Anda di halaman 1dari 12

NAMA :Maria Pingkan Mandalika

NIM :20101112
PKK 3 / 4

REVIEW MATERI SOSIOLOGI AGAMA

PERTEMUAN 1
MENGENAL SOSIOLOGI AGAMA
- Sejak berbad-abad yang lalu,manusia mengenal peradaban dengan keyakinan dan
agama.Seiring dengan perkembangan zaman,manusia menempatkan agama atau keyakinan
dalam posisi yang penting dalamkehidupan nya.Dan bahkan hak kebebasan dalam memeluk
agama menjadi bagian dari hak asasi yang harus di lindungi dalam peraturan perundangan-
undangan dalam berbagai negara.Manusia bukan hanya hidup dengan Tuhan atau dewa atau
sesuatu lain yang ia sembah,ia juga merupakan makhluk social atau homo socius yang hidup
bersama manusia lain dalam masyarakat.jika dalam fenomena spiritual di telaah dalam ilmu
agama serta fenomena social di telaah dengan sosiologi,maka adanya fenomena spiritual dalam
masyarakat sepatutnya ditelaah dalam perspektif sosiologi agama.
Sosiologi agama bukanlah suatu topik baru dalam kajian ilmu sosiologi.Sosiologi memiliki
banyak cabang konsentrasi yang menyandingkan atau mengkolaborasikan antara ilmu sosiologi
dengan ilmu lainnya.Namun,sosiologi agama bisa saja menjadi topik baru bagi sebelumnya yng
hanya mempelajari tentang agama dengan perspektif keagamaan.
1.1 Sosiologi
Sosiologi sering di maknai sebagai ilmu yang mempelajari dan berkenaan tentang
masyarakat.Kemudian,lebih kompleks sosiologi memiliki banyak definisi dari berbagai tokoh
yang sering di jumpai dalam buku-buku pengantar sosiologi atau buku pegangan pelajaran
sosiologi sekolah menengah.sosiologi terdiri dari 2 kata,yakni socius dan logos.Socius
mempunyai arti masyarakat dan social sedangkan logos mempunyai arti ilmu.
Sosiologi mempunyai tiga paradigma besar yang paling sering di gunakan.paradigma ini
berasal daari penggolongan yang di lakukan oleh George Ritzer dalam bukunya sosilogi ilmu
pengetahuan berparadigma ganda,meliputi paradigm fakta social,defenisi social dan perilaku
social.
Paradigma fakta social cenderung memandang segala fenomena berasal dari luar diri individu
dan lebih mengutamakan adanya aturan,norma,nilai dan menyukai keteraturan.Dan jika
paradigma ini memberi makna pada sosiologi,maka sosiologi akan menjadi ilmu yang bisa
mempelajari pola hubungan dan berbagai interaksi social dalam masyarakat yang di mana
melibatkan nilai,norma dan peraturan dalam rangka membentuk serta mempertahankan
keteraturan social(order).ciri lain dari paradigma ini adalah penggunaan perspektif teori
fungsionalis dan strukturalis.
Paradigma definisi social.paradigma ini lebih mengutamakan analisis fenomena dari dalam
individu (subyektif).jika memberikan pengertian atau defenisi mengenai sosiologi,kemungkinan
besar paradigma ini memberikan banyak seklai opsi.Alasannya,karena paradigma ini sangat
begitu menghargai keunikan individu,Namun jik di rangkum,garis besarya mengenai sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari nilai,makna,fenomena dan segala interaksi individu yang
berkenaan dengan keidupan kelompok,komunitas dan masyarakat luas.
Paradigma perilaku social,ciri dari paradigma ini adalah penggunaan perspektif teori pertukaran
sosialnya.jika paradigma ini memberikan defenisi mengenai sosiologi,kurang lebih adalah
mempelajari perilaku manusia dalam interaksinya dengan manusia lain sebagai makhluk social
dan sebgaai bagian dari masyarakat.selain dari ketiga paradigma ini,terdapat perspektif lain yang
juga sering di gunakan seperti kritis,cultural studies dan postmodern.
1.2 Agama
Pembahasan mengenai arti agama telah lama menjadi bahan diskusi diantara teolog,antropolog
dan sosiolog.secara garis besar,terdapat dua macam pendapat mengenai agama,yakni perspektif
reduksionis dan non-reduksionis.Perspektif reduksionis melihat agama sebagai tindakan
irrasional,karena yang di rujuk adalah kriteria logis pemikiran (Turner,2012: 470).Namun
kemudian Turner menjelaskan perspektif lain mengenai agama dengan mengambil dari pendapat
Durkheim,yakni tidak ada agama yang salah,karena agama benar dengan gayanya maisng-
masing (Turner,2012: 471)
Agama dalam arti sempit dimaknai sebagai segala hal yang berhubungan dengan keyakinan
religius dan bersifat spiritual.Voltaire membicarakan agama melalui perspektif cultural
studies.Agama alam konteks ini di maknai sebagai sebuah sudut pandang yang mungkin juga
aturan main dan keyakinan dalam melihat uang,atau lebih tepatnya cara manusia memujanya.
1.3 Sosiologi Agama
Agama yang di tampilkan sebagai spritualitas,pemujaan dan aktivitas rohani tentu akan
berseberangan dengan sosiologi ( terutama aliran positivis) yang mengutamkan kriteria ilmiah
dan empiris dalam menilai suatu fenomena.sebagai keilmuan,selain empiris dan ilmiah sosiologi
bersifat debatable dan dialektik dan sosiologi juga mempunyai paradigma dan perspektif yang
jamak.
Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat,tentu akan terliba dengan agama
karena seperti kata “Durkheim”,sumber agama adalah masyarakat itu sendiri”
( Raho,2007).Agama juga menjadi sangat pening dala keilmuan sosiologi,bahkan terdapat satu
konsentrasi khusus,yakni sosiologi agama.Namun sebelum itu,sebagai sesama ilmu yang
berhubungan erta dengan masyarakar,perlu sedikit di kethui mengenai perbedaan antara prolog
agama dan sosiologi agama.perbedaan utamanya ialah wilayah kajian.Antropolog agama
memiliki wilayah kajian agama sebagai bagian dari kebudayaan manusai,sedangkan sosioogi
agama lebih kepada wilayah agama sebagai bagian drai realitas social yang berhubungan dengan
masyarakat termasuk seperangkat nilai dan norma yang ada di dalamnya.
Sosiologi agama muncul sebagai bagian dari sosiologi yang membahas tentang agama.Agama
dalam paradigma fakta social di letakkan dalam struktur sebagai bagian dari norma dalam
masyaraka,yakni norma agama.Meskipun paradigma ini cenderung menolak bahwa agama yang
epifenomena di sandingkan dengan sosiologi yang empiris,namun tidak dapat di pungkiri bahwa
mereka mengakui agama menjadi bagian dari realitas social.Dan alasan paradigma ini cenderung
menolak bahwa agama itu empiris,Karena agama bersifat emosional dan berasal dari suatu hal
yang tidak konkret.Paradigma ini kemudian menemukan bagian dari agama yang berkaitan
dengn masyarakat,yakni penerapan konkret nilai-nilai dari Tuhan (Ghazali,2011). Para
antropolog menyebutnya kepercayaan.
Paradgima ini terdiri dari beberapa perspektif utama,di antaranya adala
fenomenologi,interaksionisme simbolik dan rasionalitas.Makna agama yang berbeda oleh setiap
orang mencerminkan bagaimana ia menerima nilai agama dalam kelompoknya.Fenomena ini
dapat di kaji dengan fenomenologi.Agama yang sarat akan symbol-simbol menjadi objek kajian
menarik oleh persfektif interaksionisme simbolik.Ritzer juga membuktikan bahwa rasionalitas
dapat di gunakan untuk menganalisis agama dalam fenomena McDonaldisasi.
Sosiologi menmepatkan agama sebagai salah satu bagian dari fenomena social yang hadir
dalam masyarakat,entah itu di luar individu,sebagai bagian dari struktur atau dari dalam individu
itu sendiri.Tokoh paradigma kritis,Karl Marx memandang agama sebagai candu dan
melemahkan.foucault menilai bahwa agama itu dapat menjadi salah satu pengekang kebebasan
tubuh seorang individu,sedangkan nihilis seperti Nietzsche berpendapat bahwa “Tuhan telah
mati”.Namun secara positif Weber menemukan adanya spirit yang sama antara etos kerja dan
ajaran protestan dalam karyanya yang terkenal “Etika protestan dan spirit kapitalisme”
1.4 Objek Kajian Sosiologi Agama
Objek kajian sosiologi agama ada 2,yakni onjek material dan objek formal.Objek material
meliputi manusia sebagai makhluk social bagian dari masyarakat an gama sebagai salah satu
unsur penting dalam membentuk relitas social.sedangkan,objek formal berisi epistemology
sosiologi agama itu sendiri.objek formal dalam sosiologi agama di tentukan dari paradigma yang
di gunakan.
Objek formal berhubunan erat dengan pendekatan yang di gunakan dalam menelaah sebuah
fenomena.Cara pandang sebuah pendekatan bisa berbeda dengan pendekatan yang lain terutama
jika pendekatan tersebut di bawah naungan paradigm yang berbeda.paradigma fakta social
memiliki pendekatan fungsional structural.paradigma defenisi social memiliki pendekatan
fenomenologi,interaksionisme simbolik dan pemikiran Weber.paradigma perilaku social
memiliki pendekatan pertukaran social,pendekatan-pendekatan lain seperti dari penganut
materialis dan nihilis juga mempunyai perspektif yang berbeda.
Penganut pendekata structural-fungsional percaya bahwa setiap bagian dari masyarakat
memiliki fungsi,termasuk kemiskinan,peperangan atau kematian (Raho,2007: 49). System dalam
masyarakat memiliki norma-norma yang membuat masyarakat selalu dalam keteraturan,dia
nataranya adalah norma agama sebagai kntrol social.
Pendekatan fenomenologi dan interaksionalisme simbolik akan berfokus pada pemaknaan
individu.pendekatan ini di kenal dengan pendekatan interpretatif.artinya,individu dalam sebuah
kelompok dapat berbeda dalam mengintrepetasi suatu hal dengan individu dlam kelompok lain
karena perbedaan nilai.pendekatan ini juga memandang objek kajian utama sosiologi adala
kesadaran subjektif individu sebagai actor dalam memandang sebuah realitas social
(Raho,2007).satu pemikiran yang terkenal muncul di bawah paradigma yang sama dari kedua
pendekatan di atas,yakni sebuah analisis Weber mmengenai agama protestan dan semangat
kapitalisme.pendekatan yg di gunakan weber berfokus pada tindakan social sebagai objek
kajiannya.
Pendekatan pertukaran social,objek kajian utama dalam pedekatan ini adalah tingkah laku
manusia yang di dasari pertimbangan untung dan rugi (Raho, 2007: 171).Bryan Turner
menganalisis adanya fenomena-fenomena pertukaran social dalam karya weber,The protestant
Ethies and the spirit of capitalism.Dan pertukuran yang dimaksud ini adalah pertukuran yang
berhubungan dengan kebiasaan para penganut agama untuk memberikan persembahan –kalau
bukan ‘sesajen’,beupa pengorbanan (altruistis)- demi menuju ‘surga’.
Marx berpendapat bahwa agama merupakan sebuah penghambat menuju jlan revolusi.Nilai-nilai
yang terdapat dalam agama cenderung mencegah manusia untuk melakukan perubahan yang
fundamental.
1.5 Urgensi Mempelajari Sosiologi Agama
Agama memberikan pengajaran mengenai nilai-nilai baik dan buruk,salah dan benar,hitam dan
putih yang tersurat jelas dalam aturan-aturannya.sebagaimana sifat norma,agama juga
mempunyai sifat hukum yang mengikat dan sanksi yang tugas.Bahkan dalam masa sebelum abad
pencerahan,hukum-hukum di negara barat tidak lain adalah perumusan dari
gereja.sedangkan,sosiologi tiak pernah memberikan justifikasi mengenai yang benar dan
salah.Sosiologi mempelajari kausalitas,pola,interaksi,kronologi,sampai bagaimana dampak
sebuah fenomena sebagai jalinan yang komprehensif.
Sosiologi agama membantu kita menelaah suatu fenomena keagamaan sebagai bagian dari
realitas social dengan lebih interpretatif.Jika kita terbiasa dengan cara pandang klasik yang hanya
menggunakan sudut pandang satu agama,sosiologi menawarkan cara lain agar kita memahami
cara pandang agama lain dengan nilainya yang berbeda.
Cara manusia memahami makna agama berperan besar pada cara nya menempatkan diri dalam
bermasyarakat,khususnya di masyarakat multikulturl dengan beragam agama.setiap agama pasti
akan berlomba mengklaim bahwa ajarannyalah yg paling benar.hal ini berkenaan dengan
kekuatan legitimasinya dalam sebuah tatanan masyarakat,kekuatan inilah yang nantinya sering di
manfaatkan untuk kepeningan kekuasaan.Bahkan maneuver politik bekerja untuk mendapat
dukungan dengan manipulasi scenario ‘mempertahankan tempat ibadah’oleh politikus Ariel
Sharon ( Kimball,2003: 204).
Ajaran agama yang menuntun umatnya menuju kebahagian gagal dan justru di gunakan untuk
membuat orang lain menderita adalah menjadi paradox atau mungkin ironi yang harus di
akui.Charles Kimball mencontohkannya melalui kebijakan agama yang diskriminati,terutama
teradap perempuan.

PERTEMUAN 3
SEJARAH SOSIOLOGI AGAMA HUBUNGAN SOSIAL AGAMA DAN ILMU
- Sosiologi agama telah hadir sejak ilmu sosiologi mulai di terapkan.Dalam sosiologi terdapat
pembabakan yang meskipun tidak di pisahkan secara rigid,pembabakan itu antara lain era
klasik,era modern,era kontemporer dan postmodern.Pembagian era ini dipengaruhi oleh karya
Bryan Turner yang erjudul Relasi Agama dan Teori social kontemporer.Ia mengkritik bahwa
sosiologi agama memiliki kelemahan.Kelemahan ini di baginya menjadi 3 bagian
yakni,kelemahan sosilogi agama klasik,sosiologi agama modern dan sosiologi agama
kontemporer. Pemikiran comte mengenai tiga tahap manusia juga sedikit mempengaruhi
pembabakan ini.Era klask terinsipirasi dari masa-masa tahap metafisis(sekitar tahun 1800-an)
dan era modern terinsipirasi dari tahap positivis.
2.1 Sosiologi Agama di Era Klasik
Era klasik yang di maksud adalah masa-masa awal kebangkitan sosiologi atau masa-masa
awal abad pencerahan.Sosiologi dilahirkan dari berbagai fenomena social yang besar dan
kekutan intelektual saat itu.Dalam sejarah sosiologi,peristiwa besar yang menjadi perhatian di
awal perkembangannya ialah revolusi politik ( diawali revolusi perancis),revolusi
industry,bangkitnya kapitalisme,serta berbagai dampaknya.
Revolusi perancis (1789) merupakan revolusi yang menjadi perhatian dunia karena efek yang
di timbulkan begitu besar.Walau begitu,itu bukanlah satu-satunya revolusi yang menjadi
perhatian para inteletual saat itu.mengenang revolusi perancis,revolusi yang mempengaruhi
timbulnya banyak revolusi di dunia,khususnya Eropa dan negara-negara Barat.Berkat revolusi
ini,kerajaan dengan pemerintahan monarki absolut dan system kediktatoran mulai
dijatuhkan.Deklarasi HAM dikumandangkan.Namun,tentu ada harga yang di bayar untuk
mendapatkanya.Pasca revolusi,perombakan besar-besaran yang terjadi menyebabkan keadaan
tegang dan tidak teratur seperti sebelumnya.Dua sosiologi tertarik untuk menemukan dasar-dasar
baru yang menciptakan integrasi dan ketertiban social (Rabo,2007: 22) mereka adalah Auguste
comte dan Emile Durkheim)
Revolusi ini yang juga memiliki sumbangsih besar dalam sejarah perkembangan sosiologi
adalah revolusi industri.Revolusi ini di tandai dengan di temukan mesin uap dan temuaan ini
kemudian menjadi awal beralihnya matapencarian masyarakat,dari yang mulanya bertani
menjadi industri.karena yang menjadi perhatian sosiolog cenderung sisi negative dari pada
positifnya,maka yang menjadi sorotan adalah tumbuhnya system kapitalisme sebagai ganti
feodalisme.Stratifikasi dalam masyarakat feodal yang mengutamakan kepemilikan tanah berganti
menjadi stratifikasi dengan dasar kepemilikan modal.
Tokoh klasik yang tertarik untuk mencari jalan keluar atas permasalahan masyarakt industri
adalah karl mars,jika diurutkan secara kristologi,pemikiran marx mengenai sosiologi agama
terletak di bagian awal dan karya-karyanya telah terbit sebelum Durkheim dan weber.Marx
adalah orang yang indeks yag terkenal kontreversial.ia juga dengan lantang mengemukan idenya
mengenai revolusi dengan prinsip sosialisme,marx yakin bahwa kapitalisme hanya dapat hancur
dengan jalan revolusi sosialisme.ide dari marx banyak di klaim dan di kritik dari sosiolog lain
yaitu Durkheim dan Weber
Sosiologi agama mulai lahir meskipun ketika itu tidak ada kesepakatan mengenai adanya
percabangan ini.Runtuhnya kekuasaan gereja berdampak pada perubahan struktur dalam
masyarakat.Oleh sebab itu,perubahan kehidupan agama bukan hal sepele.Otoritas agama yang
sebelumnya bersatu dan menjelma sebagai hukum negara telah di tumbangkan.Agama
kehilangan kekuatannya sebagai satu-satunya otoritas dalam bidang moral (Raho,2007).
Saidi mengatakan antara negara dan agama di pengaruhi dua dimensi,internal dan eksternal
agama itu sendiri.Melalui dua dimensi ini dapat di lihat sejauh mana peran agama dalam
menentukan kebijakan dalam suatu negera,selain itu dapat di lihat pula perkiraan pola hubungan
antara negara dan agama dalam negara tersebut.Dimensi pertama adalah dimensi yang berkaitan
dengan internal sebuah agama.Dimensi internal ini melihat apa yang di sediakan agama untuk
negara.Dimensi kedua adalah dimensi eksternal agama,dimensi ini berkaitan dengan posisi
agama dalam sebuah negara.
2.2 Sosiologi Agama di Era Modern
Durkheim meneliti mengenai asal-usul agama dalam karya nya The Elementary Forms of
Religious Life.Salah satu hasil yang di jabarkan adalah bahwa pada masyarakat primitive yang
menjadi subjek kajiannya saat itu,”mendefenisikan hal-hal tertentu sebagai sacral dan hal-hal
lainnya sebagai profane ‘’( Raho,2007:28).
Sekularisasi,sekularisme dan perihal secular lainnya tidak di bahas secara khusus di
sini,Namun,ia menjadi salah satu hal yang penting dala kajian sosiologi agama di era
modern.Jika pada era klasik kehidupan agama sangat di pengaruhi teologi dan filsafat,pada era
modern tidak.Agama di era modern abad-20 di pahami sebagai suatu hal dari kehidupan yang
bersifat sebagai pelengkap,bukan lagi yang utama,hal ini di karenakan salah satunya adalah
paham sekuler itu sendiri.Agama di pandang ‘kurang ilmiah’ dan tidak relevan lagi jika masih
diadopsi dalam kehidupan bermasyarakat.para intelek yang menaruh perhatian pada persoalan
agama,cenderung berlomba untuk menelaah kehidupan masyarakat yang masih percaya bahwa
agama masih relevan dengan keidupan bermasyarakat.Dalam hal ini,masyarakat religius di
pandang’unik’ dan mungkin ‘eksotis’ dan ‘penjelasan-penjelasan’ realitas yang berbau
keyakinan serta merta di nyatakan salah’ (Turner,2012: 90)
Kajian sosiologi agama di era modern di tandai dengan munculnya kajian-kajian agama oleh
tokoh-tokoh seperti Durkheim,Weber dan marx, dan mereka berperan dalam kajian sosiologi
agama di era yang modern karena karya-karya mereka yang muncul pada sekitar tahun 1900-
an.Sosiologi agama di era modern lebih menekankan pada kondisi setelah eropa memasuki abad
pencerahan.Kondisi social,politik,ekonomi termasuk agama mengalami perubahan besar-besaran
dan beberapa mengalami kekacauan.Beberapa sosiolog yang berasal dari keluarga religius
memiliki semacam keinginan untuk kembali kepada tatanan lama dengan menguraikan hubungan
antara agama dan masyarakat (Raho,2007 :24)
Durkheim memilih mencari makna agama dengan mencari asal-usul agama dari masyarakat
primitive,ia mencari hubungan antara agama dengan integrase social dalam
masyarakat.Hasilnya,Durkheim menyimpulkan bahwa asal-usul agama berasal dari masyarakat
itu sendiri.menurutnya agama membagi dunia menjadi dua sisi,yakni sacral dan profane.Agama
yang memiliki sisi sacral,dapat merekatkan integrase social dalam masyarakat dengan
menumbuhkan kesadaran kolektif.Kesadaran ini yang kemudian “mengikat anggotannya ke
dalam unit-unit yang homogeny “( Turner,2012 : 34)
Weber menjelaskan agama dan kaitannya dengan perkembangan ekonomi.Weber tidak
bermaksud mencari esensi agama menggunakan definisi implisit.Ia memilih pendekatan yang
benar-benar bersifat historis,kaya dengan detail-detail empiris daan sangat ppeka terhadap
kopleksitas signifikansi “agama” dalam perbedaan kategori bangsa dan kelas (Turner,2012: 35).
2.3 sosiologi Agama di Era Kontemporer
Sosiologi agama kontemporer,lebih berfokus pada agama sebagai salah satu unsur pembeda
dalam masyarakat multikultural.Kajian ini memang bukan sesuatu yang baru.Namun,setelah
memasuki abad pencerahan,juga masa-masa yang jauh setelah itu,persoalan agama dalam
sosiologi agma mengalami pergesaran (dari era modern).Tentu saja akar pemikiran yang di
gunakan sebagai pisau analisis di pengaruhi oleh sosiologi agama era modern.Namun,yang lebih
mendominasi adalah pemikiran-pemikiran dari teori kritis dan pos modern.
Tradisi kajian agama agama di era klasik dan modern sering menggunakan metode
perbandingan agama,baik itu teologi maupun antropologi.Mereka memiliki kecenderungan untuk
membagi dunia menjadi barat dan timur.penundaan-penundaan ini sayangnya tidak terlalu
mendominasikan dalam era kontemporer.Ajaran-ajaran doktriner sudah jarang di
gunakan.penundukan menjelma menjadi bentuk-bentuk kain yang lebih halus,namun tetap
memberi kesadaran palsu.Hal ini juga kemudian di kritisi oleh tokoh-tokoh teori kritis tentang
pemikiran marx.Kegagalam marx untuk memprediksi bahwa masyrakat kapitalis berubah
menjadi lebih « canggih « ,sehingga kelas proletar sudah tidak lagi bersemangat untuk
melakukan revolusi.
2.4 Agama Dan Sistem Ilmu Pengetahuan
Hubungn agama dan ilmu pengetahuan dapat di lihat dari 2 sudut pandang :
1.agama yang konsepsinya melahirkan keimanan dan sekaligus rasional atau semua gagasan
yang ilmiah yang bertentangan dengan agama serta tidak memberikan harapan dan tidak
melahirkan optimisme.
2.hubungan agama dengan ilmu pengetahuan
2.5 Agama Dan Seni Budaya
Agama dan seni merupakan dua hal yang sangat dekat di dalam masyarakat,bahkan banyak
yang mengartikan bahwa agama dan seni adalah satukestauan yang utuh.Dalam kaidahnya
agama dan seni mempunyai kedudukan masing-masing yang tidak dapay di satukan.karena
agama mempunyai kedudukan paling tinggi dari pada kesenian.Dapat di simpulkan juga bahwa
agam dan seni atau kesenian yang di gerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia
dengan kitab yang di yakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tetapi di kondisikan
oleh suatu konteks hidup pelakunya,yaitu factor geografis,kesenian dan beberapa kondisi yang
objektif.
- Social Instutaion
Kontjaningrat mengartikan social instution sebagai pranaa social,di mana yang di maksud
pranata sosial adalah suatu sistem atau tata kelakukan hubungan yang berpusat kepada aktivitas
untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan khusus dalam kehidupan manusia.
- komponen-komponen agama
a.emosi keagamaan,suatu sikap yang tidak rasional yang mampu menggetarkan jiwa
b.sistem keyakinan,system yang terwujud dalam suatu pemikiran atau gagasan manusia seperti
keyakinan akan sifat-sifat Tuhanwujud alam gaib,kosmologi,masa kahirat dll.
c.upacara keagamaan,ritual-ritual kegamaan yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan dan dewa-
dewa roh nenek moyang.
d.tempat ibadah,tempat sebagai wadah untuk melakukan ritual
- proses terbentuknya lembaga keagamaan
a.proses pelembagaan,suatu proses yang di lewati oleh suatu norma kemasyarakatan yang baru
untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan.
b.norma-norm yang internalized artinya proses norma kemasyarakatn yang tidak hanya berhenti
sampai pelembagaan saja,tetapi mendarah daging di dalam jiwa anggota-anggota masyarakat.
Semua agama cenderung dalam melastarikan eksistensinya dan kemanfaatannya bagi masyarakt
di dalam bentuk organisasi.agama yang secara tradisional yang tidak mengenal dengan jelas
oknum pendirinya tidak luput dari usaha k arah itu,apalagi agama modern yang mempunyai
pendiri yang terang namanya serta asal usulnya
- Jenis-jenis organisasi keagamaan
1.organisasi agama primitive
Tercampur dalam semua sector kehidupan yaitu kgiatan religius.pemimpin masyarakat adalah
sekaligus pemimpin agama.
2. organisasi agama modern
Dlam masyarakat modern di adakan pembedaan antara urusan keaagamaan dan urusan profane
- fungsi dan tujuan lembaga keagamaan
1. untuk memperkuat spritualitas dan menekan individualitas yang cenderung egoistic
2. memperkuat solidaritas dalam masyarakat dan mengembangkan sikap saling membantu
3. sebagai tindakan preventif mencegah perilaku amoral dalam masyarakat

PERTEMUAN 4
- fungsi dan Tujuan lembaga keagamaan
Tujuan dan fungsi lembaga keagamaan dari segi manifest maupun laten sbb :
a. memperkuat spritualitas dan menekan indivudualitas yang cenderung egoistik
b.memperkuat solidaritas dalam masyarakat dan mengembangkan sikap saling membantu
c.sebagai tindakan preventif mencegah perilaku amoral dalam masyarakat
d.pemenuhan kebutuhan religious dan penghayatan ketuhanan
- Agama dalam Kehidupan Sosial
Peran agama di dalam kehidupan social terkait erat :
Berbicara dengan agama memerlukan suatu sikap yang ekstra hati-hati.sebaba agama
merupakan persoalan social,tetapi penghayatannya sangat bersifat individual.Selain itu agama
merupakan pedoman hidup dan menjadi tolak ukur yang mengatur tingkah laku penganutnya
dalam kehidupan sehari-hari.Baik atau tidaknya tindakan seseorang tergantung pada seberapa
taat da seberapa dalam penghayatan terhadap agama yang di yakini.Agama berperan sangat
penting dalammengatur kehidupan manusai dan mengarahkannya kepada kebaikan bersama.
Secara lebih terperinci,pentingnya peran agama dalam kehidupan manusia dapat di pahami
dalam poin-poin berikut
a.agama memghidupkan nilai luhur moralitas.di turunkannya agama kepada manusia
memepunyai agenda menghidupkan moralitas dalam rangka mengatur kehidupan
manusia.Agama sangat mendukung nilai luhur yang menyeru kepada prinsip kebaikan,seperti
keadilan,kejujuran,toleransi dan tolong-menolong
dalam proses kehidupan yang di jalani manusia,agaam sangat mendukung untuk tindakan
kebaikan.Artinya agama tidak hanya memberikan nilai-nilai yang bersifat moralitas,namun juga
menjadikannya sebaai fondasi keyakinan.Agama mensyarakatkan moralitas sebagai bagian iman
secara keseluruhan.Tak hanya moralitas yang di tekankan agama bersifat mengikat kepada setiap
penganutnya.
- ada 2 aliran yang melihat peran agama dalam proses perubahan social
a.poosisi pertama memandang bahwa agama di maknai sebagai institusi yang menghambat
proses perubahan sosial.pada posisi ini,agama di maknai sebagai kekuatan konservatif.Posisi ini
di dasarkan pada pemikiran yang pesimis jika agama dapat mendukung proses perubahan social.
b.posisi kedua sebaliknya memandang agama sebagai unsur penting yang turut mempercepat
proses perubahan social dalam masyarakat.Agama di maknai sebagai kekuatan yang
konservatif.pendapat di kemukakan oleh kelompak fungsionalis.
Istilah konservatisme dapat di maknai bahwa agama memiliki kekuatan untuk menolak
perubahan dan cenderung ingin mempertahankan status qua kondisi yang sudah
mapan.kelompok fungsionalis berpegang pada yang menyatakan bahwa masyarakat harus terus
berada pada posisi stabil,seimang,terintergrasi,dan agama dalam hal antar unsur dalam
masyarakt.
- Agama Menurut Tokoh Sosiolgi
a.karl marx : agama memiliki fungsi untuk memilhara status qua atas suatu kelas social berkuasa
di atas kelas yang lain dalam masyarakat secara keseluruhan
b.Max Weber : agama melakukan fungsi-fungsi yang sangat berbeda untuk strata soial dalam
masyarakat yang memiliki stratifikasi social dalam masyarakat yang memiliki hak-hak
istimewa,agama berfungsi sebagai suatu alat untuk melegtimisi atau membenarkan posisi social
mereka yang berkuasa dan memiliki hak-ak istimewa
c.Talcott Parsons : agama merupakan bagian dari system budaya.kepercayan agama memberikan
seperangkat pedoman bagi tindakan manusia dan agama dapat memberikan system dan struktur
social dan penafsiran mamsing-masing individu,atau yang di kenal dengan religiusitas.
- Korelasi Agama Dan Tipe Masyarakat
Golongan-golongan masyrakat berdasarkan pekerjaannya dan ketaatan-ketaatan beragamanya
antara lain sbb:
a. golongan petanii
b.golongan nelayan
c.golongan pengrajin dan pedagang kecil
d.golongan pedagang besar
e.golongan karyawan
f.golongan buruh
tujuan dari beragama seseorang rata-rata untuk mencari ketenangan batindalam masalah
penghayatan wanita lebih dominan,karena factor pembawaan mereka umumnya cenderung
emosional.Bagi wanita,yang terpenting dari keberagaman dapat merasakannya secara
langsung,sementara golongan pria kurang menghayati rasa-rasa keagamaan seperti itu dan
mereka memerlukan dasar rasionalnya terlebih dahulu
PERTEMUAN 5
AGAMA DAN KONFLIK SOSIAL
- Agama merupakan fenomena universal yang dapat di temukan setiap masyarakat
a. konflik social adalah suatu perpecahan yang di latarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang di
bawa individu dalam suatu interkasi,misalnya perbedaan fisik,kepandaian,pengetahuan,adat
istiadat,keyakinan dan lain sebagainya.
* Sikap Dan Doktrin Keagamaan
Komarudin Hidayat menyebutkan adanya 5 topologi sikap keberagaman,yakni
1,Ekskluvisme : sikap ekskluvisme melahirkan pandangan bahwa ajaran yang paling banar
hanyalah ajaran agama sendiri,sedangkan agama lain sesat dan wajib di kikis atau pemeluknya di
konversi,sebab agama dan penganutnya terkutuk dalam pandangan Tuhan.
2.Inklusivisme : merujuk pada sikap dan pandangan keberagaman seseorang bahwa di luar
agama yang peluknya juga terdapat kebenaran,meskipun tidak seutuh atau sesempurna agama
anutannya
3.Pluralisme : sikap teologis pluralism bisa terekspresikan dalam macam-macam
rumusan,misalnya “ agama-agama lain adalah jalan yang sama-sama sah untuk mencapai
kebenaran yang sama”, “agama-agama lain berbicara secara berbeda,tetapi merupakan
kebenaran-kebenaran yang sama sah” atau setiap agama mengekspresikan bagian penting sebuah
kebenaran.
Paradigma ini percaya bahwa setiap agama mempuyai jalan keselamatan sendiri.karena
itu,klaim kristiani bahwa ia adalah satu-satunya jalan (ekslusif) atau yang yang melengkapi atau
mengisi jalan yang lain (inklusif),harus di tolak demi alasan-alasan teologis dan fenomenologis.
4.Eklektisisme : suatu sikap keberagaman yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai
segi ajaran agama yang di pandang baik dan cocok untuk dirinya sehingga format akir dari
sebuah agama menjadi semacam mosaic yang bersifat eklektik.
5.Universalisme : beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama.Hanya
saja,karena factor historis-antropologis.
- Masalah Mayoritas-Minoritas
* fenomena konflik social memiliki aneka penyebab,namun dalam masyarakat yang pluralistis
penyebab terdekat ialah masalah mayoritas dan monoritas golongan agama
* untuk Indonesia harus di akui bahwa agama sebagai sumber perselisihan secara prisip sudah di
bending oleh Pancasila sebagai haluan negera serta UUD Tahun 1945
* akibat kelemahan dan keterbatasab manusia pelaksanaan tidak selalu sejalan dengan apa yang
menjadi harapan sebelumnya.
Dalam masalah konflik mayoritas-minoritas afa beberapa hal yang perlu mendapat perhatian :
1.agama di ubah menjadi suatu ideology
2.prasangka mayoritas terhadap minoritas dan sebaliknya
3. mitos dari mayoritas
- Agama Dan Pluralisme
* pluralisme agama adalah paham yang mengajarkan bahwa semua agama itu sama.Karena
itu,kebenaran ssetiap agamaadalah relatif.
* kaum pluralisme mengklaim bahwa pluralisme menjunjung tinggi dan mengajarkan
toleransi,tapi justru mereka sendiri tidak toleran karena menafsirkan kebenaran ekslusif sebuah
agama.
* pluralisme sebagai pandangan dunaiyang menyatakan bahwa agama seseorang bukanlah
sumber satu-satunya yang eksklusif atas kebenaran,dan dengan demikian di dalam agama-agama
lain pun dapat di temukan,setidak=tidaknya,suatu kebenaran dan nilai-nilai benar
- Agama Sebagai Pemicu Konflik
* konflik menjadi suatu bagian yang tidak terpisahkan dalam masyarakat bahkan lahirnya
masyarakat akan selalu membawa konflik,baik konflik antar individu maupun antar lembaga
sosial yang tentunya menuju pada perubahan di dalam masyarakt.
* salah satu yang menjadi faktor pemicu atau terjadinya konflik sosial adalah persoalan
keagamaan.
- Agama Dalam Mewujudkan Perdamaian
* Murad W Hofmann ( 2006),sebagai tokoh yang sangat concern terhadap perdamaian
agama,berusaha mempertemukan antar agama,dalam hal ini misalnya,islam dan Kristen,dengan
membuka jalan dialog,kerjasama dan alternative lainnya.

Anda mungkin juga menyukai