradaban: Allah menugaskan manusia sebagai
khalifah untuk mengelola alam ini. Penugasan ini disertai sejumlah aturan moral dan etika
yang harus ditaati. Dalam hal ini peradaban harus sesuai dengan pesan-pesan moral dan
etika Sang Pencipta. Itu artinya bahwa semua unsur peradaban yang mendekatkan
manusia kepada paganisme, patung atau arca serta simbol-simbol lainnya yang bisa
mengotori tauhid harus dijauhkan dari peradaban Ilahiyah.
Tauhid sebagai prinsip utama aksiologi Peradaban : Allah telah menciptakan manusia
sebagai khalifah yang harus membuktikan bahwa semua peradaban sebagai buah
perbuatannya bermanfaat atau bernilai. Oleh karena itu manusia harus menjadikan bumi
ini sebagai kebun buah yang produktif dan taman yang indah serta mewujudkan
peradaban yang kreatif, berhasil guna dan berdaya guna. Tauhid menentang kerahiban,
isolasi, penafian dunia dan asketisme sufistik, karena itu semua tidak memberikan nilai,
dan secara esensial bertentangan secara frontal dengan peradaban yang kreatif.
Tauhid sebagai prinsip pertama pembentukkan peradaban: Peradaban tak dapat
dipisahkan dari masyarakat atau umat. Umat ini umat yang satu yang diikat oleh iman,
semuanya bersaudara, saling menasihati dan saling membantu. Jika ada seorang mukmin
menemukan pengetahuan baru maka ia wajib berbagi dengan muslim lainnya agar mereka
bisa membentuk peradaban baru. Jika sekelompok mukimin menemukan kemapanan dan
kemakmuran, maka wajib berbagi dengan yang lain agar peradaban yang dirasakan oleh
kelompok lain pun memiliki kemapanan dan kekamuran.
Tauhid sebagai prinsip utama estetika peradaban : Tuhan Allah swt itu cantik, dan
segala ciptaanNya adalah cantik. Alam ciptaan Allah itu indah, estetis, alam itu indah
dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia, alam memiliki nilai seni yang
instrinksik, keindahan yang tidak menimbulkan konflik. Manusia sebagai ciptaan Allah
juga sangat mencintai keindahan, oleh sebab itu, peradaban yang harus diwujudkan oleh
komunitas muslim, bukan hanya harus benar secara hukum tetapi juga harus estetis.

Selanjutnya, untuk mewujudkan peradaban Ilahiyah, Islam memiliki buku panduan yakni
Alqur’an, kitab Allah yang sarat ruh tauhid. Jika Alqur’an dijadikan buku panduan membangun
peradaban, maka corak dan warna peradabannya pasti Qur’ani, Tauhidi, Ilahiyah.

3. Masjid sebagai “Gerbong dan Lokomotif ” Peradaban.


Tauhid adalah intisari peradaban, sedangkan “gerbong dan lokomotif”nya adalah masjid.
Akar kata masjid adalah sajada – yasjudu – sujudan, yang berarti sujud, tunduk, taat, patuh dan
penuh hormat. “Masjidun” adalah isim makan yakni kata yang menunjukkan tempat, yakni
tempat sujud.

Pada praktiknya di zaman Rasulullah SAW, masjid memikiki multi fungsi, antara lain
tempat shalat atau tempat khusus untuk hamba bersujud kepada Allah, majelis ilmi, pendidikan,
tempat bermusayawarah, berkumpulnya para ilmuwan, tempat singgah para musafir, tempat
pengobatan para korban perang, dan tempat membahas berbagai persoalan keumatan dari mulai
persoalan politik pemerintahan, ekonomi, sosial budaya, bahkan soal santunan sosial.
Selanjutnya, masjid sebagai sebuah bangunan yang memliki martabat yang tinggi memiliki
karakteristik spesial sebagai berikut :

Memiliki ciri khas : Islam menghindari tasyabbuh yakni kemiripan dengan agama lain,
baik dalam simbol maupun tata cara ibadah. Oleh karena itu masjid harus memiliki ciri
khas yang berbeda dengan tempat ibadah agama lain. Selain itu, karena fungsi utama
masjid adalah untuk orang shalat, maka masjid harus memiliki tempat berwudhu. Juga di
dalamnya ada tempat imam, tempat makmum wanita yang terpisah dari tempat makmum
pria.
Steril dari simbol-simbol paganisme: Masjid tidak boleh ada unsur-unsur atau simbol-
simbol paganisme. Tidak boleh ada patung, patung apapun, karena bisa mengarah kepada
pemberhalaan, tidak ada ada lambang-lambang agama lain oleh karena itu hati-hati jangan
sampai bentuk kusen menyerupai salib, tidak boleh ada gambar-gambar yang mengarah
kepada kultus individu. dll.
Alhuriyah : Merdeka dan indepanden. Masjid harus steril dari kooptasi penguasa dan
donatur, masjid harus bebas dari tekanan pressur group, masjid tidak boleh berorientasi
kepada kelompok kepentingan serta masjid harus bersih dari kepentingan sesaat. Oleh
karena itu, maka pengurus masjid harus orang yang memiliki kualifikasi tinggi yakni (1).
Beriman kepada Allah dan hari akhir (2). Konsisten mendirikan shalat (3). Terbiasa
mengeluarkan zakat atau infaq (4). Tidak akan pernah takut oleh intimidasi siapapun,
tetapi ia hanya takut kepada Allah. (lihat QS. At-Taubah [9) : 17-18).

Misi Masjid adalah untuk mewujudkan insan bertaqwa. Taqwa berasal dari kata waqa–
yaqi – wiqayatan yang artinya hidup hati-hati, jadi orang yang bertaqwa adalah orang yang
hidupnya selalu berhati-hati. Allah menegaskan “lamasjidun ussisa ‘ala at-taqwa”, masjid
dibangun untuk membentuk insan yang taqwa.
Taqwa adalah target capaian, untuk itu diperlukan proses, prosesnya adalah tarbiyah
(pendidikan), tarbiyah yang mana ? Tarbiyah yang dapat membentuk karakter sesuai dengan
nilai-nilai Ilahiyah – Qur’ani. Sebuah mesjid yang di dalamnya tidak ada aktivitas tarbiyah, itu
bagaikan roda tanpa isi.

Karena masjid merupakan tempat pembinaan orang taqwa maka kedudukan masjid lebih
dari tinggi daripada bangunan apapun termasuk madrasah diniyah. Karena masjid memiliki
kedudukan yang amat penting maka ada peraturan khusus untuk menjaga wibawa masjid antara
lain tidak boleh berdagang di dalamnya. Nabi bersabda :”Jika engkau melihat ada orang menjual
atau membeli di dalam masjid, maka katakanlah semoga Allah tidak memberi keuntungan bagi
perdaganganmu”.(HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah).

Selain fungsi-fungsi di atas, dalam hubungannya dengan pembangunan peradaban


Ilahiyah, masjid harus berfungsi sbb :
a) Masjid sebagai pusat perlindungan. Masjid harus tampil sebagai lembaga perlindungan
sosial ekonomi, sosial politik dan hukum. Masjid memberikan bantuan advokasi bagi
mereka yang diancam, diintimidasi, dianiyaya, bahkan mau dibunuh sebagaimana
layaknya fungsi Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Masjid tampil sebagai psikhiater untuk
mengangani orang-orang yang mengalami depressi mental.
b) Masjid sebagai gerbong peradaban : Masjid harus menampung para ilmuwan dan
teknokrat dalam semua bidang. Mereka selalu bersedia untuk mendidik orang-orang
awam yang datang dan haus ilmu, orang yang tersesat tak tahu jalan pulang, orang yang
mengalami frustrasi dan kehilangan harapan hidup, orang yang sedang mencari identitas
diri. Setiap gerbong dipenuhi oleh orang-orang yang beragam etnis, budaya, pendidikan,
latar belakang kehidupan, tingkat pemahaman keagamaan dan kualitas perilakunya..
Kewajiban masjid adalah tampil sebagai pelayan penghuni gerbong itu. Namun jangan
lupa bahwa selain berfungsi sebagai gerbong, masjid pun berfungsi sebagai lokomotif.
c) Masjid sebagai Lokomotif peradaban : Bagaimana solusi yang dihadapi oleh negara,
masjid akan tampil memberikan konsep berdasarkan isyarat wahyu karena masjid kaya
dengan para pakar yang memiliki ilmu, skill dan iman. Masjid akan selalu siap
memberikan solusi tentang berbagai macam masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa
dan negara. Semua ide gagasan dan pemikiran akan diolah di masjid sebagai dapur
perubahan. Semua orang dengan ilmu dan keahlian masing-masing, silahkan masuk ke
gerbong yang ada, nanti gerbong itu akan ditarik lokomotif, lokomotif yang penuh energi,
semangat ruhiyah, yang membawa pengisi gerbong ke wilayah peradaban Ilahiyah
menjauhi peradaban Jahiliyah.
d) Masjid berfungsi sebagai pusat peradaban Ilahiyah. Masjid bukan sebagai pusat
kebudayaan yang sempit dan lepas dari panduan wahyu tetapi masjid sebagai pusat
peradaban, sebab apa-apa yang dikeluarkan oleh masjid sebagai solusi atas permasalahan
yang mucul, bukan semata-mata bersumber dari pemikiran manusia tetapi berdasarkan
wahyu sebagai sumber utama pemikiran muslim.
e) Masjid sebagai Labolatorium Ruhani: seribu orang yang datang ke masjid mungkin
dengan seribu masalah yang berbeda. Dalam hal ini masjid harus tampil sebagai
labolatorium yang meneliti semua persoalan tersebut untuk dicarikan vonis hukum benar
salahnya, serta kebijakan dan tahap-tahap pelaksanaannya.
f) Masjid sebagai “Papan” Pameran Sains : Masjid bukan hanya pandai mengurai ilmu
dan teori tetapi piawai dalam mengaplikasikannya. Masjid bukan hanya mampu
menerangkan hal-ihwal sumur resapan, bukan hanya memberikan teori daur ulang air, dan
bukan hanya promosi go green tanpa memberi contoh, tetapi masjid menjadi proyek
percontohan aplikasi sains.
Apabila fungsi-fungsi masjid ini terealisasi dengan baik, maka masjid akan benar-benar terasa
sebagi rumah Allah yang memancarkan cahaya Ilahiyah, memancarkan cahaya pengabdian,
memancarkan ruh “rahmatan lil ‘alamin, baldatun thayyibatun wa rabbbun ghafur”.

4. Etika Pengembangan Sains

Salah satu unsur kebudayaan sebagai pembentuk peradaban adalah ipteks, apabila peradaban ingin
maju pesat maka ipteks harus dikembangkan seoptimal mungkin. Dalam hal ini Alqur’an berisi ayat-ayat
atau tanda atau sign yang bisa ditindaklanjuti menjadi science. mengembangkan science. Alqur’an
berfungsi untuk “mushaddiqa lima baina yadaih”, kitab yang berfungsi mengoreksi berbagai macam opini
manusia termasuk persepsi yang keliru tentang ilmu pengetahuan alam.

Sejak awal, Alqur’an bukan hanya meluruskan kepercayaan masyarakat tentang Tuhan tetapi
mengoreksi berbagai macam persepsi, opini, dan mitos yang keliru tentang sains. Banyak sekali ayat-ayat
Alqur’an yang menerangkan tentang fenomena alam, baik laut, gunung, langit, bumi, gravitasi serta
tumbuhan dan energi, antara lain :
a). Asal muasal penciptaan langit dan bumi : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
kami pisahkan antara keduanya, dan dari air, kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka
mengapakah mereka tiada juga beriman? “ (QS. Al-anbiya [21] : 30).

Ayat lain yang berkaitan dengan dampak big bang adalah “Dan langit itu Kami bangun dengan
kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya” (QS.Adz-Dzariyat [51] :
47). Ayat ini menyatakan adanya expanding universe atau fakta tentang semakin meluasnya alam
karena partikel-partikel akibat big bang terus menerus saling menjauh.

b). Enam Masa penciptaan langit dan bumi : “Sesunguhnya Tuhan Kami telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemanyam di atas Arasy untuk mengatur segala
urusan...”. (QS. Yunus [10] : 3). Ini ayat memotivasi kita untuk mengadakan penelitian tentang apa
yang dimaksud dengan enam masa, berapa lama enam masa itu.

c). Hukum Rotasi : “Dan matahari beredar ke tempat tujuannya. Demikian ditentukan oleh Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin [36]: 38 ).

d). Fenomena Hujan : “Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan, Dan
Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu melihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka apabila air
hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi
gembira” (QS. Al-Rum [30] :48). Lihat pula QS. Al-Zumar [39]: 21, QS. Ar-Rum [30]: 24, QS.
Al-Mukminun [23] : 24, QS. Al-Hijr[15] : 22, QS. An-Nur [24]: 43.

e). Fenomena Langit : “Dan Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan dia mewahyukan
kepada tiap-tiap langit urusannya dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui” (QS. Fushilat [41]: 12). Jadi bintang yang jumlahnya banyak itu
adalah berada di langit terdekat.

f). Gravitasi Bumi : “Sesunguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan
sungguh jika kedua-dunya akan lenyap, tidak ada seorang pun yang bisa menahan keduanya
kecuali Allah. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun” (QS. Fathir [35]: 41).

g). Fenomena Laut : “Dia membiarkan dua laut mengalir yang kemudian keduanya bertemu, antara
keduanya ada batas yang tidak terlampaui oleh masing-masing“ (QS. Al-Rahman [55] : 10-20).
Tidak bisa bercampur antara kedua air laut itu karena adanya gaya fisika yang dinamakan
“tegangan permukaan” akibat adanya perbedaan masa jenis seolah-olah ada dinding pemisah yang
tipis.

h). Pergerakan Gunung : “ Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya,
padahal dia berjalan sebagai jalannya awan”. (QS. An-Naml [27] : 88). Di dalam Alqur’an
terdapat 49 ayat (sign), 22 ayat di antaranya menyebutkan fungsi gunung sebagai pasak atau tiang
pancang. Para pakar Geofisika menyebutkan bahwa kerak bumi itu berubah dan bergerak terus,
dalam teori lempengan (plate tectonics) ditemukan bahwa gunung mempunyai akar yang berperan
menghentikan gerakan horizontal lithosfer. Di dalam Alqur’an disebutkan wa al- jibala autada,
dan gunung sebagai pasak bumi.”Dan dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi tidak
bergoncang bersama kamu” (QS. An-Nahl [16]: 15).

i). Penciptaan makhluk yang berpasang-pasangan : “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan
pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan dan dari diri mereka, maupun
dari apa yang tidak mereka ketahui” (QS. Yasin [36]: 36). Makhluk yang berpasangan bukan
hanya pria dan wanita, malam dan siang, tetapi materi pun diciptakan berpasang-pasangan dengan
anti meteri, elektron bermuatan positif dan proton bermuatan negatif. Setiap partikel memiliki anti
partikel dengan muatan yang berlawanan.

j). Relativitas Waktu : “Sesungguhnya satu hari di sisi Tuhanmu sama dengan seribu tahun dalam
perhitunganmu” (QS. Al-Hajj[22] : 47). “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian
(urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun dalam perhitunganmu”
(QS.As-Sajdah [32]:5) “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Allah dalam
sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun” (QS. Al-Ma’arij [70] :4). Pada ayat-ayat di atas
ukuran satu tahun berbeda-beda, ada yang sehari menurut Allah sama dengan 1000 tahun ada pula
yang 50.000 tahun. Ini bukanlah pernyataan Allah yang tidak konsisten melainkan tentang
relativitas waktu.

k). Embriologi : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami bentuk dia menjadi makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Sucilah Allah, pencipta yang paling baik” (QS.Al-mukminun[23] : 12-14).
l). B e s i :”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan) supaya manusia
dapat melaksnakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat
dan berbagai mafaat bagi manusia supaya mereka mempergunakan besi itu, dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasulNya padahal Allah tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS.57/ Al-Hadid : 25). Paling tidak terdapat
sembilan ayat Alqur’an yang menerangkan soal besi.

Kewajiban muslim adalah membuktikan sign Alqur’an menjadi science, dengan cara itu
diharapkan lahirlah ilmu – ilmu pengetahuan ilmiah yang baru-baru serhingga peradaban manusia
makin berkembang. Dalam hal ini, seorang muslim harus :
(1). Menjadikan sign Alqur’an sebagai titik tolak penelitian science
(2). Menjadikan sign Alqur’an sebagai motivasi untuk meneliti science.
(3). Menggunakan sign-sign Alqur’an sebagai landasan nilai pengembangan science.
(4). Menjadikan science sebagai jembatan pembangunan peradaaban.
Kalau sainteks berkembang dengan baik maka otomatis peradaban pun akan berkembang dengan baik
pula. Sebaliknya stagnasi di bidang sainteks akan berdampak kepada kejumudan peradaban.
Bagi orang-orang awam yang tidak mampu meneliti sign Alqur’an menjadi science, paling
tidak, dia harus bersikap baik menghadapi fenomena alam seperti angin, hujan, gerhana, gempa,
tsunami dan fenomena lainnya. Jangan sampai merespon fenomena alam dengan sikap kufur nikmat.
Kita harus menjadi orang yang syukur nikmat, ketika turun hujan misalnya, berdoalah agar hujan ini
menjadi rahmat dan memohon perlindungan kepada Allah dari musibah turunnya hujan. Nabi saw
bersabda :

Dari Abu Huraitah ra. Ia berkata : saya mendengar Rasulullah s.a.w bersabda :
“Angin itu adalah sebagian dari rahmat-rahmat Allah. Kadangkala angin itu membawa rahmat dan
kadangkala angin itu itu membawa bencana. Apabila kalian melihat angin, maka janganlah kalian
memakinya; mohonlah kepada Allah akan kebaikan angin itu dan berlindung dirilah kepada Allah
dari kejahatan angin itu.” (HR. Abu Daud)
Supaya Alqur’an lebih fungsional, maka kita harus meningkatkan metode membaca Alqur’an
dengan lebih baik, bukan sekadar membaca kuantitas dengan target asal khatam asal tamat, tetapi
membaca kualitas dan analitis. Muslim yang senang meneliti adalah manusia yang memenuhi harapan
Allah sebagaimana firmanNya : “Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan

? dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan ? dan bumi,
bagaimana ia dihamparkan? “ (QS./Al-Ghasyiah [88]: 17-20). Membaca kualitas dan analitis akan
lebih bermakna daripada membaca asal tamat.

Allah menjamin bahwa orang yang beriman dan berilmu akan mendapatkan derajatyang jauh
lebih tinggi daripada manusia pada umumnya. Firman Allah : “Niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antara mu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapoan
derajat. Dan Allah maha mengatahui apa yang kamu kerkakan)” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).

5. Eksistensi dan Kedudukan Ilmuwan Holistik-Integralistik

Terdapat perbedaaan antara Ilmuwan yang sekuler dengan ilmuwan yang holistik-integralistik
transendental. Ilmuwan sekuler ialah ilmuwan tidak mengaitkan fenomena alam dengan Allah sebagai
sumber, sedangkan ilmuwan holistik integralistik transendental adalah ilmuwan yang mengaitkan
setiap fenomena alam dengan Allah sebagai sumber segenap fenomena alam.
Supaya menjadi ilmuwan yang holistik integralistik transendental, maka dalam menghadapi
setiap fenomena alam seperti hujan, gunung meletus, tsunami, angin topan, atau apa saja, harus
dianalisis dengan pendekatan integral transendental. Langkah pertama adalah menganalisis fenomana
alam dengan mengedepankan lima hal yang bertingkat yakni benda-benda alam, fenomena alam,
hukum alam, prinsip hukum alam, dan sumber. Di bawah ini merupakan contoh ilustrasi kasus tentang
apel yang jatuh karena adanya hukum gravitasi.

1) Benda-benda alam : benda apa yang terlibat dalam fenomena alam ini ? apel. Ketika
buah apel dilepaskan dari tangan, ia akan jatuh ke bumi bukan jatuh ke langit.
2) Fenomena alam : fenomena alam apa yang terjadi ? Apel jatuh.
3) Hukum alam : Mengapa apel jatuh ke bumi ? Karena ada hukum gravitasi bumi. Siapa
penemu hukum gravitasi ? Isac Newton.
4) Prinsip-prinsip alam : Bagaimana prinsip hukum gravitasi ? Antara lain semakin

berat bendanya semakin cepat jatuhnya. Rumusnya F = m . g . Keterangannya : F


adalah gaya (N), m : masa benda (kg), g : percepatan gravitasi.
5) Sumber : Dari mana sumber gravitasi itu, siapa penciptanya ? Allah SWT adalah
sumber terjadinya gravitasi, Allah adalah causa prima.
Langkah kedua adalah cara merespon fenomena alam dengan menganalisis lima hal yakni benda-
benda alam, fenomena, informasi, respon prikaku, dan sumber. Di bawah ini akan merupakan contoh
lima hal ini dalam kasus gerhana.
1) Benda–benda alam : Benda-benda apa yang terlibat dalam gerhana matahari? Ada
tiga benda yakni matahari, bumi dan bulan.
2) Fenomena alam : Fenomena alam apa yang terjadi ? gerhana matahari.
3) Informasi : Bagaimana informasi terjadinya gerhana matahari itu ? Ialah manakala
matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis lurus, bayangan bulan jatuh pada
matahari.
4) Respon perilaku : bagaimana respon prilaku kita jika ada fenomena alam gerhana
matahari? Hendaklah kita mersponnya dengan bertakbir memuji Allah, melakukan
shalat husuf berjamaah dan bersidkah.
5) Sumber : Dari mana sumbernya bahwa kita harus merespon fenomena gerhana seperti
itu ? Berdasarkan hadits yang diterima oleh Mughirah bin Syu’bah ra, berkata : “Telah
terjadi gerhana matahari di zaman Rasulullah saw pada hari wafatnya Ibrahim.
Orang-orang berkata, terjadinya gerhana matahari ini karena wafatnya Ibrahim.
Maka Rasulullah bersabda : Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda
dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Kejadian gerhana matahari dan gerhana bulan
bukan karena kematian atau kehidupan seseorang . Apabila kamu semua melihatnya,
berdaoalah kepada Allah dan lakukanlah shalat sehingga matahari kembali bersinar
“ (HR. Bukari Muslim).
Supaya menjadi ilmuwan yang bertaqwa, maka kita wajib secara terus menerus mencari ilmu,
baik ilmu sebagai konten, metodologi, maupun sebagai paradigma. Pengetahuan dalam katagori
persepsi (yang belum tentu benar) harus diuji agar menjadi ilmu pengetahuan ilmiah. Bagaimana

metodologi ilmiah untuk mencapai kebenaran science ? antara lain melalui istidlal pembuktian melalui
eksperimen, pengukuran dan pengamatan. Tahapan globalnya adalah istiqra (mengungkapkan data
apa adanya) dan selanjutnya istinbath (menyimpulkan hasil penenlitian). Lebih rincinya adalah
langkah pengumpulan data, klasifikasi data, penafsiran data, kesimpulan sementara dan kesimpulan
akhir termasuk pemetaan (mapping) dan prediksi.

Pada zaman kejayaan Islam para ilmuwan memiliki ilmu pengetahuan integral, jami’, menyeluruh,
tidak pasrsial. Satu ilmuwan memiliki banyak kepakaran, misalnya ia sebagai folosouf, saintis,
muhadditsin dan fuqaha (ahli Fiqih). Beberapa prestasi keilmuan dalam berbagai bidang sepanjang
sejarah :

1. Kedokteran :
Umat Islam termotivasi oleh ajaran Islam untuk mengembangkan ilmu kedokteran termasuk
menerjemahkan karya-karya penulis terdahulu, karya Persia dan Hindu. Karya-karya tersebut
dibuktikan, disistimatisir, diterjemahkan dan diberi katagori baru sesuai dengan prinsip umum agama
dan budaya. Misalnya Jurji bin Baktisyu’ (w. 215 H/839 M) yang diangkat oleh khalifah Al-Mansyur
sebagai dokter istana, juga Hunayn bin Ishak (w. 260 H/873 M) yang diangkat oleh khalifah Al-
Makmun menjadi kepada Al-Hikmah (Rumah Hikmah). Di antara guru muslim yang paling awal
adalah Ya’kub Al-Kindi pendiri filsafat Hellenisasi Muslim (w. 260 H/ 873 M). Kedokteran mendapat
tempat terhormat sebagai ratu ilmu alam.
Rumah sakit yang terkenal adalah rumah sakit yang didirikan oleh Ahmad bin Thulun di Kairo
tahun 259/872 M, rumah sakit Dar asy-Syifa yang didirikan oleh Qawalun di Kairo tahun 683 H/1284
M, rumah sakit Al-Adhudi di Bagdad yang memiliki 24 dokter , sekolah kedokteran, perpustakaan dan
aula kuliah. Sekolah kedokteran ini didatangi oleh banyak murid dari seluruh peloksok dunia Islam.
Buku-buku kedokteran hasil pemikiran dan penelitian dokter muslim bermunculan antara lain;
buku As-Sina’ah at-Tibiyah, karangan dokter Ali bin Abbas, berisi 31 bab mengenai pencegahan
penyakit dan pemeliharan kesehatan. Buku at-Tashrif Liman ‘Ajiza a’ at-Ta’lifI karangan Khalaf Abul
Qasim Al-Zahrawi (414 h/1013 M) seorang dokter ahli bedah. Kitab ini berisi cara-cara membedah

beserta sejumlah alat yang diperlukannya. Dialah dokter penemu metode untuk menghancurkan dan
mengeluarakan batu ginjal.
Dokter yang paling terkenal adalah Abu Bakar Muhammad Ar-Razi (w. 311 H/932 M), dia
adalah dokter terbesar pada abad Pertengahan. Dokter lainnya, Abu Ali Husain Ibn Shina (w. 428
H/`1037 M), filosouf sekaligus dokter yang mengarang buku Al-Qanun fi At-Thibb, buku ini menjadi
referensi utama kedokteran dunia selama 700 tahun. Ibn Shina melakukan pembedahan jaringan
kanker dan membuktikan pengaruh musik dalam penyembuhan. Khalaf bin Abbas Al-Zahrawi (w.414
H/1013 M), di Cordoba, dia menulis satu risalah kedokteran yang menampakkan lebih dari 200 gambar
alat-alat bedah. Abu Walid Muhammad bin Rusyd atau dikenal dengan Ibn Rusyd (w. 595 H/1198 M)
yang membagi pengetahuan medis menjadi tujuh cabang.

2. Farmakologi dan Kimia:


Di bawah para profesor muslim terutama Al-Biruni (w. 443/1051 M), ilmu farmasi dipisahkan
dari ilmu kedokteran sehingga farmasi menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Buku-buku farmasi pun
banyak diterbitkan antara lain buku Al-Mughni fi Al-Adawiyah karangan Al -Bythar seorang dosen
Farmasi, buku ini dipersembahkan kepada raja Shalih al-Ayubi di Kairo. Kemudian ia menulis buku
berikutnya yakni buku Jami Mufradat al-Adiyah wal – Aghdziyah dan buku Mizan Ath-Thabib. Ahli
farmasi muslim terkenal lainnya yang sezaman dengan al-Bhytar adalah Rasyid Ad-Din Ibn Ash-Shuri
(639 H/ 1241 M), dia seorang peneliti tumbuhan untuk obat. Dia membawa pelukis untuk menggambar
beragam tumbuhan untuk obat-obatan. Jabir Ibn Hayyan, seorang filosouf sekaligus ahli kimia yang
memiliki labolatorium kimia sendiri. Dia menulis lebih dari 200 buku, 80 di antaranya bidang kimia.
Izz Ad-Din Aj-Jaldaki (w. 762/1360 M), ahli kimia yang memberikan sumbangan penting bagi ilmu
kimia antara lain tentang cara pencegahan gas berbahaya serta pemisahan perak dari emas. Dua buku
yang paling terkenal adalah Niyahah ath-Thalab dan buku At-Taqrib fi Anshar at-Tarkib.
3. F i s i k a :
Filsuf muslim membagi pengetahuan filsafat kepada dua yakni filsafat Al-Ilahiyat yang
membahas sifat dan eksistensi Tuhan, serta filsafat Ath-Thabi’iyyat (fisika) yang meliputi material dan

pergerakannya, perubahan dan sebab-sebabnya, panas, cahaya, suara, magnet dan mekanika. Ilmuwan
Islam menciptakan instrumen pengukuran berat dan gravitai spesifik unsur-unsur.
Ibn Haitsam ( w. 431 H/1039 M), yang bertanggung jawab terhadap khalifah Al-Hakim dalam
menentukan pengaruh tekanan atmosfer dan kuat magnetik bumi pada berat. Dia menulis 200 buku,
47 buku di antaranya adalah bidang matematika dan 58 buku bidang teknik. Prestasinya yang paling
termasyhur adalah dalam bidang optik. Penelitiannya dimulai dari penolakan terhadap pendapat yang
menyatakan bahwa penglihatan disebabkan oleh sinar yang memancar dari mata. Dia pula yang
meletakkan dasar penjelasan tentang pelangi dan obskura kamera yang kemudian dikembangkan oleh
Kamaluddin al-Farisi.

4. Matematika dan Astronomi:


Sumbangan Islam yang paling nyata terhadap sains adalah sumbangan keilmuan di bidang
matematika, geometri dan astronomi, ini karena diinspirasi oleh Alqur’an surat 41 : 53 tentang pola-
pola Ilahiyah di cakrawala. Astronomi pra-Islam yang penuh mitos harus dibersihkan oleh para
astronom muslim dengan berpedoman kepada Alqur’an. Islam melancarkan serangan terhadap para
astrolog yang mempraktekken profesi yang dibangun di atas kepalsuan.
Tsabit bin Qurrah mengusukan teori bilangan tak terbatas. Umar Khayyam (w. 525 H/1130 M),
Nashiruddin Ath-Thusi (w. 645 H/1247 M) berhasil membuat rumusan di mana jarak dinyatakan
dengan angka. Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (w.236 H/ 850 M) memperkenalkan simtem
simbol yang menunjukkan sembilan bilangan. Dialah yang menyumbangkan angka nol (shifr) yang
sebelumnya tidak ada. Dengan adanya angka nol terjadilah revolusi matematika. Dia juga yang
pertama kali mengekspresikan nilai numerik dengan posisi digital.
Abu Wafa al-Buzajani (w.338 H/ 998 M), orang pertama yang menemukan kelainan dalam
gerakan bulan. Al-Baththani menghitung panjang tahun matahari dan hanya keliru 2 menit 20 detik.
Untuk mengembangkan astronomi, kaum muslimin membangun observatorium terbesar sedunia saat
itu yang dibangun di Maragha tahun 665/1258 M berdasarkan aturan dari Nashiruddin Ath-Thusi.
Pembangunan observatorium tersebut merupakan salah satu usaha untuk menjadikan astronomi
sebagai ilmu empiris yang bersih dari mitos.
5. Geografi :

Ruh Alqur’an mendorong kaum muslimin untuk mendalami geografi. Kewajiban shalat memaksa
kaum muslimin mempelajari geografi untuk menentukan arah kibkat yang tepat untuk setiap wilayah.
Perjalanan haji yang berulang-ulang serta penyebaran Islam ke berbagai belahan dunia telah
mengharuskan muslimin mempelajari geografi. Menurut Al-Maqdisi, waktu itu para pedagang,
musafir, sultan, hakim dan ahli Fiqih diharuskan mengetahui geografi. Dalam prakata buku Muruj adz-
Dzahab wa Ma’adin al-Jauhar, Al-Maqdisi menulis bahwa orang yang mendatangi suatu wilayah dan
meneliti geografinya akan memperoleh ilmu geografi yang jauh lebih baik daripada sekadar
mendengar berita dari mulut penduduk tentang hal ihwal wilayah tersebut.
Al-Khawarizmi (w. 236 H/ 850 M) adalah orang pertama yang menciptakan geografi bumi. Kaum
muslimim menciptakan atlas untuk negeri mereka masing-masing. Ishaq al-Istharfi ( 322 934), Ahmad
al-Bakhli (322 934), Muhammad bin Hawqal. Al-Maqdisi adalah orang pertama yang membuat peta
dengan warna alamiyah. Asy- Syarif al-Idrisi (562 1166) membuat bola dunia dari bahan perak seberat
lk 400 kg. Di atasnya digambar tujuh benua, yang dilengkapi dengan danau, sungai, kota, gunung, dan
dataran. Globe tersebut dibuat atas permintan Roger II raja Sisilia. Al-Idrisi menulis buku Nuzhat al-
Musytaq fi Istiraq al-Afaq.
DAFTAR PUSTAKA

Ismail R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya, Menjelajah Khazanah
Peradaban Gemilang, Mizan, Bandung, cetakan III, 2001, hal.112.

Ismail R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas BudayaIslam, hal. 116-126.

Makalah Agama dan Etika Islam 2012 an Virgy Nugraha Ashari (NIM : 115010004) yang
mengutip dari Davis Richard A. Jr , Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison
Wesley, 1972 , s 92-93)

Afiq Fakhry (NIM : 10511083), Makalah Agama dan Etika Islam, ITB, tahun 2012 yang
mengutip dari Anthes, Richard A; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; mand Hans A. Panofsky, 1981,
The Atmosfere, s.. Millers, Albert; and Jack C.Thompson, 1975, Element of Meterology, s. 141-142.

Romel Hidayat “Embriologi Dalam AlQur’an” Makalah Agama dan Etika Islam, ITB, tahun
2012. Ia mengutip dari Human Development as Described in The Qur’an and Sunnah, Moore dkk,
hal 37. Digubah dari Integreted Principles of Zoology, Hickman dkk.

Hajar Al-Atsqalany, Bulugh al-Maram min Adilah al-Ahkam, Dar al-Kitab al-Islamiyah, t.t,
hal. 107

Anda mungkin juga menyukai