Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

MATAKULIAH
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

oleh:
ASNAWI, SH,. MH

Semester

Pertemuan ke 4

NAMA

UNIVERSITAS BINA BANGSA


2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya sehingga
dalam Materi Matakuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran Pertemuan ke. 4
dapat menyelesaikan yang berjudul Pancasila Sebagai Ideologi Negara. dalam
materi ini kita membahas tentang ideology Pancasila sebagai Ideologi Nasional
Bangsa Indonesia dan perbandingan dengan Ideologi Lainnya. Secara historis,
pengertian ideologi mengalami perubahan dari masa ke masa. Untuk itu, di sini
diuraikan pengertian awal ideologi dan perubahan-perubahan makna yang terjadi
berikutnya dan bahasan-bahasan tentang ideologi lainnya.

Pada pembahasan materi ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa


terutama pada mahasiswa yang mengikuti matakuliah ini, dan pembaca pada
umumnya untuk Implementasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbangsa,
bernegara untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam mempelajari bahasan ini.

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa materi ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu, saya dengan senang hati akan menerima
kritik dan saran untuk menyempurnakan materi ini.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ideologi Negara Indonesia adalah Pancasila. Ideologi pancasila ini dijadikan


sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan negara
Indonesia dalam berbagai aspek. Dengan ideologi inilah bangsa Indonesia bisa
mencapai kemerdekaan dan bertambah maju baik dari potensi sumber daya alam
maupun sumber daya manusianya. Pancasila sebagai ideologi nasional artinya
Pancasila merupakan kumpulan atau seperangkat nilai yang diyakini kebenaranya
oleh pemerintah dan rakyat Indonesia dan digunakan oleh bangsa Indonesia untuk
menata atau mengatur masyarakat Indonesia atau berwujud Ideologi yang dianut oleh
negara (pemerintah dan rakyat) Indonesia secara keseluruhan, bukan milik
perseorangan atau golongan tertentu atau masyarakat tertentu saja, namun milik
bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Permasalahan tentang Ideologi Pancasila bukan hanya sebuah permasalahan


yang berkadar kefilsafatan karena bersifat cita-cita dan normatif namun juga bersifat
praksis karena menyangkut operasionalisasi dan strategi. Hal ini karena ideologi
Pancasila juga menyangkut hal-hal yang mendasarkan suatu ajaran yang menyeluruh
tentang makna dan nilai-nilai hidup, ditentukan secara kongkrit bagaimana manusia
harus bertindak.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada pembahasan ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana Pengertian Ideologi?
2. Bagaimana Kekuatan Ideologi?
3. Bagaimana Makna Ideologi bagi Negara?
4. Bagaimana Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Negara lain?
5. Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Ideologi


2. Untuk mengetahui makna Ideologi bagi suatu negara
3. Untuk mengtahui perbandingan ideologi pancasila dengan ideologi lainnya
4. Untuk mengetahui pancasila sebagai ideology terbuka.
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ideologi


Secara etimologi istilah ideologi berasal dari kata idea1 yang berarti gagasan,
konsep, pengertian dasar, cita-cita, dan logos yang berarti Ilmu dan kata idea berasal
dari bahasa yunani eidos yang artinya bentuk. Di samping itu ada kata idein yang
artinya melihat. Maka secara harfiah, ideologi adalah ilmu atau pengertian-pengertian
dasar.
Dalam pengertian sehari-hari, ide disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-
cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga
cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham.
Memang pada hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan
satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena atas dasar landasan, asas atau dasar yang telah
ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang idea-idea,
pengertian dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita.
Apabila ditelusuri secara historis istilah ideologi pertama kali dipakai dan
dikemukakan oleh seorang perancis, Destut de Tracy, pada tahun 1976. Seperti
halnya Leibniz, de Tracy mempunyai cita-cita untuk membanggun suatu sistem
pengetahuan. Apabila Leibniz menyebutkan impiannya sebagai one great system of
trunth dimana tergabung segala cabang ilmu dan segala kebenaran ilmiah, mak De
Tracy menyebutkanideologie yaitu scieence of ideas, suatu program yang diharapkan
dapat membawa perobahan Internasional dalam masyarakat perancis. Namun
Napoleon mencemoohkannya sebagai khayalan belaka, yang tidak mempunyai arti
praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan menemukan
kenyataan.
Sedangkan secara terminologi, menurut Soerjanto Poespowardjojo, ideologi
adalah suatu pilihan yang jelas dan membawa komitmen untuk
1
Syahrial Syarbini, Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa.Jakarta,Ghalia Indonesia, 2002, hlm 49.
mewujudkannya. Sejalan dengan itu, Sastrapratedja mengemukakan bahwa ideologi
memuat orientasi pada tindakan. Ia merupakan pedoman kegiatan untuk mewujudkan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Persepsi yang menyertai orientasi, pedoman dan komitmen berperan penting
sekali dalam mewarnai sikap dan tingkah laku ketika melakukan tindakan, kegiatan
atau perbuaan dalam rangka mewujudkan atau merealisasikan nilai-nilai yang
terkandung di dalam ideologi tersebut. Logikanya, suatu ideologi menuntut kepada
mereka yang meyakini kebenarannya untuk memiliki persepsi, sikap dan tingkah laku
yang sesuai, wajar dan sehat tentang dirinya, tidak lebih dan tidak kurang. Karena,
melalui itulah dapat diharapkan akan lahir dan berkembang sikap dan tingkah laku
yang pas dan tepat dalam proses perwujudannya dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Sastrapratedja di atas, maka
ideologi memiliki kecenderungan untuk doktriner, terutama karena ia berorientasi
pada tindakan atau perbuatan untuk merealiasikan nilai-nilainya. Meskipun
kecenderungan doktriner itu tidak selalu bermakna negatif, kemungkinan doktriner
itu tidak selalu bermakna negatif, kemungkinan ke arah itu selalu terbuka. Obsesi
atau komitmen yang berlebihan terhadap ideologi, biasanya merangsang orang untuk
berpersepsi, bersikap dan bertingkah laku sangat doktriner, dan ini jelas sangat keliru.

2.2 MAKNA IDEOLOGI BAGI NEGARA


Pada hakikatnya ideologi adalah merupakan hasil reflesi manusia berkat
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat
suatu yang bersifat dialektis antara ideologi 2 dengan masyarat negara. Di suatu pihak
membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat
mendekati bentuk yang ideal. Idologi mencerminkan cara berpikir masyarakat,
bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya.

2
ibid, 2002, hlm 52-53.
Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksestensi suatu bangsa dan
negara untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembanggunan. Hal ini
disebabkan dalam ideologi terkandung suatu oreantasi praktis3

2.3 PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN IDEOLOGI LAINNYA


Berikut beberapa perbandingan ideologi Pancasila dengan ideologi lain dalam
beberapa aspek, yaitu:

1. Politik Hukum
1. Pancasila > Demokrasi Pancasila, Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan
dan keberadaan individu dan masyarakat.
2. Sosialisme > Demokrasi untuk kolektivitas, Diutamakan kebersamaan,
Masyarakat sama dengan negara.
3. Komunisme > Demokrasi rakyat, Berkuasa mutlak satu parpol, Hukum untuk
melanggengkan komunis.
4. Liberalisme > Demokrasi liberal, Hukum untuk melindungi individu, Dalam
politik mementingkan individu.

2. Ekonomi
1. Pancasila > Peran negara ada untuk tidak terjadi monopoli dll yang
merugikan rakyat.
2. Sosialisme > Peran negara kecil, Kapitalisme, Monopolisme.
3. Komunisme > Peran negara dominan, Demi kolektivitas berarti demi Negara,
Monopoli Negara.
4. Liberalisme > Peran negara kecil, Swasta mendominasi, Kapitalisme,
Monopolisme, Persaingan bebas.

3. Agama
3
Srijanti dkk, Mengembangkan Etika Berwarga Negara. Salemba Empat, Jakarta, 2009, hlm 22
1. Pancasila > Bebas memilih agama, Agama harus menjiwai dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Sosialisme > Agama harus mendorong berkembangnya kebersamaan,
Diutamakan kebersamaan.
3. Komunisme > Agama harus dijauhkan dari masyarakat, Atheis.
4. Liberalisme > Agama urusan pribadi, Bebas beragama (memilih
agama/atheis).

4. Pandangan Terhadap Individu Dan Masyarakat


1. Pancasila > Individu diakui keberadaannya, Hubungan individu dan
masyarakat dilandasi 3S (selaras, serasi, dan seimbang).
2. Sosialisme > Masyarakat lebih penting daripada individu.
3. Komunisme > Individu tidak penting – Masyrakat tidak penting, Kolektivitas
yang dibentuk negara lebih penting.
4. Liberalisme > Individu lebih penting daripada masyarakat, Masyarakat
diabdikan bagi individu.

5. Ciri Khas
1. Pancasila > Demokrasi Pancasila, Bebas memilih agama.
2. Sosialisme > Kebersamaan, Akomodasi.
3. Komunisme > Atheisme, Dogmatis, Otoriter, Ingkar HAM.
4. Liberalisme > Penghargaan atas HAM, Demokrasi, Negara hokum, Menolak
dogmatis.

Berdasarkan sifatnya ideologi Pancasila bersifat terbuka yang berarti senantiasa


mengantisipasi perkembangan aspirasi rakyat sebagai pendukung ideologi serta
menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Ideologi Pancasila senantiasa
merupakan wahana bagi tercapainya tujuan bangsa.

Kedudukan dan fungsi pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya,


misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat
negara Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh
kedudukandan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun
bilamana dikelompokkan maka akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi
Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan
kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang
berakar dari unsur-unsur kebudayaanluar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya
terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bias dilihat dari proses
terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme
karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang
tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan yang diyakini kebenarannya itu
menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan
tingkah laku serta perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak
bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan inilah maka
dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan apa saja yang
akan coba diwujudkan dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para


pendiri negara Republik Indonesia adalah “ atas dasar apakah negara Indonesia
didirikan?” ketika mereka bersidang untuk pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka
menyadari bahwa makna hidup bagi bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya
dan peradaban bangsa Indonesia sendiri yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai
yang dimiliki, diyakini, dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa
dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.

Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar


bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik. Merela menciptakn tata
nilai yang mendukung tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak,
dan cirri masyarakat dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat
dan bangsa lainnya. Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyatan objektif
yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia.

2.4 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA


Ciri khas ideologi terbuka ialah bahwa nilai-nilai, cita-citanya, tidak
dipaksakan, dan luas, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral, dan
budaya masyarakatnya sendiri.
Ideology terbuka adalah ideology yang dapat berinteraksi dengan perkembangan
jaman dan adanya dinamika secara internal.
 Syarat- Syarat Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka - Pancasila dikatakan
sebagai ideologi terbuka, karena telah memenuhi syarat-syarat sebagai Ideologi
terbuka antara lain sebagai berikut:
 Nilai Dasar, adalah nilai dasar yang terdapat dalam pembukaan UUD
1945 yang tidak berubah
 Nilai Instrumen, ialah nila-nilai dari nilai dasar yang dijabarkan lebih
kreatif dan dinamis ke bentuk UUD 1945, ketetapan MPR, dan peraturan
perundang-undangan lainnya
 Nilai Praktis, adalah nilai-nilai yang dilaksanakan di kehidupan sehari-
hari, baik di masyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai praktif bersifat
abstrak, seperti mengormati, kerja sama, dan kerukunan. Hal ini dapat
dioperasionalkan ke bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-
hari.
 Ciri-Ciri Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka - Dalam fungsinya sebagai
Ideologi, pancasila menjadi dasar seluruh aktivitas bangsa Indonesia. Sehingga
pancasila tercermin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ciri-ciri
pancasila sebagai Ideologi terbuka adalah sebagai berikut:
 Pancasila mempunyai pandangan hidup, tujuan dan cita-cita masyarakat
Indonesia yang berasal dari kepribadian masyarakat Indonesia sendiri.
 Pancasila memiliki tekat dalam mengembangkan kreatifitas dan dinamis
untuk mencapai tujuan nasional
 Pengalaman sejarah bangsa Indonesia
 Terjadi atas dasar keinginan bangsa (masyarakat) Indonesia sendiri tanpa
dengan campur tangan atau paksaan dari sekelompok orang.
 Isinya tidak operasional
 Dapat menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab sesuai nilai-
nilai Pancasila.
 Menghargai pluralitas, sehingga diterima oleh semua masyarakat yang
berlatakng belakang dan budaya yang berbeda.

 Faktor Pendorong Pemikiran Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka - Menurut


Moerdiono bahwa terdapat faktor-faktor atau bukti yang mendorong pemikiran
Pancasila sebagai ideologi terbuka antara lain sebagai berikut:
 Proses pembagunan nasional berencana, dinamika mayarakat indonesia
yang berkembang sangat cepat. Sehingga tidak semua permasalahan
kehidupan dapat ditemukan jawabannya secara ideologis.
 Runtuhnya Ideologi tertutup, seperti marxisme-leninisme/komunisme.
 Pengalaman sejarah politik terhadap pengaruh komunisme sangat
penting, karena dari pengaruh ideologi komunisme yang bersifat tertutup,
Pancasila pernah merosot dan kaku. Pancasila tidak tampil sebagai
pedoman, tetapi sebagai senjata konseptual untuk menyerang lawan-
lawan politik. Kebijaksanaan pemerintah disaat itu menjadi absolute.
Akibatnya, perbedaan-perbedaan menjadi alasan untuk secara langsung
dicap sebagai anti Pancasila.
 Tekad untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
KESIMPULAN

3.1 Simpulan

Setiap negara berhak dalam memilih sistem pemerintahannya sendiri, Indonesia


juga pernah menerapkan beberapa sistem pemerintahan. Namun, yang paling cocok
dengan kepribadian bangsa Indonesia adalah ideologi terbuka karena sinkron dengan
sistem pemerintahan yang demokratis yang menjamin kebebasan warga negaranya
dalam mengeluarkan pendapat sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 28.
Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional. Ia
adalah cara pandang dan metode bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai cita-
citanya, yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Pancasila adalah ideologi
kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk kepentingan membangun negara
bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi pedoman dan pegangan bagi tercapainya
persatuan dan kesatuan di kalangan warga bangsa dan membangun pertalian batin
antara warga negara dengan tanah airnya. Pancasila juga merupakan wujud dari
konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara
moderen yang disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia dengan
berdasarkan Pancasila.
Dengan ideologi nasional yang mantap seluruh dinamika sosial, budaya, dan
politik dapat diarahkan untuk menciptakan peluang positif bagi pertumbuhan
kesejahteraan bangsa. Sebenarnya, proses reformasi selama enam tahun belakangan
ini adalah kesempatan emas yang harus dimanfaatkan secara optimal untuk
merevitalisasi semangat dan cita-cita para pendiri negara kita untuk membangun
negara Pancasila ini.
Setiap ideologi memerlukan hadirnya proses dialektika agar ia dapat mengembangkan
dirinya dan tetap adaptif dengan perkembangan yang terjadi. Dalam hal ini, setiap
warga negara Indonesia yang mencintai negara dan bangsa ini berhak ikut dalam
proses merevitalisasi ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karenanya, prestasi bangsa kita akan menentukan posisi Pancasila di
tengah percaturan ideologi dunia saat ini dan di masa mendatang.

Daftar Pustaka

H.Syahrial. 2002. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia


Indonesia

Suprapto. 2005. Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Bumi Aksara

Wijianto. Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Piranti


Posted by abdy swis at 19:42

Srijanti dkk, 2009. Mengembangkan Etika Berwarga Negara.Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai