Anda di halaman 1dari 19

MAKNA PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA DAN

NEGARA REPUBLIK INDONESIA : PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI


TERBUKA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

MUHAMMAD RAFLI BINTANG PRATAMA (2204431004)

NURUL DIVA (2204431008)

MAHARANI ZAFIRAH NYDA (2204431023)

MALIDA PARAMADINAH (2204431025)

SYIFA SEPTIA RACHMA (2204431028)

JURUSAN AKUNTANSI

PRODI D4 - AKUNTANSI KEUANGAN

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji kita panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala curahan Rahmat-Nya dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Makna Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan
Negara Republik Indonesia : Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka”. Tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Radhiyatuz Zahra selaku Dosen
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila yang telah membantu penulis dalam
mengerjakan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini
memberikan panduan dalam pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Pancasila bagi
para mahasiswa untuk memahami apa itu Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka.
Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap
semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang pentingnya
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan Negara Republik Indonesia
khususnya Makna Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka.

Depok, 28 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakikatnya, ideologi merupakan sistem kepercayaan yang menerangkan dan


membenarkan suatu tatanan politik yang ada atau yang dicita-citakan dan
memberikan strategi berupa prosedur, rancangan, instruksi serta program untuk
mencapainya. Jika dikaitkan dengan Pancasila, maka ideologi memiliki fungsi
sebagai ajaran atau ilmu tentang ide yang diyakini kebenarannya oleh bangsa
Indonesia dan menimbulkan tekad untuk mewujudkannya dalam kehidupan
sehari-hari.

Sebagai suatu ideologi dan dasar dari negara Indonesia, Pancasila pada hakikatnya
tidak hanya menjadi hasil dari perenungan serta pemikiran dari berbagai orang
sebagaimana ideologi dari negara-negara lain. Namun Pancasila mengandung
berbagai nilai-nilai adat istiadat, nilai kebudayaan, nilai religius dan nilai
persatuan yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
menjadi suatu negara.

Pancasila sebagai ideologi terbuka berarti dapat menerima dan mengembangkan


pemikiran baru dari luar, dapat berinteraksi dengan perubahan dan perkembangan
zaman dan lingkungan, bersifat demokratis dalam arti membuka diri masuknya
budaya luar dan dapat menampung pengaruh nilai-nilai yang akan diinkorporasi,
untuk memperkaya aneka bentuk dan ragam kehidupan bermasyarakat Indonesia
juga memuat dimensi-dimensi secara menyeluruh. Pancasila sebagai ideologi,
tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformasi, dinamis dan terbuka.
Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis antisipatif
senantiasa mampu menyesuaikan perkembangan zaman. Ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat, keterbukaan ideologi

iii
Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya.
Namun mengeksplisitkan wawasan secara konkrit sehingga memiliki kemampuan
yang reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang masalah yang telah dituliskan di atas, maka rumusan
masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa pengertian dari ideologi, karakteristik, makna, serta fungsi ideologi


bagi negara?

2. Apa pengertian Pancasila, peran, serta latar belakang sebagai ideologi


terbuka?

3. Bagaimana perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lainnya?

4. Bagaiamana implementasi fungsi pancasila sebagai ideologi terbuka


dikehiduoan bermasyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk dapat mengetahui pengertian dari ideologi, karakteristik, makna,


serta fungsi ideologi bagi negara Indonesia

2. Untuk dapat memahami Pancasila, Peran, serta Latar Belakang sebagai


ideologi terbuka

3. Untuk dapat membandingkan Ideologi Pancasila dengan Ideologi


lainnya

4. Untuk dapat memahami pembatasan keterbukaan sebuah ideologi

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan nantinya pengetahuan pembaca mengenai Pancasila sebagai Ideologi


terbuka semakin meningkat serta dapat mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila
dalam berkehidupan bermasyarakat.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN IDEOLOGI

Istilah ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan,
konsep, pengertian dasar, ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa
yunani, edios yang berarti bentuk atau idein yang berarti melihat. Idea dapat
diartikan sebagai cita-cita yaitu cita-cita yang bersifat tetap dan akan dicapai
dalam kehidupan nyata yang pada hakikatnya merupakan dasar, pandangan atau
paham yang diyakini kebenarannya. Sedangkan logos berarti ilmu. Secara harfiah,
ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide atau ajaran tentang pengertian
dasar. Dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah suatu pemikiran yang menjadi
dasar seseorang / sekelompok orang untuk mencapai tujuannya.

Ideologi menurut para ahli :

Menurut Karl Marx sendiri ideologi adalah ajaran yang menjelaskan suatu
keadaan, terutama struktur kekuasaan, sedemikian rupa, sehingga orang
menganggapnya sah. Ideologi melayani kepentingan kelas berkuasa karena
memberikan legitimasi kepada suatu keadaan yang sebenarnya tidak memiliki
legitimasi (Sobur, 2013:212).

Samuel Becker (1984; p 69), ideologi merupakan “cara kita mempersepsi dunia
kita dan diri kita; ideologi mengontrol apa yang kita lihat sebagai sesuatu yang
“alami”. “Sebuah ideologi merupakan suatu bentuk setting, diintegrasikan dalam
bingkai referensi, di mana di dalamnya melewati masing-masing dari kita untuk
melihat dunia dan yang mengatur tindakan kita semua” (Beckers, 1984, p 69). 5 .

Raymond Williams misalnya, mendefinisikan ideologi itu sebagai sebuah bentuk


yang relatif formal dan mengartikulasikan sistem makna, nilai-nilai dan

v
kepercayaan, ataupun semacamnya yang diabstraksikan sebagai sebuah
“pandangan dunia” atau “pandanganan kelas” (Williams, 1977, p 109).

Macam-macam Ideologi secara garis besar :

1. Ideologi tertutup merupakan sebuah ajaran/paham/ pandangan hidup yang


menentukan sebuah tujuan/ norma berkehidupan yang sifatnya mutlak tidak boleh
dipersoalkan lagi kebenerannya, dan harus diterima sebagai sesuatu yang sudah
jadi dan harus dipatuhi.

2. Ideologi terbuka hanya berisi orientasi dasar sedangkan penerjemahannya


ke dalam tujuan dan norma sosial politik selalu dapat di pertanyakan dan di
sesuaikan dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di dalam masyarakat.

2.2. KARAKTERISTIK DAN MAKNA IDEOLOGI BAGI NEGARA

1. Ideologi sering muncul dan berkembang dalam situasi krisis

Pada saat situasi krisis, cara pandang, cara berpikir dan cara bertindak yang
sebelumnya dianggap umum dan wajar dalam suatu masyarakat telah dianggap
sebagai suatu yang sudah tidak dapat diterima lagi. Keadaan semacam ini
biasanya akan mendorong munculnya suatu ideologi. Berangkat dari kondisi krisis
yang dicirikan oleh menghebatnya ketegangan sosial, maka ketidakpuasan
terhadap masa lampau dan ketakutan menghadapi masa depan menjadi pendorong
muncul dan bangkitnya suatu ideologi yang mampu menjanjikan kehidupan yang
lebih baik.

2. Ideologi merupakan pola pemikiran sistematis

Ideologi harus disusun secara sistematis agar dapat diterima oleh warga
masyarakat secara rasional. Ideologi merupakan suatu pola pemikiran yang

vi
terintegrasi antara beberapa premis dasar yang memuat aturan-aturan perubahan
dan pembaharuan.

3. Ideologi mempunyai ruang lingkup jangkauan luas dan beragam

Ideologi mempunyai ruang lingkup yang sangat luas mulai dari penjelasan-
penjelasan yang parsial sifatnya sampai pada gagasan-gagasan atau pandangan-
pandangan yang komprehensif. Ideologi dapat menjadi indikator dalam
menentukan keberhasilan suatu negara dalam membangun masyarakatnya.
Dengan demikian, ideologi dapat menjadi parameter dalam mengukur
keberhasilan suatu bangsa.

4. Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan

Pemikiran dan panutan mulai dari konsep yang kompleks dan sophisticated
sampai dengan slogan atau simbol-simbol sederhana yang mengekspresikan
gagasan-gagasan tertentu sesuai dengan tingkat pemahaman dan perkembangan
masyarakatnya.

2.3. PERBANDINGAN BEBERAPA IDEOLOGI DENGAN PANCASILA

1. Liberalisme

Liberalisme didasarkan pada teori revolusioner yang dikembangkan oleh pendiri


Amerika, berdasarkan pada hak rakyat untuk bebas dari pemerintahan depotisme.
Teori revolusioner ini diklasifikasikan sebagai golongan tradisional untuk tujuan
sederhana yakni mengakhiri praktek tirani dan memberikan kebebasan penuh
untuk rakyat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Liberalisme menjawab pertanyaan tentang apa yang harus dan tidak boleh
dilakukan oleh negara melalui kebijakan umum untuk memberikan kebebasan
kepada warganya. Pada awal perkembangannya, liberalisme sering dikaitkan
dengan kebebasan individu dalam segala aspek kehidupan. Hak asasi manusia
dijamin agar setiap orang dapat mengembangkan potensinya masing-masing.

vii
Sebagai sebuah ideologi, liberalisme mengembangkan prinsip-prinsip yang
sifatnya mendasar, yaitu :

1) Pengakuan terhadap hak-hak asasi kewarganegaraan

2) Memungkinkan tegaknya tertib masyarakat dan negara atau supremasi hukum

3) Memungkinkan lahirnya pemerintahan yang demokratis

4) Penolakan terhadap pemerintahan totaliter

Prinsip-prinsip ini diterapkan di banyak bidang kehidupan. Di bidang politik,


ideologi liberal sangat menekankan peran masing-masing individu. Karena
kedudukan individu itu penting, negara hukum berkembang dan ditujukan untuk
melindungi individu dari campur tangan orang lain. Perkembangan ekonomi juga
ditandai dengan persaingan yang ketat. Karena setiap individu berhak untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan kemampuan dan kekuatannya. Namun dalam
perkembangan selanjutnya, kebebasan ini telah melahirkan sikap imperialis dan
berdampak tidak baik pada kelompok masyarakat lainnya.

Negara-negara yang menganut paham liberal adalah Amerika Serikat, Argentina,


Bolivia, Brasil, Chili, Kuba, Kolombia, Ekuador, Honduras, Kanada, Meksiko,
Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, dan Venezuela.

2. Komunisme

Komunisme membawa dampak besar bagi perkembangan sejarah dunia. Dalam


kurun waktu kurang dari satu abad setelah kematian Marx, ideologi ini telah
berhasil memengaruhi sepertiga wilayah dunia dan memantik revolusi melawan
kekuasaan di berbagai belahan dunia.2 Vladimir Iliych Lenin, pemimpin Partai
Komunis Rusia, merupakan orang yang paling berperan dalam merealisasikan
teori-teori komunisme Marx ke dalam tindakan nyata. Ia merupakan orang yang
pertama kali mendirikan negara berdasarkan prinsip-prinsip komunisme, Union of
Soviet Socialist Republic atau Republik Sosialis Uni Soviet, setelah sebelumnya
berhasil merebut kekuasaan Rusia dari Dinasti Czar melalui revolusi Rusia tahun
1917. Menariknya, meski pada akhirnya prediksi-prediksi Marx mengenai sejarah

viii
manusia di masa depan banyak yang tidak terbukti, bahkan di negeri-negeri
komunis, namun ide-ide Marx hingga kini mampu memengaruhi arah kajian dari
para pendukung dan penentangnya.

Terlepas catatan prestasinya dalam menghadapi kapitalisme, sebagai sebuah


ideologi, komunisme ternyata memiliki problem yang cukup serius terhadap
persoalan teologis. Ideologi komunisme secara praktis menggiring penganutnya
untuk menjadi ateis. Lebih dari itu, doktrin-doktrin komunisme menciptakan
manusia yang membenci bahkan cenderung memusuhi agama. Marx
menggambarkan kebenciannya terhadap agama dalam ungkapannya yang
terkenal,“Religion is the opium of the masses” (Agama adalah candu masyarakat).
Lenin, pasca revolusi melakukan perampasan properti dan diskriminasi pada
kelompok agama, kaum gereja dan kuil. Jika melakukan perlawanan, ia bahkan
tidak segan membasmi mereka karena dianggap kontra revolusi melalui pasukan
Cheka. Joseph Stalin, sejak awal berkuasa melarang keras kegiatan kegamaan
karena mengganggap agama sebagai kelompok yang mengancam dari dalam. Mao
Zedong melarang segala jenis kegiatan agama dan kepercayaan karena dianggap
pro feodalisme dan kapitalisme. Di Indonesia, ribuan umat Islam, khususnya para
kyai dan santri di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah, menjadi korban
keganasan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam rentetan peristiwa
pemberontakan Madiun 1948. Benturan antara PKI dan Islam bahkan terus terjadi
hingga akhir 1966. Komunisme dan Kapitalisme, meski keduanya saling
bertentangan, namun keduanya sama-sama lahir dari semangat Renaissance
peradaban Barat yang dilatarbelakangi oleh kebencian mereka kepada agama.

Negara-negara penganut ideologi komunis diantaranya adalah Eritrea, Kuba,


Laos, Korea Utara dan Vietnam.

3. Fasisme

Istilah fasisme dikembangkan dari bahasa latin "fasces" yang merupakan simbol
kekuasaan di era Romawi kuno. Di Italia, dikenal pula istilah "fascio" yang
memiliki arti dan konotasi yang sama. Fasisme sebagai gerakan politik muncul di
Italia setelah Perang Dunia I dan sempat menguasai negara itu dari tahun 1922

ix
sampai dengan tahun 1943. Namun sebelum itu, Italia juga telah mengenal istilah
"fasci" yang diartikan sebagai kelompok politik yang memperjuangkan tujuan-
tujuan tertentu.

Dari sudut pandang fasis, negara dianggap independen dan di atas tatanan moral
apa pun. Negara berada di atas semua individu dan memiliki nilai yang lebih
tinggi dari individu. Kebebasan individu dibatasi untuk memberikan perhatian
yang penuh kepada negara. Negara di atas segalanya. Negara memainkan peran
yang sangat penting dalam membentuk orang-orang yang terkait di dalamnya.
Untuk itu, negara memiliki kendali mutlak atas segala aspek kehidupan individu,
termasuk pendidikan, kegiatan ekonomi, dan tercapainya keselarasan antara
tenaga kerja dan modal. Dari sudut pandang ini, fasisme tampaknya menolak baik
sosialisme-maksisme maupun kapitalisme. Di bawah fasisme, hak milik pribadi
dipertahankan selama pengguna tetap berada di bawah kendali negara.

Negara-negara yang pernah menganut ideologi Fasisme adalah Italia, Jerman,


Spanyol, Yunani, Hungaria dan Jepang.

4. Kapitalisme

Kapitalisme lebih cenderung pada pengakuan atas hak kepemilikan pribadi


(property rights). Kedua varian ideopol sama-sama menginginkan adanya sebuah
tatanan sosial yang bebas dari intervensi kekuasaan (politik) untuk menciptakan
individu yang bebas menentukan jalan hidupnya. Pembenaran atas hak
kepemilikan pribadi akan mendorong tiap-tiap individu berjuang mengakumulasi
kekayaan sebanyak mungkin sesuai kesanggupannya. Motivasi besar yang muncul
dari kesadaran individual ini didasari atas keyakinan bahwa masing-masing orang
memiliki kemampuan berbeda-beda. Perbedaan itu merupakan hal yang alamiah,
sebagaimana kodrat manusia yang sejak lahir sudah ditakdirkan berbeda. Dengan
demikian, kunci kesuksesan terletak pada kemampuan unik yang dimiliki masing-
masing dapat ditransformasikan dalam bentuk prestasi.

x
Keadilan ekonomi dan sosial karenanya bukan tanggung jawab negara atau
pemerintah. Sejak awal kelompok pendukung kapitalisme sudah memiliki
pandangan tersendiri soal ukuran kesejahteraan sosial. Bagi mereka, kesejahteraan
sosial bukanlah pemberian langsung dari negara. Negara tidak bertanggung jawab
atas takdir sosial yang dibawa oleh tiap-tiap individu. Kesejahteraan sosial adalah
hasil perjuangan sendiri oleh masing-masing individu menurut bakat dan
kemampuannya. Besar atau kecilnya ukuran akumulasi material tergantung pada
usaha masing-masing.

Mengharapkan negara memenuhi kebutuhan personal tidak hanya keliru, menurut


para pendukung ideologi ini, melainkan menyalahi prinsip-prinsip alamiah yang
diberikan oleh alam. Negara hanya dibolehkan melayani kebutuhan sosial yang
bersifat publik, seperti menyediakan fasilitas umum (jalan, jembatan, sarana
komunikasi, infrastruktur pasar, rumah sakit, sekolah, dan sarana publik lainnya).
Sementara, keterlibatan pemerintah dalam hal proteksi dan bantuan sosial bagi
kelompok sosial yang rentan dan kelompok masyarakat tak beruntung lainnya
seperti, kelompok minoritas berbasis etnik, agama, dan masyarakat miskin sangat
tidak dianjurkan.

Negara-negara yang menganut ideologi kapitalisme diantaranya Hong Kong, New


Zealand, Swiss dan Prancis.

2.4. FUNGSI IDEOLOGI

1. Ideologi berfungsi melengkapi struktur kognitif manusia.

Ideologi pada dasarnya adalah suatu gagasan atau rumusan bagi manusia untuk
menerima, memahami, dan sekaligus memaknai hakikat kehidupan ini. Ideologi
dapat membuat realitas kehidupan yang sangat kompleks menjadi lebih jelas,
lebih lengkap, dan lebih bermakna.

2. Ideologi berfungsi sebagai panduan.

Ideologi menyatakan seperangkat standar tentang bagaimana manusia harus


berperilaku di samping tujuan dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Ideologi

xi
menyediakan saluran yang dapat digunakan untuk mewujudkan parameter terkait
dengan ambisi individu atau kelompok, hak dan kewajiban, serta harapan individu
dan anggota masyarakat. Ideologi juga dapat menetapkan batasan dalam hal
kekuasaan, tujuan, dan organisasi yang terkait dengan masalah politik.

3. Ideologi berfungsi sebagai lensa dan cermin

Ideologi adalah alat bagi individu atau bangsa untuk mengenal dan melihat dirinya
sendiri, dan mengharapkan orang lain dapat melihat dan menginterpretasikan
tindakannya berdasarkan ideologinya. Ideologi merupakan potret diri pribadi,
kelompok atau masyarakat yang sangat impresionistis.

4. Ideologi berfungsi sebagai kekuatan pengendali knflik

Ideologi berfungsi membatasi terjadinya konflik. Untuk menjaga kesinambungan


dan usaha bersama, melalui ideologi setiap masyarakat dapat mengetahui akan
gagasan, cita-cita, tujuan atau harapan yang ada dalam masyarakat.

2.5. PANCASILA

Pancasila adalah dasar negara, pandangan hidup dan ideologi bangsa Indonesia.
Sebagai ideologi nasional, Pancasila merupakan gagasan dasar kehidupan
berbangsa. Sebagaimana ideologi memiliki gagasan tentang bentuk masyarakat
yang dicita-citakannya, demikian pula ideologi Pancasila. Jika semua ideologi
didasarkan pada sistem filsafat tertentu yang berisi pandangan tentang apa artinya
menjadi manusia, kebebasan individu dan kerukunan dalam kehidupan
bermasyarakat, maka ideologi Pancasila juga mengandung ide-ide dasar
tentangnya.

2.6. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Pancasila sebagai ideologi adalah unik karena mencerminkan perilaku masyarakat


Indonesia dan tercermin dalam semua aspek kehidupan mereka. Nilai-nilai inti ini
bersifat dinamis. Artinya upaya untuk berkembang sejalan dengan perubahan dan
tuntutan sosial bukanlah hal yang tabu, sehingga nilai-nilai inti tidak membeku

xii
dan kaku, menciptakan fanatisme yang tidak logis. Berdasarkan pemikiran
tersebut, bangsa Indonesia menetapkan Pancasila sebagai ideologi terbuka.

Menurut Oetojo Oesman dan Alfian (1993: 192) ketiga dimensi yang harus
dimiliki oleh setiap ideologi yang terbuka adalah :

1. Dimensi Realitas 

Nilai-nilai dasar yang terkristalisasi sebagai ideologi benar-benar tertanam dan


berakar dalam kehidupan masyarakatnya. 

2. Dimensi Idealitas

Bangsa yang memiliki ideologi adalah bangsa yang telah mengetahui kearah mana
mereka akan membangun bangsa dan negaranya. 

3. Dimensi Fleksibilitas 

Penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka, bukan saja merupakan penegasan


kembali pola pikir yang dinamis dari para pendiri negara kita pada tahun 1945,
tetapi juga merupakan suatu kebutuhan konseptual dalam dunia modern yang
berubah dengan cepat. Penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka membawa
implikasi :

(1) Bangsa Indonesia harus meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai inti yang
abadi

(2) Bangsa Indonesia harus mengembangkan nilai-nilai inti secara kreatif dan
dinamis untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan zaman. .

Harus ditekankan dengan jelas bahwa istilah "terbuka" dapat ditafsirkan dengan
cara yang berbeda. Jadi kita harus sepakat tentang apa yang dimaksud dengan
"terbuka". Kita berbicara tentang ideologi terbuka jika memungkinkan interaksi
antara nilai-nilai yang dikandungnya dan lingkungan sekitarnya. Artinya, nilai-
nilai inti dilestarikan dan negara memiliki kesempatan untuk mengembangkan
nilai-nilai instrumentalnya.

xiii
Istilah "terbuka'' berarti terbuka untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
dengan penetapan nilai yang cekatan. Tentu saja, perlu untuk menunjukkan batas-
batas keterbukaan tersebut. Keterbukaan setidaknya memiliki dua hal. Itu adalah:

1. Kepentingan stabilitas nasional

Pada prinsipnya, ide apa pun dapat diajukan untuk menjelaskan nilai inti, tetapi
jika dapat diprediksi sebelumnya bahwa ide tersebut akan menimbulkan
kekhawatiran luas, dinamika, formalitas, dan metode komunikasi yang sesuai
harus dipertimbangkan.

2.Larangan ideologi Marxis (komunis/Leninis)

Rakyat Indonesia sebenarnya bisa melihat proses runtuhnya ideologi Marxis


(komunis/Leninis), tetapi ideologi ini tidak bisa diabaikan. Bahwa ideologi
Pancasila terbuka dalam nilai-nilai instrumental dan praktisnya tidak berarti
bahwa bangsa Indonesia terbuka terhadap komunisme. Orang Indonesia, di sisi
lain, skeptis tentang kerapuhan yang dapat ditimbulkan oleh ideologi ini. Prinsip-
prinsip yang membenarkan cara untuk mencapai tujuan seseorang dipandang
sebagai konsep yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

2.7. LATAR BELAKANG PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Gagasan pertama mengenai Pancasila sebagai ideologi terbuka, secara formal


ditampilkan sekitar tahun 1985, walaupun semangatnya sendiri sesungguhnya
dapat ditelusuri sejak pembahasan para pendiri negara dalam tahu 1945. Pidato
kenegaraan presiden soeharto di depan sidang dewan perwakilan rakyat pada
tanggal 16 Agustus 1989, antara lain mengatakan sebagai berikut “itulah
sebabnya, beberapa tahun yang lalu saya kemukakan bahwa pancasila sebagai
ideologi terbuka, maka kita dapat mengembangkan pemikiran baru yang segar dan
kreatif untuk mengamalkan pancasila dalam menjawab perubahan dan tantangan
zaman yang terus bergerak secara dinamis. Nilai- nilai dasar pancasila tidak boleh
berubah. Sedang pelaksanaannya kita sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan

xiv
nyata yang kita hadapi dalam setiap kurun waktu. Pendahulu-pendahulu kita, para
perancang undang- undang dasar 1945 telah menginginkan agar kita
memperhatikan sungguh-sungguh dinamika masyarakat. Para pendiri Republik
ini, sejak semula hanya menetapkan aturan pokok yang dasar-dasarnya diletakkan
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Kita semua yang hidup kemudian diberi
peluang untuk mengembangkan pelaksanaannya secara luas.

Selanjutnya dalam penjelasan UUD 1945 dapat kita temukan rumusan sebagai
berikut:

“Maka telah cukup jika Undang Undang Dasar hanya memuat aturan pokok,
hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat dan
lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan
kesejahteraan sosial terutama bagi negara baru dan negara muda , lebih baik
hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok , sedang aturan-
aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-
undang yang lebih mudah caranya membuat, merubah dan mencabut”.

Kalimat tersebut diatas perlu kita kaitkan dengan alinea setelahnya, yang berbunyi
sebagai berikut:

“Yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah
semangat, semangat penyelenggara negara, semangat para pemimpin
pemerintahan. Meskipun dibikin Undang-Undang Dasar yang memuat kata-
katanya bersifat kekeluargaan, apabila semangat para penyelenggara negara, para
pemimpin pemerintahan itu bersifat perorangan, Undang-Undang Dasar tadi tentu
tidak ada artinya dalam praktek. Sebaliknya meskipun Undang-Undang Dasar itu
tidak sempurna , akan tetapi jikalau semangat para penyelenggara negara
pemerintahan baik, Undang-Undang Dasar itu tentu tidak akan merintangi
jalannya negara”.

Dari kutipan tersebut dapat kita fahami bahwa UUD 1945 pada hakikatnya
mengandung unsur keterbukaan; karena dasar UUD 1945 adalah Pancasila, maka

xv
Pancasila yang merupakan ideologi nasional bagi bangsa Indonesia bersifat
terbuka pula.

Kita wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa para pendahulu kita
cukup bijak. Sejarah menunjukkan bahwa ideologi yang kaku dan tegar akhirnya
akan hancur karena tak mampu menghadapi tantangan zaman.

2.8. IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA


DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

Tidak dipungkiri bahwa globalisasi membawa dampak yang signifikan terhadap


kehidupan bermasyarakat, globalisasi mendorong perkembangan teknologi
sebagai peningkatan pendapatan dan standar hidup bagi masyarakat. Nantinya
dampak dari adanya globalisasi bisa menguntungkan ataupun merugikan, semua
itu tergantung dari bagaimana masing- masing individu menyikapinya.

Pada 2 tahun terakhir, Tiktok menjadi sebuah platform yang banyak digemari oleh
masyarakat Indonesia. Berdasarkan laporan We Are Social, jumlah pengguna aktif
media sosial di Indonesia sebanyak 191 juta orang pada Januari 2022, proporsi
pengguna TikTok sebesar 63,1% hal ini menunjukkan tiktok banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat Indonesia dalam menyampaikan, serta menerima informasi
seputar edukasi, ataupun sebagai wadah hiburan dalam mengekspresikan diri.

Hampir 95% pengguna tiktok mempunyai kebiasaan menonton konten fyp yang
masuk kedalam beranda tiktok, tentunya video yang masuk kedalam beranda fyp
tidak bisa kita kontrol isi kontennya. Bisa saja yang dilihat adalah konten
seseorang yang sedang memamerkan kekayaan, ataupun seseorang yang sedang
mempraktekkan tarian/dance budaya luar, tidak ada yang salah pada konten
tersebut, namun secara tidak langsung hal itu dapat mengikis sikap nasionalisme
seperti lunturnya kebudayaan nusantara karena masyarakat lebih menyukai
budaya luar, timbulnya gaya hidup yang konsumtif dikarenakan masyarakat
berpatokan terhadap gaya hidup hedonisme seseorang..

Disini pancasila memiliki peran controlling, sebagai ideologi terbuka, pancasila


hadir dengan kemampuan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman,

xvi
ilmu pengetahuan, teknologi, dan perkembangan aspirasi masyarakat. Hal ini
dikarenakan pancasila sebagai ideologi terbuka bersifat aktual, dinamis, dan
antisipatif. Pancasila berperan dalam memecahkan permasalahan yang terjadi di
kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk mengikisnya sikap nasionalisme
masyarakat.

Namun dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, peran pancasila saja tidak


cukup. Diperlukan sebuah implementasi/ penerapan dari 5 nilai dasar yang
mencakup ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima
hal ini adalah pedoman fundamental yang sifatnya universal, mengandung cita-
cita negara, dan tujuan yang baik dan benar, sehingga harapannya jika seluruh
masyarakat Indonesia menerapkan nilai pancasila dalam berkehidupan, maka
permasalahan tersebut dapat terselesaikan.

xvii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila sebagai ideologi adalah seperangkat nilai, gagasan atau doktrin


yang dianggap baik oleh masyarakat Indonesia. Penetapan pancasila menjadi
sebuah ideologi berdasarkan ketentuan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Pengakuan dan Penetapan Pancasila sebagai Kebijakan Nasional. Menurut
peraturan, kebijakan nasional yang tertuang dalam peraturan mengandung arti
idealisme nasional dan ideologi nasional sebagai cita-cita dan tujuan nasional.
Dengan demikian, Pancasila bukan hanya dasar negara, tetapi juga dasar ideologi
nasional Indonesia.

Pancasila merupakan sebuah ideologi terbuka, yang memiliki 3 aspek


Yaitu : Aspek realitas yang mencerminkan kemampuan Indonesia untuk
beradaptasi dengan beberapa nilai kehidupan yang penting., Aspek ideologi
terkandung dalam sebuah ideologi terbuka, sebuah ideologi yang dapat memenuhi
harapan para penganutnya, Aspek pendukung merupakan penjelasan dan cerminan
dari daya adaptasi dan pengaruh idealisme, yang dapat berperan besar dalam
kehidupan sosial.

Semua aspek Pancasila bersifat universal dan dinamis, sehingga Pancasila


dapat diterapkan dalam kehidupan nyata untuk mengakomodasi berbagai
dinamika permasalahan masyarakat Indonesia saat ini. Pancasila merupakan inti
falsafah bangsa, suatu kesatuan yang tidak dapat dirombak, apalagi dipisahkan.
Ideologi Pancasila bersifat terbuka dalam arti merupakan ideologi yang dapat

xviii
berinteraksi dengan waktu melalui dinamika internalnya. Nilai-nilai dan cita-cita
yang terkandung dalam Pancasila digali dan dilestarikan dari kekayaan spiritual,
moral dan budaya masyarakat itu sendiri tanpa dipaksakan dari luar.

DAFTAR PUSTAKA

xix

Anda mungkin juga menyukai