Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen Pengampu : Lusiana Rahmatiani, M.Pd

Disusun Oleh :

Maulana Yusuf Zein (23416226201272)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN
KARAWANG
2023
KAJIAN INTI

A. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI


Pengertian Ideologi menurut beberapa ahli adalah debagai berikut,
 Louis Althuser Ideologi adalah suatu gagasan yang spekulatif namun tetapi ideologi
tersebut bukan gagasan palsu dikarenakan gagasan spekulatif itu bukan dimaksudkan
untuk menggambarkan suatu realitas melainkan untuk dapat memberikan gambaran
mengenai bagaimana semestinya manusia itu dapat menjalani hidupnya.
 Dr. Alfian Ideologi adalah pandangan atau juga sistem nilai yang menyeluruh serta
juga mendalam mengenai bagaimana cara yang tepat, yakni secara moral dianggap
benar serta juga adil, mengatur adanya tingkah laku bersama didalam berbagai segi
kehidupan. Soerjanto Poespowardoyo Ideologi ialah sebagai kompleks pengetahuan
serta juga macam-macam nilai, yang secara universal menjadi landasan bagi seseorang
atau juga masyarakat untuk dapat memahami jagat raya serta juga bumi seisinya dan
juga menentukan sikap dasar untuk dapat mengolahnya. Dengan berdasarkan
pemahaman yang diyakini itu, seseorang menangkap apa yang dilihat baik serta juga
tidak baik.
 M.Sastra Prateja Ideologi ialah sebagai seperangkat gagasan atau juga pemikiran yang
berorientasi pada suatu tindakan yang diorganisir dan menjadi suatu sistem yang
teratur. Dalam hal tersebut , ideologi ini mengandung beberapa unsur, yakni :
a) Adanya suatu penafsiran atau juga suatu pemahaman terhadap kenyataan.
b) Tiap Ideologi memuat seperangkat nilai atau juga suatu persepsi moral.
c) Ideologi adalah suatu pedoman kegiatan atau aktivitas untuk dapat mewujudkan
nilai-nilai di dalamnya.
 Napoleon Ideologi adalah keseluruhan pemikiran politik serta juga rival-rivalnya.

Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi bangsa dan Negara.


Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara kesatuan republik
Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia yang
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Sebagai ideologi bangsa
Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya ( cultural bond) yang berkembangan secara
alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah
sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.

1
Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat
tergantung daya tahan dari ideologi itu. Alfian mengatakan bahwa kekuatan ideologi
tergantung pada kualitas tiga dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita,
idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut
 Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang mencerminkan
realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir atau
muncul untuk pertama kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan
realita masyarakat pada awal kelahirannya.
 Dimensi Iidalisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai
dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan
masyarakat tentang masa depan vi yang lebih baik melalui pengalaman dalam
praktikkehidupan bersama sehari-hari.
 Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan ideologi dalam
mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan
masyarakatnya. Mempengaruhi artinya ikut wewarnai proses perkembangan
zamantanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai
dasarnya.

Mempengaruhi berarti pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran –tafsiran


terhadap nilai dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita -realita baru yang muncul di
hadapan mereka sesuai perkembangan zaman. Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga
dimensi ini sehingga pancasila dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila
sebagai ideologi Negara, yaitu :
1) Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang
majemuk.
2) Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3) Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan
dalam pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4) Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan
Negara. Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat
menjadi etos yang mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan
perlunya aktualisasi maksimal setiap elemen bangsa.

2
Hal tersebut bisas saja terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip dasar
di dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi.
Kelima prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi pembangunan sebuah
masyarakat, bangsa dan personal-personal di dalamnya. Menata sebuah negara itu
membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai alat lalu lintas vii kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Tanpa konsensus tersebut, masyarakat akan memberlakukan hidup bebas tanpa
menghiraukan aturan main yang telah disepakati. Ketika Pancasila telah disepakati bersama
sebagai sebuah konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung hukum dan tata nilai
prinsipil dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Dan sebagai ideologi yang dikenal
oleh masyarakat internasional, Pancasila juga mengalami tantangan-tantangan dari pihak
luar/asing.
Hal ini akan menentukan apakah Pancasila mampu bertahan sebagai ideologi atau
berakhir seperti dalam perkiraan David P. Apter dalam pemikirannya “The End of Idiology”.
Pancasila merupakan hasil galian dari nilainilai sejarah bangsa Indonesia sendiri dan
berwujud lima butir mutiara kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu religius monotheis,
humanis universal, nasionalis patriotis yang berkesatuan dalam keberagaman,demokrasi
dalam musyawarah mufakat dan yang berkeadilan sosial.
Dengan demikian Pancasila bukanlah imitasi dari ideologi negara lain, tetapi
mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan kejayaan leluhur bangsa. Keampuhan
Pancasila sebagai ideologi tergantung pada kesadaran, pemahaman dan pengamalan para
pendukungnya. Pancasila selayaknya tetap bertahan sebagai ideologi terbuka yang tidak
bersifat doktriner ketat. Nilai dasarnya tetap dipertahankan, namun nilai praktisnya harus
bersifat fleksibel. Ketahanan ideologi Pancasila harus menjadi bagian misi bangsa Indonesia
dengan keterbukaannya tersebut.
Pada akhirnya, semoga seluruh bangsa dan negara Indonesia serta Pancasila sebagai
ideologinya akan tetap bertahan dan tidak goyah meskipun dihantam badai globalisasi dan
modernisme. Sebagai generasi penerus, marilah kita menjaga Indonesia dan Pancasila agar
saling berdampingan dan tetap utuh hingga anak cucu kita nantinya sebagai penerus
kelangsungan negara ini(Bermasyarakat et al., 2017).

3
B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Sistem. filsafat adalah kumpulan ajaran yang terkoordinasi, dengart ciri-ciri tertentu
yang berbeda dengan sistem lain, misa1nya sistem ilmiah. Suafu sistem fiIsafat harus
komprehensif, daIam arti tidak ada sesuatu hal yang di luar jangkauannya. Kalau tidak
demikian maka hanya memandang realitas dari satu samping atau tidak memadai. Suatu
sistem filsafat dikatakan memadai kalau mencakup suatu penjelasan terhadap semua gejala
(Kattsoff, 1964)
Pengertian Sistem .Pengertian tentang sistemdapat mengacu, pada benda-benda
konkrit maupun benda-benda abstrak. Kita sering mendengar atau membaca istilah-istilah
misalnya: sistem nilai budaya (cultural values system), sistem politik, sistem pendidikan
nasional, sistem saraf dan sistem jaringan otot.
Menurut Fowler (1964) yang dimaksud dengan sistem adalah: Compler whole, set of
connected things or parts, organized body ofmaterial or immaterial things. Menurut Webster's
New American Dictionary, yang dimaksud dengan sistem adalah: ‘‘A combination of parts
into whole, as the bodily syatem, the digestive system, a railroad system, the solar system’’.
Hornby (1973) mengartikan sistem sebagai:
 Group ofthings or part working together in a regular relation: the nervous system, the
digestive system, the railway system.
 Ordered set of ideas, .theories, principles etc. a system philosophy; a system of
government.
Kemudian dalam The Concise Oxford Dictionary of Current English yang dimaksud sistem
filsafat adalah Set of coordinated doctrines atau "kumpulan dari ajaran-ajaran yang
terkoordinasilian.
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat
didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan
jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang dituangkan dalam
suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian
ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro)(PANCASILA SEBAGAI, n.d.).

4
Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila
yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada
umumnya. Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup
kesemestaan.
Landasan Ontologis Pancasila Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang
menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan
artinya dengan metafisika. Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah
realitas yang tampak ini merupakan suatu realitas sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah
ada suatu rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup? dan
seterusnya.
Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan)
manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan
Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari
sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas
yang berdiri sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal tersebut dapat
dijelaskan bahwa yang berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang bersatu, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya adalah
manusia.
Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis
memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan
rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta
sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila
pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya (Notonagoro, 1975: 53.)
Landasan Epistemologis Pancasila Epistemologi adalah cabang filsafat yang
menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi
meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas
ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu tentang teori terjadinya ilmu atau science of
science.

5
Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:
1. Tentang sumber pengetahuan manusia;
2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
3. Tentang watak pengetahuan manusia.
Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai sistem
filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah
menjadi suatu belief system, sistem cita cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila
harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan
dengan dasar ontologisnya, sehingga dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan
erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Pancasila sebagai suatu obyek
pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan
pengetahuan Pancasila.
- Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama adalah
nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut merupakan kausa
materialis Pancasila.
- Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka Pancasila memiliki
susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun
isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat
hirarkis dan berbentuk piramidal.
Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalam susunan Pancasila, dimana sila
pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya, sila kedua didasari sila
pertama dan mendasari serta menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari
dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan kelima,
sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan
menjiwai sila kelima, sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Dengan demikian susunan Pancasila memiliki sistem logis baik yang menyangkut kualitas
maupun kuantitasnya.

6
Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu:
1) Isi arti Pancasila yang Umum Universal, yaitu hakikat sila-sila Pancasila yang merupakan
intisari Pancasila sehingga merupakan pangkal tolak dalam pelaksanaan dalam bidang
kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praksis dalam berbagai
bidang kehidupan yang konkrit.
2) Isi arti Pancasila yang Umum Kolektif, yaitu isi arti Pancasila sebagai pedoman kolektif
negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.
3) Isi arti Pancasila yang bersifat Khusus dan Konkrit, yaitu isi arti Pancasila dalam realisasi
praksis dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki sifat khusus konkrit serta
dinamis (Notonagoro, 1975: 36-40)

Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah monopluralis, yaitu hakikat manusia yang
memiliki unsur pokok susunan kodrat yang terdiri atas raga dan jiwa. Hakikat raga manusia
memiliki unsur fisis anorganis, vegetatif, dan animal. Hakikat jiwa memiliki unsur akal, rasa,
kehendak yang merupakan potensi sebagai sumber daya cipta manusia yang melahirkan
pengetahuan yang benar, berdasarkan pemikiran memoris, reseptif, kritis dan kreatif.
Landasan Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat
nilai Pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat,
dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang
diinginkan, disukai atau yang baik.
Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika
suatu nilai. Nilai (value dalam bahasa Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat,
baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat
diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness).
Nilai itu sesuatu yang berguna, nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang
diinginkan, nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia (dictionary of sosiology a related science), nilai itu suatu sifat atau
kualitas yang melekat pada suatu obyek(Safitri, n.d.).

7
C. PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlaq), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq, nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat.
Secara garis besar etika dikelompokkan menjadi :
1) Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia.
2) Etika Khusus, membahas prinsipprinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan
berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun
makhluk sosial (etika sosial)
Pancasila Sebagai Nilai Dasar dan Sistem Etika Negara Indonesia
1. Makna Nilai Dasar Pancasila
Makna nilai dasar pancasila dikaji dalam perspektif filosofis yaitu, Pancasila sebagai
dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia yang pada hakikatnya
merupakan suatu nilai yang bersifat sistematis. Pengertian Pancasila harus dimaknai kesatuan
yang bulat, hirarkhis dan sistematis.
Dalam pengertian itu maka Pancasila merupakan suatu sistem filsafat sehingga kelima
silanya memiliki esensi makna yang utuh. Dasar pemikiran filosofisnya yaitu Pancasila
sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia, mempunyai makna bahwa dalam
setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan
nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
Titik tolaknya pandangan itu adalah negara adalah suatu persekutuan hidup manusia
atau organisasi kemasyarakatan manusia. Hal demikian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia sebagai
kausa materialis. Nilai-nilai itu sebagai hasil pemikiran, penilaian kritik serta hasil
refleksi filosofis bangsa Indonesia.
2) Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia sehingga
merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan,
keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-
nilai Pancasila di dalamnya terkandung ketujuh nilainilai kerohanian yaitu nilai-nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, estetis dan religius yang manifestasinya
sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa.
Oleh karena itu, Pancasila yang diambil dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia pada
dasarnya bersifat religius, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan .Disamping

8
itu Pancasila bercirikan asas kekeluargaan dan gotong royong serta pengakuan atas hak-
hak individu.
2. Pancasila Sebagai Dasar Etika Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara.
Sebagaimana dipahami bahwa sila-sila Pancasila adalah merupakan suatu sistem nilai,
artinya setiap sila memang mempunyai nilai akan tetapi sila – sila tersebut saling
berhubungan, saling ketergantungan secara sistematik dan diantara nilai satu sila dengan sila
lainnya memiliki tingkatan.
Oleh karena itu dalam kaitannya dengan nilai-nilai etika yang terkandung dalam
pancasila merupakan sekumpulan nilai yang diangkat dari prinsip nilai yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Nilainilai tersebut berupa nilai religius, nilai adat istiadat,
kebudayaan dan setelah disahkan menjadi dasar Negara terkandung di dalamnya nilai
kenegaraan.
Dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat Negara, maka nilai-nilai pancasila harus
dijabarkan dalam suatu norma yang merupakan pedoman pelaksanaan dalam
penyelenggaraan kenegaraan, bahkan kebangsaan dan kemasyarakatan. Terdapat dua macam
norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu norma hukum dan norma moral atau
etika.
Sebagaimana diketahui sebagai suatu norma hukum positif, maka pancasila dijabarkan
dalam suatu peraturan perundangundangan yang ekplisit, hal itu secara kongkrit dijabarkan
dalam tertib hukum Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu norma
moral yang merupakan dasar pijak pelaksanaan tertib hukum di Indonesia.
Bagaimanapun baiknya suatu peraturan perundang-undangan kalau tidak dilandasi
oleh moral yang luhur dalam pelaksanaannya dan penyelenggaraan negara, maka tentu saja
hukum tidak akan mencapai suatu keadilan bagi kehidupan kemanusian. Selain itu, secara
kausalitas bahwa nilai-nilai pancasila adalah berifat objektif dan subjektif. Artinya esensi
nilai-nilai pancasila adalah universal yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan.
Sehingga memungkinkan dapat diterapkan pada Negara lain yang mungkin saja
namanya bukan pancasila. Artinya jika suatu Negara menggunakan prinsip filosofi bahwa
negara berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan, maka
negara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai sila-sila pancasila.
Nilai-nilai pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:

9
1) Rumusan dari sila-sila pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat yang terdalam
menunjukkan adanya sifatsifat umum universal dan abstrak, karena merupakan suatu
nilai.
2) Inti dari nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia dan mungkin juga pada bangsa lain baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan,
kenegaraan, maupun dalam kehidupan keagamaan.
3) Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah fundamental negara sehingga merupakan suatu
sumber hukum positif di Indonesia. Oleh karena itu dalam hirarki suatu tertib hukum
Indonesia berkedudukan sebagai tertib hukum yang tertinggi. Maka secara objektif tidak
dapat diubah secara hukum sehingga terlekat pada kelangsungan hidup negara. Sebagai
konsekuensinya jika nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
itu diubah maka sama halnya dengan pembubaran negara sesuai dengan proklamasi 1945,
hal ini sebagaimana terkandung di dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966,
diperkuat Tap. No. V/MPR/1973. Jo. Tap. No. IX/MPR/1978.
Sebaliknya nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan nilai-nilai
pancasila itu bergantung atau melekat pada bangsa Indonesia sendiri. Pengertian itu dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia sebagai
bangsa kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil pemikiran, penilaian kritis,
serta hasil refleksi fiosofis bangsa Indonesia.
2) Nilai-nilai pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia sehingga
merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas nilai kebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara
3) Nilai-nilai pancasila di dalamnya terkandung ke nilai-nilai kerohanian yaitu nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan nilai religius yang
manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada
kepribadian bangsa Indonesia itu sendiri(Amri et al., 2018) .

10
D. PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU
Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri, maka Pancasila mempunyai
fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Fungsi dan peranan itu terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Itulah
sebabnya, Pancasila memiliki berbagai predikat sebagai sebutan nama yang menggambarkan
fungsi dan peranannya.
Pancasila sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan bernegara. Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945
diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan
demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
Penyelenggaraan negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional dalam segala
aspek kehidupan bangsa, oleh penyelenggara negara, bersama-sama segenap rakyat Indonesia
di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Pembangunan nasional merupakan usaha
peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan,
berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.
Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai-nilai luhur yang
universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan,
sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya. Pancasila sebagai ideologi negara
merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya dan agama dari bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia mengakomodir seluruh aktivitas
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, demikian pula halnya dalam aktivitas
ilmiah. Oleh karena itu, perumusan Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu bagi aktivitas
ilmiah di Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat niscaya.
Sebab, pengembangan ilmu yang terlepas dari nilai ideologi bangsa, justru dapat
mengakibatkan sekularisme, seperti yang terjadi pada zaman Renaissance di Eropa. Bangsa
Indonesia memiliki akar budaya dan religi yang kuat dan tumbuh sejak lama dalam kehidupan
masyarakat sehingga manakala pengembangan ilmu tidak berakar pada ideologi bangsa, sama
halnya dengan membiarkan ilmu berkembang tanpa arah dan orientasi yang jelas. (Dikti,
2016;196- 197) Dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu di Indonesia, maka perlu dikaji
kebenaran yang khas menurut Pancasila terlebih dahulu.

11
Sebab Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara akan selalu menjadi
ukuran bagi setiap sikap dan perbuatan, termasuk kegiatan para ilmuwan dengan produk
ilmunya. Terkait dengan masalah kebenaran, sejak dahulu selalu menyertai setiap kegiatan
ilmiah. Hal yang demikian ini karena pada ilmu, baik sebagai satu sistem maupun proses
senantiasa ditujukan untuk mencapai kebenaran.
Secara historis dapat diketahui, bahwa dalam hal kebenaran sudah ada tiga paham
tradisional yang besar, yaitu paham koherensi, korepondensi, dan pragmatik. Tetapi timbul
masalah lain, yaitu seandainya hendak berpikir secara sistematik sekaligus sintetik, maka
kiranya ketiga macam paham tersebut dapat dipadukan dalam satu kerangka yang seluas-
luasnya. Sehingga diharapkan dapat merangkum segenap paham yang lain.

KESIMPULAN
Pancasila sebagai ideologi adalah bahwa Pancasila memiliki peran penting sebagai
landasan atau falsafah negara Indonesia. Sebagai ideologi, Pancasila mencerminkan prinsip-
prinsip dasar yang menjadi panduan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti
keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan. Pancasila sangat penting dalam
membangun kesatuan, keadilan, dan kemajuan bagi masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat merupakan landasan ideologi Indonesia yang
menggambarkan nilai-nilai dasar bagi bangsa tersebut. Pancasila sebagai filsafat dapat
merangkum bahwa Pancasila mempromosikan nilai-nilai seperti ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pancasila terus menjadi landasan bagi pembangunan nasional, keadilan
sosial, dan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Pancasila, sebagai sistem etika Indonesia, menekankan lima prinsip dasar: Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kesimpulannya, Pancasila sebagai sistem etika
mencerminkan nilai-nilai moral, keadilan, persatuan, demokrasi, dan kesejahteraan sosial
dalam konteks Indonesia.
Pancasila memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu karena menyediakan
kerangka nilai-nilai dasar yang mendorong keadilan, persatuan, kemanusiaan, demokrasi, dan
kebenaran. Nilai-nilai ini memberikan landasan moral dan etika yang membantu memandu
pengembangan ilmu pengetahuan agar berkontribusi pada kesejahteraan sosial, keadilan.
12
DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. R., Tetap, D., Akbid, Y., Palopo, M., Korespondensi, A., Pajalesang, P., Blok, P.,
& Palopo, A. K. (2018). JURNAL VOICE OF MIDWIFERY PANCASILA SEBAGAI
SISTEM ETIKA PANCASILA as an ETHICAL SYSTEM (Vol. 08, Issue 01).
Bermasyarakat, K., Bernegara, B. D. A. N., & Asatawa, I. P. A. R. I. (2017). Pancasila
Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa Dan
Bernegara. 16.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/b4831d29bd3256b8df5aab2c5
0702326.pdf
PANCASILA SEBAGAI. (n.d.).
Safitri, R. (n.d.). KONSEP PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.

13

Anda mungkin juga menyukai