Anda di halaman 1dari 16

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA INDONESIA

KELOMPOK 7

NAUFAL RAKHA INDRASTATA (E1A022177)

AISYA TRI KARITA (E1A022201)

AURA KAMILA PALUPI (E1A022225)

NAUFAL NURRAMDAN (E1A022233)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET, DAN TEKNOLOGI


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2022
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pancasila memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai Dasar Filsafat Negara


Republik Indonesia, sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, dan juga sebagai
Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia, serta Pancasila memiliki banyak fungsi
lainnya. Di dalam Pancasila berisi nilai – nilai adat kebudayaan dan juga adat
istiadat sebelum Pancasila disahkan dan juga dirumuskan menjadi dasar dari suatu
filsafat negara, serta nilai – nilainya yang ada di Bangsa Indonesia yang menjadi
pedoman hidup. Yang dimaksud dalam definisi ini yaitu antar Pancasila dengan
Bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan. Indonesia selaku bangsa dan juga
negara mempunyai cita – cita yang dipandang paling relevan hingga semua
ide,gagasan, dan cita -cita, terdapat di dalam Pancasila. Ideologi bangsa dan
negara Indonesia diperankan atau diduduki oleh Pancasila. Dasar filsafat negara
Indonesia adalah Pancasila, terbentuknya Pancasila sebagai dasar filsafat negara
Indonesia tersebut tidak tercipta dengan mendadak atau tercipta oleh seseorang
pada ideologi – ideologi lain di dunia. Para pendiri bangsa Indonesia merumuskan
Pancasila dengan metode menggali nilai – nilai yang ada di bangsa Indonesia,
sehingga terbentuklah Pancasila.

Nilai – nilai pada budaya Indonesia sebelum negara ini didirikan, agar dapat
bertambah jelas apa itu definisi nilai – nilai Pancasila selaku nilai budaya yang
dipunyai Bangsa Indonesia, sehingga dilihat sangat fundamental untuk
diterangkan mengenai penafsiran kebudayaan. Diambil dari Bahasa Sansekerta
buddayah merupakan bentuk yang jamak yang berasal dari kata buddhi berarti
‘budi daya’ yang dimaksud ‘daya dari budi’ maka diperbedakan antara ‘budaya’
berarti ‘daya dari budi’ yang berwujud karsa, cipta, serta rasa, melalui
‘kebudayaan’yang dimaksud sebagai hasil karsa,cipta serta rasa manusia. 1
Sehingga segala hal yang dihasilkan oleh manusia sebagai makhluk Tuhan yang
berakal merupakan pengertian dari kebudayaan.

1
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, 2014, hlm 97.
B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang mendasari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud ideologi ?


2. Mengapa Pancasila dapat dikatakan menjadi Idelogi Negara ?

C. TUJUAN

Dapat mengerti alasan mengapa Pancasila dapat dikatakan menjadi


ideologi Bangsa Indonesia.
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IDEOLOGI
Arti “Ideologi” terbentuk dari kata “ideo” berarti keyakinan, dan
pemikiran dan “logi” memiliki arti sebagai logika, dan pengetahuan
diartikan menjadi ilmu tentang keyakinan – keyakinan. Suatu doktrin,
pendapat serta pikiran dari seseorang maupun sekelompok orang disebut
sebagai ideologi. Suatu cita – cita yang teratur juga sistematis dapat
diartikan sebagai ideologi. Ali Syariati memberi pengertian ideologi
menjadi “keyakinan-keyakinan dan gagasan gagasan yang ditaati oleh
suatu kelompok, suatu kelas sosial, suatu bangsa atau satu ras tertentu”.
(Ali syariati, 1984: 72).
Destutt de Tracy (1796) mendefinisikan ideologi menjadi “Science
of ideas”, dan menggambarkan ideologi menjadi seperangkat program
yang diharapkan dapat membawa perubahan kelembagaan dalam
masyarakat. Kirdi Dipoyudo membatasi konsep ideologi sebagai kesatuan
gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia serta
kehidupanya yang individu serta sosial, termasuk juga kehidupan Negara.
(Analisa, 1978-3: 174). 2
Namun ada juga sumber yang mengatakan bahwa kata ‘idea’ yang
diartikan sebagai ‘gagasan, konsep, pengertian dasar, cita – cita’ serta
‘logos’ yang memiliki suatu pengartian sebagai ‘ilmu’ sebagai istilah dari
ideologi. Lalu terdapat pula kata yaitu ‘idea’ yang berasal dari suatu kata
bahasa Yunani ‘eidos’ yang memiliki arti ‘bentuk’.
Di sisi lain terdapat suatu kata yang memiliki makna bahwa kata
‘idein’ yang artinya ‘melihat’. Sehingga dapat kita simpulkan ilmu
pengetahuan tentang ide – ide (the science of ideas), dan juga ajaran
tentang definisi dasar dapat dikatakan sebagai ideologi secara harfiah.
‘Idea’dapat dijajarkan artinya sebagai ‘cita – cita’ dalam definisi sehari –
hari. Cita – cita yang memiliki sifat tetap, dapat tercapai, lalu cita – cita
yang bersifat tetap tersebut bersamaan adalah dasar, pandangan atau faham
2
Anindya Lokawati Al Fahna, “Tugas Kewarganegaraan Ideologi”, Academia, 2018, hlm 4.
merupakan cita – cita yang dimaksud. Bahkan dasar dan cita – cita tersebut
sebenarnya bisa menjadi satu kesatuan. Landasan ditetapkan karena
terdapat cita – cita yang ingin tercapai.
Di sisi lain, cita – cita yang telah ditetapkan berlandaskan pada
suatu landasan, asas atau dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan
demikian idelogi mencakup pengertian tentang ide – ide, pengertian dasar,
gagasan – gagasan dan cita – cita.3
Sebagian karena pengaruh Karl Marx, terdapat minat baru dalam
ideologi. Karl Marx mendefinisikan ideologi sebagai pandangan hidup
yang berkembang berdasarkan kepentingan kelompok atau kelas sosial
tertentu dalam bidang politik atau sosial ekonomi. Makna ideologis
menentukan gayanya dan dengan demikian menjadi bagian dari apa yang
disebutnya suprastruktur, berdasarkan kekuatan faktor – faktor produksi
yang dimiliki yang mencerminkan pola – pola ekonomi tertentu. Oleh
karena itu, derajat kebenerannya relatif dan hanya untuk golongan tertentu.
Sama dengan filsafat, ideologi juga memiliki arti yang beragam,
bisa kita temukan berbagai macam definisi, dan juga batasan mengenai
definisi tentang apa itu ideologi, dikarenakan sesungguhnya ideologi
tersebut bersumber kepada suatu filsafat sehingga tergantung dari filsafat
apa yang dianut.
Definisi dari “ideologi” diartikan menjadi kumpulan gagasan –
gagasan, ide – ide, keyakinan – keyakinan yang menyeluruh serta
sistematis, dapat menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok
orang tertentu di dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini bertaut pada
bidang politik, bidang sosial, dan bidang kebudayaan.4
B. URGENSI IDEOLOGI BAGI SUATU BANGSA
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, manusia mutlak
membutuhkan adanya cita – cita. Gagasan dan hasil pemikiran disepakati
sebagai suatu bangsa dan dijadikan landasan, sikap hidup, tujuan, dan

3
Kaelan, op .cit., hlm. 112.
4
Kaelan, op .cit., hlm. 112.
semangat hidup. Ini kemudian juga disebut ideologi, dan setiap negara
yang ingin tetap kuat tahu persis ke mana arahnya, bayangkan apabila
sebuah negara tidak memiliki arah kemana negara tersebut akan diarahkan,
maka negara tersebut dapat dikatakan sebagai yang negara yang tidak
dapat berdiri kokoh.
Pandangan hidup suatu bangsa pada hakikatnya merupakan
kristalisasi nilai – nilai suatu bangsa dan dipandang benar karena bermuara
pada tekad untuk menghayatinya. Ideologi yang digali dari budaya dan
nilai – nilai kehidupan mereka sendiri diakui kebenarannya dan terbukti
efektif dalam mengatur dan mengarahkan kehidupan mereka.
Ideologi dianggap penting bagi suatu bangsa karena memiliki
beberapa fungsi. Menurut Kodhi. S.A. dan Soejadi, R. (1994:45), ideologi
dapat memberikan :
1. Struktur kognitif, tubuh pengetahuan yang dapat digunakan
sebagai dasar untuk memahami dan menafsirkan dunia
peristiwa linkungan alam.
2. Orientasi dasar bangsa membuka wawasan yang bermakna
dalam kehidupan manusia
3. Norma yang menjadi pedoman bagi seseorang untuk bertindak
4. Bekal untuk memberikan jalan bagi seseorang untuk
mengatahui identitasnya
5. Kekuatan untuk menginspirasi dan mendorong seseorang untuk
melakukan kegiatan dan mencapai tujuan.
6. Mendidik individu atau masyarakat untuk memahami dan
menghayati perilakunya sesuai dengan petunjuk dan norma
yang ada di dalamnya.5

C. IDEOLOGI DI BERBAGAI NEGARA

5
Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan (PPKn), Bumi Aksara, Jakarta,
2019, hlm 26.
Kita bisa bayangkan apabila hampir di semua negara di dunia ini tidak
memiliki sesuatu yang dinamakan ideologi, maka yang terjadi adalah hampir
semua negara di dunia ini tidak memiliki arah yang jelas kemana negara dan
bangsa tersebut akan diarahkan sehingga dibutuhkan suatu yang dinamakan
ideologi sehingga setiap negara memiliki arah yang jelas negara dan bangsa
tersebut akan diarahkan, seperti yang akan dijelaskan mengenai beberapa
ideologi yang berkembang di beberapa negara di dunia.

1. Liberalisme

Ideologi ini mempunyai pandangan bahwa nilai tertinggi terletak


pada individu yang otonom. Meski demikian, ideologi ini juga masih
memerlukan kekuasaan karena manusia tidaklah sempurna. Kekuasaan
harus terletak di tangan negara dan negara harus melindungi kebebasan
individu supaya tidak terhambat oleh kekerasan atau tindakan –
tindakan jahat.

2. Radikalisme

Berikutnya setelah memahami tentang apa yang dimaksud tentang


ideologi liberalisme yang berarti bahwa ideologi tersebut
menempatkan seseorang sebagai makhluk yang bebas dan juga
terhormat, di sisi lain ideologi radikalisme memiliki arti yang berbeda.

Ideologi ini berpandangan bahwa manusia mempunyai persamaan


hak dan derajat. Manusia ditempatkan pada posisi sederajat, tidak
boleh ada ketimpangan dan ketidakadilan terutama dalam bangsa dan
negara.

Menurut ideologi ini orang kaya memiliki kesalahan yang besar,


sehingga tidak heran jika mereka bermusuhan dengan para bangsawan.

3. Konservatisme

Ideologi ini berpandangan bahwa masa lalu ialah suatu peristiwa


yang masih harus diperjuangkan dan pertahankan.
4. Kapitalisme

Ideologi kapitalisme memandangkan bahwa suatu sistem membawahi


proses produksi barang dan jasa. Ciri pokok ideologi kapitalisme

1) Mayoritas kekayaan setiap individu


2) Barang dan jasa yang diperdagangkan dengan penuh
persaingan
3) Modal yang ditanamkan ke dalam bermacam usaha yang
menghasilkan laba
5. Sosialisme

Ideologi ini berpandangan bahwa alat – alat produksi harus


dimiliki secara bersama. Kelahiran sosialisme ini juga sangat erat
kaitannya dengan perkembangan industry di Eropa pada abad ke –
18. Pada saat zaman itu pula, para pemodal berkembang di segala
tempat, dan demikian juga dengan industri. Perkembangan industri
ini tidak diimbangi dengan upah kesejahteraan para buruh atau
pekerja industri. Para kaum buruh ini juga ditindas juga diperas
tenaganya, dan sementara upah dan kesejahteraannya tidak
dipikirkan oleh kaum pemilik modal dan pemilik industri tersebut.

Peristiwa ini, negara malah mendukung apa yang dilakukan oleh


kaum buruh atau pekerja sebagai rakyatnya. Seluruh modal dan
kekayaan hanya berputar pada kaum yang berduit dan dikuasai oleh
sedikit orang. Dari sinilah muncul sebuah gerakan revolusi yang
menentang kepemilikan modal tersebut yang diantara lainnya
dipelopori oleh Etienne Cabet, Robert Owen, Albert Brisbane, dan
Karl Marx. Mereka sangat menentang kepemilikan pribadi secara
mutlak dan minta kepemilikan pribadi dipakai untuk kepentingan
umum.

Karl Marx menyatakan bahwa buruh akan menyadari nasibnya


yang malang dan mereka akan berbalik menyingkirkan kaum
pemodal kapitalis melalui gerakan revolusi. Dari revolusi tersebut
terciptalah sosialisme, dengan jargon “hak milik pribadi
dihapus,saran – saran produksi dan distribusi dimiliki secara bersama
– sama sehingga tercipta negara tanpa kelas”.6

D. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA


Secara harfiah, Pancasila terdapat kata panca berarti lima dan sila
berarti aturan yang dilatarbelakangi oleh perilaku seseorang atau bangsa.
Maka dari itu, Pancasila merupakan sebuah rangkaian lima aturan dasar –
dasar perbuatan masyarakat Indonesia. Pancasila juga digunakan sebagai
pemecah berbagai masalah atau persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia.
Pancasila telah dijadikan sebagai pandangan hidup,
ideologi,keyakinan, serta cita cita bangsa dan negara dalam menjalani
kehidupan bersama seluruh masyarakat Indonesia untuk menuju masa
depan Indonesia yang lebih baik.7 Sebagai ideologi, Pancasila dituntut
tetap pada jati dirinya, baik dalam segi intrinsik maupun keluar segi
ekstrinsik. Pancasila harus konsisten, koheren, dan koresponden berarti
pancasila harus menjadi penyalur dan penyaring kepentingan baik secara
horizontal maupun vertikal.
Pancasila harus “konsisten” artinya sesuai, harmonis, dan
berhubungan secara logis antara sila satu dengan sila lainnya. Pancasila
harus koheren artinya satu sila harus berkaitan dengan sila yang lain, sila
kedua tidak boleh lepas dari sila pertama dan seterusnya. Karena itu,
susunan pancasila adalah hierarkis dan mempunyai bentuk piramida.
Urutan dalam lima sila menunjukan suatu rangkaian kesatuan yang bulat.
Pancasila harus koresponden artinya cocok antara teori dengan
praktik. Seseorang yang menganut ideologi Pancasila tidak bisa
menjadikan dirinya tersebut sebagai seorang pembunuh, dikarenakan
perilaku membunuh tersebut sangat jelas bahwa perilaku tersebut sangat
bertentangan atau sangat tidak sesuai dengan sila kedua yaitu

6
Ibid., hlm 29
7
Ibid., hlm 30
kemanusiaan. Inkorespondensi terbesar terjadi pada pra – 1965 ketika
penguasa kita mensetujui PKI yang sangat jelas bahwa PKI tersebut
memiliki sifat anti Tuhan. Padahal dalam sila ke – 1 berisi Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Korespondensi menuntut supaya kenyataan politik ditaati Kembali
sehingga ada sesuaian antara kenyataan dengan ideologi. Pancasila sebagai
ideologi diharapkan bisa mempersatukan seluruh rakyat Indonesia secara
politis dan dapat mewakili atau menyaring berbagai kepentingan,
mengandung pluralisme agama dan dapat menjamin kebebasan beragama.
Fungsi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara adalah sarana
pemersatu antara kelompok, suku, ras dan antar golongan dalam seluruh
Nusantara Indonesia
E. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Selain Pancasila sebagai ideologi, pancasila juga merupakan dasar


negara republik Indonesia. Hal ini juga disepakati dari sejak bangsa
Indonesia memproklamasikan kemederkaan pada tanggal 17 Agustus
1945. Pengaturan penyelenggaraan kehidupan kenegaraan bagi bangsa
Indonesia ini harus mengacu pada Pancasila, Pancasila juga sebagai
sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.

Berbagai upaya untuk pengembangan kehidupan kenegaraan yang


berkaitan dengan norma – norma dan hukum dalam kehidupan berbangsa
berdasarkan Pancasila. Dirumuskan Pancasila sebagai dasar Negara
Repbulik Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea
ke – 4, yang berbunyi

“Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu


Undang – Undang Dasar Negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaultan rakyat dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Dalam rumusan Alinea ke – 4 dapat diperoleh bahwa Pancasila


mendasari UUD 1945. Pancasila sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, dituangkan dalam wujud aturan dasar seperti
terdapat dalam Batang Tubuh UUD 1945 dalam bentuk pasal – pasal,
kemudian dijabarkan lagi dalam berbagai Ketetapan MPR serta peraturan
perundang – undangan secara tertulis. Selain itu, yang tidak tertulis
terpelihara dalam konveksi atau kebiasaan kewarganegaraan dan
ketatanegaraan. Pancasila memiliki sifat mengikat dan keharusan, bersifat
imperatif artinya sebagai norma hukum yang tidak boleh dilanggar atau
dikesampingkan.

Peraturan perundang – undangan dipertegas dalam UU No. 10 Tahun


2004 yang menyatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum. UUD 1945 adalah hukum dasar dalam peraturan
perundangan, yang artinya peraturan perundangan yang berada di bawah
Pancasila dan UUD 1945 tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber
hukum tersebut. Pancasila disebut sebagai sumber hukum karena Pancasila
menjadi landasan sumber – sumber hukum sebagaimana disebutkan di
atas.

Sebagai Dasar Negara, Pancasila dituntut untuk bersifat statis dan


dinamis. Statis karena Pancasila harus relatif tetap. Dinamis karena
mendorong pengembangan ide dan juga konsep – konsep pembangunan.
Secara teoritis ketetapan tersebut digunakan sebagai acuan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara maka reformasi tidak mungkin
menyimpang dari nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
serta keadilan.

F. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA, DINAMIS, DAN


REFORMATIF
Pancasila sebagai ideologi tidak memiliki sifat kaku dan tertutup, tetapi
bersifat reformatif, dinamis, dan terbuka. Diartikan bahwa ideologi
pancasila bersifat aktual, dinamis, dan antisipatif, dan mampu
menyesuaikan perkembangan zaman, IPTEK. Keterbukaan ideologi
pancasila tidak berarti mengubah nilai dasar yang terkandung didalamnya,
namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih kongkrit sehingga
memiliki kemampuan yang reformasif untuk memecah masalah aktual yang
senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan
IPTEK, serta zaman.8

Pancasila bukan ideologi tertutup, yang membatasi pikiran manusia, yang


hanya dijadikan sebagai acuan kesakralan dan doktrin hidup manusia.
Sebaiknya, nilai – nilai dasar Pancasila berlaku umum, terbuka untuk siapa
saja, kapan saja, dan di mana saja manusia Indonesia itu hidup.

Pancasila sebagai ideologi bersifat dinamis yang berarti nilai – nilai dalam
Pancasila tersebut selalu dan perlu dikembangkan sesuai dengan dinamika
perkembangan kehidupan manusia Indonesia. Saat ini dinamika kehidupan
masyarakat Indonesia mengalami perkembangan yang cukup cepat
dikarenakan pengaruh globalisasi dan perkembangan informasi dan teknologi
(IT), maka dari itu nilai – nilai dasar yang ada di dalam Pancasila harus selalu
menghiasi dan mengisi detak perubahan kehidupan manusia Indonesia.

Walaupun demikian, apabila manusia Indonesia tidak mau menerapkan


nilai – nilai dalam Pancasila, maka dapat berakibat tidak terkontrolnya
kehidupan bangsa yang dapat berujung pada kehancuran. Maka dari itu, nilai –
nilai dalam Pancasila perlu didinamiskan agar tidak menjadi kaku.

Pancasila dapat dicirikan sebagai ideologi revolusioner karena


mengandung makna bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila secara
operasional realistis, positif, dapat disesuaikan, dan dapat diperbarui dalam
arti. Bukan berarti mengubah nilai – nilai dasar tetap yang terkandung di
8
I Putu Ari Asatawa, “Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara”, Simdos.Unud, 2017, hlm 12.
dalamnya sebagai arti dari dapat diperbarui maknanya, tetapi
mengeksplisitkan wawasan dan kandungan secara konkret sehingga memiliki
kemampuan yang reformatif untuk memecahkan berbagai masalah nyata yang
senantiasa muncul dan berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan
bangsa secara luas, perkembangan iptek, dan aspirasi rakyat. Dari penjelasan
sebelumnya mengenai Pancasila merupakan ideologi terbuka, dinamis, dan
reformatif, diperlukan interpretasi nilai – nilai kandungannya secara rasional
agar kontekstual.
KESIMPULAN

Ideologi berasal dari 2 kata “idea" berarti gagasan, dan “logos” berarti
ilmu. Ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ajaran pengertian dasar.
Secara pengertian umum, kata “idea” biasanya disamakan artinya dengan cita
– cita. Cita – cita yang dimaksud adalah cita – cita yang bersifat tetap dan
dapat tercapai, sehingga cita – cita bersifat tetap itu sekaligus menjadi dasar,
dan juga pandangan. Jadi ideologi berarti ilmu yang membicarakan tentang
suatu gagasan untuk dijadikan pedoman, landasan, serta cita – cita dalam
hidup.

Di sisi lain, pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum di


Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia yang sah sudah
tercantum di pembukaan UUD 1945 pada alinea ke – 4. Pembentukan
Peraturan Perundangan dipertegas juga di dalam UU No. 10 Tahun 2004 yang
menyatakan bahwa pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum. Oleh
karena itu, peraturan perundangan yang berada di bawah pancasila dan
UUD1945 tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber hukum tersebut.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya sebagai dasar negara Pancasila
dituntut bersifat statis dan dinamis artinya statis karena Pancasila harus
bersifat tidak berubah. Sedangkan secara dinamis dikatakan Pancasila telah
mendorong perkembangan ide dan konsep pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Ani Sri Rahayu, 2017, Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan (PPKn), PT

Bumi Aksara,Jakarta

Prof. Dr.. Kaelan, M.S., 2014, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

H. Suratman, S.H., dkk, 2018, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi,

Penerbit Baskara Media, Malang.

Jurnal Ilmiah

Anindya Lokawanti Al Fanha, 2018, Tugas Kewarganegaraan Ideologi, Politeknik

Kesehatan Banten, 5.

I Putu Ari Asatawa, 2017, Pancasila Sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang

Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, Fakultas Peternakan

Universitas Udayana, 4-14.

Iriyanto Widisuseno, 2014, Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar

Negara, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Semarang, 20(2), 1-5


Puji Ayu Handayani, dkk, 2021, Implementasi Pancasila Sebagai Dasae Negara,

Jurnal Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 5(1),

1-7

Putri Salma Wifia, 2020, Jurnal Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia,

Fakultas Teknik Informatika Universitas Persada Indonesia, Jakarta, 4-6.

Widiatama, dkk, 2020, Ideologi Pancasila Sebagai Dasar Membangun Negara

Hukum Indonesia, Jurnal USM Law Review, Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret, Surakarta, 3(2), 312-324.

Yorick Marvin Yanggah, 2020, Pancasila Sebagai Ideologi Negara, Binus

University, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai