Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, atas petunjuk dan bimbingan serta hidayah-Nya, makalah ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa memotivasi penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut. Meskipun ini sifatnya sederhana semoga bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Cijulang, 26 November 2011

Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI A. B. C. D. A. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah ............................................................. ........................................................... ......................................... ...................................... 1 2 3 3 4 4 4 4 5 5 9 11 15 15 ..................................................................... i ii ...................................................................................

Tujuan Pembuatan Makalah Manfaat Pembuatan Makalah Hakekat Bermain 1. 2. 3. 4. Definisi Bermain

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................... .................................................. .................................. ...........................

Karakteristik Bermain Anak Tujuan Bermain atau Permainan Manfaat Bermain

...................................................

B. 1. 2.

Pendapat Pakar Tentang Permainan ....................................... Bermain Bebas ...................................................................... Bermain Terpimpin ................................................................ ................................................................. ...........................................................................

BAB III RAGAM PERMAINAN ANAK

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak pada usia dini perlu mendapatkan perhatian sungguh dari semua pihak. Anak pada usia dini sebagai usia dimana anak belum memasuki suatu lembaga pendidikan formal seperti SD dan biasanya mereka tetap tinggal di rumah atau mengikuti kegiatan dalam bentuk berbagai lembaga pendidikan pra sekolah seperti kelompok bermain, taman kanak-kanak dan taman penitipan anak. Ciri anak usia dini mengacu pada teori Piaget dapat dikatakan sebagai usia yang belum dapat dituntut untuk berpikir secara logis (tahapan operasional) yang ditandai dengan pemikiran seperti : Berpikir secara konkrit, dimana kemampuan representasi simbolik yang memungkinkan seseorang untuk memikirkan hal abstrak (seperti cinta atau keadilan) belum dapat dipahaminya. Realisme, yaitu kecenderungan yang kuat untuk menanggapi segala sesuatu sebagai hal yang riil atau nyata Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mudah menerima penjelasan dari sisi lain Kecenderungan untuk berpikir secara sederhana dan tidak mudah menerima sesuatu yang majemuk Animisme yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua obyek di lingkungannya memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang dimiliki anak Sentrasi yaitu kecenderungan untuk mengkonsentrasikan diri hanya pada satu aspek dari suatu situasi Anak usia dini dapat dikatakan memiliki imajinasi yang amat kaya dan imajinasi ini sering dikatakan sebagai awal munculnya bibit kreatifitas pada mereka Pada usia dini anak masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan dalam segi termasuk otaknya. Otak merupakan pusat dari intelegensi pada anak. Koestler telah mengemukakan suatu teori tentang istilah belahan otak kiri dan kanan yang tugas dan fungsi, ciri dan responnya berbeda terhadap pengalaman belajar, meskipun tidak dalam arti mutlak. Respon kedua belahan otak ini tidak sama, dan menuntut pada pengalaman belajarnya. 1

Anak-anak usia dini dapat saja diberikan materi pelajaran, diajari membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan bukan hanya itu saja, mereka bisa saja diajari tentang sejarah, geografi, dan lain-lainnya. Jerome Bruner menyatakan, setiap materi dapat diajarkan kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya (Supriadi, 2002: 40). Kuncinya adalah pada permainan atau bermain. Permainan atau bermain adalah kata kunci pada pendidikan anak usia dini. Ia sebagai media sekaligus sebagai substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak adalah dunia bermain, dan belajar dilakukan dengan atau sambil bermain yang melibatkan semua indra anak. Bruner dan Donalson dari telaahnya menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan pembelajaran itu sebagian besar diperoleh dari bermain. Sayangnya, menurut Samples bermain sebagai gagasan yang dikaitkan dengan pembelajaran kurang mendapatkan apresiasi dalam berbagai lingkungan budaya (Supriadi, 2002: 40). Bermain bagi anak adalah kegiatan yang serius tetapi menyenangkan. Menurut Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak karena menyenangkan, bukan karena hadiah atau pujian. Melalui bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan diatas, dalam makalah ini penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut : Apakah permainan bebas dan terpimpin sudah dilakukan di PAUD / TK mengikuti aturan yang ada ?

C.

Tujuan Pembuatan Makalah Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Peserta Didik.

D.

Manfaat Pembuatan Makalah Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah : Bagi mahasiswa, makalah ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dalam meningkatkan keterampilan membuat makalah dan bertambah wawasan tentang berbagai permainan yang di terapkan pada pendidikan anak usia dini.

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakekat Bermain 1. Definisi Bermain Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian para ahli, bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut : a. Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya. b. Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual bahasa dan perilaku (psiksososial serta emosional) c. Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indranya sehingga terlatih dengan baik. d. Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi. 2. Karakteristik Bermain Anak Karakteristik bermain anak antara lain : a. b. c. d. anak. 3. Tujuan Bermain atau Permainan Tujuan dari bermain atau permainan antara lain : a. Menanamkan kebiasaan disiplin dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari 4 Bermain relatif bebas dari aturan-aturan, kecuali anakanak membuat aturan mereka sendiri. Bermain dilakukan seakan-akan kegiatan itu dalam kehidupan nyata (bermain drama) Bermain lebih memfokuskanpada kegiatan atau perbuatan dari pada hasil akhir produknya. Bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak-

b. kepedulian c. d. e. Tuhan f.

Melatih sikap ramah, suka bekerja sama menunjukkan Menanamkan budi pekerti yang baik Melatih anak untuk berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar Melatih anak untuk mencintai lingkungan dan ciptaan Melatih anak untuk mengeri berbagai konsep moral yang mendasar, seperti salah, benar, jujur, adil dan fair

4. Manfaat Bermain Bagi Anak Manfaat bermain bagi anak antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bermain bermanfat mencerdaskan otak Bermain bermanfaat mengasah panca indra Bermain bermanfaat sebagai media terapi Bermain memacu kreatifitas Bermain bermanfaat untuk melatih empati Bermain itu melakukan penemuan

B. Pendapat Pakar Tentang Permainan a. Aristoteles Berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang mereka tekuni dewasa nanti. Pendidikan untuk anak perlu disesuaikan dengan minat serta tahap perkembangan anak. b. Frohel (abad 18) Menekankan pentingnya bermain dalam belajar. Menurutnya perhatian serta mengembangkan pengetahuan mereka. c. Joan Freman dan Utami Menandar (1995) kegiatan bermain dan mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik

Menyebutkan bahwa pada umumnya bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak untuk mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, sosial, moral dan emosional.

d.

Montessori (1961) Menggambarkan jika ketika anak bermain, dan berada dalam situasi keserasian, akan merekontroksi sebuah kreativitas.

e.

Sigmund Freud Freud memandang bermain sama seperti fantasi atau lamunan. Melaluio bermain ataupun fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapan maupun konflik pribadi. Denagn demikian bermain mempunyai efek katarsis yaitu anak dapat mengambil peran aktif sebagai pemasaran dalam memindahkan perasaan negatif ke objek atau orang pengganti.. Freud memandang bermain sebagai cara yang digunakan anak untuk mengatasi masalah, memanfaatkan bermain sebagai alat diagnosa terhadap masalah dan sarana mengobati jiwa anak yang dimanifestasikan dalam terapi bermain.

f. bermain 1. 2. secara sukarela 3. bertindak 4. anak 5. didalamnya 6.

Frank dan Theresia Caplan, enam belas hakikat Membantu pertumbuhan anak Merupakan Memberikan kegiatan yang dilakukan untuk

kebebasan

anak

Memberikan dunia khayal yang disukai Mempunyai unsur berpetualang

Meletakkan dasar pengembangan bahasa

7. 8. 9. perhatian 10. 11. orang dewasa 12. 13. 14. g. Singer

Mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan hubungan antar pribadi Memberikan untuk menguasai diri secara fisik Memperluas minat dan pemusatan kesempatan-kesempatan

Merupakan cara untuk menyelidiki sesuatu Merupakan cara untuk mempelajari peran Merupakan dinamis untuk belajar Menjernihkan pemikiran anak Dapat distruktur secara akademis

Bermain, terutama bermain imajinatif sebagai kekuatan positif untuk perkembangan manusia, bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya perangsangan (stimulasi) baik dari luar maupun dari dalam yaitu aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman-pengalaman. Melalui permainan, anak-anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual dan spritual. Oleh karena itu, bermain bagi anak usia dini merupakan jembatan bagi berkembangnya semua aspek. Kritik yang ditujukan kepada sejumlah TK bukan karena mereka mengajarkan berhitung, membaca, dan menulis melainkan caranya yang salah seakan-akan menjadikan TK sebagai miniatur SD. Padahal PAUD itu sesuatu yang lain dengan landasan psikologis dan pedagogis yang berbeda. Belajar Quantum dari De Porter & Hernacki serta revolusi belajar yang dibawakan oleh Dryden & Vos (Supriadi, 2002: 41) meletakkan titik berat pada pendinian belajar pada anak dengan memilih cara-cara yang sesuai, bukan pengakademikan belajar pada usia dini, dua hal yang sangat besar perbedaannya. Pembelajaran pada anak usia dini dapat 7

dilaksanakan 1.

dengan

menggunakan

beberapa

metode

(Direktorat

PADU,2001; Depdikbud, 1998), diantaranya yaitu: Bercerita, adalah menceritakan atau membacakan cerita yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Melalui cerita daya imajinasi anak dapat ditingkatkan. Bercerita dapat disertai gambar maupun dalam bentuk lainnya seperti panggung boneka. Cerita sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita selesai. Cerita tersebut akan lebih bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan anak. 2. Bernyanyi, adalah kegiatan dalam melagukan pesan-pesan yang mengandung unsur pendidikan. Dengan bernyanyi anak dapat terbawa kepada situasi emosional seperti sedih dan gembira. Bernyanyi juga dapat menumbuhkan rasa estetika. 3. Berdarmawisata, adalah kunjungan secara langsung ke obyek-obyek yang sesuai dengan bahan kegiatan yang sedang dibahas di lingkungan kehidupan anak. Kegiatan tersebut dilakukan di luar ruangan terutama untuk melihat, mendengar, merasakan, mengalami langsung berbagai keadaan atau peristiwa di lingkungannya. Hal ini dapat diwujudkan antara lain melalui darmawisata ke pasar, sawah, pantai, kebun, dan lainnya. 4. Bermain peran, adalah permainan yang dilakukan untuk memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, dan peran-peran tertentu sekitar anak. Bermain peran merupakan kegiatan menirukan perbuatan orang lain di sekitarnya. Dengan bermain peran, kebiasaan dan kesukaan anak untuk meniru akan tersalurkan serta dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan. 5. Peragaan/Demonstrasi, adalah kegiatan dimana tenaga pendidik/tutor memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian ditirukan anak-anak. Peragaan/demonstrasi ini sesuai untuk melatih keterampilan dan caracara yang memerlukan contoh yang benar. 8

6.

Pemberian Tugas, merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan melaksanakan tugas secara tuntas. Tugas dapat diberikan secara berkelompok ataupun individual.

7.

Latihan, adalah kegiatan melatih anak untuk menguasai khususnya kemampuan psikomotorik yang menuntut koordinasi antara otot-otot dengan mata dan otak. Latihan diberikan sesuai dengan langkah-langkah secara berurutan.

BAB III RAGAM PERMAINAN ANAK Kegiatan yang dilakukan membutuhkan pengaturan lingkungan bermain dan belajar serta alat-alat permaianan yang dibutuhkan. Di PAUD dikenal dua kategori bermain, yaitu bermain bebas dan bermain terpimpin. A. Bermain Bebas Dalam permainan bebas anak boleh memilih sendiri kegiatan yang diinginkannya serta alat-alat yang ingin digunakannya. Bermain bebas merupakan bentuk bermain aktif baik dengan alat maupun tanpa alat, didalam maupun diluar ruangan. Saat bermain bebas anak-anak membutuhkan tempat, waktu, peralatan bermain, serta kebebasan. Kebebasan yang diberikan adalah kebebsana yang tertib, yaitu kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan tersebut diarahkan pada tumbuhnya disiplin diri secara bertahap. Tugas guru dalam kegiatan bermain bebas adalah melakukan observasi terhadap anak-anak dan mendorong atau memotivasi anak untuk lebih aktif bermain. Adapun contoh-contoh aktifitas bermain bebas baik didalam maupun diluar ruangan : Saat bermain Didalam Ruangan Bermain Balok balok anak-anak bebas mengeluarkan dan menggunakan imajinasi serta keinginannya untuk menemukan agar dapat bermain dengan kreatif. Di PAUD hendaknya disediakan beberapa set dan jenis balok, seperti balok-balok ukuran besar, ukuran kecil dan balok yang dapat dimainkan dimeja (table blocks) Balok meja biasanya terdiri dari balok-balok bujur sangkar berwarna atau polos, yang dapat dimainkan secara individual atau berpasangan sambil duduk mengelilingi meja. Dapat pula ditambahkan bentukbentuk lain untuk lebih menstimulasi daya cipta dan daya eksplorasi anak. 10

Bermain Alat Manipulatif Alat manipulatif adalah semua alat permainan yang kecil dan dapat diletakkan diatas meja sehingga membuat anak terampil bekerja dan mengembangkan daya pikirnya. Berbagai macam alat permainan manipulatif adalah papan hitung, puzzle, mozaik, balok ukur, menara gelang, papan jahit, lotto, manikmanik, roncean, biji-bijian, tutup botol, sendok es krim, benda-benda plastik. Diluar Ruangan Halaman sekolah adalah tempat yang menyenangkan bagi anak-

anak. Mereka dapat bersosialisasi serta mengembangkan fisiknya baik dengan berlari maupun dengan memainkan alat lain yang disediakan seperti : ayunan, papan jungkit, papan luncur, palang bertingkat, jembatan goyang, jaring-jaring laba-laba dan lain-lain. Ketika anak-anak bermain diluar, pengawasan oleh guru sangat diperlukan. Dibutuhkan kerjasama guru dalam mengawasi anak-anak saat bermain yang juga disesuaikan dengan luasnya area bermain. Kegiatan ini merupakan pembuka kegiatan fisik yang menarik dan mempunyai banyak manfaat, antara lain : 1. 2. 3. 4. secara berurutan 5. tubuh anak sendiri 6. Mendorong anak mengambil resiko Memberi kesadaran akan ruang bagi Dapat dipindah-pindahkan Tidak terlalu berat Menarik untuk anak-anak yang tidak berani memulai sesuatu Membantu anak-anak belajar dimana memulai kegiatan dan bagaimana merencanakan gerakannya

11

7. menyeimbangkan B.

Membantu guru mengenali anak-anak yang memerlukan lebih banyak kesempatan untuk memanjat, serta mengembangkan ketrampilan dalam program motorik telah disusun. Bermain Terpimpin

Dalam kegiatan bermain terpimpin anak tidak bebas, melainkan terikat pada peraturan permainan atau kegiatan tertentu. Biasanya permainan dan alat permainan diciptakan ileh guru sendiri. Oleh karena itu gru TK / PAUD harus kreatif mencipta (permainan dan alat) agar kegiatan pembelajaran tidak membosankan serta anak dan guru tidak mengalami kejenuhan. Aktifitas permainan terpimpin yang dapat membentu guru mencipta permainan, antar lain sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Permainan dalam lingkaran Permainan dengan alat Permainan tanpa alat Permainan dengan angka Permainan dengan nyanyian Permainan bentuk lomba Permainan mengasah panca indra

Dasar pemikiran yang melandasi permainan yang baik dan sehat bagi perkembangan anak, yaitu berikut ini : 1. 2. 3. 4. Permainan yang dirancang dengan baik dapat menjadi sarana pengembangan kemampuan anak. Setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan pengalaman yang sehat dan bersifat positif. Anak-anak permainan anak. Anak memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. merupakan unsur terpenting dalam setiap

12

5. 6.

Perilaku bermain dapat mempengaruhi pandangan anak mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekelilingnya. Aktivitas bermain perlu dievaluasi secara berkala untuk melihat dampaknya bagi perkembangan anak (baik positif maupun negatif).

Contoh aktifitas bermain terpimpin : Permainan dalam lingkaran Sapu tangan dan bola 1. Bola yang digunakan adalah bola besar (ukuran bola kaki). 2. Anak-anak berdiri dalam lingkaran dengan jarak sekitar 1 meter. 3. Bola dioperkan dari satu anak kepada anak lainnya yang berada dalam lingkaran. 4. Anak yang berada diluar lingkaran berusaha menyentuh bola dengan sapu tangan yang dipegangnya, namun tidak boleh menyentuh anak-anak yang mengoperkan bola. 5. Anak yang mengoperkan bola berusaha agar bola yang dipegangnya tidak dapat disentuh saputangan sehingga suasana menjadi riuh. 6. Anak yang bolanya disentuh saputangan (ketika dipegang atau sedang dioper ) atau anak yang tidak dapat menangkap bola yang dioper kepadanya harus keluar dari lingkaran dan menggantikan anak yang memegang saputangan. 7. Guru bertindak sebagai pemimpin di tengah lingkaran. Permainan dengan alat 1. anak dan guru. Mana Sepatuku Alat yang digunakan adalah sepatu anak-

13

2. memanjang. 3. 4. berlari 5. 6. menang. 7. kearah sepatunya.

Semua sepatu dicampur dan diaduk-aduk dan diletakkan diujung ruangan. Diujung lainnya dibuat garis Anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok, kemudian tiap kelompok berbaris diatas garis. Dengan adanya aba-aba guru anak terdepan sepatu berada, mencari dan memakai

Demikian seterusnya sampai anak terakhir memakai sepatunya. Kelompok yang anggotanya terakhirnya selesai labih dulu memakai sepatu adalah kelompok yang Sepatu dapat ditambahkan dengan sepatu anak-anak yang menonton. Guru selalu mengumpulkan kembali sepatu yang bertebaran ketika anak mencari sepatunya. Permainan tanpa alat

1. 2. menjadi pemimpin 3. Kata polisi

anak-anak lingkaran menghadap ke tengah

duduk

dalam

Ditengah berdiri seorang anak Anak tersebut memberi perintah kepada anak lain yang harus di laksanakan perintah tersebut didahului dengan kata polisi. Misalnya, kata polisi tepuk tangan 3 kali

4. mengikutinya 14

Bila

pemimpin

hanya

mengatakan tepuk tangan 3 kali anak-anak tidak boleh

5.

Bila

ada

yang

melakukan

perintah tersebut dia harus keluar dari lingkaran atau anak yang tidak melakukan perintah sesuai aba-aba atau salah melakukan kata polisi juga harus keluar dari lingkaran. 6. anak habis 7. Kata polisi dapat diganti dengan kata bu guru atau kata ayah sesuai kesepakatan bersama. Permainan dengan angka - Berbasis menurut angka 1. 2. 3. 4. 5. Permainan ini dimainkan sekurang-kurangnya 10 anak Alat yang digunakan adalah kartu angka (1-10) 10 anak maju masuk ke dalam lingkaran yang sudah disiapkan Guru menebarkan kartu angka secara tertutup dilantai Setelah anak mendengar aba-aba, anak-anak mengambil satu kartu angka, kemudian mulai mengatur barisan berderet ke samping sesuai urutan angka dalam kartu yang didapatnya 6. 7. Kerjasama antar peserta sangat diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugas dengan baik Agar ada tantangan dapat dimainkan oleh 2 dan atau 3 kelompok sekaligus dan guru harus mempersiapkan beberapa set kartu angka. Kelompok yang lebih cepat menyusun barisan dengan urutan yang benar merupakan kelompok pemenang. Permainan dengan nyanyian - Bermain sepatu 1. Anak-anak melepas sepatu dan duduk dilantai membentuk lingkaran menghadap ke dalam dengan jarak 1,5 m 15 Begitu seterusnya sampai anak-

2. 3.

Setiap anak meletakkan sepatunya dihadapannya. Salah satu anak sepatunya diganti sepatu guru Dengan aba-aba guru, anak-anak mulai menyanyi dengan tempo biasa sambil menggeser sepatumya mengikuti irama lagu. Setelah lagu berakhir sepatu juga berhenti (satu putaran, lagu dinyanyikan 2 kali)

4. 5.

Anak yang mendapat sepatu guru didepannya harus berhenti bermain Permainan dilanjutkan sampai hanya tertinggal satu pemain lagi. Makin sedikit jumlah pemain, lagu makin dipercepat.

16

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Bermain merupakan salah satu hak asasi manusia, begitu juga pada anak usia dini. Ada banyak manfaat yang didaptkan dari kegiatan bermain, salah satunya adalah pengemangan kreativitas. Bermain dalam bentuk apapun, baik aktif maupun pasif, baik dengan alat maupun tanpa alat dapat menunjang ktreativitas anak dalam berbagai taraf. Disini peran orang tua dan guru pembimbing untuk dapat menjadi fasilitator pengembangan kreativitas anak, dengan memfasilitasi anak agar dapat bermain dengan cara dan alat yang tepat sesuai dengan bakat, minat, perkembangan, dan kebutuhan anak. Permainan merupakan hal yang harus diajarkan kepada anak karena permainan merupakan dunia anak yang dapat menunjang pada kehidupannya di masa depan karena di dalam permainan itu sendiri terdapat proses belajar. B. Saran Orangtua adalah pendidik utama, dan pertama, dan terbaik untuk anak. Sebaik apapun tenaga pendidik, program kegiatan, dan fasilitas yang tersedia di tempat penitipan dan pendidikan anak usia dini, tidak akan dapat menggantikan sepenuhnya peran orangtua sebagai pengasuh sekaligus pendidik bagi anak. Jika anak diberi gizi seimbang, diperhatikan kesehatannya, dan diberi rangsangan psikososial oleh orangtua dengan kasih sayang dan memberi kesempatan belajar sambil bermain, maka kecerdasan anak akan optimal. Untuk itu peran orangtua adalah kembali menjadi aktor utama untuk menjadi model yang dapat menjadi teladan bagi anak. Karena rumah dan keluarga adalah yang paling bertanggung jawab dalam membentuk anak menjadi sesuai yang diharapkan.

17

DAFTAR PUSTAKA Csikszentmihalyi, M., 1996, Creativity. Harper Collins Publisher, Inc : New York Hurlock, E. B., 1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan), edisi kelima. Penerbit Erlangga : Jakarta Hurlock, E. B., 1999. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Penerbit Erlangga : Jakarta Mnks, F.J, Knoers, A.M.P dan Haditono, S.R. 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta Munandar, S.C.U.,1995. Pengembangan Kreativitaas Anak Berbakat. Rineka Cipta kerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta Mulyadi, S., 2004. Bermain dan Kreativitas(Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain). Papas Sinar Sinanti : Jakarta Nursisto. 1999.Kiat Menggali Kreativitas. Mitra Gama Media : Yogyakarta

18

Anda mungkin juga menyukai