Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP BERMAIN PADA ANAK

Disusun Oleh: KELOMPOK 7

1. CLARA ATA JEJU (2018610069)


2. NOVITA BANI (2018610092)
3. ROMEO ALEXANDRE AL-FATH (2018610078)
4. REKSI UMBU REMU SAMAPATI (2018610052)
5. ASTRID SUMARIA PABALA (2018610011)
6. OKTAVIANA INA KII (2018610040)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNVERSTAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
petunjuk dan bimbingan serta hidayah-Nya, makalah ini dapat kami selesaikan
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Mata Kuliah “Keperawatan Anak I”. Penulisan makalah ini dapat selesai dengan
baik berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak yang senantiasa memotivasi
dan kritik membangun.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
untuk perbaikan dan penyempurnaa lebih lanjut.Meskipun ini sifatnya sederhana
semoga bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada
khususnya.

Malang,20 maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………....………......…..………. i

KATA PENGANTAR …………………..………………………......…..…… ii

DAFTAR ISI ………................……………………………...…….....……… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………….............…………………. 1


B. Rumusan Masalah ……………………………...........…………………….. 2
C. Tujuan Pembuatan Makalah ……………………...................…………….. 2
D. Manfaat Pembuatan Makalah ………………….....................…………….. 2

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakekat Bermain …………………………...................…………………… 3


1. Definisi Bermain ………………………….........................……………….. 3
2. Karakteristik Bermain Anak ……………............................………………. 3
3. Tujuan Bermain atau Permainan ………………...............................……… 3
4. Manfaat Bermain ………………………….......................………………… 4
5. Pendapat Pakar Tentang Permainan …….................................……………. 4

BAB III RAGAM PERMAINAN ANAK

A. Bermain Bebas ……………………….............……………………………. 7


B. Bermain Terpimpin …………………...............…………………………… 9

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………..................……………………………. 13
B. Saran ………………………………................……………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.LatarBelakang

Kita semua gemar bermain terutama saat kita masih kanak-kanak. Bermain
adalah aktifitas yang khas, berbeda dengan bukan bermain, dalam hal ini adalah
bekerja atau aktifitas lain yang serius fungsional dan selalu dilakukan dalam
rangka suatu hasil. Bermain tidak memperdulikan hasil akhir tetapi yang lebih
penting disini adalah proses bermain itu sendiri. Bermain selalu menyenangkan
dan tidak pernah menjadi beban. Bila anak sudah menganggap bermain sebagai
suatu beban ,artinya yang ia lakukan bukanlah bermain.

Orang dewasa mengenal kegiatan “bekerja” selain kegiatan “bermain”.


Kendati bukan bekerja mempunyai fungsi tersendiri sebagai bagian dari
keseimbangan kehidupannya. Anak-anak dilain pihak, hanya mengenal kegiatan
bermain. Hal ini disebabkan perbendaharaan antara kegiatan bekerja dan bermain
pada masa kanak-kanak masih amat tipis. Bermain adalah sesuatu yang
menyenangkan. Apabila kita ingin memahami pengertian bermain, kita perhatikan
saja wajah anak-anak bila wajah mereka menampilkan percikan air muka yang
cerah dan berseri-seri, itulah bermain. Namun bila wajah mereka muram dan
cemberut maka itu bukanlagi bermain.

Dengan ketrampilan dan kemampuannya yang masih serba terbatas anak


melakukan aktivitas bermain (justru) untuk mendapatkan informasi tentang dunia
sekitarnya serta tentang siapa dirinya. Bermain memungkinkan anak-anak
mengeksplorasi berbagai pengalaman dalam berbagai situasi dan sudut kehidupan.
Dengan demikian, kegiatan bermain merupakan bagian yang penting dalam proses
tumbuh kembangnya disemua bidang kehidupan diantaranya mencakup fisik,
intelektual, emosi, sosial. Kegiatan bermain memberi anak pengalaman
berhadapan dengan masalah-masalah dan menganggapnya sebagai tantangan-
tantangan yang menggairahkan. Dengan demikian diharapkan, kelak ia tumbuh
menjadi orang dewasa yang optimistic dan kreatif dalam menghadapi kendala-
kendala kehidupan.

Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting.


Dapat dikatakan bahwa setiap anak yangsehat selalu mempunyai dorongan untuk
bermain sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada
umumnya dalam keadaan sakit, jasmaniah maupunrohaniah. Para ahli
berkesimpulan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis. Kebutuhan-
kebuthan jasmaniah dan rohaniahnya anak yang mendasari sebagian besar
dipenuhi melalui bermain (kelompok) bermain sendiri maupun itu merupakan
kebutuhan anak. Bermain bagi anak adalah mutlak diperlukan untuk
mengembangkan daya cipta, imajinasi, perasaan, kemauan, motivasi, dalam
suasana riang gembira.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan diatas, dalam makalah ini penulis menentukan


rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah permainan bebas dan terpimpin sudah dilakukan oleh anak TK/PAUD
dan mengikuti aturan ada ?

C.Tujuan Pembuatan Makalah

Tujuan pembuatan makalh ini adalah untuk tugas mata kuliah


Pengembangan Peserta Didik.
D.Manfaat Pembuatan Makalah

Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah: Bagi mahasiswa, makalah


ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dalam meningkatkan ketrampilan
membuat makalah dan bertambah wawasan tentang berbagai permainan.
BAB II
KAJIAN TEORI

A.Hakekat Bermain

1. Definisi Bermain

Berdasarkanpengamatan,pengalaman dan hasil penelitian paraahli,bahwa


bermain mempunyai arti sebagai berikut:

a. Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada


padanya.
b. Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik,
intelektual bahasa dan perilaku (psiksososialsertaemosional).
c. Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek pancaindranya sehingga
terlatihdenganbaik.
d. Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam
lagi.

2. Karakteristik Bermain Anak


 -Karakteristik bermain anak antara lain :
a. Bermain relatif bebas dari aturan-aturan, kecuali anak-anak membuat aturan
mereka sendiri.
b. Bermain dilakukan seakan-akan kegiatan itu dalam kehidupan nyata (bermain
drama)
c. Bermain lebih memfokuskanpada kegiatan atau perbuatan dari pada hasil
akhir produknya.
d. Bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak-anak.

3. Tujuan Bermain atau Permainan


 Tujuan dari bermain atau permainan antara lain :
a. Menanamkan kebiasaan disiplin dan tanggung jawab dalam kehidupan
sehari-hari
b. Melatih sikap ramah, suka bekerja sama menunjukkan kepedulian
c. Menanamkan budi pekerti yang baik
d. Melatih anak untuk berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar
e. Melatih anak untuk mencintai lingkungan dan ciptaan Tuhan
f. Melatih anak untuk mengeri berbagai konsep moral yang mendasar, seperti
salah,benar, jujur, adil dan fair

4. Manfaat Bermain Bagi Anak

 Manfaat bermain bagi anak antara lain :


1. Bermain bermanfat mencerdaskan otak
2. Bermain bermanfaat mengasah panca indra
3. Bermain bermanfaat sebagai media terapi
4. Bermain memacu kreatifitas
5. Bermain bermanfaat untuk melatih empati
6. Bermain itu melakukan penemuan

5. Pendapat Pakar Tentang Permainan

a. Aristoteles

Berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang
mereka tekuni dewasa nanti. Pendidikan untuk anak perlu disesuaikan dengan
minat serta tahap perkembangan anak.
b. Frohel (abad 18)

Menekankan pentingnya bermain dalam belajar. Menurutnya kegiatan bermain


dan mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta
mengembangkan pengetahuan mereka.

c. Joan Freman dan Utami Menandar (1995)

Menyebutkan bahwa pada umumnya bermain merupakan suatu aktivitas


yang membantu anak untuk mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, sosial,
moral dan emosional.

d. Montessori (1961)

Menggambarkan jika ketika anak bermain, dan berada dalam situasi


keserasian, akan merekontroksi sebuah kreativitas.

e. Sigmund Freud

Freud memandang bermain sama seperti fantasi atau lamunan. Melaluio


bermain ataupun fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapan maupun
konflik pribadi. Denagn demikian bermain mempunyai efek katarsis yaitu anak
dapat mengambil peran aktif sebagai pemasaran dalam memindahkan perasaan
negatif ke objek atau orang pengganti..

Freud memandang bermain sebagai cara yang digunakan anak untuk


mengatasi masalah, memanfaatkan bermain sebagai alat diagnosa terhadap
masalah dan sarana mengobati jiwa anak yang dimanifestasikan dalam terapi
bermain.
f. Frank dan Theresia Caplan, enam belas hakikat bermain
1. Membantu pertumbuhan anak
2. Merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
3. Memberikan kebebasan anak untuk bertindak
4. Memberikan dunia khayal yang disukai anak
5. Mempunyai unsur berpetualang didalamnya
6. Meletakkan dasar pengembangan bahasa
7. Mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan hubungan antar
pribadi
8. Memberikan kesempatan-kesempatan untuk menguasai diri secara fisik
9. Memperluas minat dan pemusatan perhatian
10. Merupakan cara untuk menyelidiki sesuatu
11. Merupakan cara untuk mempelajari peran orang dewasa
12. Merupakan dinamis untuk belajar
13. Menjernihkan pemikiran anak
14. Dapat distruktur secara akademi

g. Singer

Bermain, teutama bermain imajinatif sebagai kekuatan positif untuk


perkembangan manusia, bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk
memajukan kecepatan masuknya perangsangan (stimulasi) baik dari luar maupun
dari dalam yaitu aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan
merekam pengalaman-pengalaman.
BAB III
RAGAM PERMAINAN ANAK

Aktivitas bermain merupakan suatu rangkaian usaha kegiatan Bermain


pada Anak. Kegiatan yang dilakukan membutuhkan pengaturan lingkungan
bermain dan belajar serta alat-alat permaianan yang dibutuhkan. dua kategori
bermain, yaitu bermain bebas dan bermain terpimpin.

A. Bermain Bebas

Dalam permainan bebas anak boleh memilih sendiri kegiatan yang


diinginkannya serta alat-alat yang ingin digunakannya. Bermain bebas merupakan
bentuk bermain aktif baik dengan alat maupun tanpa alat, didalam maupun diluar
ruangan. Saat bermain bebas anak-anak membutuhkan tempat, waktu, peralatan
bermain, serta kebebasan. Kebebasan yang diberikan adalah kebebsana yang
tertib, yaitu kebebasan yang bertanggungjawab.

Kebebasan tersebut diarahkan pada tumbuhnya disiplin diri secara


bertahap.Tugas guru dalam kegiatan bermain bebas adalah melakukan observasi
terhadap anak-anak dan mendorong atau memotivasi anak untuk lebih aktif
bermain. Adapun contoh-contoh aktifitas bermain bebas baik didalam maupun
diluar ruangan :

 Didalam Ruangan
– Bermain Balok

Saat bermain balok anak-anak bebas mengeluarkan dan menggunakan


imajinasi serta keinginannya untuk menemukan agar dapat bermain dengan
kreatif, seperti balok-balok ukuran besar, ukuran kecil dan balok yang dapat
dimainkan dimeja (table blocks).
Balok meja biasanya terdiri dari balok-balok bujur sangkar berwarna atau
polos, yang dapat dimainkan secara individual atau berpasangan sambil duduk
mengelilingi meja. Dapat pula ditambahkan bentuk-bentuk lain untuk lebih
menstimulasi daya cipta dan daya eksplorasi anak.

– Bermain Alat Manipulatif

Alat manipulatif adalah semua alat permainan yang kecil dan dapat
diletakkan diatas meja sehingga membuat anak terampil bekerja dan
mengembangkan daya pikirnya.

Berbagai macam alat permainan manipulatif adalah papan hitung, puzzle,


mozaik, balok ukur, menara gelang, papan jahit, lotto, manik-manik, roncean, biji-
bijian, tutup botol, sendok es krim, benda-benda plastik.

 Diluar Ruangan

Halaman sekolah adalah tempat yang menyenangkan bagi anak-anak.


Mereka dapat bersosialisasi serta mengembangkan fisiknya baik dengan berlari
maupun dengan memainkan alat lain yang disediakan seperti : ayunan, papan
jungkit, papan luncur, palang bertingkat, jembatan goyang, jaring-jaring laba-laba
dan lain-lain.

Ketika anak-anak bermain diluar, pengawasan oleh guru sangat


diperlukan. Dibutuhkan kerjasama guru dalam mengawasi anak-anak saat bermain
yang juga disesuaikan dengan luasnya area bermain.

Kegiatan ini merupakan pembuka kegiatan fisik yang menarik dan


mempunyai banyak manfaat, antara lain :
1. Dapat dipindah-pindahkan
2. Tidak terlalu berat
3. Menarik untuk anak-anak yang tidak berani memulai sesuatu
4. Membantu anak-anak belajar dimana memulai kegiatan dan bagaimana
merencanakan gerakannya secara berurutan
5. Memberi kesadaran akan ruang bagi tubuh anak sendiri
6. Mendorong anak mengambil resiko
7. Membantu guru mengenali anak-anak yang memerlukan lebih banyak
kesempatan untuk memanjat, menyeimbangkan serta mengembangkan
ketrampilan dalam program motorik telah disusun.

B. Bermain Terpimpin

Dalam kegiatan bermain terpimpin anak tidak bebas, melainkan terikat


pada peraturan permainan atau kegiatan tertentu. Biasanya permainan dan alat
permainan diciptakan ileh guru sendiri. Oleh karena itu guru TK / PAUD harus
kreatif mencipta (permainan dan alat) agar kegiatan pembelajaran tidak
membosankan serta anak dan guru tidak mengalami kejenuhan.

 Aktifitas permainan terpimpin yang dapat membentu guru mencipta


permainan, antar lain sebagai berikut :
1. Permainan dalam lingkaran
2. Permainan dengan alat
3. Permainan tanpa alat
4. Permainan dengan angka
5. Permainan dengan nyanyian
6. Permainan bentuk lomba
7. Permainan mengasah panca indra
 Dasar pemikiran yang melandasi permainan yang baik dan sehat bagi
perkembangan anak, yaitu berikut ini :
1. Permainan yang dirancang dengan baik dapat menjadi sarana pengembangan
kemampuan anak
2. Setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan pengalaman yang sehat dan
bersifat positif
3. Anak-anak merupakan unsur terpenting dalam setiap permainan anak.
4. Anak memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi.
5. Perilaku bermain dapat mempengaruhi pandangan anak mengenai dirinya
sendiri, orang lain dan dunia sekelilingnya
6. Aktivitas bermain perlu dievaluasi secara berkala untuk melihat dampaknya
bagi perkembangan anak (baik positif maupun negatif)

Contoh aktifitas bermain terpimpin :


 Permainan dalam lingkaran
– Sapu tangan dan bola
1. Bola yang digunakan adalah bola besar (ukuran bola kaki)
2. Anak-anak berdiri dalam lingkaran dengan jarak sekitar 1 meter
3. Bola dioperkan dari satu anak kepada anak lainnya yang berada dalam
lingkaran
4. Anak yang berada diluar lingkaran berusaha menyentuh bola dengan sapu
tangan yang dipegangnya, namun tidak boleh menyentuh anak-anak yang
mengoperkan bola
5. Anak yang mengoperkan bola berusaha agar bola yang dipegangnya tidak
dapat disentuh saputangan sehingga suasana menjadi riuh.
6. Anak yang bolanya disentuh saputangan (ketika dipegang atau sedang dioper )
atau anak yang tidak dapat menangkap bola yang dioper kepadanya harus
keluar dari lingkaran dan menggantikan anak yang memegang saputangan.
7. Guru bertindak sebagai pemimpin di tengah lingkaran.

 Permainan dengan alat


– Mana Sepatuku
1. Alat yang digunakan adalah sepatu anak-anak dan guru
2. Semua sepatu dicampur dan diaduk-aduk dan diletakkan diujung ruangan.
Diujung lainnya dibuat garis memanjang.
3. Anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok, kemudian tiap kelompok berbaris
diatas garis
4. Dengan adanya aba-aba guru anak terdepan berlari kearah sepatu berada,
mencari dan memakai sepatunya
5. Demikian seterusnya sampai anak terakhir memakai sepatunya
6. Kelompok yang anggotanya terakhirnya selesai labih dulu memakai sepatu
adalah kelompok yang menang.
7. Sepatu dapat ditambahkan dengan sepatu anak-anak yang menonton. Guru
selalu mengumpulkan kembali sepatu yang bertebaran ketika anak mencari
sepatunya.

 Permainan tanpa alat


Kata polisi
1. anak-anak duduk dalam lingkaran menghadap ke tengah
2. Ditengah berdiri seorang anak menjadi pemimpin
3. Anak tersebut memberi perintah kepada anak lain yang harus di laksanakan
perintah tersebut didahului dengan “kata polisi”. Misalnya, “kata polisi tepuk
tangan 3 kali”
4. Bila pemimpin hanya mengatakan “tepuk tangan 3 kali” anak-anak tidak boleh
mengikutinya
5. Bila ada yang melakukan perintah tersebut dia harus keluar dari lingkaran atau
anak yang tidak melakukan perintah sesuai aba-aba atau salah melakukan “kata
polisi” juga harus keluar dari lingkaran.
6. Begitu seterusnya sampai anak-anak habis
7. Kata polisi dapat diganti dengan “kata bu guru” atau “kata ayah” sesuai
kesepakatan bersama.
 Permainan dengan angka
 Berbasis menurut angka
1. Permainan ini dimainkan sekurang-kurangnya 10 anak
2. Alat yang digunakan adalah kartu angka (1-10)
3. 10 anak maju masuk ke dalam lingkaran yang sudah disiapkan
4. Guru menebarkan kartu angka secara tertutup dilantai
5. Setelah anak mendengar aba-aba, anak-anak mengambil satu kartu angka,
kemudian mulai mengatur barisan berderet ke samping sesuai urutan angka
dalam kartu yang didapatnya
6. Kerjasama antar peserta sangat diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugas
dengan baik
7. Agar ada tantangan dapat dimainkan oleh 2 dan atau 3 kelompok sekaligus dan
guru harus mempersiapkan beberapa set kartu angka. Kelompok yang lebih
cepat menyusun barisan dengan urutan yang benar merupakan kelompok
pemenang.

 Permainan dengan nyanyian


Bermain sepatu
1. Anak-anak melepas sepatu dan duduk dilantai membentuk lingkaran
menghadap ke dalam dengan jarak 1,5 m
2. Setiap anak meletakkan sepatunya dihadapannya. Salah satu anak sepatunya
diganti sepatu guru
3. Dengan aba-aba guru, anak-anak mulai menyanyi dengan tempo biasa sambil
menggeser sepatumya mengikuti irama lagu. Setelah lagu berakhir sepatu juga
berhenti (satu putaran, lagu dinyanyikan 2 kali)
4. Anak yang mendapat sepatu guru didepannya harus berhenti bermain
5. Permainan dilanjutkan sampai hanya tertinggal satu pemain lagi. Makin sedikit
jumlah pemain, lagu makin dipercepat.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab sebelumnya diatas dapat ditarik kesimpulan


bahwa permainan merupakan hal yang harus diajarkan kepada anak karena
permainan merupakan dunia anak yang dapat menunjang pada kehidupannya di
masa depan karena di dalam permainan itu sendiri terdapat proses belajar.

B. Saran

Disarankan kepada penulis selanjutnya untuk memperkaya lagi bahan


rujukan yang digunakan untuk memperluas cakrawala ilmu yang didapat juga
untuk memperkaya materi yang bisa dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA

Ball, David. 2012. “Risk and Safety.” Berada pada laman Children's Play
Council website at http://www.ncb.org.uk/cpc. Diunduh, 3 Juli 2012.
Bodrova, Elena & Leong, Deborah. 1996. Tools of The Mind: The Vygotskian
Approach to Early Childhood Education. New Jersey : Merill Prentice Hall.
Bredekamp, Sue & Copple, Carol. 1999. Developmentally Appropriate Practice
in Early Childhood Programs. Washington, D.C.: National Association for
the Education of Young Children.
Brewer, J.A. 1995. Introduction to Early Childhood Education: Preschool
throough Primary Grades. Boston: Allyn and Bacon.
Campbell, Linda., Campbell, Bruce., Dickinson, Dee. 1996. Teaching &
Learning Through Multiple Intelligences. Massachusetts : Allyn & Bacon.
Catron, Carol E. & Allen, Jan. 1999. Early Childhood Curriculum A Creative-
Play Modell. New Jersey: Merill, Prentice-Hall.
Dickinson, Amy. “The Benefits of Risk in Children’s Play” edisi 11 Mei 2012.
diunduh di http://letchildrenplay.com tanggal 2 Juli 2012.
Gleave, Josie. 2008. Risk and Play. http:www.playday.org. Diakses 2 Juli 2012.
Isenberg, J.P. & Jalongo, M.R. 1993. Creative Expression and Play in The Early
Childhood Curriculum. New York: Merrill, Macmillan Publising Company.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Grasindo.
Smith, Peter K And Pellegrini, Antony. “Learning Through Play”. Minessta:
Goldsmiths, University of London, United Kingdom University of
Minnesota, USA (Published online September 12, 2008).

Anda mungkin juga menyukai