Abstrak
PEMBAHASAN
Ilmu Pengetahuan
Menurut sejumlah tokoh, ilmu pengetahuan merupakan kumpulan dari
pengetahuan-pengetahuan yang tersusun secara sistematis, bisa diukur, diuji dan
diamati. Ketika masuk dalam sebuah ilmu pengetahuan kita dihadapkan pada dua
posisi yaitu benar dan salah. Kedua posisi ini adalah hasil kajian substansial dari
ilmu pengetahuan. Selain itu, ilmu pengetahuan juga dapat dilihat melalui sudut
pandang filsafat ilmu. Filsafat ilmu menjadai acuan atau tolak ukur bagi sebuah
objek apakah dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan atau tidak.
”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah(3), Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4), Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5) (Qs Al Alaq : 1-5).
Berdasarkan bunyi arti ayat di atas, dapat dilihat bahwa umat manusia
melakukan segala sesuatu itu demi Tuhannya, baik dalam mempelajari.
mengembangkan, maupun mengkaji ilmu pengetahuan.
Sekitar tahun 1930, Muhammad Iqbal sebagai salah satu intelektual Islam pada
saati itu menyatakan pendapatnya bahwa peradaban Islam merekonstruksi Ilmu
Pengetahuan. Dia sadar bahwa adanya kehilangan ruh ilahiyah pada ilmu yang
bangsa Barat kembangkan. Disana tidak muncul aspek ketuhanan atau bahkan
adanya kesengajaan dalam memisahkan duniawi dan ukhrawi. Maka dari itu ia
memberikan gagasan untuk adanya rekonstruksi sains modern yang tetap
memperhatikan aspek ketuhanan.
Tokoh yang pertama kali memiliki gagasan tentang islamisasi ilmu
pengetahuan adalah Ismail Raji al-Faruqi. Ia adalah ilmuwan Palestina yang
berdomisili di Amerika. Ide tersebut dikembangkan bersamaan dengan berdirinya
sebuah lembaga penelitian International Institute of Islamic Thought (IIIT) yang
berada di kota Philladelpia. Ia berpendapat bahwa sudah saatynya umat Islam
perlu memikirkan pentingnya islamisasi ilmu pengetahuan. Al-Faruqi
berkeinginan untuk mengembangkan kembali ssitem pendidikan Islam secara
sinergis bersamaan dengan perkembangan ilmu dan teknologi saat ini. Selain itu
Syed Muhammad al Naquib bin Ali bin Abdullah bin Muhsin al-Attas, tokoh dari
Singapura yang menguasai bidang seperti sejarah, metafisika, dan juga teologi.
Analisisnya terhadap pemikiran dan peradaban Islam sudah membawa sebuah ide
tentang islamisasi ilmu pengetahuan. Kedua tokoh ini kemudian saling
melengkapi dengan gagasannya masing masing terkait islamisasi ilmu
pengetahuan yang kemudian ditujukan untuk merealisasikan ilamisasi ilmu
pengetahuan pada masa yang akan datang.