BAB I
PENDAHULUAN
Dunia saat ini tengah memasuki era globalisasi dengan dampak negatif
keutuhan manusia ingin tetap terpelihara dengan baik, dan ilmu pengetahuan
sosial diharapkan dapat menjadi salah satu alternative yang strategis bagi
demikian, ilmu pengetahuan sosial yang ada sekarang ini dinilai sudah mulai
kewalahan dan hampir gagal dalam ikut serta memeberikan kerangka pemecahan
sosial yangtimbul dalam era globalisasi tersebut, hal demikian antara lain
ilmu pengetahuan sosial tersebut berasal dari filsafat barat yang bertumpu pada
1
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Metodologi Studi Islam, (cet. II; Jakarta: Rajawali
Press, 2008), h. 53
2
Agama merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah swt. untuk manusia.
manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral. Lewat pengalaman
dan memahami eksistensi Sang Ilahi. Ini membuktikan bahwa manusia meyakini
akan adanya kekuatan supranatural yang berada di luar dirinya yang mampu
Agama sebagai refleksi atas cara beragama tidak hanya terbatas pada
pengungkapan cara beragama, sehingga agama dalam arti umum dapat diuraikan
menjadi beberapa unsur atau dimensi religiositas, yaitu emosi keagamaan, sistem
tidak empiris. Dalam konteks ini, agama dirumuskan dengan ditandai oleh tiga
sistem yang mempunyai daya bentuk sangat kuat untuk membangun ikatan sosial
2
H. M. Sayuthi Ali, Metodologi Studi Islam, (Cet. I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), h. 1
3
terorganisasi sedemikian rupa atas dasar ikatan psikoreligius, dogma, atau tata
Terutama dalam masyarakat di mana nilai dan norma diterima dan diakui
pengembangan, dan pelestarian menjadi agenda yang penting dan niscaya. Ini
berarti agama diakui memiliki peran transformatif dan motivator bagi proses
selalu mesti dipisahkan karena ketika meneliti agama, maka yang diteliti adalah
bentuk pengalaman dari ajaran agama tersebut, atau agama yang nampak dalam
perilaku penganutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah mengenai penelitian sosial dan agama
(merumuskan realitas sebagai medan penelitian sosial dan agama), maka penulis
agama?
3
Drs. H. Muhammad Sayuthi Ali, Metode Peneltian Agama: Pendekatan Teori dan
Praktek, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h.8
4
Drs. H. Muhammad Sayuthi Ali, Metode Peneltian Agama: Pendekatan Teori dan
Praktek, h.9
4
agama?
BAB II
PEMBAHASAN
Realitas berupa fakta dan fenomena. Fakta adalah kejadian yang muncul
dalam kontak budaya di masyarakat. Fakta ada yang dapat diamati dan ada yang
hanya dapat dirasakan. Fakta adalah realitas yang benar-benar terjadinya atau ada.
Fakta dapat diamati dan mendukung hadirnya realitas. Sedangkan teralitas dapat
benar-benar terjadi, akan dan sedang terjadi. Realitas ini bersifat alamiah sehingga
wujudnya pun apa adanya. Realitas dan fakta tersebut akan memunculkan sebuah
Realitas sosial dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu: Pertama, realitas
dalam alam kodrat/alam anogranik (fisika/ilmu kealaman) dan realitas dalam alam
organik/alam hayat (biologi). Realitas dalam kedua alam ini bersifat empiris,
organik yang bersifat abstrak dan tak teraba. Lebih-lebih gejala sosial agama yang
5
Prof. Dr. Imam Suprayogo dkk, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Cet. I; Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 24
5
karena itu, realitas sosial dalam studi-studi sosial pada galibnya lebih banyak
sosial ke dalam suatu konsep, padahal realitas sosial itu bersifat kompleks dan
menjadi indikator dari realitas itu lalu melakukan imajinasi dan abstraksi yang
kesimpulan.
(subjek peneliti) atau yang diteliti (subjek yang diteliti)? Paradigma kaum
6
Prof. Dr. Imam Suprayogo dkk, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, h. 24
6
menyatakan bahwa konsep yang harus dipakai untuk menyatakan secara definitif
realitas dan obyektifitas itu ditentukan oleh peneliti berdasarkan teori yang ada.
Karena itu, kebenaran bersifat subjectivied objectives atau objektif yang subjektif
menurut peneliti. Peneliti ibarat ahli biologi yang melihat bakteri melalui
mikroskop.
sesungguhnya adalah struktur kognitif seseorang atau sejumlah orang dan berada
di alam imajinasi, pikiran, perasaan, dan cita. Hal inilah yang justru menjadi objek
kajian dalam ilmu-ilmu sosial yang utama dan pertama. Oleh karena itu,
yang objektif. Dalam hal ini, peneliti ibarat murid yang belajar dari masyarakat
yang diteliti.
7
Prof. Dr. Imam Suprayogo dkk, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, h. 25
7
menjadi penting jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan di zaman modern ini.
kita merasa bahwa situasi yang penuh dengan problematika di dunia modern
membangun peradaban yang maju untuk dirinya sendiri, tetapi pada saat yang
sama, kita juga melihat bahwa umat manusia telah menjadi tawanan dari hasil
membebaskan diri dari belenggu pemikiran mistis yang irrasional dan belenggu
pemikiran hukum alam yang sangat mengikat kebebasan manusia. Tetapi ternyata
di dunia modern ini manusia tidak dapat melepaskan diri dari jenis belenggu yang
Dalam keadaan demikian, kita saat ini nampaknya sudah mendesak unutk
8
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Metodologi Studi Islam, h.54-55
8
dengan dua makna yang berbeda, yaitu penelitian agama dengan penelitian
sasarannya adalah tiga elemen pusat, yaitu : ritus, mitos dan magik. Sedangkan
yang kedua lebih menekankan kepada agama sebagai sistem atau sistem
sosial.9
maka tentu saja akan sangat erat hubungannya dengan penelitian sosial yang juga
metodologis, agama harus dijadikan sebagai suatu fenomena rill, meskipun agama
Dari sudut pandang ini, dapat dibedakan tiga kategori agama sebagai
fenomena yang menjadi subject metter peneliti, yaitu agama sebagai doktrin,
dinamika dan struktur masyarakat dibentuk oleh agama, dan sikap masyarakat
memahami esensi agama itu sendiri. Penelitian atau kajian yang banyak dilakukan
9
Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek, (Cet. VIII;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 13
9
keagamaan, tradisi dan catatan sejarah merupakan bahan-bahan utama yang harus
digali.
di sini adalah landasan dari terbentuknya suatu komunitas kognitif. Artinya bahwa
agama merupakan awal dari terbentuknya komunitas atau kesatuan hidup yang
diikat oleh keyakinan akan kebenaran hakiki yang sama, yang memungkinkan
ajaran, dengan segala refleksi terhadap ajaran, sedangkan kategori ketiga adalah
ajaran agama.
Jika dilihat dari dua kategori terakhir ini, maka dapat dipahami bahwa
penelitian sosial dan agama memiliki hubungan yang sangat erat dan tak dapat
dipisahkan satu sama lain. Sebab, ketika melakukan penelitian terhadap agama,
misalnya, agama dianggap sebagai bagian dari konstruksi realitas sosial. Dengan
10
Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek, h. 14
10
dengan melihat faktor sosial dalam agama terdiri dari berbagai pengaruh terhadap
maka ia juga harus meneliti perilaku seseorang atau masyarakat tersebut. Sebab,
bermasyarakat. Dalam hal ini, agama dianggap sebagai bagian dari konstruksi
realitas sosial. Dengan demikian, apabila dilihat dari sisi tersebut, maka dapat
bersifat empiris.
dan segala sesuatu yang dipengaruhi dan mempengaruhi manusia. Oleh karena itu,
sumber data dalam penelitian bidang sosial akan selalu berhubungan dan
manusia sebagai perpaduan/kesatuan unsur fisik dan psikis yang tidak sama satu
sama lain. Sehingga dalam hal ini, objek dalam penelitian sosial tentunya manusia
11
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Cet. V; Jakarta: PT. Raja Grapindo
Persada, 2001), h. 17
11
sumber sikap keagamaan. Karena itu, masalah keagamaan adalah masalah yang
bagian dari kebudayaan manusia yang telah dikembangkan sedemikian rupa, baik
beragama. Karena itu, sebuah penelitian disebut sebagai penelitian agama atau
penelitian sosial didasarkan pada objek yang dikaji, bukan karena metodologinya.
pranata sosial. Oleh karena itu, penelitian tentang fenomena keberagamaan oleh
sebagian ahli dikatakan sebagai bagian dari penelitian sosial atau penelitian sosial
keagamaan.
ilmu pengetahuan sosial dengan cara, metode, teknik dan peralatannya masing-
masing dapat mengamati dengan cermat perilaku manusia itu hingga menemukan
12
Mattulada, Studi Islam Kontemporer : Sintesis Pendekatan Sejarah, Sosiologi dan
Antropologi dalam Mengkaji Fenomena Keagamaan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989), h. 3
12
fakta agama dan pengungkapannya.13 Untuk itu, dapat dilakukan oleh berbagai
secara kronologis. Proses itu menjelaskan awal kejadian dan faktor-faktor yang
ikut berperan di dalamnya. Metode sejarah yang dengan amat teliti mengamati
suatu proses sosial budaya dapat digunakan untuk memahami proses formasi
tatanan nilai yang dianut dalam kehidupan manusia; bagaimana doktrin dan
keunikan pola, corak, tingkat dan stereotype keberagamaan suatu komunitas. Style
Metode sosiologi mengkaji posisi dan peranan tertentu dari seseorang atau
13
Prof. Dr. Imam Suprayogo dkk, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, h. 26
13
beragama individu dan kelompok, hubungan antar kelompok, dan hubungan antar
masyarakat (agama).
digunakan dalam penelitian agama. Dari sini dapat dipahami bahwa metodologi
penelitian sosial dan agama memiliki persamaan dan perbedaan. Karena itu,
Dengan demikian, letak persamaan dan perbedaan antara penelitian agama dan
Dalam hal ini, objek penelitian agama terdiri dari dua kelompok: pertama,
agama sebagai norma yang lebih dominan watak teologisnya, kedua, agama
14
Prof. Dr. Imam Suprayogo dkk, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Cet. I; Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 18-19
14
sebagai fenomena sosial yang bersifat historis. Dengan objek tersebut, berarti
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
fakta ada yang dapat diamati dan ada yang hanya dapat dirasakan. Gejala-
perwujudan dari ajaran atau doktrin agama yang diyakini. Perilaku inilah
yang akan menjadi objek kajian pada penelitian sosial dan agama.
2. Penelitian sosial dan agama memiliki hubungan yang sangat erat dan tak
sosial, semuanya dapat digunakan dalam penelitian agama. Dari sini dapat
awal tadi bahwa sebuah penelitian disebut penelitian agama bukan karena
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. M. Sayuthi, Metodologi Studi Islam, Cet. I; Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.
______, Drs. H. Muhammad Sayuthi, Metode Peneltian Agama: Pendekatan
Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Cet. V; Jakarta: PT. Raja
Grapindo Persada, 2001.
Mattulada, Studi Islam Kontemporer : Sintesis Pendekatan Sejarah, Sosiologi dan
Antropologi dalam Mengkaji Fenomena Keagamaan, Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1989.
Nata, Prof. Dr. H. Abuddin, MA, Metodologi Studi Islam, Cet. II; Jakarta:
Rajawali Press, 2008.
Suprayogo, Prof. Dr. Imam, dkk, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Cet. I;
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
16
Mudzhar, Atho, Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek, Cet. VIII;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.