Anda di halaman 1dari 18

Standar Kompetensi

Menampilkan sikap
positif terhadap Pancasila
sebagai ideologi terbuka.

Kompetensi Dasar
1.1
Mendeskripsikan Pancasila
sebagai ideologi terbuka.
1.2
Menganalisis Pancasila
sebagai sumber nilai dan
paradigma pembangunan.
1.3
Menampilkan sikap positif
terhadap Pancasila
sebagai ideologi terbuka.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
TERBUKA

Perlunya Pancasila Pancasila Kewajiban Bangsa


Ideologi sebagai sebagai Indonesia untuk
bagi Suatu Ideologi Paradigma Mempertahankan
Bangsa Terbuka Pembangunan Ideologi Pancasila

Latar Belakang Pancasila Sikap Setia Sikap Positif


Pancasila sebagai Sumber terhadap terhadap
Dijadikan Nilai Ideologi Nilai - Nilai
Ideologi Bangsa Negara Pancasila
A. Perlunya Ideologi bagi Suatu Bangsa

Apakah ideologi itu?

Secara etimologis (asal kata)

Ideologi berasal dari dua kata:


ideo
yang berarti cita-cita

logos
yang berarti ilmu, pengetahuan,
dan paham.

Ideologi dapat diartikan


sebagai suatu
pengetahuan/ilmu/paham
mengenai cita-cita.
Beberapa pengertian ideologi yang dikemukakan para ahli sebagai berikut.

Heuken Sastrapratedja Moerdiono

Ideologi adalah Ideologi adalah seperangkat Ideologi adalah seperangkat


(a) ilmu tentang cita-cita, gagasan atau pemikiran nilai yang terpadu berkenaan
gagasan, atau buah
yang berorientasi pada dengan hidup bermasyarakat
pikiran;
(b) pandangan hidup yang tindakan yang diorganisasi ,berbangsa dan bernegara
dikembangkan menjadi suatu sistem yang
berdasarkan kepentingan teratur.
tertentu;
(c) kesatuan gagasan-
gagasan dasar yang
disusun secara sistematis
dan menyeluruh tentang
manusia dan kehidupan
nya.
3. Ideologi Tertutup dan Ideologi Terbuka

Ciri–Ciri Ideologi Tertutup

1. Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita
sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar untuk mengubah masyarakat.
2. Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya akan dipaksakan
kepada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai segi kehidupan
masyarakat akan diubah sesuai dengan ideologi tersebut.
3. Bersifat totaliter, artinya mencakup/mengurusi semua bidang kehidupan. Ideologi
tertutup ini cenderung cepat-cepat berusaha menguasai bidang informasi dan
pendidikan karena kedua bidang tersebut merupakan sarana efektif untuk
memengaruhi perilaku masyarakat.
4. Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati.
5. Menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk berkorban
bagi ideologi tersebut.
6. Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi juga tuntutan-tuntutan konkret
dan operasional yang keras, mutlak, dan total.
3. Ideologi Tertutup dan Ideologi Terbuka

Ciri-Ciri Ideologi Terbuka

1. Merupakan kekayaan rohani, moral, dan kebudayaan masyarakat (falsafah). Jadi,


bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan kesepakatan
masyarakat.
2. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Ia
adalah milik seluruh rakyat dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan
mereka.
3. Isinya tidak langsung operasional sehingga setiap generasi baru dapat dan perlu
menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi
kekinian mereka.
4. Tidak pernah memaksa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan
menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai
dengan falsafah itu.
5. Menghargai pluralitas sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal
dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
Lahir dan Tumbuh Kembang Ideologi

Diyakini Kebenarannya Dicantumkan dalam


untuk Hidup Bersama Konstitusi Negara

Diakui Mengandung IDEOLOGI Dirumuskan dalam


Nilai-Nilai Dasar NEGARA Deklarasi Negara

Tumbuh danBerkembang Dijabarkan dalam


di Masyarakat Berbagai Kehidupan

Konsep-Konsep Abstrak Hasil Olah Pikir Para


Pertama Kedua
(inkrimental) Cendekiawan
Ideologi Pancasila Harus Dapat Menunjukkan Dimensi-Dimensi sebagai berikut.

Dimensi realitas, yaitu ideologi Pancasila mencerminkan realitas yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat.

Dimensi idealitas, kualitas idealisme yang terkandung di dalamnya mampu menggugah


harapan, optimisme, dan motivasi para pendukungnya sehingga gagasan-gagasan vital
yang terkandung di dalamnya bukan sekadar impian.

Dimensi fleksibilitas, ideologi Pancasila harus fleksibel dan terbuka bagi tafsir-tafsir
baru sehingga Pancasila tetap aktual dan fungsional dalam mengantisipasi setiap
tuntutan zaman, dan tidak hanyut ataupun tenggelam dalam arus perubahan.
Beberapa Faktor yang Mendorong Pemikiran Pancasila sebagai
Ideologi Terbuka menurut Moerdiono

Dalam proses pembangunan nasional


berencana, dinamika masyarakat Indonesia Kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup
berkembang amat cepat. seperti Marxisme-Leninisme/Komunisme.

Tekad kita untuk menjadikan Pancasila


Pengalaman sejarah politik Indonesia sebagai satu-satunya asas dalam
akan pengaruh komunisme pada masa kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
lalu sangat penting. Pengaruh ideologi bernegara. Sebagai catatan, istilah
komunisme yang pada dasarnya bersifat Pancasila sebagai satu-satunya asas telah
tertutup menjadikan Pancasila menjadi dicabut berdasarkan Ketetapan MPR tahun
dogma yang kaku. 1999. Namun, pencabutan ini kita artikan
sebagai pengembalian fungsi utama
Pancasila sebaga dasar negara.
Batas-Batas Keterbukaan Pancasila sebagai Ideologi

Batas jenis pertama: Batas jenis kedua, yaitu terdiri dari 2


Yang boleh disesuaikan dan (dua) norma:

diganti hanya nilai 1. Penyesuaian nilai instrumental, pada

instrumental, sedangkan tuntutan kemajuan zaman, harus dijaga

nilai dasar atau agar daya kerja nilai instrumental yang

instrinsiknya mutlak disesuaikan itu tetap memadai untuk

dilarang. mewujudkan nilai instrinsik yang


bersangkutan.

2. Nilai instrumental pengganti, tidak


boleh bertentangan antara linea recta
dengan nilai instumental yang diganti.
D. Pancasila sebagai Sumber Nilai

1. Pengertian Nilai

Dalam pandangan filsafat, nilai (value


dalam bahasa Inggris) sering
dihubungkan dengan
masalah kebaikan.
Sesuatu dikatakan mempunyai nilai
apabila sesuatu itu berguna, benar
(nilai kebenaran), indah (nilai estetika),
baik (nilai moral), religius (nilai religi),
dan sebagainya. Nilai itu ideal, bersifat
ide. Oleh karena itu, nilai adalah
sesuatu yang abstrak dan tidak dapat
disentuh oleh pancaindra. Yang dapat
ditangkap adalah barang atau pelaku
perbuatan yang mengandung nilai itu.
2. Macam-Macam Nilai

Prof. Dr. Notonagoro membagi nilai menjadi 3 (tiga) bagian sebagai berikut.

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian dapat dibedakan atas 4 (empat) macam, yaitu:


a. Nilai kebenaran/kenyataan yang bersumber dari unsur akal manusia
(rasio, budi, dan cipta).
b. Nilai keindahan yang bersumber dari unsur manusia (perasaan dan
estetis).
c. Nilai moral/kebaikan yang bersumber dari unsur kehendak/kemauan
(karsa dan etika).
d. Nilai religius, yaitu nilai ketuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak,
yang bersumber dari keyakinan/kepercayaan manusia.
3. Pancasila sebagai Sumber Nilai
a. Nilai Ketuhanan
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan
dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam
semesta.
b. Nilai Kemanusiaan
Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengandung arti kesadaran
sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama
Nilai atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal
Dasar sebagaimana mestinya.
Pancasila c. Nilai Persatuan
Nilai Persatuan Indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu
dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Nilai Kerakyatan
Mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-
lembaga perwakilan.
e. Nilai Keadilan
memiliki makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah atau
batiniah.
E. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan di bidang politik

Di bidang politik, Pancasila menjadi landasan bagi pembangunan politik yang dalam
praktiknya menghindarkan praktik-praktik politik tak bermoral dan tak bermartabat
sebagai bangsa yang memiliki cita-cita moral dan budi pekerti yang luhur.

Oleh karena itu, segala tindakan sewenang-wenang penguasa terhadap rakyat,


penyalahgunaan kekuasaan, dan pengambilan kebijaksanaan yang diskriminatif dari
penguasa untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya merupakan praktik-praktik politik
yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
b. Pancasila sebagai paradigma pembangunan di bidang hukum

Di bidang hukum, Pancasila sebagai paradigma pembangunan hukum ditunjukkan dalam


setiap perumusan peraturan perundang-undangan nasional yang harus selalu memerhatikan
dan menampung aspirasi rakyat.

Hukum atau peraturan perundang- undangan yang dibentuk haruslah merupakan cerminan
kemanusiaan, kerakyatan, dan keadilan.

Dengan kata lain, nilai-nilai sila-sila Dalam pembaruan hukum, Pancasila


Pancasila menjadi landasan dalam sebagai cita-cita hukum yang
pembentukan hukum yang aspiratif. berkedudukan sebagai peraturan yang
Pancasila menjadi sumber nilai dan paling mendasar (Staatsfundamentalnorm)
sumber norma bagi pembangunan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
hukum.
F. Sikap Setia terhadap Ideologi Negara

Tugas dan kewajiban manusia Dua kewajiban tersebut harus


Indonesia yang ber-Pancasila adalah
ditunaikan oleh manusia Indonesia
sebagai berikut.
dalam:
1. Menjunjung tinggi dan mematuhi
1. pola pikir;
serta setia dengan penuh
keimanan dan ketakwaan akan 2. ucapan, tindakan ,dan perilaku;
ajaran agama sesuai dengan
3. pola hidup dan budaya;
keyakinannya masing-masing.
2. Menghormati dan menaati serta 4. kepribadian.
harus juga setia pada dasar
negara Pancasila yang merupakan
konsensus nasional.
G. Kewajiban Bangsa Indonesia untuk Mempertahankan Ideologi Pancasila

Mengapa Pancasila perlu dipertahankan?


Perjuangan untuk menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
meliputi Kepulauan Nusantara dari Sabang sampai Merauke dengan
keragaman suku, budaya, bahasa, dan agama amatlah berat dan memakan
banyak korban.

Perjuangan untuk mendapatkan kesepakatan bersama mengenai dasar


Negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila, tidaklah ringan. Perjuangan dan
pengorbanan yang demikian besarnya dari para perintis dan pahlawan
kemerdekaan demi kepentingan bangsa dan negara, khususnya dalam
memberikan bentuk dan dasar negara yang sesuai bagi bangsa kita yang
majemuk ini, sangat berat.
Bagaimanakah mengimplementasikan Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

Implementasi Pancasila berarti menjabarkan nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-


norma, serta merealisasikannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dua macam
implementasi Pancasila adalah sebagai berikut.

a. Implementasi Pancasila secara Objektif b. Implementasi Pancasila secara Subjektif

Implementasi Pancasila secara objektif adalah pelaksanaan nilai-nilai Pancasila


adalah pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam setiap pribadi, perseorangan, setiap
dalam penyelenggaraan negara, baik warga negara, setiap individu, setiap
legislatif, eksekutif, yudikatif maupun penduduk, dan setiap orang Indonesia.
semua bidang kenegaraan lainnya. Pelaksanaan secara subjektif ini lebih
berkaitan dengan norma-norma moral.

Anda mungkin juga menyukai