Anda di halaman 1dari 8

JURNAL MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Program Studi Magister Brahma Widya


Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa
PERAN NALAR DAN LOGIKA UPAYA MEMBANGUN RASIONALITAS
KEHIDUPAN BERAGAMA DALAM PERPEKTIF FILSAFAT HINDU

THE RATIONAL AND LOGIC ROLE IN BUILDING THE RATIONALITY


OF RELIGIOUS LIFE IN HINDUSM PHILOSOPHY PERSPECTIVE

I Komang Alit Adi Sanjaya

Mahasiswa Program Studi Magister Brahma Widya, Pendidikan Pascasarjana,


Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Denpasar
email: alitadisanjaya@yahoo.com

INTISARI
Agama berperan sebagai penuntun perilaku bagi umat mansuia agar senantiasa berbuat baik sesuai
dengan ajaran yang tertuang dalam kitab suci. Namun kenyataannya tidak sedikit umat manusia
melakukan tindakan yang dilarang oleh agama. Ketidaksesuaian ini disebabkan keterbatasan manusia
dalam menggunakan nalar dan logikanya untuk membangun rasionalitas dalam menjalankan agamanya.
Nalar merupakan salah satu pembawaan sebagai manusia. Logika merupakan salah satu cabang filsafat
yang menekankan pada aturan, asas, metode, ataupun hukum untuk memperoleh pengetahuan secara
benar dan rasional. Logika menekankan pada penggunaan akal pikiran, kata dan bahasa sesara
sistematis untuk memperoleh suatu pengetahuan. Selain nalar dan logika, bagi manusia yang beragama
memiliki keyakinan atau sraddha. Sraddha dibangun berdasarkan dogma yang tertuang dalam kitab
suci. Pentingnya menyelaraskan nalar dan logika dengan keyakinan dalam kehidupan beragama untuk
menciptakan umat yang cerdas dan religius di jaman modern ini. Penulisan artikel ini menggunakan
metodologi sumber yang dikombinasikan dengan pustaka untuk mencapai tujuan penelitian yaitu
penentuan sikap dalam kehidupan beragama melalui nalar dan logika yang memberikan pendalaman
dan pencerahan pada keyakinan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keharmonisan dan saling
mendukung antara nalar dan logika dengan keyakinan di dalam hidup beragama, bukan suatu dikotomi
atau dualism yang saling menentang atau meniadakan.

Kata kunci: logika, nalar, keyakinan.

ABSTRACT
Religion is a role as a behavioral guide for human beings to do good constantly in accordance
with the theory that contained in the scripture. However in the fact is that not a few humans being that
do some actions that are prohibited by the religion. This discrepancy is caused by human limitations in
using rational and logic to build rationality in carrying out their religion. Rational is one of human
nature. Logic is a branch of philosophy that emphasizes rules, principles, methods, or laws to acquire
knowledge correctly and rationally. Logic emphasizes the systematic use of reason, words and
language to acquire knowledge. In addition to reason and logic, religious people have beliefs or
sraddha. Sraddha is built on the dogma contained in the scriptures. The importance of aligning rational
and logic with belief in religious life to create intelligent and religious people in this modern era. The
writing of this article uses a source methodology combined with literature to achieve the research
objective, namely determining attitudes in religious life through reason and logic that provide deepening

1
and enlightenment to beliefs. This study concludes that the harmony and mutual support between
rational and logic with belief in religious life, is not a dichotomy or dualism that opposes or negates
each other.

Keywords: logic, rational, belief.

PENDAHULUAN bahwa nalar dan iman memengaruhi hidup.


Baik nalar maupun iman tidak terpisahkan satu
Filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan dengan lainnya.
produk dan nalar peradaban manusia yang Nalar memiliki peran yang besar dalam
saling kerkaitan satu sama lainnya (Rusliana, kehidupan manusia, tanpa nalar manusia tidak
2015). Manusia menjalankan amanah sebagai berguna, tidak bisa berpikir dan tidak bisa
umat beragama, selain oleh agama ia juga merencanakan sesuatu, justru dengan adanya
dituntun oleh filsafat dan ilmu pengetahuan nalarlah manusia bisa beraktifitas, dan berkerja
untuk membangun rasionalitasnya. Pada untuk menata hidup secara terarah dan terukur
umumnya, orang berpandangan bahwa agama (Fuadi, 2016). Dengan hidup benar maka
hanya melahirkan paham-paham tentang manusia bisa hidup damai dan sejahtera dalam
realitas, tentang hidup dan pandangan filosofis, kebersamaannya dengan keluarga, saudara dan
padahal tidaklah demikian. Agama lahir dari sesamanya dalam membangun persaudaraan
suatu paham atau keyakinan bahkan dari suatu yang harmonis dan ideal. Lebih dalam lagi,
suatu cara hidup bersahaja. Terdapat sekat dengan adanya nalar manusia bisa melahirkan
pemisah antara nalar dan keyakinan sehingga karya besar untuk membangun peradaban yang
kadang-kadang bersifat dikotomi. bersejarah, dengan membangun negara yang
Manusia sebagai umat beragama, kuat, melahirkan teknologi, menciptakan
keberadaan nalar termasuk logika dan perusahaan-perusahaan besar, membangun
keyakinan merupakan dua unsur yang ada gedung dan tempat-tempat kehidupan moral
didalam diri setiap orang. Permasalahan yang manusia di dunia ini agar manusia bisa hidup
tampil adalah: Apakah nalar dan keyakinan benar dan sadar terhadap apa yang telah
selalu menimbulkan dikotomi? Atau apakah dilakukan bahwa semua itu adalah bukanlah
keduanya mampu menciptakan keharmonisan sekedar untuk kesenangan duniawi saja, tetapi
dalam diri manusia sebagai umat beragama? manusia dengan unsur pemikirannya akan
Berbicara mengenai nalar, mau tidak mau menggugah terhadap eksistensi dirinya bahwa
harus melihat titik tolaknya dari sudut filsafat. manusia berpikir itu bukan nalar tanpa
Plato adalah orang yang pertama memberikan pengendali.
pembahasan mengenai nalar yang kemudian Meyakini kekuasaan Tuhan sebagai
diikuti oleh para filsuf lainnya. Dalam pemberi anugerah akan berdampak terhadap
pertemuan dengan filsafat, Kristen melihat perilaku, ketaatan dan ketegasan manusia di
aspek nalar dalam hubungannya dengan iman. dalam aktivitasnya. Apabila manusia tidak
Agustinus dari Hippo adalah salah satu Kristen mematuhinya maka akan terjadi krisis moral,
yang berusaha menunjukkan hubungan nalar krisis keagamaan dalam berbagai bentuk. Krisis
dan iman, yang kemudian diikuti oleh lembaga keagamaan selama ini
Anselmus, yang berusaha mempertegas dan mengindikasikan secara kuat bahwa sampai saat
memperluas pemikiran pendahulunya itu. ini agama cenderung hadir sebagai sosok yang
Kemudian René Descartes seakan otoriter, krisis ini timbul karena agama berubah
menyimpulkan pemikiran Agustinus dan menjadi sebuah hirarki kelembagaan dimana
Anselmus melalui metode filosofisnya Cogito yang berkuasa adalah wewenang tertentu yang
ergo sum (saya berpikir, oleh sebab itu saya berhak mengenai kebenaran mengatasnamakan
ada). Mereka bertiga ini sungguh menyadari otoritas mutlak, apakah itu atas nama agama,

2
pihak yang berkuasa, atau dalam bentuk yang unitasi dan kodingisasi terhadap data yang
lainnya. ditemukan dan dikelompokan secara sistematis
Krisis dalam bentuk lain, seperti teks untuk memudahkan dalam merangkai redaksi
agama yang selama ini berisi pesan-pesan dan narasi ilmiah, yang kemudian dilakukan
universal, kemudian dibakukan melalui analisis. Ketiga, analisis data dilakukan dengan
penelusuran tertentu yang disesuaikan oleh pendekatan contant analysis (analisis isi)
lembaga agama, untuk kemudian diajarkan sebagai upaya untuk menemukan jawaban dari
kepada masyarakat mereka sebagai sesuatu pokok masalah penelitian. Keempat, dilakukan
yang lengkap dan kebal kritik. Dari berbagai penulisan narasi ilmiah sebagai research result
persoalan yang telah diuraikan di atas (hasil penelitian) dalam bentuk laporan dan
menunjukkan bahwa penalaran dan artikel ilmiah.
pembaharuan terhadap agama dengan
menggunakan metode dan bagaimana HASIL & PEMBAHASAN
memungsikan akal pikiran secara tepat adalah
mendesak diperlukan. Maka penulisan tentang Nalar dan Logika bagian Integral dari
fungsi nalar dalam pemahaman Hindu adalah Manusia
perlu untuk direfleksikan kembali untuk Nalar dalam kamus Bahasa Indonesia
memberi gambaran yang jelas terhadap ajaran diartikan sebagai pertimbangan tentang baik
Pemahanan konsep Tuhan dengan buruk, akal budi. Setiap keputusan harus
penalaran sangat menolong untuk jaman ini didasarkan pada nalar yang sehat. Dengan
dibandingkan hanya berpedoman pada dogma menggunakan nalar, memungkinkan seseorang
dan apologi saja. Pada akhirnya, ketuhanan dapat berpikir logis. Jadi nalar dapat rumuskan
dapat kekuatan dari Sanatana Dharma atau sebagai cara bagaimana menggunakan akal
disebut sebagai agama Hindu atau Hindu pemikiran, cara berpikir logis atau sesuatu hal
Dharma. Sebagaimana di Barat, dalam dikembangkan dan dikendalikan dengan akal
pandangan Agustinus dan para filsuf mediaval yang benar berdasarkan fakta atau prinsip tapi
lainnya bahwa iman mencari pengertian, Fides bukan dengan menggunakan perasaan atau
quaerens intellectum , artinya beriman itu tidak pengalaman.
ngawur , tidak membabi buta, namun beriman Penalaran merupakan suatu proses berpikir
perlu intelektual (Aryadharma, 2019). Fides dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa
quaerens intellectum bukan merupakan hal pengetahuan. Manusia pada dasarnya
yang baru dalam agama Hindu. Demikian pula, merupakan makhluk yang berpikir, merasa,
Iman (Sraddha) dalam Hindu tidak mematikan bersikap, dan bertindak (Sobur, 2015). Sikap
nalar dan logika atas dasar kebenaran yang dan tindakannya yang bersumber pada
datang dari otoritas kitab suci Weda. pengetahuan yang didapatkan melalui kegiatan
berpikir. Penalaran memproduksi pengetahuan
METODE PENULISAN yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir.
Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir
Artikel ini ditulis menggunakan pendekatan dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa
kualitatif dengan mengungkap data dari pengetahuan. Jadi penalaran merupakan salah
berbagai literatur (library research). Untuk satu proses dalam berpikir yang
menggali data secara holistik dan menemukan menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk
jawaban dari pokok masalah artikel ini, maka menarik sebuah kesimpulan untuk mendapatkan
penulis melakukan kajian dan telaah melalui pengetahuan baru.
beberapa tahapan. Secara sederhana, logika dapat diartikan
Pertama, mengumpulkan dan membaca sebagai sebuah pertimbangan akal atau pikiran
berbagai literatur yang terkait dengan pokok yang disampaikan dalam format bahasa
masalah, yang kemudian mengidentifikasi data (Rakhmat, 2013). Dalam perpektif filsafat,
yang ada sesuai kebutuhan. Kedua, melakukan logika memiliki peranan dalam mendalami

3
prinsip-prinsip dan hukum-hukum penalaran dengan Tuhannya sehingga dengan
dengan tepat . Logika dapat dikatakan sebagai hubungannya ini, fondasi agama menjadi
teknik atau metode untuk meneliti ketepatan kuat. Dalam tataran epistemologi, keimanan
berpikir. Dengan demikian sesungguhnya juga memproduksi nilai baik dan buruk yang
logika sangat berhubungan erat dengan aktivitas menentukan tingkat ketaatan seseorang kepada
berpikir. Tuhannya dan secara umum juga menentukan
Logika merupakan bagian dari kajian kualitas keberagamaan seseorang.
epistemologi, yaitu cabang flsafat yang Dalam ajaran Hindu, keimanan dapat
membicarakan pengetahuan (Muslih, 2019). dipadankan dengan istilah Sraddha. Sraddha
Logika boleh disebut sebagai jiwanya filsafat. merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari
Dapat dikatakan tidak ada flsafat kalau tidak setiap perbuatan. Keyakinan muncul dari
ada logika. Dalam kajian epistemologi, pemahaman dan penyerahan diri pada Tuhan.
pengetahuan disebut benar jika ia diperoleh Sraddha merupakan harmonisasi antara
melalui cara-cara yang bertanggungjawab dan pengetahuan dan kepercayaan. Keyakinan akan
menunjukkan adanya kesesuaian dengan mengarahkan orang pada kebahagiaan. Ia
kenyataan. Istilah bertanggungjawab datang dari pengalaman spiritual ke dalam diri
dimaksudkan secara cara yang secara formal sehari-hari karena Sraddha berhubungan dengan
bisa diterima oleh akal sehat. Sedangkan yang kewajiban dan aktivitas sehari-hari (Darmayasa,
dimaksud dengan sesuai dengan kenyataan 2018). Agama Hindu memiliki pedoman bagi
adalah pengetahuan yang secara materiil bisa umatnya untuk menjalankan kehidupan di dunia
dibuktikan pada kenyataan. dengan tetap berpegang teguh kepada
Logika dan nalar adalah dua istilah yang peningkatan kepercayaan dan penyerahan diri
sering digunakan bersama dalam filsafat. kepada Tuhan. Dalam ajaran ajaran agama
Perbedaan utama antara logika dan nalar adalah Hindu terdapat lima kepercayaan atau yang
bahwa logika adalah studi sistematis berupa sering disebut Panca Sradha (Mudana & Dwaja,
argumen sedangkan nalar (penalaran) 2017). Panca Sraddha ini yang mencakup (1)
merupakan bentuk penerapan logika untuk Meyakini adanya Ida Sang Hyang Widhi
memahami dan menilai sesuatu. Wasa/Brahman sebagai Tuhan Yang Maha Esa;
(2) Meyakini keberadaan Atman yang kekal; (3)
Meyakini berlakunva Karmaphala; (4)
Keimanan (Sraddha) sebagai Pondasi Utama Meyakini adanya Samsara atau Purnarbhava;
dalam Beragama dan (5) Meyakini adanya pembebasan abadi
Secara etimologis, kata iman berasal dari (moksa).
Bahasa Arab. Secara etimologis “iman” berarti
“kepercayaan atau pembenaran”, yakni sikap Anviksiki sebagai Jembatan Nalar dan
membenarkan sesuatu, atau menganggap dan Sraddha
mempercayai sesuatu yang benar (Shodiq, Anviksiki merupakan istilah dalam Bahasa
2014). Aspek keimanan menjadi kekuatan Sanskrit yang merujuk pada konsep "sains
terpenting bagi semua agama untuk penyelidikan". Dalam Manu Smriti istilah
mewujudkan tujuan kehadiran agama itu Anviksiki telah digunakan sebagai setara
sendiri (Haris, 2016). Keimanan juga dengan Atma-vidya dan ia telah digambarkan
sebagai bukti keberagamaan “yang sebagai cabang Veda (Vidyabhusana, 1920).
sebenarnya” seorang penganut agama. Orang Pada abad keempat sebelum masehi, Kautilya
yang mengaku beragama tetapi tidak dalam Arthashastra mengenali anviksiki sebagai
beriman sesuai dengan prinsip ajaran agamanya, cabang pembelajaran yang berbeda
maka dia sebenarnya tidak beragama. dibandingkan dengan Weda maupun disiplin
Keimanan menjadi sesuatu yang penting ilmu lain.
bagi agama karena keimanan menjadi Kautilya mengklasifikasikan semua disiplin
penghubung satu-satunya antara umatnya menjadi empat kategori yang disebut dengan

4
Catur Widya yakni : (1) Anviksiki yakni menuju widya (berpengetahuan). Transformasi
menguraikan filsafat; (2) Weda Trayi ini dimulai dari ketika lahir membawa sifat-sifat
menguraikan tentang agama; (3) Wartta Danawa menuju ke Manawa dan akhirnya
menguraikan tentang ekonomi, dan (4) berujung pada Madhawa. Tentu saja dalam
Dandanitti menguraikan tentang politik. Dari proses perjalanan dari awidya menuju widya,
dua subjek yang dikaji dalam bidang Anviksiki, banyak hal yang dilalui setiap individu. Dia
kajian jiwa kemudian berkembang dan matang menjadi berpengetahuan melewati berbagai
menjadi kajian bebas yang terpisah yang proses pengalaman selama hidupnya. Widya
dijelaskan oleh istilah Darsana (filsafat), dan tidak saja diartikan sebatas berpengetahuan saja,
teori alasan dikembangkan menjadi cabang tapi namun lebih tepatnya adalah pengetahuan
kajian bebas yang disebut sebagai Nyaya atau yang benar. Menjadi individu yang “widya”,
logik. Pemisahan Anviksiki ini ke dalam adalah menjadi keinginan setiap umat,
falsafah dan logik pasti bermula pada sekitar mengingat melalui pengetahuan yang
550 SM dengan pengungkapan sisi logik dimilikinya manusia akan dimanusiakan.
Anviksiki oleh Medhatithi Gautama. Namun Hindu memiliki konsepsi “Kapetaning
istilah Anviksiki telah digunakan dalam Widya” yang bermakna mencari ilmu
pengertian umum sains yang merangkumi sains pengetahuan. Dalam rangka mencari
jiwa dan teori sebab. Sangat menarik untuk pengetahuan yang benar inilah, Hindu melalui
diperhatikan bahawa ketika Anviksiki yang pendekatan Nyaya Darsana menawarkan empat
berurusan dengan teori alasan berkembang pedoman pengamatan untuk memperoleh
menjadi logika. pengetahuan yang benar yang disebut Catur
Pramana (Punyatmadja, 2019).
Hindu Mengedepankan Rasionalitas dalam Catur Pramana terdiri atas (1) Pratyaksa
Beragama; Catur Pramana sebagai Metode Pramana berupa pengamatan langsung; (2)
dalam Darsana Anumana Pramana melalui penyimpulan; (3)
Perkembangan filsafat india mencatat Upamana Pramana melalui perbandingan; dan
bahwa otoritas kitab suci dan penggunaan nalar (4) Sabda Pramana melalui penyaksian.
memiliki proporsi yang berimbang dan tidak Pratyaksa pramana atau pengamatan secara
saling meniadakan (Aryadharma, 2019). langsung melalui panca indriya dengan obyek
Walaupun Weda menyatakan otoritasnya dalam yang diamati. Sehingga memberi pengetahuan
Agama Hindu, namun keberadaan nalar dan tentang objek-objek, sesuai dengan keadaannya.
logika merupakan hal mutlak yang harus Pratyaksa pramana terdiri dari 2 tingkat
dikembangkan. Nalar dan logika dalam hindu pengamatan, yaitu (1) Nirwikalpa Pratyaksa
diberikan ruang untuk memperjelas apa yang (pengamatan yang tidak menentukan) dimana
diungkapkan dalam kitab suci. pengamatan terhadap suatu obyek tanpa
Keberadaan filsafat Hindu (darsana) penilaian, tanpa asosiasi dengan suatu subyek;
merupakan proses rasionalisasi dari agama dan dan (2) Savikalpa Pratyaksa berupa
merupakan bagian integral dari agama Hindu pengamatan yang menentukan, pengamatan
yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Sisi agama terhadap suatu obyek dibarengi dengan
memberikan aspek praktis ritual dan sisi pengenalan ciri-ciri, sifat-sifat dan juga
darsana memberikan aspek filsafat, metafisika, subyeknya (Rudia et al,1990).
dan epistemologi sehingga antara agama dan Anumana pramana diartikan sebagai bentuk
darsana sifatnya saling melengkapi. Darsana pengamatan melalui penyimpulan. Anumana
muncul dari usaha manusia untuk mencari pramana merupakan hasil yang diperoleh
jawaban-jawaban dari permasalahan yang dengan adanya suatu perantara diantara subjek
sifatnya transenden. dan objek, dimana pengamatan langsung
Hindu memandang bahwa setiap manusia dengan indra tidak dapat menyimpulkan hasil
dilahirkan dalam kondisi awidya (tidak dari pengamatan. Perantara merupakan suatu
berpengetahuan) kemudian bertransformasi yang sangat berkaitan dengan sifat dari objek.

5
Proses penyimpulan melalui beberapa tahapan, melalui sikap skeptisnya dipersilakan untuk
yaitu sebagai berikut (Maswinara, 1998). (1) meragukan hal tersebut, dan diijinkan untuk
Pratijn: dengan memperkenalkan objek menguji kebenaran sloka-sloka dalam Weda
permasalahan tentang kebenaran pengamatan; tersebut. Hindu memiliki cara-cara untuk
(2) Hetu dengan cara alasan penyimpulan; (3) menguji kebenaran Weda, sehingga apa yang di
Udaharana dengan cara menghubungkan percayainya tidak hanya karena keyakinan yang
dengan aturan umum dengan suatu masalah; (4) bersifat dogmatis semata. Beberapa ajaran
Upanaya dengan cara pemakaian aturan umum dalam Hindu untuk mencari kebenaran dalam di
pada kenyataan yang dilihat; dan (5) Nigamana luar keyakinan semata seperti: (1) Saksi (ada
dengan cara penyimpulan yang benar dan pasti saksi yang melihat), bukti (ada atau tidak bukti
dari seluruh proses sebelumnya. kejadian), dan ilikita (tertulis atau tidak); (2)
Upamana pramana diartikan sebagai Sastratah mempertimbangkan berdasarkan
pengamatan melalui perbandingan. Upamana sumber tertulis/ sastra, gurutah
pramana merupakan cara pengamatan dengan (mempertimbangkan menurut ajaran guru), dan
membandingkan kesamaan-kesamaan yang swatah (mempertimbangkan pengalaman
munkin terjadi atau terdapat dalam suatu objek sendiri); (3) Agama (mempertimbangkan
yang di amati dengan objek yang sudah ada atau menurut ajaran agama), anumana
pernah diketahui. (mempertimbangkan menurut pikiran sehat),
Sabda pramanana melalui penyaksian. dan pratyaksa (mempertimbangkan apa yang
Sabda pramana merupakan pengetahuan yang dilihat secara langsung); (4) Wartamana
diperoleh melalui kesaksian dari orang-orang (mempertimbangkan sesuai pengalaman
yang dipercaya kata-katanya, ataupun dari dahulu), atita (mempertimbangkan keadaan
naskah-naskah yang diakui kebenarannya. sekarang), dan nagata (mempertimbangkan
Kesaksian terdiri dari 2 jenis yaitu: (1) Laukika keadaan yang akan datang); (5) Rasa
sabda berupa kesaksian yang didapat dari (mempertimbangkan dengan perasaan), utsaha
orang-orang terpercaya dan kesaksiannya dapat (mempertimbangkan atas prilakunya), dan
diterima akal sehat; dan (2) Vaidika sabda lokika (mempertimbangkan dengan pikiran
berupa kesaksian yang didasarkan pada naskah- logis); dan (6) Sabda (mempertimbangkan
naskah suci Weda (Maswinara, 1998). dengan memberi saran), bayu
Empat pedoman pengamatan untuk (mempertimbangkan dengan keyakinan yang
mendapat pengetahuan yang benar ini, tentu kuat), dan idep (mempertimbangkan dengan
sangat relevan untuk setiap manusia guna pikiran sehat.
membangun nalar dan logikanya. Karena Darsana merupakan padanan yang paling
kelebihan manusia memiliki akal pikiran, mendekati istilah filsafat (barat), namun secara
selayaknya tidak begitu saja mempercayai esensial ada perbedaan yang sangat mendasar,
sesuatu. Pengetahuan yang benar pada suatu filsafat (barat) terlepas dari agama sedangkan
permasalahan, akan sangat menentukan sikap darsana tetap mengakar pada agama Hindu.
setiap individu pada kehidupan. Darwin Setiadi Darsana dapat diartikan sebagai penglihatan
dalam bukunya yang berjudul Filsafat Agama atau pandangan tentang realitas. Melihat dalam
menyatakan ada dua cara orang beragama yaitu koteks ini bisa bermakna observasi perseptual
(1) dengan cara menuruti keyakinan; dan (2) atau pengalaman intuitif. Filsafat Hindu
dengan cara melalui pencarian-pencarian untuk (darsana) merupakan proses rasionalisasi
mencapai kebenaran, sehingga akan ditemukan (menggunakan nalar dan logika) dari agama dan
kebenaran sejati atau abadi. merupakan bagian integral dari agama Hindu
Hindu pada awalnya disebut dengan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Agama
Sanathana Dharma, atau kebenaran Abadi. memberikan aspek praktis ritual dan darsana
Walau dalam sloka-sloka suci Weda sudah memberikan aspek filsafat, metafisika, dan
dijelaskan bahwa wahyu Weda diturunkan epistemologi sehingga antara agama dan
langsung oleh Tuhan, namun umat hindu di darsana sifatnya saling melengkapi.

6
Dalam Hindu penggunaan nalar dan logika DAFTAR PUSTAKA
sangat didorong oleh kitab-kitab suci dalam
rangka memahami teks-teks Weda serta upaya Aryadharma, N.K.S. 2020. Agama, Intelek,
melakukan penafsiran. Hindu sangat Debat dan Fenomena Konversi Agama.
menghargai mesin kecerdasan manusia dan Termuat dalam www.
agama tidak boleh mematikan nalar, justru https://www.kompasiana.com/surpiaryadh
membuat intelek dan nalar manusia semakin arma/5f6eb1ef097f3646ba36ed63/agama-
berkembang. (Aryadharma, 2019). intelek - debat - dan - fenomena -
Agama Hindu tidak mematikan intelek atau konversi-agama?. Diakses pada tanggal
nalar, malah kemampuan intelek yang tinggi 22 Januari 2022.
justru akan menajamkan pengetahuan Damanik, N. ____. Relasi Akal dan Agama
(Aryadharma, 2020). Umat bergama yang dalam Filsafat Hindu. Universitas Islam
terbangun oleh kebaikan akan mampu Negeri Sumatera Utara.
memberikan potret positif terhadap agamanya, Darmayasa. 2018. Sraddha sebagai Dasar
namun sebaliknya kegagalan dalam pencapaian Utama Keberhasilan. Dimuat dalam
realisasi diri akan dapat menimbulkan praktik- Koran Balipost. Minggu, 26 Agustus
praktik menyimpang terhadap agama. Kitab 2018.
Suci Weda dalam Hindu tidak boleh mematikan Fuadi. 2016. Fungsi Nalar Menurut Muhammad
nalar dan logika, justru sebaliknya Arkoun. Jurnal Substansia, 18 (1): 35 –
meningkatkan intelek manusia dan tercerahi. 50.
Haris, A. 2016. Keimanan sebagai Nilai Etika
KESIMPULAN Inti Pendidikan Karakter. Jurnal
Nalar merupakan suatu unsur yang sangat Pendidikan Islam, 8 (2) : 49 – 62.
penting dalam kehidupan manusia, dan nalar Kasimirus. ____. Philosofi Kebenaran dalam
termasuk salah satu ciri atau karakter yang Hinduisme dan Relevansinya bagi
melekat dengan manusia sehingga manusia Profesionalitas Guru Pendidikan Agama
berbeda dengan binatang. Nalar manusia Katolik. STKIP Widya Yuwana Madiun –
berfungsi untuk mengatur aktivitas atau alat Jawa Timur.
berpikir secara benar dan logis untuk dapat Maswinara, I Wayan. 1998. Sistem Filsafat
melahirkan kebenaran-kebenaran sebagai dasar Hindu (Sarva Darsana Samgraha).
tindakan dan realitas perbuatan manusia baik Surabaya: Yayasan Sanatana
dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun Dharmasrama Surabaya.
dalam pemahaman dalam HinduNalar dan Mudana, I. N., & Dwaja, I. G. 2017. Pendidikan
logika memiliki peranan untuk mampu Agama Hindu dan Budi Pekerti.
memahami keterbatasan-keterbatasan yang ada Muslih, M. 2019. Logika; Dari Kebiasaan,
pada dirinya dengan menyadari bahwa manusia Sarana Ilmiah, hingga Nalar Burhani.
harus tunduk kepada Tuhan dan hal yang Falsafah Sains : 56 – 74.
menyangkut tentang Tuhan. Sloka-Sloka Suci Punyatmadja, I B. O. 2019. Panca Sraddha.
Weda telah melahirkan multitafsir, tumpukan Denpasar: ESBE Buku.
penafsiran itu diibaratkan menyerupai lapisan- Rakhmat, H.M. 2013. Pengantar Logika Dasar.
lapisan geologis pada bumi yang seharusnya Bandung : LoGoz Publising.
dibongkar dengan mengkritisi pemahaman nalar Rudia, Adiputra I Gede, dkk. 1990. Tattwa
dan logika yang sempit. Nalar dan logika Darsana untuk kelas III PGA Hindu.
idealnya berpedoman pada wahyu Tuhan dan Jakarta: Yayasan Dharma Sarahi Jakarta
mempunyai sudut pandang sendiri di setiap Rusliana, I. 2015. Filsafat Ilmu. Bandung :
zaman, serta menggunakan metode analisis Refika Aditama.
historis dan dekonstruksi. Setiadi, D. 2007. Filsafat Agama. Bandung :
Pustaka Setia Bandung.

7
Shodiq. 2014. Pengukuran Keimanan :
Perspektif Psikologi. Jurnal Pendidikan
Islam, 8 (1): 125 – 138.
Sobur, H. A. K. 2015. Logika dan Penalaran
dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan.
Jurnal Tajdid, 14 (2): 387 – 414.
Tinambunan, E. R.I. 2020. Nalar dan Iman
dalam Kehidupan Beragama: Dikotomi
atau Harmoni. Jurnal Kurios Teologi dan
Pendidikan Agama Kristen, 6 (1): 157 –
172.
Vidyabhusana, S. 1920. Sejarah Logik India.
Delhi: Motilal Banarsidass.

Anda mungkin juga menyukai