Anda di halaman 1dari 26

KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA,

SERTA PELUANG DAN TANTANGAN PENERAPAN NILAI NILAI


DALAM KEHIDUPAN GLOBAL
(Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran PPKN yang diberikan
oleh Bapak Firmansyah Abdullah,S.Pd)

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

SMAN 2 GORONTALO
KOTA GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan pekerjaan makalah ini yang
berjudul “Kedudukan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka, Serta Peluang Dan
Tantangan Penerapan Nilai Nilai Dalam Kehidupan Global”. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran PPKN

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini


masih jauh kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Semoga proposal ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk


pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Gorontalo, 17 September 2022


DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................4
A. Pengertian Ideologi......................................................................................4
B. Sejarah Ideologi Pancasila...........................................................................5
C. Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka..............................................8
D. Makna Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka................................................9
E. Faktor Pendorong Keterbukaan Pancasila...................................................10
F. Kelebihan Diijadikan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka.........................13
G. Sikap Dan Contoh Positif Terhadap Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka. .14
H. Peluang Ber-Pancasil Dalam Kehidupan Global.........................................16
I. Tantangan Ber-Pancasil Dalam Kehidupan Global.....................................20
BAB III PENUTUP...........................................................................................25
Simpulan.............................................................................................................25
Saran....................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya masyarakat Indonesia dalam mencapai kata kata sepakat
ditentukan melalui musyawarah dan konsensus dari masyarakat. Oleh karena
itu, bentuk dari proses pemikiran dari suatu masyarakat terbuka menjadi suatu
dasar kepribadian Bangsa Indonesia sekaligus sebagai bagian dari konsep
perumusan Pancasila sebagai dasar negara. Pemahaman tentang makna dan
konsep Pancasila dan UUD 1945 sangat wajib bagi setiap warga negara
sebelum menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar dalam mengatur
penyelenggaraan negara disegala bidang, baik bidang ideologi, politk,
ekonomi, sosial, dan budaya. Era global menuntut kesiapan segenap komponen
bangsa untuk mengambil peranan sehingga dampak negatif yang kemungkinan
muncul dapat segera diantipasi.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai ideologi negara diharapkan


mampu menjadi filter dalam menyerap pengaruh perubahan zaman di era
globalisasi ini. Keterbukaan ideologi Pancasila, terutama ditujukan dalam
penerapannya di kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi mencerminkan
cara bepikir masyarakat, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-cita.

Pada intinya sistem pemikiran terbuka ini yang kemudian disebut sebagai
ideologi terbuka. Ideologi terbuka sangat bertolak belakang dengan ideologi
tertutup. Pada ideologi tertutup, cita-cita merupakan sekelompok orang saja,
dipaksakan bersifat totaliter, pluralisme pandangan dan kebudayaan, serta hak
asasi ditiadakan. Sedangkan, isi ideologi terbuka tidak hanya nilai dan cita-cita
saja, melainkan juga menuntut konkret dan operasional yang kurang mutlak.
Bangsa yang religius, ramah dan damai Kita patut berbangga menjadi
bangsa Indonesia. Di antara karakteristik kuat yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia adalah religiusitas, keramahan, dan mencintai perdamaian. Di
Indonesia, ada banyak agama/kepercayaan, suku, ras, dan bahasa, yang
kesemuanya dapat hidup rukun.

Beberapa ideologi yang mulai masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan


berbang sa dan bernegara adalah radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Kata
radika-lisme seringkali diidentikkan dengan ekstremisme. Ekstremisme
kekerasan (violent extremism) adalah pilihan sadar untuk menggunakan
kekerasan atau untuk mendukung penggunaan kekerasan demi meraih
keuntungan politik, agama, dan ideo logi. Ekstremisme kekerasan juga dapat
dimaknai sebagai sokongan, pelibatan diri, penyiapan, atau paling tidak,
dukungan terhadap kekerasan yang dimotivasi dan dibenarkan secara ideologis
untuk meraih tujuan-tujuan sosial, ekonomi, dan politik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ideologi
2. Bagaimana Sejarah Ideologi Pancasila
3. Bagaimana Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
4. Bagaimana Makna Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
5. Faktor Pendorong Keterbukaan Pancasila
6. Kelebihan Diijadikan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
7. Bagaimana Sikap Dan Contoh Positif Terhadap Nilai Nilai Pancasila
Sebagai Ideologi Terbuka
8. Bagaimana Peluang Ber-Pancasil Dalam Kehidupan Global
9. Bagaimana Tantangan Ber-Pancasil Dalam Kehidupan Global

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Ideologi
2. Untuk mengetahui Sejarah Ideologi Pancasila
3. Untuk mengetahui Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
4. Untuk mengetahui Makna Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
5. Untuk mengetahui Faktor Pendorong Keterbukaan Pancasila
6. Untuk mengetahui Kelebihan Diijadikan Pancasila Sebagai Ideologi
Terbuka
7. Untuk mengetahui Sikap Dan Contoh Positif Terhadap Nilai Nilai
Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
8. Untuk mengetahui Peluang Ber-Pancasil Dalam Kehidupan Global
9. Untuk mengetahui Tantangan Ber-Pancasil Dalam Kehidupan Global
BAB II
PEMBASAN

A. Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “idein” dan “logos”.
Idein berarti memandang, melihat, ide, dan cita cita. Sementara logos adalah
logia atau ilmu. Dari istilah ini, ideologi adalah seperangkat ide yang
membentuk keyakinan dan paham untuk mewujudkan cita cita manusia.

KBBI mendefinisan ideologi sebagai kumpulan konsep bersistem yang


dijadikan asas pendapat “kejadian” yang membrikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup. Ideologi adalah cara berfikir seseorang atau suatu
golongan.

Secara umum, ideologi adalah konsep fundamental dalam sosiologi.


Sosiologi mempelajarinya karena ia memainkan peran yang begitu kuat dalam
membentuk bagaimana masyarakat diatu dan bagaimana fungsinya.

Pengertian ideologi menurut para ahli :


1. Terry Eagleton
Ideologi adalah sistem konsep danpandangan yang berfungsi untuk
memahami dunia sekaligus mengaburkan kepentingan sosial yang
diekspresikan didalamnya. Ideologi diliputi dengan kelengkapan dan
konsistensi internal yang relatif cenderung membentuk sistem tertutup
dan mempertahankan dirinya sendiri dalam neghadapi kontradiksi atau
inkonsistensi

2. Malcolm Hamilton
Ideologi adalah sebuah sistem ide ide normatif dan konon faktual
yang secara kolektif dan keyakinan serta sikap yang mendukung atau
membenarkan pola tertentu dari hubungan, pengaturan dan perilaku
politik atau ekonomi

3. Michael Hunt
Ideologi adalah serangkaian keyakinan atau asumsi yang saling
terkait yang mengurangi komplesitas potongan realitas tertentu menjadi
istilah yang mudah dipahami dan meyarankan cara yang tepat untuk
menangani kenyataan itu.

4. Karl Marx
Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesentaraan dan
kesejahteraan bersama dalam masyarakat. Menurut Marx, ideologi
muncul dari coreal produksi masyarakat. Pendekatan Marc terhadap
ideologi dituangkan dalam teorinya tentang basis dan suprastruktur.

B. Sejarah Ideologi Pancasila


Menjelang kekalahan Tentara Kekaisaran Jepang di akhir peran
gpasifik, tentara pendudukan Jepang di Indonesia berusaha menarik dukungan
rakyat Indonesia dengan membentuk Dokuritsu Junbi Cosakai (Basan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan atau BPUPKI, dengan tambahan
“Indonesia”)

Badan ini mengadakan sidangnya yang pertama dari tanggal 29 Mei


(yang nantinya selesai tanggal 1 Juni 1945). Rapat dibuka pada tanggal 28
Mei 1945 dengan tema dasar negara. Rapat pertama ini diadakan di gedung
Chuo Sangi In dijalan Pejambo 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan
Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut erupakan gedung
Volksraad (Perwakilan Rakyat)

Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada tanggal 1 Juni
1945, Soekarno menyampaian ide serta gagasannya terkait dasar negara
Indonesia, yang dinamai “Pancasila”. Panca artinya lima, sedangkan sila
artinya prinsip atau asas. Pada saat itu Bung Karno menyebutkan lima dasar
negara Indonesia, yakni sila pertama “Kebangsaan”, sila kedua
“Internasionalisme atau Perikemanusiaan”, sila ketiga “Demokrasi”, sila
keempat “Keadilan Sosial” dan sila kelima “Ketuhanan yang Maha Esa”.
Dalam pidato inilah konsep dan rumusan awal “Pancasila” pertama kali
dikemukakan oleh Soekarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Pidato
ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan
baru mendapat sebutan “Lahirnya Pancasila” oleh mantan ketua BPUPKI Dr.
Radjiman Wedyodinigrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang
kemudian dibukukan oleh BPUPKI.

Untuk menyempurnakan rumusan Pancasila dan membuat Undang


Undang Dasar yang berlandaskan kellima asas tersebut, maka Dokuritsu Junbi
Cosakai membentuk sebuah panitia yang disebut sebagai Panitia Sembilan,
berisi Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Abikoesno Tjokroseojoso, Agus Salim,
Wahid Hasjim, Mohamad Yamin, Abdula Kahar Muzakir, Bapak AA
Maramis, dan Achmad Soebardjo.

Setelah membulai beberapa persidangan PPKI, pada tanggal 18 Agustus


1945, Pancasila ditetapkan sebagai dasar ideologi negara Indonesia
bersamaan dengan penetapan Rancangan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD
1945. Pada sidang tersebut, disetujui bahwa Pancasila dicantum dalam
mukadimah Undang Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara Indonesia yang
sah
Adapun bunyi Pancasila yang berlaku hingga kini adalah
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradap
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hkmat, Kebijaksanaan, Dalam
Permusyawaratan /Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Selluruh Rakyat Indonesia

Sejarah Pancasila dibagi menjadi beberapa tahap dimana pada setiap


tahapnya terdapat beberapa faktor dan peristiwa penting yang tentunya
tercatat dalam sejarah Pancasila itu sendiri. Adapun tahap-tahap sejarah
Pancasila, yaitu sebagai berikut.
1. Masa Pra Kemerdekaan
Dalam masa ini berkaitan dengan beberapa peristiwa penting yang
terjadi sebelum kemerdekaan. Presiden pertama Republik Indonesia Ir.
Soekarno Hatta, beliau menegaskan bahwa beliau bukanlah pencipta
Pancasila, namun beliau berperan sebagai penggali Pancasila dari
khasanah sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa Piagam Jakarta lah (Jakarta
Charter) yang pada akhirnya berhasil merumuskan Pancasila yang
kemudian ditetapkan oleh Sidang Pleno BPUPKI pada 10 Juli 1945. Sore
hari, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945,
Bung Hatta mendapatkan laporan bahwa masyarakat di Indonesia di
bagian Timur keberatan dengan isi Pembukaan UUD 1945 yang
mengandung kata Syari’at Islam. Demi menjaga keeutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka keesokan harinya diputuskan untuk
menghilangkan kalimat tersebut, demi menyatukan seluruh warga Negara
Indonesia.

2. Masa Revolusi
Pancasila dirumuskan pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah
rumusan Pancasila yang definitif.

3. Masa Mempertahankan Pancasila


Pancasila mendapatkan perlawanan secara fisik atau kekerasan yang
dimulai dari peristiwa Muso di Madiun (1948) dan Islam radikal
Kartosuwiryo (1949-1963). Kemudian disusul oleh pemberontakan-
pemberontakan yang lain. Selain mendapatkan perlawanan secara fisik,
Pancasila juga mendapatkan perlawanan secara ideologis, dimana pada
saat itu Belanda pada tahun 1949 mengakui kedaulatan Indonesia yang
berbentuk RIS (Republik Indonesia Serikat).
4. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Pada masa ini terjadi karena adanya penyelewangan pelaksanaan
UUD 1945 membuat Pancasila dan UUD 1945 tidak lagi bercorak
normatif.

5. Masa Orde Baru (1966)


Pada masa ini bahwa dimana secara bertahap fungsi dan peran
UUD 1945 diterapkan dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
Namun, pada kenyataannya banyak penyelewangan dari pelaksanaan
UUD 1945 dan Pancasila yang terbukti dari meningkatnya jumlah
koruptor. Sehingga pada akhirnya menjadikan Pancasila sebagai slogan
omong kosong belaka.

6. Masa Reformasi (1998)


Pada masa ini Pancasila yang telah kehilangan daya pikatnya karena
sudah banyak diselewangkan pada masa Orde Baru, dan sekarang mulai
dikembalikan lagi seperti fungsi awalnya, sehingga Pancasila mampu
menjadi ideologi negara dan sebagai sumber dari segala sumber hukum
yang ada di Indonesia.

C. Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Dimensi sifat ideologi pada hakikatnya merupakan hal yang sangat
penting. Pancasila sebagai ideologi terbuka merupakan cerminan bangsa
Indonesia yang senantiasa terbuka dalam setiap dimensi kehidupan. Menurut
Dr. Alfian, kekuatan ideologi tergantung pada tiga dimensi yang
dikandungnya. Ketiga dimensi tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Dimensi Realita
Artinya, nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu
lahir, sehingga mereka benar-benar merasakan dan menghayati bahwa
nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama. Masyarakat indonesia
dalam mewujudkan cita-citanya untuk hidup berbangsa dan bernegara
secara nyata dan hidup masyarakat atau bangsanya. Pancasila
mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.

2. Dimensi Fleksibilitas
Artinya, Pancasila mempunyai sifat keluesan dalam menjawab
tantangan zaman di masa kini maupun mengahadapi masa depan, tanpa
harus kehilangan kepribadian dan arah tujuan kehidupan berbangsa dan
bernegara.

3. Dimensi Idealisme
Artinya, keterbukaan untuk menerima kemajuan zaman yang lebih
baik yang sesuai dengan nilai-nilai idealisme. Pancasila tumbuh seiring
dengan gerak perkembangan bangsa melalui perwujudan dan pengalaman
di kehidupan sehari-hari.

D. Makna Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi
bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa Ideologi
Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipatif, dan senantiasa mampu
menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.

Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka, maka secara struktural


Pancasila memiliki 3 dimensi, yaitu:
1. Dimensi Idealis
Dimensi idealis merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila bersifat sistematis dan rasional, yaitu hakikat nilai-nilai yang
terkandung dalam lima sila Pancasila: Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.

2. Dimensi Normatif
Dimensi normatif merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila yang perlu dijabarkan dalam suatu sistem normatif,
sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang memiliki
kedudukan tinggi yang di dalamnya memuat Pancasila yaitu terdapat
dalam alinea IV.

3. Dimensi Realitas
Dimensi realitas merupakan suatu ideologi harus mampu
mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Oleh karena itu, selain memiliki dimensi ideal dan normatif, Pancasila
juga harus mampu dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata,
baik dalam kehidupan sehari-hari maaupun dalam penyelenggaraan
Negara.

   Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi


terbuka, maka sifat Ideologi Pancasila tidak bersifat “utopis”, yaitu hanya
merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari kehidupan sehari-hari secara
nyata. Pancasila juga bukan merupakan Ideologi “pragmatis” yang hanya
menekankan segi praktisi belaka tanpa adanya aspek idealisme. Ideologi
Pancasila yang bersifat terbuka pada hakikatnya nilai-nilai dasar yang bersifat
universal dan tetap. Adapun penjabaran dan realitasnya senantiasa
dieksplisitkan secara dinamis dan reformatif yang senantiasa mampu
melakukan perubahan sesuai dengan dinamika aspirasi masyarakat.
E. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila
Faktor yang mendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideologi
Pancasila adalah sebagai berikut :
1. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat
yang berkembang secara cepat
2. Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan
beku dikarenakan cenderung meredupkan perkembangan dirinya
3. Pengalaman sejarah politik dimasa lampau
4. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilainilai dasar Pancasila
yang bersifat abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan
dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional.

Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditunjukkan dalam


penerapannya yang berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam
dunia modern. Kita mengenal ada 3 tingkat nilai, yaitu nilai dasar yang tidak
berubah, nilai instrumental sebagai sarana mewujudkan nilai dasar yang dapat
berubah sesuai keadaan dan nilai praktis berupa pelaksanaan secara nyata
yang sesungguhnya. Nilai nilai Pancasila dijabarkan dalam norma norma
dasar Pancasila yang terkandung dan tercermin dalam pembuakaan UUD
1945 ini tidak boleh berubah atau diubah. Karena itu adalah pilihan dan hasil
konsensus bangsa yang disebut kaidah pokook dasar negara yang
fundamental. Perwujudan atau pelaksanaan nilai nilai instrumental dan nilai
nilai praktis harus tetap mengandung jiwa dan semangat yang sama dengan
nilai dasarnya. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai
nilai dasar yang terkandung didalamnya, namun mengembangkan
wawasannya secara lebih konkrit, sehingga memiliki kemampuan yang
reformatif untuk memecahkan masalah masalah actual yang selalu
berkembang. Dalam lima sila Pancasila itumengandung ciri Universal
sehingga mungkin saja ia ditemukan dalam gagasan berbagai masyarakat dan
bangsa lain di dunia
Sedangkan, menurut Moerdiono menyebutkan beberapa faktor yang
mendorong pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka, yaitu :
1. Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat
kita berkembang amat cepat. Dengan demikian tidak semua persoalan
kehidupan dapat ditemukan jawabannya secara ideologi dalam pemikiran
ideologi ideologi sebelumnya

2. Kenyataan berikutnya ideologi tertutup seperti komunisme. Dewana ini


kubu komunisme dihadapkan pada pilihan yang amat berat, menjadi suatu
ideologi terbuka atau tetap mempertahankan ideologi lainnya

3. Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme


sangat penting. Karena pengaruh ideologi komunisme yang pada
dasarnya bersifat tertutup. Pancasila perna merosot menjadi semacam
dogma yang kaku. Pancasila tidak lagi tampil sebagai acuan bersama,
tetapi sebagai senjata konseptual untuk menyerang lawan lawan politik

4. Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu satunya asas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai catatan,
istilah Pancasila sebagai satu satunya asas telah dicabut berdasarkan
ketetapan MPR tahun 1999, namun pencabutan ini kita artikan sebagai
pengambilan fungsi utama Pancasila sebagai dasar negara. Dalam
kedudukannya sebgai dasar Negara, Pancasila harus dijadikanjiwa bangsa
Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terutama dalam
perkembangan Pancasila sebagai ideologi terbuka.

Prinsip hakikat Pancasila sbagai ideologi terbuka yaitu keterbukaan


ideologi Pancasila berarti untuk memperkaya wawasan dan orientasi dalam
hidup bermasyarakat, berbangsam daaan bernegara. Keterbukaan ideologi
Pancasila maksudnya adalah warga negara sebagai makhluk individu
sekaligus sebagai makhluk sosial. Keterbkaan menjadiikan Pancasila
mempunyai nilai nilai dasar Pancasila dapat menyaring unsur unsur yang
dapat memperkaya perkembangan dan pelaksanaan ideologi Pancasila ke arah
jemajuan kehidupan banngsa dan negara. Keterbukaan mendorong Pancasila
menjadi dinamis, untuk mengubah nilai dasar Pancasila menjadi operasional
kedalam sistem kehidupan secara nasional.

F. Kelebihan diijadikan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


1. Pancasila mengakui dan melindungi baik hak hak individu maupun hak
masyarakt baik dibidang ekonomi maupun politik
2. Pancasila mengakui hak hak milik pribadi dan hak hak umum tapi
komunis menyerahkan semua yang dimiliki individu pada negara
3. Pancasila bukan hanya mengembangkan demokrasi politik semata seperti
dalam ideologi liberal-kapitalis, tetap juga demokrasi ekonomi dengan
asas kekeluargaan
4. Pancasila memberikan kebebasan individu dalam kerangka kepentingan
sosial
5. Pancasila dilandasi nilai ketuhanan tetapi komunisme mengagung
agungkan material dan kurang menghiraukan aspek immaterial religi
6. Bersifat terbuka

G. Sikap Dan Contoh Positif Terhadap Nilai Nilai Pancasila Sebagai


Ideologi Pancasila
Sikap positif warga negara terhadap Pancasila didasari oleh fungsi
Pancasila. Di era sekarang, Pancasila berfungsi sebagai dasar negara yang
statis karena merupakan landasan berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia, tuntuan yang dinamis karena Pancasila bersifat fleksibel dan dapat
disesuaikan dengan perkembangan Zaman serta alat pemersatu bangsa.

Pancasila sebagai falsafah Negara, pandangan hidup bangsa dan negara


yang harus diwujudkan  dan diaktualisasikan dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Aktualisasi Pancasila
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Aktualisasi objektif, yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai hal dan
bidang dan kehidupan negara yang meliputi kelembagaan negara
(legislatif, eksekutif, dan yudikatif) dan meliputi aktualisasi lainnya
(politik, ekonomi, hukum, pertahanan, keamanan, dan pendidikan).
2. Aktualisasi subjektif, yaitu aktualisasi Pancasila dalam setiap individu
terutama dalam aspek moral yang berkaitan dengan hidup negara dan
masyarakat.

Adapun contoh sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi


terbuka yaitu sebagai berikut.
1. Mewujudkan Kehidupan Beriman dan Bertakwa
Beriman dan bertakwa perlu kita wujudkan dalam kehidupan
sehari-hari. Beriman dan bertakwa yang kita laksanakan dengan tindakan
nyata, baik dalam keluarga (rajin dan taat beribadah, menghormati kedua
orang tua, dan lain-lain), sekolah (jika belajar dimulai dan diakhiri dengan
berdoa, menghargai guru dan menaati tata tertib sekolah), masyarakat
(membantu warga yang terkena musibah, turut berperan aktif dalam
perayaan hari besar agama, dan lain-lain).

2. Tenggang Rasa dalam Kehidupan Masyarakat, Berbangsa, dan Bernegara


Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, dengan bergam agama
serta kepercayaan, tradisi, dan budaya. Di tengah keberagaman itu,
tumbuh kesadaran betapa penntingnya persatuan dan kesatuan.
Tergalangnya persatuan dan kesatuan sangat ditentukan oleh kepribadian
warga negaranya. Melalui tenggang rasa kita dapat menyelerasakan
pandangan dan sikap kita dengan sesama warga negara.

3. Rela Berkorban dalam Kehidupan Masyarakat


Rela berkorban sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dalam kehidupan bernegara kita hendaknya
rela berkorban diatas kepentingan pribadi demi kepentingan negara.

4. Suka Bermusyawarah
Bangsa Indonesia mempunyai cara yang khas untuk menyelesaikan
masalah bersama yang dinamkan musyawarah untuk mufakat. Cara
penyelesaian masalah itu sesuai dengan kepribadian kita sebagai bangsa
Indonesia. Sebagai bangsa Indonesia, kita menjunjung tinggi persamaan
derajat manusia. Oleh karena itu, pendapat seseorang harus kita hargai.

5. Bekerja Keras
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling istimewa.
Manusia dianugerahi akal budi dan berbagai kemampuan lainnya.
Keistimewaan itu harus diterima manusia dengan tanggung jawab.
Artinya, manusia harus memanfaatkan kemampuannya untuk
membangun dunia dengan cara bekerja keras. Melalui kerja keras,
manusia memperlihatkan keluhuran martabatnya sebagai ciptaan Tuhan.

H. Peluang Ber-Pancasil dalam Kehidupan Global


Bangsa yang religius, ramah dan damai Kita patut berbangga menjadi
bangsa Indonesia. Di antara karakteristik kuat yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia adalah religiusitas, keramahan, dan mencintai perdamaian. Di
Indonesia, ada banyak agama/kepercayaan, suku, ras, dan bahasa, yang
kesemuanya dapat hidup rukun. Kita masih memiliki sejumlah tradisi yang
memberi semangat kerukunan dan perdamaian. Di Bali, ada tradisi Ngejot,
tradisi berupa pertukaran makanan antarpemeluk agama yang berbeda. Tradisi
ini dilakukan menjelang hari raya Galungan. Pertukaran makanan ini hanyalah
simbol, esensinya adalah keakraban dan kekeluargaan sesama mereka,
sekalipun berbeda agama. Di Maluku, terdapat tradisi Pela Gandong. Pela
diartikan sebagai “suatu relasi perjanjian persaudaraan antara satu negeri
dengan negeri lain yang berada di pulau lain dan kadang menganut agama
yang berbeda”. Sedangkan gandong bermakna “adik”.

Perjanjian ini diangkat dalam sumpah yang tidak boleh dilanggar. Pada
saat upacara sumpah, campuran soppi (tuak) dan darah dari tubuh masing-
masing pemimpin negeri akan diminum oleh kedua pemimpin setelah senjata
dan alat-alat tajam lain di celupkan, atau dilakukan dengan memakan sirih
pinang. Hubungan Pela ini terjadi karena suatu peristiwa yang melibatkan
beberapa desa untuk saling membantu. Dalam ikatan Pela terdapat rangkaian
nilai dan aturan mengikat dalam persekutuan persaudaraan atau kekeluargaan.

Di Papua, ada tradisi Bakar Batu. Tradisi ini dilakukan ketika terjadi
konflik antarsuku, untuk mencari solusi. Tradisi ini mengandung filosofi
kesederhanaan, ucapan syukur, dan perdamaian.

Masyarakat Dayak memiliki tradisi Bahaump. Bahaump merupakan


kata lain dari musyawarah, sebuah budaya yang dimiliki tiap suku tetapi
dengan sebutan yang berbeda. Selain itu, masyarakat Dayak juga memiliki
kata yang mempersatukan setiap suku yang ada di Kalimantan Barat, “Adil
Ka’Talino, Bacuramin Ka’Saruga, Basengat Ka’Jubata”. Artinya dalam hidup
ini kita harus bersikap adil, jujur, dan tidak diskriminatif terhadap sesama
manusia, dengan mengedepankan perbuatan-perbuatan baik seperti di surga
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Masih ada banyak tradisi lain yang menggambarkan perdamaian atau


bertujuan menyelesaikan konflik sehingga warga dapat hidup rukun. Kalian
dapat menggali sejumlah tradisi di daerah kalian yang menurut kalian dapat
menjadi pemersatu antarbangsa.

Selain kekayaan tradisi tersebut, bangsa Indonesia juga bangsa yang


religius, bangsa yang memiliki spiritualitas tinggi karena keyakinan dan
kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena keyakinannya yang
tinggi kepada Tuhan, ajaran-ajaran-Nya juga dilaksanakan dengan baik.
Bangsa Indonesia memandang manusia memiliki dua dimensi: jiwa dan raga
atau jasmani dan rohani. Kedua dimensi tersebut harus seimbang. Karena
itulah, bangsa Indonesia tidak pernah mendahulukan raga atau jasmani
daripada rohani atau jiwa.

1. Pancasila sebagai kekuatan


Jika kita mengkaji nilai-nilai Pancasila secara mendalam, kita akan
tahu bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya akan menjadi modal
penting dalam kehidupan global ini.

Dengan nilai ketuhanan, bangsa Indonesia tidak terjebak pada


ideologi materialisme yang menempatkan materi di atas segala-galanya.
Nilai-nilai agama yang dipegang teguh bangsa Indonesia menjadikan ia
memiliki akhlak yang mulia, baik akhlak kepada sesama, kepada alam
semesta, maupun akhlak sebagai warga negara.

Dengan sila kedua, bangsa Indonesia memahami dan menghargai


setiap orang, sehingga ini menjadi modal penting untuk melawan segala
bentuk yang tidak memanusiakan manusia, seperti melakukan
diskriminasi, perundungan (bullying), streotip, dan kekerasan.
Kemanusiaan yang diberi sifat “adil dan beradab” akan membawa bangsa
Indonesia untuk selalu menjunjung tinggi tradisi, dan adat istiadat yang
berlaku.

Dengan sila ketiga, bangsa Indonesia memiliki semangat


nasionalisme yang tinggi. Sekalipun berbeda suku, etnis, bahasa, dan
agama, bangsa Indonesia tetap dapat merajut persatuan demi kemajuan
negara Indonesia.
Dengan sila keempat, bangsa Indonesia selalu mendahulukan
musyawarah, sehingga segala bentuk perilaku main hakim sendiri tidak
dibenarkan. Segala keputusan menyangkut kepentingan masyarakat luas
selalu dilakukan melalui jalan musyawarah.

Dengan sila kelima, bangsa Indonesia senantiasa bersikap adil,


bahwa setiap manusia memiliki hak asasi yang sama. Masyarakat mudah
membantu orang lain yang berada dalam kesusahan, kemiskinan, dan
lemah. Semua nilai-nilai Pancasila tersebut tidak hanya tertulis di buku-
buku pelajaran ataupun Undang-Undang, tetapi telah menjadi tradisi yang
berurat akar dalam masyarakat Indonesia.

2. Menigkatkan keterampilan diri


Untuk meningkatkan peluang menerapkan Pancasila dalam
kehidupan global, kalian perlu membekali diri dengan berbagai
keterampilan penting yang dibutuhkan pada abad ini, seperti kolaborasi,
komunikasi, literasi, dan lain sebagainya.

Kolaborasi sangat dibutuhkan, karena ada banyak hal yang tidak


bisa diselesaikan sendiri-sendiri. Kehadiran sejumlah start up di
Indonesia, misalnya, pada umumnya dilakukan secara kolaboratif, dengan
melibatkan banyak orang untuk sama-sama berkontribusi demi mencapai
tujuan bersama.

Komunikasi juga memiliki peran yang sangat penting. Komunikasi


di sini bukan hanya sekedar menguasai bahasa asing, tetapi juga mengerti
tradisi tempat bahasa itu berkembang. Karena bahasa adalah salah wujud
dari kebudayaan. Dengan kemampuan komunikasi, kalian dapat
menyampaikan pesan dengan baik. Dengan kemampuan komunikasi yang
baik, kalian juga dapat terhindar dari salah paham dengan orang lain yang
dapat menyebabkan perselisihan.
Semua yang didapat di bangku sekolah adalah modal awal yang
perlu dikembangkan lebih lanjut. Jangan berpuas diri dengan capaian di
sekolah. Ada banyak orang sukses yang saat di bangku sekolah tidak
termasuk orang yang mendapatkan ranking kelas. Salah satu yang
membuat mereka sukses adalah mental untuk terus belajar, selalu ingin
tahu, dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

I. Tantangan Ber-Pancasil dalam Kehidupan Global


Pada era teknologi informasi ini, Pancasila akan diuji seiring dengan
masuknya ideologi-ideologi alternatif yang merangsek dengan cepat ke sendi-
sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Padahal, Pancasila adalah ideologi
negara yang harus dipatuhi dan menjadi pemersatu bangsa. Lalu, bagaimana
jika ideologi-ideologi lain masuk ke masyarakat Indonesia yang notabene
sudah ber-Pancasila.

Beberapa ideologi yang mulai masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan


berbang sa dan bernegara adalah radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.
Kata radika-lisme seringkali diidentikkan dengan ekstremisme. Ekstremisme
kekerasan (violent extremism) adalah pilihan sadar untuk menggunakan
kekerasan atau untuk mendukung penggunaan kekerasan demi meraih
keuntungan politik, agama, dan ideo logi. Ekstremisme kekerasan juga dapat
dimaknai sebagai sokongan, pelibatan diri, penyiapan, atau paling tidak,
dukungan terhadap kekerasan yang dimotivasi dan dibenarkan secara
ideologis untuk meraih tujuan-tujuan sosial, ekonomi, dan politik.

Sementara itu, terorisme dalam UU Nomor 15 Tahun 2003 didefinisikan


sebagai penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan
situasi teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas dan menimbulkan
korban yang bersifat massal, dengan cara merampas harta benda orang lain,
yang mengakibatkan kerusakan atau kehancuran objek-objek vital strategis,
lingkungan hidup, fasilitas publik, dan fasilitas internasional.

Sebagaimana kita tahu, ideologi radikalisme, ekstremisme, dan


terorisme mulai menjangkiti bangsa Indonesia. Ideologi tersebut tentu saja
tidak tumbuh dari tradisi luhur bangsa Indonesia karena Indonesia memiliki
budaya luhur, seperti kekeluargaan, tenggang rasa, gotong royong, dan lain
sebagainya.

Selain itu, yang tak kalah membahayakan, adalah konsumerisme.


Konsumerisme adalah paham terhadap gaya hidup yang menganggap barang-
barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya.
Dapat dikatakan pula konsumerisme adalah gaya hidup yang sifatnya tidak
hemat. Sering kita saksikan di televisi ataupun media sosial perilaku-perilaku
konsumtif yang berlebihan. Orang-orang yang terpapar ideologi ini cenderung
akan senang dan bahagia membeli sesuatu, sekalipun tidak dibutuhkan.
Tujuannya bisa beragam, mulai dari pamer, gengsi, mencari perhatian, hingga
sekedar ikut-ikutan. Akibatnya, demi mencapai kebahagiannya yang terletak
pada aktivitas membeli barang/sesuatu itu, seseorang bisa melakukan apa saja,
sekalipun melanggar norma dan konstitusi.
1. Hoaks dan Post Truth
Salah satu dampak lain dari meningkat pesatnya teknologi
informasi adalah banjirnya informasi. Sebelum era media sosial seperti
sekarang, informasi disampaikan hanya melalui lembaga-lembaga
tertentu, baik dalam siaran radio, televisi, dan website. Namun, pada era
sekarang ini, setiap dari kita menjadi konsumen dan produsen informasi
sekaligus. Disebut konsumen, karena kita juga menerima dan menyerap
beragam informasi dari berbagai kanal, baik berupa radio, televisi,
maupun media sosial, seperti facebook, twitter dan Youtube. Kita semua
juga bisa menjadi produsen informasi karena kita menyiarkan apa yang
kita ketahui kepada publik luas melalui media sosial yang kita punya.
Pertama, karena banjirnya informasi tersebut, kita disuguhi
bermacam-macam informasi, baik yang penting ataupun yang tidak
penting, baik yang valid kebenarannya ataupun yang tidak. Berada di
dalam dunia teknologi informasi yang sangat pesat, ibarat kita berada
dalam hutan belantara: kita bisa menjumpai apapun, mulai dari yang kita
butuhkan sampai hal-hal yang tidak kita butuhkan, mulai dari hal yang
bermanfaat sampai hal yang berbahaya. Akibatnya, kita seringkali
kebingungan menentukan mana jalan keluar dan mana jalan yang
menyesatkan.

Karena itulah, banyak kita jumpai beredarnya hoaks atau informasi


palsu di media sosial kita. Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kominfo) telah mengiden tifikasi 3.901 berita palsu atau berita bohong
(hoaks) selama periode Agustus 2018 hingga November 2019. Ini tentu
berbahaya. Dalam ilmu komputer dikenal istilah garbage in, garbage out,
artinya, jika yang kita terima atau kita konsumsi adalah sampah, sampah
pulalah yang kita keluarkan.

Kedua, dampak lanjutan dari beredarnya hoaks tersebut, membawa


kita pada suatu kondisi yang disebut dengan post-truth (pasca-kebenaran).
Dalam kamus Oxford, makna post-truth adalah dikaburkannya publik dari
fakta-fakta objektif. Post-truth adalah kondisi di mana fakta objektif tidak
lagi memberikan pengaruh besar dalam membentuk opini publik, tetapi
ditentukan oleh sentimen dan kepercayaan. Dalam anggapan mereka,
kebenaran itu adalah hal-hal yang disampaikan berulang-berulang,
sekalipun salah.

Misalnya, ketika seseorang membenci kelompok tertentu, berita


tentang keburukan dari kelompok tertentu akan dianggap sebagai
kebenaran, tak peduli siapa pembuat berita, tak mengecek apakah
beritanya benar atau tidak. Sebaliknya, jika ada informasi-informasi baik
tentang kelompok yang dibenci tersebut tidak dipercayainya, sekalipun
itu benar dan valid.

Ketiga, dampak yang lebih jauh adalah masyarakat mudah


diprovokasi, diadu domba, dihasut, dan ditanamkan benih kebencian
melalui informasi-informasi palsu yang terus-menerus disampaikan
sehingga dianggap sebagai kebenaran. Akibatnya, permusuhan sesama
bangsa Indonesia, kebencian kepada bangsa lain, upaya untuk memecah
belah bangsa, dan sejumlah dampak negatif lainnya, dapat dengan mudah
terjadi di tengah-tengah kita.

2. Tantangan Global
Betul bahwa kita semua adalah warga negara Indonesia. Itu dapat
ditandai dengan sejumlah identitas ke-Indonesia-an, mulai dari Kartu
Tanda Penduduk, Bendera Merah Putih, lambang Garuda Pancasila,
bahasa Indonesia, serta bahasa daerah yang digunakan.

Selain sebagai warga negara Indonesia, kita juga menjadi warga


negara dunia. Indonesia sebagai negara dan bangsa tidak dapat
mengisolasi diri, tidak bergaul, dengan bangsa-bangsa lain dari negara
lain. Terlebih dengan bantuan teknologi informasi, sekat-sekat batas
negara itu menjadi tipis. Ketika kita dapat menggunakan bahasa
internasional, seperti bahasa Inggris, tentunya kita dapat berinteraksi
dengan bangsa-bangsa lain yang menggunakan bahasa yang sama.

Tak hanya berkomunikasi, pada saat bersamaan, kita juga bersaing


dengan bangsa-bangsa lain. Persaingan ini juga terjadi dalam bidang
pekerjaan. Karena itu, kita harus memiliki kompetensi dan keterampilan
yang setara dengan bangsa-bangsa lain sehingga dapat bersaing pada
abad ke-21 ini.
Untuk dapat bersaing dan berkontribusi dengan baik dalam skala
global pada abad ke-21 ini, kita perlu memiliki sejumlah kecakapan:
literasi, kompetensi, dan karakter. Pada abad ini, kita tidak cukup hanya
pintar, menghafal teori-teori, rumus-rumus, dan definisi-definisi, tetapi
juga perlu memiliki kompetensi untuk memecahkan masalah, melakukan
kolaborasi dan kerja sama. Kalian juga perlu karakter untuk terus belajar
dan gigih sehingga bisa beradaptasi dengan segala perubahan yang
terjadi.

Tak hanya terkait dengan kompetensi penting pada abad ke-21,


dunia hari ini menghadapi sejumlah tantangan global yang tidak bisa
diselesaikan sendiri-sendiri. Krisis lingkungan, pemanasan global,
pandemi, kekerasan, dan perang global, adalah beberapa contoh
tantangan global yang tidak bisa ditangani sendiri, melainkan
membutuhkan kerja sama dan kolaborasi lintas negara dengan melibatkan
semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai