Anda di halaman 1dari 9

VARIAN AGAMA DI TENGAH PERKEMBANGAN ILMU (SAINS)

Oleh : Rudi Atmajaya


210401210001
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

PENDAHULUAN

Islam adalah Agama Rahmatan Lil Alamin Membawa kebaikan dan kesalamatan umat
Manusia yang mengimani dan mengamalkan perintah dan larangan yang di berikan Allah Lewat
Kitab-Kitabnya salah satunya adalah Al-Quran. Kitab Al-Quran lah adalah Pedoman manusia dalam
menjalankan ajaran Agama yang membawa nilai Kemaslahatan, Keselamatan dan Petunjuk Kebaikan.
Agama mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, tidak hanya sebagai
alat untuk membentuk watak dan moral, tapi juga menentukan falsafah hidup suatu masyarakat. Hal
ini berarti nilai-nilai dan norma- norma budaya dibentuk dari agama. Agama terbentuk bersamaan
dengan permulaan sejarah umat manusia. Agama, seperti gejala kemasyarakatan dan sebagai gejala
kebudayaan, tidaklah berdiri sendiri. Agama akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh manusia
(Michael S Northcott, 2004, 267-310). Islam merupakan agama Allah (al-Din Allah) yang merupakan
pandangan hidup seseorang (way of life), acuan dan kerangka tata nilai kehidupan. Oleh karena itu,
ketika komunitas Muslim berfungsi sebagai komunitas yang ditegakkan berdasarkan sendi-sendi
moral iman, Islam, dan takwa yang dapat direalisasikan dan dipahami secara utuh dan padu (Wahidin
Saputra, 2011: 239).
Selain itu realitas kehidupan interaksi masyarakat, agama juga membawa nilai tata kehidupan
agar umat manusia bisa menjadi baik dan membawa kebermanfaat bagi umat selainnya, banyak
Varian-Varian agama yang membawa nilai ajar kebaikan bagi umatnya. Seperti Agama Kristen dan
Agama Islam. Pada hakekatnya Tuhan sang pencipta manusia, alam semesta dan wahyu beserta
hukum yang ada didalamnya tidak terlepas dari aspek Keilmiahan atau kelogisan setiap tatanan yang
di ciptakan, pastinya mengandung Ilmu-Ilmu terakait dalam menciptakan alam semesta beserta se-
isinya seperti ilmu penciptaan alam semesta, Geografi, geologi, antropologi , biologi dan Ilmu-Ilmu
Pengetahuan terkait lainnya, secara subtansial varian agama memahami ada integrasi Ilmu
pengetahuaan dengan agama yang berasal dari Tuhan.
Namun banyak sekali pertentangan antara Agama dan Sains ketika di pertemukan banyak di
kotomi antara Agama dan Sains yang tidak bisa bersatu, agama adalah sebuah dogma sedangkan sains
di anggap sesuatu yang empiris membawa kemajuan peradapan dan beberapa varian agama juga
mengalami hal serupa dengan Agama Islam yang dimana Agama tidak bisa di integrasikan dengan
Ilmu Pengetahuan. Bahkan muncullah paham Sekulerisme atau pemahaman agama baru seperti
pemahaman Agama Anti-Mainstream yang  merujuk kepada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan
manusia, terutamanya yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret
dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan, Di sini kepercayaan keagamaan atau
supranatural tidak dianggap sebagai kunci penting dalam memahami dunia, dan oleh karena itu
dipisahkan dari masalah-masalah pemerintahan dan pengambilan keputusan maupun dalam
membangunan peradapan yang melibatkan Sains dalam pemecahan Masyarakat baik bidang politik,
ekonomi dan sektor lainnya.
Maka dalam makalah ini akan menjelaskan tentang kegelisahan akademis di karenakan
adanya varian-varian agama di tengah perkembangan ilmu terutama adanya pandangan agama
Mainstream dan Anti-Mainstream. Dan dari makalah ini juga penulis mengajak menganalisis
bagaimana karaktristik agama Mainstream dalam hubungan Intergasi agama dan Sains dan bagaimana
karaktristik Agama Anti-Mainstream dalam menanggapi relasi Integrasi agama dan sains.

Kegelisahan Akademis Seputar Relasi Varian-varian Agama di Tengah Perkembangan Ilmu


(Sains).
Secara umum, sains adalah ilmu pengetahuan yang sistematis tentang alam dan dunia fisik,
termasuk di dalamnya fisika, kimia, ilmu peradapan, dll. Sedangkan agama adalah ajaran atau sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang mahakuasa dan tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.Atau agama
adalah “hubungan” antara manusia dengan Tuhan sebagai pencipta (khaliq) dan hubungan manusia
dengan ciptaannya, baik hubungan manusia dengan manusia maupun manusia dengan alam. Sehingga
menjadi permasalahan pembatas hubungan agama dan pengetahuan (sains) tidak ada hubunganya,
Dikotomi yang tajam terhadap agama dengan ilmu pengetahuan umum berdampak pada sikap
penolakan terhadap ilmu pengetahuan oleh kaum agama dan pengkerdilan makna agama oleh
kalangan ilmuan. Bagi yang mendalami ilmu-ilmu agama merasa ilmu-ilmu agama jauh lebih penting
dari pada ilmu-ilmu umum, karena menurut mereka hanya ilmu agama yang mengarahkan hidup
manusia. Sebaliknya yang menekuni ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi menganggap ilmu-
ilmu umum itu lebih bermanfaat secara nyata dari pada ilmu-ilmu agama, karena dengan sains
memudahkan manusia mencapai kebutuhan dan keinginannya.
Hal ini mempengaruhi kegelisahan akademis seputar munculnya pandangan dan pemahaman
berbeda-beda seperti pemahaman umat islam dan varian agama Mainstrem maupun Anti Mainstream
yang terpecah di karenakan adanya pemahaman dikotomi agama dan sains, salah satu Hilangnya
budaya berpikir rasional di kalangan umat Islam. Dalam sejarah Islam kita tahu bahwa ada dua corak
pemikiran yang selalu memengaruhi cara berpikir umat Islam, pertama pemikiran tradisionalis
(orthodok) yang berciri sufistik dan kedua pemikiran rasionalis yang berciri liberal terbuka, inovatif,
dan konstruktif .Kedua pemikiran tersebut berkembang masa pada kejayaan Islam khususnya pada
masa dinasti Abbasiyah, yang mana umat Islam tidak membadakan antara ilmu yang bersumber dari
wahyu atau analisis berpikir. Semuanya mereka pelajari dan mereka gali sehingga ilmu pengetahuan
dan kebudayan berkembang dengan pesatnya. Salah satu penyebab hilangnya budaya berpikir ilmiah
dikalangan umat Islam adalah serangan Imam Al-Ghazali terhadap para filusuf dan tokoh rasionalis
seperti Al Farabi dan Ibn Sina yang dikemukakannya dalam buku Tahafud Al Falasifa. Kritik Al-
Ghazali ini menyebabkan pengaruh tradisi serta semangat ilmuwan yang rasional menjadi lenyap
karenanya.Ketika budaya berfikir filsafat telah hilang dalam kubu Islam, penolakan terhadap ilmu
menjadi sebuah fenomena, bukan saja ilmu-ilmu yang berasal dari penalaran akal seperti empiris,
penolakan terhadap ilmu-ilmu tersebut dengan kebenaran wahyu.
Disamping itu, perang salib juga berkontribusi sangat besar terhadap melemahnya budaya
berpikir ilmiah , umat Islam. Dampak perang salib ini menyebabkn para ilmuwan muslim diusir dari
Spanyol dan Sisilia, sehingga Spanyol dan Sisilia yang diperkirakan akan maju dua ratus tahun ke
depan pun sirna. Dengan demiian, jelaslah bahwa kehancuran nilai-nilai pendidikan dan peradaban
lebih disebabkan oleh umat Islam itu sendiri yang tidak lagi menganggap ilmu penegtahuan sebagai
suatu kesatuan (dikotomi) dan lebih mengedepankan pemikiran tradisional dari pada pemikiran
rasional sehingga konsep ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan oleh para filsuf diambil alih
oleh Barat (renaisance) sementara umat Islam sendirimengalami kehancuran dan stagnasi
Latar Sosio Antropologis Kemunculannya
Jika di runtut dari sejarah tentang latar belakang antropologis kenapa agama dan sains di
kotomi hal ini bisa di lihat dari sejarah Renaissance Sejarah pertentangan antara gerejawan dengan
ilmuan; pergumulan yang tak harmonis melibatkan pemuka agama Kristen dengan para saintis di
Eropa pada Abad Pertengahan (Dark Age) telah melahirkan desakan pencerahan pemikiran yang
dikenal dengan Renaissance/Enlightenment/Aufklarung, masing-masing di Italia, Prancis, Inggris dan
Jerman. Keterkungkungan kaum gerejawan yang dianggap menghambat perkembangan ilmu
pengetahuan hal ini di karenakan model kepemimpinan gereja yang otoriter dirasa tidak sejalan
dengan semangat zaman. Berbagai penemuan ilmiah oleh para ilmuwan Barat selalu berhadapan
dengan fatwa gereja yang seringkali berujung pada vonis bid`ah, sesat, bahkan kafir. Fatwa sesat yang
dikeluarkan gereja kepada ilmuwan dan temuan ilmiahnya bukan hanya sekedar basa basi belaka,
melainkan selalu ditindak lanjuti secara konstitusional dengan eksekusi hukuman, hingga inkuisisi
Galileo Galilea yang berpandangan Heliosentris (matahari sebagai pusat tata surya) dan bukan
sebagaimana diyakini pemuka gereja yang Geosentris (bumi yang menjadi pusat tata surya), justru
dijawab para ilmuwan Barat di masa pencerahan dengan “sekularisasi”. Mereka menanggalkan agama
karena agama dianggap telah menghadang perkembangan sains dan pengetahuan.Akibatnya
epistemologi Barat modern-sekuler melahirkan faham-faham semisal eksistensialisme, materialisme,
ateisme, empirisme, rasionalisme, kapitalisme, liberalisme, sosialisme, humanisme, relativisme,
agnostisme, Bahkan, menjadi fenomena umum dalam berbagai disiplin keilmuan, seperti filsafat,
teologi Yahudi-Kristen, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lain-lain. Adalah Ludwig
Feurbach (1804-1872), murid Hegel dan seorang teolog, merupakan salah seorang pelopor faham
ateisme di abad modern. Feurbach, seorang teolog, menegaskan prinsip filsafat yang paling tinggi
adalah manusia.
Sehingga dari latar belakang ini memunculkan aliran penemuan baru yaitu Aliran Agama
Anti-Mainstream yaitu manusia yang menjadikan akal atau sains sebagai sumber kekuatan dan
sumber yang kekuasaanya melebihi Tuhan sehingga di agungkan, sedangkan pandangan fanatikme
muncullah pandangan-pandangan agama yang secara fanatik, yang bisa jadi memunculkan aliran
ajaran agama baru seperti kedaerahan, agama di lihat dari budaya, agama di lihat dari kekuasaan
pendeta yang memberi. Jika di ibaratkan di Indonesia banyak sekali pandangan keagamaan baru
seperti pandangan agama baik buruk suatu ajaran di lihat dari pandangan kejawen yang menitik
tekankan nilai-nilai luhur. Yang saat ini di pahami oleh beberapa masyarakat baik pandangan
Menuhankan Sains Maupun Menuhankan Kebudayaan maupun Fenomena Alam
Karakteristik Agama Mainstream (Murni)
Kata Mainstream adalah istilah bahasa Asing dari Inggris yang berasal dari dua akar yaitu
Main dan stream. Secara terpisah kata main mempunyai arti pokok, utama dan induk. Sedangkan
stream mempunyai arti cucuran, aliran, urutan-urutan. Sehingga istilah mainstream dalam bahasa
indonesia bisa di sebut dengan arus utama atau arus pokok, istilah ini dalam sononim bahasa
indonesia disebut dengan tendensi. Jika di kontekskan dengan varian agama mainstream adalah agama
pokok yang secara garis besar di yakini oleh masyarakat nasional maupun dunia seperti agama
Hindu,Budha,Kristen, Konghucu dan Islam.
Jika di dalami karaktristik agama murni setiap agama adalah petunjuk Tuhan yang bertujuan
membawa keselamatan dan kedamaian bagi manusia sejagat. Agama mengandung norma-norma dan
nilai-nilai yang dapat menampung kepentingan manusia yang berbeda-beda, sehingga tercipta suatu
kehidupan yang damai dan tenteram di muka bumi. Ajaran agama merupakan formal untuk
menumbuhkan kekisruhan rohani manusia, sehingga dapat memberikan kesejukan dalam kehidupan.
Oleh sebab itu, tidak ada satu agama pun yang mengajarkan suatu yang buruk atau membawa
keburukan bagi kehidupan insan. Segenap norma dan nilai dalam ajaran-ajaran agama-agama
senantiasa mengarahkan manusia kepada kedamaian dan kesejukan rohani.setiap agama mempunyai
pedoman kitab, Aturan-Aturan Tuhan, Contoh Ahlaq Mulia dari nabi dan Keragaman mazhab dan
keyakinan religius.
Dalam Penggunaan Ilmu Pengetahuaan atau Akal hal ini bisa di liha dari sejarah Dakwah
Nabi Muhammad bahwa ayat Perintah Allah Nabi di beri Wahyu untuk berfikir, dari situ Nabi
Merancang Strategi dakwah mulai memilih siapa yang di dakwahi sampai strategi dakwah sembuyi,
mapun terang terangan sampai strategi Hijrah dan Peperangan dalam Hijrah di Madinah sikap inklusif
terhadap agama telah diletakkan sejak saat-saat awal Nabi Muhammad SAW. membangun Negara
Madinah. Setelah Nabi berhijrah ke kota Madinah, beliau segera melihat kenyataan akan adanya
pluralitas yang terdapat di kota Madinah. Pluralitas yang dihadapi oleh Nabi antara lain tidak hanya
karena perbedaab etnis semata, akan tetapi juga perbedaan yang disebabkan agama. Madinah tidak
bersifat homogen dengan agama, di samping penduduk yang beragama Islam, terdapat pula penduduk
yang beragama Yahudi dan Nasrani bahkan juga kaum musyrikin. Melihat pluralitas keagamaan ini
Nabi Muhammad SAW. berinisiatif membangun kebersamaan dengan yang berbeda agama,
kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan Piagam Madinah. Piagam Madinah merupakan
dokumen politik resmi pertama yang meletakkan prinsip kebebasan beragama.
. Karakteristik ajaran Islam memuat berbagai bidang, seperti bidang agama, mu‟amalah
(kemanusiaan) yang di dalamnya termasuk masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan,
sosial, ekonomi, politik, kehidupan, lingkungan hidup, kesehatan, pekerjaan, serta Islam sebagai
sebuah disiplin ilmu. Untuk itu, umat Islam harus mampu mengakomodir hal penting yang bernilai
kemanusiaan dalam beberapa bidang pengetahuannya yang berlandaskan pada ajaran Islam. Dalam
hubungan sosial “hablul minnas” yang berada dalam bingkai “kesatuan dan keragaman” umat
beragama, Islam mengajurkan untuk mampu hidup bersanding dalam kehidupannya dengan
menunjukkan sikap solidaritas dan cintadamai yang tinggi di dalam lingkungan sosial, masyarakat dan
bangsa. Karena itu Islam agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, terbuka, kebersamaan,
egaliter, kerja keras yang bermutu, demokratis, adil, seimbang antara hubungan dunia dan akherat,
berharta, memiliki kepekaan terhadap masala-masalah sosial kemasyarakatan. Mengutamakan
pencegahan dari pada penyembuhan dalam bidang kesehatan dengan cara memperhatikan segi
kebersihan badan, pakaian, makanan, tempat tinggal, lingkungan, dan sebagainya.
Karakteristik Agama Baru
Dalam paparan agama mainstream ada beberapa karaktristik agama bisa di katakan alairan
Agama Mainstream yaitu dari Tuhan sang pencipta Allah, Kitab-Kitab Suci yang memberikan
petunjuk dan pedoman dalam hidup bermasyarakat baik dari tatanan politik, budaya, kesehatan mapun
dari segi sektor selainnya dan tentunya di akui oleh kalangan umum serta meluas di tatanan Nasional
maupun dunia . Sedangkan jika ada varian agama baru di luar agama mainstream tersebut hal itu di
sebut varian agama baru atau agama Anti-Manistream yang secara istilah agama yang berlawanan
dengan agama Mainstream. Dalam istilah orang jawa ajaran anti-mainstream adalah “ora umum” atau
di luar dari dari kebiasaan yang wajar/Kebiasaan yang aneh.
Salah satu contoh Ajaran Anti-Mainstream yang baru saja buming adalah aliran yang
menganggap tuhan adalah Google. aliran yang meyakini search engine Google sebagai Tuhan mereka.
Kepercayaan ini diciptakan oleh Matt MacPherson. Ia menolak konsep ketuhanan secara supranatural,
di mana tidak dapat dibuktikan kebenaran atau keberadaannya secara ilmiah. Mereka yang menganut
kepercayaan ini menganggap Google lebih ‘layak’ dijadikan Tuhan karena menjawab pertanyaan para
‘Googlist.’ Semua konsep keyakinan mereka tertuang dalam sebuah situs web
THECHURCHOFGOOGLE.ORG. Selain itu Ajaran Anti-Mainstream yang berkembang sampai
dengan saat ini adalah Ajaran Kejawen yang bercorak etis-mistis ini menjadikan metode intuisionisme
yaitu mencapai kebenaran dan melihat realitas dengan intuisi (dzauq, wijdan, hati, perasaan
terdalam). Dalam Islam Kejawen, laku-laku spiritual dan etika sosial diperoleh melalui perenungan
dan uzlah (pertapaan) sehingga cahaya ke-Tuhan-an dapat menyinari hati sehingga dapat melihat dan
menemukan persoalan secara jernih. Mistisisme Islam Kejawen merupakan budaya mistik yang
mampu menciptakan konsepsi dan ajaran ontologi dan metafisika umum baik yang terkait dengan
persoalan ke-Tuhan-an(teologi), kemanusiaan (antropologi metafisika) maupun alam (kosmologi).
Begitu juga penciptaan metode thariqat (jalan mistik) diperoleh dari intuisi yang tentunya tidak lepas
dari ruh Al-Qur’an dan nada-nada Nubuwwah. Dari contoh dua ajaran agama baru di atas dapat di
tarik karaktristik agama tersebut lewat tabel sebagai berikut.
No Karaktristik Googlesime Kejawen
1. Aspek 1. Menentang ajaran Mainstream 1. Tuhan adalah berasal dari
Ketuhanan secara realitas Tuhan tidak agama masing-masing
Kelihatan ( Empiris ) jika tidak namun memasukkan nilai-
empiris bagaimana Tuhan nilai pribumi
membantu memecahkan 2. Proses penyembahan Tuhan
masalah empiris dan realita berupa seni, budaya, tradisi,
2. Menemukan bahwa Tuhan sikap, ritual dan kebudayaan
adalah sang pencipta
Pengetahuaan dan terus
menerus ada menjawab
problem permasalahan secar
continue ( google Kekal)
2. Kitab atau Tidak mempunyai kitab suci, tapi Kejawen tidak memiliki Kitab Suci,
pedoman menyakini setiap ilmu pengetahuaan tetapi orang Jawa memiliki
dan teknologin pemecahan masalah bahasa sandi yang dilambangkan dan
kehidupan yang ada di Google itulah disiratkan dalam semua sendi
yang di yakini dan di amalkan dalam kehidupannya dan mempercayai
kehidupan ajaran-ajaran Kejawen tertuang di
dalamnya tanpa mengalami
perubahan sedikitpun karena
memiliki pakem (aturan yang dijaga
ketat), kesemuanya merupakan ajaran
yang tersirat untuk membentuk laku
utama yaitu Tata Krama (Aturan
Hidup Yang Luhur) untuk
membentuk orang Jawa
yang hanjawani (memiliki akhlak
terpuji)
3. Simbol 1. Sesajen
2. Nilai-Nilai Leluhur yang di
tulis dalam aksara jawa
4. Praktik agama 1. Fokus dalam pemecahan 2. Mempercayai hal-hal mistik
dalam masalah dan penemuan- seperti primbon, weton,
kehidupan penemuan sedekah bumi dll

Di lihat dair karaktristik ke dua Agama tersebut karaktristik agama Anti-Mainstream adalah
suatu keyakinan yang berbeda dengan agama Mainstream. Hal ini di karenakan bisa jadi di karenakan
adanya pertentangan atau permasalahan yang di anggap bahwa agama Mainstream tidak dapat
memecahkan masalah dan bertentangan dengan pemahaman yang di anggap benar atas kepercayaan
dan pedoman hidup yang melatar belakangi kepercayaan dirinya.sehingga ada upaya baru untuk
merenungi, memahami kembali Agama yang bisa membantu memecahkan masalah kehidupannya
baik masalah dalam Kejiwaan yang membawa ketenangan, maupun masalah-masalah kehidupan yang
membantu pemecahan masalah kehidupannya dari situlah memunculkan teologi baru yang berbeda
dengan ajaran agama Mainstream.
Tipologi Agama Baru
Tipologi agama adalah pengelompokan jenis-jenis vaagama baru yang muncul dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan sains. Ada beberapa tipologi Agama baru dan sikap yang di
miliki ajaran tipologi agama baru hal berangkat dari permasalahan yang di amati oleh penggagas
agama baru di dalam sejarah Reinanses kenapa ada masa tersebut di karenakan ada latar belakang
dark age yang membuat ilmuan pengetahuan terkungkung di karenakan pihak gereja atau agamalah
yang mempunyai otoritas tertinggi dalam kehidupan. Oleh sebab itu muncullah paham-paham baru.
Hal ini sama munculnya agama baru salah satu jenis agama baru yang ada adalah agama yang
menolak agama sebagai sumber pemecahan masalah dan dari sinilah peran Sains yang tinggi.
Sehingga ketika bertemu dengan varian agama seperti ini hal ini di karenakan segala sesuatu yang
bisa mempengarui peradapan adalah Sains. Sehingga sains disini mempunyai kedudukan tinggi. Dan
sehingga wajar muncullah agama baru seperti Googlelisme atau ajaran agama yang tidak percaya
tuhan secara irasional mereka cenderung memahami segala sesuatu dengan realitas empirik.
Selain itu ada jenis tipologi agama yang tidak menerima bahwa sains ada integrasinya dengan
agama hal ini menjadikan bahwa agama adalah sesuatu hal yang murni, dan nilai agama bisa di
kontekskan dengan nilai leluhur. Sehingga muncullah pemahaman agama mistis yang segala sesuatu
agama di tentukan oleh Allah kedepannya dan mengandung nilai mistis. Hal ini terbukti ketika
berhubungan dengan variaan agama kejawen bahwa dia mengakui semua Tuhan namun , namun harus
ada integrasinya dengan budaya kejawen yang menjadi sebuah kemutlakan harus di jalankan untuk
melestarikan budaya dan menjunjung tinggi nilai baik dari nasehat-nasehat leluhur, nilai keselamatan
yang di yakini dengan menjalankan amalan-amalan ritual.
Dari tipologi agama baru ini bisa di simpulkan bahwa ajaran agama baru pastinya juga
mempunyai pemahaman yang di perjuangkan dan pemahaman mereka merupakan suatu dasar yang
ideal untuk di terapkan dalam kehidupan dan di yakini sebagai agama. Mereka berangkat dari
bertentangnya dengan ajaran mainstream yang di rasa kurang tepat dan kurang dalam pemecahan
masalah kehidupan terutama dalam konsep ketuhanan. Sehingga munculnya Varian Agama Anti-
Mainstream yang berbeda dengan Agama Mainstream. sehingga dari situ memunculkan beberapa
jenis varian agama baru yang secara pemahamannya di anut benar. Saat ini banyak varian agama baru
secara ekstrim lebih memilih sains untuk di jadikan sumber pemecahan masalah dan di agungkan.
Sedangkan jenis tipologi agama selain sains adalah tipologi agama yang menolak sains dalam
kehidupan beragama. Mereka lebih memilih nilai-nilai tradisional, nilai-nilai alam dan nilai-nilai
leluhur dalam kehidupan beragama. Sains di rasa sesuatu hal yang bertentangan dengan agama.
Kesimpulan
Keresahan masyarakat terutama kegelisahan akademis di karenakan banyak sekali pandangan
masyarakat tentang agama yang tidak ada Integrasinya dengan Sains Atau Sains yang tidak ada
Integrasinya dengan agama sehingga memunculkan paham baru atau agama baru yang menjadi
keresahan masyarakat terhadap memeprcayai atau memahami bahwa sebetulnya agama memiliki
Integrasi dengan Sains.
Dan yang harus di pahami oleh masyarakat atau kalangan akademis bahwa ada latar belakang
sosio antropologi kenapa banyak paham atau agama baru muncul di karenakan sebuah kepentingan
politik yang terjadi di masa dark age dari sejarah tersebut telah melahirkan desakan pencerahan
pemikiran yang dikenal dengan Renaissance yang terlatar belakangi oleh Keterkungkungan kaum
gerejawan yang dianggap menghambat perkembangan ilmu pengetahuan hal ini di karenakan model
kepemimpinan gereja yang otoriter dirasa tidak sejalan dengan semangat zaman. Sehingga dari situ
seolah-olah ada kepentingan politik bahwa sains dan agama tidak bisa di satukan dan tidak ada
integrasinya (dikotomi ) mulai darisitulah muncullah varian agama baru yang lebih memihak sains
yang arahnya di moderenitas atau memihak agama dalam tradisionalnya yang arahnya di kekentalan
tradisi Ibadah secara tradisional.
Hikmah yang bisa kita ambil dari pembelajaran ini adalah bagaimana kita sebagai manusia
bisa menyikapi secara universal kebenaran terhadap Agama dan Sains bahwasanya agama bisa
berkembang dan maju di karenakan sains. Dan sains sendiri jika di pelajari oleh manusia secara
mendalam maka manusia akan menemukan filsafat ketuhanan. Bahwa di balik tatanan yang megah di
alam semesta ini ada Tuhan yang maha kuasa yang menciptakan alam semesta ini dengan
pertimbangan dan variable sains yang banyak. dan hal inilah yang di sebut bahwa Tuhan dalam
penciptaan Alam semesta ini melibatkan Sains-Sains terkait. Dan Manusia sebagai Makhluk Tuhan
harapannya bisa menemukan keberadaan Tuhan lewat Pengetahuaan Immateri yang nantinya jika di
temukan akan mengasilkan pengalaman spiritual yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA :
Wahyuni Fitri. Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Upaya Mengurai Dikotomi Ilmu Pengetahuan dalam
Islam. Qalamuna, Vol. 10, No. 2, J.2018
Basri Hasan. TEOLOGI SAINS: MENGATASI DIKOTOMI SAINS-AGAMA PERSPEKIF ISLAM.
Jurnal Pemikiran Islam Zahwiya Vol 5, No.2. 2019
Nasrullah, KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM: Perspektif Unity and Diversity of Religion 2015
Dendi Sutarto. KONFLIK ANTARA AGAMA DAN SAINS DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
SOSIAL. Jurnal Trias Politika, Vol 2. No.1 April 2018
https://catatanngocol.blogspot.com/2015/05/mengapa-jadi-orang-yang-anti-mainstream.html?m=1
https://iain-surakarta.ac.id/islam-kejawen-agama-dalam-kesejarahan-kultur-lokal/
https://mediaindonesia.com/weekend/215581/googlisme-agama-baru-penganut-google

Anda mungkin juga menyukai