Anda di halaman 1dari 3

Jakarta, 28 November 2008

Kepada YTH,
Redaksi Kompas
Ditempat.

Up. Redaksi

Perihal : UMR

Dengan hormat,

Sehubungan dengan surat pembaca Kompas yang ditulis Bapak Daswali dari solo,
dimuat pada hari jumat, tanggal 28 november 2008 yang berjudul ” Kebijakan Ekonomi
Mendorong Kenaikan harga”. Perkenankan saya mengkoreksi kalimat beliau pada paragraf
ketiga, kalimat pertama yang berbunyi “Bagi pengusaha sebetulnya tidak masalah akan
tinggi-rendahnya upah minimal kabupaten/regional karena biaya ini termasuk dalam
kalkulasi biaya produksi dengan tetap memerhatikan risiko-risiko yang dihadapi”.

Bahwa saat ini pengusaha sudah tidak bisa lagi menggunakan konsep “biaya produksi
+ profit = harga jual” tetapi sudah berubah menjadi “harga jual – profit = biaya produksi” hal
tersebut karena harga jual sudah tidak bisa lagi ditentukan oleh pengusaha tetapi oleh pasar,
Sehingga untuk membuat suatu produk dengan harga jual yang bersaing maka biaya produksi
selalu menjadi variable penentu. Upah pekerja yang menjadi salah satu komponen biaya
produksi menjadi satu-satunya komponen biaya yang bisa dikompromikan ulang mengingat
biaya-biaya lain sepeti BBM, Listrik, Bahan baku dan Bunga bank tidak bisa dikompromikan
lagi.

Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan SKB 4 mentri yang menjadikan upah
pekerja dapat dikompromikan ulang secara musyawarah antara pengusaha dan pekerja.
Karena apabila kedua belah pihak saling bersikeras pada keinginannya, maka pekerja
kemungkinan akan kehilangan pekerjaan atau pengusaha akan gagal berusaha di dalam negeri
karena biaya tinggi tersebut.
Ada baiknya kita lebih mengkritisi pemerintah terhadap kenaikan BBM, bunga bank
yang tinggi atau biaya2 siluman lain yang mengakibat kita menjadi negara berbiaya ekonomi
tinggi karena faktor-faktor inilah yang melemahkan kita bukan naik turun nya UMR.

Demikian surat ini. Terima Kasih .

Hormat Kami

Agus Wasita BBA.,MH


Pengusaha di Jakarta
Jakarta, 28 November 2008

Kepada YTH,
Redaksi Kompas
Ditempat.

Up. Redaksi

Perihal : Kritik untuk wartawan

Dengan hormat,

Sehubungan dengan berita yang dimuat pada hari jumat, tanggal 28 november 2008 hal 25
yang berjudul ” Polisi : ubah jam sekolah”, Menurut pendapat saya tidak pada tempatnya
wartawan menanyakan suatu rencana kebijakan publik kepada aparat penegak kebijakan
publik. Polisi tidak punya kompetensi untuk setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu
kebijakan publik yang akan diambil pemerintah. Polisi boleh setuju tetapi selama DPRD
belum setuju, suatu kebijakan publik tetap tidak dapat dijalankan. Jangan sampai pendapat
pak polisi dijadikan alat untuk dibenturkan dengan masyarakat yang diwakili anggota dewan
daearah yang terhormat.

Saya tidak menyalahkan Direktur Lalu lintas Polda Metro Komisaris Besar Condro Kirono
yang mungkin terpancing untuk menjawab secara pribadi karena sebagai institusi beliau tidak
seharusnya mengkomentari ranah politik yang akan diambil pejabat daerah.

Seandainya hari ini wartawan kompas bertanya kepada saya sebagai pengusaha pembayar
pajak, dalam rangka penghematan APBD dalam menghadapi krisis global, apakah saya setuju
polisi yang lembur tidak lagi mendapatkan uang lembur ? Jawaban saya akan sama seperti
jawaban pak polisi, Tetapi apakah saya kompeten untuk menjawab pertanyaan tersebut ?
Semoga menjadi pembelajaran buat kita semua.

Demikian surat ini. Terima Kasih .

Hormat Kami

Agus Wasita BBA.,MH

Anda mungkin juga menyukai