Anda di halaman 1dari 8

PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM

Ahmad Faidi
IAIN Salatiga
Jl.Tentara Pelajar No.2 Salatiga
e-mail: ahmadfaidi86@gmail.com

Abstract
Anthropologists' interest in religion began to emerge during the colonial period by Europeans.
This was triggered by their success in discovering a "new world," namely a world that was
very different from theirs in Europe. At that time the European world was known to be so
secular and did not want to know religion. Whereas in the eastern world, they actually found
something completely new for them, namely the emergence of various cultural phenomena
that were so closely related to the religion that thrived in it.

Keywords: Anthropological Approach, Islamic Studies, Islamic History

Abstrak
Ketertarikan kaum antropolog terhadap agama mulai muncul pada masa-masa kolonialisasi
yang dilakukan oleh orang-orang Eropa. Hal demikian dipicu oleh keberhasilan dalam
mereka menemukan “dunia baru,” yakni sebuah dunia yang begitu berbeda dengan dunia
mereka di Eropa. Pada masa itu dunia Eropa terkenal begitu sekuler dan tidak (mau)
mengenal agama. Sedangkan pada dunia timur, justru mereka menemukan hal yang benar-
benar baru bagi mereka, yakni munculnya berbagai fenomena kebudayaan yang begitu erat
kaitannya dengan agama yang tumbuh subur di dalamnya.

Kata kunci: Pendekatan Antropologi, Studi Islam, Sejarah islam

Pendahuluan yang lebih mendalam lagi tentang


Ketertarikan kaum antropolog fenomena kebudayaan dan agama yang
terhadap agama mulai muncul pada masa- mereka temukan pada dunia timur. Selain
masa kolonialisasi yang dilakukan oleh bertujuan untuk memenuhi kepentingan
orang-orang Eropa. Hal demikian dipicu ilmu pengetahuan, kecenderungan ini juga
oleh keberhasilan dalam mereka dilakukan guna memperlancar proses
menemukan “dunia baru,” yakni sebuah kolonialisasi yang sedang mereka jalankan.
dunia yang begitu berbeda dengan dunia Melalui hasil-hasil penelitian yang telah
mereka di Eropa. Pada masa itu dunia dilakukan oleh para kaum antropolog
Eropa terkenal begitu sekuler dan tidak tersebut, kemudian dijadikan sebagai
(mau) mengenal agama. Sedangkan pada acuan guna memahami karakter
dunia timur, justru mereka menemukan masyarakat jajahan mereka. Pemahaman
hal yang benar-benar baru bagi mereka, yang lebih komplek akan karakter suatu
yakni munculnya berbagai fenomena bangsa inilah yang kemudian dijadikan
kebudayaan yang begitu erat kaitannya sebagai landasan bagi penetapan strategi
dengan agama yang tumbuh subur di demi menancapkan kekuasaan yang
dalamnya. semakin kokoh di tanah-tanah jajahan.
Sejak saat itulah para antropolog Seiring dengan proses memudarnya
mulai tertarik untuk melakukan penelitian kolonialisasi akibat banyaknya daerah-
daerah jajahan yang merdeka, maka
Tsaqofah & Tarikh Vol. 6 No.2 Bulan Juli-Desember Tahun 2021

kecenderungan tersebut—hasil penelitian Berangkat dari kedua pertanyaan


antropolog sebagai alat kolonialisasi—juga tersebut, maka dalam makalah ini penulis
mengalami pemudaran. Hal inilah yang akan membahas mengenai : agama dan
kemudian mengembalikan penelitian kebudayaan dalam kacamata kaum
antropologi pada tujuan semula, yakni antropolog, pendekatan antropologi dalam
demi perkembangan ilmu pengetahuan. studi islam, obyek kajian dalam
Sedangkan di kalangan ilmuan dunia pendekatan antrologi, dan aplikasi
timur sendiri masih belum nampak pendekatan antropologi dalam studi islam.
kecenderungan menggunakan pendekatan sebagai pelengkap, maka dalam makalah
antrologi untuk mengkaji agama. Hal ini penulis juga menyertakan pembahasan
demikian terjadi karena mereka mengenai beberapa beberapa contoh hasil
beranggapan bahwa agama adalah wahyu penelitian agama yang menggunakan
Allah SWT yang telah sempurna dan tidak pendekatan antropologi.
dapat diotak-atik lagi. Jika agama diotak-
atik maka sama halnya mereka telah Pembahasan
mengingkari nilai “kesempurnaan” agama A. Agama dan Kebudayaan Dalam
itu sendiri. Kacamata Kaum Antropolog
Namun seiring dengan Para ilmuwan sepakat bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan yang fenomena agama merupakan fenomena
semakin pesat, sedikit demi sedikit universal yang pasti dialami oleh setiap
pemahaman tersebut mulai bergesar dan manusia di muka. Akan tetapi yang perlu
mengalami perubahan. Para ilmuan timur digarisbawahi bahwa setiap manusia yang
yang sebelumnya beranggapan bahwa satu dengen yang lainnya memiliki
“pendekatan antropologi” hanya akan penafsiran masing-masing tentang agama
menodai kesucian agama, tapi kini mereka itu sendiri. Oleh karena itu, dalam hal ini
mulai beranggapan bahwa agama dapat kita harus dapat membedakan keberadaan
diteliti tanpa merusak ajaran atau esensi dua entitas keberagamaan itu sendiri, yaitu
agama itu sendiri. kesadaran inilah yang antara agama yang normatif dan agama
kemudian memicu munculnya yang historis.
“pendekatan antropologi” dalam kajian- Amin Abdullah (2011) menyatakan
kajian agama. bahwa agama selalu mencakup dua entitas
Terkait dengan hal itu, yang berbeda namun tidak dapat
pertanyaannya kemudian adalah dipisahkan satu sama lain, yaitu
bagaimana pandangan kaum antropolog normativitas (teks, ajaran, belief, dan
terhadap fenomena agama? Dan dogma) dan historisitas (praktik dan
bagaimana “pendekatan antropologi” pelaksanaan ajaran). Dalam konteks ini,
dapat digunakan dalam penelitian- Amin Abdullah menilai bahwa
penelitian agama? untuk menjawab kemunculan perbedaan penafsiran
pertayaan-pertenyaan tersebut, maka terhadap agama itu sendiri terletak pada
dalam makalah ini penulis memfokuskan dimensi historis dan bukan pada dimensi
pembahasan dalam dua pertanyaan normatif.1
uatama, yaitu : bagaimana posisi agama Terkait dengan hal itu, maka dapat
dan kebudayaan dalam kacamata kaum dipastikan bahwa agama, khususnya
antropolog? Dan bagaimana pedekatan dalam dimensi historis, dapat ditafsirkan
antropologi dapat digunakan dalam studi dan dipraktekkan secara berbeda dalam
islam? masing-masing kelompok yang saling

1
M. Amin Abdullah, Urgensi Pendekatan dalam : http://aminabd.wordpress.com, diakses pada
Antropologi Untuk Studi Agama dan Studi Islam, tanggal 10 Juni 2014
2
Ahmad Faidi
Pendekatan Antropologi dalam Studi Islam

berbeda antara satu sama lain. Pasalnya, pada tahap selanjutnya mengakibatkan
dalam konteks ini agama tidak dapat kemucnulan fenomena-fenoemana agama
dilepaskan dari keberadaan berbagai yang saling berbeda antara satu sama lain.
elemen yang melingkupinya.
Dengan demikian, kemucnulan B. Pendekatan Antropologi Dalam
fenomena agama di suatu masyarakat Studi Islam
tertentu akan berbeda dengan fenomena Pernyataan bahwa agama adalah
yang muncul dalam masyarakat lainnya. suatu fenomena kultural sebagaimana
Meski agama berasal dari sumber ajaran tergambar di atas, memberikan gambaran
normatif yang sama, akan tetapi setiap bahwa keberadaan agama tidak lepas dari
suatu masyarakat tertentu akan pengaruh realitas yang melingkupinya.
menafsirkannya dengan cara yang berbeda Praktik-praktik keagamaan pada suatu
sesuai dengan konteksnya masing-masing. masyarakat tertentu dikembangkan dari
agama sebagai ajaran akan ditafsirkan doktrin ajaran agama yang kemudian
sesuai dengan konteksnya dan kemudian disesuaikan dengan kondisi lingkungan
diaplikasikan dan terimplementasi dalam budaya pada masyarakat itu sendiri.3
kebudayaannya. Oleh karena itu, untuk Pergumulan antara ajaran agama dan
melacak pandangan masyarakat tertentu realitas kultural sebagaiman tergambar
tentang agama maka dapat dilacak melalui diatas dapak kita lihat dalam dalam
manusia dan kebudayaannya. berbagai praktik ritual keagamaan pada
Sjafri Sairin (1993) menilai bahwa masyarakat Indoenesia. Sebut saja di
agama dalam kacamata antropologi antaranya adalah perayaan Idul Fitri.
dianggap sebagai salah satu unsur dari Dalam perayaan salah satu hari besar Islam
kebudayaan. Menurutnya, agama yang tersebut, masing-masing daerah memiliki
dianut oleh manusia merupakan bagian cara pelaksanaan yang saling berbeda.
dari sistem kognitif manusia, yang juga Dalam masyarakat Jawa dapat kita
berfungsi sebagai pedoman bagi tingkah temukan adanya tradisi sungkeman
laku mereka. Dengan demikian, (bersilaturahmi kepada yang lebih tua),
pendekatan antropologi disini maka dalam masyarakat Madura terdapat
memposisikan fenomena agama adalah tradisi ter-ater, yakni berbagi menu
sama dengan fenoemena kebudayaan makanan kepada para kerabat dan
lainnya.2 tetangga.
Dalam konteks inilah mengapa Kenyataan tersebut menadakan
pendekatan antropologi, sebagai suatu bahwa perkembangan agama dalam
disiplin ilmu yang terfokus pada sebuah masyarakat tidak dapat dilepaskan
pengakajian manusia dan kebudayaannya, dari campur tangan manusia. akan tetapi,
menjadi begitu relevan untuk digunakan pernyataan ini tidak lantas berarti bahwa
dalam studi agama. Melalui pendekatan agama semata-mata merupakan ciptaan
antropologi inilah kita dapat melihat manusia, melainkan hubungan yang tidak
faktor-faktor atau elemen-elemen yang bisa dielakkan antara dimensi normatif
saling terkait antara satu sama lain dan (ajaran-ajaran agama : misalnya dalam al-
Qur’an) dengan dimensi historis

2
Sjafri Sairin, Pendekatan Antropologi Yogyakarta, (Yogyakarta : IAIN Sunan, Kalijaga,
Dalam Penelitian Agama Di Indonesia, makalah 1993), hlm. 3
3
untuk peringatan 100 Tahun Parlemen Agama- Imam Suprayogo & Tobroni, Metodologi
Agama Sedunia dan Kongres Nasional Agama- Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: Remaja
Agama di Indonesia pada Taggal 2 Oktober 1993 di Rosdakarya, 2003), hlm. 62

3
Tsaqofah & Tarikh Vol. 6 No.2 Bulan Juli-Desember Tahun 2021

(interpretasi nilai-nilai dan ajaran yang sebagai pendekatan penelitian yang


direpresentasikan pada praktek ritual difokuskan pada kajian asal usul manusia.
keagamaan). Pada saat manusia Penelitian antropologi ini mencakup
melakukan interpretasi terhadap ajaran pencarian fosil yang masih ada, dan
agama, maka mereka dipengaruhi oleh mengkaji keluarga binatang yang terdekat
lingkungan budaya yang telah melekat di dengan manusia (primate) serta meneliti
dalam dirinya. Hal ini dapat menjelaskan masyarakat manusia, apakah yang paling
kenapa interpretasi terhadap ajaran agama tua dan tetap bertahan (survive). Pada
berbeda dari satu masyarakat ke waktu itu, semua dilakukan dengan ide
masyarakat lainnya. kunci, ide tentang evolusi.4
Dalam konteks itulah mengapa Antropolog pada masa itu
pendekatan antropologi, sebagai sebuah beranggapan bahwa seluruh masyarakat
disiplin ilmu yang mempelajari manusia manusia tertata dalam keteraturan seolah
dengan kebudayaannya, menjadi sangat sebagai eskalator historis raksasa dan
penting untuk memahami fenomena mereka (bangsa Barat) menganggap bahwa
agama itu sendiri. Antropologi mereka sudah menempati posisi puncak,
mempelajari tentang manusia dan segala sedangkan bangsa Eropa dan Asia masih
perilaku mereka untuk dapat memahami berada pada posisi tengah, dan
perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali sekelompok lainnya yang masih primitif
dengan pendekatan yang holistik dan terdapat pada posisi bawah. Pandangan
komitmen antropologi akan pemahaman antropolog ini mendapat dukungan dari
tentang manusia, maka sesungguhnya karya Darwin tentang evolusi biologis,
antropologi merupakan ilmu yang penting namun pada akhirnya teori tersebut
untuk mempelajari agama dan interaksi ditolak oleh para fundamentalis populis di
sosialnya dengan berbagai budaya. USA.
Antropologi adalah salah satu Salah satu konsep kunci terpenting
disiplin ilmu dari cabang ilmu dalam antropologi modern adalah holisme,
pengetahuan sosial yang memfokuskan yakni pandangan bahwa praktik-praktik
kajiannya pada manusia. Kajian sosial harus diteliti dalam konteks dan
antropologi ini setidaknya dapat ditelusuri secara esensial dilihat sebagai praktik yang
pada zaman kolonialisme di era penjajahan berkaitan dengan yang lain dalam
yang dilakukan bangsa Barat terhadap masyarakat yang sedang diteliti. Para
bangsa-bangsa Asia, Afrika dan Amerika antropolog harus melihat agama dan
Latin serta suku Indian. Selain menjajah, praktik pertanian, kekeluargaan, politik,
mereka juga menyebarkan agama Nasrani. magic, dan pengobatan secara bersama-
Setiap daerah jajahan, ditugaskan pegawai sama. Maksudnya agama tidak bisa dilihat
kolonial dan missionaris, selain sebagai sistem otonom yang tidak
melaksanakan tugasnya, mereka juga terpengaruh oleh praktik-praktik sosial
membuat laporan mengenai bahasa, ras, lainnya.
adat istiadat, upacara-upacara, sistem Melalui pendekatan antropologi
kekerabatan dan lainnya yang sosok agama yang berada pada dataran
dimanfaatkan untuk kepentingan jajahan. empirik akan dapat dilihat serat-seratnya
Perhatian serius terhadap dan latar belakang mengapa ajaran agama
antropologi dimulai pada abad 19. Pada tersebut muncul dan dirumuskan.
abad ini, antropologi sudah digunakan Antropologi berupaya melihat antara

4
David N. Gellner dalam Peter Connolly
(ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, terj. Imam
Khoiri, (Yogyakarta: LKiS, 2002), hlm. 15
4
Ahmad Faidi
Pendekatan Antropologi dalam Studi Islam

hubungan agama dengan berbagai pranata mengkaji makhluk manusia sebagai


sosial yang terjadi di masyarakat. organisme biologis, dan antropologi
Penelitian hubungan antara agama dan budaya dengan tiga cabangnya: arkeologi,
ekonomi melahirkan beberapa teori yang linguistik dan etnografi. Meski antropologi
cukup menggugah minat para peneliti fisik menyibukan diri dalam usahanya
agama. melacak asal usul nenek moyang manusia
Dalam berbagai penelitian serta memusatkan studi terhadap variasi
antropologi agama dapat ditemukan umat manusia, tetapi pekerjaan para ahli di
adanya hubungan yang positif antara bidang ini sesungguhnya menyediakan
kepercayaan agama dengan kondisi kerangka yang diperlukan oleh
ekonomi dan politik. Menurut kesimpulan antropologi budaya. Sebab tidak ada
penelitian antropologi, golongan kebudayaan tanpa manusia.6
masyarakat kurang mampu dan golongan Jika budaya tersebut dikaitkan
miskin lain pada umumnya lebih tertarik dengan agama, maka agama yang
kepada gerakan keagamaan yang bersifat dipelajari adalah agama sebagai fenomena
mesianis, yang menjanjikan perubahan budaya, bukan ajaran agama yang datang
tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan dari Allah. Antropologi tidak membahas
golongan kaya lebih cenderung untuk salah benarnya suatu agama dan segenap
mempertahankan tatanan masyarakat perangkatnya, seperti kepercayaan, ritual
yang sudah mapan secara ekonomi dan kepercayaan kepada yang sakral,7
lantaran tatanan tersebut menguntungkan wilayah antropologi hanya terbatas pada
pihaknya. kajian terhadap fenomena yang muncul.
Dengan menggunakan pendekatan Menurut Atho Mudzhar,8 ada lima
dan perspektif antropologi tersebut di atas fenomena agama yang dapat dikaji, yaitu:
dapat diketahui bahwa doktrin-doktrin 1. Scripture atau naskah atau sumber
dan fenomena-fenomena keagamaan ajaran dan simbol agama.
ternyata tidak berdiri sendiri dan tidak 2. Para penganut atau pemimpin atau
pernah terlepas dari jaringan institusi atau pemuka agama, yakni sikap,
kelembagaan sosial kemasyarakatan yang perilaku dan penghayatan para
mendukung keberadaannya. Dengan penganutnya.
demikian, prilaku keberagamaan 3. Ritus, lembaga dan ibadat, seperti
seseorang pada dasarnya juga tidak shalat, haji, puasa, perkawinan dan
terlepas dari interaksi simbolik yang waris.
dilakukan oleh individu.5 4. Alat-alat seperti masjid, gereja,
lonceng, peci dan semacamnya.
C. Obyek Kajian Dalam Pendekatan 5. Organisasi keagamaan tempat para
Antropologi penganut agama berkumpul dan
Secara umum obyek kajian berperan, seperti Nahdatul Ulama,
antropologi dapat dibagi menjadi dua Muhammadiyah, Persis, Gereja
bidang, yaitu antropologi fisik yang Protestan, Syi’ah dan lain-lain.

5 7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Bustanuddin Agus, Agama dalam
Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Kehidupan Manusia; Pengantar Antropologi
Cet. Ke-18, hlm. 10-13 Agama, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2006),
6
Abd. Shomad, Pendekatan Antropologi, hlm. 18.
8
dalam M. Amin Abdullah, dkk., Metodologi M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam
Penelitian Agama, Pendekatan Multidisipliner, dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka
(Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Pelajar, 1998), hlm. 15
Kalijaga, 2006), hlm. 62.
5
Tsaqofah & Tarikh Vol. 6 No.2 Bulan Juli-Desember Tahun 2021

Kelima obyek di atas dapat dikaji sebagai metode untuk mengkaji


dengan pendekatan antropologi, karena bagaimana fenomena-fenomena
kelima obyek tersebut memiliki unsur keagamaan dapat muncul di tengah-
budaya dari hasil pikiran dan kreasi tengah masyarakat serta bagaimana
manusia. keterkaitan fenomena-fenomena tersebut
dengan jaringan berbagai institusi dan
D. Aplikasi Pendekatan Antropologi kelembagaan sosial yang telan mendukung
Dalam Studi Islam kemunculannya.
Pendekatan antropologi dalam
mengkaji Islam dan ummat Islam yang E. Penulis dan Karya Utama yang
dimaksudkan di sini adalah sebuah Menggunakan Pendekatan
pendekatan antropologi budaya dan Antropologi Dalam Studi Islam
antropologi sosial yang digunakan sebagai Kajian tentang Islam dengan
sebuah metode untuk fenomena pendekatan antropologi diantaranya
keberagamaan umat Islam. Mengkaji adalah apa yang dilakukan oleh Clifford
fenomena keagamaan dengan Greezt dalam meneliti keberadaan umat
menggunakan pendekatan antropologi Islam di Pulau Jawa pada tahun 50-an dan
dapat dianggap sebagai upaya untuk penelitian ini telah dituliskan dalam buku
memahami agama dari berbagai sudut The Religion of Java. Greetz dalam
pandang yang berbeda-beda.9 penelitiannya memandang masyarakat
Melalui pendekatan antropologi, Jawa di Mojokuto sebagai suatu sistem
sebagaimana disebut Abuddin Nata, sosok sosial, dengan kebudayaan Jawanya yang
agama yang berada pada dataran emperik akulturatif dan agama yang sinkritik, yang
akan dapat dilihat serat-seratnya dan latar terdiri atas sub kebudayaan Jawa yang
belakang mengapa ajaran agama tersebut masing-masing merupakan struktur sosial
muncul dan dirumuskan. Antropologi yang berlainan, yakni: Abangan (yang
berusaha mengkaji hubungan agama intinya berpusat di pedesaan), santri, (yang
dengan pranata sosial yang terdapat dalam intinya berpusat di tempat perdagangan
masyarakat, misalnya mengkaji hubungan atau pasar) dan priyayi (yang intinya
agama dengan kondisi ekonomi dan berpusat dikota, kantor pemerintahan).
politik. Pada masyarakat Mojokuto yang
Dengan menggunakan pendekatan penduduknya sembilan puluh persen
antropologi dapat diketahui bahwa beragama Islam, sesungguhnya memiliki
doktrin-doktrin dan fenomena-fenomena variasi dalam kepercayaan, nilai dan
keagamaan ternyata tidak berdiri sendiri upacara yang berkaitan dengan masing-
dan tidak pernah terlepas dari jaringan masing struktur sosial tersebut.11
institusi atau kelembagaan sosial Adanya perbedaan lingkup ketiga
kemasyarakatan yang mendukung struktur sosial tersebut dan adanya latar
keberadaannya. Inilah makna pendekatan belakang sejarah kebudayaan yang
antropologi dalam memahami fenomena- berbeda yakni masuknya peradab Hindu
fenomena keagamaan.10 dan Islam di Jawa, sebagaimana disebut
Dengan demikian, pendekatan Greezt dalam Abuddin Nata, telah
antropologi di sini dapat diartikan sebagai melahirkan adanya Abangan yang
sebuah pendekatan yang dapat dijadikan menunjukkan pentingnya aspek-aspek

9 10
Abd. Shomad, Pendekatan Antropologi, Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,
hlm.26 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 345-
346
11
Ibid, hlm.348
6
Ahmad Faidi
Pendekatan Antropologi dalam Studi Islam

animistik, Santri yang menekankan tentang makanan dan lain-lain berfungsi


pentingnya aspek ajaran Islam dan priyayi melestarikan konflik tersebut.14
yang menekankan aspek-aspek Hindu.12
Penelitian yang dilakukan Greezt
sebagaimana disebut Abuddin Nata adalah Kesimpulan
penelitian lapangan dengan pendekatan Sekarang ini ada kecenderungan
kualitatif. Penelitian ini didasarkan pada untuk melihat Islam secara menyeluruh
data-data yang dihimpun melalui dengan menonjolkan ciri-ciri Islam lokal.
wawancara, pengamatan, survey dan Uraian di atas memperlihatkan bahwa
Grounded Research yakni peneliti terlibat sesungguhnya pemahaman agama tidak
dalam kehidupan masyarakat yang akan lengkap tanpa memahami realitas
ditelitinya. Dengan demikian si peneliti manusia yang tercermin dalam
tidak beranjak dari suatu teori atau budayanya. Posisi penting manusia dalam
hipotesa tertentu, ia turun kelapangan Islam-seperti digambarkan dalam proses
tanpa ada pra konsepsi terhadap fenomen penciptaannya yang ruhnya merupakan
keagamaan yang akan diamati.13 tiupan dari ruh Tuhan-memberikan
Kajian lain tentang Islam dengan indikasi bahwa manusia menempati posisi
menggunakan pendekatan antropologi penting dalam mengetahui tentang Tuhan.
adalah penelitian dengan judul: Mesjid dan Dengan demikian pemahaman
Bakul Keramat: Konflik dan Integrasi agama secara keseluruhan tidak akan
dalam Masyarakat Bugis Amparita, M. tercapai tanpa memahami separuh dari
Atho Mudzhar dalam bukunya : agama yaitu manusia. Barangkali tidak
Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan berlebihan untuk menyebut bahwa realitas
Praktek, menyebutkan bahwa penelitian manusia sesungguhnya adalah realitas
dengan judul di atas adalah penelitian ketuhanan yang empiris. Di sinilah letak
agama sebagai gejala sosial dengan metode pentingnya kajian antropologi dalam
grounded research. Penelitian ini mengkaji Islam. Sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana tiga kelompok mengkhususkan diri mempelajari
keagamaan di mana orang-orang Islam, manusia—yang merupakan realitas
orang-orang Towano Tolitang dan orang- empiris agama—maka antropologi juga
orang Tolitang Benteng di desa Amparita, merupakan separuh dari ilmu agama itu
Sulawesi Selatan, berinteraksi satu sama sendiri.
lain, kadang-kadang dalam bentuk kerja
sama atau bahkan integrasi. Daftar Pustaka
Hasil penelitian menunjukkan
terjadinya konflik antara ketiga kelompok Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,
bermula dari soal keagamaan (upacara Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998
kematian tahun 1944), kemudian A. Dimyati, Metodologi Studi Agama: Apa
bertambah intensitas dan kompleksitasnya Dan Bagaimana?, STAI Mathaliul
setelah kemasukan unsur politik (masa Falah (STAIMAFA) Pati Jawa
pemberontakan DI/TII 1951 dan Tengah, Kamis: 15 April 2009
pemberontakan PKI 1965), kemudian Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan
berbagai pranata sosial seperti Manusia; Pengantar Antropologi
perkawinan, pendidikan agama, aturan Agama, Jakarta: Raja Grapindo
Persada, 2006.

12 14
Ibid, hlm. 349 M.Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam
13
Ibid, hlm.349 dalam Teori dan Praktek, hlm. 57, 228, 229
7
Tsaqofah & Tarikh Vol. 6 No.2 Bulan Juli-Desember Tahun 2021

Imam Suprayogo & Tobroni, Metodologi


Penelitian Sosial-Agama, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003, Cet. II
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004, Cet. Ke-18
M. Amin Abdullah, dkk., Metodologi
Penelitian Agama, Pendekatan
Multidisipliner, Yogyakarta: Lembaga
Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006.
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam
dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998.
Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi
Agama, Yogyakarta: LKiS, 2002.
Syed Al-Naquib Al-Attas, Islam and
Scularism, Penerjemah : Karsidjo
Djojosuwarno, Bandung : Pustaka, 1981.

Anda mungkin juga menyukai