Anda di halaman 1dari 2

NAMA : HIRYA PRABASWARA HERNAWAN

KELAS : AGROEKOTEKNOLOGI N
NIM : 225040201111088

Tugas resume materi


MEMBENTUK MASYARAKAT IDEAL- BERETIKA
Prof.Dr.Ir. Ika Rochdjatun Sastrahidayat
(Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya,
Pembina Pusat Kajian Islam & Sains “Bhima Sakti-Malang)

Kualitas individu yang terdidik dapat membentuk masyarakat yang berkualitas


sehingga menimbulkan daya kohesi terhadap struktur dan penyusun. Kedua hal tersebut
sebagai penentu arah perkembangan. penggunaan istilah epidemiologi, resistensi dan
suspetibilitas suatu populasi yang tergantung pada tingkat kekebalan dan kerentanan individu.
Apabila individu yang kebal cukup dominan, maka sifat populasi tersebut akan ikut menjadi
kebal, tak perduli apakah ada di antara individunya yang rentan terhadap penyakit tertentu, atau
sebaliknya(Sastrahidayat, 2011). Teori epidemiologi untuk menilai kualitas masyarakat
tertentu berdasarkan waktu, sehingga kaidah sosial sulit dicari karena terdapat data empirisnya.
1. Bagaimanakah bentuk masyarakat ideal itu ?
Pembentukan masyarakat ideal terdapat beberapa cakupan seperti yang berhubungan
dengan aturan negara, ritual kepercayaan, dan profesionalisme, sedangkan pada tingkat bawah
terdapat cakupan seperti keamanan, administrasi, dan seterusnya. Pada konsep hidup
kesederhanaan di masyarakat terdapat aspek easy going, obedience, brother hood, dan justice.
Dasar-dasar tersebut yang dikelola pada masyarakat untuk menimba ilmu dan menjadi tujuan
dalam perdagangan dan pertukaran kebudayaan.
Pada posisi intoleran dengan metode hinduisme dan budhanisme, konsep masyarakat
ideal yang dianggap sebagai nilai baru yang dibawa oleh wali. Dalam islam, masyarakat ideal
yang dimaksud mendapatkan limpahan dan ampunan sehingga unsur Tuhan dimunculkan.
Untuk menjabarkan cita-cita tersebut para wali menyusupkan nilai-nilai islam dalam budaya
masyarakat tanpa menghilangkan budaya yang dianut. Penyusupan nilai-nilai melalui kesenian,
pertanian, perdagangan, tata kota, kerajaan dan lain-lain.

2. Apakah reliji punya konsep sosial yang ideal ?


Dalam religi nilai yang terkandung sebagai petunjuk hidup sosial, kerohanian, serta
informasi IPTEK, dan ritual. Kandungan kitab memberikan arahan terhadap pembentukan
masyarakat ideal yang bercirikan : intelektual, kerohanian, sehat jasmani dan rohani, kuat
ekonomi, sehat sosial, akhirat sebagai tujuan hidup dan dunia sebagai sarana untuk mencapai
tujuan. Konsep sosial islam dapat berkembang dan mempunyai azas manfaat, tanpa hal tersebut
akan sulit dioperasikan. Konsep sosial islam sulit tercapai karena bangunan masyarakat ideal
tidak dioperasikan secara kompreheship. Pengkajian islam yang cenderung kearah ritus dan
mistik serta digunakan sebagai pelarian terhadap ketidak mampuan dalam menghadapi
tantangan zaman sehingga terjadi pelarangan dari islam itu sendiri. Dalam aspek sains,
kandungan kitab suci kurang dikaji dan hanya dipahami secara mendasar padahl harusnya
NAMA : HIRYA PRABASWARA HERNAWAN
KELAS : AGROEKOTEKNOLOGI N
NIM : 225040201111088

kandungan kitab suci perlu dikaji lebih mendalam dan memerlukan pemecahan melalui
intelektual tinggi.

3. Struktur konsep sosial berdasarkan reliji


Filsafat religi yang berbagai tuntunan baik perintah, larangan, himbauan dari Tuhan.
Permasalahan yang menyangkut sosial berskala mikro, makro, meso bagian dari nasib yang
diberikan oleh tuhan dan yang berhubungan dengan himbauan umum mengenai kaidah dan
mempelajari semesta merupakan bagian dari ketetapan yang tidak bisa diubah. Orang yang
melangkah maju untuk mempelajari ilmu akan dengan mudah mengikuti alur proses sehingga
dia dapat menentukan berhenti, memanfaatkannya atau terus melanjutkan mendalami ilmu
tersebut. Proses yang terjadi pada orang tersebut mengikuti hukum alam yang didalam agama
merupakan sebuah ketetapan.
Pada dasarnya alam semesta berisi ketetapan melalui penelitian secara seksama dan
ketetapan tersebut tidak akan pernah berubah karena bersifat abadi dan objektif kecuali ada
ketetapan lain yang ditakdirkan oleh Tuhan. Sehingga dapat dipastikan manusia hanya bisa
memanfaatkan ketetapan Tuhan tanpa bisa menciptakannya baik secara material maupun
esensial. Itulah kenapa ketetapan Tuhan adalah baku dan manusia hanya bisa
menginventarisasinya saja sehingga membuat dia menjadi seorang saintis. Sedangkan pada
penentuan nasib, ketetapan dapat melindungi semesta. Dengan ketetapan tanpa bantuan apapun
akan dapat berjalan sesuai kodratnya.
Pada saat manusia membuat pilihan, ia ditentukan oleh berbagai factor lingkungan dan
bakat pada dirinya. Setelah pilihan ditentukan maka pada saat itulah awal dari scenario sosial
untuk mencari daya dukung bagi pilihannya tersebut. System religi mampu memberi solusi
pada penentuan pilihan agar tidak salah arah. Terdapat beberapa alasan yakni:
1. mengajarkan untuk membuat pilihan dengan menggunakan dua dimensi yaitu
kerohanian dan intelektual agar menjadi suatu keputusan akurat
2. pengkajian ulang terhadap keputusan yang ditentukan dengan menggunakan aspek
pencerahan intelektual dan mendengar serta menerima alasan yang berstandar. Apabila
hasil kajian kurang memuaskan diperlakukan evaluasi yang dikenal dengan metode
saintifik
3. penentuan pilihan memberikan konsep sosial yang begitu jelas dan dapat diuji secara
ilmiah dan siap dibandingkan dengan konsep lain bila konsep tersebut diragukan
4. setiap kebijakan suatu bangsa untuk memilih konsep sosial yang tidak ada rujukan dari
sang Pencipta akan berantakan di tengah jalan bahkan bisa dibilang gagal
5. tanggung jawab intelektual jika tidak diperjuangkan dan di bela secara totalitas maka
konsep sosial akan tersingkir oleh konsep lain. Sehingga diperlukannya perjuangan
dalam pembelaan terhadap konsepsi hidup menurut tuntuna Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai