Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN HIV AIDS

KELOMPOK 1:
1. IGNASIUS DANGGA MESA
2. REKSI UMBU REMU SAMAPATI
3. NURJMIAN ASTRI SARI R. OYI
4. YENIWATI DIANA TANGGU
5. ELISABET ENGA TARA LADU

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul KEPERAWATAN HIV AIDS. Dalam
penyusunan maklah ini Kami menyadari bahwa terdapat banyak keselahan dan kekurangan dan
jauh pula dari kata sempurna.untuk itu kritik dan saran sangat kami butuhkan dari
pembacaSemoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Malang,06 maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
Bab II Isi
2.1 Pengertian HIV/AIDS
2.2 Patofisiologi HIV/AIDS
2.3.Tanda Dan Gejala HIV/AIDS
2.4 Diagnosis
2.5 Pencegahan
2.6 Pathway
2.7 Penyalahgunaan Napza
2.8 Pemeriksaan fisik
Bab III Penutup
3.1 kesimpulan
3.2 saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkantentang
HIV/AIDS. Penyebrangan AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekarangsudah
ada disekitar kita. Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS,bahkan
penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin.
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan denganAIDS adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yaitu: H = Human (manusia), I =Immuno
deficiency (berkurangnya kekebalan), V = Virus.
Maka dapat dikatakan HIV adalah virus yang menyerang dan merusak selkekebalan
tubuh manusia sehingga tubuh kehilangan daya tahan dan mudah terserang berbagaipenyakit
antara lain TBC, diare, sakit kulit, dll. Kumpulan gejala penyakit yang menyerangtubuh kita
itulah yang disebut AIDS
Maka, selama bertahun-tahun orang dapat terinfeksi HIV sebelum akhirnyamengidap
AIDS. Namun penyakit yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalahsejenis
radang paru-paru yang langka, yang dikenal dengan nama pneumocystis cariniipneumonia
(PCP), dan sejenis kanker kulit yang langka yaitu kaposi’s sarcoma (KS). Biasanyapenyakit
ini baru muncul dua sampai tiga tahun setelah penderita didiagnosis mengidap
AIDS.Seseorang yang telah terinfeksi HIV belum tentu terlihat sakit. Secara fisik dia akan
samadengan orang yang tidak terinfeksi HIV.
Oleh karena itu 90% dari pengidap AIDS tidak menyadari bahwa mereka telahtertular
virus AIDS, yaitu HIV karena masa inkubasi penyakit ini termasuk lama dan itulahsebabnya
mengapa penyakit ini sangat cepat tertular dari satu orang ke orang lain. Masainkubasi adalah
periode atau masa dari saat penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh (saatpenularan) sampai
timbulnya penyakit

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan HIV AIDS?
2. Bagaimana Patofisiologi HIV/AIDS, diagnosis HIV/AIDS dan penatalksanaan
HIV/AIDS, pathway dan web of causa pada kasus HIV-AIDS dan
penyalahgunaanNAPZA?
3. Bagamana Pemeriksaan fisik dan diagnostik pada klien dengan klien HIV/AIDS?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan HIV AIDS
2. Untuk mengetahui Bagaimana Patofisiologi HIV/AIDS, diagnosis HIV/AIDS dan
penatalksanaan HIV/AIDS, pathway dan web of causa pada kasus HIV-AIDS dan
penyalahgunaanNAPZAP
3. Untuk mengetahui Bagamana Pemeriksaan fisik dan diagnostik pada klien dengan
klien HIV/AIDS
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV AIDS


Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah infeksi yang disebabkan oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan suatu penyakit yang menyerang
sel-sel kekebalan tubuh. Diseluruh dunia pada tahun 2013 terdapat 35 juta orang dengan HIV
yang meliputi 16 juta perempuan dan 3.2 juta anak berusia < 15 tahun. Jumlah infeksi baru
HIV pada tahun 2013 sebesar 2.1 juta yang terdiri dari 1.9 juta dewasa dan 240.000 anak
berusia < 15 tahun. Virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara darah, semen
dan sekret vagina.
2.2 Patofisiologi HIV
Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam
tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase:
a. Transmisi HIV
HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti
darah, ASI, semen dan sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia
melalui port d’entree yang terdapat pada tubuh, umumnya kemungkinan ini meningkat
melalui perilaku berisiko yang dilakukan.Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan
menempel pada reseptor CD4 melalui pembungkus glikoprotein. Sebagai retrovirus,
HIV menggunakan enzim reverse-transcriptase, memungkinkan terbentuknya DNA-
copy, untuk terbentuk dari RNA-virus. Virus kemudian menempel dan merusak CD4,
sehingga terjadi deplesi nilai CD4 dalam darah, seiring dengan terjadinya peningkatan
replikasi virus yang direfleksikan dari hasil nilai viral load yang tinggi, menandakan
tingkat virulensi yang tinggi.
b. fase Infeksi HIV
Infeksi HIV terdiri dari 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan AIDS.
 Serokonversi
fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi
viremia plasma dengan penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari
setelah virus masuk melalui mukosa tubuh. Kondisi ini dapat bertahan selama
beberapa minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak spesifik,
umumnya berupa demam, flu-like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam.
Kemudian, keluhan akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu.
Pada masa ini, umumnya akan mulai terjadi penurunan nilai CD4, dan
peningkatan viral-load.
 Fase Asimtomatik
Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah.
Penderita infeksi HIV dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa
intervensi pengobatan. Pada fase ini, replikasi virus terus berjalan, virulensi
tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan CD4 secara konstan.
 Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
ada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi.
CD4 dapat menurun hingga lebih rendah dari 200/µl.Infeksi oportunistik mulai
muncul secara signifikan. Infeksi oportunistik ini bersifat berat, meliputi dan
mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam tubuh. Menurunnya CD4
mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi keganasan.
c. Stadium Infeksi HIV
Stadium infeksi HIV menurut WHO dibagi ke dalam 4 stadium.
1) Stadium 1
Stadium 1 infeksi HIV berupa sindrom serokonversi akut yang disertai dengan
limfadenopati persisten generalisata (muncul nodul-nodul tanpa rasa sakit pada
2 atau lebih lokasi yang tidak berdampingan dengan jarak lebih dari cm dan
waktu lebih dari 3 bulan).Pasien stadium ini dapat tetap asimtomatik hingga
bertahun-tahun tergantung pada pengobatan. Status performa 1: aktif penuh
dan asimtomatik.
2) Stadium 2
Pada stadium 2, pasien dapat kehilangan berat badan kurang dari 10% massa
tubuh. Risiko penyakit infeksi antara lain:Herpes zoster,Manifestasi minor
mukokutan,Infeksi saluran pernafasan atas rekuren
3) Stadium 3
Stadium 3 HIV akan menyebabkan pasien kehilangan berat badan lebih dari
10% massa tubuh. Pasien juga akan mengalami beberapa infeksi atau gejala
berikut:
- Diare kronik lebih dari 1 bulan
- Demam prolong lebih dari 1 bulan
- Kandidosis oral, kandidiasis vagina kronik
- Oral hairy leukoplakia
- Infeksi bakteri parah
4) Stadium 4
Pasien HIV stadium 4 mengalami infeksi oportunistik yang juga dikenal
sebagai AIDS defining infections, antara lain:
- Tuberkulosis ekstrapulmoner
- Pneumoniac Pneumocystis jirovecii
- Meningitis kriptokokal
- Infeksi HSV lebih dari 1 bulan
- Kandidiasis pulmoner dan esophageal
- Toksoplasmosis
- Kriptosporidiosis
- CMV
- HIV wasting syndrome
- Ensefalopati HIV
- Sarkoma Kaposi
- Limfoma
- Pneumonia rekuren
Human Immunodeficiency Virus tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetik
RNA yang mampu menginfeksi limfosit CD4 (Cluster Differential Four), dengan melakukan
perubahan sesuai dengan DNA inangnya. Virus HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu,
yaitu sel-sel yang mempunyai antigen CD4 terutama limfosit T4 yang memegang peranan
penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Virus juga dapat
menginfeksi sel monosit makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada
kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia
otak.
Kejadian awal yang timbul setelah infeksi HIV disebut sindrom retroviral akut atau Acute
Retroviral Syndrome. Sindrom ini diikuti oleh penurunan jumlah CD4 dan peningkatan kadar
RNA HIV dalam plasma. CD4 secara perlahan akan menurun dalam beberapa tahun dengan
laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada 1,5 – 2,5 tahun sebelum pasien jatuh dalam
keadaan AIDS. Viral load (jumlah virus HIV dalam darah) akan cepat meningkat pada awal
infeksi dan pada fase akhir penyakit akan ditemukan jumlah CD4 < 200/mm3 kemudian
diikuti timbulnya infeksi oportunistik, berat badan turun secara cepat dan muncul komplikasi
neurulogis. Pada pasien tanpa pengobatan ARV, rata-rata kemampuan bertahan setelah CD4
turun < 200/mm3 adalah 3,7 tahun.
Penularan HIV/AIDS akibat melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu
melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntik pada
pengguna narkotika, transfusi komponen darah dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang
dilahirkannya.
Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda vital, berat badan dan tanda-tanda yang mengarah
kepada infeksi oportunistik sesuai dengan stadium klinis HIV. Pada awal tahun 1980-an,
prevalensi SK mulai meningkat drastis dan menjadi keganasan paling banyak pada pasien
dengan Acquired immune deficiency syndrome (AIDS), terutama pada laki-laki homoseksual.
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa penularan seksual menjadi faktor yang
bertanggung jawab terhadap SK. Kejadian terakhir menunjukkan bahwa SK berhubungan
dengan infeksi virus herpes yang dapat menyebar secara vertikal dan seksual. Sebuah temuan
baru mengarah pada pertumbuhan, isolasi, dan karakterisasi dari sebuah virus herpes manusia
baru yang sekarang dikenal dengan Kaposi’s sarcoma-associated herpes virus (KSHV) atau
Human herpes virus type 8j (HHV-8) dari lesi SK. DNA dari HHV-8 ini ditemukan pada
hampir semua spesimen SK tipe klasik, SK endemik, dan SK iatrogenik, seperti halnya pada
SK epidemik. Saat ini dipercaya bahwa HHV-8 diperlukan, namun tidak cukup untuk
menyebabkan SK dan bahwa faktor-faktor lain seperti imunosupresi juga ikut berperan.
Sarkoma kaposi adalah kanker yang berkembang dari sel-sel yang melapisi kelenjar getah
bening atau pembuluh darah. Sarkoma kaposi seringkali muncul sebagai tumor pada kulit atau
pada permukaan mukosa, seperti di dalam mulut. Pada populasi dengan HIV negatif, SK
jarang didapatkan. Seseorang yang terinfeksi HIV mempunyai risiko 100 hingga 300 kali
lebih sering terkena SK dibandingkan populasi dengan HIV negatif. Seseorang dengan HIV
positif tanpa adanya HHV-8 tidak akan berkembang menjadi SK. Sebaliknya, pada orang
dengan HIV negatif yang terinfeksi HHV-8, bisa berkembang menjadi SK, seperti pada pada
SK tipe klasik.Gambaran histopatologis SK tergantung pada stadium perkembangan SK, yaitu
dimulai dengan stadium makula, plak, dan terakhir adalah stadium nodular. Sarkoma kaposi
stadium makula, merupakan fase awal dari perkembangan SK kutaneus. Kesan pertama yang
tampak adalah “busy dermis” atau mungkin bentukan inflamasi dermatosis ringan. Sarkoma
kaposi nodular menunjukkan ekspansi dermal yang relatif terbatas, berbagai proliferasi selular
dari sel spindle neoplastik berbentuk lembaran Stadium plak ditandai dengan infiltrat vaskular
dermal yang lebih difus. Banyak saluran vaskular yang terpotong berisi eritrosit mengisi
dermis yang terlibat, dan didapatkan tanda sel injflamasi kronis dengan kelompok yang
banyak mengandung sel plasma bercampur dengan siderophage dan pigmen hemosiderin
bebas.
2.3 Tanda Dan Gejala Hiv Aids
Banyak orang dengan hiv tidak tau kalau mereka terinfeksi.hal ini karena gejala tanda-
tanda hiv/aids ditahap awal seringkali tidak menimbulkan gejala berat.infeksi hiv hingga menjadi
aids terbagi menjadi 3 fase sbb;
- Fase pertama : infeksi hiv akut
Fase pertama umumnya muncul setelah 2-4 minggu infeksi hiv terjadi.pada
fase awal ini penderita hiv akan mengalami gejala mirip flu seperti:
- sakit kepala
- sariawan
- kelelahan
- radang tenggorokan
- hilang nafsu makan
- nyeri otot

- Fase kedua:fase laten hiv


Pada fase ini,penderita hiv/aids tidak menunjukan tanda gejala yang khas,bahkan akan
merasa sehat seperti tidak terinfeksi virus.namun sebenarnya,virus hiv secara diam-diam
berkembang biak dan menyerang sel darah putih yang berperan dalam melawan
infeksi.tanda dari hiv aids pasa fase ini memang tidak terlihat tapi penderita tetap bisa
menularkannya pada orng lain
- Fase ketiga:aids
Aids merupakan fase terberat dari infeksi hiv.pada fase ini,tubuh hampir krhilangan
kemampuannya untuk melawan penyakit.hal ini karena jumla sel darah putih berada jauh
di bawa normal.tanda –tanda hiv/aids pada tahap ini antara lain;
- berat badan menurun drastic sering demam,mudah lelah,diare kronis.

2.4 Diagnosis hiv/aids


Untuk memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes hiv Skrining
dilakukan dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di laboratorium.
Jenis skrining untuk mendeteksi HIV adalah:
- Tes antibodi. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk
melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi
dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.
- Tes antigen. Tes antigen bertujuan men deteksi p24, suatu protein yang menjadi bagian
dari virus HIV. Tes antigen dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pasien terinfeksi.
Bila skrining menunjukkan pasien terinfeksi HIV (HIV positif), maka pasien perlu
menjalani tes selanjutnya. Selain untuk memastikan hasil skrining, tes berikut dapat
membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode
pengobatan yang tepat. Sama seperti skrining, tes ini dilakukan dengan mengambil sampel
darah pasien, untuk diteliti di laboratorium. Beberapa tes tersebut antara lain:
- Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV.
Oleh karena itu, semakin sedikit jumlah CD4, semakin besar pula kemungkinan
seseorang terserang AIDS. Pada kondisi normal, jumlah CD4 berada dalam rentang 500-
1400 sel per milimeter kubik darah. Infeksi HIV berkembang menjadi AIDS bila hasil
hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.
- Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Pemeriksaan viral load bertujuan untuk menghitung
RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih
dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak
tertangani. Sedangkan jumlah RNA di bawah 10.000 kopi per mililiter darah,
mengindikasikan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat. Akan tetapi, kondisi
tersebut tetap saja menyebabkan kerusakan perlahan pada sistem kekebalan tubuh.
- Tes resistensi (kekebalan) terhadap obat. Beberapa subtipe HIV diketahui kebal pada obat
anti HIV. Melalui tes ini, dokter dapat menentukan jenis obat anti HIV yang tepat bagi
pasien.

2.5 Pencegahan HIV dan AIDS


a. Hindari seks bebas
Seks bebas memang sangat dilarang, terlebih jika bergonta-ganti pasangan. Dari segi
kesehatan, seks bebas juga bisa memberikan efek yang berbahaya bagi tubuh.Setialah
dan jangan suka 'jajan' sembarangan di luar bagi pasangan yang sudah menikah.
Pencegahan HIV dengan menghindari seks bebas ini merupakan salah satu langkah
paling penting untuk terhindar dari penyakit ini.
b. Jangan gunakan jarum bergantian
Pencegahan HIV yang harus kamu perhatikan adalah jangan gunakan jarum secara
bergantian. Selalu perhatikan penggunaan jarum yang steril jika kamu berniat untuk
membuat tato atau pun tindik.
c. Menggunakan kondom
Pencegahan HIV selanjutnya adalah kamu harus ekstra hati-hati jika tahu bahwa
pasangan memiliki HIV. HIV bisa menular lewat darah dan air liur yang masuk ke
dalam tubuh, juga melalui hubungan seksual.
Ketika berhubungan seksual, lindungi diri dengan alat pengaman ekstra untuk
mencegah kemungkinan terjadinya alat pengaman/kondom yang robek dan lain
sebagainya.
d. Perhatikan luka yang terbuka
Jika bekerja dengan pasien HIV, pastikan kamu melindungi diri dengan sangat hati-hati.
Pencegahan HIV yang bisa kamu lakukan yaitu dengan menggunakan pakaian yang
diwajibkan oleh rumah sakit dan hati-hati dengan segala luka terbuka yang dimiliki.
Terutama jika luka terbukamu akan bersentuhan atau terkena kontak dengan pasien
HIV. Karena virus tersebut bisa menular melalui luka yang terbuka.
e. L akukan vaksin
Pencegahan HIV yang kelima adalah melakukan vaksin hepatitis A dan hepatitis B,
serta melakukan tes secara teratur sangat baik untuk melindungi diri dari HIV.
f. Pre-exposure prophylaxis (PrEP)
PrEP merupakan metode pencegahan HIV dengan cara mengonsumsi antiretroviral bagi
mereka yang berisiko tinggi tertular HIV. Yaitu mereka yang memiliki lebih dari satu
pasangan seksual, memiliki pasangan dengan HIV positif, menggunakan jarum suntik
yang berisiko dalam 6 bulan terakhir, atau mereka yang sering berhubungan seksual
tanpa pengaman.

2.6. Pathway Hiv/Aids.


2.7. Penyalahgunaan Napza
Penyalahgunaan NapzaPenyalahgunaan narkoba tentunya memiliki dampak yang
buruk.Dampak yangditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba bagi diri sendiri seperti yang
disampaikanoleh Andi M. Yusuf pada pelatihan Capacity Building 2016 yang pertama
adalah soalkeamanan dan keselamatan. Pemakai narkoba akan berhadapan dengan pihak
berwajibkarena penyalahgunaan narkoba melanggar hukum di Indonesia yaitu UU No.
35Tahun 2009 tentang Narkotika. Tentunya akan mempermalukan dan
merepotkankeluarga dan kehidupannya tidak akan tenang karena menjadi target
penangkapanpihak berwajib. Dampak kedua adalah penyakit dan gangguan kesehatan,
dalambeberapa zat narkotika memang bisa digunakan dalam bidang kimia dan farmasi
sepertisekobartial, fenobartial, dll dapat digunakan sebagai obat. Namun jika
pemakaiannyadisalahgunakan tentunya zat tersebut justru akan merusak sel-sel tubuh
dan akanmenyebabkan gangguan kesehatan bagi pemakainya seperti kerusakan sistem
syaraf,pembuluh darah dan jantung. Dampak ketiga adalah kesulitan kondisi ekonomi,
ketikaseseorang telah kecanduan narkoba maka pemakai akan melakukan apapun
untukmendapatkan narkoba termasuk menjual semua harta yang dimiliki, hal ini
akanmembuat perekonomian pemakai narkoba semakin buruk.
Dampak keempat adalahhilangnya kesehatan pikiran dan emosional pemakai, ketika
menggunakan narkoba, initerbukti dari beberapa kasus yang terjadi diakibatkan oleh
penyalahgunaan narkobaseperti kecelakaan mobil yang terjadi di Pondok Indah pada
Januari 2015 danmenewaskan 4 korban jiwa yang disebabkan oleh pengemudi mobil
yang hilangkesadaran karena mengemudi dibawah pengaruh narkoba. (Depkes, 2016)Selain
dampak buruk bagi diri sendiri, penyalahgunaan narkoba juga memilikidampak buruk bagi
negara. Dampak buruknya adalah rusaknya mental remaja sebagaigenerasi penerus bangsa.
Bagi suatu negara, remaja adalah salah satu aspek terpentinguntuk perkembangan di
berbagai serktor, mulai dari sektor ekonomi, sektor industry bahkan sampai sektor
pendidikan. Apabila remajanya rusak karena narkoba maka akanberpengaruh buruk juga
kepada negara tersebut misalnya tidak dapat berkembangdengan baik atau bahkan
meningkatnya kasus kejahatan.Menurut (Smet, 1994), beberapa fakta di lapangan
menyebutkan bahwaprilaku beresiko yang dilakukan remaja saling berkaitan satu sama lain
(Harefa, 2013).Peryataan ini sesuai dengan materi yang disampaikan oleh Andi M. Yusuf
dalampresentasinya mengenai Capacity Building dimana hal ini dapat dijelaskan
ketikaseseorang menjadi perokok aktif, maka orang tersebut juga mengkonsumsi
narkobawalaupun dalam skala kecil berbentuk nikotin dan zat adiktif lain yang terkandung
padarokok. Oleh sebab itu rokok dikatakan sebagai gerbang pemakaian napza.
Ketikaseseorang telah menggunakan narkoba, maka selain akan mengalami
gangguankesehatan fisik juga dapat mengalami gangguan kesehatan secara psikologis
danemosional sehingga kesadarannya berkurang, hal ini dapat membuat
seseorangterjerumus ke dalam prilaku mabuk-mabukan dan seks bebas. Ketika terjadi seks
bebasmaka potensi seseorang untuk terkena penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS
akan semakin tinggi, selain itu jika terjadi kehamilan di luar nikah maka orangtua
tidakpunya pilihan lagi selain menikahkan anaknya. Menikah pada usia muda dan
kondisiyang belum siap ditambah pengaruh narkoba akan membuat potensi untuk
terjadinyakekerasan dalam rumah tangga meningkat.
Mengingat semakin banyaknya kasus penyalahgunaan narkoba dan yangmmenjadi
pemakai paling banyak berdasarkan survey BNN adalah usia produktif remajamaka
pemerintah sudah melakukan beberapa langkah untuk mengatasi narkoba diIndonesia.
Beberapa langkah yang dilakukan pemerintah adalah melakukanpenyuluhan atau
sosialisasi tentang bahaya narkoba kepada masyarakat melalui BadanNarkotika Nasional
(BNN), selain itu mengadakan seminar menganai bahaya narkobake sekolah atau kampus
sehingga remaja mendapat pengetahuan lebih dini agar tidakmelakukan penyalahgunaan
narkoba. Hingga melakukan hukumnan mati kepada parapengedar narkoba dengan harapan
ada efek jera kepada para pengedaar narkoba agartidak melakukan jual belinarkoba di
Indonesia

2.8. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum
Umumnya pasien dengan infeksi HIV/AIDS akan menunjukkan keadaan yang kurang
baik karena mengalami penurunan BB (>10%) tanpa sebab, diare kronik tanpa sebab
sampai >1 bulan, demam menetap (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 10)
 Tanda-tanda vital
 Tekanan darah normal atau sedikit menurun
 Denyut perifer kuat dan cepat (Kunoli, 2012, hal. 194).
 Body sistem
 Sistem neurologi
- Sistem penglihatan
Inspeksi : mata anemia, gangguan refleks pupil, vertigo (Wijayaningsih, 2013, hal. 247).
- Sistem pendengaran
Inspeksi : kehilangan pendengaran dengan efek nyeri yang berhubungan dengan
mielopati, meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi otot (Bararah & Jauhar, 2013, p.
303)
- Sistem pengecapan
Inspeksi : lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna mucosa mulut
(Bararah & Jauhar, 2013, p. 302)
- Sistem integument
Inspeksi : munculnya bercak-bercak gatal diseluruh tubuh yang mengarahkan kepada
penularan HIV/AIDS menuju jarum suntik , turgor kulit jelek (Katiandagho, 2015, hal.
30).
- Sistem endokrin
Inspeksi : terdapat pembengkakan pada kelenjar getah bening
Palpasi : teraba pembesaran kelenjar getah bening (Gallant, 2010, hal. 21).
- Sistem pulmoner
Inspeksi : batuk menetap lebih dari 1 bulan, bentuk dada barrel chest (Muttaqin & Sari,
2011, p. 3)
- Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : sianosis, hipotensi, edema perifer (Wijayaningsih, 2013, hal. 248)
Palpasi : Takikardi (Wijayaningsih, 2013, hal. 248)
- Sistem gastrointestinal
Inspeksi : diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan, berat badan menurun lebih
dari 10% dalam 1 bulan (Bararah & Jauhar, 2013, p. 302)
- Sistem urologi
Pada kondisi berat didapatkan penurunan urine output respons dari penurunan curah
jantung (Mutaqin, 2011, hal. 491).
- Sistem muskulokeletal
Respon sistemik akan menyebabkan malaise, kelemahan fisik, dan di dapatkan nyeri otot
ekstremitas (Mutaqin, 2011, hal. 492).
- Sistem imunitas
Inspeksi : pasien dengan HIV/AIDS cenderung mengalami penurunan imun akibat
rusaknya CD4 (Gallant, 2010, hal. 21).
- Sistem perkemihan
Inspeksi : tidak mengalami perubahan pada produsi urine
Palapasi : nyeri tekan abdominal (Muttaqin & Sari, 2011, p. 491)
- Sistem reproduksi
Inspeksi :  ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan atau saat
melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI) (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 3)

Pemeriksaan penunjang:
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
2. ELISA (positif, hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
3. Western blot (positif)
4. P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
5. Kultur HIV (positif, kalau dua kali uju kadar secara berturut-turut mendeteksi enzim
reverse transcriptase atau antigen P24 dengan kadar yang meningkat
6. Tes untuk deteksi gangguan sistem imun
7. LED (Normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
8. CD4 limfosit menurun (jika menurun akan mengalami penurunan kemampuan untuk
beraksi terhadap antigen)
9. Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
10. Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit)
11. Kadar immunoglobin menurun(Bararah & Jauhar, 2013, p. 303)
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
AIDS disebabkan oleh virus yang bernama HIV, Human Immunodeficiency
Virus.Apabila anda terinfeksi HIV, maka tubuh anda akan mencoba untuk melawan
infeksi tersebut.Tubuh akan membentuk “antibodi”, yaitu molekul-molekul khusus
untuk melawan HIV.Tes darah untuk HIV berfungsi untuk mencari keberadaan
antibodi tersebut.Apabila anda memiliki antibodi ini dalam tubuh anda, maka artinya
anda telah terinfeksi HIV.Orang yang memiliki antibodi HIV disebut ODHA.Menjadi
HIV-positif, atau terkena HIV, tidaklah sama dengan terkena AIDS.Banyak orang
yang HIV-positif tetapi tidak menunjukkan gejala sakit selama bertahun-
tahun.Namun selama penyakit HIV berlanjut, virus tersebut secara perlahan-lahan
merusak sistemkekebalan tubuh. Apabila kekebalan tubuh anda rusak, berbagai virus,
parasit, jamur, danbakteria yang biasanya tidak mengakibatkan masalah dapat
membuat anda sangat sakit. Inilahyang disebut “infeksi oportunistik”.Menurut
pandangan agama HIV / AIDS itu buruk, karena penularannya pun terjadimelalui cara
yang dilarang oleh agama. Salah satunya HIV / AIDS ditularkan melalui hubungan
seksbebas.

3.2 SARAN
Agar kita semua terhindar dari AIDS, maka kita harus berhati-hati memilih
pasanganhidup, jangan sampai kita menikah dengan pasangan yang mengicap HIV /
AIDS, karena selaindapat menular kepada diri kita sendiri juga dapat menular kepada
janin dalam kandungan kita. Kitajuga harus berhati-hati dalam pemakaian jarum suntik
secara bergantian dan tranfusi darah dengandarah yang sudah terpapar HIV.
DAFTAR PUSTAKA

Patrick, A.K. & Potts, K.E. 1998. Protease Inhibitors as Antiviral Agents.
Clin.Microbiol. Rev. 11: 614-627

Anda mungkin juga menyukai