PENDAHULUHAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ideologi ?
2. Apa fungsi ideologi bagi suatu bangsa ?
3. Apa maksud dari Pancasila sebagai landasan negara ?
1.3 Tujuan
Mempelajari dan memahami ideologi Pancasila dan implementasi Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan penelitian haruslah sangat jelas guna
menempuh arah sasaran yang tepat.
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelasakan tentang pengertian ideologi
2. Mendeskripsikan tentang ideologi yang berkembang di negara-negara
3. Untuk mengetahui peranan Pancasila dalam kehidupan bernegara
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini, yaitu:
1. Manfaat bagi penulis:
Agar penulis bisa mengembangkannya kepada orang lain tentang pengamalan
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Manfaat bagi pembaca:
Agar pembaca mendapat ilmu lebih banyak mengenai pentingnya mengamalkan
nilai-nilai Pancasila di dalam negeri yaitu Indonesia.
Sebagai pemberi motivasi untuk mengembangkan pelayanan dan pendidikan
kebidanan di wilayah yang ditempati sekarang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan kepercayaan (K.Ramanathan,1988: 73). Jika pendapat ini diikuti, maka salah
satu dimensi dari ideologi adalah pencerminan realita yang hidup dalam
masyarakat di mana ia muncul pada pertamakalinya, paling kurang realita pada saat-
saat kelahirannya itu.Dengan perkataan lain, ideologi merupakan gambaran tentang
sejauh mana suatu masyarakat berhasil memehami dirinya sendiri. Kalau begitu,
daya tahan suatu ideologi antara lain tergantung pada tinggi atau rendahnya
kemampuan intelektual mereka yang melahirkannya dalam meneliti dan
menganalisis masyarakatnya secara obyektif. Kalau kemampuan itu tinggi,maka
ideologi yang lahir akan mempunyai relevansi yang kuat dengan jiwa dan
kehidupan masyarakatnya, dan sebaliknya.
Tim ICCE UNI Syarif Hidayatullah Jakarta (2000: 17) menjelaskan bahwa
ideologi dapat diartikan sebagai suatu pandangan atau system nilai yang menyelutuh
dan mendalam yang dipunyai dan dipegang oleh suatu masyarakat tentang
bagaimana cara yang sebaiknya dalam mengatur tingkah laku mereka bersama
dalam berbagai segi kehidupan duniawi. Akan tetapi, sebagaimana kita ketahui,
dalam realitanya suatu masyarakat mempunyai berbagai macam kelompok
kepentingan yang dilahirkan oleh adanya perbedaan sosial, ekonomi, agama, dan
lainnya. Masing-masing kelompok sosial ini biasanya memulai pula pandangan atau
sistem nilai tertentu yang mereka pegang sebagai landasan atau usaha mereka
memajukan kepentingan- kepentingan yang spesifik. Pandangan atau sistem nilai
yang seperti ini mungkin dapat di anggap sebagai sub-ideologi. Dengan
demikian,jika di teliti dengan cermat akan terlihat bahwa di dalam suatu ideologi
tertentu tercermin sejumlah sub-ideologi. Disini ideologi tampak sebagai jelmaan
dari hasil suatu konsensus bersama dari berbagai kelompok atau golongan
kepentingan.
4
Sedangkan ideologi dalam kehidupan bernegara dapat diartikan sebagai suatu
konsensus hasil pemikiran mayoritas warga negara tentang cita-cita dan nilai-nilai
dasar yang ingin
diwujudkan untuk cita bersama dalam kehidupan bernegara merupakan suatu keyaki
nan yang harus dijunjung tinggi, diperjuangkan, dilestarikan, diamalkan dalam kehi
dupan, dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Menurut Alfian (1978: 193) ada tiga dimensi yang dapat dipakai untuk
melihat dan mengukur kualitas suatu ideologi, termasuk ideologi dalam suatu
negara, yaitu :
1. Dimensi realita, yakni bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi
tersebut secara riil berakar dalam atau hidup dalam masyarakat dan bangsanya ,
terutama dalam nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman
sejarannya.
2. Dimensi idealisme, yakni bahwa nilai- nilai dasar ideologi teersebut mengandung
idealisme yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui
pengalaman dan praktik kehidupan bersama sehari-hari dengan berbagai dimensinya;
3. Dimensi fleksibilitas, yakni ideologi tersebut memiliki keluesan yang
memungkinkan dan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang
relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan hakekat dan jati diri
yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Ketiga dimensi tersebut, walaupun
dapat diteliti sendiri-sendiri, tetap saling berkaitan. Suatu ideologi dapat mengalami
krisis bila mana salah satu dimensi menunjukkan kelemahan.krisis ideologi yang
paling banyak disoroti kelemahannya adalah melalui dimensi fleksibilitas ini.
5
disebut dengan ideologi. Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui
dengan jelas kearah mana bangsa ini di bawah, jelas sangat membutuhkan
pandangan hidup atau ideologi. Pandangan hidup suatu bangsa pada hakekatnya
adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu bangsa dan diyakini
kebenarannya sehingga menimbulkan tekad untuk mewujudkkannya. Ini berarti
ideologi itu digali dari budaya dan nilai-nilai kehidupan mereka sendiri yang diakui
kebenarannya serta terbukti ampuh untuk mengatur dan mengarahkan kehidupan
mereka (Saronji dan Asy’ari,2005: 89)
Suatu bangsa pasti membutuhkan ideologi yang kuat karena ideologi jika
diibaratkan sebuah bangunan rumah adalah fondasinya. Bangunan rumah akan
dianggap kokoh, kuat dan tahan lama manakala dasar atau fondasi tersebut
menghujam kuat kedalam tanah. Untuk itulah suatu bangsa membutuhkan ideologi
yang kuat dan kokoh agar bangsa ini tidak bubar dan terombang- ambing oleh
badai perkembangan zaman.
Menurut Kailan (2001: 208) ideologi sangat menentukan eksistensi suatu
bangsa dan negara.keberadaan ideologoi bagi suatu negara dianggap penting karena;
1. Ideologi dapat membimbingbangsa dan negara untuk mencapai tujuan
melalui berbagai realisasi pembangunan.
2. Ideologi merupakan sumber motivasi,inspirasi, dan semangat bagi kehidupan
masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.
3. Ideologi dapat menciptakan semangat persatuan dan ksatuan dalam hidup
bersama pada suatu masyarakat, bangsa, dan negara.
Ideologi dianggap penting bagi suatu bangsa karena memiiki beberapa
fungsi. Menurut Poespowardjo (1991: 48), ideologi dapat memberikan :
1. Struktur kognitif, berarti keseluruhan pengetahuan yang dapat dijadikan
landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian
dalam alam sekitarnya.
2. Orientasi dasar dengan membuka wwasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
6
3. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan hidup bagi seseorang
untuk melangkah dan bertindak.
4. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitas dirinya.
5. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
6. Pendidikan untuk seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati
tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung
didalamnya.
7
secara resmi tidak dianut oleh suatu bangsa, namun dalam praktiknya ruh ideologi
tersebut terkadang masih hidup dan tetap mempengaruhi jalan pikiran masyarakat
dalam suatu bangsa (Saronji dan Asy’ari, 2005: 90)
Masing-masing ideologi itu merupakan hasil buah pikiran manusia yang
kemudian dijadikan sebagai doktrin dan petunjuk bagi kehidupan sebuah bangsa.
Hampir semua negara di dunia ini pasti memiliki dan bisa dibayangkan andai kata
sebuah bangsa tidak memiliki ideologi pasti nasibnya tidak jelas, kemana negara
dan bangsa tersebut diarahkan.
Beberapa ideologi yang berkembang di beberapa negara di dunia dapat
dijelaskan antara lain sebagai berikut :
1. Liberalisme
Ideologi liberalisme ini berpandangan bahwa nilai yang tertinggi terletak
pada
individu yang otonom. Akal manusia mempunyai peranan yang cukup tinggi, kebeb
asan individu tidak boleh dihalang-halangi.
Hasil yang terbaik dari manusia adalah bagaimana kita bisa menghilangkan
hambatan-hambatan bagi kebebasan individu dan membiarkan kebebasan individu
tersebut mengejar kepentingannya sendiri tanpa mendapat halangan apapun.
Meskipun demikian menurut ideologi liberalism ini, kekuasaan masih juga di
perlukan karena manusia tidaklah sempurna. Kekuasaan ini harus terletak ditangan
negara, dan negara harus melidungi kebebasan individu, sehingga kebebasan
individu tidak terhambat oleh kekerasan atau tindakan lain yang jahat.
Liberalisme ini berimplikasi pada adanya suatu keyakinan yang besar
terhadap prestasi-prestasi manusia, dan oleh karena itu dapat dimaklumi mengapa
ideologi ini justru dilindungi oleh golongan menengah yang telah banyak
prestasinya, terutama dibidang ekonomi. Golongan ini juga tidak mempunyai
keberatan mendasar terhadap tata aturan masyarakat seperti yangtelah berkembang
sesudah zaman pertengahan.
2. Radikalisme
8
Jika ideologi liberalisme menempatkan individu manusia sebagai makhluk
bebas dan terhormat, sebaliknya ideologi radikalisme berpandangan bahwa manusia
memiliki persamaan hak dan derajat. Manusia harus ditempatkan pada posisi
sederajat, tidak boleh ada kepentingan dan ketidakadilan dalam kehidupan ini,
terutama dalam suatu bangsa dan negara. Radikalisme berkembang terutama dalam
konfrontasi dengan liberalisme, tapi radikalisme sendiri mempunyai akar yang tua.
Tapi gerakan-gerakan ini bersifat keagamaan yang kebanyakan memperoleh
pengikut yang berjumlah kecil diantara orang-orang miskin dan tokoh-tokoh
marginal dalam masyarakat menjelang akhir zaman pertengahan. Gerakan ini
menaruh harapan yang kuat terhadap kerajaan Tuhan yang akan datang ke bumi
yang ditandai dengan kedamaian Dn keadilan. Radikalisme mengkritik tajam
tatanan masyarakat dimana terdapat begitu banyak ketidakadilan dan kemiskinan.
Menurut radikalisme orang-orang kaya mempunyai kesalahan yang cukup besar.
Karena itu, tidak mengherankan jika kelompok ini sangat memusuhi para bangsaan.
3.Konservatisme
Ideologi ini berpandangan bahwa masa lalu adalah suatu peristiwa yang
masih harus di perjuangkan dan harus dipertahankan. Kalau radikalisme dengan
penuh harapan memandang ke masadepan yang indah, maka konservatisme melihat
dengan rasa nostalgia kemasalalu. Paha mini baru timbul sesudah ideologi kedua di
atas. Menurut kaum konservatif, revolusi menuju kea rah modernita, merupakan
suatu klimaks perkembangan yang menyedihkan yang telah berlangsung sejak
menjelang akhir zaman pertengahan. Tuntutan adanya kebebasan dan pertumbuhan
individualism dianggap merusak reformasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknik di era mdern, kepercayaan terhadap diri-sendiri yang tak terbatas hanya
merupakan pernyataan kecongkakan yang tidak pada tempatnya. Kaum konservatif
sama sekali tidak suka kepada masyarakat industri modern. Sedangkan masyarakat
zaman pertengahan merupakan masyarakat ideal mereka. Mereka membela segala-
galanya, yang ditolak oleh kaum revolusi dan oleh parah filsuf pencerahan
(Laeyendecker, 1991: 64-66)
4. Kapitalisme
9
Ideologi kapitalisme memandang bahwa suatu sistem yang mengatur
proses produksi barang dan jasa. Ideologi kapitalisme memiliki 3 ciri pokok, yakni;
Sebagian besar kekayaan dimiliki oleh individu;
Barang dan jasa di perdagangkan di pasar bebas yang penuh
persaingan;
Modal atau kekayaan lain diinvestasikan kedalam berbagai usaha
untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Kapitalisme tidak muncul
begitu saja dalam sejarah dunia, melainkan berkembang selama
beberapa abad.
5. Sosialisme
Ideologi sosialisme berpandangan bahwa alat-alat produksi (tanah, tenaga
kerja, modal) harus dimiliki secara bersama. Kelahiran sosialisme ini erat kaitannya
dengan perkembangan industri di Eropa pada abad ke-18. Pada zaman itu, para
pemilik modal berkembang dimana-mana, demikian juga industri. Perkembangan
industri tidak diimbangi dengan upa kesejahteraan para pekerja/buruh industri.
Kaum buruh ditindas dan di peras tenaganya, sementara upah dan kesejahteraannya
tidak di pikirkan oleh kaum pemilik modal dan pemilik industri tersebut. Pada
peristiwa ini negara malah mendukung apa yang dilakukan oleh kaum pemilik
modal, dan tidak pernah memikirkan kaum pekerja/buruh sebagai rakyatnya.
Seluruh modal dan kekayaan hanya berputar pada kaum berduit yang dikuasai oleh
sedikit orang. Dari si nilah muncul gerakan revolusi menentang kepemilikan modal
tersebut yang antara lain dipelopori oleh Etienne Kabat, Robert owen, Albert
Brisbane dan Karl Marx. Mereka menantang kepemilikan pribadi secara mutlak,
dan meminta kepemilikan pribadi di pakai untuk kepentingan umum. Karl Marx
lebih gencar lagi dengan menyatakan bahwa suatu saat kaum buruh/ pekerja akan
menyadari nasibnya yang menyedihkan itu dan mereka akan berbalik
menyingkirkan kaum pemilik modal (kapitalis) melalui sebuah gerakan revolusi.
Dari revolusi tersebut terciptalah sosialisme, dengan jorgan; hak milik pribadi dan
negara di hapus, sarana-sarana produksi dan distribusi dimiliki secara bersama-
sama, sehingga tercipta negara tanpa kelas.
10
2.3 Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Secara harfiah “Pancasila “ terdiri dari dua kata, yaitu “panca” yang berarti
lima dan “sila” yang berarti aturan yang melatarbelakangi perilaku seseorang atau
bangsa, kelakuan atau perbuatan sesuai dengan adab dan moral yang dijadikan
sebagai dasar. Karena itu,Pancasila berarti rangkaian lima aturan tentang dasar-
dasar atau prinsip-prinsip petunjuk perilaku dan perbuatan masyarakat bangsa
Indonesia. Kelima sila tersebut kemudian dijadikan sebagai pandangan hidup,
keyakinan atau cita-cita (ideologi) bangsa Indonesia guna memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia ke depan (Subandi, 2003: 5-9).
Pancasila merupakan hasil pemikiran bangsa Indonesia, telah
dijadikan sebagai ideologi, pandangan hidup, keyakinan, dan cita-cita bangsa dan
negara dalam menjalankan kehidupan bersama seluruh masyarakat Indonesia
menuju kehidupan masa depan yang lebih baik. Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa dan negara Indonesia, bermula dari proses perumusan pandangan hidup
masyarakat, kemudian dituangkan dan dikembangkan menjadi pandangan hidup
bangsa dan negara. Pandangan hidup seperti ini dapat disebut sebagai ideologi, yang
kemudian dirumuskan menjadi ideologi bangsa dan Negara Indonesia. Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa dan negara kemudian dapat diproyeksikan kembali
menjadi pandangan hidup masyarakat serta tercermin dalam sikap hidup pribadi
masing-masing warganya (Darmodihardjo, 1996: 35)
Sebagai pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, Pancasila
dalam pelaksanaannnya tidak boleh bertentangan dengan norma-norma kehidupan,
baik agama, kesusilaan, hukum, maupun sopan santun yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Malik Fadjar (1992: 83) menjelaskan bahwa
Pancasila sebagai ideologi atau pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan hasil
perenungan yang mendalam mengenai masa depan kehidupan yang dicita-citakan
serta prinsip hidup sesuai dengan cita-cita masa depan bangsa Indonesia. Suatu
pandangan hidup pasti mengandung isi tentang konsep-konsep dasar mengenai
masa depan dan cita-cita yang diharapkan, serta cara mencapainya secara principal.
Pancasila merupakan pandangan hidup yang harus dijadikan sebagai pedoman
11
dalam melakukan gerakan-gerakan dalam hidup, karena secara historis Pancasila
merupakan kristalisasi nilai yang telah lama ada dan hidup serta berkembang dalam
akar pribadi dan budaya bangsa Indonesia.
Kalian (2001: 211) juga menjelaskan bahwa Pancasila sebagai
ideologi bangsa dan negara Indonesia berkembang melalui proses yang cukup
panjang. Pada awalnya secara kausalitas bersumber dari nilai-nilai, adat- istiadat,
agama, dan tradisi masyarakat bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi telah
menempatkan manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Pancasila mengakui
kebebasan dan kemerdekaan manusia secara kodarti, namun dalam hidup bersama
juga mengakui adanya kebebasan dan kemerdekaan orang lain juga.
Sebagai ideologi, Pancasila dituntut tetap pada jati dirinya, baik ke
dalam (segi intrinsik) maupun keluar (segi ekstrinsik). Kedalam berarti Pancasila
harus :
1. Konsisten
2. Koheren
3.Koresponden
Keluar berarti Pancasila harus menjadi penyalur dan penyaring kepentingan,
baik horizontal maupun vertical.
Pancasila harus “konsisten’’artinya sesuai, harmoni dan berhubungan
secara logis, antara sila satu dengan sila lainnya, begitu juga berhubungan dengan
pasal-pasal UUD 1945. Misalnya, sila ke satu (Ketuhanan yang Maha Esa)
mempunyai hubungan logis dengan pasal 29 (Agama) dalam UUD 1945; Sila ke
dua (Kemanusiaan yang adil dan beradab) memiliki hubungandengan kemerdekaan;
Sila ketiga (Persatuan Indonesia) berhubungan dengan pasal 18 dalam UUD’45
(pemerintahan daerah) dan lain-lain.
Pancasila harus koheren, artinya satu sila harus terkait dengan sila
yang lain. Sila kemanusiaan tidak boleh lepas dari sila ketuhanan. Sila persatuan
Indonesia tidak boleh lepas dari sila kemanusiaan, dan seterusnya. Apabila salah
satu saja dari sila tersebut kita pilih dan meninggalkan sila yang lain, ini dapat
dikatakan inkoheren. Karena itu, susunan Pancasila adalah hirarkis dan mempunyai
12
bentuk piramid, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian kesatuan yang
bulat (Notonegoro, 1962).
Pancasila harus koresponden artinya cocok antara teori dengan
praktik, seorang pancasilais tidak bisa menjadi seorang pembunuh, karena
pembunuh itu tidak sesuai dengan kemanusiaan. Inkorespondensi terbesar terjadi
pada pra-1965, ketika penguasa kita menyetujui PKI yang nyata-nyata anti Tuhan.
Padahal dalam Pancasila kita mengakui adanya Ketuhanan Yang Maha Esa dan
persatuan Indonesia. Korespondensi menuntut supaya kenyataan politik ditata
kembali, sehingga ada sesuaian antar kenyataan dengan ideologi (Kuntoeijoyo,
1998: 81).
Pancasila sebagai ideologi dapat mempersatukan seluruh penduduk
bangsa Indonesia secara politis, dan dapat mewakili, serta menyaring berbagai
kepentingan, mengandung pluralisme agama dan dapat menjamin kebebasan
beragama. Meskipun ada pihak yang tidak setuju dengan Pancasila sebagai ideologi,
tapi sampai sekarang Pancasila masih tetap sebagai ideologi bangsa dan negara
adalah sebagai ideologi negara. Fungsi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara adalah sebagai sarana pemersatu antar berbagai kelompok, suku, ras, dan
antar golongan dalam seluruh wilayah Nusantara Indonesia. Pancasila mengandung
nilai muatan multikulturalisme, dan bukan monokulturalisme. Di samping itu juga
Pancasila ideologi sampai sekarang masih dianggap bisa menjadi pengontrol dan
pengarah gerak kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemsayarakatan bangsa
Indonesia. Agar Pancasila dapat berperan sebagai alat pemersatu bangsa, maka
Pancasila harus; (1) mempertahankan idealismenya; (2) Mencerminkan realitas
kehidupan masyarakat dan selalu berorientasi kepada masyarakat; (3) Kontekstual
dengan perubahan kehidupan masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sebagian besar rakyat Indonesia
menganut agama Islam. Untuk itu, tidak heran jika banyak tulisan yang mencoba
menyoroti Pancasila harus dari sudut pandang Islam. Untuk itu, tidak heran jika
banyak tulisan yang mencoba menyoroti Pancasila dari sudut pandang Islam.
Menurut beberapa ahli, tidak satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan
13
Pancasila, dan sebaliknya tidak ada sila-sila dari Pancasila yang bertentangan
dengan ajaran Islam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Pancasila adalah
obyektivikasi Islam. Esensi (hakekat) islam dan Pancasila tidak bertentangan, tetapi
kenyataan eksistensinya (sejarahnya) dapat saja keduanya di pertentangkan terutama
untuk melayani kepentingan-kepentingan kelompok politik. Walaupun demikian,
penting dicatat bahwa islam adalah agama, dan Pancasila adalah ideologi (Tim
ICCE,2001:25).
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki dimensi idealisme
nasional, yakni suatu hal yang harus di tuju dalam kehidupan rakyat/bangsa
Indonesia. Sebagai idealisme nasional, maka Pancasila berfungsi sebagai pendidik
dan penuntun arah menuju terbentuknya manusia Indonesia masa depan yang
Pancasilais. Seorang yang pancasilais sesunggunya merupakan cita-cita nasional
bangsa Indonesia, yang secara lebih jelas cita-cita atau visi-misi bangsa Indonesia
menuju masa depan tersebut telah termaktub dalam ketetapan MPR RI.No.IV/
MPR/ 1999 tentang garis-garis besar Haluan Negara tahun 1999-2004. Dalam tahap
ini dikatakan bahwa visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat
Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera.
Dalam wadah negara kesatuan republik Indonesia yang didukung oleh manusia
Indonesia
yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadar
an hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki
etos kerja yang tinggi, dan berdisiplin.
14
Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia. Hal tersebut telah
disepakati sejak bangsa Indonesia memproklamasikan diri sebagai negara merdeka
pada 17 Agustus 1945. Semua pengaturan penyelenggaraan kehidupan kenegaraan
bagi bangsa Indonesia harus mengacu pada Pancasila. Disamping itu Pancasila juga
dikatakan sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Ini berarti bahwa
berbagai upaya pengembangan tata kehidupan kenegaraan yang berkaitan dengan
norma dan aturan hukum apa pun dalam kehidupan berbangsa harus berdasar pada
Pancasila.
Rumusan Pancasila sebagai dasar negara RI yang sah telah tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 pada alenia keempat yang memuat kalimat; ”… Maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang- undang
Dasar Negara Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.”
Karena itu, dalam rumusan alenia keempat itu juga dapat diperoleh
pengertian bahwa Pancasila mendasari UUD 1945. Dalam ketetapan MPRS nomor
XX/MPRS/ 1996 juga dinyatakn bahwa; “… dalam kedudukannya yang demikian,
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 merupakan dasar dan sumber hukum dari
batang tubuhnya”. Rumusan ini menyatakan bahwa Pancasila adalah inti dari
pembukaan UUD 1945 yang merupakan realisasi keberadaan negara, sehingga
dikatakan Pancasila adalah sebagai Dasar Negara.
Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang
Dasar 1945, selanjutnya dituangkan dalam wujud berbagai aturan aturan dasar,
seperti yang terdapatmdalam Batang Tubuh UUD 1945 dalam bentuk pasal-
pasalnya, yang kemudian dijabarkan lagi ke dalam berbagai Ketetapan MPR serta
peraturan perundang-undangan lainnya secara tertulis, sedangkan yang tidak tertulis
terpelihara dalam konvensi atau kebiasaan kewargaan dan ketatanegaraan. Dalam
kaitan ini Pancasila mempunyai sifat mengikat dan keharusan atau bersifat
15
imperative, artinya sebagai norma hukum yang tidak boleh dilanggar atau
dikesampingkan. Apabila nilai-nilai mormatif dalam Pancasila tersebut dilanggar,
maka yang bersangkutan dikenai sanksi hukum. Misalnya jika ada warga negara
Indonesia yang melakukan tindak pidana korupsi, pembunuhan, perampokan,
pemerkosaan, penghinaan dan lainnya, maka orang tersebut akan dikenai hukuman
secara fisik/di penjara sesuai dengan berat ringannya tindak pidana tersebut. Hukum
ini berlaku kepada siapa saja, tindak pandang bulu, apakah dia sebagai rakyat biasa
atau seorang pejabat negara (Subandi, 2003: 9).
Dalam proses reformasi dewasa ini, MPR melalui sidang istimewa tahun
1998, telah mengembalikan/menjustifikasi kedudukan Pancasila sebagai dasae
negara republik Indonesia sebagai mana tertuang dalam ketetapan MPR No.XVIII/
MPR/ 1998. Oleh karena itu, segala agenda dalam proses reformasi, yang meliputi
berbagai bidang selain mendasarkan pada kenyataan aspirasi rakyat (sila keempat)
harus juga mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Reformasi tidak mungkin menyimpang dari nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, serta keadilan.
Dalam Undang-undang nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundangan juga dipertegas lagi bahwa Pancasila merupakan sumber
dari segala sumber hukum. Sementara Undang-undang Dasar 1945 merupakan
hukum dasar dalam peraturan perundang-undangan yang berada di bawah Pancasila
dan UUD 1945 tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber hukum tersebut.
Pancasila disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum karena
Pancasila melahirkan dan menjadi landasan sumber-sumber hukum sebagaimana
disebutkan di atas. Sebagai Dasar Negara, Pancasila dituntut untuk bersifat statis
dan dinamis. Sifat statis karena Pancasila harus relatif tetap tidak berubah. Sifat
dinamis karena Pancasila telah mendorong pengembangan ide dan konsep-konsep
pembangunan. Dengan demikian maka seluruh dinamika kehidupan kenegaraaan,
kebangsaan dan kemasyarakatan di Indonesia lahir atas dorongan Pancasila dan
didasarkan pula kepadanya.
16
Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki arti bahwa Pancasila
mengandung nilai-nilai dasar tetap yang berlaku universal dan tidak langsung
bersifat operasional. Dikatakan “terbuka” bisa berarti bahwa nilai-nilai yang ada
dalam Pancasila tersebut bisa dimaknai, dijabarkan dan diinterpretasi secara kritis,
kreatif dan rasional oleh bangsa Indonesia, sehingga mudah dioperasionalkan
(Poespowardojo, 1991: 59). Pancasila bukanlah ideologi tertutup, yang
membelenggu pikiran manusia, yang hanya dijadikan sebagai acuan pensakralan
dan doktrin hidup manusia. Sebaiknya nilai-nilai dasar Pancasila berlaku umum,
terbuka untuk siapa saja, kapan saja, dan dimana saja manusia Indonesia itu hidup.
Pancasila dikatakan sebagai ideologi yang dinamis, karena nilai-nilai dalam
Pancasila tersebut selalu dan perlu dikembangkan sesuai dengan dinamika
perkembangan kehidupan manusia Indonesia. Dinamika kehidupan masyarakat
Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. hal tersebut
disebabkan karena pengaruh globalisasi dan perkembangan informasi dan teknologi
(IT). Nilai-nilai dasar yang tetap dalam Pancasila, selalu menghiasi dan mengisi
detak perubahan kehidupan manusia Indonesia tersebut. Namun demikian, jika
manusia Indonesia mengabaikan nilai-nilai dalam Pancasila, maka bisa berakibat
kehidupan bangsa ini tidak terkontrol, yang pada akhirnya bisa hancur. Oleh karena
itu nilai-nilai dalam Pancasila perlu didinamisasikan, sehingga tidak menjadi beku,
kaku dan membelenggu.
Sedangkan Pancasila dianggap sebagai ideologi yang reformatif memiliki
arti bahwa, nilai-nilai dalam Pancasila itu secara operasional bisa bersifat actual,
antisipatif, adaptif, dan bisa diperbaharui maknanya bukan berarti mengubah nilai-
nilai dasar tetap yang terkandung di dalamnya, akan tetapi mengeksplisitkan
wawasan dan kandungan secara konkrit, sehingga memiliki kemampuan yang
reformatif untuk memecahkan masalah-masalah actual yang senantiasa muncul dan
berkembang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan IPTEK dan
perkembangan kehidupan bangsa Indonesia secara luas (Kaelan, 2001: 207).
Dibandingkan dengan masa orde baru, di era reformasi sekarang ini banyak bukti
yang menunjukkan bahwa Pancasila itu adalah bersifat reformatif dan
17
aspiratif,seperti munculnya banyak partai politik, terjadinya amandemen terhadap
UUD 1945 terbukanya kebebasan pers, mudahnya berdialog dan bermusyawarah
dengan penguasa, nilai-nilai hak asasi manusia mulai ditegakkan dan diperjuangkan,
dan lain sebagainya.
Karena Pancasila merupakan ideologi terbuka, dinamis dan reformatif, maka
nilai-nilai kandungannya perlu diinterpretasi secara rasional agar kontekstual, dan
dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh bangsa Indonesia.
Ada hubungan antara nilai dengan norma.Norma atau kaidah adalah aturan
pedoman bagi manusia dalam beperilaku sebagai perwujudan dari nilai. Nilai yang
abstrak dan normatif dijabarkan dalam wujud norma. Sebuah nilai mustahil dapat
menjadi acuan berperilaku kalau tidak diwujudkan dalam sebuah norma. Dengan
demikian pada dasarnya norma adalah perwujudan dari nilai. Tanpa dibuatkan
norma, nilai tidak bisa praktis artinya tidak mampu berfungsi konkret dalam
kehidupan sehari-hari.
Akhirnya yang tampak dalam kehidupan dan melingkupi kehidupan kita adalah
norma. Norma yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari ada empat yaitu :
a) Norma agama
Norma ini disebut juga dengan norma religi atau kepercayaan. Norma
kepercayaan atau keagamaan ditujukan kepada kehidupan beriman. Norma ini
ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan dan dirinya sendiri.
Sumber norma ini adalah ajaran-ajaran kepercayaan atau agama yang oleh
pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan. Tuhanlah yang
mengancam pelanggaran-pelanggaran norma kepercayaan atau agama itu
dengan sanksi.
b) Norma moral (etik)
Norma ini disebut juga dengan norma kesusilaan atau etika atau budi
pekerti. Norma moral atau etik adalah norma yang paling dasar. Norma moral
menentukan bagaimana kita menilai seseorang. Norma kesusilaan berhubungan
dengan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan pribadi.
18
Asal atau sumber norma kesusilaan adalah dari manusia sendiri yang bersifat
otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap
batin manusia. Sanksi atas pelanggaran norma moral berasal dari diri sendiri.
c) Norma Kesopanan
Norma kesopanan disebut juga norma adat, sopan santun, tata karma
atau norma fatsoen. Norma sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kepatuhan
atas kepantasan yang berlaku dalam masyarakat. Daerah berlakunya norma
kesopanan itu sempit, terbatas secara lokal atau pribadi. Sopan santun di suatu
daerah tidak sama dengan daerah lain. Berbeda lapisan masyarakat, berbeda
pula sopan santunnya. Sanksi atas pelanggaran norma kesopanan berasal dari
masayarakat.
d) Norma Hukum
Norma hukum berasal dari luar diri manusia. Norma hukum berasal dari
kekuasaan luar diri manusia yang memaksakan kepada kita. Masyarakat secara
resmi (negara) diberi kuasa untuk memberi sanksi atau menjatuhkan hukuman.
Dalam hal ini pengadilanlah sebagai lembaga yang mewakili masyarakat resmi
untuk menjatuhkan hukuman. Dalam hal ini pengadilanlah sebagai lembaga
yang mewakili masyarakat resmi untuk menjatuhkan hukuman.
Memahami implementasi Pancasila dalam kehidupan masyarakat sangat
penting dilakukan agar setiap warga negara dalam berpikir, dan bertindak
berdasarkan etika yang bersumber dari Pancasila. Pancasila bagi bangsa
Indonesia merupakan pandangan hidup dan dasar negara. Pancasila sebagai
pandangan hidup mempunyai arti setiap warga negara dalam kehidupan sehari-
hari menggunakan Pancasila sebagai petunjuk hidup dalam rangka mencapai
daya saing bangsa, kesejahteraan dan keadilan, baik lahir maupun batin.
Pemahaman implementasi Pancasila diharapkan akan adanya tata kehidupan
yang serasi dan harmonis dalam kehidupan bermasyarakat dan selanjutnya.
Implementasi nilai-nilai Pancasila :
1. Implementasi Sila Pertama
19
Ketuhanan yang Maha Esa, sila ini menghendaki setiap warga negara
untuk tinggi agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Setiap
warga negara diharapkan mempunyai keyakinan akan Tuhan yang menciptakan
manusia dan dunia serta isinya. Keyakinan akan Tuhan tersebut diwujudkan
dengan memeluk agama serta kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam rangka menjalankan kehidupan beragama dan kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, terdapat beberapa pedoman yang dapat dilakukan oleh
warga negara, yaitu :
Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing
Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan
hidup
Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain
20
dan pergaulan) di mana manusia memiliki daya cipta, rasa, niat, dan keinginan
sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan.Jadi, sila kedua ini
menghendaki warga negara untuk menghormati kedudukan setiap manusia dengan
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Butir-butir implementasi sila kedua
adalah sebagai berikut :
Sila Persatuan Indonesia merujuk pada persatuan yang utuh dan tidak
terpecah belah atau bersatunya bermacam-macam perbedaaan suku, agama
dan lain-lain yang berada di wilayah Indonesia. Persatuan ini terjadi karena
didorong keinginan untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas
dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat, memajukan kesejahteraan
umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian
abadi. Butir-butir implementasi sila ketiga adalah sebagai berikut :
21
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhineka Tunggal Ika
22
Bersikap adil
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
Menghormati hak-hak orang lain
Suka memberi pertolongan kepada orang lain
Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain
Tidak bersikap boros
Tidak bergaya hidup mewah
Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum
Suka bekerja keras
Menghargai karya orang lain
Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial
23
BAB III
ANALISIS KRITIS
Pancasila juga bukan hanya sekedar sebagai dasar ideologi saja. Di dalamnya juga
terdapat sosok yang memiliki peranan penting, yakni terutama para pemuda. Pemuda
memiliki peranan penting untuk menjaga keutuhan Pancasila. Pemuda berperan sebagai
pilar pondasi bangsa penggerak pembangunan nasional khususnya dalam memastikan
Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang cocok dan sesuai dengan kepribadian bangsa
yang harus terus dilestarikan.
Namun, kenyataannya saat ini pemuda Indonesia semakin diserang oleh gaya
hidup yang konsumtif dan hedonis yang ditawarkan kaum liberalisme sebagai pendukung
utama fundamentalisme pasar. Sementara di sisi lain, kaum fundamentalisme agama telah
berhasil menculik anak-anak muda Indonesia untuk menjadi pelaku terorisme yang telah
menyimpang dari ajaran agama yang benar.Tentu hal ini sangat bertolak belakang dengan
isi atau nilai-nilai dari Pancasila. Untuk itu, pemerintah dan pemuda bangsa Indonesia perlu
24
mensosialisasikan dan mengamalkan nilai-nilai Empat Pilar bangsa, yakni Pancasila, UUD
1945, NKRI serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia.
Empat pilar inilah yang harus mejadi pegangan pemuda untuk terus mengawal
Indonesia agar tidak terbawa arus kaum liberalisme. Tentunya tidak hanya dipegang tanpa
diterapkan begitu saja. Tetapi pemuda bangsa harus dapat menerapkan isi dari Empat Pilar
bangsa terutama sila-sila dari Pancasila itu sendiri.Contoh hal kecil yang dapat dilakukan
para pemuda dan masyarakat dalam menerapkan sila-sila yang terkandung dalam Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan menjadi pribadi yang adil dan
bertanggungjawab, saling membantu dan gotong royong, menjalankan syariat agama
dengan baik dan benar, bijaksana dalam mengambil keputusan, dan lain
sebagainya. Melalui kegiatan Mahasiswa, Resimen Mahasiswa sebagai contoh gerakan
melindungi NKRI. Hal lain yang dapat dilakukan pemuda adalah dengan mewujudkan
nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila yang terdapat dalam Pancasila, Undang-undang
Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menjadikan
Empat Pilar bangsa sebagai landasan pergerakan.
25
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia.
Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.
Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama
dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan.
Dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bernegara bahwasanya
sangatlah penting. Sebagaimana kita ketahui rakyat Indonesia sekarang mulai anarkis
dalam menanggapi permasalahan pemerintah, hal inilah salah satu contoh yang dapat
merusak generasi penerus bangsa dan dapat merusak sistem ketatanegaraan. Oleh karena
itu,
agar rakyat Indonesia menjadi rakyat yang pancasilais, perlulah nilai-nilai Pancasila diterap
kan dalam diri individu dan di seluruh kehidupan sehari-hari, agar tercipta suatu generasi
26
yang dapat menjunjung tinggi nama baik bangsa Indonesia dan menjadi warga negara
Pancasila.
3.2 Saran
Berdasarkan pada kesimpulan maka dalam hal ini penulis dapat memberikan saran-
saran sebagai berikut :
27
PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dimensi realita, dimensi idealisme, dan dimensi
fleksibilitas!
2. Jelaskan maksud dari Pancasila harus konsisten, koheren, koresponden serta berikan
contohnya!
3. Apa makna dari persatuan dan kesatuan Indonesia?
28
DAFTAR PUSTAKA
Ali Maksum, A. Fatah Yasin, A. Barizi, Biyanto, Esa Nur Wahyuni, Khozin Arif, Syafig A.
Mughni. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan : Demokrasi, HAM, Civil Society dan
Mulkuturalisme. Yogyakarta: PuSAPom.
29
Kaelan. 2016. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
30