Anda di halaman 1dari 5

Pandangan mengenai perdebatan antara

agama dan logika

Nazifa Zaharani 2210861021

Prodi ilmu komunikasi,Fakultas ilmu sosial dan politik


Universitas andalas,Padang.
email: nazifazaharani2004@gmail.com

Abstracts

The existence of God and religion has been the subject of discussion and even debate throughout
human history. The endless debate has resulted in several different and even contradictory points of view.
Recent events show that, theologically, there are people who believe in God and religion only on a
theoretical level, but not on a practical level of secularism that hides behind the inability or impossibility
of humans to know their God. Humans are historical creatures, so the names of God also appear in historical
discourse and religious thought. The relationship between religion, culture and society is very important or
is a living system because it is interrelated. The problem of religion and social development is not complete
if we look at only one aspect, so we need to take a holistic approach when analyzing social problems.
Religious life can be seen from the way of thinking, behaving or attitudes and manners of society and
nation.

Abstrak

Eksistensi Tuhan dan agama telah menjadi bahan diskusi dan bahkan perdebatan sepanjang sejarah
manusia. Perdebatan yang tak berujung telah menghasilkan beberapa sudut pandang yang berbeda dan
bahkan bertentangan. Peristiwa terkini menunjukkan bahwa, secara teologis, ada orang-orang yang percaya
kepada Tuhan dan agama hanya pada tataran teoretis, tetapi tidak pada tataran praktis sekularisme yang
bersembunyi di balik ketidakmampuan atau ketidakmungkinan manusia untuk mengenal Tuhannya.
Manusia adalah makhluk sejarah, sehingga nama-nama Tuhan juga muncul dalam wacana sejarah dan
pemikiran keagamaan. Hubungan antara agama, budaya dan masyarakat sangat penting atau merupakan
suatu sistem kehidupan karena saling berkaitan.Masalah agama dan pembangunan sosial tidak lengkap jika
kita melihat satu aspek saja, sehingga kita perlu mengambil pendekatan holistik ketika menganalisis
masalah sosial. Kehidupan beragama dapat dilihat dari cara berpikir, berperilaku atau sikap dan tata krama
bermasyarakat dan berbangsa
A. PENDAHULUAN

Logika adalah suatu cabang filsafat yang membahas tentang aturan-aturan, asas-asas,
hukum-hukum dan metode atau prosedur dalam mencapai pengetahuan secara rasional dan benar,
juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu pengetahuan dengan menggunakan akal
pikiran, kata dan bahasa yang dilakukan secara sistematis. Logika dapat disistematisasikan
menjadi beberapa golongan hal tersebut tergantung dari perspektif mana kita melihatnya dilihat
dari kualitasnya logika dapat dibedakan menjadi dua yakni logika naturalis ( logika alamiah) dan
logika artifisialis (logika ilmiah). Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik
sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk
yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada
pengetahuan yang didapatkan melalui kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir. Penalaran merupakan suatu proses berpikir
dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Jadi penalaran merupakan salah satu
atau proses dalam berpikir yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah
kesimpulan untuk mendapatkan pengetahuan baru.

B. PEMBAHASAN

1.1 Agama Dan Logika

Agama adalah fenomena universal kemanusiaan. Meskipun tidak semua orang kemudian
menjadi religius, mereka memiliki kepercayaan transendensi. Di sisi lain, ketika orang memeluk
suatu agama, yang biasanya terjadi adalah kebenaran mutlak dari agama apapun, yang benar-benar
bisa mengakhiri dialog. Oleh karena itu, penting untuk membahas Kembalinya Kebenaran
Agama. Artikel ini bertujuan untuk menginventarisasi pendapat para filosof agama tentang
pentingnya kebenaran agama. Tokoh utama yang dijadikan dasar penyelidikan adalah John Hiks
dan W.C. Smith, berdasarkan teori kebenaran agama yang ditulis oleh Hendrik M. Vroom berjudul
Religion and Truth, Reflection and Philosophical Perspectives. Mengenai kebenaran agama, John
Hiks menyimpulkan bahwa kebenaran dapat diperoleh dari Tidak ada agama, oleh karena itu
semua agama berbagi jalan menuju keselamatan.Hingga akhir, semua orang benar-benar
menyembah Tuhan (Tuhan) yang sama. Sementara itu, W.C. Smith menyimpulkan bahwa hal yang
paling mendasar dalam agama adalah mencintai Tuhan (to love God). Satu-satunya kebenaran
adalah milik Tuhan, sedangkan kebenaran tingkat manusia adalah kebenaran dengan "b" yang
relatif kecil.Agama dan filsafat sekilas merupakan dua kata yang terpisah dan tidak ada hubungan
atau korelasi antara kedua kata tersebut. Padahal, menurut kebanyakan orang, kedua kata tersebut
cenderung kontradiktif dan kontradiktif. Benar, bayangan hanya bertumpu pada skema dasar dan
dasar di mana kedua huruf itu terbentuk. Agama didasarkan pada tuntunan mutlak dan otoritas
wahyu, sedangkan filsafat menekankan perdebatan dan diskusi. Berdasarkan pemikiran, pemikiran
dan nalar universal. Namun di luar itu, keduanya memiliki kesamaan dan cenderung terhubung
dan saling membutuhkan.
Agama dan filsafat keduanya terkait dengan metafisika, pada saat yang sama mereka
memiliki manusia sebagai subjek diskusi, subjek berurusan dengan ketuhanan dan fondasi di mana
kebenaran dan asal usul sains bersandar. Banyak ulama dan filosof yang menentang posisi filsafat
dan agama dalam mencari kebenaran, tetapi ijtihad dan pemikiran merekalah yang jelas bahwa
fungsi dan kedudukan agama dan filsafat tidak akan luntur atau berubah hanya karena perbedaan
pendapat. yang melihatnya, namun perbedaan tersebut akan semakin memperkuat fungsi dan
posisinya.
Agama dan akal Allah ciptakan dan berikan kepada kita dengan suatu tujuan. Adapun letak
tujuan diciptakannya agama dan akal itu, yakni untuk mengiring manusia kepada mengenal Allah
(ma’rifatullah) yang dengan pengenalan itu menjadi taat beribadah kepadaNya. Siapapun harus
menggunakan akalnya, dan siapapun harus mendalami agamanya. Kalau seseorang tidak
menggunakan akal pikiran atau logika, pendengar hanya akan menjadi objek, sedangkan
penceramah, tidak ada jaminan bahwa seluruh yang disampaikannya adalah benar. Kalau agama
tidak ada, akal saja belumlah cukup untuk menjelaskan segalanya, walau terkadang akal malah
menjadi acuan (agama) bagi mereka yang tidak sampai agama kepada mereka. Allahu a’lam.

Oleh karena itu, meskipun Agama dan Logika adalah dua unsur yang berbeda, akan tetapi
saling memberi pengaruh yang sangat besar untuk memahami suatu perkara, baik itu hal hal yang
berhubungan dengan Agama maupun hal hal yang berkaitan dalam urusan duniawi sekalipun.

1. Nur, M. (2011). Tuhan, Agama, Dan Kebenaran (Membaca Ulang Logika Kebenaran Agama Dalam Kerangka Pemikiran
Filsafat). Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama, 6(1), 85-98.
C. KESIMPULAN

Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa Agama dan Logika adalah unsur yang
saling berhubungan untuk menentukan kebenaran. Penalaran merupakan suatu proses berpikir
dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya
merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya yang
bersumber pada pengetahuan yang didapatkan melalui kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran
menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir. Penalaran merupakan suatu
proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Jadi penalaran
merupakan salah satu atau proses dalam berpikir yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih
untuk menarik sebuah kesimpulan untuk mendapatkan pengetahuan baru.

D. PENUTUP
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok dalam Makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nur, M. (2011). Tuhan, Agama, Dan Kebenaran (Membaca Ulang Logika

Kebenaran Agama Dalam Kerangka Pemikiran Filsafat). Al-Adyan: Jurnal Studi

Lintas Agama, 6(1), 85-98.

2. Saifuddin, S. (2018). KAJIAN AGAMA DAN FILSAFAT TENTANG

KEBENARAN. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 7(2), 73-83

3. Tadjuddin, M. S., Sani, M. A. M., & Yeyeng, A. T. (2017). Dunia Islam dalam

Lintasan Sejarah dan Realitasnya di Era Kontemporer.

4. Ali Anwar dan Tono TP, Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat

(Bandung: Pustaka Setia, 2005

Anda mungkin juga menyukai