Anda di halaman 1dari 14

KRITIK ISLAMIC WORLDVIEW SYED

MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS


TERHADAP WESTERN WORLDVIEW

Nisa Kamila Labibah (201111022)


PEMIKIRAN WORLDVIEW ALA SYED
MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS
Al-Attas dalam pemikirannya terkait worldview yakni berangkat dari rasa prihatinnya karena istilah-istilah ilmiah Islam

yang dipersempit sebab westernisasi, mitologisasi dan pemasukan hal-hal ghaib dan sekularisasi yang kemudian al-Attas

ingin menciptakan dewesternisasi dan islamisasi sebagai penangkal hal-hal tersebut dan sebagai langkah awal paradigma

islam kontemporer terbentuk. Landasan pemikiran al-Attas melalui beberapa tahap yang berawal dari dunia metafisika –

kosmologi – psikologis. Beliau dalam membangun epistemologi dari worldview banyak merujuk kepada karya Al Ghazali

dalam kitab Ma’arid.

Kemudian dalam pemikiran metafisika nya, al-Attas berangkat dari sisi teologis tasawufnya. Ia memberikan batasan

yang jelas mengenaik tingkatan salik, yaitu mubtadi’, mutawassit, muntahi dan pada tingkatan tertinggi salik akan

memasuki dunia filsafat dan metafisika. Dalam menentukan epistemologi Islam, al-Attas berpendapat bahwa pentingnya

menggunakan intuisi dalam perolehan ilmu. Intuisi yang dimaksud disini sebuah naluri yang tidak melibatkan pikiran yang

rasional dan intelektual, orang biasa menyebutnya imajinasi yang tentu hadir dari dalam hati.
Worldview menutur Atif Al-Zayn yakni permulaan atau tempat bermula terjadinya
segala sesuatu. Sedangkan menurut Alparslan, worldview yakni cerminan dari segala
sesuatu yang dilakukan manusia (aktivitas manusia), singkatnya aktivitas manusia
dapat direduksi menjadi pandangan hidup. Pola pikir dan cara pandang terbentuk atas
dasar pendidikan dan masyarakat, apabila dalam Islam maka yang membentuk adalah
agama.
SEJARAH WESTERN WORLDVIEW
Dalam sejarahnya, barat membagi era barat menjadi 3 zaman, diantaranya :

• Zaman kuno (yunani dan romawi)

• Zaman pertengahan (kristen awal, transisi kuno ke pertengahan, dan pencerahan)

• Zaman modern – yunani, romawi, dan abad pertengahan.

Dalam prakteknya, para sejarawan barat memiliki pendapat lain terkait asal-usul kebudayaan mereka bahwa akar
dari kebudayaan ialah ilmu pengetahuan. Suatu kebudayaan akan lahir seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan yang kemudian melahirkan aktivitas sosial, politik, ekonomi, dan kultural lainnya. Menurut salah satu
sejarawan barat, Yunani merupakan faktor lahirnya sains dan filsafat yang merupakan warisan intelektual dari
Yunani. Hingga pada masa berakhirnya Yunani kuno oleh aristoteles, barat mengalami abad kegelapan. Kemudian
memulai periode baru yang disebut abad pertengahan dan dianggap sebagai permulaan kebudayaan barat.
Namun daripada itu, Yunani kuno masih dianggap sebagai pengarus besar bagi kebudayaan
barat yang memunculkan beberapa cabang ilmu pengetahuan termasuk seni didalamnya.
Warisan terbesar yang ditinggalkan oleh Yunani pada abad pertengahan yakni pemikiran dua
filsuf besar, Plato dan Aristoteles. Pada abad pertengahan ini, barat telah berhasil keluar dari
abad kegelapan hingga mereka memunculkan new wordlview yang mengantarkan barat kepada
abad pencerahan. Salah satu dari cara pandang barat (western worldview) yakni sekularisme
yang memisahkan antara agama dengan kebijakan negara. Western worldview mengandung
aspek dualism yakni materi dan jiwa, tubuh dan jiwa, sebagai dua entitas yang terpisah.
SEKULARISME SEBAGAI WESTERN
WORLDVIEW
Syed Muhammad Naquib al-Attas berpendapat bahwa sekularisme adalah ideologi yang dibawa barat.
Dan memiliki pengaruh yang besar dalam perubahan orientasi worldview dunia modern sekarang ini.
Eksistensi dari sekularisme yakni terletak pada ruang dan waktu, singkatnya berarti peristiwa di dunia
masa kini. Karena perkembangan zaman yang smeakin modern dianggap secara historis. Filsafat yunani
klasik yang diperkenalkan oleh Aristoteles membawa pengaruh besar terhadap sekuler barat. Dan sekuler
telah bermakna bahwa dunia ini bertentangan dengan dunia agama, dunia fisik dengan metafisik.

Definisi pasti dari sekularismen adalah pemisahan antara agama dengan kebijakan negara atau dapat
dikatakan pembebasan manusia dan belenggu agama dan belenggu metafisikan yang mengatur akan dan
bahasanya. Membebaskan sejarah dari tangan nasib dan takdir dan merupakan suatu penemuan bahwa
nasib dan takdir manusia berada ditangannya sendiri, karena ialah yang melakukan hidupnya sendiri.
Ideologi sekularisme sebagaimana proses sekularisasi juga menghilangkan pesona dari
alam tâbi‘ dan meniadakan kesucian dan kewibawaan agama dari politik, tetapi tidak pernah
menghapus kesucian dan kemutlakan nilai-nilai karena ia membentuk sistem nilainya sendiri
dengan maksud agar dipandang sebagai mutlak dan tidak berubah.
LAHIRNYA ISLAMIC WORLDVIEW
Sejarah tradisi intelektual dalam islam dapat ditemukan dalam sejarah lahirnya worldview dalam
pikiran umat islam periode awal dan perkembangan selanjutnya. Dalam hal ini Alparslan membagi tiga
periode penting bagaimana lahirnya pandangan hidup Islam (Islamic worldview), struktur ilmu
pengetahuan dan pandangan hidup tersebut, dan lahirnya tradisi keilmuan Islam.

Periode pertama lahirnya pandangan hidup Islam – turunnya wakyu dan penjelasan Nabi. Wahyu
yang diturunkan kepada Nabi tidak serta merta dalam satu waktu dan tempat yang sama, oleh sebab itu
terjadi pembagian lagi karena Al Qur’an diturunkan di Mekkah dan Madinah. Singkatnya, wahyu yang
diturunkan di Mekkah lebih menekankan pada beberapa prinsip dasar aqidah dan metafisik. Sedangkan
wahyu yang diturunkan di Madinah lebih kepada aspek sosial aplikatif seperti ibadah dan muamalah.
Periode kedua yakni proses yang berkelanjutan atas tutunnya wahyu kepada Nabi yang
mengandung beberapa struktur, yakni diantaranya, struktur kehidupan, dunia, ilmu pengetahuan, etika,
serta manusia, dan ke-semuanya itu sangat potensial bagi timbulnya kegiatan keilmuan yang langsung
terbentuk pada cara pandang islam terhadap ilmu pengetahuan.

Periode ketiga yakni lahirnya tradisi keilmuan dalam Islam, Alparslan mencanangkan bahwa
dalam mendeskripsikan tradisi keilmuan Islammaka diperlukan komunitas keilmuan dan proses
kelahirannya dan kemudian menunjukkan kerangka konsep keilmuan Islam.
KARAKTERISTIK ISLAMIC WORLDVIEW
Karakteristik atau ciri-ciri cara panda Islam, dalam hal ini ulama abad ke 20 mengemukakan istilah
yang berbeda-beda untuk menggambarkan worldview. Antara lain : Al Maududi berpendapat bahwa
pandangan hidup dimulai dari konsep ke-Esa san Tuhan atau tauhid. Menurut Atif al-Zayn berpendapat
bahwa pandangan hidup yaitu aqidah fikriyah (kepercayaan yang rasional) sebab ketika meyakini
segala sesuatu unsur dalam agama, Allah, Nabi, Ibadah harus berdasarkan pada akal. Kemudian Sayyid
Quthub berpendapat bahwa pandangan hidup yakni al-Tasawuf al-Islami akumulasi dari keyakinan
asasi yang terbentuk atas pikiran dan hati setiap muslim. Dan menurut al-Attas sendiri yakni sebagai
Ru’yat al-Islam li al-Wujud yang berarti pandangan Islam terhadap hakikat dan kebenaran tentang
alam semesta.
Selanjutnya dalam pandangan Sayyid Quthub karakteritik al-Tasawuf al-Islami terdiri atas tujuh
hal, diantaranya rabbani, thabat, shumul, tawazun, ijabi, al-waqi’iyah, dan tauhid. Bahwa karakteristik
yang dikemukakan oleh Sayyid Quthub menunjukkan luasnya jangkauan pandangan hidup Islam.
Sebagai pelengkap, sedangkan al-Attas mengkategorikan pandangan hidup Islam menjadi lima hal,
diantaranya yang pertama, realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kajian metafisika yang
nampak dan tidak nampak didunia. Yang kedua, bercirikan pada metode berpikir yang tauhid
integral,sama rata. Yang ketiga, menyeimbangkan antara sumber worldview antara wahyu dengan akal
dan intuisi. Yang keempat, elemen worldview terdiri dari konsep Tuhan, wahyu, prosesnya, psikologi
manusia, ilmu, agama,kebebasan, nilai dan kebajikan,serta kebahagiaan. Yang terakhir, Islamic
worldview memiliki elemen utama yang paling mendasar, yakni konsep tentang Tuhan.
Jadi karakteristik Islamic worldview yang disebutkan di atas jelaslah bahwa pandangan hidup
Islam berbeda dari agama, peradaban, dan kebudayaan. Bahkan ia juga membedakan metode berpikir
dalam Islam dan metode berpikir pada kebudayaan lain. Dari teori Sayyid Qut}b Islamic worldview
digambarkan secara menyeluruh seakan-akan ia tidak memberi ruang bagi masuknya pandangan
hidup lain. Sedangkan dari Islamic worldview ala al-Attas berfungsi secara aktif dalam proses
epistemologis.
KRITIK ISLAMIC WORLDVIEW
TERHADAP SEKULARISME
Al-Attas dalam mengkritik sekularisasi barat, bukan perihal kesalahan sekularisasi yang terdapat
dalam bible.namun, terdapat pada penafsiran orang barat yang keliru, terlebih lagi sekularisasi
dihasilkan dari konflik lama antara akal dan wahyu. Dan menurut al-Attas orang Islam tidak
diperkenankan untuk mengikuti konsep pengosongan nilai-nilai ruhani dan alam tabi’i, karena
bagaimanapun keduanya saling berkaitan. Disisi lain alam memiliki makna keteraturan dan harus
dihormati sebab ialah yang memiliki hubungan simbolis dengan Tuhan. Dan sekularisasi telah mengikis
serta menghilangkan hubungan simbolis ini, tentu hal tersebut sangat bertentangan dengan Islam.
Telah jelas disebutkan bahwa Islam menolak secara tegas terkait masuknya paham baik sekuler,
sekularisme, dan sekularisasi karena ketiga kata tersebut pada dasarnya memiliki muara yang sama.
Sejak awal, masa Nabi pun telah menyertakan agama dalam pemerintahan dalam negara dan
kepemimpinan, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai dalam Islam adalah sepanjang masa. Disisi lain,
al-Attas melihat pengaruh buruk sekularisme pada jiwa individu muslim. Al-Attas memecah pengaruh
buruk menjadi tiga komponen, yakni pengosongan alam materi dan semua makna ruhani, penafian
semua kekudusan politik dan kepemimpinan, dan penafian kesucian serta kekekalan semua nilai
hidup).

Sekularisme bagi al-Attas sendiri merupakan philosophycal program, baik yang dinyatakan sebagai
pandangan resmi sebuah negara dalam bentuk suatu ideologi atau bukan merupakan pandangan resmi
sebuah negara adalah hal yang sama menurut Islam, yakni bertentangan dengan Islamic worldview.

Anda mungkin juga menyukai