Anda di halaman 1dari 12

BAB 2 - Bagian IV

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti,
memahami, dan menghayati Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian dan makna ideologi bagi bangsa dan negara
2. Menjelaskan dan membedakan macam ideologi
3. Menjelaskan makna dan peranan ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara

A. Pengertian dan Makna Ideologi bagi Bangsa dan Negara


1. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata ’idea’ dari bahasa Yunani ’eidos’, yang berarti
’gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita’ dan logos yang berarti ilmu. Kata ”eidos”
berasal dari bahasa Yunani yang artinya bentuk.. Ada lagi kata ”idein” yang artinya
melihat. Secara harfiah, ideologi dapat diartikan ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the
science of ideas) atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar (Ma’mur, 2005: 1-2).
Pengertian lain secara harfiah, ideologi berarti ”a system of idea” suatu rangkaian
ide yang terpadu menjadi satu. Dalam penggunaannya, istilah ini dipakai secara khas
dalam bidang politik untuk menunjukkan ”seperangkat nilai yang terpadu, berkenaan
dengan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”( Moerdiono, 1991:373-374).
Ideologi juga dapat diartikan suatu gagasan yang berdasarkan ide tertentu
(Darmodiharjo, 1984: 47-48). Apabila ada suatu gagasan yang menjadi pedoman bagi
suatu tindakan tertentu, hal ini disebut ideologi. Jadi suatu gagasan yang merupakan suatu
pedoman aksi biasanya disebut Ideologi. Ideologi telah merupakan rangkman gagasan.
Pada umumnya ideologi erat kaitannya dengan politik sehingga sering kia dengar adanya

85
ideologi politik. Erat hubungannya dengan politik ini adalah ideologi nasional, ideologi
bangsa.
Secara umum ideologi adalah seperangkat gagasan atau pemikiran yang
berorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur. Dalam
ideologi terkandung tiga unsur, yaitu (1) adanya suatu penafsiran atau pemahaman
terhadap kenyataan; (2) memuat seperangkat nilai-nilai atau preskripsi moral; dan (3)
memuat suatu orientasi suatu tindakan, ideologi merupakan sustu pedoman kegiatan
untuk mewujudkan nilai-nilai yang termuat ddi dalamnya ( Sastrapratedja, 1991:142)
Mubyarto ( 1991:239) mendefinisikan bahwa ideologi adalah sejumlah doktrin,
kepercayaan dan simbol-simbol masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan
dan pedoman kerja (atau perjuangan) untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu.
Oesman dan Alfian (1991: 6) memaknai bahwa ideologi berintikan serangkaian
nilai (norma) atau sitem nilai dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang
dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau
pandangan hidup mereka. Melalui rankaian atau sistem nilai dasar ini mereka mengetahui
bagaimana cara yang paling bail, yaitu secara moral atau normatif dianggap benar dan
adil, dalam bersikap dan bertingkah laku untuk memelihara, mempertahankan dan
membangun kehidupan duniawi bersama dengan berbagai dimensinya.
Menurut Wibisono (dalam Pasha, 2003: 138) bahwa unsur ideologi ada tiga, yaitu
(a) keyakinan, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menunjuk adanya gagasan-gagasan
vital yang sudah diyakini kebenarannya untuk dijadikan dasar dan arah strategik bagi
tercapainya tujuan yang telah ditentukan; (b) mitos, dalam arti bahwa setiap kosep
ideologi selalu memitoskan suatu ajaran yang secara optimik dan determistik pasti akan
menjamin tercapanya tujuan melalui cara-cara yang telah ditentukan pula; (c) loyalitas,
dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menuntut keterlibatan optimal atas dasar loyalitas
dari para subjek pendukungnya.
Poespowardojo (1991: 22) mengemukakan bahwa ideologi dipahami sebagai
keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai dan keyakinan yang ingin diwujudkan secara
konkrit dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

86
2. Makna Ideologi bagi Bangsa dan Negara
Makna ideologi Pancasila adalah sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita,
keyakinan dan nilai bangsa Indonesia yang secara normatif perlu diwujudkan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ( Poespowardojo, 1991 :46).
Menurut Oesman dan Alfian (1991: 6), bahwa bagi suatu bangsa dan negara
ideologi adalah wawasan, pandangan hidup atau falsafah kebangsaan dan
kenegaraannya.Oleh karenaitu ideologi mereka menjawab secara meyakinkan pertanyaan
mengapa dan untuk apa mereka menjadi satu bangsa dan mendirikan negara. Sealan
dengan itu ideologi adalah landasan dan sekaligus tujuan dalam kehidupan bermasyaraka,
berbangsa dan bernegara mereka dengan berbagai dimensinya. Sebagai ideologi nasional
Pancasila mengandung sifat itu.
Pancasila dinyatakan sebagai ideologi negara Republik Indonesia dengan tujuan
bahwa segala sesuatu dalam bidang pemerintahan ataupun semua yang berhubungan
dengan hidup kenegaraan harus dilandasi dalam titik tolaknya, dibatasi dalam gerak
pelaksanaannya, dan diarahkan dalam mencapai tujuannya dengan Pancasila (Bakry
(1985: 42).
Menurut Poespowardojo (1991 :48) ideologi mempunyai beberapa fungsi, yakni
memberikan :
a. struktur kognitif, ialah keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan
untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian dalam alam
sekitarnya.
b. orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memeberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia
c. norma-norma yang menjadi pedoman dan pandangan hidup seseorang untk
melangkah dan bertindak
d. bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya
e. kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan

87
f. pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta
memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung di dalamnya.
Poespowardojo (1991:51) lebih lanjut menguraikan bahwa Pancasila
sebagai ideologi memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
a. Pancasila sebagai Ideologi Persatuan
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogin, serba kemajemukan,
terdiri dari berbagai suku bangsa. Masyarakat Indonesia bersifat multi etnis, multi
religius, dan multi ideologis. Peranan Pancasila yang menonjol sejak permulaan
penyelenggaraan negara Republik Indonesia adalah fungsinya dalam
mempersatukan seluruh rakyat Indonesia menjadi bangsa yang berkepribadian
dan percaya pada diri sendiri.
Berdasarkan situasi bangsa yang demikian, maka masalah pokok yang
pertama-tama harus diatasi pada masa awal kemerdekaan adalah bagaimana
menggalang persatuan dan kekuatan bangsa yang sangat dibutuhkan untuk
mengawali penyelenggaraan negara. Dengan perkataan lain Nation and Character
Building merupakan prasarat dan tugas utama yang harus dilaksanakan. Dalam
konteks politik inilah Pancasila dipersepsikan sebagai ideologi persatuan.
Pancasila diharapkan mampu memberikan jaminan akan terwujudnya misi politik
itu karena merupakan hasil rujukan nasional, dimana masing-masing kekuatan
sosial masyarakat merasa terikat dan ikut bertanggung jawab atas masa depan
bangsa dan negaranya. Dengan demikian Pancasila berfungsi pula sebagai acuan
bersama, baik dalam memecahkan perbedaan serta pertentangan politik di antara
golongan dan kekuatan politik, maupun dalam memagari seluruh unsur dan
kekuatan politik untuk bermain di dalam lapangan yang disediakan oleh Pancasila
dan tidak melanggar dengan keluar pagar (Poespowardojo, 1991: 52).

b. Pancasila sebagai Ideologi Pembangunan


Dalam penyelenggaran hidup bermasyarakat , berbangsa dan bernegara,
Pancasila semakin jelas disadari sebagai etika sosial yang mampu memberikan
kaidah-kaidah penting bagi pembangunan yang sedang dilaksanakan.

88
Pancasila bukan saja berfungsi sebagai pagar atau wasit dalam pecaturan
politik, melainkan memberikan orientasi dalam pembangunan, wawasan ke depan
dengan konsep-konsep yang secara substansial dieksplisitasikan dari nilai-nilai
dasar dari lima sila.
Menurut Husodo (2006:16) keberhasilan Pancasila sebagai suatu ideologi,
akan diukur dari terwujudnya kemajuan yang pesat, kesejahteraan yang tinggi,
dan persatuan yang mantap dari seluruh rakyat Indonesia. Negara kita yang belum
mampu meningkatkan kualitas hidup rakyat, telah pula menjadi penyebab
merosotnya kepercayaan sebagian masyarakat pada ideologi negara Pancasila.
Karena di waktu yang lalu, Pancasila melalui penataran P4 juga dianggap telah
digunakan untuk melestarikan kekuasaan, maka runtuhnya kekuasaan telah pula
menurunkan kepercayaan sebagian masyaraat pada Pancasila.

c. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Untuk menjawab tantangan bangsa Indonesia yang semakin kompleks,
maka Pancasila perlu tampil sebagai ideologi terbuka, karena ketertutupan hanya
membawa kepada kemandegan. Keterbukaan bukan berarti mengubah nilai-nilai
dasar Pancasila, tetapi mengeksplisitkan wawasannya secara lebih konkrit,
sehingga memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-
masalah baru.
Menurut Alfian (1991, 192) kekuatan suatu ideologi tergantung pada
kualias tiga dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu sendiri, yakni :
a. dimensi realita, bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut
secara riil berakar dalam dan/hidup dalam masyarakat atau bangsanya, teruama
karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman
sejarahnya (menjadi volkgeist/jiwa bangsa);
b. dimensi idealisme, bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme
yang memberi harapan tentag masa depan yang lebih baik melalui pengalaman
dalam prakik kehidupan bersama sehari-hari dengan berbagai dimensinya;
c. dimensi fleksibilitas/dimensi pengembangan, artinya ideologi tersebut memiliki
keluwesan yang memungkinkan dan merangsang pengembangan pemikiran-

89
pemikiran baru yang relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan
aau mengingkari hakikat atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.

B. Macam-macam ideologi
1. Liberalisme
Liberalisme dari kata liberalis (kata Latin) yang merupakan kata turunan dari
liber yang berarti bebas, merdeka, tak terikat, tak tergantung. Ideologi ini
mementingkan kebebasan perseorangan, ia terpantul dalam apek segala kehidupan.
Berpangkal tolak dari anggapan bahwa kebahagiaan perseorangan akan dapat pula
terwujud menjadi kebahagaan masyarakat, tidaklah mengherankan kemudian paham
ini berkembang atau bervariasi menjadi pragmatisme; yang berguna bagi
perseorangan adalah baik. Seseorang mengejar apa yang dianggapnya terbaik yang
barangkali akibatnya akan merugikan orang lain (Darmodiharjo, 1984: 58).
Liberalisme merupakan paham atau ajaran yang mengagungkan kebebasan
individu.
Dalam ajaran liberalisme manusia pada hakikatnya adalah makhluq individu yang
bebas, pribadi yang utuh dan lengkap serta terlepas dari manusia lainnya sehingga
keberadaan individu lebih penting dari masyarakat. Dan fungsi Negara adalah untuk
menjaga supaya kebebasan individu terjamin dalam mengejar tujuan-tujuan
pribadinya, untuk masalah keyakinan atau agama pada Negara liberalisme menganut
faham sekuler (http://koesjreng.blogspot.com/2008/12/macam-macam-ideologi).
Beberapa pokok pemikiran yang terkandung di dalam konsep liberalisme, adalah
(1) inti pemikiran kebebasan individu (2) perkembangannya, berkembang sebagai
respons terhadap pola kekuasaan negara yang absolut, pada tumbuhnya negara
otoriter yang disertai dengan pembatasan ketat melalui berbagai undang-undang dan
peraturan terhadap warganegara; (3) landasan pemikirannya adalah bahwa manusia
pada hakikatnya adalah baik dan berbudi-pekerti, tanpa harus diadakannya pola-pola
pengaturan yang ketat dan bersifat memaksa terhadapnya (4) sistem pemerintahan
harus demokrasi (http://abasozora.wordpress.com/2008/11/15/a).

2. Komunisme

90
Ideologi Komunis menurut Darmodharjo (1984: 65-67) memiliki beberapa ciri
khusus, seperti:
a) ateisme, artinya pengenut ini tidak percaya adanya Tuhan dalam arti bahwa
kehidupan manusia berdasarkan atas suatu evolusi. Kehidupan ini ditentukan oleh
hukum-hukum kehidupan tertentu. Agama dimusuhi, agama dianggap sebagai
penghalang kemajuan. Agama memelihara kekolotan. Bahkan para pengikutnya
diperkenankan atau dianjurkan untuk bersikap anti agama.
b) dogmatisme, tidak mempercayai pikiran orang lain, artinya ajaran-ajaran yang
baku berdasarkan atas pikiran Marx-Engels harus diterima begitu saja.
c) otoritas, pelaksanaan politik berdasarkan kekerasan,
d) pengkhianatan terhadap HAM, tidak mengakui adanya hak-hak asasi mansia,
hanya partai yang mempunyai hak.
e) diktator, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh partai komunis, golongan lain
dilenyapkan.
f) interpretasi ekonomi, sistem ekonomi diatur secara sentralistik, artinya pengaturan
dan penguasaan ekonomi diatur oleh pusat. Negara mengambil alih semua
kekuasaan dan pengaturan ekonomi.
Gelombang komunisme abad kedua puluh ini, tidak bisa dilepaskan dari
kehadiran Partai Bolshevik di Rusia. Gerakan-gerakan komunisme international yang
tumbuh sampai sekarang boleh dikatakan merupakan perkembangan dari Partai
Bolshevik yang didirikan oleh Lenin. Beberapa hal yang terkait dengan komunisme
seperti (1) inti pemikiran: perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas
dimasyarakat, sehingga negara hanya sasaran antara; (2) landasan pemikirannya
meliputi (a) penolakan situasi dan kondisi masa lampau, baik secara tegas ataupun
tidak; (b) analisa yang cendrung negatif terhadap situasi dan kondisi yang ada;(c)
berisi resep perbaikan untuk masa depan; (d) rencana-rencana tindakan jangka pendek
yang memungkinkan terwujudnya tujuan-tujuan yang berbeda-beda; (3)sistem
pemerintahan(hanya)otoriter/totaliter/dictator(http://abasozora.wordpress.com/2008/1
1/15/a/)

3. Fasisme

91
Fasisme merupakan sebuah ideologi yang berusaha menghidupkan kembali
kehidupan social, ekonomi dan budaya dari negara dengan berlandaskan pada asas
nasionalisme yang tinggi, dengan cirri-ciri (1) tidak setuju dengan kemapanan yang
anti perubahan (konservatifme); (2) selalu mengangkat kembali kenangan kejayaan
masa lalu; (3) selalu muncul ketika Negara mengalami krisis http://koesjreng.
blogspot. com/2008/12).
Berdasarkan pendapat Darmodiharjo (1984:75) Fasisme yang berkembang di
Jerman menjadi Naziisme, memiliki beberapa ciri khas, antara lain:
a. Rasialisme, pengikut ideologi ini tidak bebas berpikir terhadap ideologi itu
sendiri. Semua orang harus tunduk pada pikiran yang telah diletakkan oleh
ideologi. Dogma yang diletakkan oleh pelaksana ideologi, baik di Jerman maupun
di Italia harus diikuti dengan patuh tanpa kritik dari mana pun datangnya.
b. Diktator, ajaran ini dogmatis, kritik dianggap suatu kejahatan. Perlawanan
terhadap ajaran dan kekuasaan pemerintah dimusnahkan dengan cara kekerasan.
Cara-cara demokratis tidak dikenal. Pemerintahan dilakukan oleh sekelompok
kecil orang. Pemerintahan dikuasai oleh partai penguasa dengan kekuasaan yang
besar sekali.
c. Imperialisme, atas dasar ideologi mereka melakukan penguasaan atas bangsa lain.
Akibatnya imperalisme adalah suatu akibat logis dari paham yang rasialistis itu.

Semboyan fasisme, adalah “Crediere, Obediere, Combattere” (yakinlah,


tunduklah, berjuanglah). Berkembang di Italia, antara tahun 1992-1943. setelah
Benito Musolini terbunuh tahun 1943, fasisme di Italia berakhir. Demikian pula
Nazisme di Jerman. Namun, sebagai suatu bentuk ideology, fasisme tetap ada.
Fasisme banyak kemiripannya dengan teori pemikiran Machiavelistis dari Niccolo
Machiavelli, yang menegaskan bahwa negara dan pemerintah perelu bertindak keras
agar “ditakuti” oleh rakyat. fasisme di Italis (=Nazisme di Jerman), sebagai system
pemerintahan otoriter dictator memang berhasil menyelamatkan Italia pada masa itu
(1922-1943) dari anarkisme dan dari komunism. Walaupun begitu, kenyataannya
adalah, bahwa fasisme telah menginjak-nginjak demokrasi dan hak asasi. Beberapa
ciri fasisme adalah (1) inti pemikiran : negara diperlukan untuk

92
mengaturmasyarakat(2) filsafat : rakyat diperintah dengan cara-cara yang membuat
mereka takut dan dengan demikian patuh kepada pemerintah. Lalu, pemerintah yang
mengatur segalanya mengenai apa yang diperlukan dan apa yang tidak diperlukan
oleh rakyat; (3) landasan pemikiran : suatu bangsa perlu mempunyai pemerintahan
yang kuat dan berwibawa sepenuhnya atas berbagai kepentingan rakyat dan dalam
hubungannya dengan bangsa-bangsa lain. oleh karena itu, kekuasaan negara perlu
dipegang koalisi sipil dengan militer yaitu partai yang berkuasa (fasis di Italia, Nazi
di Jerman, Peronista di Argentina) bersama-sama pihak angkatan bersenjata; (4)
system pemerintahan (harus) : otoriter (http://abasozora.ordpress.com/2008/11/15/a/).

4.Marxisme
Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara
revolusi Prancis dan revolusi Proletar Rusia tahun 1917. Untuk memahami Marxisme
sebagai satu ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan
komunisme di Uni Soviet maupun di bagian dunia lainnya, barangkali perlu
mengetahui terlebih dahulu kerangka histories Marxisme itu sendiri.
Marxisme, tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan
Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan akar-
akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi
masyarakat agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam
mengembangkan pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjdai pusat ekonomi
dunia, dan adanya kenyataan di mana Inggris Raya berhasil menciptakan model
perkembangan ekonomi dan demokrasi politik. Tiga hal yang merupakan komponen
dasar dari Marxisme adalah (1) filsafat dialectical and historical materialism (2)
sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja dari
David Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790) (3) menyangkut teori negara dan
teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep perjuangan kelas. Konsep ini
dipandang mampu membawa masyarakat kearahkomunitaskelas.Dalam teori yang
dikembangkannya, Marx memang meminjam metode dialektika Hegel. Menurut
metode tersebut, perubahan-perubahan dalam pemikiran, sifat dan bahkan perubahan
masyarakat itu sendiri berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tesis (affirmation),

93
antitesis (negation), dan sintesisI (unification). Dalam hubungan ini Marx cendrung
mendasarkan pemikiran kepada argumentasi Hegel yang menandaskan bahwa
kontradiksi dan konflik dari berbagai hal yang saling berlawanan satu sama lain
sebenarnya bisa membawa pergeseran kehidupan social-politik dari tingkat yang
sebelumnya ke tingkat yang lebih tinggi. Selain dari itu, suatu tingkat kemajuan akan
bisa dicapai dengan jalan menghancurkan hal-hal yang lama dan sekaligus
memunculkan hal-hal yang baru (http://abasozora. wordpress. com/2008/11/15/a/)

5. Ideologi Pancasila
Bangsa Indonesia yang beraneka ragam suku dan kebudayaan, dengan ideologi
Pancasila dapat hidup serasi, persatuan dan kesatuan bangsa dapat dijaga. Negara
Indonesia yang berdasarkan Pancasila bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil
dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Negara memberikan kebebasan kepada warga negaraya untuk memilih agama dan
beribadat sesuai dengan keyakinannya. Di negara Indonesia manusia diakui dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Bangsa Indonesia hendaknya menempatkan persatuan, kesatuan serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan
golongan. Nilai-nilai demokrasi dijunjung tinggi, sehingga tidak dibenarkan
memaksakan kehendak kepada pihak lain. Di sampng itu juga dikembangkan
perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana keeluargaan
dan kegotong-royongan guna menciptakan keadilan sosial dalam masyarakat
Indonesia.

C. Makna dan Peranan Ideologi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Dalam menjabarkan nilai-nila dasar Pancasila menjadi semakin operasional dan
dengan demikian semakin menunjukkan fungsinya bagi bangsa Indonesia dalam
menghadapi berbagai masalah dan tantangan dewasa ini, perlu diperhatikan beberapa
dimensi yang menunjukkan ciri khas dalam orientasi Pancasila. Menurut
Pospowardojo ( 1991: 59-60) ada tiga dimensi sekurang-kurangnya. Pertama dimensi
teleologis, yang menunjukkan bahwa pembangunan mempunyai tujuan yaitu

94
mewujudkan cita-cita proklamasi 1945. Hidup bukanlah ditentukan oleh nasib, tetapi
tergantung pada rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan usaha manusia. Dengan demikian
dimensi ini menimbulkan dinamika dalam kehidupan banga. Kehidupan manusia
tidak ditentukan oleh keharusan sejarah yang tergantung pada kekuatan produksi,
sebagaimana dikemukakan pandangan Marxisme. Manusia terlalu tinggi derajatnya
untuk untuk sepenuhnya ditentukan semata-mata oleh faktor-faktor ekonomi.
Manusia mempunyai cita-cita, mempunyai semangat dan mempunyai niat atau pun
tekad. Oleh karena manusia mampu mewujudkan cita-cita, semangat, niat maupun
tekadnya itu ke dalam kenyataan dengan daya kreasinya.
Dimensi kedua adalah dimensi etis. Ciri ini menunjukkan bahwa dalam Pancasila
manusia dan martabat manusia kedudukan yang sentral. Seluruh proses pembangunan
diarahkan untuk mengangkat derajat manusia, melalui penciptaan mutu kehidupan
yang manusiawi. Ini berarti bahwa pembangunan, yang manusiawi hars mewujudkan
keadilan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Di lain pihak manusia pun
dituntut untuk bertanggung jawab atas usaha dan pilihan yang ditentukannya.
Dimensi etis menuntut pembangunan yang bertanggung jawab.
Dimensi ketiga adalah dimensi integral-integratif. Dimensi ini menempatkan
manusia tidak secara individualis, melainkan dalam konteks strukturnya. Manusia
adalah pribadi, namun juga merpakan relasi. Oleh karena itu manusia harus dilihat
dari keseluruhan sistem, yang meliputi mayarakat, dunia dan lingkungannya.
Pembangunan diarahkan bukan saja kepada peningkatan kualitas manusia, melainkan
juga kepada peningkatan kualitas strukturnya. Hanya dengan wawasan wawasan yang
utuh demikian itu keseimbangan hidup bisa terjamin.
Bakry (1985: 42) mengemukakan bahwa Pancasila dinyatakan sebagai ideologi
negara Republik Indonesia dengan tujuan bahwa segala sesuatu dalam bidang
pemerintahan ataupun semua ayang berhubungan dengan hidup kenegaraan harus
dilandasi dalam titik tolaknya, dibatasi degan gerak pelaksanaannya, dan diarahkan
dalam mencapai tujuannya dengan Pancasila.
Sesuai dengan semangat yang terbaca dalam Pembukaan UUD 1945, Ideologi
Pancasila yang merupakan dasar negara itu berfungsi dalam menggambarkan tujuan
negara RI maupun dalam proses pencapaian tujuan negara tesebut. Ini berarti bahwa

95
tujuan negara yang secara material dirumuskan sebagai ”melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” harus
mengarah kepada terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur dan sejahtera sesuai
dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila. Demikian pula proses pencapaian tujuan
tersebut dan perwujudannya melalui perencanaan, kebijaksanaan dan keputusan
politikharus tetap memperhatikan dan bahkan merealisasikan dimensi-dimensi yang
mencerminkan watak dan ciri Pancasila ((Poespowardojo, 1991:45-46).
Kesimpulan:

Pancasila sebagai ideologi bagi bangsa Indonesia telah ditetapkan sejak tahun
1945. Seluruh bangsa Indonesia berkomitmen kuat untuk tetap dan terus memakai
pancasila sebagai ideologi negara selama negara Indonesia ada. Ideologi merupakan
hal yang petnting bagi suatu negara karena berfungsi sebagai pandangan hidup dan
petunjuk arah hidup suatu negara.

Tugas / Latihan :
1. Jelaskan pengertian dan makna ideologi bagi bangsa dan negara
2. Jelaskan dan membedakan macam ideologi
3. Jelaskan makna dan peranan ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara

DAFTAR PUSTAKA

https://jihankhalel.blogspot,com/2016/10/nilai-moral-dan-norma-
pancasila.html?m=1

https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2015/11/kedudukan-dan-fungsi-
pancasila.html?m=1

http://mymirfanberbagi.blogspot.com/2016/10/perbandingan-ideologi-
pancasila-dengan.htnl

96

Anda mungkin juga menyukai