Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pemahaman tentang makna dan konsep Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 sangat wajib bagi setiap warga negara sebelum menerapkan nilainilai tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai
dasar negara merupakan dasar dalam mengatur penyelenggaraan negara
disegala bidang, baik bidang ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya. Era
global menuntut kesiapan segenap komponen bangsa untuk mengambil peranan
sehingga dampak negatif yang kemungkinan muncul, dapat segera diantisipasi.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai Ideologi negara, diharapkan
mampu menjadi filter dalam menyerap pengaruh perubahan jaman di era
globalisasi ini. Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam
penerapannya dikehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi mencerminkan
cara berfikir masyarakat, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-cita.

1.2

Tujuan
Adapun tujuan-tujuan dari penulisan karya tulis ini:
1) Mengetahui pengertian dari ideology dan sistem pemerintahan indonesia.
2) Memahami tentang ideologi terbuka dan ideologi tertutup.
3) Mengetahui perbedaan ideologi terbuka dengan ideologi tertutup.
4) Mengetahui perbedaan sistem parlementer dengan presidensial.
5) Memahami dimensi ideologi terbuka.
6) Dapat mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka.
7) Dapat menganalisa Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma
pembangunan.
8) Dapat menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi
terbuka.

BAB II
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
2.1

Ideologi

Ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu eidos/idein: bentuk, melihat dan
logia: kata atau ajaran. Ideologi: ilmu tentang gagasan, cita-cita, buah pikiran.
Secara etimologi atau bahasa Perancis berasal dari kata idea: gagasan,
konsep, pengertian, dasar, cita-cita dan logos/logoi: ilmu atau pengetahuan.
Jadi ideologi adalah ilmu pengetahuan tentang ide-ide, gagasan, dan tentang
keyakinan.
Ideologi juga diartikan sebagai gagasan, cita-cita, dan nilai dasar yang
membentuk sistem nilai yang interral dan mendasar sebagai pencerminan
pandangan hidup suatu bangsa.
Ciri-ciri ideologi adalah:
1. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan.
2. Oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandanagn dunia,
pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara
diamalkan dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan
dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
Ideologi dibagi lagi menjadi 2, yaitu:
1) Ideologi tertutup
2) Ideologi terbuka
2.1.1 Ideologi Tertutup
Ciri-ciri ideologi tertutup:
a) Nilai dan cita-cita sekelompok orang yang mendasari niat dan
tujuan kelompok.
b) Harus ada yang dikorbankan demi ideologi sekelompok orang.
c) Loyalitas ideologi yang kaku.
d) Terdiri atas tuntutan konkrit dan operasional yang diajukan mutlak.
e) Ketaatan yang mutlak bahkan kadang menggunakan kekuatan dan
kekuasaan.
Jadi, ideologi tertutup adalh ideologi yang dipaksakan dari atas untuk harus
diterima, bila perlu dengan tangan besi / fisik agar dapat diterima sebagai cara
hidup dan kehidupan suatu kelompok masyarakat / bangsa.
2.1.2

Ideologi Terbuka
Ciri-ciri ideologi terbuka:
1. Merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat.
2

2. Berupa nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari dalam masyarakat


sendiri.
3. Hasil musyawarah dan konsensus masyarakat.
4. Bersifat dinamis dan reformis.
5. Ciri khas ideologi terbuka adalah cita-cita dasar yang ingin diwujudkan
masyarakat bukan berasal dar luar masyarakat atau dipaksakan dari elit
penguasa tertentu.
6. Terbuka kepada perubahan-perubahan yang datang dari luar, tetapi
memiliki kebebasan dan integritas untuk menentukan manakah nilai-nilai
dari luar yang mempengaruhi dan mengubah nilai-nilai dasar yang
selama ini sudah ada dan manakah yang tidak boleh berubah.
Jadi, ideologi terbuka adalah suatu pandangan, gagasan, atau konsep dengan
suatu system pemikiran terbuka yang tidak dipaksakan.
3 Dimensi Ideologi Terbuka:
1) Dimensi realitas: nilai-nilai yang terkandung merupakan pencerminkan
realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
2) Dimensi idealis: nilai-nilai yang terkandung didalamnya merupakan
sebuah cita-cita yang ingin dicapai oleh masyarakat.
3) Dimensi flexibilitas: Bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang
memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiranpemikiran baru yang relevan.

2.2

Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan
tuntutan kebutuhan masyarakat tanpa merubah nilai-nilai yang terkandung
didalamnya. Ideologi Pancasila senantiasa merupakan wahana bagi tercapainya
tujuan bangsa.
Pancasila sebgaia ideologi terbuka memiliki 3 nilai yaitu:
1) Nilai dasar: yaitu nilai yang bersifat universal dan relative tetap. Nilainilai dasar ini terkandung dalam sila-sila dalam Pancasila.

2) Nilai instrumantel: nilai yang menjdai pedoman pelaksanaan dari nilai


dasar. Nilai-nilai instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal
undang-undang dasar yang merupakan penjabaran dari Pancasila.
3) Nila fraksis: penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai fraksis merupakan
pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai diatas.
2.3

Pancasila Sebagai Sumber Nilai dan Paradigma Pembangunan


Bagi bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah Pancasila. Hal ini
berarti bahwa seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma dan tolok ukur tentang
baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan dan tingkah laku bangsa
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila itu merupakan

nilai instrinsik yang

kebenarannya dapat dibuktikan secara obyektif, serta mengandung kebenaran


yang universal. Nilai-nilai Pancasila, merupakan kebenaran bagi bangsa
Indonesia karena telah teruji dalam sejarah dan dipersepsi sebagai nilai-nilai
subyektif yang menjadi sumber kekuatan dan pedoman hidup seirama dengan
proses adanya bangsa Indonesia yang dipengaruhi oleh dimensi waktu dan
ruang.
Nilai-nilai tersebut tampil sebagai norma dan moral kehidupan yang
ditempa dan dimatangkan oleh pengalaman sejarah bangsa Indonesia untuk
membentuk dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat dalam wadah
negara kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus
1945. Nilai-nilai Pancasila itu menjadi sumber inspirasi dan cita-cita untuk
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila dalam paradigma pembangunan sekarang dan dimasa-masa
yang akan datang, bukanlah lamunan kosong (utopis), akan tetapi menjadi
suatu kebutuhan sebagai pendorong semangat (drive) pentingnya paradigma
arah pembangunan yang baik dan benar di segala bidang kehidupan. Jati diri
atau kepribadian bangsa Indonesia yang religius, ramah tamah, kekeluargaan
dan musyawarah, serta solidertias yang tinggi (kepedulian), akan mewarnai

jiwa pembangunan nasional baik dalam perencanaan, pengorganisasian,


pelaksanaan, pengawasan maupun dalam evaluasinya.
Berdasarkan konseptualisasi paradidgma pembangunan tersebut di atas,
maka unsur manusia dalam pembangunan sangat penting dan sentral. Karena
manusia adalah pelaku dan sekaligus tujuan dari pembangunan itu sendiri. Oleh
sebab itu, jika pelaksanaan pembangunan ditangan orang yang sarat KKN
(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan tidak bertanggung jawab, maka segala
modal, pikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan dapat
membahayakan sekaligus merugikan manusia, masyarakat, bangsa dan negara.
2.4

Sikap Positif Terhadap Pancasila


Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia keberadaannya bersamaan
dengan adanya bangsa Indonesia. Selain itu, Pancasila juga berfungsi sebagai
kepribadian bangsa Indonesia. Artinya, jiwa bangsa Indonesia mempunyai arti
statis dan dinamis. Jiwa ini diwujudkan dalam sikap mental, tingkah laku, dan
perbuatan bangsa Indonesia yang pada akhirnya mempunyai cirri khas.
Dari beberapa pengertian diatas dapat kita simpulkan bagaimana sikap
kita

sebagai

bangsa

terhadap

Pancasila

diantaranya

memiliki

sikap

nasionalisme, patriotism, dan mengaplikasikan nilai-nilai luhur Pancasila.


Sebagai contoh nyatanya kita mengikuti upacara bendera, ikut aktif dalam
acara kemerdekaan Negara Indonesia, dan belajar dengan sungguh-sungguh,
kita sudah mencerminkan sikap positif terhadap Pancasila.

BAB III
SISTEM PEMERINTAHAN

3.1

Pengertian Sistem
Secara etimologi, sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling

berkaitan, susunan yang teratur dari pandangan, teori, azas atau metode.
Dalam Ensiklopedi Indonesia (1978:3205) disebutkan bahwa sistem berasal
dari bahasa yunani sustema terjemahannya mengumpulkan yang artinya adalah
suatu kesatuan bermacam-macam hal menjadi keseluruan dengan bagian-bagian
yang tersusun dari dalam.
3.1.1 Pengertian Pemerintah
Istilah Pemerintah berasal dari kata Perintah, yang secara etimologi berarti
perintah atau komando. Kata perintah diberi prefiks me- menjadi memerintah yang
berarti:
1. Sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kekuasaan sosial,
ekonomi dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya.
2. Sekelompok orang yang secara bersama- sama memikul tanggungjawab
terbatas untuk menggunakan kekuasaan.
3. Penguasaan suatu negara (bagian Negara)
4. Badan tertinggi yang memerintah suatu Negara/Kabinet
5. Negara atau Negeri
3.1.2 Pengertian Pemerintahan
Adalah Perbuatan atau cara-cara atau rumusan pemerintah, misal
pemerintahan yang adil, pemerintahan demokratis, pemerintahan otoriter, dsb (Bayu
Suryaningrat, 1990:11)
Dalam istilah Governent Pemerintahan paling sedikit mempunyai 4 arti :
a. Menunjukkan kegiatan atau proses, yaitu melaksanakan kontrol atas pihak
lain (The Activity of process of Governing)
b. Menunjukkan masalah-masalah (hal ihwal) negara dalam mana kegiatan atau
proses diatas dijumpai (State Of Affair)
c. Menunjukkan orang-orang (pejabat-pejabat) yang dibebani tugas-tugas untuk
memerintah (People Charged Which The Duty Of Governing)

d. Menunjukkan cara, metode atau sistem dengan mana suatu masyarakat


tertentu diperintah (The Manner Method Of Sistem By Which A Particular
Society Of Governed)
Pemerintahan dapat dikatakan sebagai jawatan atau alat-alat kelengkapan
Negara yang mempunyai wewenang yang sah melindungi serta meningkatkan taraf
hidup masyarakat berproses atau sedang berproses menurut suatu cara dan metode
tertentu melalui pembuatan dan pelaksanaan berbagai keputusan
3.2

Pembentukan Pemerintahan di Indonesia


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia :
Tgl 17 Agustus 1945 : Proklamasi Kemerdekaan RI diumumkan di depan
Gedung Jl. Pegangsaan Timur No 56 Jakarta (Jl.Proklamasi)
Arti Proklamasi dalam garis besarnya adalah:
a. Lahirnya NKRI
b. Puncak perjuangan pergerakan Kemerdekaan sejak tgl 20 Mei 1908
c. Titik tolak Amanat Penderitaan Rakyat, sejarah pemerintahan bangsa
Indonesia

bermula

semenjak

bangsa

Indonesia

memproklamasikan

kemerdekaannya

Proklamasi Kemerdekaan telah mewujudkan Negara RI dari Sabang

sampai Merauke.
Proklamasi Kemerdekaan RI (17 Agt 1945) adalah sumber hukum bagi

pembentukan NKRI.
Dasar-dasar pemerintahan suatu negara terletak pada UUD bangsa yang
bersangkutan UUD 1945.

3.2.1 Bentuk-Bentuk Sistem Pemerintahan di Indonesia


a. Sistem Presidensial
Ciri-ciri Sistem Presidensial:

Sistem ini menganut azas Trias Politika klasik yang memegang teguh
keseimbangan (Check and Balances) diantara Badan Legisletif,

Eksekutif dan Yudikatif.


Menurut sistem ini, Presiden adalah Kepala Eksekutif yang dipilih oleh
rakyat.
7

Presiden

membentuk

Kabinet

dan

Mentri-mentri

yang

bertanggungjawab kepada Presiden.


Parlemen tidak dapat memberhentikan Presiden, begitu pula sebaliknya.
Presiden sama sekali terpisah dari Badan Legislatif dan tidak boleh

mempengaruhi organisasi dan penyelenggaraan parlemen.


Amerika Serikat (AS) merupakan Negara yang dianggap menerapkan

sistem Presidensial murni.


RUU dibuat oleh Kongres dan diajukan kepada Presiden untuk
disahkan. Jika Presiden menolak maka ia dapat mengembalikan RUU

itu kepada Kongres.


Kongres akan melakukan pemungutan suara untuk mendapatkan
dukungan dua pertiga suara Kongres agar bisa memaksa Presiden

menerima RUU tersebut.


Tahap akhir Presiden harus tunduk kepada keputusan Kongres.

b. Sistem Parlementer
Ciri-ciri Sistem Parlementer:

Dalam bentuk sistem pemerintahan ini Eksekutif dan Legislatif saling

tergantung satu sama lain


Eksekutif terdiri dari Raja atau Presiden yang disebut Kepala Negara

dan Kabinet dipimpin Perdana Mentri atau Konselir


Raja atau Presiden sebagai Kepala Negara tidak dapat diganggu gugat
Kabinet sebagai pelaksana tugas-tugas eksekutif tunduk dan
bertanggungjawab pada Parlemen, karena Kabinet dipilih oleh

Parlemen atau dibentuk oleh partai mayoritas di Parlemen


Jika tidak ada partai mayoritas maka beberapa partai berkoalisi
sehingga mendapat dukungan lebih dari separoh anggota Parlemen

untuk membentuk Kabinet


Masa jabatan Kabinet tergantung pada Parlemen, artinya jika suatu
Kabinet tidak mendapat kepercayaan dari Parlemen, Kabinet akan jatuh.
Jika hal ini terjadi maka Kepala Negara menunjuk Ketua Partai Oposisi

untuk membentuk Kabinet baru dan segera menyelenggarakan Pemilu


Masa kerja Kabinet selain ditentukan oleh Konstitusi juga tergantung

dari dukungan Parlemen


Sistem Pemerintahan yang dianut setelah perubahan terhadap UUD
1945 adalah Sistem Presidensil

Presiden adalah Kepala Negara dan sekaligus merangkap Kepala


Pemerintahan yang memimpin penyelenggaraan pemerintahan sehari-

hari
Presiden/Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat maka tidak
bertanggungjawab kepada parlemen baik kepada DPR maupun kepada

MPR
Presiden dan DPR menempati kedudukan yang sejajar sehingga

Presiden tidak berwenang untuk membubarkan parlemen


Presiden mengangkat dan memberhentikan Mentri-mentri
Presiden melaksanakan tugas dan wewenang selama 5 tahun atau dalam
masa jabatan yang tetap (Fixed Term)

3.3

Perbedaan Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial

NO

HAL

PARLEMENTER

PRESIDENSIL

Kepala negara

Raja atau Presiden

Presiden

Kepala Pemerintahan

Perdana Menteri

Presiden

Pembuatan
Undang-undang

Parlemen

Parlemen

Kepala Negara

Raja berdasarkan keturunan

Presiden di pilih

Presiden dipilih oleh rakrat

oleh rakyat

Kepala Pemerintahan

3.4

Dipilih mayoritas Parlemen

Dipilih oleh
rakyat

Teori Kekuasaan

A. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk
menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus
9

menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau


golongan-golongan tertentu (Max Weber).
B. Sumber-Sumber Kekuasaan
Legitimate power
Yaitu suatu kekuasaan yang diperoleh secara sah karena posisi seseorang
dalam kelompok atau hierarki keorganisasian.
Coersive power
Yaitu suatu kekuasaan yang didasarkan atas rasa takut, seorang pengikut
merasa bahwa kegagalan memenuhi permintaan seorang pemimpin dapat
menyebabkan dijatuhkannya sesuatu bentuk hukuman.
Expert power
Yaitu kekuasasan yang didasarkan atas ketrampilan khusus, keahlian atau
pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin dimana para pengikutnya
menganggap bahwa orang itu mempunyai keahlian yang relevan dan
yakin keahliannya itu melebihi keahlian mereka sendiri.
Reward power
Merupakan suatu kekuasan yang didasarkan atas pemberian harapan,
pujian, penghargan atau pendapatan bagi terpenuhinya permintaan
seseorang pemimpin terhadap bawahannya
Referent power (French dan Raven dalam Gary A Yukl, 1994)
Yaitu suatu kekuasaan yang didasarkan atas daya tarik seseorang, seorang
pemimpin dikagumi oleh para pengikutnya karena memiliki suatu ciri
khas, bentuk kekuasaan ini secara populer dinamakan kharisma.
Pemimpin yang memiliki daya kharisma yang tinggi dapat meningkatkan
semangat dan menarik pengikutnya untuk melakukan sesuatu, pemimpin
yang demikian tidak hanya diterima secara mutlak namun diikuti
sepenuhnya.
3.4.1 Teori Pemisahan Kekuasaan
Pada hakekatnya pembagian kekuasaan dapat dibagi ke dalam dua cara, (Zul
Afdi Ardian, 1994: 62) yaitu:
1. Secara vertikal, yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya. Maksudnya
pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan, misalnya antara
pemerintah pusat dengan dan pemerintah daerah dalam negara kesatuan, atau

10

antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian dalam suatu suatu
negara federal.
2. Secara horizontal, yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya. Dalam
pembagian ini lebih menitikberatkan pada pembedaan antara fungsi
pemerintahan yang bersifat legislatif, eksekutif dan yudikatif.
3. Orang yg mengemukakan teori pemisahan kekuasaan Negara adalah John
Locke dan Montesquieu.
4. John Locke seorang ahli ketatanegaraan Inggris, ia adalah orang pertama
yang dianggap membicarakan teori ini.
5. John locke memisahkan kekuasaan dari tiap-tiap negara dalam :
1. Kekuasaan Legislatif : kekuasaan utk membuat undang-undang
2. Kekuasaan Eksekutif: kekuasaan utk melaksanakan undang-undang
3. Kekuasaan Federatif:

kekuasaan mengadakan perserikatan serta

segala tindakan dgn semua orang & badan badan di luar negeri.
6. Setengah abad kemudian dgn di ilhami oleh pembagian kekuasaan dari john
locke,Montesque seorang pengarang, ahli politik dan filsafat prancis menulis
tentang pemisahan kekuasaan menjadi 3 jenis : Legislatif, Eksekutif dan
Yudikatif.
7. Menurut Montesque dalam suatu sistem pemerintahan negara, ketiga jenis
kekuasaan itu harus terpisah, baik mengenai fungsi(tugas) maupun mengenai
alat kelengkapan (organ) yg melaksanakan.Isi ajaran Montesque ini adalah
mengenai pemisahan kekuasaan negara yg lebih di terkenal dgn istilah Trias
Politica Keharusan pemisahan kekuasaan negara menjadi 3 jenis itu adalah
agar tindakan sewenang-wenang oleh raja dapat dihindarkan.
8. Ajaran Trias Politica ini nyata-nyata bertentangan dengan kekuasaan pd
zaman Feodalisme dalam abad pertengahan.
9. Pada zaman itu yg memegang ketiga kekuasaan dlm negara ialah seorang
raja, yg membuat sendiri undang-undang, menjalankannya, dan menghukum
segala pelanggaran atas undang-undang yg di buat dan dijalankan oleh raja
tersebut.
10. Monopoli atas ketiga kekuasaan tsb dpt dibuktikan dlm semboyan Raja Louis
XIV"L'Etat Cest moi" ( negara adalah saya ),
11

11. Setelah pecah Revolusi Prancis pada tahun 1789, barulah paham monopoli tsb
menjadi lenyap & timbul gagasan baru mengenai pemisahan kekuasaan yg
dipelopori oleh Montesque

C. Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan untuk membuat undang-undang harus terletak dlm suatu badan yg
memiliki wewenang khusus utk itu. Jika penyusunan undang-undang tdk diletakkan
pada suatu badan tertentu, maka memungkinkan tiap golongan / tiap orang
mengadakan undang-undang untuk kepentingannya sendiri. Di dalam negara
demokrasi yg peraturan perundangan harus berdasarkan kedaulatan rakyat, maka
badan perwakilan rakyat harus dianggap sebagai badan yg mempunyai kekuasaan
tertinggi utk menyusun undang-undang.
D. Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan menjalankan undang-undang ini dipegang oleh kepala negara yg
tentunya tdk dpt sendiri menjalankannya, oleh karena itu dilimpahkan(didelegasikan)
kpd pejabat-pejabat pemerintah yg bersama-sama dlm suatu badan(kabinet).
E. Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan yudikatif/kehakiman berkewajiban mempertahankan undangundang dan berhak utk memberikan peradilan kpd rakyat. Berkuasa memutuskan
perkara, menjatuhi hukuman terhadap pelanggaran uu yg telah diadakan dan
dijalankan. Para hakim mempunyai kedudukan yg istimewa dan mempunyai hak
tersendiri, karena ia tdk diperintah oleh kepala negara, bahkan ia badan yg berhak
menghukum kepala negara, jika melanggar hukum.
Berbeda dg John Locke yg memasukkan kekuasaan yudikatif dlm kekuasaan
eksekutif, dan sebaliknya oleh Montesque kekuasaan Federatif di masukkan kedalam
kekuasaan eksekutif.

12

Model Pembagian Kekuasaan menurut UUD 1945 yang ASLI


Pada UUD 1945 yang Asli dikemukakan bahwa Presiden memegang
kekuasaan membuat UU dengan persetujuan DPR (pasal 5 ayat 1).
Presiden mengangkat duta besar.
Fungsi-fungsi peradilan berada di bawah Presiden.
Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi.
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan diangkat oleh Presiden.
Ketua Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden.
Model Pembagian Kekuasaan menurut UUD 1945 yang AMANDEMEN
Kekuasaan menyusun UU berada di tangan DPR, dengan persetujuan
Presiden (pasal 20 UUD 1945 Amandemen).
Kekuasaan kehakiman berada di bawah Mahkamah Agung dan bebas dari
pengaruh pemerintah.( lihat UU Nomor 4 Tahun 2004, khususnya pasal 2).
Ketua BPK diangkat dari Presiden berdasarkan rekomendasi DPR.
Dibangun Mahkamah Konstitusi untuk menyelesaikan persengketaan yang
berkaitan dengan UUD.
3.5

Konsep dan Filosofi SPI Menurut UUD 1945 Amandemen IV Asas-Asas


Umum Pemerintahan Yang Baik
Asas Umum Pemerintahan Negara yang Baik adalah asas yang menjunjung

tinggi norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan


Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
1. Asas umum penyelenggaraan Negara, UU No 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggara Negara yang bersih dari KKN.
PASAL 3
a. Asas Kepastian Hukum, adalah asas dalam Negara Hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, keputusan dan
keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara Negara

13

b. Asas tertib Penyelenggaraan Negara, adalah asas yang menjadi landasan


keteraturan,

keserasian

dan

keseimbangan

dalam

pengenadalian

penyelenggara Negara
c. Asas Kepentingan Umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara aspiratif, akomodatif dan selektif
d.

Asas Keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar dan jujur dan tidak deskriminatif
tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia Negara

e. Asas Proposionalitas, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara


hak dan kewajiban penyelenggara Negara
f. Asas Profesionalitas, adalah asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undnagan yang
berlaku
g. Asas Akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil

akhir

dari

kegiatan

penyelenggara

Negara

harus

dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang


kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
2. Hak dan Kewajiban Penyelenggara Negara
Setiap Penyelenggara Negara berhak untuk :
1. Menerima gaji, tunjangan dan fasilitas lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Menggunakan hak jawab terhadap setiap teguran, tindakan dari atasannya,
ancaman hukuman dan kritik masyarakat.
3. Menyampaikan pendapat dimuka umum secara bertanggungjawab sesuai
dengan wewenangnya,
4. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku
3. Setiap Penyelenggara Negara berkewajiban untuk :
14

1. Mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum


memangku jabatan.
2. Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama dan setelah menjabat.
3. Melaporkan dan mengumumkan kekayaan-kekayaannya sebelum dan setelah
menjabat.
4. Tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
5. Melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan.
6. Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak melakukan
perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untukkepentingan pribadi, keluarga,
kroni, maupun kelompok, dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk
apapun yang bertentangan dengan ketentuan dan peraturan perundangundnagan yang berlaku.
7. Bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi dan nepotisme serta
dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
4. Penyelenggara Negara meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.

Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara.


Menteri.
Gubernur.
Hakim.
Pejabat Negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pejabat lain memiliki

fungsi

strategis

dalamkatannya

dengan

penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangundangan yang berlaku
3 (Tiga) Fungsi utama pemerintah :
Pembuat Kebijakan
- Regulasi, mediasi, problem solver
Pelayanan Publik
- Sarana dan prasarana pelayanan umum (administratif).
- Sarana dan prasarana kepentingan umum (utilitas), seperti jalan, rumahsakit,
sekolah, tempat ibadah, air, listrik, telpon, dll.
Fasilitator
- Menyediakan kebutuhan terhadap barang dan jasa publik, seperti sandang,
pangan, papan,transportasi, lapangan kerja.
15

Kilas Balik UUD 1945:


Hukum Dasar Tertulis
Konstitusi RI
18 Agustus 1945 disahkan oleh PPKI
Konstitusi RIS 27 Desember 1949
17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1945
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan
dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959
A. Amandemen Konstitusi RI
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia. Sebelum dilakukan Perubahan, UUD
1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16
ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal
dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan,
dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
B. Amandemen Pertama, 14-21 Oktober 1999
Perubahan Pertama UUD 1945, adalah perubahan pertama pada UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang
Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1999 tanggal 14-21 Oktober
1999 :
Pasal 5
Pasal 7
Pasal 9
Pasal 13
Pasal 14
16

Pasal 15
Pasal 17
Pasal 20
Pasal 21
Perubahan Kedua UUD 1945, adalah perubahan kedua pada Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000.
Perubahan Ketiga UUD 1945, adalah perubahan ketiga pada Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2001 tanggal 1-9 November 2001.
Perubahan Keempat UUD 1945, adalah perubahan keempat pada UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang
Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2002 tanggal 1-11 Agustus
2002.
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki:
20 bab,
73 pasal,
194 ayat,
3 pasal Aturan Peralihan, dan
2 pasal Aturan Tambahan.
Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang
Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri
dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4
pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
3.6

Kedudukan dan Susunan Lembaga-Lembaga Negara

Fungsi-fungsi Badan Negara :


a. Fungsi Konstitutif : fungsi penyelenggaraan kedaulatan rakyat dan penetapan
UUD.
b. Fungsi Eksekutif : fungsi penyelenggaraan pem-an negara.
17

c. Fungsi Legislatif : fungsi pembentukan UU.


d. Fungsi Yudikatif : fungsi penyelenggaraan kekuasaan kehakiman.
e. Fungsi Auditif : fungsi penyelenggaraan pemeriksaan atas tanggung jawab
keuangan negara yg dikelola oleh Pemerintah.
A. Majelis Permusyawaratan Rakyat
Kedudukan :

MPR berkedudukan sbg lembaga neg dgn susunan dan keanggotaannya


sebagai berikut :
MPR tertanda anggota DPR dan anggota DPD yg

dipilih dari Pemilu.


Keanggotaan

MPR

diresmikan

dengan

Kepala

Presiden.

Masa jabatan anggota MPR 5 tahun.

MPR bersidang sedikitnya sekali dlm 5 tahun.

Tugas dan Wewenang :


Mengubah dan menetapkan UUD.
Melantik Pres dan Wapres berdsrkan hasil Pemilu.
Menetapkan Peraturan Tata Tertib & Kode etik MPR.
Alat Kelengkapan MPR :
Pimpinan
Panitia Ad Hoc; dan
Badan Kehormatan
Pimpinan MPR
Dalam UU No. 22 Thn. 2003, Pimpinan MPR terdiri atas seorang Ketua
dan Tiga orang Wakil Ketua yang mencerminkan unsur DPR dan DPD.
B. Presiden
Kedudukan :
Presiden selaku Kepala Pemerintahan

18

Selaku Kepala Pemerintahan Presiden menjalankan 2 fungsi yaitu


fungsi eksekutif dan fungsi legislatif.
Dalam hal menjalankan fungsi eksekutif, presiden:

Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD

Menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan


UU sebagaimana mestinya.

Dalam hal menjalankan fungsi legislatif, Presiden:


Berhak mengajukan RUU kepada DPR
Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden.
Mengesahkan RUU yg telah disetujui bersama utk menjadi UU.
Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti UU.
Kewenangan dan tugas Presiden selaku Kepala Negara adalah :
Memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU.
Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dgn negara
lain, dgn persetujuan DPR.
Membuat Perjanjian Internasional.
Menyatakan keadaan bahaya.
Mengangkat duta dan konsul.
Menerima penempatan duta negara lain.
Memberi grasi dan rehabilitasi.
Memberi amnesti dan abolisi.
Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain.
Meresmikan keanggotaan MPR, DPR dan DPD.
Menetapkan Hakim Konstitusi pd MK.
Menetapkan Hakim Agung.
Mengangkat dan meberhentikan Anggota Komisi Yudisial.
Meresmikan Anggota BPK yang telah dipilih.
Pembantu Presiden
Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.
19

Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.


Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
Capres dan Wapres harus WNI.
Capres dan Wapres dicalonkan oleh Parpol.
Syarat-syarat menjadi Presiden dan Wakil presiden diatur dalam UUD
1945.

C. Dewan Perwakilan Rakyat


Fungsi DPR :
Fungsi Legislasi, membntk UU yg dibahas dgn Pres
Fungsi Anggaran, menyusun & menetapkan APBN
Fungsi Pengawasan, terhadap pelaksanaan UUD 1945
Hak DPR, dan Hak dan Kewajiban Anggota :
Hak Interpelasi, utk meminta ket kpd Pem mengenai kebijakan
Pemerintah yg penting dan strategis.
Hak Angket, utk melakukan penyelidikan thdp kebijakan Pem yg
penting dan strategis.
Hak menyatakan Pendapat, terhadap kebijakan Pemerintah.
Alat Kelengkapan
Pimpinan
Komisi
Badan Musyawarah
Badan Legislasi
Badan Urusan Rumah Tangga (BURT)
Badan Kerjasama Antar Parlemen
Badan Kehormatan
Panitia Anggaran
20

Alat Kelengkapan lain yang diperlukan.

Pimpinan DPR, terdiri seorang Ketua dan 3 orang Wkl Ketua yg


dipilih dari dan oleh Anggota DPR dalam Sidang Paripurna DPR.

Sekretariat Jenderal DPR


Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPR, dibentuk
Sekretariat Jenderal yang ditetapkan dengan Kpts Pres dan personalnya
terdiri atas PNS.

D. Dewan Perwakilan Daerah


Tugas dan Wewenang :
Mengajukan kepada DPR RUU yang berkaitan dgn OTDA.
Ikut membahas RUU yang berkaitan dgn OTDA.
E. Badan Pemeriksa Keuangan
Tugas, Kewajiban, Wewenang dan Fungsi :
Tugas pokok BPK adalah memeriksa :
Memeriksa tanggung jawab Pemerintahan tentang Keuangan Negara
Memeriksa semua pelaksanaan APBN, APBD anggaran BUMN dan
anggaran BUMD berdsrkan UU
BPK berkewajiban untuk memberitahukan :
Hasil pemeriksaannya kepada DPR, DPD dan DPRD
Hasil

pemeriksaan

tsb

ditindaklanjuti

oleh

lembaga

perwakilan/badan sesuai UU
BPK berwewenang untuk meminta keterangan yang wajib diberikan
oleh setiap orang, Badan/Instansi Pemerintah dan Badan Swasta, selama
tidak bertentangan dengan UU.
BPK berfungsi :
Fungsi Operatif : melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan atas
tanggung jawab keuangan negara sesuai wewenang.

21

Fungsi Rekomendasi : memberikan pertimbangan kepada Pemerintah


tentang penguasaan, pengurusan dan pertanggung jawaban keuangan
negara.
Fungsi Yudikatif : menyelenggarakan proses tuntutan perbendaharaan
terhadap bendaharawan.
Alat Kelengkapan BPK:
Sekretariat Jenderal.
Auditorat Utama, sbg Pelaksana Pengawasan dan Pemeriksaan.
Inspektorat Utama Perencanaan, Analisa, Evaluasi dan Pelaporan.
Inspektorat Utama Pengawasan Intern dan Khusus.

F. Mahkamah Agung
Tugas dan Wewenang :
Memutus permohonan kasasi thdp putusan Pengadilan Tingkat Banding
atau Tingkat Terakhir dari semua lingkungan peradilan
Memutus sengketa ttg kewenangan mengadili
Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali putusan
pengadilan yg telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dll
Fungsi : fungsi peradilan, fungsi pengawasan, fungsi pengaturan dan fungsi
pemberian nasehat yg masing2 disertai dengan wewenang dan tugas tertentu.
G. Mahkamah Konstitusi
Tugas dan Wewenang :
Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusan bersifat final.
Wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan Wakil Presiden menurut UUD.

22

Untuk kelancaran tugas dan wewenang, MK dibantu oleh sebuah


Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan.
3.7

Kekuasaan Membentuk Undang-Undang

Pasal 69
(1) DPR mempunyai fungsi :
a. Legilasi
b. Anggaran
c. Pengawasan
Pasal 70
(1) Fungsi legilasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf a
dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan
membentuk Undang-undang.
(2) Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b
dilaksanakan untuk membahas dn memberikan persetujuan atau tidak
memberikan persetujuan terhadap RUU tentang APBN yang diajukan oleh
Presiden.
(3) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat (1) huruf c
dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang dan
APBN.
3.7.1 Tugas dan Wewenang DPR
Pasal 71
1. Membentuk UU yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama.
2. Memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan thd peraturan
pemerintah pengganti UU yang diajukan oleh Presiden untuk mengganti UU.
3. Menerima RUU yang diajukan oleh DPD berkaitan dengan Otonomi Daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
4. Membahas RUU sebagaimana dimaksud dalam huruf c bersama Presiden dan
DPD sebelum diambil persetujuan bersama antara DPR dan Presiden.
23

5. Membahas RUU yang diajukan oleh Presiden atau DPD yang berkaitan
dengan Otonomi Daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, dengan
menurut sertakan DPD sebelum diambil persetujuan bersama antara DPR dan
Presiden.
6. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU yang
berkaitan dengan Pajak, Pendidikan dan Agama.
7. Membahas bersama, Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan
memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN yang diajukan oleh
Presiden.
8. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-undang dan APBN
9. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh
DPD terhadap pelaksanaan Undang-unang mengenai Otonomi Daerah,
pembentukan pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumberdaya ekonomi lainnya,
pelaksanaan APBN, Pajak, Pendidikan dan Agama.
10. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain, serta membuat
perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara
dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan Undang-undang.
11. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian Amnesti dan
Abolisi.
12. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat Duta
Besar dan menerima penempatan Duta Besar Negara lain.
13. Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
14. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan Negara yang disampaikan oleh BPK.
15. Memberikan

persetujuan

kepada

Presiden

pemberhentian anggota komisi yudisial.

24

atas

pengangkatan

dan

16. Memilih 3(tiga) orang Hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden
untuk diresmikan dengan Keputusan Presiden.
17. Memberikan peretujuan terhadap pemindahtanganan Asset Negara yang
mejadi

kewenangannya

berdasarkan

ketentuan

peraturan

perundang-

undangan dan terhadap perjanjian yang berakibat luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan Negara.
18. Menyerap,

menghimpun,

menampung

dan

menindaklanjuti

aspirasi

masyarakat.
19. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam Undang-undang.
20. Memberikan peretujuan terhadap pemindahtanganan Asset Negara yang
mejadi

kewenangannya

berdasarkan

ketentuan

peraturan

perundang-

undangan dan terhadap perjanjian yang berakibat luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan Negara.
21. Menyerap,

menghimpun,

menampung

dan

menindaklanjuti

aspirasi

masyarakat.
22. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam Undang-undang.

Pasal 77
1. DPR mempunyai hak :
a. Interpelasi
b. Angket, dan
c. Menyatakan pendapat
2. Hak Interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah hak DPR
untuk meminta

keterangan

kepada

Pemerintah

mengenai

kebijakan

pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
masyarakat berbangsa dan bernegara.
3. Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPR
untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu Undang-undnag
dan/atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis
dan berdampak luas pada kehidupan masyarakt berbangsa dan bernegara,
yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
25

4. Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c


adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas :
a. Kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di
tanah air atau di dunia internasional.
b. Tindak lanjut hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau
c. Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran
hukum baik berupa penghianatan terhadap Negara, Korupsi, penyuapan,
tindak pidana lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden
dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden.

Pasal 221
DPD terdiri atas Wakil-wakil Daerah Propinsi yang dipilih melalui Pemilihan Umum
Pasal 222
DPD merupakan Perwakilan Daerah yang berkedudukan sebagai Lembaga Negara
Pasal 223
DPD mempunyai fungsi:
a. Pengajuan usul kepada DPR mengenai RUU yang berkaitan dengan
Otonomi Daerah, hubungan pusat dan Daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumberdaya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah
b. Ikut dalam pembahasan RUU tentang APBN dan RUU yang berkaitan
dengan otonomi daerah, pembentukan, pemekaran danpenggabungan

26

daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya
serta perimbangan keuangan pusat dan daerah
c. Pemberian perimbangan kepada DPR atas RUU tentang APBN dan RUU
yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama, dan
d. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, pengelolaan sumberdaya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama.
3.7.2 Tugas dan Wewenang DPD
DPD mempunyai tugas dan wewenang :
a. Dapat mengajukan kepada DPR RUU yang berkaitan dengan Otonomi
Daerah, hubungan pusat dandaerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
b. Ikut membahas bersama DPR dan Presiden, RUU yang berkaitan
sebagaimana hal yang dimaksud dalam huruf a.
c. Ikut membahas bersama DPR dan Presiden RUU yang diajukan oleh
Presiden atau DPR yang berkaitan dengan hal sebagaimana dalam huruf a.
d. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU tentangAPBN dan
RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.
e. Dapat

melakukan

pengawasan

atas

pelaksanaan

Undang-undang

mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan


daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan
agama.
f. Menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan
agama kepada DPR sebagai bahan untuk ditindaklanjuti.
27

g. Menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai


bahan membuat pertimbangan kepada DPR tentang RUU yang berkaitan
dengan APBN.
h. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan Anggota BPK.
i. Ikut serta dalam penyusunan program legilasi nasional yang berkaitan
dengan otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
Dalam menjalankan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e, anggota DPD dapat melakukan rapat dengan PEMDA, DPRD dan
unsur masyarakat di daerah pemilihannya.

3.7.3 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) (UU RI No. 27 Tahun 2009)


MPR terdiri atas Anggota DPR dan Anggota DPD yang dipilih melalui
Pemilihan Umum (Pasal 2)
MPR merupakan Lembaga Permusyawaratan Rakyat yang berkedudukan
sebagai Lembaga Negara (Pasal 3)
Pasal 6
1. Keanggotaan MPR diresmikan dengan Keputusan Presiden
2. Masa jabatan Anggota MPR adalah 5 (liam) tahun dn berakhir pada saat
Anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji
Pasal 9
Anggota MPR mempunyai hak :
a. Mengajukan usul perubahan Pasal UUD RI Tahun 1945
b. Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan
c. Memilih dan dipilih
28

d. Membela diri
e. Imunitas
f. Protokoler
g. Keuangan dan administratif
Tugas dan Wewenang MPR (Pasal 4) :
a) Mengubah dan menetapkan UUD RI Tahun 1945.
b) Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden hasil PEmilihan Umum.
c) Memnutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya, setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tebukti melakukan pelanggaran
hukum berupa penghianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidanan berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden.
d) Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajiban dalam masa
jabatannya.
e) Pemilihan Wakil Presiden dari 2(dua) calon yang diusulkan oleh Presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya.
f) Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya mangkat, berhenti,
diberhentikan dan/atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya, secara bersamaan, dari 2 (dua) pasangan calon Presiden dan
Wakil Presiden yang diusulkan oleh Partai Politik yang pasangan Calon
Presiden dan Wakil Presiden nya meraih suara terbanyak pertama dan kedua
dalam PEMILU sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.
Pasal 10
Anggota MPR mempunyai kewajiban :
a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila.
b. Melaksanakan UUD RI Tahun 1945 dan mentaati peraturan perundnagundangan.

29

c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan Nasional dan menjaga keutuhan


NKRI.
d. Mendahulukan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan
golongan.
e. Melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.
Pasal 14 Ayat (1)
Pimpinan MPR terdiri atas 1 (satu) orang Ketua yang berasal dari Anggota
DPR dan 4 (empat) orang Wakil Ketua yang terdiri atas 2 (dua) orang Wakil Ketua
berasal dari anggota DPR dan 2 (dua) orang wakil ketua yang bersal dari Anggota
DPD yang ditetapkan dalam Sidang Paripurna MPR.
Pasal 10
Anggota MPR mempunyai kewajiban :
a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila.
b. Melaksanakan UUD RI Tahun 1945 dan mentaati peraturan perundnagundangan.
c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan Nasional dan menjaga keutuhan
NKRI.
d. Mendahulukan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan
golongan.
e. Melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.
Pasal 14 Ayat (1)
Pimpinan MPR terdiri atas 1 (satu) orang Ketua yang berasal dari Anggota
DPR dan 4 (empat) orang Wakil Ketua yang terdiri atas 2 (dua) orang Wakil Ketua
berasal dari anggota DPR dan 2 (dua) orang wakil ketua yang bersal dari Anggota
DPD yang ditetapkan dalam Sidang Paripurna MPR.
Pasal 11
1) Fraksi adalah pengelompokan Anggota MPR yang mencerminkan konfigurasi
partai politik.
2) Fraksi dapat dibentuk oleh partai politik yang memenuhi ambang batas
perolehan suara dalam penentuan perolehan kursi DPR.
3) Setiap Anggota MPR yang berasal dari Anggota DPR harus menjadi anggota
salah satu fraksi.
30

4) Fraksi dibentuk untuk mengoptimalkan kinerja MPR dan anggota dalam


melaksanakan tugasnya sebagai Wakil rakyat.
5) Pengaturan internal fraksi sepenuhnya menjadi urusan fraksi masing-masing.
6) MPR menyediakan sarana bagi melancarkan tugas fraksi.
Pasal 12
1) Kelompok anggota adalah pengelompokan Anggota MPR yang berasal dari
seluruh Anggota DPD.
2) Kelompok anggota dibentuk untuk meningkatkan optimalisasi dan efektifitas
kinerja MPR dan anggota dalam melaksanakan tugasnya sebagai Wakil
daerah.
3) Pengaturan internal kelompok anggota sepenuhnya menjadi urusan kelompok
anggota.
4) MPR menyediakan sarana bagi kelancaran tugas kelompok anggota.

Pasal 15
Pimpinan MPR mempunyai tugas:
a. Memimpin sidang MPR dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil
keputusan.
b. Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara ketua dan
wakil ketua.
c. Menjadi juru bicara MPR.
d. Melaksanakan putusan MPR.
e. Mengkoordinasikan Anggota MPR untuk memasyarakatkan UUD RI Tahun
1945.
f. Mewakili MPR di pengadilan.
g. Menetapkan arah dan kebijakan umum anggaran MPR.
h. Menyampaikan laporan kinerja pimpinan dalam sidang paripurna pada akhir
masa jabatan.
3.8

Kekuasaan Keuangan Negara : BPK dan Bank Indonesia


Secara garis besar BPK diatur dalam UUD 1945 (ps. 23 E, 23 F dan 23 G)
31

Secara khusus diatur dalam UU no. 5 tahun 1973


Dalam hal pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
ditetapkan UU no. 15 tahun 2004

3.8.1 Wewenang BPK


Sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya, BPK berwewenang meminta
keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan/instansi pemerintah
atau badan swasta sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang.
Berdasarkan Surat Keputusan BPK no. 11/SK/K/1993 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Pelaksana, terdapat ketentuan mengenai kelembagaan (kedudukan,
tugas dan fungsi) BPK, diantaranya :
1. BPK berbentuk dewan yang terdiri dari seorang ketua merangkap
anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan lima orang
anggota.
2. Bertugas memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan
pemerintah negara meliputi pelaksanaan APBN, APBD, anggaran
perusahaan-perusahaan Milik Negara (BUMN dan BUMD), yang
pada hakekatnya terhadap seluruh kekayaan Negara.
3.8.2 Fungsi BPK

32

1. Pengujian penerimaan dan pengeluaran keuangan negara berdasarkan


ketentuan penguasaan dan pengurusan keuangan negara
2. Penilaian pengunaan keuangan negara berdasarkan prinsip-prisip
ekonomi, efisiensi dan efektifitas sesuai dengan tujuan penggunaan
keuangan negara.
3. Rekomendasi kepada Pemerintah tentang penguasaan, pengurusan dan
pertanggung jawaban keuangan negara
4. Tuntutan pembendaharaan (kontable) kepada DPR dan Pemerintah
5. Pemberitahuan hasil pemeriksaaan kepada DPR dan Pemerintah
6. Pemberitahuan hasil pemeriksaan BPK kepada Kepolisian dan/atau
Kejaksaan dalam hal yang menimbulkan sangkaan tindak pidana atau
perbuatan yang merugikan keuangan negara.

3.8.3 Susunan Organisasi Pelaksana BPK


1. Sekretariat Jenderal BPK
2. Inspektorat Utama Perencanaan, Analisa, Evaluasi, dan Pelaporan, yang
membawakan :
a.

Inspektorat Perencanaan Operasional.

b.

Inspektorat Analisa dan Evaluasi.

c.

Inspektorat Pelatihan dan Pengembangan.

3. Inspektorat Utama Pengawasan Intern dan khusus, yang membawahkan :


a. Inspektorat Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan.
b. Inspektorat Pengawasan Pelaksanaan kegiatan Penunjang dan
Pendukung.
c. Inspektorat Pengawasan Kerugian Negara.
4. Auditorat Utama Keuangan Negara I, II, III, IV, dan V
5. Perwakilan BPK di Daerah
6. Tenaga Ahli, Staf Ahli dan Pejabat Fungsional

33

a. Tenaga Ahli, adalah seorang atau sekelompok orang yang ahli (bukan
pegawai negeri), yang bertugas mengolah dan menelaah masalahmasalah sesuai dengan bidang keahliannya atas petunjuk Pimpinan
BPK. Tenaga ahli ini diangkat dan diberhentikan oleh Ketua BPK dan
secara administratif berada di lingkungan Sekretariat Jendral.
b. Staf Ahli, adalah seorang atau sekelompok Pegawai Negeri yang ahli
di bidangnya untuk memberikan sumbangan pemikiran, pertimbangan
dan /atau pendapat kepada pimpinan BPK di bidang tugas
pemeriksaan keuangan negara. Staf ahli berjumlah sebanyakbanyaknya lima orang dan bertanggung jawab kepada pimpinan BPK.
Staf ahli merupakan Pejabat Struktural Eselon Ib yang diangkat dan
diperhentikan oleh Presiden atas usul Ketua BPK
c. Pejabat Fungsional, adalah seseorang atau sekelompok Pegawai
negeri yang memiliki keahlian khusus dan diperlukan untuk
menunjang pelaksanaan tugas BPK. Pejabat Fungsional secara
administratif berada di lingkungan Sekretariat Jendral, Auditorat
Utama Keuangan Negara dan Inspektorat

Utama, sesuai dengan

keahlian menurut ketentuan yang berlaku. Pejabat fungsional


bertanggung jawab kepada pimpinan satuan kerja sesuai dengan
penugasannya.
3.8.4 Kedudukan Bank Indonesia
1. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia, Artinya Bank
dimaksud merupakan lembaga negara yang mempunyai wewenang, untuk
mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, mempunyai tujuan
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
2. Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur
tangan Pemerintah dan / atau pihak-pihak lain.
3.8.5 Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
34

Untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia


mempunyai tugas :
1. Metetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
2. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan meperhatikan inflasi.
3. Melakukan pengendalian moneter.
4. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
5. Mengatur dan mengawasi bank-bank seluruh indonesia.
3.8.6 Susunan Organisasi
Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur, yang anggotanya terdiri atas :
1. Seorang gubernur, selaku pimpinan.
2. Seorang deputi gubernur senior, selaku wakil.
3. Sekurang-kurangnya empat orang, atau sebanyak-banyaknya tujuh orang
Deputi Gubernur.
Gubernur dan Deputi Gubernur Senior diusulkan dan diangkat oleh Presiden
dengan persetujuan DPR. Sementara Deputi Gubernur diusulkan oleh Gubernur
dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Anggota Dewan
Gubernur Bank Indonesia tidak dapat diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila
mengundurkan diri, berhalangan tetap, atau melakukan tindak pidana
kejahatan.
3.8.6 Gubernur BI
Sejak dibentuk, orang-orang yang terpilih sebagai Gubernur BI, sebagai
berikut:
2009-sekarang Agus Mulyono
2008-2009 Boediono
2003-2008 Burhanuddin Abdullah
1998-2003 Syahril Sabirin
1993-1998 Sudrajad Djiwandono
1988-1993 Adrianus Mooy
1983-1988 Arifin Siregar

35

1973-1983 Rachmat Saleh


1966-1973 Radius Prawiro
1963-1966 T. Jusuf Muda Dalam
1960-1963 Mr. Soemarno
1959-1960 Mr. Soetikno Slamet
1958-1959 Mr. Loekman Hakim
1953-1958 Mr. Sjafruddin Prawiranegara
3.9

Hubungan Antar Lembaga Negara MPR dengan Presiden


a. Presiden dan Wapres dilantik oleh MPR
b. Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wapres bersumpah menurut
agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan MPR atau DPR.
Jika MPR atau DPR tidak dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wapres
bersumpah atau berjanji di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh
pimpinan MA.
c. Apabila Wapres berhalangan, Presiden dan/atau DPR dapat meminta MPR
mengadakan Sidang Istimewa untuk memilih Wapres
d. Presiden dan Wapres dapat diberhentikan oleh MPR sebelum habis masa
jabatannya, baik apabila telah terbukti telah melakukan pelanggaran hukum
berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden/atau Wapres.
e. Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wapres, MPR memilih Wapres dari
dua calon yang diusulkan oleh Presiden.
f. Presiden dan/atau Wapres menyampaikan penjelasan dalam Sidang
Paripurna MPR sebelum MPR memutuskan tentang pemberhentian Presiden
dan atau Wapres.
g. Presiden meresmikan keanggotaan MPR dengan Keppres.

3.9.1 MPR dengan DPR


Anggota DPR adalah Anggota MPR yang dipilih melalui Pemilu.
DPR mengusulkan pemberhentian Presiden dan/atau Wapres kepada MPR
dan MPR mengadakan sidang untuk memutus usul DPR.
3.9.2 MPR dengan DPD
36

Anggota DPD adalah anggota MPR yang dipilih melalui Pemilu.


Pimpinan MPR terdiri atas seorang Ketua dan tiga orang Wakil ketua yang
mencerminkan unsur DPD.
3.9.3 Presiden dengan DPR
Presiden bekerjasama dengan DPR, tetapi tidak bertanggung jawab kepada
DPR dan tidak dapat dibekukan dan/atau membubarkan DPR, sebaliknya
DPR tidak dapat memberhentikan Presiden.
DPR

berkewajiban

mengawasi

tindakan-tindakan

Presiden

dalam

menjalankan Undang-Undang.
Sebelum memangku jabatannya Presiden dan Wapres bersumpah menurut
agama atau berjanji dengan sungguh-sunggh dihadapan MPR atau DPR.
Sebelum memangku jabatannya Presiden dan Wapres bersumpah menurut
agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh dihadapan MPR atau DPR.
Presiden

dengan

persetujuan

DPR

menyatakan

perang,

membuat

perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.


Presiden mengangkat duta dan menerima penempatan duta dari negara lain
dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
Presiden memberi amnesti, abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
DPR.
Presiden menetapkan Hakim Agung dan meresmikan anggota BPK yang
telah dipilih dan disetujui DPR dan tiga orang Hakim Konstitusi yang
diajukan DPR serta mengangkat dan memberhentikan Anggota Komisi
Yudisial dengan persetujuan DPR.
3.9.4 Presiden dengan DPD
DPD dapat melakukan pengawasan dan pelaksanaan Undang-Undang
mengenai daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan Pusat dan Daerah, pengelolaan sumber daya dan belanja negara,
pajak, pendidikan dan agama yang dilaksanakan oleh Presiden.
Presiden meresmikan keaggotaan DPD.
Pimpinan DPD berkonsultasi dengan Presiden sesuai putusan DPD.
3.9.5 Presiden dengan BPK

37

BPK memeriksa semua pelaksanaan APBN.


Presiden meresmikan anggota BPK dan calon-calon yang telah dipilih dan
disetujui oleh DPR.
3.9.6 Presiden dengan Mahkamah Agung
MA

dapat

memberikan

pertimbangan-pertimbangan

hukum

kepada

presiden, baik diminta maupun tidak.


MA memberikan nasehat hukum kepada presiden selaku Kepala Negara
dalam hal pemberian/penolakan grasi dan rehabilitasi.
Hakim Agung ditetapkan oleh Presiden atas calon yang diusulkan oleh
Komisi Yudisial dan telah disetujui DPR.
MA mengajukan tiga calon untuk ditetapkan sebagai Hakim Konstitusi oleh
Presiden.
3.9.7 Presiden dengan Mahkamah Konstitusi
MK memberikan putusan tentang dugaan pelanggaran oleh presiden
dan/atau Wapres.
Presiden menetapkan Hakim Konstitusi.
Putusan MK mengenai Undang-undang yang bertentangan dengan UUD
1945 disampaikan kepada presiden.
Putusan MK mengenai sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD disampaikan kepada Presiden.
Putusan MK mengenai perselisihan hasil Pemilu disampaikan kepada
Presiden.
3.9.8 DPR dengan DPD
DPD dapat mengajukan kepada DPR RUU yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan Pusat dan Daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan Pusat
dan Daerah.
DPD ikut membahas RUU tentang hal-hal tersebut pada butir a, serta
memberikan pertimbangan kepada DPR atas rangcangan Undang-undang
tentang APBN dan yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan Agama.

38

DPD menyampaikan kepada DPR hasil pengawasan pelaksanaan UndangUndang yang dimaksud butir a dan b
DPD memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan Anggota
BPK.
3.9.9 DPR dengan BPK
Hasil pemeriksaan BPK tentang keuangan negara diserahkan kepada DPR
3.9.10 DPR dengan MA
MA dapat memberikan pertimbangan hukum kepada DPR, baik diminta
maupun tidak.
DPR memberikan persetujuan calon untuk ditetapkan sebagai Hakim Agung
oleh Presiden yang diusulkan DPR.
DPR mengajukan usulan Calon Ketua dan Wakil Ketua MA.
3.9.11 DPR dengan MK
DPR mengajukan tiga orang Anggota Hakim Konstitusi untuk ditetapkan
dengan Keppres.
DPR mengajukan permintaan kepada MK untk memeriksa, mengadili dan
memutuskan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wapres telah
melakukan pelanggaran hukum atau perbuatan tercela dan/atau tidak lagi
memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau Wapres. Putusan MK mengenai
pendapat DPR tersebut wajib disampaikan kepada MPR.
3.9.12 BPK dengan MA
MA dapat memberikan pertimbangan hukum kepada BPK, baik diminta
maupun tidak.
Pengambilan sumpah/janji keanggotaan BPK dilakukan oleh Ketua MA.
3.9.13 BPK dengan DPD
Hasil pemeriksaan BPK tentang keunagan negara diserahkan kepada DPD.
3.9.14 MA dengan MK
MA mengajukan tiga orang calon anggota Hakim Konstitusi untuk
ditetapkan oleh presiden.

39

MK memberitahukan kepada MA adanya permohonan pengujian UndangUndang dalam jangka waktu paling lambat tujuh hari kerja sejak
permohonan dicatat dalam buku Registrasi Perkara Konsitusi.
Pengujian peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang yang
sedang dilakukan MA wajib dihentikan bila undang-undang yang menjadi
dasar pengujian itu sedang dalam proses pengujian oleh MK sampai ada
putusan MK.
3.10 Tatanan Organisasi Pemerintahan
Pemerintah

pusat

adalah

presiden

yang

memegang

kekuasaaan

pemerintahan negara ri sebagaimana dimaksud uud 1945.


Pemerintahan dibentuk untuk melindungi segenap bangsa indonesia dan
seluruh tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Presiden sebagai kepala pemerintahan dibantu oleh wapres dan menteri
Negara.
Pelaksanaan kekuasaan.

Pemerintahan diwujudkan dalam:


fungsi pelayanan
fungsi pengaturan
fungsi pemberdayaan masyarakat
tugas dan fungsi pemerintah pusat dilaksanakan juga oleh segenap aparatur
pemerintahan baik ditingkat pusat maupun daerah
organisasi pemerintah pusat adalah:
Kementrian Negara
LPNK
SekNeg
40

Sekretariat LLN
Kejaksaan RI
PerwakilanRI di IN
Lembaga Aalat Negara ( TNI-POLRI)
disamping itu terdapat lembaga ekstra stuktural. yang berada diluar tatanan
organisasi pemerintahan.
namun tugasnya

membantu kelancaran tugas pemerintahan dalam

mewujudkan kepemerintahan yang baik (komisi kepolisian nasional).


3.10.1 Kementrian Negara
Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerian adalah
perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pem-an.
Kedudukan
Kementerian berkedudukan di Ibu Kota Negara RI.
Kementerian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Urusan Pemerintahan
Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan, terdiri atas:
Urusan pemerintahan yang nomenklatur Kementeriannya secara tegas
disebutkan dlm UUD Negara RI Thn 1945;
Urusan pem-an yg ruang lingkupnya disebutkan dlm UUD Negara RI Thn
1945; dan
Urusan pem-an dlm rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program
pemerintah.
3.10.2 Lembaga Pemerintah Non Kementrian LPNK Ditetapkan dengan
Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2005
Kedudukan
Merupakan Lembaga Pemerintah Pusat yang dibentuk untuk melaskanakan tugas
pemerintahan tertentu dari Presiden.
41

Susunan Organisasi
1. Kepala, yang jika dipandang perlu dapat dibantu oleh Wakil Kepala.
2. Sekretariat

Utama,

sebagai

pelaksana

fungsi

staf/penunjang

dan

menggkoordinasikan perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap


program administrasi dan sumber daya. Sekretariat Utama dipimpin oleh
Sekretaris Utama.
3. Deputi , sebagai Pelaskana fungsi lini dan membawahi direktorat dan/atau
pusat. Istilah Direktorat digunakan sebagai nomenklatur unit yang
menjalankan fungsi pembinaan, sedangkan istilah pusat digunakan untuk unit
yang menjalankan fungsi pelaksanaan.
4. Unit pengawasan dapat berbentuk Inspektorat Utama atau Inspektorat,
bertugas untuk melaksanakan pengawasan.
LNPK Terdiri dari :
LEMBAGA Administrasi Negara (LAN)
Arsip Nasional (ANRI)
Badan Kepegawaian Nasional (BKN)
Perpustakaan Nasional (Perpusnas)
Badan Perencanaan Pembangunan nasional (Bappenas)
Badan Pusat Statistik (BPS)
Badan Standarisasi Nasional (BSN)
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
Badan Intelijen Negara (BIN)
Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG)
Badan Koordinasi Keluarga Berancana (BKKBN)
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Badan

Koordinasi

Survei

dan

Pemetaan

(BAKORSURTANAL)
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Lembaga Ilmu dan Pengentahuan Indonesia (LIPI)
42

Nasional

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)


Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Badan Pertanahan Nasional
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS)
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
3.10.3 Sekretariat Negara dan Sekretariat Kabinet
A. Sekretariat Negara
Kedudukan
Sekretariat Negara merupakan lembaga pemerintahan yang dipimpin oleh
Menteri Sekretaris Negara, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden.
Tugas
Memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dan Wapres
dalam menyelenggarakan kekuasaan negara.
Fungsi
Sekretariat Negara Menyelenggarakan fungsi :
a. Pemberian dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dan Wapres
dalam pelaksanaan tugasnya menyelenggarakan kekuasaan negara.
b. Penyiapan naskah-naskah Presiden dan Wapres.
c. Koordinasi pemberian pelayanan kerumahtanggaan dan keprotokolan
kepada Presiden dan Wapres.
d. Koordinasi pemberian dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden
dalam menyelenggarakan kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Laut dan
Udara.

43

e. Penyelenggaraan

administrasi

pengangkatan,

pemindahan

dan

pemberhentian dalam dan dari jabatan/pangkat PNS di lingkungan


Sekretariat Negara dan Pejabat Negara.
f.Pemberian dukungan teknis dan administrasi serta analisis dalam rangka
penyiapan izin prakarsa dan penyelesaian Rancangan Undang-Undang,
Perpu dan Peraturan Pemerintah ; serta pemberian pertimbangan kepada
Sekretaris Kabinet dalam penyusunan rancangan Perpres.
g. Pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Presiden dan Wapres
serta yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.
Susunan Organisasi
a. Rumah tangga Kepresidenan.
b. Sekretariat Wapres.
c. Sekretariat Militer.
d. Sekretariat Menteri Sekretaris Negara, yang bertugas membantu Menteri
Sekretaris Negara dalam menyelenggarakan pemberian dukungan teknis dan
administrasi di bidang perencanaan program, administrasi keuangan,
perlengkapan, ketatausahaan, kerjasama teknik luar negeri dan administrasi
umum lainnya di lingkungan sekretariat Negara.
e. Deputi Mentri Sekretaris Negara Bidang Dukungan Kebijakan.
f. Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang SDM.
g. Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Hubungan Kelembagaan.
h. Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Perundang-undangan.

Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Pengawasan


Staf Ahli, yang bertugas membantu menteri Sekretaris Negara dalam
melaksanakan pengkajian, penyampaian hasil analisis dan sasaran dalam bidang
tertentu berdasarkan keahliannya, baik atas permintaan Menteri Sekretaris negara
maupun atas prakarsa sendiri.

44

Secara struktural, Rumah tangga kepresidenan dan sekreatariat MIliter berada


dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, sedangkan Sekretariat Wapres
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Wapres. Secara administrasi, baik
rumah tangga kepresidenan, sekretariat militer maupun sekretariat Wapres ,
dikoordinasikan oleh menteri sekretaris Negara.
B. Sekretariat Kabinet
Kedudukan
Sekretariat kabinet adalah Lembaga pemerintah yang dipimpin oleh sekretaris
kabinet, berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Tugas
Memberikan dukungan teknis dan administrasi, serta analisis kepada Presiden
dan Wapres dalam hal :
1. penyelenggaraan kekuasaan pemerintah.
2. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebjijakan dan program pemerintah.
3. penyiapan rancangan Perpres, Keppres, dan instruksi Presiden (Inpres).
4. penyiapan penyelenggaraan sidang kabinet, serta.
5. pengangkatan

dan

pemberhentian

dalam

jabatan

pemerintahan

dan

kepangkatan PNS yang wewenangnya berada di tangan Presiden dan PNS di


lingkungan Sekretariat kabinet.
Dalam hal Presiden dibantu oleh staf khusus, Sekretaris Kabinet melakukan
tugas koordinasi pelayanan administrasi yang diperlukan untuk mendukung
kelancaran tugas sehari-hari Staf Khusus tersebut
Untuk melaksanakan keseluruhan tugas diatas, sekretaris kabinet mendapat
petunjuk dari presiden dan wakil presiden.
Fungsi
Sekretariat kabinet menyelenggarakan fungsi :
a. Pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis terhadap pelaksanaan
kebijakan dan program pemerintah di bidang politik dan keamanan,
perekonomian , serta kesejahteraan rakyat
45

b. Pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis terhadap pelaksanaan


kebijakan dan program pemerintah di bidang hukum, serta pemberian
dukungan teknis dan administrasi serta analisis dalam rangka penyiapan
Rancangan Perpres, Keppres, dan Inpres
Penyelenggaraan dan pengadministrasian sidang-sidang kabinet, rapat atau
pertemuan dengan para menteri dan/atau pejabat negara setingkat menteri dan
/atau panglima TNI dan/atau Kepala POLRI dan/atau Kepala LPND dan/atau
Pejabat Pemerintah Daerah yang dimpimpin oleh Presiden dan/atau Wapres,
pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan Pemerintah dan kepangkatan
PNS yang kewenangannya berada di tangan presiden, serta pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian dalam dan dari jabatan atau pangkat PNS di
lingkungan Sekretariat Kabinet
c. Pemantauan rapat-rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh para menteri
koordinator.
d. Pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Presiden dan Wapres.
Susunan Organisasi
Sekretaris Kabinet, susunan organisasinya terdiri atas :
a. Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Pemerintahan
b. Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum
c. Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Persidangan dan Dokumentasi
d. Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Administrasi, yang bertugas membantu
sekretaris kabinet dalam menyelenggarakan administrasi pengangkatan,
pemindahan, pemberhentian dan pensiun dalam jabatan serta kepangkatan
PNS dan Pejabat Negara lainnya yang kewenangannya berada di tangan
Presiden atau Sekretaris Kabinet, dan administrasi keuangan, umum serta
administrasi lainnya di lingkungan Sekretariat Kabinet
e. Staf Ahli
Sekretariat ini merupakan Aparatur Pemerintah Pusat yang ditugasi untuk
membantu masing-masing lembaga negara yang bersangkutan dalam menjalankan
tugas dan fungsinya . Sekretariat dimaksud terdiri atas :

46

A. Sekretariat Lembaga Negara


Sekretariat Jendral Majelis Permusyawaratan Rakyat
Berdasarkan UU no. 22 tahun 2003, untuk mendukung kelancaran pelaskanaan
tugas MPR, dibentuk Sekretariat Jendral MPR, yang ditetapkan dengan Keppres dan
personalnya terdiri atas PNS
Sekretariat Jendral MPR dipimpin oleh seorang Sekretaris Jendral dan seorang
Wakil Sekretaris Jendral yang diangkat dan diberhentikan dengan Keppres atas Usul
pimpinan MPR. Sekretaris Jendral dan Wakil Sekretaris Jendral MPR adalah Jabatan
Karier PNS
Sekretariat Jendral Dewan Perwakilan Rakyat
Berdasarkan UU no. 22 tahun 2003, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
tugas DPR, dibentuk sekretariat Jendral DPR, yang ditetapkan dengan Keppres dan
pesonalnya terdiri atas PNS
Sekretariat Jendral DPR dipimpin oleh seorang Sekretaris Jendral dan seorang
Wakil Sekretaris Jendral yang diangkat dan diberhentikan dengan Keppres atas Usul
pimpinan DPR. Sekretaris Jendral dan Wakil Sekretaris Jendral DPR adalah Jabatan
Karier PNS
Sekretariat Jendral Dewan Perwakilan Daerah
Berdasarkan UU no. 22 tahun 2003, untuk mendukung kelancaran pelaskanaan
tugas DPD, dibentuk Sekretariat Jendral DPD, yang ditetapkan dengan Keppres dan
personalnya terdiri atas PNS
Sekretariat Jendral DPD dipimpin oleh seorang Sekretaris Jendral dan seorang
Wakil Sekretaris Jendral yang diangkat dan diberhentikan dengan Keppres atas Usul
pimpinan MPR. Sekretaris Jendral dan Wakil Sekretaris Jendral DPD adalah jabatan
Karier PNS. Selama sekretariat Jendral DPD ini belum terbentuk, untuk sementara
tugasnya dilaksanakan oleh Sekretariat Jendral MPR
Sekretariat Jendral Badan Pemeriksa Keuangan
Sekretariat ini adalah unsur pelaksana sebagian tugas dari fungsi BPK yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Dewan (badan). Sekretariat jendral
BEPEKA dipimpin oleh Sekretaris Jendral

47

B. Lembaga Pemerintahan Lainnya


1.

Kejaksaan

Tatanan Oerganisasi bedasarkan UU no. 16 tahun 2004


Kedudukan
Lembaga Pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan.
Tugas dan Wewenang
a. Pidana

melakukan penuntutan.

Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang


telah memeproleh kekuatan hukum tetap.

Menjalankan pengawasan terhadap putusan hukum bersyarat.

b. Susunan
Kejaksaan Agung.
Kejaksaan Tinggi.
Kejaksaan Negeri.
2.

Perwakilan RI di Luar Negeri


Satu-satunya aparatur yang mewakili kepentingan negara secara keseluruhan di

negara lain atau pada organisasi internasional terdiri dari :


a. Perwakilan Diplomatik
KBRI
PTRI (Perwakilan Tetap RI pada PBB)
Dipimpin duta besar luar biasa dan berkuasa penuh, Bertanggung jawab kepada
presiden selaku kepala negara melalui Menlu.

Tugas
b. Melaksanakan Hubungan diplomatik.
c. Melindungi setiap kepentingan negara dan WNI di negara itu.
Perwakilan Konsulat

48

a. Konjen
b. Konsulat
Bertangung jawab kepada Menlu melalui Dubes Mengeluarkan izin prinsip PMA
untuk Menlu.
Bidang : Ekonomi-perdagangan-perhubungan-kebudayaan dan ilmu pengetahuan
3.

TNI

Kedudukan
TNI berkedudukan dibawah :
a. Kekuasaan Presiden, dalam hal pengerahan dan Penggunaan kekuatan militer
Koordinasi Departemen Pertahanan, dalam hal ini kebijakan dan strategi
pertahanan serta dukungan administrasi. Artinya ; segala sesuatu uang
berkaitan dengan perencanaan strategis yang meliputi aspek pengelolaan
pertahanan

negara,

kebijakan

penganggaran,

pengadaan,

perekrutan,

pengelolaan sumber daya nasional, serta pembinaan teknologi industri


pertahanan yang diperlukan oleh TNI dan komponen pertahanan lainnya
dikoordinasikan oleh Departemen Pertahanan. Sedangkan pembinaan
kekuatan TNI berkaitan dengan pendidikan, latihan, penyiapan kekuatan dan
doktrin militer, diselenggarakan oleh Panglima TNI, dibantu para Kepala Staf
Angkatan Darat, Laut dan Udara
b. Selain terdiri atas unsur dan badan sebagaimana dimaksud butir a), untuk
Markas Besar TNI Angkatan Darat, Laut dan Udara terdiri pula atas komando
utama pembinaan, yaitu kekuatan TNI yang memiliki fungsi pembinaan
kekuatan matra yang berada di bawah Komando Kepala Staf Angkatan Darat,
Laut dan Udara. TNI dipimpin oleh seorang Panglima yang diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat persetujuan DPR. Sedangkan
untuk tiap tiap Angkatan dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan yang
berkedudukan di bawah serta bertanggung jawab kepada Panglima TNI.
Kepala Staf dimaksud diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul
Panglima TNI.
4.

Kepolisian Negara RI
49

Tatanan keorganisasian POLRI diatur berdasarkan UU no. 2 tahun 2002 .


Menurut Undang-Undang tersebut, POLRI merupakan alat negara yang berperan
untuk menyelenggarakan fungsi kepolisian seabagai salah satu fungsi pemerintahan
negara dalam rangka memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, dan memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Kedudukan
POLRI berkedudukan dibawah Presiden dan dipimpin leh Kapolri yang
pelaksanaan tugasnya, baik di bidang fungsi kepolisan preventif maupun represif
yustisial, bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundangundangan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi intervensi yang dapat berdampak
negatif terhadap pemulihan profesi kepolisian.
Tugas Pokok
POLRI mempunyai tugas pokok untuk memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, yang dalam pelaksanaannya harus berdasarkan norma
hukum, mengindahkan norma agama, kesopanan, dan kesusilaan serta menjunjung
tinggi HAM.
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok diatas, POLRI bertugas :
a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan , ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas di jalan.
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat , kesadaran
hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan.
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
f. Memelihara koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik PNS dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

50

g. Melakukan penyelelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana


sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya.
h. Menyelenggarakan identitas kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium
forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan kepolisian.
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan
hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan
bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi HAM.
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani
oleh instansi dan / atau pihak yang berwenang.
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam
lingkup tugas kepolisian ; serta tugas lain sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Wewenang
POLRI secara umum berwenang untuk :
a. Menerima laporan dan/atau pengaduan.
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum.
c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat.
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa.
e. Mengeluarkan

peraraturan

kepolisian

dalam

lingkup

kewenangan

administrasi kepolisian.
f. Melsakanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian
dalam rangka pencegahan.
g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang
i. Mencari keterangan barang bukti.
j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal nasional.
k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat.
51

l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang, dan pelaksanaan Putusan


Pengadilan, Kegiatan Instansi lain serta kegiatan masyarakat.
m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Disamping itu, sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya POLRI
berwewenang untuk :
a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan
masyarakat lainnya.
b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.
c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor.
d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik.
e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak dan
senjata tajam.
f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan
usaha di bidang jasa pengamanan.
g. Memberikan petunjuk , mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan
petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian.
h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan
memberantas kejahatan internasional.
i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang
berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait.
j. Mewakili Pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian
internasional.
k. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas
kepolisian.
Sedangkan dalam rangka menyelenggarakan tugasnya di bidang proses pidana,
POLRI berwewenang untuk :
a. Melakukan penangkapan , penahanan, penggeledahan dan penyitaan.
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tampat kejadian perkara
untuk kepentingan penyidikan.
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka
penyidikan.

52

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa


tanda pengenal diri.
e. Melalakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka/saksi.
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara.
h. Mengadakan penghentian penyidikan.
i. Menyerahkan berkas perkara kepada Penuntut Umum.
j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi dalam
keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang
yang disangka melakukan tindak pidana.
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada Penyidik PNS serta
menerima hasil penyidikan tersebut untuk diserahkan kepada Penuntut
Umum; dan.
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Tindakan lain dimaksud adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang
dilaksanakan jika memenuhi syarat berikut :
Tidak betentangan dengan aturan hukum.
Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut
dilakukan.
Harus patut, masuk akal, dan termasuk kedalam lingkungan jabatannya.
Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa.
Menghormati HAM.

5.

Lembaga Ekstra Struktural

53

Dalam rangka revitalisasi tugas pemnerintahan. Presiden dapat membentuk


lembaga yang tidak termasuk dalam struktur organisasi Pemerintah Pusat yang secara
fungsional bersifat independen dan bertanggung jawab langsung kepada presiden.
Untuk menjaga kemandirian pelaskanaan tugas dan efektifitas pengawasannya,
keanggotaan lembaga dimaksud mengakomodasi pada unsur-unsur lain di luar
Aparatur Pemerintah, baik yang berasal dari kalangan masyarakat, swasta maupun
akademisi. Nomenklatur yang digunakan untuk lembaga ini bervariatif diantaranya :
dewan, komisi, badan, lembaga dan tim.
Beberapa contoh Lembaga Ekstra Struktural diantaranya adalah ; Dewan Riset
Nasional ; Komisi Kepolisian nasional; Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana dan Penanggulangan Pengungsi
1. Komisi Hukum Nasional,
2. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi,
3. Komisi Kejaksaan,
4. Komisi Kepolisian Nasional,
5. Komisi Nasional Anti kekerasan Terhadap Perempuan,
6. Komisi Nasional Hak Azasi Manusia,
7. Komisi Nasional Perlindungan Anak,
8. Komisi Ombudsman Nasional,
9. Komisi Pengawas Persaingan Usaha,
10. Komisi Pemberantasan Korupsi,
11. Komisi Pemilihan Umum,
12. Komisi Yudisial,
13. Komisi Nasional Keselamatan Transportasi.

6.

Pemerintah Daerah
54

Indonesia adalah negara republik berbentuk kesatuan (unitaris) yang


berkedaulatan rakyat.
Dilihat secara hierarkhis, sistem pemerintahan di Indonesia terdiri dari :
Sistem Pemerintahan Nasional
Subsistem Pemerintahan Propinsi
Sub-subsistem Pemerintahan Kabupaten/Kota
Sub-sub-subsistem Pemerintahan Desa.
Pasal 18 UUD 1945 ayat (1) Amandemen IV :
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan
daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang.
3.11 Susunan Pemerintahan di Indonesia Menurut UU 32 Tahun 2004

Perubahan arah kebijakan Pemerintah Pusat Dalam rangka Pelaksanaan


Otonomi Daerah sangat tergantung pada perubahan sistem pemerintahan yang
dituangkan dalam perubahan konstitusi.Rencana Revisi UU No. 32/2004
UUD 1945 telah mengalami amandemen empat kali, dan masih terbuka untuk
diamandemen kembali karena adanya berbagai pasal yang tidak sinkron.
Misaltentang Pemilihan Kepala Daerah.
55

3.11.1 Otonomi Daerah dan Daerah Otonom (UU 32/2004)


Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Konsekuensi adanya desentralisasi
Asas Penyelenggaraan Pemerintahan (Desentralisasi Versi Indonesia)
1. Asas Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Asas Dekonsentrasi
Dekonsentrasi

(deconcentration)

pada

hakekatnya

hanya

merupakan

pembagian kewenangan dan tanggung jawab administratif antara departemen


pusat dengan pejabat pusat di lapangan.
3. Asas Tugas Pembantuan (Medebewind)
4. Tugas pembantuan/medebewind sebagai pemberian kemungkinan kepada
pemerintah/pemerintah daerah yang tingkatannya lebih atas untuk meminta
bantuan kepada pemerintah daerah yang lebih rendah tingkatannya agar
menyelenggarakan tugas atau urusan rumah tangga (Koesoemahatmadja
dalam Koswara, 1999)
Fungsi utama Pemerintah Daerah yang semula :
Sebagai Promotor Pembangunan berubah menjadi Pelayan Masyarakat
]

Perlu mendayagunakan secara optimal unit-unit


56

Pemerintahan yang langsung berhubungan dengan


masyarakat, seperti :
Dinas Daerah
Kecamatan & Kelurahan
Kecamatan bukan lagi merupakan wilayah administrasi Pemerintahan,
melainkan sebagai lingkungan kerja, dengan konsekuensi Camat bukan lagi
sebagai Kepala Wilayah Administrasi, melainkan sebagai Perangkat Daerah.
Unsur
Perbandingan

UU No. 5/1974

UU No. 22/1999

Kedudukan

Wilayah Administrasi

Kecamatan

Pemerintahan

Kedudukan

Lingkungan Kerja Perangkat Daerah

Kepala Wilayah

Perangkat Daerah

Kewenangan

Bersifat Atributif

Bersifat Delegatif

Camat

(Psl 80 & 81)

(Psl 66 (4))

Camat

Camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi :


a. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
b. mengordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
c. mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;
d. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
e. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan

di tingkat

kecamatan;
f. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
g. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya
dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.
(tugas mengkordinasikan dan membina merupakan indirect service,
sedangkan tugas terakhir merupakan direct service).
Pasal 15 ayat 2

57

Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Camat melaksanakan


kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota untuk menangani
sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek :
a. perizinan;
b. rekomendasi;
c. koordinasi;
d. pembinaan;
e. pengawasan;
f. fasilitasi;
g. penetapan;
h. penyelenggaraan; dan
i. kewenangan lain yang dilimpahkan.
(kaitan dengan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan)
3.11.2 Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Hubungan Kewenangan
Setiap UU disusun dengan berdasarkan filosofi dan paradigma
tertentu.Demikian pula dengan UU yang mengatur tentang desentralisasi
di Indonesia.
UU Nomor 5 Tahun 1974 menggunakan paradigma penyerahan urusan
pemerintahan.
UU Nomor 22 Tahun 1999 menggunakan paradigma penyerahan
wewenang pemerintahan.
UU Nomor 32 Tahun 2004 menggunakan paradigma pembagian dan
penyerahan urusan pemerintahan.

Hubungan Keuangan

58

Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada Pemda


berdasarkan UU Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah;
Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan / atau hibah kepada
Pemda atau sebaliknya;
Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman yang berasal dari
pemerintah/ lembaga asing kepada pemerintah/perusahaan daerah melalui
penerusan pinjaman.
Ruang lingkup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah :
dana desentralisasi.
dana dekonsentrasi.
dana tugas pembantuan.
Hubungan Perencanaan
Perencanaan dan pengendalian pembangunan; merupakan urusan wajib
bagi pemerintahan daerah propinsi dan kabupaten/kota.
Karena

urusannya

bersifat

konkuren,

maka

dalam

penyusunan

perencanaan pembangunan daerah mutlak diperlukan kerjasama dan


saling pengertian antarsusunan pemerintahan.
Obyek

dan

subyek

perencanaan

pembangunan

antarsusunan

pemerintahan bersifat tumpang tindih.


Terdapat hubungan dalam bidang keuangan, pelayanan umum serta
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya sehingga
mutlak diperlukan perencanaan bersama.
3.11.3 UU Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan
yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan perencanaan
pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

59

Perencanaan pembangunan Nasional dalam bentuk :


Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); 20 tahun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM); 5 tahunan
Rencana Pembangunan Tahunan (RPT).
Perencanaan Pembangunan Daerah
RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang
mengacu pada RPJP Nasional.
RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala
Daerah yang

penyusunannya

berpedoman pada RPJP Daerah dan

memperhatikan RPJM Nasional.


RPJM Daerah memuat :
Arah kebijakan keuangan Daerah
Strategi pembangunan Daerah;
Kebijakan Umum;
Program Satuan Kerja Perangkat Daerah;
Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah;
Program kewilayahan serta rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
3.12 Kedudukan Pemerintahan Desa Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia
Kekuatan rantai besi berada pada mata rantai yang terlemah. Jika
mengibaratkan sistem pemerintahan nasional sebagai rangkaian mata rantai sistem
pemerintahan mulai dari Pusat, Daerah, dan Desa, maka Desa merupakan mata rantai
yang terlemah. Hampir segala aspek menunjukkan betapa lemahnya kedudukan dan
keberadaan desa dalam konstalasi pemerintahan. Padahal Desa-lah yang menjadi
pertautan terakhir dengan masyarakat yang akan membawa ke tujuan akhir yang
telah digariskan sebagai cita-cita bersama.

60

Klasifikasi Desa :
Berdasarkan pengaruh sejarah pemerintahan adat dan modernisasi birokrasi,
maka desa-desa di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi :
1. Tipe self-governing community, atau biasa disebut sebagai Desa Adat
sebagai bentuk desa asli dan tertua di Indonesia. Konsep Otonomi Asli
sebenarnya berasal dari pengertian desa adat ini. Desa Adat mengatur dan
mengelola dirinya sendiri dengan kekayaan yang dimiliki tanpa campur
tangan negara. Salah satu contoh tipe desa ini yang masih tersisa adalah
Desa Pakraman di Bali.
2. Tipe Local-state government, identik dengan Desa Administratif sebagai
satuan wilayah administratif yang berposisi sebagai kepanjangan negara dan
hanya menjalankan tugas-tugas administratif yang berikan oleh negara. Desa
administratif secara substansial tidak memiliki otonomi dan demokrasi.
Kelurahan yang berada diperkotaan adalah contoh bentuk desa administratif.
3. Tipe Local-self Government. Tipe ini dulu disebut sebagai Desapraja dan
dapat juga disebut sebagai Desa Otonom, Bentuk desa ini seperti halnya
posisi dan bentuk Daerah Otonom di Indonesia. Secara konseptual tipe ini
didasarkan atas asas desentralisasi sehingga memiliki kewenangan penuh
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
3.12.1 Pengertian Desa
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah
Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asalusul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
NKRI.

61

A. Susunan Pemerintahan di Indonesia Menurut UU 32 Tahun 2004


UU No. 32 Tahun 2004
Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

B. Susunan Pemerintahan di Indonesia Menurut UU 22 Tahun 1999


UU No. 22 Tahun 1999
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah
Kabupaten.

62

C. Susunan Pemerintahan di Indonesia Menurut UU 5 Tahun 1979


UU No. 5 Tahun 1979
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintah terendah
langsung di bawah camat dan berhak menye-lenggarakan rumah tangganya sendiri
dalam Ikatan NKRI.

63

3.12.2 Kebijakan Politis Pengembangan Desa di Indonesia


1.

Mengingat masalah yang dihadapi oleh Desa bersifat struktural, maka cara
mengatasinya harus didasarkan pada kebijakan politik yang strategis dan
bersinambungan serta tidak bersifat tambal sulam.

2.

Strategi jangka panjang yang perlu diambil adalah menetapkan secara tegas
kedudukan organisasional pemerintah desa. Secara politis hal ini sudah mulai
nampak dalam TAP MPR RI No.IV/MPR/2000 yang berbeda dengan isi pasal
18B ayat (2) UUD 1945. Isi pasal ini yaitu sbb : Negara MENGAKUI dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam UU.

Pada Tap MPR Nomor IV/MPR/2000 rekomendasi nomor 7 dikemukakan


mengenai kemungkinan adanya otonomi bertingkat propinsi, kabupaten/kota
serta desa. Kebijakan politik tersebut perlu ditindaklanjuti dengan peraturan
perundang-undangan tentang pemerintahan daerah dan desa. Isinya yaitu sbb :
Sejalan dengan semangat desentralisasi, demokrasi, dan kesetaraan hubungan
pusat dan daerah diperlukan upaya perintisan awal untuk melakukan revisi yang
bersifat mendasar terhadap UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah. Revisi dimaksud dilakukan sebagai upaya penyesuaian terhadap
Pasal 18 UUD 1945, termasuk PEMBERIAN otonomi bertingkat terhadap Propinsi,
Kabupaten/Kota serta Desa/Nagari/Marga, dan sebagainya.

64

3.12.3 Perbandingan

Pengaturan

Tentang

Desa

Antara

UUD

1945

(Amandemen) Dengan TAP MPR NO IV/MPR/2000 Rekomendasi


Nomor 7

ASPEK YANG
DIBANDINGKAN
Filosofi
otonominya
Sifat otonominya
Bentuk
kelembagaannya
Status
kepegawaiannya
Sumber
keuangannya

UUD 1945

IV/MPR/2000

Pengakuan

Pemberian

Tradisional

Rasional

Self governing

Self local government

community (lembaga

(Lembaga pemerintah

kemasyarakatan)

daerah skala lokal)

Bukan PNS

PNS

Pungutan dan Bantuan

Hak memungut
pajak dan retribusi

Arah TAP MPR NO

Tidak ada

atas nama Desa

Bagian dari APBN dan


APBD
Ada sesuai peraturan
perundang-undangan

A. Pengaturan Teknis Tentang Desa


Meskipun secara konstitusional disebutkan bahwa otonomi desa bersifat
pengakuan, tetapi dalam kenyataannya sudah sejak dahulu pemerintah pusat
melakukan intervensi kebijakan yang intens terhadap kehidupan desa.
Pada masa orde lama bahkan telah ditetapkan UU Nomor 19 Tahun 1965
tentang Desapraja, yang intinya menjadikan Desa sebagai daerah otonom
tingkat III. Tetapi UU tersebut begitu lahir kemudian mati dan tidak sempat
dilaksanakan karena ada pergantian rejim pemerintahan.
Pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974, juga telah dibuat UU khusus tentang
Desa yakni UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.

65

Pada masa UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, telah


pula dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang
Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa.
Selanjutnya pada masa UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah telah dikeluarkan PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, yang
diikuti dengan serangkaian Peraturan Menteri dalam Negeri. PP Nomor 72
Tahun 2005 memerintahkan kabupaten/kota membuat berbagai peraturan
daerah untuk menindaklanjuti kebijakan umum yang diatur di dalam UU
Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor 72 Tahun 2005, disesuaikan dengan
keadaan

desa

atau

nama

lain

yang

sejenis

pada

masing-masing

kabupaten/kota.
B. Pengaturan Tentang Sumber Keuangan
Dalam kedudukan organisasi yang ambivalen, Desa hanya memiliki sumbersumber keuangan tradisional yang diatur berdasarkan hukum adat setempat
dan dipelihara secara turun temurun.
Seiring dengan perkembangan jaman, ikatan hukum adatnya semakin
memudar, sehingga ikatan-ikatan sosial masyarakat desa digantikan oleh
ikatan-ikatan ekonomi. Penghargaan sosial kepada pejabat desa sudah tidak
memiliki makna yang tinggi, sehingga secara bertahap digantikan oleh
penghargaan ekonomi berupa uang, yang pada gilirannya banyak desa yang
mengalami kekurangan sumber keuangan desa.
Untuk mengatasinya, pemerintah supradesa memberikan BANTUAN
KEUANGAN. (lihat UU Nomor 22 Tahun 1999).
Karena bentuknya bantuan, maka jumlahnya tergantung pada pihak yang
memberi. Pengalaman empiris yang ada menunjukkan bahwa banyak desa di
berbagai kabupaten tidak menerima bantuan keuangan, atau hanya menerima
bantuan sekadarnya.
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005, sumbersumber pendapatan desa terdiri dari :
a. Pendapatan asli desa.
b. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/kota.
66

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah


yang diterima oleh kabupaten/kota.
d. Bantuan dari Pemerintah, pemerintah propinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota.
e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
(Pasal 212 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004) :
Kepada desa diberikan ADD (Alokasi Dana Desa) yang mirip seperti dana
perimbangan

keuangan

antara

pemerintah

dengan

daerah

otonom

sebagaimana diatur dalam UU Nomor 33 Tahun 2004. ADD diatur dalam


Pasal 212 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa, khususnya Pasal 68 ayat (1).
Pengelolaan

keuangan

desa

dituangkan

dalam

APBDes

(Anggaran

Penerimaan dan Belanja Desa), yang diatur mirip seperti APBD Provinsi dan
Kabupaten/Kota, termasuk kewajiban diaudit oleh akuntan negara yang
ditunjuk.
Dalam hal keuangan memang ada ambivalensi, pada satu sisi Pemerintah desa
tidak secara resmi disebut sebagai lembaga pemerintah, tetapi pengelolaan
keuangannya menggunakan sistem yang sama dengan pengelolaan keuangan
lembaga pemerintah yang resmi.
C. Sekretaris Desa
1. Dari berbagai peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah
yang telah ada di Indonesia, UU Nomor 32 Tahun 2004 memiliki kekhususan
pengaturan tentang Sekretaris Desa.
2. Pada pasal 202 ayat (3) dikemukakan bahwa : Sekretaris Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi
persyaratan.
3. Pada penjelasan pasal 202 ayat (3) UU tsb dikemukakan bahwa : Sekretaris
Desa yang ada selama ini yang bukan PNS secara bertahap diangkat menjadi
PNS sesuai peraturan perundang-undangan. (Diatur lebih lanjut dengan PP

67

Nomor 45 Tahun 2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan


Sekretaris Desa Menjadi PNS, juncto Permendagri Nomor 50 Tahun 2007.
Pengisian jabatan Sekretaris Desa oleh PNS dilatarbelakangi oleh
adanya

Ketetapan

MPR

RI

Nomor

IV/MPR/2000

tentang

Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah,


khususnya rekomendasi Nomor 7, yang bermaksud mengubah
otonomi desa dari PENGAKUAN menjadi PEMBERIAN.
Untuk mempersiapkan otonomi pemberian dari pemerintah pusat
tersebut, maka organisasi pemerintah desa harus diperkuat terlebih
dahulu. Kelemahan utama organisasi pemerintah desa saat ini adalah
status kepegawaian para perangkatnya yang tidak jelas. Tetapi apabila
seluruh perangkat Desa diangkat menjadi PNS, sudah pasti
memberatkan keuangan negara. Oleh karena itu, yang diangkat PNS
hanya Sekretaris Desa, dengan alasan Sekretaris Desa menjadi
otaknya proses manajemen dan administrasi di kantor pemerintah
desa. Melalui pengangkatan Sekdes sebagai PNS dimulai proses
modernisasi organisasi pemerintah desa, sampai pada kondisi siap
untuk menerima pemberian otonomi dari pemerintah pusat.
D. Kelebihan dan Kelemahan Pengisian Sekdes oleh PNS
A. Kelebihan
a.

Sekdes memiliki kepastian kedudukan kepegawaian, penghasilan serta


karier, sehingga dapat memberikan motivasi utk berprestasi.

b.

Adanya aktor penggerak perubahan di bidang manajemen dan


administrasi pemerintahan untuk tingkat desa.

c.

Adanya aktor penghubung yang dapat menjadi perantara kebijakan


perubahan yang datang dari pemerintah supradesa.

B. Kelemahan :
68

a.

Menimbulkan kecemburuan bagi Kades dan perangkat desa lainnya,


terutama pada desa-desa yang tidak memiliki sumber keuangan yang
cukup untuk memberi imbalan bagi perangkat desanya. Kecemburuan ini
dapat menimbulkan suasana kerja yang kontraproduktif.

b.

Rawan manipulasi dalam proses pengisian jabatan Sekdes, sehingga


dapat menimbulkan konflik.

c.

Intervensi pemerintah supradesa terhadap desa menjadi lebih besar


melalui tangan-tangan Sekdes.

d.

Terbuka peluang terjadinya konflik antara Kepala Desa dengan Sekdes


dalam hal hubungan kerja, apabila tatakerjanya tidak diatur dengan rinci
dan dilaksanakan secara konsisten, karena adanya duplikasi komando
terhadap Sekdes.

e.

Menimbulkan beban pada keuangan negara, karena akan mendorong


tuntutan pengangkatan PNS bagi perangkat desa lainnya.

3.12.4 Urusan Pemerintahan Yang Diselenggarakan Oleh Desa


UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005 mengatur
kewenangan Desa secara berbeda dengan berbagai UU sebelumnya. Pada
Pasal 7 PP No 72 Tahun 2005 disebutkan bahwa:
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa mencakup :
a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;
b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
yang diserahkan pengaturannya kepada desa;
c. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota, dan
d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundangundangan diserahkan kepada Desa.
Dari isi Pasal 7 di atas, secara IMPLISIT sebenarnya Pemerintah telah
melakukan perubahan filosofi otonomi kepada desa, dari PENGAKUAN
kepada PEMBERIAN, terutama menyangkut isi butir (b) dan (c).
69

Pengaturan

butir

(b)

tersebut

TIDAK

JELAS

ASASNYA,

bukan

desentralisasi, bukan dekonsentrasi dan juga bukan tugas pembantuan.


( PAKAI ASAS YANG BUKAN-BUKAN).
Pada butir (c), Desa memang disejajarkan dengan Daerah Otonom karena
dapat MENERIMA tugas pembantuan dari pemerintah supradesa.
Pengaturan yang AMBIVALEN semacam itu menimbulkan kerancuan dalam
sistem dalam implementasi pemerintah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintahan Dari Pemerintah Kabupaten/ Kota Kepada
Desa, judulnya mengundang kontroversi karena sepertinya Pemerintah
Kabupaten/ Kota melakukan desentralisasi kepada Desa. Padahal dalam
negara unitaris, desentralisasi hanya diberikan oleh Pemerintah Pusat baik
kepada entitas pemerintahan subnasional, organisasi nonpemerintah maupun
organisasi semi otonom.
Melalui penyerahan urusan pemerintahan semacam itu, Desa telah dianggap
sebagai daerah otonom.
3.12.5 Kedudukan Peraturan Desa Dalam Tata Urut Peraturan PerundangUndangan
Secara umum dapat dikatakan bahwa isi otonom mencakup pada empat hal
yakni :
1. Hak untuk memilih pemimpinnya sendiri secara bebas;
2. Hak untuk memiliki dan mengelola kekayaannya sendiri secara bebas;
3. Hak untuk membuat aturan hukumnya sendiri secara bebas;
4. Penggunaan hak kepegawaiannya sendiri secara bebas.

Kebebasan menggunakan hak tidak bersifat mutlak, melainkan dibatasi oleh :


a. Peraturan Per-UU-an yang lebih tinggi tingkatannya;
b. Asas Kepatutan;
70

c. Asas Kepentingan Umum (SALUS POPULIS SUPREMA LEX).

71

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat tadi dapat di simpulkan bahwa pancasila
mempunyai arti sangat penting bagi kehidupan masyarakat bangsa indonesia,
pancasila mempunyai nilai-nilai positif bagi kehidupan kita.
Disamping itu banyak langkah - langkah yang harus kita ambil untuk
menjalankan atau menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kita
sebagai bangsa Indonesia yang menghargai ideologi negaranya.

4.2

Saran
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila
merupakan falsafah negara kita Republik Indonesia. Kita harus menjunjung
tinggi dan mengamalkan nilai-nilai dari sila-sila Pancasila dengan penuh rasa
tanggung jawab. Dan seharusnya kita sebagai pemuda penerus bangsa harus
lebih menghargai dan melestarikan nilai-nilai tersebut agar Pancasila dapat
ditegakkan sampai kapanpun.

72

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=pancasila+sebagai+ideologi+terbuka&ie=utf8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a
https://www.google.com/search?client=firefoxa&hs=jIC&rls=org.mozilla:id
%official&sclient=psyab&q=sistem+pemerintahan.pdf&oq=sistem+pemerintah
an.pdf&gs_l=serp.3..0j0i8i30l3.35644.44581.0.45557.19.19.0.0.0.10.1053.6965.21
2j3j1j1j1j1.19.0....0...1c.1.32.psyab..14.5.1971.K0mUFsFzEPs&pbx=1&bav=on.2
,or.r_qf.&bvm=bv.57155469%2Cd.bmk
%2Cpv.xjs.s.en_US.vr5CthikH8.O&biw=1366&bih=664&ech=1&psi=SqacUuy
ENsyTrgeVz4CADw.1385998388984.3&emsg=NCSR&noj=1&ei=SqacUuyENsy
TrgeVz4CADw

73

Anda mungkin juga menyukai