TSAQAFAH :
Etika Pengembangan Sainteks dan Lingkungan
dalam Membangun Peradaban Ilahiyah
Editor Ahali :
Prof. Dr. Thomas Jamaluddin (guru besar astronomi ITB).
Dr. Cecep Alba (dosen agama Islam ITB)
1
2
3
Apa itu kebudayaan ? Kebudayaan (culture) adalah gugusan nilai dan keseluruhan
pemahaman sebagai hasil karya manusia yang dijadikan landasan dan pola perilaku serta
tindakan konkret yang ditradisikan dari generasi ke generasi dalam rangka memecahkan
persoalan hidup dan kehidupan.1
1
Lihat : Naskah Akademik I Pendidikan dan karakter di Perguruan Tinggi.
Apa perbedaan antara kebudayaan dengan peradaban ? Luas mana cakupannya ?
Peradaban (civilization) berkaitan erat dengan adab, memiliki pengertian dan cakupan
yang lebih luas daripada kebudayaan. Mengapa ? sebab kebudayaan hanya berasal dari hasil
pemikiran manusia, titik. Adapun peradaban melebihi apa yang dihasilkan manusia. Agama
Islam sebagai agama Langit misalnya, bukanlah kebudayaan tetapi termasuk peradaban.
Memang benar, dalam kebudayaan ada unsur kepercayaan tetapi kepercayaan sebagai hasil
pemikiran manusia bukan sebagai wahyu. Wahyu bukan bagian dari kebudayaan tetapi
merupakan bagian dari peradaban. Fungsi wahyu adalah untuk mengadabkan manusia dengan
target agar manusia menjadi makhluk beradab. Contoh: azas, prinsip, syarat dan rukun nikah
sebagai ajaran Islam bukanlah kebudayaan karena asal-usul kaidah dan praktik pernikahan
Islam berasal dari wahyu. Ia bisa disebut sebagai peradaban Islam tetapi tidak termasuk
kebudayaan. Jadi, peradaban itu mencakup kebudayaan tetapi kebudayaan tidak mencakup
peradaban. Peradaban mencakup wahyu dan nonwahyu, sedangkan kebudayaan hanya
bersumber dari nonwahyu. Dalam tulisan ini penulis menggunakan istilah membentuk
peradaban Ilahiyah bukan membentuk kebudayaan Ilahiyah.
Salah satu bagian dari peradaban adalah kebudayaan, salah satu bagian dari
kebudayaan adalah ipteks, bahkan ipteks adalah unsur yang paling dominan dalam
mambangun kebudayaan. Ipteks adalah ilmu pengetahaun (science), teknologi (tecnology)
dan seni (art).
Sains (science) bukan pengetahuan biasa, tetapi pengetahuan yang telah melalui
proses penyeleksian ilmiah yang validasi dan akurasi dapat dipertanggung jawabkan,
menggunakan metode deduktif ferifikatif– induktif falsifikatif, pengujian rasionalitas,
empirikal objektif, dll. Sains ini menjadi basic dalam pengembangan teknologi.
Apa itu teknologi ? teknologi pada hakikatnya adalah aplikasi sains plus teknik yang
berlandaskan values tertentu (nila etika dan estetika) yang dipandu oleh manajemen, yang
berusaha mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain dengan nilai tambah, yang bertujuan
untuk mempermudah hidup manusia. Jadi, dengan teknologi hidup akan menjadi lebih
mudah.
Apa itu seni ? Seni atau art pada hakikatnya sesuatu sebagai hasil penggabungan
antara sains, teknologi, nilai (etika, estetika) serta emosi. Emosi meliputi perasaan sedih dan
gembira, suka cinta dan benci, perasaan memihak dan memusuhi, dll. Produk seni antara
lain film, teater, seni lukis, seni kriya, seni desain, dll. Dengan seni, hidup menjadi indah.
Jadi , “dengan teknologi hidup menjadi mudah, dengan seni hidup jadi indah dan
dengan ajaran Islam hidup menjadi terarah”. Dalam peradaban Ilahiyah, ajaran Islam
diaplikasikan dalam semua sisi kehidupan sehingga kehidupan jadi terarah, sains dan
teknologi dikembangkan secara optimal sehingga umat bisa menjalani hidup dengan lebih
mudah, demikian pula seni dibangun sehingga semua sisi kehidupan terasa indah.
Ciri-ciri masyarakat ilmiah antara lain (1). Irqa : yakni masyarakat yang suka
membaca. Iqra adalah perintah paling awal dari Allah swt untuk membangun masyarakat
berperadaban Ilahiyah. Allah menegaskan “Iqra bismi rabbika alladzi khalaq”, bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (2). Fasa-alu : yakni masyarakat
yang suka bertanya. Fas-alu ahla dzikri in kuntum la ta’lamun, maka bertanyalah kepada ahli
dzikir jika kamu tidak mengetahui. (3). Falyandur : yakni masyarakat yang senang
melakukan penelitian. “Falyandhuri al-insanu mimma khaliq”, maka lihatlah (telitilah) dari
apa manusia diciptakan. (4). Jadilhum : yakni masyarakat yang senang beradu argumentasi/
debat ilmiah. Wajadilhum billati hiya ahsan, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara
yang lebih baik. (5). Afala ta’qilun : ialah masyarakat yang senang merenung menggunakan
qalbunya (pikiran dan perasaan) untuk memahami makna-makna. Masyarakat akademis
adalah masyarakat yang terlepas dari sikap kultus individu, terjauh dari berpikir hayali, dan
terbebas dari kungkungan tradisi nenek moyang. Di dalam Alqur’an sangat banyak kalimat
“afala ta’qilun” apakah kamu tidak menggunakan akalmu ?
Dalam peradaban, tawhid berperan dalam dua sisi yakni dimensi metodologis dan
dimensi konten. Dimensi metodologis meliputi prinsip persatuan, rasionalisme dan toleransi .
sedangkan tawhid sebagai isi atau konten peradaban adalah tawhid sebagai prinsip metafisika
peradaban, etika peradaban, aksiologi peradaban, pembentukan masyarakat beradab, dan
estetika peradaban. 2 Penjelasannya sebagai berikut di bawah ini.
Kesatuan : Peradaban itu tidak bisa lepas dari unsur-unsur luar yang masuk, baik
disadari maupun tanpa disadari, baik disengaja maupun tanpa disengaja. Ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni dari luar akan masuk deras ke wilayah peradaban kita
lantas bercampur tanpa bisa dicegah. Jika tidak ada unsur yang mempersatukannya,
maka segala unsur budaya ada akan berbenturan denagn unsur yang datang kemudian
sehingga mengakibatkan pecahnya kepribadian bangsa (split personality). Oleh
karena itu dalam membangun peradaban Islam, tawhid menjadi alat untuk menguji
apakah unsur peradaban ini bertentangan dengan kehendak Tuhan atau tidak, jadi
tawhid berfungsi sebagai alat saring dan batu ujian terhadap haq dan bathil-nya unsur
peradaban. Selanjutnya tawhid merupakan alat pemersatu sehingga semua unsur
peradaban termasuk peradaban jahiliyah akan “dibentuk” menjadi peradaban
Ilahiyah.
2
Ismail R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya, Menjelajah Khazanah Peradaban
Gemilang, Mizan, Bandung, cetakan III, 2001, hal.112.
sebenarnya. Nabi saw bersabda : Naha Rasulullah ‘an qila wa qala : Rasulullah saw
melarang mengatakan sesuatu yang tidak jelas kebenarannya. (2). Menolak hal-hal
yang bertentangan. Wahyu dan akal tidak mungkin bertentangan karena keduanya
bersumber dari Allah swt. Hanya saja perlu dicatat bahwa Alqur’an pasti benar karena
Tuhan adalah sumber kebenaran, sedangkan tafsir Alqur’an yang disampaikan oleh
seseorang yang banyak medlibatkan rasio, belum pasti benar. Muslim yang cerdas
adalah yang rasionalis yang mampu memberikan ketegasan berdasarkan akal dan
wahyu. Apabila ada pertentangan antara akal dan wahyu maka perlu dilakukan kaji
ulang, karena muslim yang cerdas tidak akan menerima hal-hal yang bertentangan.
(3). Terbuka terhadap bukti-bukti baru. Tidak ada seorang ilmuwan pun yang
mengklaim bahwa dia menguasai semua kebenaran, oleh karena itu seorang ilmuwan
yang bertawhid selalu bersikap terbuka terhadap bukti-bukti baru yang bertentangan
dengan penemuannya. Bahkan dalam setiap uraiannya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni selalu diakhiri dengan ungkapan wallhu a’lam maksudnya hanya
Allah-lah yang lebih mengetahui kebenaran mutlak dan detail. Ungkapan itu
merupakan gambaran sikap rendah hati.
Toleransi : Tidak semua ilmuwan berpendapat sama dalam satu perkara. Ilmuwan
muslim harus bersikap toleran terhadap semua perbedaan, bukan saling melecehkan
atau saling mengutuk tetapi perbedaan itu harus menjadi pendorong untuk melakukan
kerjasama ilmiah. Harus menjadi tradisi ilmuwan muslim bahwa meneliti dan
mengkaji harus didahulukan daripada menilai. Apabila ilmuwan muslim
memperbanyak penelitian maka peradaban Ilahiyah akan mudah terwujud, sebaliknya
memperbanyak hinaan, cercaan, merendahkan dan mengutuk hanya akan
menghasilkan budaya konfrontasi sebagai bentuk peradaban Jahiliyah.
Pada praktiknya di zaman Rasulullah SAW, masjid memikiki multi fungsi, antara lain
tempat shalat atau tempat khusus untuk hamba bersujud kepada Allah, majelis ilmi,
pendidikan, tempat bermusayawarah, berkumpulnya para ilmuwan, tempat singgah para
musafir, tempat pengobatan para korban perang, dan tempat membahas berbagai persoalan
keumatan dari mulai persoalan politik pemerintahan, ekonomi, sosial budaya, bahkan soal
santunan sosial.
Hakikat masjid adalah rumah Allah. Barang siapa yang sering bertamu ke rumah
Allah, pasti akan menjadi tamuNya di surga kelak. Sebaliknya siapapun yang hanya lewat di
depan masjid, hanya melirik dengan pojok mata ke dalam masjid, hanya berdecak kagum
melihat keindahan masjid, hanya ikut berinfaq untuk membangun masjid, tetapi ia tidak
menjadi pengisi masjid, ia tidak manjadi bagian dari pembinaan masjid, maka di akhirat
kelak ia hanya berada di luar surga, itu pasti.
Selanjutnya, masjid sebagai sebuah bangunan yang memliki martabat yang tinggi
memiliki karakteristik spesial sebagai berikut :
Memiliki ciri khas : Islam menghindari tasyabbuh yakni kemiripan dengan agama
lain, baik dalam simbol maupun tata cara ibadah. Oleh karena itu masjid harus
memiliki ciri khas yang berbeda dengan tempat ibadah agama lain. Selain itu, karena
fungsi utama masjid adalah untuk orang shalat, maka masjid harus memiliki tempat
berwudhu. Juga di dalamnya ada tempat imam, tempat makmum wanita yang terpisah
dari tempat makmum pria.
Steril dari simbol-simbol paganisme: Masjid tidak boleh ada unsur-unsur atau
simbol-simbol paganisme. Tidak boleh ada patung, patung apapun, karena bisa
mengarah kepada pemberhalaan, tidak ada ada lambang-lambang agama lain oleh
karena itu hati-hati jangan sampai bentuk kusen menyerupai salib, tidak boleh ada
gambar-gambar yang mengarah kepada kultus individu. dll.
Alhuriyah : Merdeka dan indepanden. Masjid harus steril dari kooptasi penguasa dan
donatur, masjid harus bebas dari tekanan pressur group, masjid tidak boleh
berorientasi kepada kelompok kepentingan serta masjid harus bersih dari kepentingan
sesaat. Oleh karena itu, maka pengurus masjid harus orang yang memiliki kualifikasi
tinggi yakni (1). Beriman kepada Allah dan hari akhir (2). Konsisten mendirikan
shalat (3). Terbiasa mengeluarkan zakat atau infaq (4). Tidak akan pernah takut oleh
intimidasi siapapun, tetapi ia hanya takut kepada Allah. (lihat QS. At-Taubah [9) : 17-
18).
Misi Masjid adalah untuk mewujudkan insan bertaqwa. Taqwa berasal dari kata waqa
– yaqi – wiqayatan yang artinya hidup hati-hati, jadi orang yang bertaqwa adalah orang yang
hidupnya selalu berhati-hati. Allah menegaskan “lamasjidun ussisa ‘ala at-taqwa”, masjid
dibangun untuk membentuk insan yang taqwa.
Taqwa adalah target capaian, untuk itu diperlukan proses, prosesnya adalah tarbiyah
(pendidikan), tarbiyah yang mana ? Tarbiyah yang dapat membentuk karakter sesuai dengan
nilai-nilai Ilahiyah – Qur’ani. Sebuah mesjid yang di dalamnya tidak ada aktivitas tarbiyah,
itu bagaikan roda tanpa isi.
Karena masjid merupakan tempat pembinaan orang taqwa maka kedudukan masjid
lebih dari tinggi daripada bangunan apapun termasuk madrasah diniyah. Karena masjid
memiliki kedudukan yang amat penting maka ada peraturan khusus untuk menjaga wibawa
masjid antara lain tidak boleh berdagang di dalamnya. Nabi bersabda :”Jika engkau melihat
ada orang menjual atau membeli di dalam masjid, maka katakanlah semoga Allah tidak
memberi keuntungan bagi perdaganganmu”.(HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah).
b) Masjid sebagai gerbong peradaban : Masjid harus menampung para ilmuwan dan
teknokrat dalam semua bidang. Mereka selalu bersedia untuk mendidik orang-orang
awam yang datang dan haus ilmu, orang yang tersesat tak tahu jalan pulang, orang
yang mengalami frustrasi dan kehilangan harapan hidup, orang yang sedang mencari
identitas diri. Juga melayani orang-orang yang ingin berdebat karena merasa yakin
benar dengan ilmunya atau malah mungkin ragu-ragu atas kebenaran ilmunya. Setiap
gerbong dipenuhi oleh orang-orang yang beragam etnis, budaya, pendidikan, latar
belakang kehidupan, tingkat pemahaman keagamaan dan kualitas perilakunya.
Bagaimana ini ? Ya tidak apa-apa, justeru itulah pluralitas, sebuah kenyataan.
Kewajiban masjid adalah tampil sebagai pelayan penghuni gerbong itu. Namun
jangan lupa bahwa selain berfungsi sebagai gerbong, masjid pun berfungsi sebagai
lokomotif.
d) Masjid berfungsi sebagai pusat peradaban Ilahiyah. Mesjid bukan sebagai pusat
kebudayaan yang sempit dan lepas dari panduan wahyu tetapi mesjid sebagai pusat
peradaban, sebab apa-apa yang dikeluarkan oleh masjid sebagai solusi atas
permasalahan yang mucul, bukan semata-mata bersumber dari pemikiran manusia
tetapi berdasarkan wahyu sebagai sumber utama pemikiran muslim. Masjid berfungsi
mengadabkan manusia yang tidak beradab, masjid berfungsi mengadabkan tatacara
hidup jahili, masjid berfungsi mengubah “permissive society” menjadi masyarakat
Madani.
f) Masjid sebagai “Papan” Pameran Sains : Masjid bukan hanya pandai mengurai
ilmu dan teori tetapi piawai dalam mengaplikasikannya. Masjid bukan hanya mampu
menerangkan hal-ihwal sumur resapan, bukan hanya memberikan teori daur ulang air,
dan bukan hanya promosi go green tanpa memberi contoh, tetapi masjid menjadi
proyek percontohan aplikasi sains. Silahkan orang-orang datang ke masjid untuk
melihat percontohan sumur resapan, daur ulang air, pembuatan drainase yang baik,
pengelolaan sampah, perwujudan kebun obat-obatan herbal, bahkan pemanfaatan
barang sisa dan tak terpakai menjadi barang yang sangat bermanfaat.
Apabila fungsi-fungsi masjid ini terealisasi dengan baik, maka masjid akan benar-benar
terasa sebagi rumah Allah yang memancarkan cahaya Ilahiyah, memancarkan cahaya
pengabdian, memancarkan ruh “rahmatan lil ‘alamin, baldatun thayyibatun wa rabbbun
ghafur”.
Salah satu unsur kebudayaan sebagai pembentuk peradaban adalah ipteks, apabila
peradaban ingin maju pesat maka ipteks harus dikembangkan seoptimal mungkin. Dalam hal
ini Alqur’an berisi ayat-ayat atau tanda atau sign yang bisa ditindaklanjuti menjadi science.
Memang Alqur’an bukan kitab sciences melainkan kitab sign namun sign Alqur’an yang
sangat banyak jumlahnya itu telah yang memberikan informasi tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan sciences yang dikembangkan manusia yang merupakan bagian inti sebuah
peradaban. Bukan hanya memberikan informasi tetapi memberikan semangat, motivasi dan
pencerahan untuk mengembangkan science. Bisa demikian karena memang Alqur’an
berfungsi untuk “mushaddiqa lima baina yadaih”, kitab yang berfungsi mengoreksi berbagai
macam opini manusia termasuk persepsi yang keliru tentang ilmu pengetahuan alam.
Pada abad ke tujuh di masa nabi Muhammad hidup, sains belum maju, yang
berkembang adalah mitos dan legenda yang turun temurun. Pada masa perkembangan sains
masih di belakang, Alqur’an turun dengan membawa sejumlah sain, sign, atau tanda yang
memberikan informasi awal seputar science yang harus dikembangkan manusia
a). Asal muasal penciptaan langit dan bumi : “Dan apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian kami pisahkan antara keduanya, dan dari air, kami jadikan segala sesuatu yang
hidup, maka mengapakah mereka tiada juga beriman? “ (QS. Al-anbiya [21] : 30).
Ini adalah ayat atau sign atau tanda, tentang asal muasal penciptaan langit dan bumi yang
harus menjadi pendorong untuk penelitian. Banyak orang mengaitkan dengan teori Big Bang.
Lahirnya teori big bang dimulai pada tahun 1912. Vesto Slipher adalah orang pertama yang
mengukur efek Dopler pada “nebula spiral”, yang dapat mengetahui bahwa semua nebula
menjauhi bumi. Tahun 1924, pengukuran Edwin Hubble menunjukkan bahwa jarak terdekat
Nebula Spiral. Tahun 1931 Lemaitre menyatakan bahwa seluruh alam semesta berpusat pada
satu titik yaitu “atom purba” di mana waktu dan ruang bermula. Tahun 1949, Hoyle
mencetuskan untuk pertama kalinya istilah big bang pada siaran radio BBC. Tahun 1964,
ledakan dahsyat (big bang) dianggap sebagai teori terbaik yang menjelaskan asal usul
kosmos. Wallahu a’lam. Kemajuan pesat dalam kosmologi big bang sejak akhir tahun 1990,
utamanya dIsebabkan kemajuan besar teknologi teleskop dan analisis data yang berasal dari
satelit-satelit seperti COBE, teleskop luar angkasa Hubble dan WMAP.4
Ayat lain yang berkaitan dengan dampak big bang adalah “Dan langit itu Kami bangun
dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (QS.Adz-
Dzariyat [51] : 47). Ayat ini menyatakan adanya expanding universe atau fakta tentang
semakin meluasnya alam karena partikel-partikel akibat big bang terus menerus saling
menjauh.
b). Enam Masa penciptaan langit dan bumi : “Sesunguhnya Tuhan Kami telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemanyam di atas Arasy
untuk mengatur segala urusan...”. (QS. Yunus [10] : 3). Ini ayat memotivasi kita untuk
4
Makalah Agama dan Etika Islam 2012 an Virgy Nugraha Ashari (NIM : 115010004) yang mengutip
dari Davis Richard A. Jr , Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison Wesley, 1972 , s 92-93)
mengadakan penelitian tentang apa yang dimaksud dengan enam masa, berapa lama enam
masa itu
c). Hukum Rotasi : “Dan matahari beredar ke tempat tujuannya. Demikian ditentukan
oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS. Yasin [36]: 38 ).
d). Fenomena Hujan : “Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan
awan, Dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu melihat air hujan keluar dari celah-celahnya;
maka apabila air hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-
tiba mereka menjadi gembira (QS. Al-Rum [30] :48). Lihat pula QS. Al-Zumar [39]: 21, QS.
Ar-Rum [30]: 24, QS. Al-Mukminun [23] : 24, QS. Al-Hijr[15] : 22, QS. An-Nur [24]: 43.
Sejak abad 7 sampai abad 17 Masehi, mitos yang berkembang tentang hujan adalah
bahwa hujan terjadi karena percikan air laut yang dibawa oleh angin ke daratan sebagai titik
hujan. Air hujan meresap ke dalam tanah dan kembali ke laut melalui jalan rahasia, itulah
teori Rene Descartes. Aristotels menyatakan bahwa air menguap dari tanah lalu
berkondensasi di dalam gua besar di pegunungan-pegunungan, gua ini membentuk danau dan
mengeluarkan mata air. Teori Aristoletels ini dipercaya sampai abad 19. Penjelasan seputar
siklus terjadinya hujan yang dijelaskan dalam beberapa ayat Alqur’an, telah mengoreksi
kesalahan ilmiah yang dikemukakan para ahli.
Volume air di permukan bumi kira-kira 1.360 juta meter kubik. 97,20 % adalah air asin
yang terdapat di lautan, sisanya 2,80 % adalah air tawar dalam ketiga bentuknya; beku, cair
dan karbonasi (soda). Dari total (2,80 %) air tawar di bumi, 2,15 % berupa gumpalan salju di
kutub utara dan selatan dan puncak gunung-gunung, sisanya 0,65 % sebagian besar tersimpan
di lapisan-lapisan porosit bebatuan kerak bumi di bawah permukan bumi sebagai air
simpanan bawah tanah.
Uap air dari seluruh permukaan bumi kira-kira 380.000 km kubik, dengan rincian uap air
yang dihasilkan dari laut sekitar 360.000 km kubik sementara uap air dari daratan hanya
mencapai 60.000 km kubik. Sebahagian besar uap air tersebut berasal dari daerah
Khatulistiwa yang memiliki suhu panas mencapai 25 derajat celcius.
Menurut para ahli terbentuknya awan hujan melalui tiga tahapan, (1). Awan dibawa atau
ditiup oleh angin (2).Awan-awan kecil (awan kumulus) saling bertumpang tindih dan
membentuk awan yang lebih besar.(3). Ketika awan bertumpang tindih membentuk awan
yang lebih besar terjadi gerakan udara vertikal ke atas yang terus meningkat. Gumpalan awan
yang bergerak vertikal memasuki wilayah-wilayah atmosfere yang bersuhu lebih dingin,
maka terbentuklah butiran air dan es. Butiran air dan es yang semakin besar menjadi berat
untuk ditahan oleh hembusan angin vertikal, maka turunlah hujan.5
e). Fenomena Langit : Dan Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan dia
mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (QS. Fushilat [41]: 12).
Jadi bintang yang jumlahnya banyak itu adalah berada di langit terdekat.
f). Gravitasi Bumi : “Sesunguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan
lenyap; dan sungguh jika kedua-dunya akan lenyap, tidak ada seorang pun yang bisa
menahan keduanya kecuali Allah. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun (QS. Fathir [35]: 41).
g). Fenomena Laut : “Dia membiarkan dua laut mengalir yang kemudian keduanya
bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak terlampaui oleh masing-masing“ (QS. Al-
Rahman [55] : 10-20). Tidak bisa bercampur antara kedua air laut itu karena adanya gaya
fisika yang dinamakan “tegangan permukaan” akibat adanya perbedaan masa jenis seolah-
olah ada dinding pemisah yang tipis.6
h). Pergerakan Gunung : “ Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap
di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan”. (QS. An-Naml [27] : 88). “Dan
Gunung sebagai pasak bumi”
Sejak dahulu, semua orang hanya terfokus untuk mengagumi tingginya gunung sehingga
gunung mana saja yang paling tinggi menjadi hafalan anak-anak sekolah dasar. Padahal
justeru yang lebih panjang adalah akar gunung yang tertanam di dalam tanah yang
panjangnya mencapai 15 kali lipat ketinggiannya.
5
Afiq Fakhry (NIM : 10511083), Makalah Agama dan Etika Islam, ITB, tahun 2012 yang mengutip
dari Anthes, Richard A; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; mand Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosfere, s.
269) . Millers, Albert; and Jack C.Thompson, 1975, Element of Meterology, s. 141-142.
66
Makalah Agama dan Etika Islam 2012 an Virgy Nugraha Ashari (NIM : 115010004) yang mengutip
dari Davis Richard A. Jr , Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison Wesley, 1972 , s 92-93)
Di dalam Alqur’an terdapat 49 ayat (sign), 22 ayat di antaranya menyebutkan fungsi
gunung sebagai pasak atau tiang pancang. Para pakar Geofisika menyebutkan bahwa kerak
bumi itu berubah dan bergerak terus, dalam teori lempengan (plate tectonics) yang baru 20
tahun silam ditemukan bahwa gunung mempunyai akar yang berperan menghentikan gerakan
horizontal lithosfer. Di dalam Alqur’an disebutkan wa al- jibala autada, dan gunung sebagai
pasak bumi.”Dan dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi tidak bergoncang
bersama kamu” (QS. An-Nahl [16]: 15).7
Kerak dan bagian terluar dari magma dengan ketebalan sekitar 100 km terdiri atas
lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Dalam teori lempengan tektonik, lempengan-
lempengan ini bergerak pada permukan bumi membawa benua dan dasar lautan bersamanya,
pergeserannya kira-kira 1-5 cm pertahun. Jadi gunung itu bergerak/berjalan seperti awan.8
i). Penciptaan makhluk yang berpasang-pasangan : “Maha Suci Tuhan yang telah
menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan dan dari diri
mereka, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui (QS. Yasin [36]: 36). Makhluk yang
berpasangan bukan hanya pria dan wanita, malam dan siang, tetapi materi pun diciptakan
berpasang-pasangan dengan anti meteri, elektron bermuatan positif dan proton bermuatan
negatif. Setiap partikel memiliki anti partikel dengan muatan yang berlawanan.9
j). Relativitas Waktu : “Sesungguhnya satu hari di sisi Tuhanmu sama dengan seribu
tahun dalam perhitunganmu” (QS. Al-Hajj[22] : 47). “Dia mengatur urusan dari langit ke
bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun
dalam perhitunganmu” (QS.As-Sajdah [32]:5) Malaikat-malaikat dan Jibril naik
(menghadap) kepada Allah dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun (QS. Al-
Ma’arij [70] :4). Pada ayat-ayat di atas ukuran satu tahun berbeda-beda, ada yang sehari
menurut Allah sama dengan 1000 tahun ada pula yang 50.000 tahun. Ini bukanlah pernyataan
Allah yang tidak konsisten melainkan tentang relativitas waktu.
k). Embriologi : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
7
Dian Jaka Praha (NIM : 15010046), Makalah Agama dan Etika ITB 2012,
8
Makalah Agama dan Etika Islam 2012 an Virgy Nugraha Ashari (NIM : 115010004) yang mengutip
dari Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe, General Science, Allyn and Bacon Inc, Newton,
Massachusetts, 19845, s. 30).
9
Baca karya Ilmuwan Inggris Paul Dirac, pemenang Piala Nobel Fisika, 1933.
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami bentuk dia menjadi
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, pencipta yang paling baik”
(QS.Al-mukminun[23] : 12-14).
Secara bahasa, makna ‘alaqah itu ada tiga yakni (1), lintah, (2). sesuatu yang menempel
dan (3). gumpalan darah. Makna pertama adalah lintah, karena pada fase ‘alaqah ini calon
janin memang seperti lintah, selain itu saat itu calon bayi makan melalui aliran darah ibunya
persis lintah. Makna kedua adalah menempel, karena memang menempel pada rahim ibunya.
Makna ketiga adalah segumpal darah karena memang pada fase ini sangat mirip dengan
darah yang menggumpal.
Pada tahun 1981 dalam konferensi kedokteran ke tujuh di Dammam Saudi Arabia,
profesor Moore ahli embriologi paling terkenal menyatakan : “Adalah sebuah kehormatan
tersendiri bagi saya untuk bisa membantu menjelaskan pernyataan Alqur’an tentang
perkembangan manusia. Sangat jelas bagi saya bahwa pernyataan tersebut tentulah sampai
kepada nabi Muhammad dari Allah, karena hampir semua pengetahuan mengenai hal ini baru
ditemukan berabad-abad kemudian. Hal ini membuktikan kepada saya bahwa Nabi
Muhammad tentulah utusan Allah”. Kemudian profesor Moore ditanya :”Apakah profesor
keberatan bahwa ini merupakan firman Allah SWT.?” . Moore menjawab :” Saya tidak
keberatan dengan itu”.10
10
Romel Hidayat “Embriologi Dalam AlQur’an” Makalah Agama dan Etika Islam, ITB, tahun 2012. Ia
mengutip dari Human Development as Described in The Qur’an and Sunnah, Moore dkk, hal 37. Digubah
dari Integreted Principles of Zoology, Hickman dkk.
Baja adalah campuran dari besi (Fe) dan karbon (C) yang mempunyai kekuatan (yield
strength) cukup tinggi, Besi mempunyai nama Latin Kimia ferrum yang disimbolkan dengan
Fe. Panduan dari besi dan karbon tadi dapat digolongkan menjadi tiga bagian utama yakni
baja karbon rendah (96C<0,25), baja karbon menengah (0,25<96C<0,6), dan baja karbon
tinggi (96C>0,6). Setiap jenis paduan memiliki sifat yang berbeda-beda sehingga bisa dibuat
paduan lain sesuai dengan baja yang dibutuhkan.
Perhatikan ayat 25 al-Hadid ini : (1) “wa anzalna ma’ahum al-kitab” (dan Kami telah
menurunkan bersama mereka al-kitab), (2). “Wa anzalna al-hadida” (dan Kami turunkan
besi). Jadi besi itu diturunkan dari Langit sebagaimana al-kitab, bukan asli material bumi.
Kewajiban muslim adalah membuktikan sign Alqur’an menjadi science, dengan cara
itu diharapkan lahirlah ilmu – ilmu pengetahuan ilmiah yang baru-baru serhingga peradaban
11
Arianto Aditya (NIM. 15010048), Makalah Agama dan Etika Islam ITB, 2012, hal.5
12
Fathimah Azzahro (NIM: 13710029), Mahasiswa program Studi Teknik Material, Makalah Agama
dan Etika Islam ITB, 2012, hal.2.
manusia makin berkembang. Dalam hal ini, seorang muslim harus : (1). Menjadikan sign
Alqur’an sebagai titik tolak penelitian science (2). Menjadikan sign Alqur’an sebagai
motivasi untuk meneliti science. (3). Menggunakan sign-sign Alqur’an sebagai landasan nilai
pengembangan science. (4). Menjadikan science sebagai jembatan pembangunan
peradaaban. Kalau sainteks berkembang dengan baik maka otomatis peradaban pun akan
berkembang dengan baik pula. Sebaliknya stagnasi di bidang sainteks akan berdampak
kepada kejumudan peradaban.
Bagi orang-orang awam yang tidak mampu meneliti sign Alqur’an menjadi science,
paling tidak, dia harus bersikap baik menghadapi fenomena alam seperti angin, hujan,
gerhana, gempa, tsunami dan fenomena lainnya. Jangan sampai merespon fenomena alam
dengan sikap kufur nikmat, misalnya dia mengatakan :” Wah hujan – hujan – hujan terus,
dari pagi sampai sore, ini bagaimana ? sial ...! ?”. Kita harus menjadi orang yang syukur
nikmat, ketika turun hujan misalnya, berdoalah agar hujan ini menjadi rahmat dan memohon
perlindungan kepada Allah dari musibah turunnya hujan. Nabi saw bersabda :
ﻗَﺎ َل َﺳﻠَ َﻤ ُﺔ ﻓَ َﺮ ْو ُح ا ِ ﺗَ ِﰏ ِ ﻟﺮ ْ َﲪ ِﺔ َوﺗَ ِﰏ.« ِ ﻮل » ّ ِاﻟﺮ ُﱖ ِﻣ ْﻦ َر ْوحِ ا ُ ﯾ َ ُﻘ-ﷺ- ِ ن َ ﻫ َُﺮْ َﺮ َة ﻗَﺎ َل َ ِﲰ ْﻌ ُﺖ َر ُﺳﻮ َل ا
ِ ّ َ ِ ﻟْ َﻌ َﺬ ِاب ﻓَﺎ َذا َر ﯾْ ُﺘ ُﻤﻮﻫَﺎ ﻓَ َﻼ َ ُﺴ ﺒﻮﻫَﺎ َو َﺳﻠُﻮا ا َ ْ ََﲑﻫَﺎ َو ْاﺳ َﺘ ِﻌ ُﯿﺬوا ِ ِ ِﻣ ْﻦ
« ﴍﻫَﺎ
Dari Abu Huraitah ra. Ia berkata : saya mendengar Rasulullah s.a.w bersabda :
Angin itu adalah sebagian dari rahmat-rahmat Allah. Kadangkala angin itu membawa rahmat
dan kadangkala angin itu itu membawa bencana. Apabila kalian melihat angin, maka
janganlah kalian memakinya; mohonlah kepada Allah akan kebaikan angin itu dan
berlindung dirilah kepada Allah dari kejahatan angin itu. (HR. Abu Daud)13
Supaya Alqur’an lebih fungsional, maka kita harus meningkatkan metode membaca
Alqur’an dengan lebih baik, bukan sekadar membaca kuantitas dengan target asal khatam
asal tamat, tetapi membaca kualitas dan analitis. Muslim yang senang meneliti adalah
manusia yang memenuhi harapan Allah sebagaimana firmanNya : “Apakah mereka tidak
memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan ? dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan
gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan ? dan bumi, bagaimana ia dihamparkan? “
(QS./Al-Ghasyiah [88]: 17-20). Membaca kualitas dan analitis akan lebih bermakna daripada
membaca asal tamat.
Allah menjamin bahwa orang yang beriman dan berilmu akan mendapatkan derajat
yang jauh lebih tinggi daripada manusia pada umumnya. Firman Allah : “Niscaya Allah akan
13
Sunan Abu Daud Bab : Ma Yaquuli Idz Hajati Riihi
meninggikan orang-orang yang beriman di antara mu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapoan derajat. Dan Allah maha mengatahui apa yang kamu kerkakan)
(QS. Al-Mujadilah [58]: 11).
Dengan Alqur’an sebagai panduan peradaban, maka peradaban yang dibangun oleh
muslim adalah peradaban yang sarat nilai Ilahiyah yang berujung kepada pengagungan Allah
SWT sebagai Tuhan yang Maha Sempurna, bukan kebudayaan yang liberal, sekuler dan
hedonistik yang hanya membawa kebahagiaan temporal dan pada bagian kulit luarnya saja
tetapi di dalamnya penuh dengan konflikasi. Naudzubillahi min dzalik.
Perlu dibedakan antara Ilmuwan yang sekuler dengan ilmuwan yang holistik-
integralistik transendental. Ilmuwan sekuler ialah ilmuwan tidak mengaitkan fenomena alam
dengan Allah sebagai sumber, sedangkan ilmuwan holistik integralistik transendental adalah
ilmuwan yang mengaitkan setiap fenomena alam dengan Allah sebagai sumber segenap
fenomena alam.
1) Benda-benda alam : benda apa yang terlibat dalam fenomena alam ini ? apel. Ketika
buah apel dilepaskan dari tangan, ia akan jatuh ke bumi bukan jatuh ke langit.
2) Fenomena alam : fenomena alam apa yang terjadi ? Apel jatuh.
3) Hukum alam : Mengapa apel jatuh ke bumi ? Karena ada hukum gravitasi bumi.
Siapa penemu hukum gravitasi ? Isac Newton.
4) Prinsip-prinsip alam : Bagaimana prinsip hukum gravitasi ? Antara lain semakin
berat bendanya semakin cepat jatuhnya. Rumusnya F = m . g . Keterangannya : F
adalah gaya (N), m : masa benda (kg), g : percepatan gravitasi.
5) Sumber : Dari mana sumber gravitasi itu, siapa penciptanya ? Allah SWT adalah
sumber terjadinya grafitasi, Allah adalah causa prima.
Itu adalah langkah pertama yang harus dilakukan oleh ilmuwan muslim. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan integralistik transendental. Akan tetapi pada
umumnya, guru atau dosen dalam menganalisis fenomena alam tidak tembus sampai
kepada sumber, sehingga anak didik jadi sekuler.
Langkah kedua adalah cara merespon fenomena alam dengan menganalisis lima hal
yakni benda-benda alam, fenomena, informasi, respon prikaku, dan sumber. Di bawah ini
akan penulis jelaskan lima hal ini dalam kasus gerhana.
1) Benda–benda alam : Benda-benda apa yang terlibat dalam gerhana matahari? Ada
tiga benda yakni matahari, bumi dan bulan.
4) Respon perilaku : bagaimana respon prilaku kita jika ada fenomena alam gerhana
matahari? Hendaklah kita mersponnya dengan bertakbir memuji Allah, melakukan
shalat husuf berjamaah dan bersidkah.
5) Sumber : Dari mana sumbernya bahwa kita harus merespon fenomena gerhana seperti
itu ? Berdasarkan hadits yang diterima oleh Mughirah bin Syu’bah ra, berkata :
“Telah terjadi gerhana matahari di zaman Rasulullah saw pada hari wafatnya
Ibrahim. Orang-orang berkata, terjadinya gerhana matahari ini karena wafatnya
Ibrahim. Maka Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya matahari dan bulan adalah
dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Kejadian gerhana matahari dan
gerhana bulan bukan karena kematian atau kehidupan seseorang . Apabila kamu
semua melihatnya, berdaoalah kepada Allah dan lakukanlah shalat sehingga
matahari kembali bersinar “ (HR. Bukari Muslim). 14
Mengajarkan sains dengan cara seperti itu disebut mengajar dengan pendekatan
integralistik transendental. Dengan analisis seperti ini, mahasiswa, dosen dan para ilmuwan
akan menjadi orang yang pandai dan beriman. Mereka kelak akan menjadi ilmuwan holistik
14
Hajar Al-Atsqalany, Bulugh al-Maram min Adilah al-Ahkam, Dar al-Kitab al-Islamiyah, t.t, hal. 107
integralistik transendental. Akan tetapi pada umumnya para peneliti, guru dan dosen ketika
mengajar, hanya sampai kepada level informasi tidak masuk ke level respon prilaku dan
sumber. Akibatnya mahasiswa bisa lulus dengan nilai cumlaude tetapi tidak beriman dan
tidak bertaqwa kepada Allah SWT sebagai sumber segala sumber. Itulah yang dikatagorikan
sebagai ilmuwan sekuler.
Pada tataran realitas, banyak orang berekreasi untuk menikmati keindahan pantai;
mandi, berselancar, berlayar dan berfoto-fotoan dengan amat gembira tetapi mereka tidak
shalat. Banyak orang menikmati keindahan gunung, tetapi tidak pernah merebahkan diri
untuk sujud kepada Pencipta gunung. Banyak orang berdecak kagum melihat cantiknya
panorama alam tetapi tidak pernah bersyukur kepada Sang Khalik. Itu semua karena mereka
tidak dilatih sejak kecil untuk merespon semua fenomena alam. Lahirlah generasi yang
berperadaban hedonisme yang lepas dari nilai-nilai tawhid sebagai landasan peradaban
Ilahiyah.
Supaya menjadi ilmuwan yang bertaqwa, maka kita wajib secara terus menerus
mencari ilmu, baik ilmu sebagai content, metodologi, maupun sebagai paradigma.
Eksistensi ilmu sangat luar biasa, tanpa ilmu, manusia ibarat hewan yang bertindak
atas dasar naluri semata. Manusia dengan ilmu dan akalnya akan menjadi manusia yang
bukan hanya mampu mengelola bumi tetapi bisa menembus luar angkasa. “Barang siapa
yang menginginkan dunia hendaklah dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan
akhirat hendaklah dengan ilmu. Barang siapa yang menginginkan keduanya, hendaklah
dengan ilmu”. Allah menegaskan : “Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup
menembus penjuru langit dan bumi maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
melainkan dengan kekuatan (QS. Al-Rahman [55]: 33). Kekuatan di sini termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Mencari ilmu (thalab al-ilmi) adalah wajib hukumnya, tidak ada yang sunnat. Hal ini
berbeda dengan ibadah lain; sewajib-wajibnya shalat masih ada shalat yang sunnat, sewajib-
wajibnya shaum masih ada shaum yang sunnat, sewajib-wajibnya zakat masih ada infaq yang
sunnat, sewajib-wajibnya haji tapi hanya sekali seumur hidup, selanjutnya adalah haji sunnat.
Adapun mencari ilmu semuanya wajib, tak ada yang sunnat. Bahkan mencari ilmu satu jam
lebih besar pahalanya daripada shalat sunnat ratusan rakaat. Itu amat wajar, karena ibadah
yang banyak tanpa didasari ilmu yang benar, akan sia-sia.
Mencari ilmu untuk kepentingan individual seperti ilmu tawhid, ilmu cara beribadah
adalah fardlu ain (wajib peraseorangan), sedangkan pendalaman ilmu diniyah sampai
mendetail adalah fardlu kifayah (kewajiban kolegial). Mengembangkan ilmu untuk
kepentingan umum seperti pengembangan sains dan teknologi juga fardlu kifayah. Dalam hal
fardlu kifayah, mesti ada sekelompok orang yang mewakili semua muslim secara signifikan.
Apabila tidak ada sekelompok orang yang menjadi pakar dalam bidang-bidang sainteks yang
dibutuhkan umat, maka semua muslim berdosa. Jadi harus ada pakar dalam jumlah yang
mencukupi dalam bidang saintek, baik kedokteran dengan berbagai macam cabangnya, ahli
persenjataan, ahli nuklir, ahli politik, ahli perang, ahli biologi, ahli tsunami, ahli gempa,
maupun ahli yang sainteks lainnya.
Allah SWT memberikan penghargaan yang amat besar bagi para ilmuwan, terutama
ilmuwan yang holistik integralistik transendental (berilmu dan beriman). Firman Allah :
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara mu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapoan derajat. Dan Allah maha mengatahui apa yang
kamu kerkakan) (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).
Penghargaan dari Allah kepada ilmuwan antara lain mendapatkan penghormatan dari
sesama manusia. Mengapa orang menghargai ilmuwan ? karena orang-orang butuh ilmunya,
ilmuwan tempat berkonsultasi dan tempat orang menemukan solusi atas permasalahan yang
dihadapi. Selain penghargaan orang, ilmuwan bisa mendapatkan rizki yang lebih banyak
karena keahliannya. Selain itu, ilmu yang diajarkan kepada orang lain termasuk amal
investasi yang dijamin mengalirkan pahala terus menerus. Hadits Nabi saw menegaskan
bahwa apabila bani Adam mati, putuslah semua amalnya kecuali tiga, yakni sidkah jariyah,
ilmu yang dimanfaatkan, dan anak saleh yang mendoakan. Itulah tiga amal investasi yang
akan terus mengalirkan pahala. Subhanallah wal hamdulillah.
“Al-ilmu nur “ ilmu itu cahaya yang bisa menerangi pemiliknya sehingga orang
berilmu lebih tenang, percaya diri dan memiliki optimisme yang tinggi dalam menghadapi
semua persoalan. Orang lain pun bisa ikut diterangi dengan ilmunya sehingga tidak tersesat
di jalan. Pada umumnya orang merasa tenang dan tenteram apabila berada di sisi orang
berilmu. Alhamdulillah. Oleh karena itu, jika Anda harus memilih, antara ilmu dan harta
sebaiknya pilihlah ilmu sebab ilmu lebih banyak manfaatnya dibandingkan harta.
Orang berilmu yang disertai keimanan, pasti memiliki karakteristik yang unggul
yakni memiliki integritas, kredibilitas, transparansi, visioner dan komunikatif, sehingga
ilmunya akan lebih memberikan manfaat bagi orang lain. Sebaliknya ilmuwan yang tidak
beriman, yang pinter keblinger, memiliki karakteristik yang rakus dan tega. Ilmunya
bukannya bermanfaat bagi orang banyak tetapi justeru sebaliknya menjadi sumber fitnah dan
malapetaka.
Pengetahuan dalam katagori persepsi (yang belum tentu benar) harus diuji agar
menjadi ilmu pengetahuan ilmiah. Bagaimana metodologi ilmiah untuk mencapai kebenaran
science ? antara lain melalui istidlal pembuktian melalui eksperimen, pengukuran dan
pengamatan. Tahapan globalnya adalah istiqra (mengungkapkan data apa adanya) dan
selanjutnya istinbath (menyimpulkan hasil penenlitian). Lebih rincinya adalah langkah
pengumpulan data, klasifikasi data, penafsiran data, kesimpulan sementara dan kesimpulan
akhir termasuk pemetaan (mapping) dan prediksi.
Pada zaman kejayaan Islam para ilmuwan memiliki ilmu pengetahuan integral, jami’,
menyeluruh, tidak pasrsial. Satu ilmuwan memiliki banyak kepakaran, misalnya ia sebagai
folosouf, saintis, muhadditsin dan fuqaha (ahli Fiqih). Prestasi keilmuan dalam berbagai
bidang sepanjang sejarah dapat di tampilkan sbb :
Kedokteran :
Umat Islam termotivasi oleh ajaran Islam untuk mengembangkan ilmu kedokteran
termasuk menerjemahkan karya-karya penulis terdahulu, karya Persia dan Hindu. Karya-
karya tersebut dibuktikan, disistimatisir, diterjemahkan dan diberi katagori baru sesuai
dengan prinsip umum agama dan budaya. Misalnya Jurji bin Baktisyu’ (w. 215 H/839 M)
yang diangkat oleh khalifah Al-Mansyur sebagai dokter istana, juga Hunayn bin Ishak (w.
260 H/873 M) yang diangkat oleh khalifah Al-Makmun menjadi kepada Al-Hikmah
(Rumah Hikmah) adalah tokoh-tokoh medis waktu itu yang banyak menerjemahkan karya-
karya kuno, dari sinilah ilmu kedokteran di dunia Islam berkembang. Di antara guru muslim
yang paling awal adalah Ya’kub Al-Kindi pendiri filsafat Hellenisasi Muslim (w. 260 H/ 873
M). Kedokteran mendapat tempat terhormat sebagai ratu ilmu alam.
Sekolah kedokteran yang dibangun tahun 88 H itu adalah sekolah kedokteran pertama
di Baghdad yang dilengkapi rumah sakit sebagai tempat praktik. Sekolah kedokteran ini
didirikan oleh Walid bin Abdul Malik, khalifah Bani Umayah. Pada perkembangan
berikutnya, rumah sakit dibagi-bagi menjadi rumah sakit yang menangani penyakit fisik dan
yang menangani penyakit mental. Rumah sakit penyakit fisik dibagi dua menjadi rumah sakit
yang menangani penyakit fisik yang menular dan penyakit fisik yang tidak menular. Selain
itu dibangun pula rumah sakit mobile yakni rumah sakit di atas unta dengan menggunakan
karavan yang dikengkapi dengan tempat tidur, makanan, ruang operasi dan ruang isolasi.
Bahkan ada rumah sakit yang dilengkapi dengan tempat rekreasi dan musik.
Rumah sakit yang terkenal adalah rumah sakit yang didirikan oleh Ahmad bin
Thulun di Kairo tahun 259/872 M, rumah sakit Dar asy-Syifa yang didirikan oleh Qawalun
di Kairo tahun 683 H/1284 M, rumah sakit Al-Adhudi di Bagdad yang memiliki 24 dokter ,
sekolah kedokteran, perpustakaan dan aula kuliah. Sekolah kedokteran ini didatangi oleh
banyak murid dari seluruh peloksok dunia Islam.
Dokter yang paling terkenal adalah Abu Bakar Muhammad Ar-Razi (w. 311 H/932
M), dia adalah dokter terbesar pada abad Pertengahan. Dokter lainnya, Abu Ali Husain Ibn
Shina (w. 428 H/`1037 M), filosouf sekaligus dokter yang mengarang buku Al-Qanun fi At-
Thibb, buku ini menjadi referensi utama kedokteran dunia selama 700 tahun. Ibn Shina
melakukan pembedahan jaringan kanker dan membuktikan pengaruh musik dalam
penyembuhan. Khalaf bin Abbas Al-Zahrawi (w.414 H/1013 M), di Cordoba, dia menulis
satu risalah kedokteran yang menampakkan lebih dari 200 gambar alat-alat bedah. Abu Walid
Muhammad bin Rusyd atau dikenal dengan Ibn Rusyd (w. 595 H/1198 M) yang membagi
pengetahuan medis menjadi tujuh cabang.
Farmakologi dan Kimia:
Di bawah para profesor muslim terutama Al-Biruni (w. 443/1051 M), ilmu farmasi
dipisahkan dari ilmu kedokteran sehingga farmasi menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Buku-
buku farmasi pun banyak diterbitkan antara lain buku Al-Mughni fi Al-Adawiyah karangan
Al -Bythar seorang dosen Farmasi, buku ini dipersembahkan kepada raja Shalih al-Ayubi di
Kairo. Kemudian ia menulis buku berikutnya yakni buku Jami Mufradat al-Adiyah wal –
Aghdziyah dan buku Mizan Ath-Thabib. Ahli farmasi muslim terkenal lainnya yang sezaman
dengan al-Bhytar adalah Rasyid Ad-Din Ibn Ash-Shuri (639 H/ 1241 M), dia seorang peneliti
tumbuhan untuk obat. Dia membawa pelukis untuk menggambar beragam tumbuhan untuk
obat-obatan. Jabir Ibn Hayyan, seorang filosouf sekaligus ahli kimia yang memiliki
labolatorium kimia sendiri. Dia menulis lebih dari 200 buku, 80 di antaranya bidang kimia.
Izz Ad-Din Aj-Jaldaki (w. 762/1360 M), ahli kimia yang memberikan sumbangan penting
bagi ilmu kimia antara lain tentang cara pencegahan gas berbahaya serta pemisahan perak
dari emas. Dua buku yang paling terkenal adalah Niyahah ath-Thalab dan buku At-Taqrib fi
Anshar at-Tarkib.
Fisika:
Filosouf muslim membagi pengetahuan filsafat kepada dua yakni filsafat Al-Ilahiyat
yang membahas sifat dan eksistensi Tuhan, serta filsafat Ath-Thabi’iyyat (fisika) yang
meliputi material dan pergerakannya, perubahan dan sebab-sebabnya, panas, cahaya, suara,
magnet dan mekanika. Ilmuwan Islam menciptakan instrumen pengukuran berat dan gravitai
spesifik unsur-unsur.
Ibn Haitsam ( w. 431 H/1039 M), yang bertanggung jawab terhadap khalifah Al-
Hakim dalam menentukan pengaruh tekanan atmosfer dan kuat magnetik bumi pada berat.
Dia menulis 200 buku, 47 buku di antaranya adalah bidang matematika dan 58 buku bidang
teknik. Prestasinya yang paling termasyhur adalah dalam bidang optik. Penelitiannya dimulai
dari penolakan terhadap pendapat yang menyatakan bahwa penglihatan disebabkan oleh sinar
yang memancar dari mata. Dia pula yang meletakkan dasar penjelasan tentang pelangi dan
obskura kamera yang kemudian dikembangkan oleh Kamaluddin al-Farisi.
Tsabit bin Qurrah mengusukan teori bilangan tak terbatas. Umar Khayyam (w. 525
H/1130 M), Nashiruddin Ath-Thusi (w. 645 H/1247 M) berhasil membuat rumusan di mana
jarak dinyatakan dengan angka. Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (w.236 H/ 850 M)
memperkenalkan simtem simbol yang menunjukkan sembilan bilangan. Dialah yang
menyumbangkan angka nol (shifr) yang sebelumnya tidak ada. Dengan adanya angka nol
terjadilah revolusi matematika. Dia juga yang pertama kali mengekspresikan nilai numerik
dengan posisi digital.
Abu Wafa al-Buzajani (w.338 H/ 998 M), orang pertama yang menemukan kelainan
dalam gerakan bulan. Al-Baththani menghitung panjang tahun matahari dan hanya keliru 2
menit 20 detik. Untuk mengembangkan astronomi, kaum muslimin membangun
observatorium terbesar sedunia saat itu yang dibangun di Maragha tahun 665/1258 M
berdasarkan aturan dari Nashiruddin Ath-Thusi. Pembangunan observatorium tersebut
merupakan salah satu usaha untuk menjadikan astronomi sebagai ilmu empiris yang bersih
dari mitos.
Geografi :
Pengembangan sains, teknologi dan seni bukan pekerjaan sembarang orang karena
memerlukan ilmu, dan sikap mental yang kuat di samping dukungan finansial yang tidak
kecil. Akan tetapi kita harus berbuat demikian, kalau kita diam apalagi orang lain yang happy
dengan hidup apa adanya. Dalam pengembangan saintek ada beberapa prinsip yang harus
dipegang, yakni :
Tawhid : Sebagaimana dijelaskan di awal bab bahwa tawhid adalah landasan utama dalam
mengembangkan sainteks. Kita mengimani bahwa semua ilmu bersumber dari Allah, baik
gugusan ilmu kauniyah (kealaman) maupun gugusan ilmu Qur’aniyah, jadi tidak mungkin
terjadi dikhotomi (berdekatan tetapi bertentangan) antara kedua gugusan ilmu tersebut.
Dengan landasan tawhid, itu berarti kita mengembangkan saintek dalam rangka meng-
Esakan Allah dalam arti yang seluas-luasnya. Dan hasil sainteks adalah untuk
mempermudah manusia beribadah kepada Allah.
Ikhlas : yakni niatnya harus benar-benar tulus dalam rangka ibadah kepada Allah, bukan
semata-mata karena motif uang atau motif duniawi lainnya. Kalau niatnya karena ibadah,
insya Allah dunia dapat, akhirat pun dapat. Sebaliknya kalau pengembangan sainteks
hanya karena motif-motif dunia seperti uang, kedudukan, jabatan, atau penghormatan
orang, sangat mungkin dapat sukses di dunia tetapi dianggap manusia kufur nikmat di
akhirat. Naudzubillahi min dzalik.
15
Kepada para pembaca dianjurkan untuk membaca buku “ Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah
Peradaban Gemilang” tulisan Ismail R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi. agar memperoleh wawasan
tentang Ilmuwan-ikmuwan Muslim yang telah berjasa dalam memajukan Sainteks Buku ini menjadi referensi
penulis.
Jihad : serius, kerja keras dan pantang menyerah. Tekad pengembangan ilmu harus
sampai berhasil : Man jadda wa jada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil.
Seorang peneliti/ilmuwan harus berusaha sungguh-sungguh agar dapat meraih target yang
dicita-citakan, tidak boleh putus asa, lemah semangat atau kurang percaya diri, mudah
mengalah apalagi frustrasi. Sangat mungkin para pencari ilmu dihina orang, dikecilkan,
atau dianggap sok tahu. Itu semua harus dikesampingkan tetapi tetaplah pada cita-cita
pencapaian target.
Objektif : Pengembangan ilmu, teknologi dan seni harus bisa diakui oleh orang banyak,
terbuka untuk dikaji ulang, dan walaupun diuji ulang akan menghasilkan hasil yang sama
(ajeg).
Tawazun : ialah terjadi keseimbangan dalam semua aspeknya. Jangan sampai terjadi maju
di sisi yang satu tetapi stagnan di sisi yang lain. Keseimbangan akan menjamin stabilitas.
Jangan Kitman : Ialah menyembunyikan ilmu. Ilmu itu harus diturunkan, harus dibuka,
harus diajarkan kepada orang lain.
Nilai manfaat (axiologi) pengembangan sainsteks antara lain sainsteks bisa
menyadarkan manusia tentang keberadaan Allah SWT sebab dengan kemajuan sainteks
berbagai hal yang di dalam Alqur’an belum diyakini kebenarannya, kini dipercaya ; sainteks
merupakan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dengan lebih cepat, lebih
mudah dan lebih ringan; dengan sainteks kita sanggup menjawab beberapa pertanyaan yang
selama ini sulit dijawab. Sebaliknya terdapat dampak buruk saintek antara lain modus
kejahatan semakin meningkat, dengan teknologi perang bisa mendorong orang untuk
berperang, saintek dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, dan saintek bisa
mendegradasi sikap humaniora seseorang, misalnya kurang bergaul dan arogan. Ini harus
diakui sebagai kritiks sains, tetapi mengkritik saja tidak bijak jika tidak dibarengi dengan
usulan solusinya.
Dalam hal ini, manusia berperan sebagai khalifah di atas bumi (QS. Al-Baqarah [2] :
30), tugasnya adalah untuk memakmurkan bumi, targetnya adalah terbentuknya suatu
lingkungan yang “rahmatan lil ‘alamin” (kawasan yang semua anggota konunitasnya penuh
dengan kasih sayang). Ciri pokok seorang khalifah ialah apabila hidupnya bermanfaat bagi
orang banyak. Semakin banyak bermanfaat bagi orang lain semakin tinggi nilai
kekhalifahannya. Sebaliknya apabila manusia merusak lingkungan dan perilakunya
berdampak buruk bagi diri dan komunitasnya, ia dikatagorikan sebagai sampah, sampah di
dunia dan sampah pula di akhirat. Sekarang tinggal memilih, mau menjadi khalifah atau
menjadi sampah ?
Masalah lingkungan yang harus ditangani sekarang ada tiga besaran pokok yakni 1).
Masalah langit (2). Masalah Bumi (3). Masalah Manusianya sendiri. Masalah langit antara
lain pencemaran udara dan kesemerawutan gelombang radio komunikasi. Masalah bumi
antara lain laut yang tercemari, penanaman kembali gunung-gunung yang gundul, illegal
loging, serta perlindungan hewan-hewan langka. Masalah manusia sendiri antara lain sikap
mental manusia yang meremehkan kehancuran lingkungan. Mereka yang berbuat dosa
ekosistem bukan merasa bersalah tetapi malah bangga dengan perbuatannya. Dampak
perbuatan mereka menimbulkan kerusakan ekosistem yang luar biasa, namun mereka tidak
menyadarinya.
Perlu diketahui, sebagaimana dijelaskan pada bab-bab terdahulu, bahwa amal ibadah
bisa dikatagorikan secara hireraki menjadi empat klasifikasi yakni :
Amal Individu : ialah amal yang manfaatnya untuk diri sendiri seperti shalat, shaum dan
haji.
Amal populasi : ialah amal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain seperti
sidkah kepada orang minta-minta, menolong orang yang susah, dll.
Amal Komunitas : Ialah amal ibadah yang bersistem dan berstruktur yang manfaatnya
untuk diri sendiri dan untuk orang lain dalam jumlah yang lebih banyak, seperti
membangun masjid, sekolah, tempat olah raga, rumah sakit gratis, Lembaga Bea Siswa,
dll.
Amal Ekosistem : Ialah amal ibadah untuk meningkatkan keterkaitan antara semua
anggota ekosistem seperti manusia, flora, fauna, dan energi. Contoh-contoh amal
eksistem antara lain menaman pohon dan melestarikan hutan, menyantuni hewan,
menghemat energi, mengelola pertambangan dengan sebaik-baiknya, mengelola secara
tuntas pembuangan sampah, dll.
Banyak sekali orang yang mementingkan amal individu tetapi kurang tanggap
terhadap amal ekosistem. Contoh kecil, banyak orang tahajud yang diiringi doa khusyuk
bahkan sambil menangis, diteruskan dengan shalat Subuh dan sejumlah doa, tetapi setelah itu
ia mengambil sampah di dapur, sejenak ia lirik kiri - lirik kanan, lantas “puah”, sampah
dibuang ke sungai. Akibatnya banjirlah sekecamatan. Mereka rajin melakukan tahajud
sebagai amal individu tetapi diakhiri dengan berbuat dosa ekosistem, wah itu tidak seimbang,
mereka bertindak bodoh, mereka adalah musuh ekosistem.
Sungguh disayangkan jika rupa cantik dan tampan, mengendarai mobil mewah tetapi
buang sampah sembarangan. Naik mobil keren, pegang hand phone mahal, tetapi membuang
kulit pisang ke jalan. Orang-orang seperti itu haarus di peringatkan. Aksi yang lebih hebat
adalah kita wajib mensosialisasikan go green ! serta mulai action menanam pohon.
Banyak manusia pandai tetapi suka bertindak bodoh, membuat kerusakan lingkungan
dari mulai kerusakan level kecil sampai kerusakan dalam skala yang amat besar ; Mereka
melakukan perusakan hutan dengan dalih meningkatkan devisa negara, mereka membabat
hutan dengan alasan demi pembangunan, mereka menyulap daerah resapan air untuk
membangun air port dan apartemen dengan dalil memperceat pembangunan, Mereka
menggunakan fertisida yang berbahaya bagi ekosistem dengan tujuan membasmi hama
padahal akan membunuh hewan-hewan tertentu dan memutus mata rantai ekosistem; Mereka
banyak menggunakan freon yang mengakibatkan efek rumah kaca yang dapat meningkatkan
suhu bumi dan kerusakan lapisan ouzon dengan dalil peningkatan gaya hidup. Mereka jelas-
jelas berbuat kerusakan tetapi mereka justeru mengaku demi pembangunan. Allah
menegaskan : “Dan bila dikatakan kepada mereka janganlah kamu membuat kerusakan di
atas bumi, mereka menjawab “sesungguhnya kami orang-orang yang berbuat kebaikan.
Ingatlah sesungguhnya mereka itulah yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak
sadar”.(QS.Albaqarah [2] : 11-12).
Jika hutan lenyap, beribu spicies hewan di hutan akan kehilangan habitatnya. Hewan-
hewan bisa punah karena tak ada makanan dan tempat berlindung, ekosistem tanpa jumlah
hewan yang signifikan pasti tidak stabil, bahaya.
Satu pohon dengan volume daun 60 meter kubik, bisa menghasilkan oksigen hanya
untuk dua orang. Jadi jika di suatu perkampungan ada 50 orang, minimal harus ada 25 pohon
yang besar yang volume daunnya minimal 60 meter kubik. Jika hutan-hutan punah, jika di
perkampungan-perkampungan jarang pohon, maka oksigen yang selama ini dihasilkan
pohon akan sangat berkurang, akibatnya bumi kekurangan oksigen. Manusia yang
kekurangan oksigen, otaknya cepat panas, mudah mengantuk, cepat lelah kalau membaca,
dan mudah tersinggung, akibatnya mereka emosional dan bisa bersikap agresif sehingga
mudah terjadinya perkelahian.
Jika pohon-pohon sangat kurang, maka suhu bumi akan naik sehingga mudah terjadi
kebakaran di mana-mana. Apabila gunung tidak memiliki pohon yang signifikan, hujan deras
bakal mengikis tanah dan terjadilah erosi yang menghanyutkan jutaan kubik humus. Kita
kehilangan hutan seluas dua kali lapang sepak bola perhari, dan kehilangan humus 100 juta
truk perhari. Humus yang terbawa banjir akan mendangkalkan sungai sehingga sungai mudah
meluap. Selanjutnya humus yang dihanyutkan sungai akan masuk ke laut dan menutupi dasar
laut, akibatnya sinar matahari tidak bisa masuk ke dasar laut sehingga planton sebagai
penghasil oksigen, mati.
Apabila produksi oksigen terus menerus berkurang secara drastis, maka suhu bumi
akan naik secara signifikan, selanjutnya es di kutub utara dan selatan akan mencair sehingga
permukan laut akan meninggi, dan ebrasi pantai pun akan meluas. Jadi merusak hutan atau
menebangi pohon-pohon tanpa aturan akan berakibat kerusakan lingkungan yang sistemik.
Untuk memperbaiki kerusakan lingkungan perlu waktu ratusan tahun. Apalagi jika
dibiarkan, pasti akan mengakibatkan kehancuran yang lebih parah, anak cucu kitalah yang
akan menuai petaka ekosistem.
Berbeda sekali apabila kita menjaga lingkungan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
sign Alqur’an dan sainteks, hasilnya; air cukup, oksigen memadai, energi terpenuhi, orang
Islam dihormati, non muslim dihargai, hewan disantuni, pohon-pohon pun lestari, semua
rantai kehidupan ekosistem terjalin dengan penuh kasih sayang, lahirlah sebuah kawasan
rahmatan lil ‘alamin, sebuah kasawan yang seluruh anggota ekosistemnya saling
menyayangi. Itulah target al-Islam.
Flora :
Allah menegaskan : “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-
burung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah
Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan
(QS. Al-An’am[6] : 38).
Pada ayat di atas dikatakan bahwa hewan di bumi dan burung di udara adalah umat
seperti manusia. Hewan dengan manusia memiliki perbedaan karena manusia memiliki akal
sedangkan hewan tidak. Akal adalah cahaya dalam hati yang mampu memilah mana yang
haq dan mana yang bathil (al-aql nurun fil qalbi yufarriqu bainal haq wal bathil). Dalam
banyak hal, hewan memiliki kesamaan dengan manusia, hewan memiliki kemauan, rasa,
perasaan, naluri, emosi, berbahasa dan berkomunikasi, suka bergaul dan tidak suka diganggu.
Karena eksistensi hewan sebagai umat, maka manusia harus memperlakukan hewan
dalam banyak hal sebagaimana memperlakukan manusia, antara lain menyayanginya,
memberi makan minum dan kandang, kalau mau menyembelih untuk dimakan dagingnya
sembelihlah dengan pisau yang tajam, kalau mau dibunuh karena merusak maka bunuhlah
dengan baik, tidak boleh menjadikan hewan sebagai sasaran latihan memanah, tidak boleh
menyiksa hewan yang berbuat jahat karena hewan tidak punya akal, tidak boleh mengadu
hewan karena hewan pun memiliki rasa sakit. Selain itu, tidak boleh menjadikan hewan
sebagai sasaran latihan memanah.
Hadits dari Ibn Umar riwayat Imam Muslim tentang larangan menjadikan burung
sebagai sasaran latihan memanah, hadits dari Abu Hurairah riwayat Bukari Muslim yang
menerangkan tentang nasib seorang wanita masuk neraka gara-gara menyiksa seekor kucing
sampai mati, hadits dari Abu Hurairah riwayat Muslim tentang seorang pria yang diampuni
Allah gara-gara memberi minum kepada seekor anjing yang kehausan, hadits dari Anas bin
Malik r.a riwayat Imam Bukhari tentang larangan menganiaya hewan yang akan dibunuh,
hadits dari Abdul Rahman ibn Abdillah dari ayahnya tentang larangan mempermainkan
burung, hadits dari Jabir riwayat Muslim yang melarang memberi tanda dengan besi panas
pada hewan. Hadits-hadits tersebut adalah sbb :
ِﰱ َﺳ َﻔ ٍﺮ ﻓَﺎﻧ َْﻄﻠَ َﻖ ِﻟ َ ﺎ َﺟ ِ ِﻪ ﻓَ َﺮ ﯾْﻨَﺎ ُﲪ َﺮ ًة َﻣ َﻌﻬَﺎ-ﷺ- ِ َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﺮ ْ َﲪ ِﻦ ْ ِﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ ا ِ َﻋ ْﻦ ﺑِﯿ ِﻪ ﻗَ َﺎل ُﻛﻨﺎ َﻣ َﻊ َر ُﺳﻮلِ ا
ﻓَﻘَﺎ َل » َﻣ ْﻦ ﻓَ َﺠ َﻊ َﻫ ِﺬ ِﻩ ﺑ َِﻮ َ ِ ﻫَﺎ ُردوا-ﷺ- ﻓَ ْﺮ َِﺎن ﻓَ َْﺬ َ ﻓَ ْﺮﺧَﳱْ َﺎ ﻓَ َ َﺎء ِت اﻟْ ُﺤﻤ َﺮ ُة ﻓَ َﺠ َﻌﻠ َ ْﺖ ﺗَ ْﻔ ُﺮ ُش ﻓَ َ َﺎء اﻟﻨ ِﱮ
ﻗَﺎ َل » اﻧ ُﻪ َﻻ ﯾ َ ْ َ ِﻐﻰ ْن ﯾُ َﻌ ِّﺬ َب. ﻗُﻠْﻨَﺎ َ ْﳓ ُﻦ.« َو َر ى ﻗَ ْﺮﯾ َ َﺔ ﻧ َ ْﻤ ٍﻞ ﻗَﺪْ َﺣﺮﻗْ َﺎﻫَﺎ ﻓَ َﻘﺎ َل » َﻣ ْﻦ َﺣﺮ َق َﻫ ِﺬ ِﻩ.« َو َ َ ﻫَﺎ ا َﳱْ َﺎ
.« ِ ﻟﻨ ِﺎر اﻻ َرب اﻟﻨ ِﺎر
Dari Abdurrahman ibn Abdullah dari bapaknya r.a ia berkata : Ketika kami bersama
dengan Rasulullah s.a.w dalam suatu perjalanan, ketika itu beliau berhajat (ke belakang),
tiba-tiba kami melihat seekor burung yang mempunyai dua anak, kemudian kami mengambil
kedua anaknya itu, lantas induknya datang dengan berputar-pitar, kemudian Nabi s.a.w
datang dan bersabda : “Siapakah yang mempermainkan burung itu dengan mengambil
anaknya?”. Kami menjawab : “Kami !”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya siapa pun tidak
pantas menyiksa dengan api kecuali Tuhannya api (Allah s.w.t) itu sendiri (HR. Abu Daud)16
ﻓَ َ َﲋ َل,ﻄﺶ ُ ﻓَﺎﺷ ﺘَﺪ َﻠَﯿ ِﻪ اﻟ َﻌ, )ﺑ َ َ َﻤﺎ َر ُ ٌﻞ ﯾ َ ِﻤﴙ: م ﻗﺎل.ﻋﻦ ٔﰊ ﻫﺮﺮة رﴈ ﷲ ﻋﳯﺎ ﻗﺎل ٔ ّن رﺳﻮل ﷲ ص
ﻟ َ َﻘﺪ ﺑَﻠَ َﻎ ﻫ ََﺬا ِﻣ ُﻞ ا َ ِّ ى ﺑ َﻠَ َﻎ: ﻓَ َﻘﺎ َل.ﻄﺶ
ِ اﻟﱰى ِﻣ َﻦ اﻟ َﻌََ ﰻ ٍ ِ ُﰒ ﺧ ََﺮ َج ﻓَﺎ َذا ﻫ َُﻮ,ﴩ َب ِﻣﳯَﺎ
ُ ُ ٔ َ ﳫﺐ ﯾَﻠﻬ َُﺚ ﯾ َ َ َ ﻓ,ﺑ ًِﱤا
ان: ﷲ َف َ◌ﻗَﺎ َل ِ ﻮل ُ ﻗَﺎﻟُﻮا َ َر ُﺳ.ُ َ ﷲ ﻓَ َﻐ ِﻔ َﺮ
ُ اﻟﳫ ُﺐ ﻓَﺸَ َﻜ َﺮ َ ُﰒ, ﻓَ َﻤ َ ﺧُﻔ ُﻪ.ِﰉ
َ ﻓَ َﺴ َﻘﻰ,َﰒ َر ِﰶ,ُ ﻣﺴ َﻜ ُﻪ ِﺑ َﻔ ِﻪ
( )رواﻩ اﻟﺒ ﺎرى ﻣﺴﲅ.ﰻ َﻛﺒ ٍﺪ ُرﻃ َﺒ ٌﺔ ٔﺟ ٍﺮ ِ ِ َ َِﰱ ا ﳢ
ّ ِ ُ ِﰱ: ﺎﰂ ﺟﺮ ًا؟ ﻗَﺎ َل
Dari Abu Hurairah ra : Sesungguhnya Rasulullah saw, bersabda : Ada seorang pria
yang sedang berjalan (di padang pasir). Ia ditimpa haus (yang luar biasa). Ia pun turun ke
sumur, lantas minum dari air sumur itu. Setelah itu kemudian ia keluar. Ia melihat seekor
anjing yang menjulurkan lidahnya dan menjilat – jilat pasir karena kehausan. Pria itu berkata
: Anjing ini mengalami kehausan seperti yang menimpaku. Ia pun lantas memenuhi
sepatunya (dengan air), kemudian sepatu itu digigitnya, lantas ia naik dari sumur itu, lalu ia
16
Sunan Abu Daud Bab : Fi Karahiyati harqil ‘aduwi bi an-nari
17
Abu Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, ( Darul Jail,
Beirut, t.t), Bab : Nahyi ‘an Shabril Bahaim.
memberi minum anjing itu. Allah bersyukur dan Allah mengampuni dosa-dosanya.
Bertanyalah para sahabat “ ‘Apakah menolong hewan itu dapat pahala? Rasul menjawab :
“Pada setiap menolong makhluk hidup ada pahala” (HR.Bukhari dan Muslim).
Dari Anas r.a ia berkata : Rasulullah s.a.w melarang menganiaya binatang yang akan di
bunuh. (HR Bukhari dan Muslim)18
Rasulullah pun melarang kita kencing di lubang tanah, karena bisa jadi lubang tanah
tersebut adalah sarang serangga. Itulah beberapa contoh bagaimana ajaran Rasulullah SAW
tentang tatacara beretika kepada hewan.
Manusia beradab adalah manusia yang sanggup berbuat ihsan kepada hewan, di
dunia dia mendapat manfaat dari perbuatannya, dan di kahirat pun mendapat pahala dari
Allah SWT.
18
Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhari,Shahih al-Bukhari, ( Darul Fikr, Beirut, 1981
M/1401 H), Bab : Ma Yukrahu Minal Mutslah, wal Matsburah, wal mujassamah. Lihat juga : Abu Husain
Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, ( Darul Jail, Beirut, tanpa Thn), , Bab :
Nahyi ‘an Shabril Bahaim
19
Abu Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, ( Darul Jail,
Beirut, tanpa Thn), , Bab : Nahyi ‘an Dharbil Hayawani fi wajhihi wa wasmihi fiihi
Fauna :
Rasulullah menganjurkan :”Tanamlah satu biji walaupun engkau tahu bahwa besok
engkau akan mati”. Ini adalah motivasi untuk melakukan amal investasi berupa penanaman
pohon. Manusia yang beradab adalah manusia yang bukan hanya pandai memanen tetapi
manusia yang rajin menyemai dan menanam. Jika kita menamam hari ini terus dinikmati
hasilnya sepuluh dua puluh tahun kemudian oleh anak cucu kita, maka itulah amal investasi
atau amal jariyah yang bisa mengalirkan pahala terus menerus walaupun orang yang
menanamkan tekah wafat. Kini, kita tidak cukup dengan wakaf semen untuk membangun
masjid teta;pi harus banyak wakaf pohon untuk kelestarian lingkungan. Istilah Go Green
dalam bahasa sekarang sebenarnya telah dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw 14 abad yang
silam.
Energi
Ciri lain manusia beradab adalah memperlakukan sumber-sumber energi seperti air
dan api termasuk minyak dan gas bumi dengan bijaksana. Hadits riwayat Ahmad dan Abu
Dawud tentang kepemilikan kolegial hutan, air dan api. Hadits ini menegaskan bahwa hutan,
air dan api (energi) adalah milik bersama tidak boleh menjadi milik individual. Hadits dari
Imran bin Umair ra riwayat Imam Bukhari, Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, Ibn Majah, dan
Malik bin Anas, tentang larangan memonopoli kepemilikan air dan kewajiban untuk berbagi
air kepada tetangga. Hadits dari Aisyah riwayat Abu Dawud tentang perintah nabi untuk
memberi minum kepada orang yang kehausan. Hadits dari Abdullah bin Zubair ra, riwayat
Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, al-Nasai, Ibn Majah, dan Ahmad, tentang kewajiban
berbagai air dalam mengairi ladang. Hadits dari Imran bin Umair ra, riwayat Bukhari,
sebagaimana tertulis di bawah ini.
ﴍ َﰷ ُء ِﰱ ﺛَ َﻼ ِث ِﰱ َ ﻮل اﳌُﺴ ِﻠ ُﻤ
َ ُ ﻮن ُ وت َﻣ َﻊ اﻟﻨَ ِ ِ ّﱯ ﺛَ َﻼ ً َﲰﻌ ُﻪ ﯾ َ ُﻘ ِ َ◌ن َر ُ ﻞٍ ِﻣ َﻦ اﳌُﻬ َِﺎﺟ ِﺮ َﻦ ِﻣﻦ ﲱ
ُ م ﻗَﺎ َل ﻏَ َﺰ.َﺎب اﻟﻨَ ِ ِ ّﱯ ص
.( اﺑﻮداود,اﻟ َ ِ َواﳌَﺎ ِء َواﻟﻨﺎ ِر )اﲪﺪ
Hadist diterima dari seorang sahabat nabi dari kalangan Muhajirin. ia berkata : “Aku
berperang beserta Rasulullah saw dan saya mendengar Nabi SAW bersabda bahwa kaum
muslimin itu berserikat dalam kepemilikan tiga hal yaitu rerumputan (hutan dan tempat
gembala ), air dan api/energi (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Kepemilikan sumber-sumber air oleh perusahaan air mineral yang sekarang marak di
mana-mana, jika dilihat dari syari’at Islam, itu bisa jatuh kepada tindakan haram. Apalagi
menguasai sumur-sumur minyak dan gas bumi, mengusai tambang batu bara oleh
perseorangan atau sekelompok orang adalah nyata-nyata melanggar amanah Rasulullah saw,
itu harus diubah menjadi milik bersama (baca : negara). Oleh karena itu syari’ah Islam
seputar penguasaan sumber energi harus diilmiahkan dan di DPR – kan agar jelas
operasionalisasi dan sanksi hukum bagi pelanggarnya.
Hadits diterima dari Imran bin Umair ra, ia berkata : Aku mengadu kepada Ubaidillah
bin Abdillah tentang adanya sekelompok orang yang menghalangiku mengambil air. Lalu ia
berkata : bahwa Rasulullah pernah bersabda : “Jangan menolak orang lain mengambil sisa
air setelah ia mencukupiya sendiri dan jangan menolak juga sisa tempat pengembalaan
rumput. (HR. Al-Bukhari, al-Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, Ibn Majah, dan Malik bin Anas)
,ً َﻣﻦ َﺳ َﻘﻰ ُﻣﺴ ِﻠ ًﻤﺎ ُﴍﺑ َ ًﻪ ِﻣ َﻦ اﳌَﺎ ِء َﺣ ُﺚ ﯾُﻮ َ ﺪُ اﳌ َ َﺎء ﻓَ َ ﻧ َﻤﺎ اﳌُﻌﺘِ ُﻖ َرﻗ َﻪ:م ﻗﺎل.ﻋﻦ ﺎ ﺸﺔ رﴈ ﷲ ﻋﳯﺎ ﻋﻦ اﻟﻨّﱯ ص
(َﻣﻦ َﺳ َﻘﻰ ُﻣﺴﻠِ ًﻤﺎ ُﴍﺑ َ ًﻪ ِﻣ َﻦ اﳌَﺎ ِء َﺣ ُﺚ ﯾُﻮ َ ﺪُ اﳌَﺎ َء ﻓَ َ ﻧ َﻤﺎ ﺣ َﺎﻫَﺎ )رواﻩ ﻦ ﻣﺎ ﻪ
Hadits diterima dari Aisyah ra ‘ dari Nabi saw, Barang siapa yang memberi minum
kepada seorang muslim dengan air ketika air itu ada, seakan-akan memerdekakan seorang
budak. Barang siapa yang memberi minum dengan air ketika air tidak ada, seakan-akan ia
menghidupkannya (dari kematian).” (H.R. Abu Dawud).
ﴎا ِجَ ِ وﺳﲅ ِﰱ ّ ﺻﲆ ﷲ ﻠﯿﻪ َ َ ,ﻋﺒﺪ ﷲ ﻦ زﺑﲑ رﴈ ﷲ ﻋﳯﲈ ن َ ﺪَ ﺛَ ُﻪ ن َر ُ ًﻼ ِﻣ َﻦ ا َﻧﺼﺎ ِر
ّ َﺎﰡ ا ُﻟﺰﺑ َ ِﲑ ِﻋﻨﺪَ اﻟﻨّﱯ
ﺳﻖ َ ُزﺑ َ ِﲑ ُﰒ ِ م ِﻠﺰﺑ َ ِﲑ.ﴎح اﳌَﺎ َء ﯾ َ ُﻤﺮ ﻓَ َﰉ َﻠَﯿ ِﻪ ﻓَﺎﺧ َ َﺼ َﻤﺎ ِﻋﻨﺪَ اﻟﻨ ِ ِﱯ ص ِ ّ َ ﻮن ﲠِ َﺎ اﻟﻨ َﻞ ﻓَ َﻘﺎ َل ا َﻧﺼﺎ ِريَ اﳊَﺮ ِة اﻟ ِﱴ َﺴ ُﻘ
ﺳﻖ َ ُزﺑ َ ِﲑ ُﰒ ِ وﺳﲅ ّﰒ ﻗَﺎ َل ّ ﻮن َو َﻪ رﺳﻮل ﷲ ﻠﯿﻪ َ ِرﺳﻞ اﳌَﺎ َء ا َﱃ َ ﺎرِكَ ﻓَﻐ َِﻀ َﺐ ا َﻧﺼﺎ ِري ﻓَﻘَﺎ َل ن َﰷ َن ُﻦ َﲻ ُﺘ َﻚ ﻓَ َﻠ
ﻮن َﺣﱴ َ ُ ﺣﺴ ُﺐ َﻫ ِﺬ ِﻩ ا ٓﯾ َﺔ َ َﺰﻟَﺖ ِﰱ َذا ِ َ ﻓَ َﻼ َو َرﺑ ّ َِﻚ َﻻ ﯾُﺆ ِﻣِ َ ﷲ ا ِ ّﱏ ُ ا ِﺲ اﳌ َ َﺎء َ◌ َﺣﱴ َﺮﺟِ ُﻊ ا َﱃ اﳉ َﺪ ِر ﻓَﻘَﺎ َل اﻟﺰﺑ َ ِﲑ َو
( ٔﲪﺪ, ا ﻦ ﻣﺎ ﻪ, اﻟ ﺴﺎﰃ, ٔﺑﻮ داود, اﻟﱰﻣ ﺬى, ﻣﺴﲅ,ﻮن ِﻓﳰَﺎ َﴭ ََﺮ ﺑ َ ﳯَ ُﻢ )اﻟﺒ ﺎرى َ َُﳛ ُﳬ
Hadts diterima dari Abdullah bin Zubair ra, bercerita bahwa bahwa ada seorang pria
dari kalangan Anshar yang bertengkar dengan Zubair di dekat Nabi saw di Sarraj al-Hurrah
yang sedang mengairi kebun kurma. Orang Anshar itu berkata kepada Zubair “biarkanlah air
itu lewat” , lalu mereka bertengkar di dekat nabi saw. Nabi saw bersabda: (Hai Zubeir),
alirkan air itu ke tanahmu, kemudian alirkan ke tanah tetanggamu”. Ternyata orang Anshar
itu marah kepada Nabi karena Zubair itu, anak bibinya. Wajah Rasulullah saw merah padam
lantas bersabda :” alirkan air itu ke tanahmu dan tahanlah hingga naik ke batas tanah !”.
Menurut Zubair : Demi Allah, aku menduga ayat ni turun karena persoalan itu, yaitu ayat
yang artinya : ‘Tidak demikian, tidak beriman mereka itu. Sehingga mereka berhukum
kepadamu pada apa yang mereka bertengkar di antara mereka’ . (HR. Bukhari, Muslim, al-
Tirmidzi, Abu Dawud, al-Nasai, Ibn Majah, dan Ahmad).
Juga beliau melarang kita kencing di air yang tidak mengalir (HR.Abdullah bin
Mughaffal). Rasulullah menyuruh kita agar berhemat dengan air. Beliau bersabda :”Hematlah
dengan air walaupun kamu hidup di pinggir sungai”.
Itulah beberapa contoh bagaimana Islam mengatur etika terhadap lingkungan abiotik
sebagai bagaian dari peradaban Ilahiyah. Dengan penjelasan seputar etika pengembangan
lingkungan ini Mari kita jadikan diri kita sebagai peloplor, bukan hanya pelopor pencegahan
kerusakan lingkungan tetapi pelopor pengembangan lingkungan dengan target akhir
terwujudnya lingkungan yang “rahmatan lil alamin” (rahmat bagi segenap alam) dalam suatu
negeri yang “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur” (negeri yang baik dan penuh
ampunan). Amin ya Allah ya Rabbal ‘alamin.
Alangkah baiknya apabila kita membuat berbagai macam sarana untuk melestarikan
lingkungan antara lain membangun reservoar, sumur resapan, danau penampungan,
pembibitan dan penanaman pohon-pohon pilihan, dan penangkaran hewan langka. Mari kita
mengail ridha Allah melalui amal ekosistem, mari kita menjadi pahlawan ekosistem.
Peradaban dengan ciri-ciri seerti itulah yang harus kita bangun. Mari kita menjadi
pembangun peradaban Ilahiyah, peradaban Qur’ani, peradaban yang diamanahkan oleh
baginda Rasullah saw. Untuk mewujudkannya, kita bisa , saya bisa, Anda juga bisa, semua
bisa, asal kita memiliki niat yang ikhlas, tekad yang kuat, disertai dengan amal yang serius.
Peradaban Ilahiyah, peradaban Islami, peradaban Qur’ani, insya Allah terwujud. Yes....! Ya
Rabb, mudah-mudahan Engkau membimbing kami semua dalam rangka mewujudukan
peradaban Ilahiyah, amin....!