Anda di halaman 1dari 18

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA : RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI

IDEOLOGI TERBUKA DAN RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI


NEGARA DENGAN MASALAH BANGSA

Nurlaila Azzahro
Nim 11190510000214
Komunikasi dan Penyiaran Islam 1E
Fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi UIN Jakarta
Nurlailaazz6@gmail.com

ABSTRAK
Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia dimaksudkan bahwa Pancasila pada hakikatnya
bukan hanya suatu hasil pemikiran atau perenungan seseorang atau kelompok orang sebagaimana
ideologi-ideologi lain di dunia. Namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai
kebudayaan, serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk Negara. Pancasila sebagai suatu ideologi juga bersifat terbuka,
memiliki dimensi yaitu dimensi idialis, dimensi normatif dan dimensi realitis.
Kata kunci: ideologi, Negara, pancasila

PENDAHULUAN bahwa Pancasila pada hakikatnya bukan


Pancasila sebagai ideologi bangsa hanya merupakan suatu hasil perenungan
artinya setiap warga negara Republik atau pemikiran seseorang atau kelompok
Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan orang sebagaimana ideologi –ideologi lain di
yang sangat mendasar yang tertuang dalam dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-
sila yang lima. Kadang-kadang kedua istilah nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan
tersebut, disatukan menjadi Pancasila serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam
sebagai Ideologi Bangsa dan Negara pandangan hidup masyarakat Indonesia
Indonesia. Pancasila sebagai Ideologi sebelum membentuk negara. Dengan
Bangsa dan Negara Indonesia dimaksudkan perkataan lain unsur-unsur yang merupakan
1
materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat panutan; (d) ideologi memiliki pola
dari pandangan hidup masyarakat Indonesia pemikiran yang sistematis; (e) ideologi
sendiri, sehingga bangsa ini merupakan cendering ekslusif, absolute dan universal;
kausa materialis Pancasila. (f) ideologi memiliki sifat empiris dan
normatif; (g) ideologi dapat
PEMBAHASAN dioperasionalkan dan didokumentasikan
konseptualisasinya; (h) ideologi biasanya
A. Pengertian Ideologi
terjadi dalam gerakan-gerakan politik.
Ideologi memainkan peran yang sangat
Ideologi berkaitan dengan tertib sosial,
penting dalam proses memelihara integrasi
dan tertib politik yang ada, berupaya untuk
nasional, terutama di Negara-negara
secara sadar sistematis mengubah,
berkembang seperti Indonesia (Ubaidillah,
mempetahankan tertib masyarakat. Suatu
2000). Istilah ideologi berasal dari kata
pemikiran mendalam, menyeluruh, menjadi
‘idea’ berarti gagasan, konsep, pengertian
ideologi apabila pemikiran, gagasan-gagasan
dasar dan cita-cita, dan ‘logos’ berarti ilmu.
tersebut secara praktis difungsikan kedalam
Kata idea sendiri berasal dari bahasa Yunani
lembaga-lembaga politik suatu masyarakat,
‘eidos’ ‘eidos’ yang artinya bentuk.
suatu bangsa, suatu Negara (Suparlan, 2012).
Selanjutnya ada kata „idein‟ yang artinya
Pengertian ideologi juga berarti
melihat. Dengan demikian secara harfiah
keseluruhan pandangan cita-cita, nilai, dan
ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian
keyakinan yang ingin diwujudkan dalam
dasar, cita-cita yang bersifat tetap yang harus
kenyataan hidup yang kongkrit (Soerjanto
dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap
Poespowardojo,1991:44). Dengan demikian
itu sekaligus merupakan dasar, pandangan
ideologi yang diyakini mampu memberikan
atau faham (Kaelan, 2005).
semangat dan arahan yang positif, bagi
(Kaelan, 2005) menyatakan bahwa
kehidupan masyarakat untuk berjuang
ideologi sebagai pandangan masyarakat
melawan berbagai penderitaan, kemiskinan
memiliki karakteristik (a) ideologi sering
dan kebodohan. Dengan pemahaman yang
muncul dan berkembang dalam situasi kritis;
baik mengenai ideologi, maka seseorang
(b) ideologi memiliki jangkauan yang luas,
dapat menangkap apa yang dilihat benar dan
beragam dan terprogram; (c) ideologi
tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan
mencangkup beberapa strata pemikiran dan
tidak baik.
2
B. Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Negara Indonesia (Kaelan dan Achmad
Pancasila sebagai ideologi nasional Zubaidi, 2007).
mengatasi faham perseorangan, golongan, Dalam ideologi Pancasila nilai
suku bangsa dan agama. Sehingga semboyan kekeluargaan dan kebersamaan yang
„Bhineka Tunggal Ika‟ diterapkan bagi diutamakan, maka seorang yang memahami
segala masyarakat Indonesia dalam kesatuan dengan baik nilai kekeluargaan akan
yang utuh Negara Kesatuan Republik menolak nilai individualisme karena nilai ini
Indonesia. Pancasila sebagai ideologi melahirkan paham liberalisme, kapitalisme,
nasional berupaya meletakkan kepentingan kolonialisme, imperilaisme, monopoli,
bangsa dan Negara Indonesia ditempatkan otoriterianisme, dan totalisme. Dalam kaitan
dalam kedudukan yang utama diatas ini, Bung Hatta dalam “Kearah Indonesia
kepentingan yang lainnya. Pancasila pada Merdeka” menyatakan bahwa “Kedaulatan
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu Rakyat Barat” didasarkan pada pendapat J.J
hasil pemikiran atau perenungan seseorang Rousseau yaitu individualism, sedangkan
atau kelompok orang sebagaimana ideologi Kedaulatan Indonesia adalah “rasa
–ideologi lain di dunia, namun pancasila bersama”. Dengan memahami ideologi
namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai Pancasila juga dapat menilai misalnya,
adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan, serta bahwa kejujuran sesuatu yang baik karena
nilai-nilai religius yang terdapat dalam sesuai dengan nilai kemanusiaan dan
pandangan hidup masyarakat Indonesia sebaliknya berbuat curang, menipu, berbuat
sebelum membentuk Negara. Dengan yang tidak baik, karena perilaku tersebut
perkataan lain unsur-unsur yang merupakan bertentangan degnan nilai kemanusiaan.
materi (bahan) pancasila tidak lain diangkat Ideologi Negara merupakan
dari pandangan hidup masyarakat Indonesia perkembangan dari ideologi Bangsa.
sendiri, sehingga bangsa ini merupakan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (1991:63),
kausa materialis (asala bahan) Pancasila. menyatakan Pancasila sebagai ideologi
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian bangsa artinya setiap warga Negara
diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri Republik Indonesia terikat oleh ketentuan-
Negara. Sehingga pancasila berkedudukan ketentuan yang sangat mendasar yang
sebagau dasar Negara dan ideologi bangsa tertuang dalam sila yang ke lima. Kadang-
kadang kedua istulah tersebut, disatukan
3
menjadi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Abdurrahman Wahid (1991:163)
dan Negara Indonesia (Kaelan, 2010:30-31). menyatakan bahwa Pancasila sebagai
Pancasila merupakan Dasar Falsafah Negara Falsafah Negara berstatus sebagai kerangka
atau Ideologi Negara, karena memuat berpikir yang harus diikuti dalam menyusun
norma-norma yang paling mendasar untuk undang-undang dan produk hukum yang
mengukur dan menentukan keabsahan lain, dengan merumuskan kebijakan
bentuk-bentuk penyelenggaraan Negara serta pemerintah dan dalam mengatur hubungan
kebijaksanaan-kebijaksanaan penting yang formal antar lembaga-lembaga dan
diambil dalam proses pemerintahan perorangan yang hidup dalam kawasan
(Soerjanto Poespowardojo, 1991:44). Negara ini. Sedangkan pancasila sebagai
Pancasila sebagai ideologi Negara berarti dasar Negara Indonesia (Kaelan, 2010 :40-
Pancasila merupakan ajaran, doktrin, teori 41) memiliki konsekuensi segala peraturan
dan/atau ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa perundang-undangan dijabarkan dari nilai-
Indonesia yang diyakini kebenarannya, nilai Pancasila. Dengan kata lain perjataan
disusun secata sistematis serta diberi Pancasila merupakan sumber hukum dasar
petunjuk dengan pelaksanaan yang jelas. Indonesia, sehingga seluruh peraturan
hukum positif Indonesia diderivasikan atau
Namun pada kenyataan saat ini dalam
dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila.
pengimplementasian Pancasila saat ini sudah
Kemudian Pancasila sebagai dasar
banyak permasalahannya karena ulah
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan
manusia yang tidak sesuai melaksanakan
merupakan Identitas Nasional Indonesia
makna dan tujuan dari pancasila tersebut
(Kaelan, 2010:39). Maksudnya bahwa asal
sehingga banyak penyelewengan yang
nilai (kausa materialis) Pancasila adalah
terjadi di Negara kita ini dan dalam kasusnya
bangsa Indonesia sendiri, Konsekuensinya
tentang hal menghargai satu sama lain, dan
ciri khas sifat, serta karakter bangsa
masalah lain yang timbul masih banyak
Indonesia tercermin dalam sistem nilai
terjadi, maka dari itu diperlukan kesadaraan
filsafat Pancasila. Sebagai sistem nilai maka
bangsa Indosia dalam pengimplementasian
susunan Pancasila (1) bersifat hierarkis dan
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-
berbentuk pyramidal, (2) bersifat saling
harinya.
mengisi dan saling mengkualifikasi
(Kaelan,2010: 10-12).
4
Susunan Hierarkies dan berbentuk 2. Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan
piramidal, intinya bahwa urut-urutan lima beradab adalah kemanusiaan yang
sila menunjukan suatu rangkaian tingkat berketuhanan yang Maha Esa, yang
dalam luasnya dan isi-sifatnya, merupakan berpersatuan Indonesia, yang dipimpin
pengkhususan dan berbentuk piramidal, oleh hikmat kebijaksanaan dalam
maka Ketuhanan yang Maha Esa menjadi permusyawaratan/perwakilan, yang
basis kemanusiaan, persatuan Indonesia, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
kerakyatan dan keadilan sosial sebaliknya Indonesia.
Ketuhanan yang Maha Esa adalah ketuhanan 3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia adalah
yang berkemanusiaan, yang membangun, persatuan yang berketuhanan yang
memelihara dan mengembangkan persatuan Maha Esa, yang berkemanusiaan yang
Indonesia, yang berkerakyatan dan adil dan beradab , yang dipimpin oleh
berkeadilan sosial, demikian selanjutnya, hikmat kebijaksanaan dalam
sehingga tiap-tiap sila didalamnya permusyawaratan/perwakilan, yang
mengandung sila-sila lain. Kemudian berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
susunan Pancasila dalam hierarkis piramidal Indonesia.
dapat dirumuskan hubungannya saling 4. Sila keempat : Kerakyatan yang
mengisi dan saling mengkualifikasi. Tiap- dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
tiap sila mengandung empat sila lainnya, dalam permusyawaratan /perwakilan
diskualifikasi oleh empat sila lainnya. adalah kerakyatan berketuhanan yang
Rumusannya sebagai berikut: Maha Esa, yang berkemanusiaan yang
adil dan beradab ,yang berpersatuan
1. Sila pertama : Ketuhanan yang Maha
Indonesia, yang berkeadilan bagi
Esa adalah Ketuhanan yang
seluruh rakyat Indonesia.
berkemanusiaan yang adil dan beradab,
5. Sila kelima : keadilan bagi seluruh
yang berpersatuan Indonesia, yang
rakyat Indonesai adalah keadilan yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh
berketuhanan yang Maha Esa, yang
hikmat kebijaksanaan dalam
berkemanusiaan yang adil dan beradab
permusyawaratan/perwakilan, yang
,yang berpersatuan Indonesia, yang
berkeadilan bagi seluruh rakyat
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
Indonesia.
dalam permusyawaratan perwakilan.
5
C. Pengertian Ideologi Terbuka Selanjutnya dinyatakan, “.. yang sangat
Ciri khas ideologi terbuka ialah bahwa penting dalam pemerintahan dan dalam
nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan hidupnya bernegara ialah semangat,
dari luar, melainkan digali dan diambil dari semangat para penyelenggara Negara,
kekayaan rohani, moral, dan budaya semangat para pemimpin pemerintahan”.
masyarakatnya sendiri. Dasarnya dari Sehingga Hatta pernah berpendapat bahwa
consensus masyarakat, tidak diciptakan oleh elite bangsa sendiri akan bisa lebih kejam
Negara, melainkan digali dan ditemukan daripada penjajah bila tidak dikontrol
dalam masyarakatnya sendiri. Oleh sebab dengan demokrasi.
itu, ideologi terbukanadalah milik dari D. Tantangan Terhadap Pancasila
semua rakyat dan masyarkat dapat sebagai Ideologi Negara
menemukan dirinya di dalamnya. Ideologi Unsur-unsur yang memengaruhi
terbuka bukan hanya dapat dibenarkan tantangan terhadap Pancasila sebagai
melainkan dibutuhkan. Nilai-nilai dasar ideologi Negara meliputi faktor eksternal
menurut pandangan Negara modern bahwa dan internal. Adapun faktor eksternal
Negara modern hidup dari nilai-nilai dan meliputi hal-hal berikut:
sikap-sikap dasarnya. 1. Pertarungan ideologi antara Negara-
Ideologi terbuka adalah ideologi yang negara super power antar Amerika
dapat berinteraksi dengan perkembangan Serikat dan Uni Soviet antara 1945
zaman dan adanya dinamika secara internal. sampai 1990 yang berakhir dengan
Sumber semangat ideologi terbuka itu bubarnya Negara Uni Soviet sehingga
sebenarnya terdapat dalam penjelasan umum Amerika menjadi satu-satunya Negara
UUD 1945, yang menyatakan, “..terutama super power.
bagi Negara baru dan Negara muda, lebih 2. Menguatnya isu kebudayaan global
baik hukum dasar yang tertulis itu hanya yang ditandai dengan masuknya
memuat aturan-aturan pokok, sedangkan berbagai ideologi asing dalam
aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan kehidupan berbangsa dan bernegara
pokok itu diserahkan kepada undang-undang karena keterbukaan informasi.
yang lebih mudah cara membuatnya, 3. Meningkatkan kebutuhan dunia sebagai
mengubahnya dan mencabutnya”. akibat pertambahan penduduk dan
kemajuan ideologi sehingga terjadi
6
eksploitasi terhadap sumber daya alam Oleh karena itu, diperlukan norma-
secara matif. Dampak kongkritnya norma penuntut yang lebih jelas, baik
adalah kerusakan lingkungan, seperti itu dalam bentuk persuasif, imbauan
banjir, kebakaran hutan. maupun penjabaran nilai-nilai Pancasila
Adapun faktor Internal meliputi hal-hal ke dalam produk hukum yang
sebagai berikut: memberikan rambu yang jelas dan
1. Pergantian rezim yang berkuasa hukuman yang setimpal bagi
melahirkan kebijakan politik pelanggarnya.
berorientasi pada kepentingan kelompok 2. Ideologi Negara sebagai penolakan
atau partai sehingga ideologi Pancasila terhadap nilai-nilai yang tidak sesuai
sering terabaikan. dengan pemaksaan kehendak melalui
2. Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) kekerasan. Hal ini bertentangan dengan
mengakibatkan rendahnya kepercayaan nilai toleransi berkeyakinan, hak-hak
masyarakat terhadap rezim yang manusia, dan semangat persatuan.
berkuasa sehingga kepercayaan terhadap Pancasila berakar pada pandangn hidup
ideologi menurun drastis. bangsa dan falsafah bangsa, sehingga
E. Urgensi Pancasila sebagai Ideologi memenuhi prasyarat sebagai suatu ideologi
Negara terbuka. Sekalipun suatu ideologi itu bersifat
Peran ideologi Negara itu bukan hanya terbuka, tidak berarti bahwa keterbukaannya
terletak pada aspek legal formal, melainkan adalah sebegitu rupa sehingga dapat
juga harus hadir dalam kehidupan kongkret memusnahkan atau meniadakan ideologi itu
masyarakat itu sendiri. Beberapa peran sendiri, yang merupakan suatu yang tidak
kongkret Pancasila sebagai ideologi meliputi logis. Suatu ideologi sebagai suatu
hal-hal berikut: rangkuman gagasan-gagasan dasar yang
1. Ideologi Negara sebagai panutan warga terpadu dan bulat tanpa kontradiksi atau
Negara, artinya setiap perilaku warga saling bertentangan dalam aspek-aspeknya.
Negara harus didasarkan para preskripsi Pada hakikatnya berupa suatu tata nilai,
moral. Contohnya, kasus narkoba yang dimana nilai dapat kita rumuskan sebagai hal
merebak dikalangan generasi muda ikhwal baik buruknya sesuatu.
menunjukan bahwa perskripsi moral F. Pancasila sebagai Ideologi yang
ideologi belum disadari kehadirannya. Reformatif, Dinamis, dan Terbuka
7
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak dalam kaitannya dengan kebebasan
bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat berserikat berkumpul sekarang terdapat 48
reformatif, dinamis, dan terbuka. Hal ini partai politik, dalam kaitannya ekonomi
dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila (misalnya ekonomi kerakyatan), demikian
adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif, pula dalam kaitannya dengan pendidikan,
dan senantiasa mampu menyesuaikan hukum, kebudayaan, iptek, hankam, dan
dengan perkembangan zaman, ilmu bidang lainnya.
pengetahuan dan teknologi serta dinamika Kaelan (2013) mengemukakan ideologi
perkembangan aspirasi masyarakat. terbuka tersebut nilai-bilai yang terkandung
Keterbukaan ideologi Pancasila bukan dalam ideologi pancasila sebagai ideologi
berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terbuka adalah sebagai berikut:
terkandung didalam nya, namun Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila
mengeksplisitkan wawasannya secara lebih Pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan,
kongkrit, sehingga memiliki kemampuan persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai
yang reformatif untuk memecahkan masalah dasar tersebut adalah merupakan esensi dari
aktual yang senantiasa berkembang seiring persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai
dengan aspirasi rakyat. dasar tersebut merupakan esensi dari sila-
Dalam ideologi terbuka terdapat cita- sila Pancasila yang sifatnya universal,
cita dan nilai-nilai yang mendasar yang sehingga dalam nilai dasar tersebut
bersifat tetap dan tidak berubah sehingga terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai
tidak langsung bersifat operasional, oleh yang baik dan benar. Nilai dasar ideologi
karena itu setiap kali harus dieksplisitkan. tersebut tertuang dalam pembukaan UUD
Ekplisitasi dilakukan dengan 1945, sehingga oleh karena pembukaan
menghadapkannya pada berbagai masalah memuat nilai-nilai dasar ideologi Pancasila
yang selalu silih berganti melalui refleksi maka pembukaan UUD 1945 merupakan
yang rasional sehingga terungkap makna suatu norma dasar yang merupakan tertib
operasionalnya. Dengan demikian hukum tertinggi sebagai sumber hukum
penjabaran ideologi dilaksanakan dengan positif sehingga dalam Negara yang
interprestasi yang kritis dan rasional fundamental yang terlekat pada
(Soeryanto, 1991:59). Sebagai suatu contoh kelangsungan hidup Negara. Sebagai
keterbukaan ideologi pancasila antara lain ideologi terbuka nilai dasar inilah yang
8
bersifat tetap dan oleh karena itu pembukaan kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat,
UUD 1945 juga memuat nilai-nilai dasar berbangsa, bernegara (BP-7 Pusat, 1994:8).
tersebut maka pembukaan UUD 1945 juga Dalam realisasi praktis inilah maka
memiliki sifat yang tetap dan terlekat pada penjabaran nilai-nilai pancasila senantiasa
kelangsungan hidup Negara, sehingga berkembang dan selalu dapat dilakukan
mengubah pembukaan UUD 1945 yang perubahan dan perbaikan (reformasi) sesuai
memuat nilai dasar ideologi Pancasila dengan perkembangan zaman ilmu
tersebut sama halnya dengan pembubaran pengetahuan dan teknologi serta aspirasi
Negara. Adapun nilai dasar tersebut masyarakat.
kemudian dijabarkan dalam pasal-pasal Kaelan (2013) mengemukakan suatu
UUD 1945 yang didalamnya terkandung ideologi selain memiliki aspek-aspek yang
lembaga-lembaga penyelenggara Negara, bersifat ideal yang berupa cita-cita,
hubungan antar lembaga penyelenggara pemikiran-pemikiran, serta nilai-nilai yang
Negara beserta tugas dan wewenangnya. dianggap baik juga harus memiliki norma
Nilai Instrumental, yang merupakan yang jelas karena ideologi harus mampu
arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta direalisasikan dalam kehidupan praktis yang
lembaga pelaksananya. Nilai instrumental ini merupakan suatu pengalaman nyata. Oleh
merupakan ekspitasi, penjabaran lebih lanjut karena itu Pancasila sebagai suatu ideologi
dari nilai-nilai dasar dalam rangka yang bersifat terbuka memiliki tiga dimensi
penyesuaian dalam pelaksanaan nilai-nilai yaitu:
dasar ideologi Pancasila. Misalnya GBHN (1) Dimensi Idealitas, yaitu nilai-nilai dasar
yang lima tahun selaku senantiasa yang terkandung dalam Pancasila yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman bersifat sistematis, rasional, dan
dan aspirasi masyarakat, undang-undang, menyeluruh, yaitu Ketuhanan,
departemen-departemen sebagai lembaga Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan,
pelaksana dan lain sebagainya. Pada aspek dan Keadilan. Hakikat nilai-nilai
ini senantiasa dapat dilakukan perubahan Pancasila tersebut bersumber pada
(reformatif). filsafat Pancasila (nilai-nilai filosofis
Nilai Praktis, yaitu merupakan realisasi yang terkandung dalam Pancasila).
nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi Karena setiap ideologi bersumber pada
pengalaman yang bersifat nyata, dalam suatu nilai-nilai filosofis atau sistem
9
filsafat (Soeryanto, 1991:59). Kadar dalam penyelenggara Negara. Dengan
serta idealism yang terkandung dalam demikian Pancasila sebagai ideologi
Pancasila mampu memberikan harapan, terbuka tidak bersifat „utopis‟ yang
optimism serta mampu menggugah hanya berisi ide-ide yang bersifat
motivasi para pendukungnya untuk mengawang, melainkan suatu ideologi
berupaya mewujudkan apa yang dicita- yang bersifat „realistis‟ artinya mampu
citakan (Koento Wibisono, 1989). dijabarkan dalam segala aspek
(2) Dimensi Normatif, yaitu nilai-nilai yang kehidupan nyata.
terkandung dalam Pancasila perlu Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh
dijabarkan dalam suatu sistem norma, Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka
sebagaimana terkandung dalam norma- sifat ideologi tidak bersifat „utopis‟ yaitu
norma kenegaraan. Dalam pengertian ini merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh
Pancasila terkandung dalam pembukaan dari kehidupan sehari-hari secara nyata.
UUD 1945 yang merupakan norma Demikian pula ideologi Pancasila bukanlah
tertib hukum tertinggi dalam Negara suatu „doktrin‟ belaka yang bersifat tertutup
Indonesia serta merupakan yang merupakan norma-norma yang beku.
Staatsfundamentalnorm (pokok kaidah Melainkan disamping memiliki idealisme
Negara yang fundamental). Dalam Pancasila juga bersifat dan nyata dan
pengertian ini ideologi Pancasila agar reformatif yang mampu melakukan
mampu dijabarkan ke dalam langkah perubahan. Akhirnya Pancasila juga bukan
operasional, maka perlu memiliki norma merupakan suatu ideologi yang „pragmatis‟
yang jelas (Soeryanto, 1991). yang hanya menekankan segi praktis-praktis
(3) Dimensi Realitis, yaitu suatu ideologi belaka tanpa adanya aspek idealism. Maka
harus mampu mencerminkan realitas ideologi Pancasila bersifat terbuka pada
yang hidup dan berkembang didalam hakikatnya, nilai-nilai dasar (hakikat sila-sila
masyarakat. Oleh karena itu Pancasila Pancasila) yang bersifat universal dan tetap,
selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal adapun penjabaran dan realisasinya
serta normative maka Pancasila harus senantiasa dieksplisitkan secara dinamis,
mampu dijabarkan dalam kehidupan reformatif yang senantiasa mampu
masyarakat secara nyata (kongkrit) baik melakukan perubahan sesuai dengan
dalam kehidupan sehari-hari maupun dinamika aspirasi masyarakat.
10
G. Faktor Pendorong Keterbukaan dasar Pancasila yang terkandung dan
Ideologi Pancasila tercermin dalam pembukaan UUD 1945.
Faktor yang mendorong pemikiran Nilai dan norma dasar yang terkandung
mengenai keterbukaan ideologi Pancasila dalam pembukaan UUD 1945. Karena itu
adalah sebagai berikut: adalah pilihan dan hasil konsesus bangsa
1. Kenyataan dalam proses pembangunan yang disebut kaidah pokok dasar Negara
nasional dan dinamika masyarakat yang yang fundamental (Staatsfundamentalnorm).
berkembang secara cepat. Perwujudan atau pelaksanaan nilai-nilai
2. Kenyataan menunjukkan, bahwa instrumental dan nilai-nilai praktis harus
bangkrutnya ideologi yang tertutup dan tetap mengandung jiwa dan semangat yang
beku dikarenakan cenderung sama dengan nilai dasarnya.
meredupkan perkembangan dirunya Kebenaran pola pikir seperti yang
3. Pengalaman sejarah politik kita di masa terurau di atas adalah sesuai dengan ideologi
lampau yang memikiki tiga dimensi penting yaitu
4. Tekad untuk memperkokoh kesadaran Dimensi Realitas, Dimensi Idealisme, dan
akan nilai-nilai dasar Pancasila yang Dimensi Fleksibilitas.
bersifat abadi dan hasrat H. Pembatasan Keterbukaan Ideologi
mengembangkan secara kreatif dan Ideologi terbuka ini banyak pertanyaan
dinamis dalam rangka mencapai tujuan dalam masyarakat apakah ideologi terbuka
nasional ini berarti segala ideologi dan tafsir bisa
Keterbukaan ideologi Pancasila diterima begitu saja dalam memahami dan
terutama ditujukan dalam penerapannya menjabarkan nilai-nilai Pancasila. Hal ini
yang berbentuk pola pikir yang dinamis dan memang perlu dijelaskan secara teoritikal,
konseptual dalam dunia modern. sesungguhnya tidak mungkun bahwa segala
Kita mengenal ada tiga tingkat nilai, ideologi dan tafsiran bisa diterima begitu
nilai dasar yang tidak berubah, nilai saja dalam memahami dan menjabarkan
instrumental sebagai sarana mewujudkan nilai-nilai Pancasila. Hal ini bukan berarti
nilai dasar yang dapat berubah sesuai suatu ideologi terbuka, tetapi malahan
keadaan dan nilai praktis berupa pelaksanaan menunjukan tidak ada ideologi sama sekali.
secara nyata yang sesungguhnya. Nilai-nilai Ideologi terbuka yang difahami sedemikian
Pancasila dijabarkan dalam norma-norma
11
sama saja artinya dengan mengatakan Walaupun pada dasarnya semua gagasan
pancasila suatu non ideologi. untuk menjabarkan nilai dasar itu bisa
Ideologi yang berarti a system ideas, diajukan, namun jika sejak awal sudah bisa
mensyaratkan adanya sistematik serta diajukan, namun jika sejak awal sudah bisa
konsistensi dalam gagasan-gagasannya. Hal diperkiraan gagasan itu akan menimbulkan
itu dengan sendirinya berarti bahwa unsur- keresahan yang meluas, selayaknya
unsurnya haruslah serasi, selaras, dan dicarikan momen, bentuk, serta metode yang
seimbang satu dan lainnya. Ideologi serta tepat untuk menyampaikan.
gagasan yang tidak sesuai, apalagi 2. Larangan terhadap Ideologi
bertentangan, sudah dengan sendirinya akan Marxismeleninisme/Kominisme
ditolak, jika ideologi yang bersangkutan Meskipun secara faktual kita bisa
tetap akan memelihara konsistensi dirinya. melihat proses kebangkrutan ideologi
Namun secara praktikal hal itu perlu Marxismeleninisme/komunisme dimana-
ditegaskan secara lugas. Karena istilah mana, namun kita belum dapat mengabaikan
„terbuka‟ memang bisa diartikan macam- ancaman ideologi ini sama sekali. Korea
macam, dimaksudkan terbuka disini untuk Utara dan Kuba masuh merupakan penganut
berinteraksi dengan lingkungan sekitar komunisme yang gigih. Keterbukaan
adalah pada tataran nilai instrumentanya, dan ideologi Pancasila pada tataran nilai
bukan pada tataran nilai dasarnya. Nilai-nilai instrumental tidak berarti bahwa kita juga
dasar yang terkandung pada pembukaan membuka diri kepada wawasan faham
UUD 1945, yang meliputi pandangan kita komunisme. Sebaliknya malah
tentang kemerdekaan, tentang cita-cita mengharuskan untuk waspada terhadap
nasional, tentang ketuhanan yang Maha Esa, kerawanan kita, agar baik secara sadar
tentang dasar Negara, tentang sumber maupun tidak sadar, jangan sampai
kedaulatan Negara, dan tujuan nasional, mempergunakan wawasan doktrin, kebijakan
sudah kita tempatkan sebagai aksioma yang dan strategi yang bersifat Marxisme-
tidak akan kita pertanyakan lagi. Sudah Leninisme/Komunisme. Selain satu ciri
barang tentu perlu digariskan batas-batas faham ini adalah wawasannya tentang
keterbukaan itu antara lain sebagai berikut: kontradiksi permanen, tentang tidak dapat
1. Kepentingan Stabilitas Nasional didamaikan konflik yang ada sampai salah
satu pihak yang bertentangan hancur sama
12
sekali. Salah satu curunya yang lain yang sebagai falsafah bernegara, berbangsa, dan
haris diwaspadai adalah penghalalan segala bermasyarakat tidak bertentangan dengan
cara untuk mencapai tujuan. nilai-nilai agama. “bahkan cocok dengan
I. Pancasila sebagai Ideologi Negara nilai agama, karena memang digali dari
dan Relevansinya dengan Masalah kehidupan masyarakat Indonesia yang
Bangsa beragama”.
Pancasila sebagai ideologi Negara 2. Pejabat sudah “alergi” Pancasila
belum serius diimplementasikan dalam Mantan Ketua Umum Pimpina Pusat
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini Muhammadiyah Prof. Syafii Maarif (2011)
dapat digamabarkan oleh pandangan berikut: menilai pejabat sekarang sudah “alergi”
1. Adanya kecenderungan Pancasila Pancasila, padahal mereka seharusnya
dicampakkan oleh elit Negara menjadi teladan tentang penghayatan dan
Yudi Latief (2011) “Jangan jadikan pengamalan Pancasila yang benar.
Pancasila Mitos”, menyatakan Pancasila “Buktinya pejabat sekarang jarang berbicara
sebagai pandangan hidup selama ini telah tentang Pancasila, karena mereka “alergi”.
dicampakkan oleh elit Negara dan tidak lagi Itu karena Pancasila memang pernah da
menjadi dasar dalam mengambil kebijakan. selama 20 tahun, namun Pancasila dijadikan
“adalah ketidak konsistenan, para elit selalu alat pembenar kekuasaan,” katanya di
mengumbar kata Pancasila sementara Surabaya. Disela-sela kongres III Pancasila
kebijakannya tidak berdasarkan falsafah di Auditorium Garuda Mukti Kantor
Pancasila”. Ia mencohkan kebijakan Manajemen Universitas Airlangga (Unair)
ekonomi yang seharusnya sesuai konstitusi Surabaya, ia menyarankan pejabat sekarang
dan Pancasila, namun semakin lama justru untuk meniru Bung Hatta yang melakukan
semakin melenceng “pelaksanaan pasal 33 internalisasi Pancasila. “artinya jangan
yang seharusnya menjadikan sumber daya seperti dulu, Pancasila jangan berhenti pada
alam sebagai alat untuk mewujudkan konegtif, apalagi diperalat, sehingga
keadilan sosial, namun justru kini dikuasi Pancasila disalahgunakan dan akhirnya
asing”. Ia menengarai sekitar 75 kebijakan dijauhi, Pancasila harus ada di diri kita, lalu
dan undang-undang yang telah dikeluarkan diamalkan dan beri contoh, jangan justru
pemerintah justru bertentangan dengan memperalat Pancasila” katanya.
konstitusi. Ia menambahkan, Pancasila
13
3. Munculnya Ideologi “tandingan” 1. Pengembangan politik kenegaraan untuk
Pancasila menjaga keutuhan dan kebelangsungan
Aswi Marwan Adam (2011) dalam hidp bangsa
“Mutlak, Hanya Satu Asas Pancasila”, Yudi Latief (2011) dalam
menyatakan munculnya gerakan Negara menghidupkan Pancasila menyatakan bahwa
Islam Indonesia (NII) yang memiliki Indonesia dipersatukan bukan karena
ideologi bersebrangan dengan Pancasila kesamaan budaya ,agama, dan etnisitas,
merupakan ancaman serius bagi Keberadaan melainkan karena adanya Negara persatuan,
Negara Indonesia. Ini harus menjadi yang menampung cita-cita politik bersama,
perhatian pemerintah, Sudah menjadi harga mentasi segala paham golongan dan
mati dan tidak dapat ditawar bahwa perseorangan.
Pancasila merupakan asas tunggal yang Jika Negara merupakan faktor
berlaku di Negara ini. Tergerusnya pemersatu bangsa, segera pula yang menjadi
pemahaman dan pengalaman nilai-nilai faktor pemecah belah bangsa. Dengan
Pancasila dalam diri masyarakat Indonesia demikian, lebih dari Negara mana pun di
pun semakin terlihat jelas. Termasuk yang muka bumi ini, politik kenegaraan bagi
ditunjukkan para pejabat Negara maupun Indonesia sangatlah vital untuk menjaga
elite politik negeri ini. Disatu sisi, dalam keutuhan dan keberlangsungan bagsa.
masa keterbukaan sekarang, sangat Arsitektur politik kenegaraan yang secara
memungkinkan masuknya pengaruh tepat guna sanggup mempertautkan
beragam “ideologi baru”. Namun, nyatanya kemajemukan Indonesia sebagai nations-in-
kondisi ini tidak diimbangi adanya landasan nation adalah desain Negara kekeluargaan.
yang kuat lewat penanaman nilai-nilai Secara bertepatan, pendiri bangsa,
Pancasila, terutama dalam jiwa generasi dengan keragaman garis ideologisnya,
muda. Ini dapat diterapkan melalui memiliki pertautan dalam idealisasi terhadap
pengajaran Pendidikan Pancasila di nilai kekeluargaan. Dengan demikian,
Indonesia. semangat gotong royong merupakan cetakan
Pancasila sebagai ideologi Negara masih dasar (archetype) dan karakter ideal
sangat mampu untuk mengatasi masalah Keindonesiaan. Ia bukan saja darsar stasis
bangsa ini. Untuk itu perlu dilakukan antara yang mempersatukan, melainkan juga dasar
lain: dinamis yang menuntun kearah mana bangsa
14
ini harus berjalan. Dalam istilah Soekarno, kesenjangan sosial, dan tindak korupsi
kekeluargaan adalah “meja statis” dan melebar, menjegal keadilan sosial.
“leitstar dinamis” yang mempersatukan dan Demokrasi yang dijalankan justru
memadukan. Karena kekeluargaan memutar jarum jam kebelakang, membawa
merupakan jantung keIndonesiaan, kembalu rakyat pada periode prapolitik,
kehilangan semangat kekeluargaan dalam ketika terkungkung dalam hukum besi
kehidupan kenegaraan dan kebangsaan sejarah survival of the fittest dan idol of the
Indonesia merupakan kehilangan segala- ribe. Ada jarak yang lebar antara voices dan
galanya. Kehilangan yang memnuat biduk choices, antara apa yang diargumentasikan
kebangsaan limbung, terombang-ambing dengan pilihan institusi dan kebijakan yang
gelombang perubahan tanpa jangkar dan diambil. Demokrasi yang diidealkan sebagai
arah tujuan. Jika demokrasi Indonesia kian wahana untuk memperjuangkan kesetaraan
diragukan keabsahannya, tak lain karena dan persaudaraan lewat memperjuangkan
perkembangan demokrasi itu cendurung kesetaraan dan persaudaraan lewat
tercabut dari jiwa kekeluargaan. Peraturan pengorganisasian kepentingan kolektif justru
daerah berbasis eklusifisme keagamaan menjadi instrumen bagi kepentingan privat.
bersitumbuh menikam jiwa ketuhanan yang Demokrasi yang dikembangkan tanpa
berkebudayaan. Lembaga-lembaga finansial mempertimbangkan sistem pencernaan
dan korporasi internasional dibiarkan kebudayaan dan karakter keindonesiaan
mengintervensi perundang-undangan dengan seperti biduk yang limbung. Dalam satu
mengorbankan kemanusiaan yang adil dan dekade terakhir, kita seakan-akan telah
beradab. mengalami begitu banyak perubahan.
Tribalisme, nepositisme, dan pemujaan Namun perubahan yang terjadi tidak
putra daerah yang menguat dalam pemilu membawa kita ke mana pun.
kepala daerah melemahkan persatuan Ibarat pohon, sejarah perkembangan
kebangsaan. Anggota parlemen bergotong bangsa yang sehat tidak bisa tercerabut dari
royong menjarah keuangan rakyat, tanah dan akar kesejarahannya, ekosistem
memperjuangkan “dana aspirasi” seraya sosial-budaya, sistem pemaknaan, dan
mengabaikan aspirasi rakyat, melupakan pandangan dunianya tersendiri. Pancasila
kegotongroyongan berdasarkan hikmah dirumuskan oleh pendiri bangsa sebagai
kebijaksanaan. Ekspansi neoliberalisme, dasar dan tuntutan bernegara dengan
15
mempertimbangkan aspek-aspek itu, lewat 2. Mengembangkan muatan Pancasila
usaha penggalian, penyerapan dalam sistem pendidikan nasional
kontekstualisasi, rasionalisasi, dan Wakil Ketua MPR H Lukman Hakim
aktualisasinya dalam rangka menopang Saefuddin mendukung keinginan revisi UU
keberlangsungan dan kejayaan bangsa. Sisdiknas, karena Mendiknas memang harus
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar memberikan muatan nilai-nilai Pancasila
ketidakmampuan kita memecahkan masalah dalam sistem pendidikan nasional. Syafii
hari ini disebabkan ketidakmampuan kita Maarif (2011) tokoh yang dikenal sebagai
merawat warisan terbaik dari masa lalu. "Bapak Bangsa" mendukung revisi UU
Adapun warisan termahal para pendiri 20/2003 tentang Sisdiknas karena hilangnya
bangsa yang merosot pada saat ini adalah muatan Pancasila dalam sistem pendidikan
karakter. Karena itu, marilah kita hidupkan nasional. Karena UU Sisdiknas memang
kembali karakter Pancasila, sebagai jalan harus mengenalkan Pancasila secara benar,
kemaslahatan dan kemajuan Indonesia. tapi revisi UU Sisdiknas itu harus diiringi
Dalam Konteks ini, Habibie (Mantan dengan penyiapan sumberdayamanusia atau
Presiden RI) dalam Peringatan Lahirnya tenaga pendidik yang Pancasilais dan patut
Pancasila 1 Juni 1945 (Kompas 3 Juni 2011) diteladani".
menyatakan “Tak kalah penting adalah peran 3. Pembentukan badan khusus perumusan
para penyelenggara negara dan pemerintahan dan pembudayaan Pancasila
untuk secara cerdas dan konsekuen serta MPR , menurut Wakil Ketua MPR H
konsisten menjabarkan implementasi nilai- Lukman Hakim Saefuddin mengusulkan
nilai Pancasila dalam berbagai kebijakan kepada pemerintah membentuk badan atau
yang dirumuskan dan program yang komisi khusus yang tugasnya antara lain
dilaksanakan. Untuk sila kelima Pancasila merumuskan pengenalan Pancasila secara
yaitu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat benar di dunia pendidikan, politik,
Indonesia, implementasinya yang dilakukan, kemasyarakatan, dan seterusnya,". Badan
antara lain, dengan meningkatkan atau komisi khusus itu nantinya akan
kesempatan kerja bagi rakyat atau merumuskan cara-cara pembudayaan
mengupayakan kebijakan yang berorientasi Pancasila yang bukan lagi indoktrinasi,
pada kesejahteraan rakyat. Pancasila itu pemaksaan, atau tafsir tunggal, namun
bukan untuk disakralkan. melalui cara-cara dialogis. "Misalnya, cara
16
teater untuk pengenalan Pancasila kepada Hidup Beragama. JakartaAsvi Marwan
pelajar sekolah menengah atau cara-cara lain Adam .2011. “Mutlak, Hanya Satu
yang bukan seperti penataran P4 di masa Asas Pancasila”, Copy Right ©2000
lalu, sebab bangsa Indonesia yang majemuk Suara
sangat membutuhkan Pancasila," . Badan Karya Online Powered by Hanoman-i -
atau komisi khusus itu ada hingga ke tingkat Sabtu, 11 Juni 2011
desa atau kelurahan, karena pembudayaan Gumilar Rusliwa Somantri,2006. Pancasila
Pancasila memang harus sampai ke lapisan dalam Perubahan Sosial-Politik
masyarakat di tingkat bawah. "Demokrasi Indonesia Modern, dalam Restorasi
yang sanga liberal seperti yang kita alami Pancasila : Mendamaikan politik
sekarang harus dikembalikan kepada Identitas dan Modernitas, Prosiding
Pancasila yakni demokrasi yang Simposium Peringatan Hari Lahirnya
mengutamakan unsur musyawarah atau Pancasila, Kampus FISIP UI, Depok
perwakilan dalam permusyawaratan,". 31 Mei 2006, halaman 34.
Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter
Bangsa Tahun 2010 – 2025,
DAFTAR PUSTAKA Pemerintah Republik Indonesia, 2010,
halaman v.
Abdurahman Wahid.1991. Pancasila Kaelan.2010. PKn, Yogyakarta : Paradigma.
Sebagai Ideologi dalam Kaitannya Maarif: Pejabat Sudah "Alergi" Pancasila ,
Dengan Kehidupan Beragama dan posted Jodhi Yudono | Rabu, 1 Juni
Berkepercayaan Terhadap Tuhan 2011 | 03:34 WIB
YME, dalam Alfian & Oetojo Oesman, Revrisond Baswir.2009, Ekonomi
eds. 1991. Pancasila Sebagai Ideologi Kerakyatan Vs Neoliberalisme,
Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Yogyakarta : Pusat Studi
Bermasyarakat, Berbangsa dan EkonomiKerakyatan UGM.
Bernegara, Jakarta : BP-7 Pusat. Soerjanto Poespowardojo.1991. Pancasila
Anas Salahudin. 2010. Pancasila Sebagai Sebagai Ideology Ditinjau Dari Segi
Pandangan Hidup Bangsa. Pustaka Setia Pandangan Hidup Bersama, dalam
Satori, Djam‟an, dkk, 2007. Pendidikan Alfian & Oetojo Oesman, eds. 1991.
Kewarganegaraan Dalam Toleransi Pancasila Sebagai Ideologi Dalam
17
Berbagai Bidang Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara, Jakarta : BP-7 Pusat
Otho H. Hadi, MA ( Staf Direktorat Politik,
Komunikasi, dan Informasi Bappenas).
Nation and Character Building
Melalui Pemahaman Wawasan
Kebangsaan. Tulisan ini disusun dari
hasil diskusi reguler Direktorat Politik,
Komunikasi, dan Informasi Bappenas-
red., www.gogle.com/otto-
2000910150958/ diunduh, 10 Januari
2011, halaman 2-3
Yudi Latif ( 2011) Menghidupkan Pancasila
,
http://www.gatra.com/artikel.php?id=1
48905, Wednesday, June 08, 2011
Yudi Latief: Jangan Jadikan Pancasila Mitos
Kamis, 9 Juni 2011 | 16:06 Copyright
©2011 Investor Daily, All Rights
Reserved: Universitas Terbuka

18

Anda mungkin juga menyukai