Anda di halaman 1dari 2

Nama : Syahrul Ramadhan Adi Prakoso

NIM : 19503244019
Kelas : C1

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

1. Definisi Pancasila Sebagai Ideologi terbuka

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat praktis bagi bangsa Indonesia diyakini sebagai
ideologi terbuka yang konsepnya tidak dirumuskan “sekali untuk selamanya” melainkan
dapat berubah sesuai dengan zamannya. IdeologiPancasila sebagai dasar pengembangan
keterbukaannya adalah hakikat kodrat manusia monopluralis, sehingga unsure moral
menjadi landasan kebijaksanaan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Pancasila
dikatakan sebagai ideologi terbuka memiliki dimensi idealitas karena memiliki nilai-nilai yang
dianggap baik, benar oleh masyarakat Indonesia. Rumusan Pancasila sebagai ideologi
terbuka bersifat umum, universal sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Pancasila merupakan hasil befikir secara kefilsafatan, suatu hasil pemikiran yang
mendalam dari para pendiri neara Indonesia, yang disyahkan sebagai dasar filsafat negara
pada tanggal 18 agustus 1945. Dengan demikian Pancasila merupakan consensus filsafat
yang akan melandasi dan memberikan arah bagi sikap dan cara hidup bangsa Indonesia.
Beberapa pendapat dari para pemikir tentang Pancasila dapat dikemukakan sebagai berikut
:
a. Driyakarya (via Rukiyati, dkk. 2017) dalam tulisannya Pancasila dan Religi (1957)
berpendapat bahwa Pancasila berisi dalil-dalil filsafat.
b. Soediman Kartohadiprodjo, dalam bukunya Bberapa perkiraan Sekitar Pancasila (1980)
mengemukakan bahwa: Pancasila itu adalah filsafat bangsa Indonesia. Kelima sila itu
merupakan inti-inti, soko guru dari pemikiran yang bulat.
c. Notonagoro, dalam berbagai tulisannya berpendapat bahwa kedudukan Pancasila dalam
negara RI sebagai dasar negara dalam pengertian filsafat. Sifat Kefilsafatan dari dasar
negara tersebut terwujud dalam rumusan abstrak umum universal dari kelima sila Pancasila.
d. Dardji Darmodihardjo, mengemukakan bahea Pancasila dapat dikatakan sebagai filsafat
yang idealistis, theis, dan praktis.
e. Soerjanto Poespowardojo, mengemukakan bahwa Pancasila sebagai orientasi
kemanusiaan, bila dirumuskan dalam kalimat negatif adalah sebagai berikut :
➢ Pancasila bukan Materialisme
Kepribadian manusia itu nonsense (tidak berguna), karena pada dasarnya yang
menentukan segalanya adalah benda atau materi. Masalah ini akan menjadi sangat serius,
jika manusia terjebak dalam scientism, yaitu suatu bentuk mengangungkan terhadap iptek.
Teknologi diciptaan untuk manusia, buan sebaliknya manusia untuk teknologi.
➢ Pancasila bukan Pragmatisme
Pragmatisme merupaan paham yang menitikberatkan atau meletakkan kriteria tindakan
manusia pada pemanfaatan atau kegunaan.
➢ Pancasila bukan Spiritualisme
Pancasila tentu saja menolak paham spiritualisme, tetapi mengakui adanya hal-hal yang
bersifat rohani. Hal ini bermuara pada landasan ontologis Pancasila, yaitu manusia yang
bersifat monodualisme (Notonagoro), khususnya dari susunan kodratnya, sebagai makhluk
yang terdiri dari jiwa dan raga. Sedangkan jika dirumuskan positif, Pancasila mempunyai
ciri-ciri:

1. Integral
Manusia adalah individualitas sekaligus sosialitas. Manusia itu masing-masing otonom
dan korelatif. Itu berarti menolak pandangan liberalisme sekaligus social otoriter.
2. Etis
Dengan pandangan etis yang jelas ini maka Pancasila menolak machiavellianisme,
suatu paham yang membenarkan cara-cara immoral untuk mencapai tujuan politik dengan
semboyan terkenalnya yaitu tujuan menghalalkan segala cara.
3. Religius
Religius merupakan hal yang berkaitan dengan yang adiodrati (diatas yang kodrat, diatas
yang natural yang mengatasi segala sesuatu) yang bersifat supranatural dan transedental.
Pengakuan adanya keuatan, keuasaan yang mengatasi segala seuatu yang dipahami oleh
bagsa Indonesia sebagai Tuhan Yang Maha Esa.

2. Ciri-Ciri Ideologi Terbuka


a. Realis, yaitu mencerminkan kenyataan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat
tempat ideologi tersebut lahir dan dikembangkan. Ideologi terbuka mencerminkan bahwa
dirinya adalah merupakan kenyataan pola hidup masyarakat, yang berarti juga tercegah
dari kebekuan dogmatik, serta selalu dalam konteks.
b. Idealis, yaitu konsep yang terkandung i dalamnya mampu member harapan, optimisme,
serta mampu menggugah motivasi para pendukungnya untuk berupaya mewujudkan apa
yang dicita-citakan. Kadar atau kuaitas idealisme akan sangat efektif, apabila nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya selalu actual, apa yang dicita-citakan runtut menurut nalar atau
dapat dinalar, dapat dipikirkan.
c. Fleksibel, yaitu dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang terus-menerus
berkembang, dan juga sekaligus mampu member arah,melalui tafsir-tafsir baru yang
konsisten dan relevan.

Anda mungkin juga menyukai