Anda di halaman 1dari 47

BAB I

IDEOLOGI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN


BERNEGARA

TUJUAN PEMBELAJARAN

Memahami fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara, sehingga mampu


mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

MATERI PEMBELAJARAN

A. Hakekat Ideologi.

B. Proses Perumusan Pancasila Sebagai Ideologi Negara.

C. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka.

URAIAN MATERI

A. HAKEKAT IDEOLOGI

Ideologi bagi suatu negara sangat besar peranannya karena semua


kehidupan dalam berbangsa dan bernegara sangat dipengaruhi oleh
ideologinya. Dalam hal ini, eksistensi suatu ideologi bersifat permanen
selama masih ada pendukungnya. Idealnya, suatu ideologi agar tetap bisa
eksis harus berakar dari budaya bangsa tersebut karena akan sangat sesuai
dengan cita- citanya. Terkait dengan hal ini, Syafiie (2001:61) ideologi
dimaknai sebagai: “Sistem pedoman hidup yang menjadi cita- cita untuk
dicapai oleh sebagian besar individu dalam mamsyarakat yang bersifat
khusus, disusun secara sadar oleh tokoh pemikir negara, dan kemudian
menyebarluaskannya dengan resmi”.

Menurut Kaelan (2013:60-61) istilah ideologi berasal dari kata idea yang
berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, dan cita- cita. sementara kata

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
1
logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara etimologis ideologi
berarti ilmu tentang ide-ide (the science of ideas) atau ajaran tentang
pengertian dasar. Selanjutnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008:517) ideologi didefenisikan sebagai (1) Kumpulan konsep bersistem
yang dijadikan azas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup dan (2) Cara berpikir seseorang atau suatu golongan. (3)
Paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik. Dalam
hal ini, terdapat beberapa komponen penting dalam suatu ideologi meliputi
sistem, arah, tujuan, cara berpikir, program, soail, dan politik.

Secara historis, istilah ideologi berkembang di Prancis pada abad ke-


19. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Sutrisno (2006:24) bahwa: “Istilah
ideologi pertama diciptakan oleh Desstutt de Tracy tahun 1976 di Prancis
yang berarti suatu ilmu pengetahuan tentang ide”. Dalam hal ini, menurut
Tracy ideologi dapat dipandang sebagai cara pandang yang bersifat
komprehensif tentang segala aspek kehidupan oleh masyarakat
pendukungnya. Ideologi bertujuan untuk memberikan pedoman normatif
dalam penyelenggaraan negara. Ideologi pada hakekatnya bersifat abstrak
karena merupakan konsep- konsep yang ada dalam pikiran manusia.

Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang Ideologi merupakan


cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus membentuk
orang atau atau masyarakat yang sekaligus membentuk orang atau
masyarakat itu menuju cita- cita yang mereka inginkan. Ideologi merupakan
sesuatu yang dihayati dan diresapi menjadi suatu keyakinan. Ideologi
merupakan suatu pilihan yang jelas membawa komitmen (keterikatan) untuk
mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka
akan semakin tinggi untuk mewujudkannya.

Ideologi mempunyai fungsi penting, yaitu menanamkan keyakinan atau


kebenaran perjuangan kelompok atau kesatuan yang berpegang teguh pada
ideologi itu. Oleh karena itu, ideologi menjadi sumber inspirasi dan

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
2
sumber cita-cita hidup bagi para warganya. Ideologi berupa pedoman,
artinya menjadi pola dan norma hidup yang sekaligus menjadi ideal atau cita-
cita. Realisasi dari ide-ide dipandang sebagai kebesaran dan kemuliaan
manusia. Dengan melaksanakan ideologi, manusia tidak hanya sekedar ingin
melakukan apa yang disadari sebagai kewajiban dalam mengejar keluhuran.
Oleh karena itu, menurut Setiardja (1993:17) manusia sanggup
mengorbankan harta benda, bahkan hidupnya demi ideologi karena ideologi
menjadi pola, norma hidup, dan dikejar pelaksanaannya sebagai cita-cita,
maka tidak mengherankan lagi jika ideologi menjadi bentuk hidup.

Oleh karena itu, urgensi ideologi bagi suatu negara memerlukan


pembinaan yang berkesinambungan agar dapat dihayati dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan sebagai konklusi dari
banyak defenisi yang dikemukakan oleh para ahli bahwa ideologi merupakan
seperangkat gagasan, nilai, keyakinan atau aturan yang dianggap sebagai
kebenaran universal dalam kesadaran suatu negara atau kelompok sosial
politik. Seperangkat gagasan, nilai, keyakinan atau aturan itu juga dipandang
sebagai tujuan atau kebaikan bersama yang diharapkan, yang kemudian
menjadi rujukan bagi manusia di negara atau kelompok sosial, bahkan
gagasan, nilai, keyakinan, atau aturan tersebut lah yang akan mampu
membebaskan dari segala penindasan, sehingga perlu untuk diperjuangkan
dan disebarluaskan.

Namun demikian, ideologi ini tidak sekedar gagasan, melainkan gagasan yang
diikuti dan dianut sekelompok besar manusia atau bangsa, sehingga karena
itu ideologi bersifat menggerakkan manusia untuk merealisasikan gagasan
tersebut. Menurut Sarbini (2005:1) mengatakan bahwa: “Meskipun gagasan
seseorang, betapapun ilmiah, rasional atau luhurnya, belum bisa disebut
ideologi, apabila belum dianut oleh banyak orang dan diperjuangkan serta
diwujudkan, dengan aksi-aksi yang berkesinambungan.Ideologi mempunyai
fungsi penting, yaitu menanamkan

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
3
keyakinan atau kebenaran perjuangan kelompok atau kesatuan yang
berpegang teguh pada ideologi itu.

Dengan demikian, ideologi menjadi sumber inspirasi dan sumber cita-


cita hidup bagi para warganya, khususnya para warganya yang masih muda.
Ideologi berupa pedoman artinya menjadi pola dan norma hidup. Akan
tetapi, sekaligus menjadi ideal atau cita-cita. Realisasi dari ide-ide dipandang
sebagai kebesaran, kemuliaan manusia. Dengan melaksanakan ideologi,
manusia tidak hanya sekedar ingin melakukan apa yang disadari sebagai
kewajiban. Dengan ideologi manusia mengejar keluhuran. Oleh karena itu,
menurut Setiardja (1993:21) bahwa: “Manusia sanggup mengorbankan harta
benda, bahkan hidupnya demi ideologi karena ideologi menjadi pola, norma
hidup dan dikejar pelaksanaannya sebagai cita-cita, maka tidak
mengherankan lagi jika ideologi menjadi bentuk hidup”.

Ideologi bersumber dari kebudayaan, artinya berbagai komponen


budaya yang meliputi: sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan
organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem
mata pencaharian hidup, serta sistem teknologi dan peralatan menurut
Koentjaraningrat (2004:2) bahwa: “Memengaruhi dan berperan dalam
membentuk ideologi suatu bangsa”. Perlu diketahui bahwa ketika suatu
ideologi bertitik tolak dari komponen- komponen budaya yang berasal dari
sifat dasar bangsa itu sendiri, maka pelaku- pelaku ideologi (warga negara)
lebih mudah melaksanakannya. Para pelaku ideologi merasa sudah akrab dan
tidak asing lagi dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ideologi yang
diperkenalkan dan diajukan kepada mereka.

Selain itu, perlu diketahui juga bahwa agama dapat menjadi sumber bagi
suatu ideologi. Manakala ideologi bersumber dari agama, maka akan
ditemukan suatu bentuk negara teokrasi, yakni sistem pemerintahan negara
yang berlandaskan pada nilai-nilai agama tertentu. Apabila suatu negara
bercorak teokrasi, maka pada umumnya segala bentuk peraturan hukum

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
4
yang berlaku di negara tersebutberasal dari doktrin agama tertentu.
Demikian pula halnya dengan pemimpinnegara teokrasi pada umumnya
adalah pemimpin agama.

Dalam hal ini, suatu ggagasan pemikiran baru dapat dikatakan sebagai
ideologi apabila terdapat karakteristik sebagai berikut:

a. Seperangkat prinsip dasar sosial politik yang menjadi pegangan


kehidupan sosial politik yang diinkorporasikan dalam dokumen resmi
negara.
b. Suatu pandangan hidup yang merupakan cara menafsirkan realitas serta
mengutamakan nilai tertentu yang mempengaruhi baik kehidupan sosial,
politik, maupun budaya.
c. Suatu model atau paradigma tentang perubahan sosial yang tidak
dinyatakan sebagai ideologi, tetapi berfungsi sebagai ideologi seperti
misalnyaideologi pembangunan.
d. Berbagai aliran pemikiran yang menonjolkan nilai tertentu dijadikan
sebagai pedoman gerakan suatu kelompok (Sastrapratedja. 2001:45-46).

Bagi suatu negara ideologi sangat penting karena memiliki fungsi


urgen dalam menjalankan baik kehidupan bermasyrakat, berbangsa, dan
bernegara. Oleh karena itu, ideologi dijadikan sebagai pedoman dalam
menata kehidupan. Adapun fungsi ideologi bagi suatu negara adalah sebagai
berikut.

a. Struktur kognitif; keseluruhan pengetahuan yang dapat menjadilandasan


untuk memahami dan menafsirkan dunia, serta kejadian- kejadian
dilingkungan sekitarnya.
b. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan
maknaserta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
c. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang
untuk melangkah dan bertindak.

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
5
a. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
b. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
c. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami,
menghayati serta mempolakan tingkah lakunya sesuai dengan
orientasidan norma-norma yang terkandung di dalamnya (Soerjanto,
1991:48).

Untuk lebih memperdalam pemahaman, berikut ini beberapa corak


ideologi.

a. Seperangkat prinsip dasar sosial politik yang menjadi pegangan


kehidupan sosial politik yang diinkorporasikan dalam dokumen resmi
negara.
b. Suatu pandangan hidup yang merupakan cara menafsirkan realitas serta
mengutamakan nilai tertentu yang memengaruhi kehidupan sosial,
politik,budaya.
c. Suatu model atau paradigma tentang perubahan sosial yang tidak
dinyatakan sebagai ideologi, tetapi berfungsi sebagai ideologi, misalnya
ideologi pembangunan.
d. Berbagai aliran pemikiran yang menonjolkan nilai tertentu yang menjadi
pedoman gerakan suatu kelompok (Sastrapratedja, 2001: 45-46).

Secara historis, ideologi dunia secara garis besar terbagi dua, yaitu
Liberalisme dan Komunisme. Kedua ideologi ini berbeda jauh dengan
ideologi Pancasila yang dianut oleh bangsa Indonesia, dimana:

a. Marxisme-Leninisme; suatu paham yang meletakkan ideologi dalam


perspektif evolusi sejarah yang didasarkan pada dua prinsip; pertama,
penentu akhir dari perubahan sosial adalah perubahan dari cara produksi
dan kedua, proses perubahan sosial bersifat dialektis.

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
6
a.
b. Liberalisme; suatu paham yang meletakkan ideologi dalam perspektif
kebebasan individual, artinya lebih mengutamakan hak-hak individu.
c. Sosialisme; suatu paham yang meletakkan ideologi dalam perspektif
kepentingan masyarakat, artinya negara wajib mensejahterakan seluruh
masyarakat atau yang dikenal dengan kosep welfare state.
d. Kapitalisme; suatu paham yang memberi kebebasan kepada setiap
individu untuk menguasai sistem pereknomian dengan kemampuan
modal yang ia miliki (Sastrapratedja, 2001:50–69).
e. Ideologi Pancasila merupakan nilai-nilai yang bersumber dari luhur
budaya dan religius bangsa Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai
dasar negara dan ideologi negara. Jadi, Ideologi pancasila adalah
kumpulan nilai-nilai atau norma yang berdasarkan sila-sila pancasila.

1. Ideologi Liberalisme

Liberalisme berkembang di eropa barat, terutama Amerika Serikat.


Bagus (1996:67) bahwa: “Kapitalisme pada dasarnya merupakan sistem
perekonomian yang menekankan kepada peran kapital (modal) dengan
segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam aktivitas
untuk menghasilkan barang lainnya”. Ebenstein dalam Kristeva (2015:13)
menyebut kapitalisme sebagai: “Sistem sosial yang menyeluruh dan lebih
luas dari sekedar sistem perekonomian. Kapitalisme bergerak sesuai dengan
perkembangan nilai-nilai individualisme”.

Sejarah liberalisme dimulai dari zaman Renaissance, sebagai reaksi terhadap


Ortodoksi Religius. Saat itu kekuasaan gereja mendominasi seluruh aspek
kehidupan manusia. Semua aturan kehidupan ditentukan dan berada di
bawah otonomi gereja. Hasilnya, manusia tidak memiliki kebebasan dalam
bertindak, otonomi individu dibatasi dan bahkan ditiadakan. Kondisi ini
memicu kritik dari berbagai kalangan, yang menginginkan otonomi individu
dalam setiap tindakan dan pilihan hidup. Otonomi individu dipahami sebagai
keterbebasan dari determinasi dan intervensi eksternal, berupa pembatasan,

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
7
pemaksaan atau berbagai bentuk ancaman danmanipulasi, dalam
melakukan tindakan. Menurut liberalisme, individu adalah pencipta dan
penentu tindakannya. Melalui konsep seperti ini, maka kesuksesan dan
kegagalan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh tindakan-
tindakannya dan pilihan-pilihan terhadap tindakan tersebut. Intinya,
manusia memiliki kebebasan dalam hidupnya, manusia adalah pribadi yang
otonom (Aida, 2005:95).

Dalam hal ini, kebebasan menurut liberalisme tidak dapat


dikorbankan untuk nilai yang lain, untuk nilai ekonomi, sosial dan politik.
Kebebasan hanya dapat dibatasi dan dikompromikan ketika ia konflik
dengan kebebasan dasar yang lain yang lebih luas. Oleh karena itu,
kebebasan menurut liberalisme bukan sesuatu yang absolut, kebebasan
hanya dapat dibatasi demi kebebasan itu sendiri. Konsep otonomi individu
dalam pandangan liberalisme tidak hanya berupa kebebasan individu dalam
bertindak dan memilih cara hidup yang baik. Namun, juga untuk mengkritisi,
merevisi dan bahkan meninggalkan nilai dan cara hidup yang telah
dipilihnya. Menurut liberalisme, siapa pun dapat keliru dalam pilihan
hidupnya. Tindakan seperti ini bebas dilakukan oleh siapa pun jika nilai dan
pilihan hidupnya semula tidak lagi tampak berharga untuk dikejar dan tidak
lagi sesuai dengan nilai yang mereka yakini saat ini. Dengan demikian,
otonomi individu tidak harus ditundukkan oleh keanggotaannya pada suatu
kelompok, seperti kelompok agama, etnis dan sebagainya. Mereka bebas
untuk tetap berada atau menarik diri dari kelompoknya (Aida, 2005:97).

Pengakuan terhadap otonomi atau kebebasan individu dalam bertindak


mengindikasikan adanya pengakuan terhadap pluralitas dalam masyarakat.
Kebebasan dan kesamaan perlakuan terhadap individu dalam bertindak dan
memilih cara hidup akan menghasilkan pluralitas nilai dan pilihan hidup.
Setiap orang bebas untuk bertindak dan memilih cara hidup yang baik
menurutnya. Pengakuan terhadap pluralitas tindakan dan pilihan

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
8
hidup mendapat perlakuan yang sama. Untuk menjamin tercapainya
kesamaan perlakuan tersebut, maka liberalisme mengemukakan ide
netralitas negara. Ide netralitas negara tidak membenarkan adanya tindakan
atas dasar superioritas atau inferioritas intrinsik dari berbagai konsep
tentang kehidupan yang baik. Tidak boleh ada tindakan yang secara sengaja
atau tidak sengaja berusaha mempengaruhi penilaian-penilaian orang
tentang nilai dari berbagai konsep yang berbeda ini. Kebebasan sebagai nilai
yang esensial dalam kehidupan manusia akan terancam dengan adanya
pemaksaan suatu pandangan khusus tentang kehidupan yang baik pada
setiap orang.

1. Ideologi Komunisme

Ajaran komunisme mengajarkan mengenai keadaan bagi


kemerdekaan proletariat atas penindasan kaum borjuis. Dalam
perkembangannya paham komunis terbagi dalam dua aliran, yaitu aliran
sosial demokrat yang disebut sosialisme dan aliran komunisme menurut
ajaran Karl Marx dan Lenin. aliran sosial demokrat menghendaki suatu
bentuk pemerintahan demokratis parlementer dan pemilihan. Sedangkan
komunisme Karl Marx (yang menjadi dasar perjuangan Karl Marx, Lenin,
Stalin, dan Mao Tse Tung) ialah komunisme diktator proletar yang menolak
sistem pemerintahan demokratis parlementer. Apa yang mereka maksudkan
diktator proletar ialah diatur yang dijalankan oleh apa yang mereka namakan
pelopor- pelopor kaum buruh dan tani guna mengikis habis unsur-unsur
kapitalisme. Istilah komunisme sering dicampur adukkan dengan komunis
internasional. Komunisme merupakan ideologi dasar yang umumnya
digunakan oleh partai komunis di seluruh dunia. Sedangkan komunis
internasional merupakanracikan ideologi yang berasal dari pemikiran Lenin,
sehingga dapat disebut sebagai "Marxisme-Leninisme”
(http://id.wikipedia.org/wiki/Komunisme diakses tanggal 15 Agustus 2018).

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
9
Ideologi komunisme tidak terlepas dari eksistensi kapitalisme di
eropa. Walaupun Marxisme-Leninisme dipandang sebagai ideologi komunis
klasik,tetapi merupakan sumber pokok pemikiran teoritis bagi pelaksanaan
tujuan negara- negara komunis meliputi Uni Soviet, negara-negara Eropa
Timur, Republik Rakyat Cina, Vietnam, Korea Utara, Kamboja, dan Kuba
(Sosronegoro, 1984: 82). Sedangkan yang dimaksuddengan negara komunis
adalah negara yang berdasarkan pada: (a) Ideologi Marxisme–
Leninismeartinya bersifat materialis, atheis, dan kolektivis, (b) Merupakan
sistem kekuasaan satu partai atau seluruh masyarakat, dan (c)
Ekonomikomunis bersifat etatis (Suseno, 1986:30).

Kapitalisme berkembang seiring dengan berjalannya revolusi industri.


Revolusi industri mengantarkan pada perkembangan yang pesat ekonomi
industri yang bersifat kapitalis. Kegiatan industri berubah total, tenaga kerja
manusia digeser oleh mesin- mesin. Keadaan sosial semakin memburuk, nilai
tenaga buruh jatuh (Sukarna, 1981:31). Rakyat kecil dihisap dan ditindas
oleh dua pihak, yang di kota mereka ditindas kaum kapitalis, sedang yang di
desa ditindas kaum tuan tanah. Penganguran, kemiskinan dan kesenjangan
sosial antara yang kaya dan miskin merajalela (Darsono, 2007:14-15).
Industri-industri besar menelan modal yang besar dan hal ini sama artinya
dengan kekuasaan ekonomi di tangan segelintir orang. Karl Marx
menunjukkan betapa kaum buruh menjadi semakin miskin (Ramly, 2000:24).
Masyarakat kapitalisme kemudian menindas kaum buruh, menghisap darah
manusia, mengejar keuntungan uang, menimbun barang dagangan sebesar-
besarnya. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya tentang
latar belakang lahirnya sosialisme. Dari situasi inilah maka akan terjadi
revolusi kaum buruh (proletar) terhadap kaum borjuis. Mereka inilah yang
akan mewujudkan masyarakat yang Marx sebut sebagai masyarakat
sosialisme.

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
10
Masyarakat Komunisme ini lebih tinggi dari Masyarakat Sosialisme,
kelas-kelas lenyap, perbudakan tidak ada, pembagian pekerjaan adil,
produksi melimpah sesuai kebutuhan hidup, tenaga kerja tidak lagi menjadi
alat produksi semata, namun tenaga kerja itu akan bekerja sesuai dengan
kemampuan tanpa takut tidak terpenuhi kebutuhannya. Tidak akan ada lagi
kontradiksi atau konflik, masyarakat akan berjalan tanpa kekuasaan negara
dan tanpa pula persenjataan untuk melindungi keamanan (Darsono,
2007:112-113).

Terdapat tiga elemen ideologi Marxisme, yaitu: (a) Idealisme filsafat


jerman kususnya Hegel darimana Karl Marx mengambil metode dialektika
sejarah, (b) Doktrin- doktrinrevolusioner dari utopi Perancis, dimana Karl
Marx mengambil doktrin-doktrin revolusioner dan masyarakat tanpa kelas
dan tanpa negara, dan (c) Teori ekonomi David Richardo tentang teori nilai
kerja. Sedangkan doktrin-doktrin oleh Lenin adalah mengenai: (a) Revolusi
proletar, (b) Teori negara, (c) Teori organisasi partai,(d) Teori revolusi di
Rusia, dan (e) Teori imperialisme (Sosronegoro, 1984: 82).

Dalam hal ini, dasar-dasar dari teori komunisme adalah marxisme yang
didasarkan pada metode dialektika materialisme. Dialektika adalah suatu
cabang dari pada logika yang mengajarkan tentang aturan-aturan dan cara-
cara berpikir yang sehat, juga merupakan suatu cara untuk
menginterpretasikan konsepsi-konsepsi secara sistematis agar dapat
diterapkan. Dengan demikian, Karl Marx mengartikan sejarah sebagai
sesuatu yang bergerak dibawah tekanan dari pada perjuangan kelas yang
diakibatkan oleh perkembangan ekonomi dan akhirnya mendatangkan
kemenangan bagi golongan proletariat. Oleh karena itu, apabila kita kaitkan
dengan teori komunisme maka partai komunis memegang peranan sebagai
pemimpin dalam revolusi yang akan datang karena sebagian besar kaum
proletar tidak sepenuhnya mampu untuk membentuk suatu tata kehidupan
yang baru. Bagi kaum komunis, peranan partai dalam hal ini dapat

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
11
dibenarkan sebab sebenarnya partai mewakili kehendak yang riil dari
pada rakyat. Dan segala sesuatu yang dikehendaki dapat dilaksanakan kalau
mereka mampu memahami ide-ide komunis.

Marxisme di daratan Eropa memperlihatkan sikap ketidak sabaran


terhadap tradisi, terhadap sifat-sifat khas kebudayaan, sikap-sikap
akomodatif terhadap alam dan keberagaman. Pandangan-pandangan seperti
itu hanya memiliki ruang yang amat sempit dalam kebudayaan Indonesia
kususnya kebudayaan Jawa, dimana Marxisme Asia berpandangan bahwa
masyarakat industri yang merupakan gagasan utama dalam Marxisme Eropa
adalah masyarakat yang penuh dengan pengistimewaan (Privileged Society)
dan bahwa dunia politik akan sangat menguasai perekonomian faktor
penentu utama dalam perubahan adalah rakyat yangdibangkitkan. Bagi kaum
marxis di Asia, masa depan dipahami dalam pengertian. Wilayah pedesaan
yang berhasil direvitalisasi dan ditransformasikan dengan cara menyerap
kedalam dirinya segala hal yang positif dalam penemuan-penemuan baru
dibidang teknologi. Namun pada saat yang sama juga dilakukan pengendalian
secara ketat terhadap cakupan dan sifat-sifatnya agar dapat digunakan dalam
pencapaian tujuan-tujuan yang bersifat egalitarian, partisiatoris dan
pembebasan (Edman, 2007:11-16).

Dengan demikian, Karl Marx dan Frederich Engels dipandang sebagai sumber
pokok pemikiran komunis. Sumber lain yang mempunyai pengaruh besar
adalah ajaran Lenin. Ajaran ini merupakan perombakan dan penambahan
terhadap ajaran Karl Marx dan Frederich Engels. Dalam pelaksanaanya
ideologi komunis mempunyai prinsip-prinsip dasar yang dianut. Prinsip
tersebut berakar dari pemikiran pencetus ideologi komunis ini. Dalam taktik
dan strategi yang dikembangkan yaitu menyangkut tiga tingkatan dan
masing- masing mempunyai tahapan- tahapan tersendiri. Di lain sisi, untuk
penerapan komunisme di Asia kususnya di Indonesia berbeda

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
12
dengan ideologi komunis yang diterapkan di negara-negara Eropa,
namun walaupun begitu tetap mengusung ide revolusioner Marxis.

1. Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila sebagai ideologi dasar nasional tumbuh dan
berkembang menjadi way of life (pandangan hidup), sebagai pedoman hidup
dalam kehidupan bersama bangsa Indonesia, secara formal dan informal.
Oleh karena demikian, setiap warga Negara Indonesia di manapun mereka
berada, Pancasila harus menjadi pedoman hidup yang mempersatukan
Bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan cita-cita kehidupan bersama.
Ideologi Pancasila tidak komunisme dan bukan juga individualisme
atau liberalisme. Ideologi Pancasila merupakan ideologi yang lahir dan
tumbuh berlandaskan dan bercirikan atas kondisi dan tradisi yang dianut
oleh bangsa Indonesia, sehingga mempunyai ciri-ciri khas bangsa Indonesia.
(Wirman Burhan, 2016:191).
Oleh karena itu, sila-sila dari Pancasila menggambarkan bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang taat beragama dan terdiri dari berbagai
suku bangsa yang heterogen dan tidak bersifat egoisme, namun dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, baik kemajuan barat
maupun kemajuan timur. Bangsa Indonesia dapat mengikuti dan
menyesuaikannya dengan menyeleksi mana saja perkembangan dan
kemajuan yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia yang berdasarkan
Ideoologi Pancasila. (Wirman Burhan, 2016: 192).

A. PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Pancasila sebagai ideologi negara mmerupakan kristalisasi dari nilai-


nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, secara musyawarah mufakat berdasarkan moral
yang luhur, antara lain dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pertama, Sidang Panitia
Sembilan yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) dan

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
13
di dalamnya memuat Pancasila untuk pertama kali, kemudian dibahas
lagi dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Kedua, Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum sidang resmi
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Pancasila sebagai calon
dasar filsafat negara dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya
pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia. Kajian
pengetahuan proses terjadinya Pancasila dapat ditinjau dari aspek kausalitas
dan tinjauan perspektifnya. Dari aspek kausalitasnya dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: aspek asal mula langsung dan aspek asal mula tidak
langsung.

Perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam sidang


BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945.
BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April 1945
dengan jumlah anggota 60 orang. Badan ini diketuai oleh Dr. Rajiman
Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda (Wakil Ketua),
yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik
oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta,
pada 28 Mei 1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang
yang pertama dengan materi pokok pembicaraan calon dasar negara.
Menurut catatan sejarah, diketahui bahwa sidang tersebut menampilkan
beberapa pembicara, yaitu Mr. Muh Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus
Hadikusumo, Mr. Soepomo. Keempat tokoh tersebut menyampaikan usulan
tentang dasar negara menurut pandangannya masing- masing. Meskipun
demikian perbedaan pendapat di antara mereka tidak mengurangi semangat
persatuan dan kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka. (Pabottinggi,
2006: 158-159).

Pancasila yang dirumuskan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha


Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 29 Mei - 1 Juni

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
14
1945 dengan berbagai rumusan dari para anggota sidang, maka oleh
Soekarno ditetapkanlah Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia Merdeka.
Menurut Darmodihardjo (1978:6) bahwa istilah Pancasila sebenarnya telah
ada sejak berdirinya kerajaan Majapahit pada abad XIV yang dikenal dengan
Pancasila Krama (Berbatu sendi yang lima dan Pelaksanaan kesusilaan yang
lima), yaitu:

1) Tidak boleh melakukan kekerasan.


2) Tidak boleh mencuri.
3) Tidak boleh berjiwa dengki.
4) Tidak boleh berbohong.
5) Tidak boleh mabuk- mabukan.

Pancasila yang dijadikan sebagai Dasar Negara Indonesia saat ini


dimaknai sebagai Lima Dasar yang diramu dari berbagai aspek sikap hidup
masyarakat Indonesia sejak dahulu kala yang berwujud budaya bangsa. Oleh
karena itu, dalam hal ini sebenarnya para founding father (bapak bangsa)
bukanlah penemu pancasila, melainkan hanya sebagai penggali dan perumus
Pancasila sekarang ini. Oleh karena itu, Pancasila mengandung nilai- nilai
filsafat bangsa (philosophische grondslag), jiwa bangsa (volksgeist), jati diri
bangsa (innerself of nation), dan menjadi cara hidup bangsa Indonesia yang
sesungguhnya (way of life). Dengan demikian, maka dapat disimpulkan
bahwa Pancasila tersebut pada hakekatnya merupakan karakter bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain di dunia ini
(DirBelmawa, 2013:iv).

Pemaparan tentang Pancasila sebagai identitas bangsa atau juga disebut


sebagai jati diri bangsa Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai sumber,
baik dalam bentuk bahasan sejarah bangsa Indonesia maupun dalam bentuk
bahasan tentang pemerintahan di Indonesia. As’ad Ali dalam buku Negara
Pancasila; Jalan Kemashlahatan Berbangsa mengatakan bahwa Pancasila
sebagai identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan agama

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
15
yang berlaku dalam masyarakat Indonesia. Tradisi dan kultur bangsa
Indonesia dapat dilihat melalui peran agama- agama besar, seperti:
peradaban Hindu, Budha, Islam, dan Kristen. Agama-agama tersebut
menyumbang dan menyempurnakan bentuk nilai, norma, tradisi, dan
kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya, tradisi
dan kultur masyarakat Melayu, Minangkabau, dan Aceh tidak bisa dilepaskan
dari peran peradaban Islam. Sementara budaya Toraja dan Papua tidak
terlepas dari peradaban Kristen. Demikian pula halnya dengan budaya
masyarakat Bali yang sepenuhnya dibentuk oleh peradaban Hindu (Ali, 2009:
75).

Dalam hal ini, Pancasila memiliki sejumlah nilai yang harus


diwejantahkan dalam kehidupan sehari- hari masyarakat Indonesia. Nilai-
nilai Pancasila dari segi implementasi terdiri atas nilai dasar, nilai
instrumental, dan nilai praksis. Nilai dasar terdiri atas nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa, nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai Persatuan
Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sementara, nilai instrumental terlihat dalam bentuk konstitusi
negara Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
nilai praksisnya adalah bentuk pengejewantahan Pancasila tersebut dalam
kehidupan sehari- hari masyarakat Indonesia (DirBelmawa, 2013:vii).

Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-


nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan.
Sikap mental, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia mempunyai ciri
khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain. Kepribadian itu mengacu
pada sesuatu yang unik dan khas karena tidak ada pribadi yang benar-benar
sama. Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau halnya sendiri, demikian
pula halnya dengan ideologi bangsa (Bakry, 1994:157). Meskipun nilai

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
16
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan juga
terdapat dalam ideologi bangsa-bangsa lain, tetapi bagi bangsa Indonesia
kelima sila tersebut mencerminkan kepribadian bangsa karena diangkat dari
nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia sendiri dan dilaksanakan secara
simultan. Disamping itu, proses akulturasi dan inkulturasi ikut memengaruhi
kepribadian bangsa Indonesia dengan berbagai variasi yang sangat beragam.
Kendatipun demikian, kepribadian bangsa Indonesia sendiri sudah terbentuk
sejak lama, sehingga sejarah mencatat kejayaan di zaman Majapahit,
Sriwijaya, Mataram, dan lain-lain yang memperlihatkan keunggulan
peradaban di masa itu. Nilai- nilai spiritual, sistem perekonomian, politik,
budaya merupakan contoh keunggulan yang berakar dari kepribadian
masyarakat Indonesia sendiri.

Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-


nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini
kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa
Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa dan menimbulkan tekad yang kuat untuk mengamalkannya dalam
kehidupan nyata (Bakry, 1994: 158). Pancasila sebagai pandangan hidup
berarti nilai-nilai Pancasila melekat dalam kehidupan masyarakat dan
dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak. Pada saat Pancasila
difungsikan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, maka seluruh nilai
Pancasila dimanifestasi ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Sejak Pancasila ditetapkan sebagai Dasar dan Ideologi Negara Indonesia,


berarti bahwa Pancasila telah mampu membangunkan dan membangkitkan
kembali identitas bangsa Indonesia yang selama ini “tertidur” dan “terbius”
oleh kolonialisme (Abdul gani, 1979:22). Perumusan Pancasila sebagai Dasar
Negara Indonesia merdeka disampaikan dalam pidato pada sidang Pertama
BPUPKI sejak tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945.

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
17
Dimana, pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin
mengusulkan calon Dasar Negara Indonesia merdeka sebagai berikut:

1) Peri Kebangsaan.
2) Peri Kemanusiaan.
3) Peri Ketuhanan.
4) Peri Kerakyatan.
5) Kesejahteraan Rakyat.

Selanjutnya, Soepomo pada tanggal 30 Mei 1945 mengemukakan


teori- teori negara sebagai berikut.

1) Teori negara perseorangan (individualis).


2) Paham negara kelas.
3) Paham negara integralistik.

Sementara itu, Seokarno pada tanggal 1 Juni 1945 mengusulkan lima


Dasar Negara Indonesia merdeka, yaitu:

1) Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia).


2) Internasionalisme (Peri Kemanusiaan).
3) Mufakat (Demokrasi).
4) Kesejajteraan Sosial.
5) Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan) (Kaelan, 2000:37-40).

Pancasila merupakan jati diri, karakter, dan sikap hidup masyarakat


Indonnesia yang dirumuskan secara sederhana menjadi lima sila Pancasila
yang kita kenal sekarang ini. Namun demikian, sebelumnya terjadi
perdebatan di antara para pendiri bangsa terkait dengan keluarnya Piagam
Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945, dimana sila Pertamanya berbunyi:
“Ketuhanan dengan Kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-
pemeluknya”. Demi persatuan dan kesatuan ketujuh kata yang menjadi
pemicu konflik antara kelompok Islam dengan kelompok nasionaliis sepakat

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
18
Ir. Soekarno
Sumber: Belajar Online

untuk dihilangkan, sehingga menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa


(Risalah Sidang BPUPKI, 1995:).

Secara rinci rumusan Pancasila dalam Piagam Jakarta (Jakarta


Charter) oleh Panitia Sembilan ini adalah sebagai berikut:

1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-


pemeluknya.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Persatuan Indonesia.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Mukaddimah Piagam Jakarta ini setelah dihapuus tujuh


kata pada sila pertama, maka dituangkan dalam Alenia Keempat Pembukaan
Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai Pancasila
yang resmi, yaitu:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa.


2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Persatuan Indonesia.
PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
19
4). Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.

5). Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Abdullah, 1984:71).

Mr. Muhammad Yamin


Sumber: Belajar Online

Pancasila merupakan cita- cita hukum (sumber dari segala sumber


hukum) yang menjiwai segala aspek kehidupan bangsa Indonesia, sehingga
Pancasila menjadi cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa Indonesia.
Dalam hal ini, Pancasila dijadikan sebagai Ideologi Negara Indonesia yang
membedakannya dengan ideologi lainnya, seperti liberaalisme dan
komunisme. Indonesia tidak menerima liberalisme karena lebih
mengutamakan kebebasan individu, sedangkan paham integralistik yang
dianut Indonesia memandang manusia sebagai makhluk individu dan
sekaligus makhluk sosial (Alfian dalam Oesman dan Alfian, 1990:201).

Konsep Ketuhanan Yang Maha Esa telah memberikan sifat yang khas kepada
negara Indonesia, yaitu bukan merupakan negara sekuler yang memisah-
misahkan agama dengan negara (Kaelan, 2000: 220). Hal ini jug

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
20
menyiratkan bahwa Indonesia bukan negara agama. Selanjutnya,
komunisme tidak pernah diterima dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Penolakan terhadap ajaran ini karena negara komunisme lazimnya bersifat
Atheis yang menolak agama dalam suatu negara. Indonesia sebagai negara
yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Merupakan pilihan kreatif
dan merupakan proses elektis inkorporatif. Artinya pilihan negara yang
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa adalah khas dan nampaknya sesuai
dengan kondisi objektif bangsa Indonesia (Kaelan, 2012: 254-255).

Drs. Muhammad Hatta


Sumber: Belajar Online

Pancasila tidak bertentangan dengan agama karena Tuhan menurut


terminologi Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tak terbagi,
maknanya sejalan dengan agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan bahkan
juga Animisme (Chaidar, 1998: 36). Menurut Notonegoro dalam Kaelan
(2012: 47) asal mula Pancasila secara langsung salah satunya asal mula
bahan (Kausa Materialis) yang menyatakan bahwa “bangsa Indonesia adalah
sebagai asal dari nilai-nilai Pancasila, yang digali dari bangsa Indonesia yang
berupa nilai- nilai adat-istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia”.

Dalam hal ini, “prinsip Ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan,
akan tetapi setiap orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
21
sendiri. Dimana, Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al
Masih, Islam menyembah Allah swt menurut petunjuk Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallama, Budha menyembah Sang Budha dan
menjalankan ibadahnya menurut kitab-kitab yang ada, Hindu menyembah
Hyang Widi, demikian juga Kong Hu Cu. Oleh karena itu, hendaknya negara
Indonesia ialah negara yang tiap- tiap warga negaranya dapat menyembah
Tuhannya secara leluasa. dan hendaknya negara Indonesia satu negara yang
ber-Tuhan” (Zoelva, 2012).

Dengan demikian, jelaslah bahwa ada hubungan antara sila Ketuhanan


Yang Maha Esa dalam Pancasila dengan ajaran tauhid dalam teologi Islam.
Jelaslah pula bahwa sila pertama Pancasila yang merupakan causa prima atau
penyebab utama itu (meskipun istilah prima causa tidak selalu tepat karena
Tuhan secara terus- menerus melindungi makhluknya). Sejalan dengan
beberapa ajaran tauhid Islam, dalam hal ini ajaran tentang Tauhidus-Shifat
dan Tauhidul-Af’al, dalam pengertian bahwa Tuhan itu Esa dalam sifat-Nya
dan perbuatan-Nya. Ajaran ini juga diterima oleh agama- agama lain di
Indonesia (Thalib dan Awwas, 1999: 63).

Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna bahwa manusia


Indonesia harus mengabdi kepada satu Tuhan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa
dan mengalahkan ilah-ilah atau Tuhan-Tuhan lain yang dapat
mempersekutukannya. Dalam bahasa formal yang telah disepakati bersama
sebagai perjanjian bangsa sama maknanya dengan kalimat “Tiada Tuhan
selain Tuhan Yang Maha Esa”. Dimana, pengertian arti kata Tuhan adalah
sesuatu yang kita taati perintahnya dan kehendaknya. Prinsip dasar
pengabdian adalah tidak boleh mempunyai dua Tuhan, hanya satu Tuhannya,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, itulah yang menjadi misi
utama tugas para pengemban risalah untuk mengajak manusia mengabdi
kepada satu Tuhan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Kitab Ulangan 6:4-5, Matius

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
22
6:24, Lukas 16: 13, Quran surat: Al Mu’minun (23): 23 dan 32)
(Mulyantoro, 2012).

Sementara itu, dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila,


keduanya dapat berjalan saling menunjang dan saling mengokohkan.
Keduanya tidak bertentangan dan tidak boleh dipertentangkan. Juga tidak
harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang dan menanggalkan yang
lain. Selanjutnya, Kiai Achamd Siddiq menyatakan bahwa salah satu
hambatan utama bagi proporsionalisasi ini berwujud hambatan psikologis,
yaitu kecurigaan dan kekhawatiran yang datang dari dua arah (Zada dan
Sjadzili (ed), 2010:79). Pancasila menjamin umat beragama dalam
menjalankan ibadahnya. Dalam kalimat Menteri Agama periode 1983-1993
H. Munawir Sjadzali menyatakan bahwa kata-kata “negara menjamin” tidak
dapat diartikan sekuler karena apabila demikian, negara atau pemerintah
harus hands off dari segala pengaturan kebutuhan hukum bagi para pemeluk
agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di negara- negara
sekuler, pemerintah tidak akan mendirikan tempat- tempat ibadah bagi
warga negaranya (Ahmad, 1996: 9-10).

Hakekatnya, moral Pancasila bersifat rasional, objektif, dan universal


dalam arti berlaku bagi seluruh bangsa Indonesia. Moral Pancasila juga dapat
disebut otonom karena nilai- nilainya tidak mendapat pengaruh dari luar
hakikat manusia Indonesia, dan dapat dipertanggungjawabkan secara
filosofis. Tidak dapat pula diletakkan adanya bantuan dari nilai- nilai agama,
adat istiadat, dan budaya karena secara de facto nilai- nilai Pancasila berasal
dari agama- agama serta budaya manusia Indonesia. Hanya saja nilai-nilai
yang hidup tersebut tidak menentukan dasar-dasar Pancasila, akan tetapi
memberikan bantuan dan memperkuat (Anshoriy, 2008: 177).

Sejalan dengan pendapat Anshory tersebut, Presiden Susilo Bambang


Yudhoyono menyatakan dalam sambutan beliau pada Peringatan Hari
Kesaktian Pancasila tanggal 1 Oktober 2005 mengatakan bahwa “Bangsa kita
PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
23
adalah bangsa yang religius; juga, bangsa yang menjunjung tinggi,
menghormati dan mengamalkan ajaran agama masing-masing. Oleh karena
itu, setiap umat beragama hendaknya memahami falsafah Pancasila itu
sejalan dengan nilai-nilai ajaran agamanya masing-masing”. Dengan
demikian, kita akan menempatkan falsafah negara di posisinya yang wajar.
Saya berkeyakinan dengan sedalam- dalamnya bahwa kelima sila di dalam
Pancasila itu selaras dengan ajaran agama- agama yang hidup dan
berkembang di tanah air. Dengan demikian, kita dapat menghindari adanya
perasaan kesenjangan antara meyakini dan mengamalkan ajaran- ajaran
agama, serta untuk menerima Pancasila sebagai falsafah negara (Yudhoyono
dalam Wildan (ed), 2010: 172).

Penerimaan Pancasila oleh segenap bangsa Indonesia menunjukkan


bahwa sebenarnya tidak ada alasan lagi bagi kita untuk mempertentangkan
antara nilai- nilai Pancasila dengan agama mana pun di Indonesia. Apabila
dirinci lebih lanjut hubungan antara agama dengan Pancasila menurut
Kaelan (2012: 215-216) adalah sebagai berikut:

1) Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


2) Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan yang Maha
Esa. Konsekuensinya setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing- masing.
3) Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekularisme karena hakikatnya
manusia berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan.
4) Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan
inter pemeluk agama serta antar pemeluk agama.
5) Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan itu bukan
hasil peksaan bagi siapapun juga.
6) Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama
dalam negara.

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
24
7) Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggatakan negara harus
sesuai dengan nilai- nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, terutama norma-
norma hukum positif maupun norma moral baik moral agama maupun
moral para penyelenggara negara.
8) Negara pada hakikatnya adalah merupakan “…berkat rahmat Allah yang
Maha Esa”.

Selanjutnya, berdasarkan kesimpulan Kongres Pancasila (Wahyudi


(ed.), 2009:58) dijelaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
religius. Religiusitas bangsa Indonesia ini secara filosofis merupakan nilai
fundamental yang meneguhkan eksistensi negara Indonesia sebagai negara
yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan
dasar kerohanian bangsa dan menjadi penopang utama bagi persatuan dan
kesatuan bangsa dalam rangka menjamin keutuhan NKRI. Karena itu, agar
terjalin hubungan selaras dan harmonis antara agama dan negara, maka
negara sesuai dengan Dasar Negara Pancasila wajib memberikan
perlindungan kepada agama- agama di Indonesia.

Pancasila bagi bangsa Indonesia merupakan suatu sistem filsafat,


dimana lahir dari hasil pemikiran para pendiri bangsa dalam sidang BPUPKI
tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Kelima dasar atau prinsip yang terdapat
dalam sila- sila Pancasila tersebut merupakan satu kesatuan bagian- bagian
yang saling berhubungan dan saling bekerjasama antara sila yang satu
dengan sila lainnya untuk satu tujuan tertentu, sehingga dapat disebut
sebagai sebuah sistem. Pengertian suatu sistem, sebagaimana dikutip oleh
Kaelan (2000:66) dari Shrode dan Don Voich memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:

1) Suatu kesatuan bagian-bagian.


2) Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3) Saling berhubungan, saling ketergantungan.

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
25
4) Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama
(tujuan sistem).
5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Berdasarkan pengertian tersebut, Pancasila yang berisi lima sila, yaitu


Sila Ketuhanan yang Maha Esa, Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Sila
Persatuan Indonesia, Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. dan Sila Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia saling berhubungan membentuk satu
kesatuan sistem yang dalam proses bekerjanya saling melengkapi dalam
mencapai tujuan. Namun demikian, meskipun setiap sila pada hakikatnya
merupakan suatu asas sendiri, memiliki fungsi sendiri- sendiri, akan tetapi
memiliki tujuan tertentu yang sama, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila.

Pancasila sebagai sistem filsafat mengandung pemikiran tentang


manusia yang berhubungan denganTuhan, diri sendiri, sesama manusia, dan
masyarakat bangsa yang semua itu dimiliki oleh bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, sebagai sistem filsafat Pancasila memiliki ciri khas yang berbeda
dengan sistem- sistem filsafat lain yang ada di dunia seperti materialisme,
idealisme, rasionalisme, liberalisme, komunisme, dan lain sebagainya.
Kekhasan nilai filsafat yang terkandung dalam Pancasila berkembang dalam
budaya dan peradaban bangsa Indonesia, terutama sebagai jiwa dan asas
kerohanian bangsa dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Selanjutnya, nilai filsafat Pancasila, baik sebagai pandangan hidup atau
filsafat hidup (Weltanschauung) bangsa maupun sebagai jiwa bangsa atau jati
diri (Volksgeist) nasional, memberikan identitas dan integritas serta
martabat bangsa dalam menghadapi budaya dan peradaban dunia.

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
26
Gambar Memaknai Pancasila
Sumber: Blog Prita

Menurut Darmodihardjo (1979:86) Pancasila adalah ideologi yang


memiliki kekhasan, yaitu:

1) Kekhasan pertama, Tuhan Yang Maha Esa sebab Ketuhanan Yang Maha
Esa mengandung arti bahwa manusia Indonesia percaya adanya Tuhan.
2) Kekhasan kedua, penghargaan kepada sesama umat manusia apapun
suku bangsa dan bahasanya.
3) Kekhasan ketiga, bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa.
4) Kekhasan keempat, kehidupan manusia Indonesia bermasyarakat dan
bernegara berdasarkan atas sistem demokrasi.
5) Kekhasan kelima, keadilan sosial bagi hidup bersama.

Kelahiran ideologi bersumber dari pandangan hidup yang dianut oleh


suatu masyarakat. Pandangan hidup kemudian berbentuk sebagai keyakinan
terhadap nilai- nilai tertentu yang diaktualisasikan dalam kehidupan
masyarakat. Selain itu, ideologi berfungsi sebagai alat membangun solidaritas
masyarakat dengan mengangkat berbagai perbedaan ke dalam tata nilai
baru.

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
27
Sebagai ideologi, Pancasila berfungsi membentuk identitas bangsa dan
negara Indonesia sehingga bangsa dan negara Indonesia memiliki ciri khas
berbeda dari bangsa dan negara lain. Pembedaan ini dimungkinkan karena
ideologi memiliki ciri selain sebagai pembeda juga sebagai pembatas dan
pemisah dari ideologi lain. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan sebagai
refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan
kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai
filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang
dituangkan dalam suatu sistem (Abdul Gani, 1998).

Pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir atau


pemikiran yang sedalam- dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang
benar, adil, bijaksana, dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian
bangsa Indonesia. Filsafat Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat
praktis, sehingga filsafat Pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang
sedalam-dalamnya atau tidak hanya bertujuan mencari, tetapi hasil
pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan sebagai
pedoman hidup sehari-hari (way of life atau weltanschaung) agar hidup
bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia
maupun di akhirat (Salam, 1988:23-24).

Kekhasan nilai yang melekat dalam Pancasila sebagai nilai intrinsik terletak
pada diakuinya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan sosial sebagai satu kesatuan. Kekhasan ini yang membedakan
Indonesia dari negara lain. Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan memiliki sifat umum universal. Oleh karena
sifatnya yang universal tersebut, maka nilai-nilai Pancasila tidak hanya milik
manusia Indonesia, melainkan manusia seluruh dunia. Pancasila

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
28
sebagai nilai instrumental mengandung imperatif dan menjadi arah
bahwa dalam proses mewujudkan cita- cita negara bangsa, seharusnya
menyesuaikan dengan sifat-sifat yang ada dalam nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial.

Sebagai nilai instrumental, Pancasila tidak hanya mencerminkan


identitas manusia Indonesia, melainkan juga berfungsi sebagai cara (mean)
dalam mencapai tujuan, bahwa dalam mewujudkan cita- cita negara bangsa,
Indonesia menggunakan cara-cara yang berketuhanan, berketuhanan yang
adil dan beradab, berpersatuan, berkerakyatan yang menghargai
musyawarah dalam mencapai mufakat, dan berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pancasila juga mencerminkan nilai realitas dan idealitas.
Pancasila mencerminkan nilai realitas, karena di dalam sila-sila Pancasila
berisi nilai yang sudah dipraktekkan dalam hidup sehari-hari oleh bangsa
Indonesia. Disamping mengandung nilai realitas, sila-sila Pancasila berisi
nilai-nilai idealitas, yaitu nilai yang diinginkan untuk dicapai.

Menurut Kaelan (2002:128) nilai-nilai yang terkandung dalam sila I


sampai dengan sila V Pancasila merupakan cita-cita, harapan, dambaan
bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya. Namun
demikian, Pancasila secara formal menjadi Das Sollen (kenyataan) bangsa
Indonesia sebenarnya diangkat dari kenyataan riil yang berupa prinsip-
prinsip dasar yang terkandung dalam adat-istiadat, kebudayaan dan
kehidupan keagamaan atau kepercayaan bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2002:129), Driyarkara


menyatakan bahwa bagi bangsa Indonesia Pancasila merupakan Sein in
Sollen. Pancasila merupakan harapan, cita-cita, juga sekaligus sebagai
kenyataan bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila mempunyai tingkatan dan bobot yang berbeda. Meskipun
demikian, nilai-nilai itu tidak saling bertentangan, bahkan saling melengkapi.
Hal ini disebabkan sebagai suatu substansi, dimana Pancasila merupakan

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
29
satu kesatuan yang bulat dan utuh atau kesatuan organik (organic
whole). Dengan demikian, berarti nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh pula. Nilai-nilai
tersebut saling berhubungan secara erat dan antara nilai-nilai yang satu tidak
dapat dipisahkan dari nilai yang lain. Artinya, nilai-nilai yang dimiliki bangsa
Indonesia akan memberikan pola (patroon) bagi sikap, tingkah laku, dan
perbuatan bangsa Indonesia itu sendiri (Kaelan, 2002: 129).

Garuda Pancasila

Pancasila yang berisi lima sila, menurut Notonagoro (1967:32)


merupakan satu kesatuan utuh. Kesatuan sila- sila Pancasila tersebut
diuraikan sebagai berikut:

Kesatuan sila-sila Pancasila dalam struktur yang bersifat hirarkis dan


berbentuk piramidal. Susunan secara hirarkis mengandung pengertian
bahwa sila- sila Pancasila memiliki tingkatan berjenjang, yaitu sila yang ada
di atas menjadi landasan sila yang ada di bawahnya. Sila pertama melandasi
sila kedua, sila kedua melandasi sila ketiga, sila ketiga melandasi sila
keempat, dan sila keempat melandasi sila kelima. Pengertian matematika
piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hirarkis sila-sila
Pancasila menurut urut-urutan luas (kwantitas) dan juga dalam hal sifat-
sifatnya (kwalitas). Dengan

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
30
1) demikian, diperoleh pengertian bahwa menurut urut-urutannya, setiap
sila merupakan pengkhususan dari sila- sila yang ada didepannya.
Dalam susunan hirarkis dan piramidal, sila Ketuhanan yang Maha Esa
menjadi basis kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan dan
keadilan sosial. Sebaliknya, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan
yang berkemanusiaan, yang membangun, memelihara dan
mengembangkan persatuan Indonesia, yang berkerakyatan dan
berkeadilan sosial. Demikian selanjutnya, sehingga tiap-tiap sila di
dalamnya mengandung sila-sila lainnya. Secara ontologis, kesatuan sila-
sila Pancasila sebagai suatu sistem yang bersifat hirarkis dan berbentuk
piramidal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, sebagaimana
diungkapkan oleh Notonagoro (1984:61 dan 1975:52-57), bahwa hakikat
adanya Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa
prima.
Oleh karena itu, segala sesuatu yang ada termasuk manusia ada
karena diciptakan Tuhan atau manusia ada sebagai akibat adanya Tuhan
(sila pertama). Adapun manusia adalah sebagai subjek pendukung pokok
negara, karena negara adalah lembaga kemanusiaan, negara adalah
sebagai persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah manusia
(sila kedua). Dengan demikian, negara adalah sebagai akibat adanya
manusia yang bersatu (sila ketiga). Selanjutnya terbentuklah persekutuan
hidup bersama yang disebut rakyat. Rakyat pada hakikatnya merupakan
unsur negara di samping wilayah dan pemerintah. Rakyat adalah totalitas
individu- individu dalam negara yang bersatu (sila keempat). Adapun
keadilan yang pada hakikatnya merupakan tujuan bersama atau keadilan
sosial (sila kelima) pada hakikatnya sebagai tujuan dari lembaga hidup
bersama yang disebut negara.

Hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling


mengkualifikasi. Sila- sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula
dalam hubungannya saling mengisi atau mengkualifikasi dalam

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
31
1) kerangka hubungan hirarkis piramidal seperti di atas. Dalam rumusan ini,
tiap-tiap sila mengandung empat sila lainnya atau dikualifikasi oleh
empat sila lainnya. Untuk kelengkapan hubungan kesatuan keseluruhan
sila-sila Pancasila yang dipersatukan dengan rumusan hirarkis piramidal
tersebut, berikut disampaikan kesatuan sila- sila Pancasila yang saling
mengisi dan saling mengkualifikasi.
a. Sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia,
yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
b. Sila kedua; kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan
yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia,
yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
c. Sila ketiga; persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-
Ketuhanan YME, berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
d. Sila keempat; kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, adalah kerakyatan yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Sila kelima; keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan
yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
32
a. kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan (Notonagoro,
1975: 43-44).

Gambar: Musyawarah untuk Mufakat dalam Masyarakat Aceh sebagai salah satu Pengamalan
dari Nilai Sila Ke-2 dan Sila ke-4 Pancasila. (Sumber Ilustrasi: Majalah Tuhoe, JKMA Aceh,
2018)

Salah satu pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam bentuk


musyawarah yang masih hidup dan berkembang di dalam masyarakat Aceh
didasarkan pada asas narit maja (ungkapan), meunyoe ka tameupakat
lampoh jeurat tapeugala. Artinya, jika sesuatu telah dimusyawarahkan maka
semuanya harus dihormati dan dipatuhi, meskipun tanah kuburan (sesuatu
yang berharga) tergadaikan.

Selain itu, nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat dirinci
sebagai berikut:

1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
33
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing- masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
b. Hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut- penganut kepercayaan yang berbeda- beda, sehingga
terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan
agama dan kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

1) Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab


a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepo seliro.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa lain.

2) Sila Persatuan Indonesia


a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
34
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhinneka TunggalIka.

1) Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan.
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
g. Keputusan yang diambil harus dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

2) Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-
royongan.
b. Bersikap adil.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak-hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g. Tidak bersifat boros.
h. Tidak bergaya hidup mewah.

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
34
i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

j. Suka bekerja keras.

k. Menghargai hasil karya orang lain.

l. Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan


sosial. (DirBelmawa, 2013:16).

Namun demikian, dewasa ini ideologi Pancasila cenderung


menghadapi tantangan serius.Salah satu tantangan yang paling dominan
dewasa ini adalah globalisasi. Globalisasi merupakan era saling
keterhubungan antara masyarakat suatu bangsa dan masyarakat bangsa
yang lain, sehingga masyarakat dunia menjadi lebih terbuka. Dengan
demikian, kebudayaan global terbentuk dari pertemuan beragam
kepentingan yang mendekatkan masyarakat dunia. Sastrapratedja
menengarai beberapa karakteristik kebudayaan global sebagai berikut:

1) Berbagai bangsa dan kebudayaan menjadi lebih terbuka terhadap


pengaruh timbal balik.
2) Pengakuan akan identitas dan keanekaragaman masyarakat dalam
berbagai kelompok dengan pluralisme etnis dan religius.
3) Masyarakat yang memiliki ideologi dan sistem nilai yang berbeda
bekerjasama dan bersaing, sehingga tidak ada satu pun ideologi yang
dominan.
4) Kebudayaan global merupakan sesuatu yang khas secara utuh, tetapi
tetap bersifat plural dan heterogen.
5) Nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM), kebebasan, demokrasi menjadi
nilai- nilai yang dihayati bersama, tetapi dengan interpretasi yang
berbeda-beda (Sastrapratedja, 2001:26--27).

Dalam hal ini, perlu diidentifikasikan unsur-unsur yang


mempengaruhi ideologi Pancasila sebagai berikut:

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
36
1) Unsur ateisme yang terdapat dalam ideologi Marxisme atau komunisme
bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Unsur individualisme dalam liberalisme tidak sesuai dengan prinsip nilai
gotong royong dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3) Kapitalisme yang memberikan kebebasan individu untuk menguasai
sistem perekonomian negara tidak sesuai dengan prinsip ekonomi
kerakyatan. Salah satu dampak yang dirasakan dari kapitalisme ialah
munculnya gaya hidup konsumtif (Buku Ajar MKWU Pendidikan
Pancasila, 2016:125).

Pancasila sebagai ideologi, selain menghadapi tantangan dari ideologi-


ideologi besar dunia juga menghadapi tantangan dari sikap dan perilaku
kehidupan yang menyimpang dari norma-norma masyarakat
umum.Tantangan itu meliputi, antara lain: teroris medan narkoba.
Sebagaimana yang telah diinformasikan oleh berbagai media masa bahwa
teroris medan narkoba merupakan ancaman terhadap keberlangsungan
hidup bangsa Indonesia dan ideologi negara. Beberapa unsur ancaman yang
ditimbulkan oleh aksi terorisme, antara lain:

1) Rasa takut dan cemas yang ditimbulkan oleh bom bunuh diri mengancam
keamanan negara dan masyarakat pada umumnya.
2) Aksi terorisme dengan ideologinya menebarkan ancaman terhadap
kesatuan bangsa, sehingga mengancam disintegrasi bangsa.
3) Aksi terorisme menyebabkan investor asing tidak berani menanamkan
modal di Indonesia dan wisatawan asing enggan berkunjung ke
Indonesia, sehingga mengganggu pertumbuhan perekonomian negara.
Berikut inigambar yang mencerminkan tentang terorisme (Buku Ajar
MKWU Pendidikan Pancasila, 2016:126).

Beberapa unsur ancaman yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan


narkoba meliputi hal- hal sebagai berikut:

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
37
1) Penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda dapat merusak masa
depan mereka, sehingga berimplikasi terhadap keberlangsungan hidup
bernegara di Indonesia.
2) Perdagangan dan peredaran narkoba di Indonesia dapat merusak
reputasi negara Indonesia sebagai negara yang berlandaskan pada nilai-
nilai Pancasila.
3) Perdagangan narkoba sebagai barang terlarang merugikan
sistemperekonomian negara Indonesia karena peredaran illegal tidak
sesuaidengan peraturan perundang- undangan (Buku Ajar MKWU
Pendidikan Pancasila, 2016:127).

Pada bagian ini, akan dilihat Pancasila sebagai ideologi negara berakar
dalam kehidupan masyarakat. Unsur-unsur sosiologis yang membentuk
Pancasilasebagai ideologi negara meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan


beragama masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan
keyakinan terhadap adanya kekuatan gaib.
2) Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal
saling menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap
sewenang-wenang.
3) Sila Persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa
setia kawan, rasa cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk
dalam negeri.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk
menghargai pendapat orang lain, semangat musyawarah
dalammengambil keputusan.
5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap
suka menolong, menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau
berlebihan (Buku Ajar MKWU Pendidikan Pancasila, 2016:132).

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
38
Pancasila yang dirumuskan sebagai dasar negara merupakan
kristalisasi dari nilai-nilai yang pernah tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat Indonesia di masa lalu.Hal ini terlihat dari unsur-
unsur pembentuknya dan tujuan dibentuknya Pancasila atau dengan kata
lain dapat diperhatikan dari causa materialis dan causa formalisnya. Unsur-
unsur sosiologis yang membentuk Pancasilasebagai ideologi negara meliputi
hal-hal sebagai berikut:

1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan


beragama masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan
keyakinan terhadap adanya kekuatan gaib.
2) Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal
saling menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap
sewenang-wenang.
3) Sila Persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas,
rasasetia kawan, rasa cinta tanah air yang berwujud pada mencintai
produkdalam negeri.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk
menghargai pendapat orang lain, semangat musyawarah dalam
mengambil keputusan.
5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam
sikapsuka menolong, menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok
atauberlebihan. (Buku Ajar MKWU Pendidikan Pancasila, 2016:132).

Selanjutnya, Pancasila terbentuk tidak terlepas dari kondisi politik


negara. Unsur-unsur politik pembentuk Pancasila sebagai ideologi negara
dapat dilihat sebagai berikut:

1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam bentuk


semangattoleransi antarumat beragama.

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
39
1)
2) Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab diwujudkan
penghargaanterhadap pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) di
Indonesia.
3) Sila Persatuan Indonesia diwujudkan dalam mendahulukan kepentingan
bangsa dan negara dari pada kepentingan kelompok atau golongan,
termasuk partai.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan diwujudkan dalam mendahulukan
pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah daripada voting.
5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan
dalambentuk tidak menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) untuk
memperkaya diri atau kelompok karena penyalahgunaan kekuasaan
itulah yang menjadi faktor pemicu terjadinya korupsi. (Buku Ajar MKWU
Pendidikan Pancasila, 2016:132-133).

Dalam hal ini, suatu ideologi memiliki beberapa dimensi


pembentuknya. Demikian halnya dengan Pancasila sebagai ideologi negara
Indonesia. Pancasila sebagai ideologi negara memiliki dimensi sebagai
berikut:

1) Dimensi realitas mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang


terkandung dalam dirinya bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup
dalam masyarakatnya. Hal ini mengandung arti bahwa nilai-nilai
Pancasila bersumber dari nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia
sekaligus juga berarti bahwa nilai-nilai Pancasila harus dijabarkan dalam
kehidupannyata sehari-hari baik dalam kaitannya dengan kehidupan
bermasyarakat maupun dalam segala aspek penyelenggaraan negara.

Dimensi idealitas mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai


bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini berarti
bahwa nilai-nilai dasar Pancasila mengandung adanya

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
40
tujuan yang dicapai sehingga menimbulkan harapan dan optimisme serta
mampu menggugah motivasi untuk mewujudkan cita-cita.

3) Dimensi fleksibilitas mengandung relevansi atau kekuatan yang


merangsang masyarakat untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran
baru tentang nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya. Dengan
demikian, Pancasila sebagai ideologi bersifat terbuka karena bersifat
demokratis dan mengandung dinamika internal yang mengundang dan
merangsang warga negara yang meyakininya untuk mengembangkan
pemikiran baru, tanpa khawatir kehilangan hakikat dirinya (Alfian,
1991:192 – 195).

Oleh karena itu, Pancasila sebagai ideologi negara harus


diwejantahkan dalam kehidupan sehari- hari oleh semua warga negara
Indonesia karena bersumber dari budaya bangsa. Pancasila sebagai ideologi
negara memiliki peranan nyata dalam kehidupan masyarakat sehari- hari,
sebagai berikut:

1) Ideologi negara sebagai penuntun warga negara, artinya setiap perilaku


warga negara harus didasarkan pada preskripsi moral. Contohnya, kasus
narkoba yang merebak di kalangan generasi muda menunjukkan bahwa
preskripsi moral ideologis belum disadari kehadirannya. Oleh karena
itu,diperlukan norma-norma penuntun yang lebih jelas, baik dalam
bentuk persuasif, imbauan maupun penjabaran nilai-nilai Pancasila ke
dalam produk hukum yang memberikan rambu yang jelas dan hukuman
yangsetimpal bagi pelanggarnya.
2) Ideologi negara sebagai penolakan terhadap nilai-nilai yang tidak
sesuaidengan sila-sila Pancasila. Contohnya, kasus terorisme yang terjadi
dalambentuk pemaksaan kehendak melalui kekerasan. Hal ini
bertentangan nilaitoleransi berkeyakinan, hak-hak asasi manusia, dan
semangat persatuan. (Buku Ajar MKWU Pendidikan Pancasila, 2016:136).

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
41
A. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Nilai-nilai dasar Pancasila dapat menyesuaikan diri dengan


perkembangan zaman. Dengan kata lain, nilai-nilai tersebut tetap dapat
diterapkan dalam berbagai kehidupan bangsa dari masa ke masa. Hal
tersebut dikarenakanPancasila merupakan ideologi yang bersifat terbuka.
Sebagai suatu sistem pemikiran, ideologi sangatlah wajar jika mengambil
sumber atau berpandangan dari pandangandan falsafah hidup bangsa. Hal
tersebut akanmembuat ideologi tersebut berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan kecerdasan kehidupan bangsa.

Artinya, ideologi tersebut bersifat terbuka dengan senantiasa


mendorong terjadinya perkembangan-perkembangan pemikiran baru
tentang ideologi tersebut, tanpa harus kehilangan jatidirinya. Kondisi ini
akan berbeda sama sekali, jika ideologi tersebut berakar pada nilai-nilai yang
berasal dari luar bangsanya atau pemikiran perseorangan. Ideologi yang
seperti itu akan kaku dan cenderung bersifat dogmatis sempit. Dengan kata
lain, ideologi tersebut bersifat tertutup.

Ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak


dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani,
moral dan budaya masyarakat itu sendiri. Dasarnya dari konsensus
masyarakat, tidak diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan dalam
masyarakat sendiri. Oleh sebab itu, ideologi terbuka adalah milik dari semua
rakyat, masyarakat dapat menemukan dirinya di dalamnya. (Kemendikbud,
2015:13).

Ideologi terbuka mempunyai banyak sekali keunggulan dibandingkan


dengan ideologi tertutup. Keunggulan tersebut dapat kita temukan dengan
cara membandingkan karakteristik kedua ideologi tersebut. Dalam tabel
berikut dipaparkan perbedaan karakteristik kedua ideologi tersebut.

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
42
Tabel 1. Perbedaan antara Ideologi Terbuka dengan Ideologi Tertutup

Perbedaan
No
Ideologi Terbuka Ideologi Tertutup
1 Sistem pemikiran yang terbuka Sistem pemikiran yang tertutup
Nilai-nilai dan cita-citanya tidak Cenderung untuk memaksakan
dipaksakan dari luar, melainkan mengambil nilai-nilai ideologi dari
2 digali dan diambil dari harta luar yang tidak sesuai dengan
kekayaan rohani, moral, dan keyakinan dan pemikiran
budaya masyarakat itu sendiri masyarakatnya
Dasar pembentukan ideologi
bukan keyakinan ideologis Dasar pembentukannya adalah cita-
sekelompok orang, melainkan cita atau keyakinan ideologis
3
hasil musyawarah dan perseorangan atau sekelompok
kesepakatan dari masyarakat orang
itu sendiri
Tidak diciptakan oleh negara,
Pada dasarnya ideologi tersebut
melainkan oleh masyarakat itu
diciptakan oleh negara, dalam hal ini
sendiri, sehingga ideologi
4 penguasa negara yang mutlak harus
tersebut adalah milik seluruh
diikuti oleh seluruh warga
rakyat atau anggota
masyarakat
masyarakatnya
Pada hakekatnya ideologi tersebut
hanya dibutuhkan oleh penguasa
Tidak hanya dibenarkan,
negara untuk melanggengkan
5 melainkan dibutuhkan oleh
kekuasaannya dan cenderung
seluruh warga masyarakat
memiliki nilai kebenaran hanya dari
sudut pandang penguasa semata
Isinya bersifat operasional,
kecuali apabila sudah Isinya terdiri dari tuntutan-tuntutan
dijabarkan ke dalam perangkat konkret dan operasional dengan
6
yang berupa konstitusi atau sifat keras yang wajib oleh seluruh
peraturan perundang-undangan warga masyarakatnya
lainnya
Senantiasa berkembang seiring
dengan perkembangan aspirasi,
pemikiran, dan akselerasi dari
Tertutup terhadap pemikiran-
masyarakat dalam mewujudkan
7 pemikiran baru yang berkembang
cita-citanya untuk hidup untuk
dalam masyarakatnya
hidup berbangsa sesuai dengan
harkat dan martabat
kemanusiaan
Sumber: Data Olahan dari Berbagai Sumber

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
43
Dalam hal ini, Pancasila dapat dipandang sebagai ideologi terbuka
karena berasal dari budaya bangsa yang digali oleh para pendiri negara.
Pancasila berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa,
sehingga memenuhi prasyarat menjadi ideologi yang terbuka. Sekalipun
Pancasila bersifat terbuka, tidak berarti bahwa keterbukaannya adalah
sebegiturupa sehingga dapat memusnahkan atau meniadakan jati diri
Pancasila sendiri.

Keterbukaan Pancasila mengandung pengertian bahwa Pancasila


senantiasamampu berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak
berubah, namun pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan
tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap waktu. Hal ini dimaksudkan
untuk menegaskan bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis,
antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan
aspirasi masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, keterbukaan ideologi Pancasila


mengandung nilai-nilai sebagai berikut:

1) Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila: Ketuhanan, Kemanusiaan,


Persatuan, Kerakyatan, Keadilan. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat
universal, sehingga di dalamnya terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-
nilai yang baik dan benar. Nilai dasar ini bersifat tetap dan terlekat pada
kelangsungan hidup negara. Nilai dasar tersebut selanjutnya dijabarkan
dalam pasal-pasal Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

Nilai instrumental, yaitu penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi
Pancasila. Misalnya program-program pembangunan yang dapat disesuaikan
dengan perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat, undang-undang, dan
departemen-departemen sebagai lembaga pelaksana

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
44
juga dapat berkembang. Pada aspek ini senantiasa dapat dilakukan
perubahan.

3) Nilai praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam


suatu pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam realisasi praksisinilah
maka penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembangdan selalu
dapat dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi) sesuai dengan
perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat. Inilah sebabnya bahwa
ideologi Pancasila merupakan ideologi yang terbuka (Kemendikbud,
2015:14).

Suatu ideologi selain memiliki aspek-aspek yang bersifat ideal


yangberupa cita-cita, pemikiran-pemikiran serta nilai-nilai yang
dianggapbaik, juga harus memiliki norma yang jelas. Hal ini dikarenakan
suatuideologi harus mampu direalisasikan dalam kehidupan nyata. Oleh
karenaitu, Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga
dimensi, yaitu:

1) Dimensi Idealisme

Dimensi idealisme menekankan bahwa nilai-nilai dasar yang


terkandung dalam Pancasila yang bersifat sistematis, rasional dan
menyeluruh itu, idealisme yang terkandung dalam Pancasila mampu
memberikan harapan dan optimisme serta mampu mendorong motivasi
pendukungnya untuk berupaya mewujudkan cita-citanya.

2) Dimensi normatif

Dimensi normatif mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang terkandung


dalam pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma
sebagaimanaterkandung dalam norma-norma keagamaan. Dalam pengertian
iniPancasila terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan tertib

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
45
hukum tertinggi dalam negara Republik Indonesia serta
merupakan staats fundamental norm (pokok kaidah negara yang
fundamental). Dengan kata lain, Pancasila agar mampu dijabarkan ke
dalam langkah-langkah yang bersifat operasional, perlu memiliki norma
atau aturan hukum yang jelas.

3) Dimensi Realitas

Dimensi realitas mengandung makna bahwa suatu ideologi harus


mampu mencerminkan realitas kehidupan yang berkembang dalam
masyarakat. Dengan kata lain, Pancasila memiliki keluwesan yang
memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-
pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau
mengingkari hakikat yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Oleh
karena itu, Pancasila harus mampu dijabarkan dalam kehidupan
masyarakatnya secara nyata baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam penyelenggaraan negara (Kemendikbud, 2015:14).

Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai


ideologiterbuka, maka ideologi Pancasila:

1) Tidak bersifat utopis, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang
jauh dari kehidupan sehari-hari secara nyata.
2) Bukan merupakan suatu doktrin belaka yang bersifat tertutup, melainkan
suatu norma yang bersifat idealis, nyata dan reformatif yang mamapu
melakukan perubahan.
3) Bukan merupakan suatu ideologi yang pragmatis, yang hanya
menekankan pada segi praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek
idealisme. (Kemendikbud, 2015:15).

Pancasila dapat dipastikan bukan merupakan ideologi tertutup,


tetapiideologi terbuka. Akan tetapi, meskipun demikian keterbukaan

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
46
Pancasila bukan berarti tanpa batas. Keterbukan ideologi Pancasila
harus selalu memperhatikan:

1) Stabilitas nasional yang dinamis.


2) Larangan untuk memasukan pemikiran-pemikiran yang mengandung
nilai-nilai ideologi marxisme, leninisme, dan komunisme.
3) Mencegah berkembanganya paham liberal.
4) Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan
masyarakat.
5) Penciptaan norma yang barus harus melalui konsensus(Kemendikbud,
2015:15-16).

RANGKUMAN

1. Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang Ideologi merupakan


cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus membentuk
orang atau atau masyarakat yang sekaligus membentuk orang atau
masyarakat itu menuju cita- cita yang mereka inginkan. Ideologi
merupakan sesuatu yang dihayati dan diresapi menjadi suatu keyakinan.
Ideologi merupakan suatu pilihan yang jelas membawa komitmen
((keterikatan) untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran
ideologis seseorang, maka akan semakin tinggi untuk mewujudkannya.
2. Pancasila sebagai ideologi, selain menghadapi tantangan dari ideologi-
ideologi besar dunia juga menghadapi tantangan dari sikap dan perilaku
kehidupan yang menyimpang dari norma- norma masyarakat umum.
Tantangan itu meliputi, antara lain: terorisme dan narkoba. Sebagaimana
yang telah diinformasikan oleh berbagai media masa bahwa terorisme
dan narkoba merupakan ancaman terhadap keberlangsungan hidup
bangsa Indonesia dan ideologi negara.

PENDIDIKANPANCASILA&KEWARGANEGARAAN
47

Anda mungkin juga menyukai