IDEOLOGI NASIONAL
OLEH:ERNA YULIANDARI,S.H,M.A
Pancasila Sebagai Ideologi nasional
Kedudukan Pancasila sebagai ideologi nasional tercantum
dalam Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang
Pencabutan Ketetapan MPR RI No. II /MPR /1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka
Prasetya Pancakarsa) dan penetapan tentang Penegasan
Pancasila sebagai Dasar Negara.
Catatan risalah/penjelasan yg mrpk bagian tak terpisahkan
dari ketetapan tsb menyatakan, bahwa dasar negara yang
dimaksud dalam ketetapan ini di dalamnya mengandung
makna sebagai ideologi nasional, cita-cita, dan tujuan
negara.
Pancasila sebagai ideologi nasional
(lanjutan1)
Ada 2 fungsi utama ideologi dalam masyarakat : 1) sebagai tujuan atau cita-cita
bersama masyarakat, 2) sebagai pemersatu masyarakat (Ramlan Surbakti, 1999).
Jika ada konflik antar warga bangsa, nilai-nilainya bisa dijadikan acuan
normatif penyelesaian.
Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ yang berarti ‘gagasan, konsep,
pengertian dasar, dan cita-cita’ dan ‘logos’ yang berarti ‘ilmu’.
Kata ‘idea’ berasal dari kata bhs Yunani ‘eidos’ yang artinya ‘melihat’. Maka
secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar.
Dalam pengertian sehari-hari ‘idea’ disamakan artinya dengan ‘cita-cita’.
Cita-cita dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai,
sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar,
pandangan atau faham. Dasar ditetapkan atas suatu landasan, asas atau
dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup
pengertian tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan dan cita-cita.
Pengertian ‘ideologi’ secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan
gagasa-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepecayaan
yang menyeluruh, sistematis, yang menyangkut bidang politik, bidang
sosial, bidang kebudayaan , dan bidang keagamaan.
Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Ideologi negara atau cita-cita negara memiliki ciri
sebagai berikut:
Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup
kebangsaan dan kenegaraan.
Nilai instrumental yaitu eksplitasi penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi
Pancasila. Misalnya, tahun 1969-2004 Garis-Garis Besar Haluan Negara setiap lima tahun
senantiasa disesuaikan dengan perkembangan zaman, aspirasi masyarakat, undang-undang,
departemen-departemen sebagai lembaga pelaksana dsb. Mulai tahun 2004 digunakan
Rencana Pembangunan jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan RPJP. Pada aspek ini
senantiasa dapat dilakukan perubahan (reformasi).
Nilai praktis yaitu nilai-nilai instrumental sebagai realisasi pengamalan yang bersifat nyata
dalam kehidupan sehari-hari, seperti bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam
realisasi nilai praktis, penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang dan selalu
dapat dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi) sesuai dengan perkembangan
zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta aspirasi masyarakat.
Tiga Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi
yang Terbuka dan Dinamis
Dimensi realitas. Nilai-nilai ideologi bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup di
dalam masyarakat. Nilai-nilai itu benar-benar telah dijalankan, diamalkan, dan
dihayati sebagai nilai bersama, sehingga tertanam dan berakar di masyarakat.